Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

---------------------------------------------------------------------

Cerita 31 – Perempuan Perempuan Kantor

Episode 1 : Donor Sperma

Part 1

Namaku Anto..
– samaran..– seorang karyawan swasta berumur 33 tahun.
Dalam kehidupan pergaulan sehari-hari aku sering menjadi perhatian di lingkungan tempat aku bekerja..

Selain pergaulan yang luwes.. aku memiliki postur yang bisa dikatakan lumayan.
Dengan warna kulitku yang putih.. tinggi 171 dan berat sekitar 67 Kg serta single..
Maka tidaklah sulit bagi diriku untuk mencari teman-teman baru.

Di perusahaan tempat aku bekerja.. ada salah seorang teman wanita yang – pernah..– menjadi perhatianku.
Sebut saja namanya Anita.

Dalam pergaulannya.. Anita juga seorang yang luwes..
Oleh sebab itu dia di tempatkan oleh pimpinan perusahaan di bagian marketing..
Yang sebelumnya adalah teman satu bagian denganku.

Awal tahun 2003 yang lalu.. Anita melangsungkan pernikahannya dengan seorang teman kuliahnya.
Walaupun sekarang sudah menikah.. Anita tetap seperti yang dulu.. luwes dan anggun.

Walaupun postur tubunya bukanlah tipe seorang yang bertubuh tinggi dan langsing.. tapi dia memiliki kharisma tersendiri.
Dengan kulit yang putih.. payudara sekitar 34 serta betis yang indah.. senyumnya yang menawan..
tidak mengherankan bila menjadi perhatian para lelaki.

Kedekatan diriku dengan Anita berawal sejak dia bekerja pada bagian yang sama denganku 3 tahun yang lalu.
Sejak dia pindah bagian.. – lantai berbeda walaupun dalam satu gedung..– dan menikah.. aku jadi jarang sekali bertemu.

Paling hanya berbicara melalui telpon atau saling kirim email.
Kami sering bercakap-cakap mengenai kantor dan kadang-kadang menjurus ke hal yang pribadi.

Karena Anita kadang-kadang berkeluh kesah mengenai masalah-masalah kantor.. yang sering membuat pikirannya cemas.
Dan hal itu terbawa dalam keluarga.

Rasa cemas Anita terkadang memang berlebihan..
Membuat sampai awal tahun 2004 ini belum ada tanda-tanda bahwa dirinya hamil.

Setiap ada anggota keluarga atau temannya yang bertanya mengenai hal itu.. menambah gundah dirinya.
Segala upaya termasuk konsultasi kepada dokter sudah dilakukan.. tetapi hasilnya tetap nihil.

Rasa cemas dan bersalah timbul pada diri Anita.. karena selalu menjadi bahan pertanyaan khususnya dari pihak keluarga.
Aku seringkali memberi semangat dan dukungan kepadanya untuk selalu belajar menerima apa adanya dalam situasi apapun.

Bila ada sesuatu pikiran yang membuat gundah Anita.. aku selalu dapat membuat dirinya lupa dengan masalahnya.
Aku selalu dapat membuat dirinya tertawa dan terus tertawa.

Pernah suatu ketika.. Anita tertawa sampai berlutut di lantai sambil memegang perutnya..
karena tertawa sampai keluar air mata dan sakit perut..!!

Suatu hari.. – aku lupa persisnya..– minggu ke 2 di bulan Februari 2004 yang lalu.. Anita menelponku melalui HP.
Pada saat itu aku baru saja sampai di rumah.. setelah seharian bekerja.

"Haloo Nitaa.. Lagi di mana lu..? Tumben nih malem-malem nelpon.. hehehehe..” kataku kemudian.
"Lagi di rumah. Lagi bengong-bengong.. laper and cuapek buanget nih.. tadi gue ada meeting di Kuningan..
– jalan kuningan-Jakarta..– dari siang.. lu sendiri masih di kantor..?” Kata Anita kemudian.

"Nggaklaah.. baru aja sampai di rumah. Eh.. lu di rumah bengang-bengong ngapain sih..? Emang di rumah lu kaga ada beras..
sampai kelaperan gituh..?” Candaku kemudian. Di sana Anita terdengar tertawa renyah sekali..

"Hehehehe.. Emang benar-benar nih anak..!! Gue capek karena kerja..! Terus belum sempet makan dari pulang kantor..!..!”
"Ooo.. gitu. Gue kira lu capek karena jalan kaki dari kuningan ke rumah..” kataku kemudian.

"Eee.. enak aja..!! Ntar betis gue besar sebelah gimana..?”
"Lhaa kan.. tadi gue bilang jalan kaki.. bukan ngangkat sebelah kaki terus loncat-loncat..? Kenapa betis lu bisa besar sebelah..?”
Di sana Anita hanya bisa tertawa.. mendengar kata-kataku tadi.

"Sudah.. lu istirahat dulu Nit.. jangan lupa makan.. mandi biar wangi. Seharian kan sudah kerja.. capek..
Ntar kalau lu dikerjain ama laki lu gimana.. sementara sekarang aja lu masih capek..?”
Aku bicara seenaknya saja sambil meneguk minuman juice sparkling kesukaanku.

"Kalau itu mah laeen.. Gue enjoy aja..!! Nggak usah mandi dulu laki gue juga tetep nempel.
Lagian sekarang laki gue nggak ada.. kok. Lagi ke Australia..” kata Anita kemudian.

"Ke Autralia..? Wah.. enak amat..! Gini hari jalan-jalan kesono sendirian.. lu kok kaga ikut..?
Ngapain Nit.. beli kangguru ya..?” Tanyaku seenaknya.

"Eh.. ni anak dodol amat sih..!! Urusan kantornya lah..!!” kata Anita sengit..
Sementara aku hanya cekikikan mendengar Anita berkata sengit kepadaku.

"So anyway.. seperti pertanyaan gue tadi.. lu tumben Nit.. malem-malem gini telpon. Baru kali ini kan..?” Tanyaku.
"Iya.. gue mau ngobrol aja ama lu. Abis di sini sepi.. nggak ada yang bisa diajak ngomong..”

Lalu Anita menceritakan apa-apa saja yang menjadi pembicaraan dalam meeting tadi.
Seperti biasa.. aku diminta pendapat dalam masalah kantor yang sedang ditangani.. dalam sudut pandang aku tentunya.

Tak terasa.. kami berbicara sudah satu setengah jam.. yang kemudian kami berniat mengakhiri..
Lalu berjanji akan diteruskan esok harinya di kantor.

Sebelum aku menutup telpon.. tiba-tiba Anita menanyakan sesuatu kepadaku..
"Eh.. gue mau tanya dikit dong.. boleh nggak..? Tapi kalau lu nggak mau jawab.. nggak apa-apa.."
"Apa.. Nit..?” Tanyaku kemudian.

"Maaf Nto.. kalau gue boleh tanya.. Hmm.. Lu pernah ML nggak..?”
Mendengar pertanyaan seperti itu aku sedikit kaget..

Karena walaupun pembicaraan aku dan Anita selalu apa adanya dan kadang bersifat pribadi..
tapi belum pernah seperti ini.

"Ngg.. pernah.. Kenapa Nit..?” tanyaku ingin tahu.
"Nggak.. cuma tanya doang.. Lu pertamakali ML kapan.. pasti ama cewe lu yah..?” Tanya Anita.

"Gue pertamakali ML waktu SMA.. sama teman bukan ama cewe gue.. lu sendiri kapan..?”
Mendengar jawaban ku tadi Anita langsung berkata.. "Gue sih.. waktu kuliah.
Itu juga setelah TA.. sama Randy.. –suaminya– Rasanya gimana Nto.. ML pertamakali..?” Tanya Anita.

"Lhaah.. lu sendiri waktu ML pertamakali gimana..?”
"Awalnya sih.. sakit. Tapi enak juga.. Hehehe. Abis Waktu itu Randy buru-buru amat. Maklum waktu itu kami takut ketauan..”

"Emang lu ML di mana.. di kantor RW..?” Selorohku asal.
"Hahaha.. nggaklah..!! Gue lakuin di ruang tamu rumah gue sendiri.
Waktu itu lagi nggak ada orang lain. Pembantu gue juga lagi keluar rumah.."

"Wah.. ternyata waktu gue ke rumah lu kemarin..
Gue nggak sangka duduk di sofa yang pernah digunain untuk perang antar kelamin.."
Anita hanya tertawa mendengar celotehanku itu.

Kemudian kami saling bercerita mengenai pengalaman kami masing-masing..
sampai dengan masalah posisi yang paling disukai dan yang tidak disukai dalam berhubungan intim.

Kami juga sama-sama bercerita kalau kadang-kadang melakukan masturbasi..
apabila keinginan sudah menggebu dan tidak tertahankan.

"Wah.. Nto.. kalau lu abis mastur.. jangan dibuang sembarangan dong.. kasian kan.. anak lu pada teriak-teriak di got.
Mending lu bungkus terus kirim ke gue aja.. kali-kali bermanfaat..”

"Emang lu mau sperma gue..? Bawanya gimana..? Dibungkus..? Kaya bawa nasi rendang..!
Kirim lewat apa dong..? Mending langsung tuang ke lu langsung. Praktis dan nyaman.. hehehehe..”

"Week.. mengharap amat..! Lu yang nyaman.. tapi gue yang nggak aman..!! Nggak.. gue cuma mau sperma lu aja..”
Celetuk Anita dengan sengit.

"Sudah ah.. gue mau mandi dulu terus tidur.. besok kita kan masih kerja..” kata Anita kemudian.
Setelah itu kami sama-sama berpamitan untuk menutup telpon.
oOo

TGF –Thanks God is Friday–.. hari itu aku melakukan seperti biasanya.
Walaupun aku terasa mengantuk.. tapi aku senang dan bekerja dengan semangat sekali karena besok dan lusa libur.

Seperti janji semalam.. aku makan siang dengan Anita untuk melanjutkan pembicaraan masalah kantor yang sedang dihadapinya.
Aku dan Anita pun berangkat bersama.. menuju restoran yang menyajikan masakan Thailand di bilangan Jakarta Selatan.

Sepanjang perjalanan dan di tempat tujuan pembicaraan kami hanya berkisar masalah pekerjaan yang serius..
Sekali-kali bercanda dan tertawa. Tidak ada satupun topik yang mengungkit-ungkit pembicaraan akhir di telepon semalam.

Sampai pada saat kami di perjalanan pulang.. kami hanya diam seribu bahasa.
Mungkin karena Anita masih mengingat pembicaraan yang tadi dibicarakan.
Kalau aku sih.. sedang mengingat-ingat rencana apa yang akan dilakukan liburan nanti.

Entah apa yang ada di benak Anita.. mungkin pusing liat kemacetan lalulintas yang sedang dihadapi.. maklum dia yang jadi sopir.
Sementara aku bersantai-ria di sampingnya sambil mendengarkan lagu slow R&B.

"Kenapa sih.. kok ngelirik gue terus..?”
Kataku tiba-tiba.. karena aku perhatikan dari sudut mataku.. Anita sering melirik ke arah aku.

"Ge-Er aja sih lu..? Gue cuma liatin jalan.. bukan liat lu..! Jalan kan macet.. jadi gue bingung mau ambil arah mana..?”
Jawab Anita.

"Weleh.. muka liat jalan.. kok biji mata lu ke arah gue..? Emang.. tampang gue kaya pengamen yah..?”
Anita tertawa mendengar celotehan aku tadi.

Kemudian dia berkata.. "Nto.. lu benar mau kirimin ke gue..?”
"Kirimin apa sih..?”

"Itu-tu.. Pembicaraan kita semalem..” kata Anita. "Tentang mastur .."
Aku langsung memalingkan wajahku ke Anita.. bingung

"Mastur..? Ooo.. yang itu. Emang kenapa sih Nit..? Lu emang ingin benih gue..?”
"Sebenernya bukan itu.. gue cuma ingin punya anak doang. Cuma gue bingung harus gimana..?”

"Mungkin sekarang belum rezeki lu.. kali Nit. Lu jangan nyerah gitu donk..!
Suatu saat nanti.. kalau rezeki lu sudah dateng.. pasti juga dapet kok. Sabar ajah.. ya Nit..” kataku.

"Jadi maksudnya.. lu nggak mau kasih kesempatan ke gue..? Maaf ya.. Nto..?
Bukannya gue sudah kehilangan akal sehat.. gue cuma mau tes aja. Gue tau lu orangnya bisa dipercaya.." ujar Anita.

Dia meneruskan.. "Apapun yang terjadi nanti.. gue percaya lu nggak berubah memandang diri gue.
Tetep bisa jadi teman gue. Makanya gue perlu lu..” paparnya lagi.

"Wah Nit.. kalau nanti hamil beneran gimana..? Serem aja kalau sampai ketauan.. Gue kan.. jadi nggak enak ama keluarga lu..?”
"Biarin aja.. itung-itung sebagai bukti kalau gue bisa hamil..!”

Setelah Anita berkata tadi aku berpikir.. si Anita gila juga nih.. pikirku.
Aku tau.. kami memang sama-sama dekat.. tapi hanya sebatas teman biasa.

Aku hanya takut.. nanti setelah kejadian.. salahsatu dari kami bisa muncul perasaan berbeda.
Walupun Anita percaya aku tidak seperti itu.. tetap saja aku ragu.

Memang aku tidak memungkiri.. ingin sekali tidur dengannya.
Tapi perasaan itu aku tahan.. karena bisa merusak hubungan kami nantinya.

Paling kalau sudah tidak terbendung.. ujungnya hanya masturbasi.
Aku memang doyan sekali dengan yang namanya seks.
Tapi aku tidak mau obral cinta demi seks semata.

Oleh sebab itu.. permintaan Anita ini bisa saja mengubah suasana.
Tapi setelah aku pikir-pikir.. apa salahnya aku coba.
Toh.. dari dulu memang aku ingin sekali melihat lekuk tubuhnya..

"Gimana To.. bisa nggak..?” kata Anita tiba-tiba yang membuyarkan lamunanku.
"Bisaa.. Ya pasti gue bisa aja dong..! Wong enak kok.. main perang-perangan..”

"Heh.. enak aja..! Kata sapa lu.. kita ML..? Gue kan cuma bilang minta sperma lu..? Bukan berarti kita main seks. .!
Dan gue minta kita bersikap obyektif yah.. ingat gue sudah punya keluarga..”

"Jadi kita nggak nge-sex..? Gimana caranya..? Emang lu mau minum sperma gue..?
Yang ada sih lu cuma kenyang.. bukannya bunting..!” Kataku mulai bingung.

"Hush.. jijik ah.. omongan lu. Gimana caranya lu hanya keluarin sperma lu nanti.. terus langsung masukin ke punya gue..”
"Waah.. susah amat proyeknya..! Tapi okelah.. kita coba aja yah..”

Akupun menyanggupi.. karena aku berpikiran.. akan berusaha.
Paling tidak bisa melihat bentuk tubuhnya yang membuat penasaran selama ini. hehehe..

Kemudian.. dalam pembicaraan selanjutnya.. kamipun sepakat untuk bertemu esok harinya..
di salahsatu hotel bintang 3 di arah yang berbeda dengan daerah rumah kami di wilayah Jakarta selatan.
oOo

Hari Sabtu pun tiba.
Setelah istirahat yang cukup.. pagi-pagi sekali aku sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk tujuanku nanti.

Setelah aku tiba di hotel tersebut.. aku langsung check-in.
Kemudian menunggu di kamar hotel setelah sebelumnya aku memberitau Anita bahwa aku sudah sampai.

Lama sekali Anita tidak muncul.. sudah hampir 3 jam aku menunggunya sambil menonton acara music di TV kamar.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang.. ketika tiba-tiba ada ketukan halus dari pintu kamarku.

Dengan berdebar-debar akupun bergegas mengintip dari pintu, ternyata Anita..!
Ketika aku bukakan pintunya, Anita langsung bergegas masuk..
meninggalkan aku di depan pintu sambil terbengong-bengong.

Hari itu Anita menggunakan kaus hitam berkerah rendah dilapisi dengan blazer coklat tua..
dengan rok berbahan kulot bercorak coklat tua.

Begitu sudah di dalam.. Anita langsung membuka blazernya..
yang ternyata memperlihatkan kausnya berlengan buntung.

Menambah kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih.
Sementara aku hanya menggunakan T-Shirt dan bercelana pendek.

Kemudian dia duduk di tepi tempat tidur, menghadap ke TV.
"Kenapa sih lu, bengong gitu liatin gue..?” Kata Anita.
"Nggak, cuma heran aja sama lu, masuk ke dalam tanpa ngomong, buka blazser terus duduk nonton TV.."

"Siapa yang mau nonton, gue kan cuma baru dateng. Sori, yah, gue nggak nyapa lu dulu.
Malah nyelonong masuk. Terus terang.. gue bingung, jantung gue deg-degkan nih.." kata Anita.

Akupun menyadari suasana seperti itu..
kemudian aku menawarkan minum kepada Anita untuk mengendurkan suasana yang kaku.

Setelah aku membuatkan teh yang diminta Anita.. aku lantas duduk di bawah sambil bersandar ke tempat tidur.
Anita yang berada di dekatku meminum teh suguhanku sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur.

Posisi ini membuat aku bisa mudah memperhatikan lekuk kakinya yang bagus..
Sejak dulu memang aku kagumi.. karena tepat berada di samping mukaku. Putih bersih tanpa noda.

Sekali-kali aku membuka pembicaraan dengan topik yang umum saja.
Maksudku hanya untuk mengendurkan suasana.. dan ternyata aku berhasil.

Aku dapat melihat bahwa Anita sudah dapat rileks dengan susasana ini..
karena dapat menimpali pembicaraanku dengan cepat.. dan sekali-sekali tertawa mendengar celotehanku.

Setelah Anita minum teh.. dia berdiri dan meletakkan gelasnya di atas meja di samping TV..
kemudian duduk di bawah, di samping kananku dengan bersandar pada tempat tidur.

Sambil terus berbicara.. aku mencoba memeluk pundaknya dari samping..
sementara tangan kiriku memegang tangan kirinya.

Sambil terus kami berbicara.. aku mencoba merasakan kehalusan kulitnya..
dengan sentuhan-sentuhan halus ujung jariku yang aku lakukan.

Dari pundak aku sentuh turun ke telapak tangannya, silih berganti.
Sentuhan-sentuhan lembut yang aku lakukan tidak dipungkiri membuat Anita terpengaruh..
walaupun dia tetap saja berbicara.

Terbukti bulu-bulu pada tengkuknya terlihat berdiri, karena ulahku itu.
Ditambah lagi sekali-kali aku mencium pundaknya.

Sentuhan tangan kananku yang tadi dengan tangan kiriku menyentuh tanganganya..
kini berpindah ke perutnya.. sementara tangan kiriku masih memberi sentuhan pada tangan kirinya.

Sentuhan pada perutnya terus beranjak naik..
sampai aku menyentuh payudaranya walau masih di balut dengan bra dan kausnya.

Lama aku melakukan aksi tersebut.. sambil memberikan sentuhan dari luar.
Kemudian tanganku itu turun kembali ke bawah yang kemudian menyusupkan ke dalam kaus Anita.

Sentuhan pada perutnya aku langsung berikan tanpa halangan dari kausnya.
Terus naik ke atas sampai aku menemukan payudaranya yang masih terbungkus bra.

Hmm.. Begitu kenyal dan nikmat sekali rasanya.. Aku meremas-remas payudaranya dengan lembut..
kemudian aku berusaha mencari-cari putingnya.. sambil terus meremas lembut serta memberi kecupan pada pundaknya.

Anita yang sudah mulai merasakan perbuatanku itu sambil memejamkan matanya..
Ia sudah terdiam sejak tadi,, tiba-tiba menepis ulahku itu sambil menarik tanganku dari balik kausnya..

"Sudah, yah.." kemudian dia mengecup bibirku.. yang dijawab dengan lumatanku sambil terus memberi sentuhan.
Kali ini yang menjadi sasaranku adalah kakinya.. karena posisi Anita agak sedikit miring ke arahku.

Sedikit demi sedikit tanganku meraba.. dan menyentuh kakinya sampai aku menyusupkan di balik roknya.
Di dalam roknya tanganku mulai mencari-cari pangkal pahanya yang masih tertutup dengan celana dalamnya.

Rangsangan yang aku berikan mungkin menambah panas suasana..
karena Anita menyambut lumatanku dengan bergairah.

Kemudian tangannya mulai meraba-raba gundukan di balik celana pendekku yang sejak daritadi menegang hebat..
yang kemudian aku membimbing tangannya untuk memasukkan ke dalam celanaku.

Terus aku melanjutkan aksiku di dalam roknya.
Aksinya yang memijat nikmat penisku dari dalam celana.. membuat aku bernafsu sekali.

Akupun menyudahi lumatanku.. dan kecupanku pada lehernya..
lalu langsung menurunkan kepalaku ke bawah.. untuk memberi kecupan dan jilatan kecil pada kedua kakinya.

Dari bawah.. terus ke arah pangkal kaki.. sedikit demi sedikit aku memberi sentuhan.. kecupan dan jilatan pada kedua kakinya.
Sampai akhirnya di pangkal kakinya.. dengan menyibakkan roknya sedikit demi sedikit..

Akhirnya aku dapat melihat celana dalamnya yang berwarna coklat yang sangat muda.
Akupun lebih bernafsu untuk memberikan jilatan di sekitar pangkal pahanya.

Begitu aku berniat untuk menurunkan celana dalamnya, Anita tiba-tiba berdiri dan duduk di pinggir tempat duduk.
Posisi aku yang sudah terlanjur memegang karet CD-nya, malah membuat turun agak ke bawah karena Anita berdiri.

Anita yang tau hal itu langsung menurunkan roknya lagi dan duduk di samping tempat tidur.
"Kita jangan sampai ML, yah..?” Kata Anita dengan suara parau.

"Memangnya kenapa..? Tuang spermanya gimana..? Gini aja.. gue akan merangsang lu sampai keluar..
Setelah itu gue masukin punya gue dan tumpahkan sperma gue di dalem.. gimana..?
Soalnya kalau numpain doang mah.. yang enak gue aja dong..?” Saranku kemudian.

"Sama aja donk kita ML..?”
"Nggak lama kok. Paling kalau gue sudah nafsu banget kaya gini, paling lama semenit.." sergahku.

"Makanya lu gue buat klimaks dulu, baru gue masukin..” tambahku menyarankan.
"Tapi .." belum sempat Anita meneruskan aku sudah melumat bibirnya yang seksi itu..

Tak lupa sambil tangan kiriku meraba-raba selangkangannya dari balik rok.
Uffhh.. Terasa basah di situ. Kerena lumatanku di bibirnya dan rangsanganku dari bawah..

Anita merebahkan dirinya di atas kasur dengan posisi kaki yang menjuntai ke bawah tempat tidur.
Akupun masih terus bergerilya, atas-bawah.

Kemudian aku menurunkan arah seranganku ke bagian bawahnya.
Dari leher.. pundak.. kuremas payudaranya.. terus ke perutnya.. sampai dengan aku menyibakkan kembali roknya.

Di situ aku melihat posisi celana dalamnya yang sudah merosot ke bawah..
Walaupun masih di atas dengkul.. tapi sudah memperlihatkan bulu-bulu yang hitam dan halus serta terawat dengan rapi.

Untuk beberapa saat aku masih kagum dan takjub dengan pemandangan itu.
Dari posisi di samping Anita.. akhirnya aku memberi sentuhan halus melalui bibir dan kecupanku di sekitar selangkangannya.

Sedikit demi sedikit memberi kecupan dan sentuhan.. dan terus turun ke kakinya..
Sampai aku turun dari atas tempat tidur.. memberi kecupan pada kakinya yang menjuntai ke bawah.

Kemudian masih terus mengecup kakinya dari bawah terus ke atas lagi..
Sedikit demi sedikit kutarik turun celana dalamnya..
sambil memberi kecupan dan jilatan kecil pada sekujur kaki indahnya yang aku kagumi itu.

Setelah celananya aku lepas.. dalam posisi duduk di bawah dan menghadap ke arah selangkangan Anita..
aku membuka kakinya lebar-lebar.. kemudian dengan meletakkan kedua pahanya di atas pundakku..

Clrupp.. dan aku langsung melahap vaginanya yang terawat sangat rapi sekali.
Dengan kulit bersih, bulu yang halus, vagina yang dimiliki Anita sangat bagus sekali.

Ahhhh.. membuat diriku jadi bernafsu sekali dan ingin sekali menyetubuhinya. CONTIECROTT..!!
----------------------------------------------------------------------
 
-------------------------------------------------------------------------

Cerita 31 – Perempuan Perempuan Kantor

Episode 1 : Donor Sperma

Part 2

Mmffhh..!!
‘Kulumat’ vaginanya dengan sangat bernafsu sekali..
sampai terdengar erangan lepas Anita yang sudah tidak tertahankan sambil menggeliat kekiri dan kekanan.

Erangan-erangan Anita tersebut membuat diriku lupa.. dan terus melumat dan menjilat vagina nan indah itu..
sambil memberi elusan kepada kedua pahanya dengan kedua tanganku.

Elusanku itu kemudian beralih ke atas. Dari balik kausnya aku memberi sentuhan-sentuhan ke perutnya..
sampai akhirnya aku meremas halus kedua payudaranya yang sebelumnya sudah aku keluarkan dari 'cup'..
yang hanya menutup setengah dari payudaranya.

Remasan halus yang aku berikan memberikan nuansa kenikmatan tersendiri bagiku.
Karena selain kulitnya yang sangat halus, ukuran dan kekenyalannya membuat aku makin bernafsu untuk menyetubuhinya.

Walaupun aku belum melihat payudaranya secara langsung, karena masih tertutup di balik kaus.
Setelah beberapa menit, tiba-tiba Anita mengangkat pantatnya tinggi-tinggi..
dan kedua kakinya menjepit kepalaku ke arah selangkanganku.

Sambil setengah teriak yang tertahan Anita berkata.. "Nnnto.. Aku mau keluarr.. Aduhh..!!"
Kemudian Anita mengejang untuk beberapa saat.

Aku yang masih terus melahap vaginanya, merasakan ada cairan yang keluar dari dalam vaginanya.
Setelah Anita terhempas lemas.. aku masih saja membersihkan cairan cinta yang keluar dari dalam vaginanya.

Setelah itu baru aku merangkak naik sambil menyibakkan kausnya untuk melihat payudaranya..
Setelah terlihat.. aku menjilatinya dengan lahap.
Anita yang masih keletihan setelah orgasme yang pertama, hanya terlihat pasrah saja.

Karena aku sudah sangat bernafsu sekali, aku langsung melepas celanaku.
Rotanku yang sudah sangat keras memang sedaritadi sudah membuat aku tidak nyaman.

Dalam keadaan Anita yang pasrah tersebut..
Slebb.. aku langsung memasukkan penisku dalam lubang cinta milik Anita.

Ughhh.. Seret.. tapi nikmat sekali.
"Aduh..! Ahh.." desah Anita sambil memejamkan matanya.

Slebbb.. jlebb.. Sedikit demi sedikit aku masukkan.. kemudian aku tarik sedikit..
Jlebb,, aku masukkan lagi yang lebih dalam..

Lalu Jleghh..! Akhirnya aku menyodoknya dalam-dalam sampai mentok dengan pangkal penisku.
Kamipun menyatu.. dan keinginanku tadi untuk menyutubuhinya sudah terpenuhi.

Karena desahan-desahan Anita yang membuat aku sangat bernafsu sekali..
sambil memeluk tubuh Anita yang masih berpakaian lengkap aku segera menggenjot tubuhnya dengan cepat.

Akhirnya dengan hitungan cepat pula.. akupun sudah tidak tahan untuk menyemburkan lahar panasku.
Aku langsung mendekap Anita kencang-kencang sambil menekan dalam-dalam penisku ke dalam vaginanya.

Crett. crett.. crett..! "Ahh .. Gue keluar.." akupun menyemburkan cairan cintaku di dalam rahim Anita.
Perasaan nikmat menjalar di dalam tubuhku.

Untuk beberapa saat aku masih mendekap tubuh Anita karena belum mau melepaskan rasa nikmatku itu.
Beberapa saat kemudian akupun bergulir terlentang di samping Anita.

Sambil memegang tangannya, akupun berkata.. "Enak banget punya lu, Nit.
Untung lu bukan istri gue. Kalau Istri gue, ntar gue jadi males ke kantor gara-gara nafsu terus ama lu..”

"Hehehe, punya lu juga enak kok. Cuma sayangnya cepet amat..!" kata Anita..
"Sepertinya barang lu itu lebih besar deh, dari punya Randy. Soalnya gue ngerasa agak mampet di vagina gue..”

"Masa’ sih..? Ah, lu bisa-bisanya aja. Emang sih, tadi cepet banget. Abis gue sudah nafsu banget pingin nyetubuhin elu.
Lagian tadi kan, lu bilang nggak mau ML.. Jadi.. daripada waktu gue sudah nafsu banget dan sudah masukin barang gue..
tiba-tiba lu tadi nolak, atau kabur..? Kan gue yang rugi. Mending gue nyetubuhin elu dengan cepat.
Yang penting nafsu gue tersalurkan. kalau mau yang lama ntar aja kita coba lagi, yah..?”

"Hahaha, emang dasar lu..! Emang lu nggak capek..?” Kata Anita sambil tertawa renyah..
saking gemasnya membuat aku langsung melumat bibirnya yang seksi itu.

Lama aku melumatnya, yang kemudian aku bangun meninggalkanya untuk pergi membersihkan penisku di kamar mandi.
Di kamar mandi aku membersihkan sisa-sisa cairan cintaku yang masih melekat dengan air hangat shower.

Tidak lama setelah aku masuk ke dalam kamar mandi..
Anita ikutan masuk, untuk membersihkan cairan cintaku yang keluar dari vaginanya.

Sambil mengangkat kaki kanannya ke atas closet dan menghadap ke cermin besar..
Anita membersihkan vaginanya dengan tisu WC.

Sementara aku yang sedang mengeringkan penisku dengan handuk..
terus memperhatikan kaki jenjang yang indah itu dan aktifitas Anita.

Kakinya yang putih bersih nan indah itu, terlihat apik sekali kalau dilihat dari belakang yang tiba-tiba membuat libidoku naik.
Rupanya Anita juga memperhatikan aku melalui pantulan cermin di depannya.. –shower berada di depan cermin..–

Dia tersenyum melihat aku tidak berkedip melihat dirinya. Senyumannya itu lho, aduh.
"Nit, jangan senyum-senyum gitu, napa..?” Kataku dengan gemas.

"Lhaa, emang kenapa..? Kan lu juga ngeliatin gue terus, kan..?” Balas Anita.
Aku lalu menghampiri Anita yang masih sibuk membersihkan cairan yang merembes di paha sisi dalam.

"Kok, di bersihin, Nit..? katanya mau dijadiin..?”
"Cuma yang di luar aja, kok. Lagian nggak enak kalau buat jalan, ada sperma di paha gue..”

Sambil Anita bicara.. aku mencium lehernya yang putih itu, sambil memeluknya dari belakang.
"Ihh.. geli doonk..!" Protes Anita, karena membuat tidak leluasa membersihkan pahanya.

Aku nggak peduli.. sambil jongkok malah terus menciumi kakinya yang terangkat itu..
sambil tangan kiriku mengelus sekujur kakinya yang berpijak di lantai..
Kemudian sedikit demi sedikit terus ke atas, sampai kemudian aku menciumi lehernya kembali.

Dalam posisi berdiri dan setengah memeluk dari belakang.. aku terus menerus menciumi Anita..
yang sudah mulai terpejam dan menikmati sentuhanku itu. Kemudian tangan kananku menuju selangkangannya..
kemudian bermain-main dengan lembut pada bulu-bulu halus dan sekitar vaginanya.

Sementara tangan kiriku menyusup ke dalam kausnya mencari daging-daging kenyal yang tertutup bra.
Sedikit demi sedikit Anita terpengaruh dengan aksiku itu.

Tanpa membuang waktu lagi.. aku menyodorkan penisku yang sudah setengah online ke vaginanya.
Perlahan tangan kananku itu membimbing penisku ke vagina Anita dari belakang..

Sementara Anita memberi peluang dengan meninggikan pantatnya..
Kedua tangannya bertumpu dengan sikunya pada pinggir wastafel.

Slebbb..
"Nngghhh.."
"Ahhhh.."
Rasa nikmat dan hangat menjalar pada kami berdua saat penisku masuk ke dalam vagina Anita.

Kemudian aku menyodoknya perlahan sekali.. untuk memberi nuansa yang lebih nikmat dan sensual..
Sementara aku memeluknya dari belakang dan memeras lembut payudaranya.. sambil terus mengecup tengkuknya dan lehernya.

Perlakuanku tersebut membuat kami benar-benar menikmati persetubuhan kami itu.
Sambil terpejam dan sekali-kali mengigit bibirnya, dari mulut Anita mengeluarkan suara desahan lembut.

Aku menyetubuhinya berdiri dari belakang.. sambil memperhatikan Anita dari kaca cermin..
Melihat gocangan payudaranya.. desahannya.. dan ekspresi mukanya yang sensual.. menambah gairahku saat itu.

Di menit yang kesekian.. Anita menurunkan kakinya dari atas closet dan masih bertumpu di depan cermin..
Dia menunggingkan pantatnya ke belakang.. membuat aku dapat menikmati bongkahan pantatnya yang indah.

Sambil sekali-sekali meremas pantatnya itu.. aku menyodoknya terus menerus..
Terus diimbangi oleh Anita dengan goyangan pada pantatnya dan menekan ke pangkal penisku.

Menit demi menit berjalan dengan nikmat. Kami masih bertahan dengan posisi yang sama.
Sampai aku merasakan denyutan halus di dalam vagina Anita yang makin terasa.

Sambil menyusupkan tanganku di balik kausnya, yang membuat Anita dalam posisi nungging..
mencondongkan badannya ke belakang.. membuat aku dapat meremas payudaranya dengan mudah.

"Ssshh, uuhh.. Hmm.. Ssh, gue mau sampai, To.."
"Tahan sebentar yah Nit, gue juga.. Ughh.. nikmat banget.. tahan sebentar.."

Aku merasakan denyutan di vaginanya kian terasa, yang kemudian Anita mulai mengejang.
Akupun yang merasa sudah hampir sampai puncaknya..

Lalu dengan rapat memeluknya dari belakang serta memberi sodokan-sodokan terakhir penisku dengan keras.
Kamipun bergetar hebat.. menikmati persetubuhan kami itu dengan klimaks bersama.

Sementara cairan cintaku yang aku tumpahkan di dalam vagina Anita terasa hangat bercampur dengan cairan cintanya.
Nikmatnya persetubuhan kami itu dirasakan oleh kami berdua..
Terbukti dengan bulu halus pada tengkuk Anita terlihat berdiri.. kemudian aku kecup dengan lembut.

Anita berbalik diperlakukan seperti itu.. kemudian mengecup lembut bibirku.
Aku jawab mesra dengan kecupan-kecupan lembut pula di bibirnya yang seksi.

Entah kenapa.. aku merasa senang sekali memperlakukan Anita seperti itu.
Sentuhan.. kecupan yang lembut.. aroma tubuh dan embusan nafas.. serta dekapan kami berdua..
menambah mesra suasana romantis saat itu.

Sementara suara TV di ruang tidur mengumandangkan lagu Cinta Kita dari Titi Dj..
"Aku tetap bertahan.. walau badai datang menerjang..
Menjaga cinta, kita, slalu bersama..
Sungguh cinta kita tiada.. Duanya.."


Kecupan demi kecupan, belaian demi belaian kami lakukan.
Embusan nafas yang memburu menambah gairah kami yang sebelumnya telah melakukan persetubuhan..
dengan kenikmatan sensual dan romantis.

Sambil berpagutan, aku mendorong Anita perlahan-lahan ke tempat tidur.
Dalam posisi duduk di tepi tempat tidur.. aku pangku Anita tanpa melepaskan pagutan kami berdua..
menambah panas suasana di ruangan itu.

Anita pun dengan bergairah melepaskan pakaianku yang masih tersisa.. sementara akupun tidak tinggal diam.
Kaus Anita kubuka.. dan terpampanglah buah dada yang kenyal itu.. sedikit terbungkus dengan bra.

Crup.. Aku langsung menciumi buah dada Anita sambil membuka ikatan dari depan.
Setelah terbuka.. aku pelintir putingnya dan aku sedot puting satunya.

Dicium.. menjilati.. dan aku remas dengan lembut buah dada Anita yang indah itu dengan penuh kasih sayang.
Desahanan Anita menjadi-jadi.. setelah ia memasukkan penisku ke dalam vaginanya sendiri perlahan-lahan sekali.

Sambil memeluk Anita.. aku menciumi seluruh area dadanya.. tanpa kecuali bahu dan ketiaknya..
Sementara Anita perlahan tapi pasti menaik-turunkan tubuhnya.
dengan sekali-sekali memutar pantatnya dengan halusnya.. tatkala penisku tertancap jauh di dalam vaginanya.

Menit demi menit, suasana romantis tersebut bertambah nikmat dengan perlakuan kami berdua..
saling memberi belaian, kecupan, rangsangan dengan rasa cinta, romantis dan penuh kasih sayang.

Goyangan Anita pun menjadi-jadi, dengan meningkatnya gairah kami berdua.
Tatkala gerakan Anita bertambah cepat.. aku pun mendekapnya dengan erat sambil memberikan sodokan-sodokan ke atas..
sampai jeritan panjang Anita yang merasakan ejakulasi setelah mendapat orgasmenya tersebut.

Tanpa melepaskan pelukan.. aku mengejang untuk beberapa saat.. menikmati persetubuhan kami yang nikmati.
Kemudian memberikan kecupan sayang kepada Anita yang telah memberikan kenikmatan dalam persetubuhan.
Sambil memeluk Anita.. aku ambruk ke belakang.

Aku membelai rambutnya.. mengecup kening dan bibir Anita yang terlihat sangat letih tapi terlihat cantik..
walaupun terihat rambut seluruh mukanya dan tubuhnya basah bermandikan keringat.

"Lu keliatan capek, Nit. Istirahat dulu aja..” kataku.
"Nggak ah.. gue emang capek.. tapi seneng banget ngelayanin lu. Abis enak banget..!" Kata Anita kemudian.

"Enak barang gue.. atau lu emang doyan sex..?”
"Dua-duanya sih.. Hahaha.. tapi sentuhan lu itu lho, bikin gairah gue berkobar..! Touch of Art.."
Aku tertawa mendengar kelakar Anita tersebut.

Kemudian aku bangkit menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan membersihkan sisa cairan cinta kami berdua.
Sementara Anita Anita bergerak ke arah bantal besar di atas tempat tidur.

Di kamar mandi aku menyempatkan untuk mengisap sebatang rokok kesukaanku.
Sambil mengisap aku memandang cermin di depanku.. Bermimpikah aku ini..? Batinku.

Aku cubit-cubit mukaku, perih. Berarti aku nggak mimpi. Aku menyetubuhi Anita..? Wah..
Sambil mengisap rokokku.. aku tersenyum bangga sekali.. karena bisa tidur dengan Anita.

Setelah isapan terakhir rokokku.. aku berkumur dengan pengharum mulut dan kembali ke ruang tidur.
Di atas tempat tidur, ternyata Anita sudah tertidur lelap.

Dengan posisi setengah tengkurap (miring) ke kiri, satu kaki tertekuk ke depan, dan kaki satunya lurus sejajar dengan tubuhnya.
Pemandangan erotis yang aku lihat, pantatnya yang bulat, dengan posisi seperti ini membuat libidoku naik dengan cepat.

Perlahan-lahan aku merangkak menghampiri Anita. Dalam posisi yang sama..
Slebb.. vagina Anita aku masukkan dengan penisku yang sudah setengah tegang.. blesskk.

Sedikit-demi sedikit aku masukkan dengan bantuan tangan kananku..
Slebbb.. sementara tangan kiriku membelai bongkahan pantatnya.

Setelah penisku masuk hampir semua.. aku maju-mundurkan perlahan-lahan..
sementara kedua tanganku bergerilya ke suluruh kaki dan pantatnya.

Sodokan-sodokan halus yang aku lakukan ternyata tetap membuat Anita tersadar dari tidurnya, yang kemudian menoleh ke arahku.
"Auhh.. uhh, To.. Belai aku dong.. Nikmat juga nih..! Geli.." kata Anita kemudian.

Sodokanku kemudian lebih cepat dan berirama sambil mengusap sekujur tubuh serta meremas halus buah dadanya.
Setelah puas, aku menyuruh Anita untuk tengkurap, dengan pantat ditinggikan.

Dalam posisi tersebut.. aku setubuhi Anita dari atas yang mengerang dan mendesah erotis sekali.
Bongkahan pantat Anitapun tak luput dari remasan tanganku.

Setelah aku bergerilya di seluruh tubuhnya..
buah dadanya yang terhimpit dengan kasur tidak luput juga dari remasan tanganku.

Sodokan demi sodokan aku berikan serta keringat kami yang membanjir..
menghasilkan citra rasa dan gairah pada kami berdua.

Erangan, desahan kami berdua serta sentuhan-sentuhan kami membuat gelora birahi kami memuncak.
Sampai pada puncak gairah kami itu, aku menyuruh Anita untuk terlentang.

Dengan gaya konvensional tersebut.. aku setubuhi Anita sambil memeluk erat tubuhnya untuk mengakhiri sesi ini.
Dekapan aku buat dan pagutan kami diakhiri dengan ejakulasi kami yang hampir bersamaan.

Bermula dari aku yang mengejang sambil mendekap erat tubuh Anita serta mengigit lehernya dengan bibirku..
Kemudian Anita menyusul.. dengan mendekap punggungku dengan himpitan kakinya yang erat pada pinggangku.
menambah pesona tersendiri bagi kami berdua karena menambah masuknya penisku ke dalam vagina Anita.

Setelah itu aku memberikan ciuman mesra kepada Anita dengan rasa sayang.
Menit berikutnya aku ambruk disampingnya.

Peluh kami sudah tidak terkira banyaknya disertai nafas kami berdua yang tersenggal.
Setelah itu kamipun mandi berdua.. sambil bercanda aku dan Anita saling memandikan dengan mesranya.

Setelah selesai, kami mengeringkan tubuh kami bersama dan pergi ke tempat tidur.
Di atas tempat tidur, kami tidur berpelukan dengan mesra tanpa ada rasa canggung.

Sementara di TV menampilkan lagu 'Bilakah' dari grup musik Ada Band, kamipun kemudian tertidur pulas.
Aku tidak tau sudah berapa lama tertidur, sampai kurasakan ada sesuatu yang geli pada selangkanganku.

Sewaktu terbangun, kulihat Anita sedang mengulum dan menjilati penisku seperti makan candy.
Dari mulai biji pelir sampai lubang penisku, tidak luput dari sergapan lidah dan kuluman Anita.

Rasa nikmat menjalar di sekujur tubuhku tatkala Anita mengulum penisku disertai dengan sentuhan giginya di ujung penisku.
Penisku yang sudah mengeras bertambah keras diperlakukan sedemikian rupa olehnya.

Setelah itu Anita mengambil posisi berjongkok di atas penisku.
Sambil mencengkram dan membimbing penisku ke arah lubang cintanya, sedikit-demi sedikit penisku masuk.

Kemudian ditarik kembali, digosok-gosokkan di sekitar lubang vaginanya dan dimasukkan kembali.
Setelah amblas sampai biji pelirku menyentuh bibir kemaluannya.. Anita mulai menaik-turunkan tubuhnya perlahan-lahan.

Aku tidak tinggal diam. Kuremas pantatnya silih berganti yang kemudian beralih pada buah dadanya.
Anita yang bergerak naik-turun dengan cepat kemudian memutar-mutar pantatnya di atasku..
membuat rasa sensualitas pada gairah kami berdua.

Kemudian dia menunduk untuk merapatkan tubuhnya di atas dadaku.. kubalas dengan dekapan mesra..
Kusertai ciuman bertubi-tubi pada bibir dan lehernya sambil memberikan sodokan keras dari bawah.

Aku kemudian meminta Anita untuk memutar tubuhnya membelakangi diriku.
Dalam posisi tetap di bawah, aku dapat memelihat bongkahan pantatnya menghantam penisku dengan mantap.

Aku pun dapat leluasa meremas pantatnya dengan sekali-kali meremas-remas punggungnya.
Menit berlalu tanpa terasa.. dengan posisi yang sama kami meraup kenikmatan dan sensualitas bersama.

Setelah itu aku meminta Anita untuk menungging. Dengan posisi doggy style aku menyetubuhinya..
sambil meremas buah dadanya dengan lembut.

Clebb..clebb.. clebb.. crebb..crebb.. crebb.. crebb.. Sodokan-sodokan yang lembut.. gigitan kecil..
Juga usapan lembut pada sekujur tubuh Anita.. membuat diriku tidak dapat membendung gairah puncakku itu.

Yang kemudian aku meminta Anita untuk kembali pada posisi awal..
Aku di bawah dan Anita di atas.. untuk dapat mendekapnya dengan mesra.

Sodokanku dari bawah dan himpitan selangkangan Anita dari atas menambah menit akhir orgasme kami kian dekat.
Sambil menyodok dari bawah.. aku pun mengusap lembut lubang duburnya..
yang kemudian menambah getaran tubuh dan denyutan yang keras pada vaginanya.

Pada posisi tersebut dan saling mendekap erat.. kami mengakhiri persetubuhan kami itu..
Dengan tubuh kami yang saling mengejang dan semburan cairan cinta kami di dalam rahim Anita.

Setelah berakhir.. Anita jatuh di sisiku dengan rasa yang sungguh nikmat.
"Uhhff.. Baru kali ini gue ngerasain enaknya bercinta..” kataku kemudian.

"Kalau tau seperti ini.. mungkin dari dulu gue sudah minta ke elu sebelum elu digosok abis ama laki lu.."
"Enak aja lu..! Emang gue mau ngasih perawan gue ke elu..! Jangan konyol.." kata Anita sambil melempar bantal ke arahku.

"Eh, tapi kan elu tadi nikmatin juga persetubuhan kita..?”
"Iya siih.. tapi kan karena gue mau cepet dapat anak. Kalau perawan gue tetep dikasih ke suami gue, donk.."

"Seett.. pelit amat sih lu..!!" Kataku itu disambut dengan lemparan bantal lagi oleh Anita.
Aku yang sudah tau gelagat dapat menghindari lemparan tersebut dan lari ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai giliran Anita untuk membersihkan diri.

Waktu sudah menunjukkan hampir jam tujuh malam, ketika Anita pamit kepadaku untuk kembali ke rumah.
Aku pun mendekapnya dengan mesra serta memberinya kecupan pada kening dan bibirnya.

Setelah itu kamipun berpisah.. Anita pulang.. aku tetap di hotel..
kembali istirahat untuk mengembalikan staminaku yang terkuras.
Aku memang berminat checkout pagi-pagi setelah sarapan.
oOo

Hari-hari berikutnya di kantor.. aku tetap bertemu dengan Anita.
Bila bertemu dan berbicara,..kami berbicara dan bersikap seperti biasa saja..
seolah-olah tidak ada kejadian apapun pada kami berdua.

Sampai kira-kira pada minggu ke-2 atau ke-3 setelah kejadian itu.. Anita memberi kabar bahwa dia hamil.
Dan Anita memastikan bahwa anak yang dikandung tersebut adalah anakku..
Karena disesuaikan dengan umur kandungan dan peristiwa yang kami lakukan.

Dari perselingkuhannya denganku pertamakali hingga kini.. aku telah melakukan persetubuhan dengannya duakali lagi..
Dimulai dari Anita memberitahukan bahwa dirinya hamil.

Walaupun kami tidak melakukannya seperti pertama.. –kami hanya melakukan sekali setiap pertemuan..–
Karena takut merusak janin yang ada dalam kandungannya.

Sampai kami sepakat untuk tidak melakukannya lagi.. mengingat tujuan perselingkuhan kami semula..
Dan untuk menghormati suami Anita.
ooOoo

Kisah ini memang benar terjadi dalam diriku.
Tapi karena sudah berlalu.. ada beberapa pembicaraan kami yang mungkin aku tambahkan..
Karena aku terus terang lupa dengan detil pembicaraan kami berdua.. khususnya sebelum kejadian waktu itu.

Tapi untuk waktu dan tema pembicaraan memang benar adanya.
Untuk nama tempat atau lokasi juga kami samarkan.. demi kerahasiaan kami berdua. (. ) ( .)
-------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-----------------------------------------------------------------------------

Cerita 31 – Perempuan Perempuan Kantor

Episode 2 : Selingkuh Hati

Setelah
kejadianku dengan Anita beberapa bulan yang lalu..
kami masih melakukannya beberapakali.. sampai kami benar-benar menghentikannya.

Walau pun demikian kami masih tetap berkomunikasi.. walau dalam batinku kadang-kadang menginginkannya..
aku tetap harus menghormatinya dan hubunganku hanya sebatas teman kerja biasa.
Untuk itu aku berusaha untuk mengalihkan perhatianku untuk tidak sesering mungkin bertemu dengannya.

Di kantorku ada seorang temanku yang juga merupakan teman dekat Anita.. Santi namanya.
Mereka berdua bergabung dengan perusahaan kami berbarengan.
Oleh sebab itu mereka berdua memang sudah dekat sajak pertama masuk kerja.

Dibandingkan dengan Anita.. Santi memiliki tubuh yang sedikit tinggi dan langsing. Berparas manis..
Malah aku terkadang memandangnya sebagai wanita yang cantik. Berambut sebahu dan bergelombang.

Walau pun tidak memiliki buah dada yang besar.. tetapi bila sedang berjalan.. seksi sekali. Sama dengan Anita..
Aku dengan Santi memiliki hubungan yang dekat. Malah aku rasa lebih dekat dibandingkan dengan Anita.

Aku sering memijatnya di jam kantor.. apabila Santi merasa pegal dan letih.
Pada saat memijatnya itu.. aku sering sekali memperhatikan buah dadanya yang tidak besar..
Tetapi ingin sekali aku menyentuhnya. Hmm..

Seringnya aku bercanda atau memijatnya.. membuat suasana kantorku menjadikan hal yang biasa untuk dilihat.
Walau pun ada sorot-sorot mata tajam kecemburuan.. terutama laki-laki yang menyukai Santi.

Tetapi kami acuh saja.. karena kami berdua menganggap hanya teman biasa..
Dan tidak ada perasaan sesuatu apa pun antara satu dengan yang lain. Sampai suatu saat ..

Santi tinggal di kost sejak dia kuliah. Berasal dari NTB dan orangtuanya masih tinggal di sana.
Suatu hari.. akhir pekan di bulan Mei lalu.. aku ditelpon untuk segera datang ke kost-nya di bilangan Menteng.

"Ada apa sih.. San..?” Tanyaku.
"Tolongin gua dong.. gua nggak bisa ngeluarin DVD dari komputer. Kemaren karena hang.. gua matiin aja.
Tapi sejak itu dvd-room gua nggak bisa dibuka. Hari ini gua harus balikin DVd ke rental.." katanya kemudian.

"Emang kagak bisa dipaksa..? Setau gua ada lubang kecil di depan yang bisa dicolok untuk bisa dibuka dengan manual..
Lubangnya kecil.. kamu sodok aja pake lidi atau kawat kecil.. atau klip kertas kamu lurusin dulu..”

"Woi.. lu mau bantu gua kagak..? Gua nggak mau maksa DVd-room gua..
Ntar gua kena pidana perkosaan lu mau tanggungjawab..?” Jawabnya ketus.

"Sett.. dah ni bocah..!! Galak amat sih Lu..?”
"Emang..!!” Katanya kemudian.

"Ya udah.. gua ke sana. Eh.. depan kost Lu udah nggak ada beling kan..?
Kalo masih ada tolong sapuin dulu.. yah..? Ntar kaki gua luka..” kataku.
"Emang Lu ke sini nyeker.. kagak pake alas kaki..? Cepet ke sini.. bawel..!!”

Tak lama setelah itu aku pun meluncur ke arah Menteng. Sesampainya di depan kost Santi.. terlihat sepi sekali.
Berkali-kali aku ketuk-ketuk pagar.. tetapi nggak ada sahutan.
Santi memang berada di lantai 2 dan posisi kamarnya ada di belakang.. jadi wajar bila tidak mendengar ketukan aku.

Tidak sabar karena matahari mulai terasa panas.. aku telpon Santi melalui HP.
"Woi.. San.. gua di depan nih.. bukain pagar dong..?”
"Iyaa.. Sebentar.. gua turun..” kata Santi yang kemudian langsung mematikan HP.

Tidak lama kemudian dia datang dan langsung membukakan pagar.
"Sepi amat sih.. San..? Pada ke mana orang-orang..?” Tanyaku.

"Adaa.. kok. Mungkin mereka nggak denger aja. Teman kost banyak yang keluar.
Kalo si Mbak.. –pembantu..– ada di belakang..” jawab Santi.

Setelah menutup pintu pagar.. Santi masuk ke dalam diikuti aku dari belakang.
Hari itu.. Santi menggunakan celana pendek gombrong di atas dengkul dengan kaos warna putih.

Aku terus mengikutinya sambil memperhatikan tubuhnya yang berjalan dengan gemulai..
memperlihatkan lekuk badan dan bongkahan pantatnya yang bulat.

Sesampainya di dalam kamar.. aku langsung menghampiri komputernya..
lantas membuka perlengkapanku yang sudah aku persiapkan dari rumah.

Akhirnya aku dapat mengeluarkan secara manual DVd dari dalam.
Setelah aku hidupkan.. aku mencoba DVd-rom untuk memastikan drive tersebut bisa tetap digunakan seperti semula.

Setelah yakin semuanya beres. Aku pun berniat pamit pulang.
"Emang ngapain Lu pulang buru-buru..? Ngapel juga nggak.. kan..?”

"Iyaa.. sih. gua cuma nggak enak aja lama-lama di sini.
Nggak enak sama temen-temen kos yang lain. Lagian ntar laki Lu dateng gimana..?”
"Temen kost yang lain di lantai 2 pergi keluar.. tau ke mana. Kalau cowok gua lagi ke Medan..”

Konon dengan pacarnya ini Santi pernah hamil dan memiliki anak di luar nikah..
karena hubungan mereka ditentang keluarga.

Tetapi karena sesuatu hal.. keluarganya menutupinya.. sebab sampai saat ini mereka belum menikah.
Walau mereka sudah pacaran sejak SMA.

"Mending Lu bantuin gua bersih-bersih kamar..” kata Santi kemudian.
"Bersiin kamar Lu..? Emang apanya lagi yang dibersihin..?”
Aku menjawab sambil celingak-celinguk sekeliling kamar.

Memang banyak sekali barang-barang yang menumpuk di kamar kos Santi.
Tetapi semua ditata apik dan tidak ada sedikit pun kotoran yang terlihat.

Aku pun menghampiri kamar mandinya yang terletak di dalam kamar. Itu pun terlihat bersih.
Sementara Santi memperhatikan aku dengan heran.

"Apanya yang dibersihin sih..? Oo.. maksud Lu barang-barang ini mau 'dibersihin'.. dikeluarin gitu..?”
Tanyaku kemudian.

"Bukan..!! Maksud gua Lu bantuin ngangkat ni barang-barang. Gua mau bersihin di belakangnya.
Keliatannya sih bersih.. tapi hanya di atas doang. Gua mau bersihin barang di atas lemari itu.."

Santi menerangkan sambil menunjuk barang-barangnya di atas lemari. Memang banyak sekali barangnya.
Dan aku baru memperhatikan ada sedikit debu dan sarang laba-laba di sana.

"Woi.. Ditanya malah bengong..! Males yaah..? Hahahaha..” Sergahnya.
"Ayoolaah. Nggak.. gua tadi baru liat ada sarang laba-laba.. Ternyata lu penyayang binatang juga.. toh..?
Ngerajutin sarang di atas lemari..”

"Cerewet amat sih..!! Udah sekarang kita mulai..” kata Santi.
"Ehh.. di sini ada minum nggak..? Nanti kalo gua haus gimana..?” Kataku kemudian.

"Ya.. ada donk. Emang gua kos di sini kagak pernah minum..?
Dikira gua onta.. cuma minum sekali terus tahan 2 hari puasa..!! Di kulkas ada tuh.. Kalo mau.. tapi self service yah..!”

Aku tertawa terpingkal-pingkal mendengar celotehan Santi..
Sementara Santi melotot menahan kesal melihat kelakuanku itu.

Kami pun mulai bekerja.
Sambil sesekali terbatuk-batuk karena debu di atas lemari ternyata banyak sekali..

Kami bergotong royong melakukan proyek pembersihan.
Aku bertugas mengangkat barang-barangnya.. sementara Santi yang bertugas membersihkan.

Di saat tertentu berulangkali buah dada Santi terlihat olehku.
Yang membuat aku tambah bersemangat kerja.. walau terbatuk-batuk diterjang oleh badai debu.

Akhirnya setelah hampir satu setengah jam.. kami pun selesai.
Aku duduk di lantai bersandar pada tempat tidurnya untuk melepas lelah.

Tak lama kemudian Santi membawa 2 gelas minuman dan menyodorkan satu gelas padaku.
"Eh.. katanya self service..? Ini gelas isinya..?” Tanyaku.
"Minyak rem..!” Kata Santi sengit.

Sambil tertawa aku menerima gelas yang disodorkan.. minum sedikit dan meletakkan di meja kecil di samping tempat tidur.
Kemudian aku berdiri dan berjalan ke belakang kamar.

"Ehh.. mau ke mana Lu..? Dikasih minum malah kabur.." tanya Santi.
"Minjem kamar mandi Lu.. gua mau cuci steam nih. Muka gua lengket.." Jawabku.

"Jangan ngabisin sabun gua.. yah..? Kalo makenya banyak.. pake sabun colek aja..
Atau pake yang di kotak plastik aja.. ada rinso..”

"Terus.. habis itu digilis ama mesin.. kan..!? Emang.. muka gua muka dandang apa..?” Santi tertawa mendengar jawabanku..
Sementara aku mulai membilas mukaku kemudian membersihkannya dengan sabun muka milik Santi.

Setalah aku itu.. aku kembali ke kamarnya.
Aku melihat Santi sedang menonton DVD Lord of the ring yang tadi macet di komputernya.

Mungkin karena takut macet lagi.. dia menonton dengan player DVD.
Saat itu Santi menonton sambil memijat-mijat kakinya sendiri.

"Kenapa kaki Lu.. San..?” Tanya aku kemudian.
"Rada pegel nih..”

"Sini gua pijitin.. Eh.. mau nggak..?”
"Ya.. maulaah.. Pake nanya segala.. Di kantor aja mau.. apalagi kalo lagi bener-bener butuh..?”

Aku pun segera ambil posisi.
Santi duduk di lantai dengan bersandar pada tempat tidur.. sementara aku di samping kakinya.

Sambil memijat.. aku bertanya.. "Emang lu belon nonton film ini..?”
"Udah. Yang depan doang.. yang belakang-belakang belum.. Karena macet.. gua belum sempet nonton lagi.."

Kami tidak banyak bicara.. terutama Santi karena asik menonton film yang diputarnya.
Sesekali dia meringis menahan sakit pijatanku.

Setelah kedua kakinya aku pijat.. Santi minta punggungnya juga aku permak.
Posisi pun kami ubah.. sekarang aku di belakang Santi.

Sambil menonton acara film aku melakukan pijatan dari bahunya.. turun ke pinggang..
Kemudian ke bahu lagi. Terakhir baru dari bahu turun ke telapak tangan.

Karena yang ditonton sesi yang terakhir.. film yang diputar ternyata tidak lama.
Setelah Santi mamatikan DVD-nya.. dia mengubah channel lokal dan kembali menghampiriku.

Kali ini dia tidak duduk di lantai.. tapi di pinggir tempat tidurnya.
"Pijetin kaki gua lagi doonk..? Ntar balik ke punggung lagi yah..?”
"Iyaa.. Tapi Lu jangan moloor.. Nanti gua pulang gimana..?”

"Emang kenapa..? Lu mau gua anterin pulang ke rumah..?”
"Kagaak. Maksudnya.. masa’ gua ngucluk keluar kos sendirian..?”
"Nggaklaah.. nggak tidur kok. Udahlah.. Ayoo doonk.." pinta Santi kemudian.

Aku pun mulai memijat kakinya satu per satu. Sambil memijat dan dipijat.. kami pun mengobrol masalah kantor..
Juga pengalaman-pengalaman yang pernah kami lalui masing-masing. Sambil sesekali melihat acara di TV bila ada yang menarik.

Karena posisi Santi duduk di pinggir tempat tidur dengan kaki menapak di lantai..
sedangkan aku duduk di lantai menghadap kakinya.. membuat aku pegal.
Aku lantas membalikkan badanku untuk bersandar di tempat tidur.

Dengan posisi itu aku bisa melihat TV tanpa memalingkan kepala.. karena letak TV berada di depan Santi.
Tetapi kondisi ini mengharuskan kepalaku di depan selangkangan Santi.

"Sorry San.. rada pegel leher gua. Nggak Papa kan..? Kaki Lu dinaikin di pundak gua aja..” tanyaku kemudian.
"Nggak Papa.. Malah enak bisa nindih pundak lu.. Hehehe..”

Sambil nonton dan mengobrol aku pijat kakinya dari bawah ke atas.. kiri dan kanan.
Entah sadar atau tidak.. sesekali Santi merapatkan selangkangannya di belakang kepalaku.

Tetapi karena aku nggak enak.. aku nggak mau berbuat banyak. Takut Santi nggak suka dengan ulahku.
Terakhir.. setelah aku memijat dari atas dengkul hingga mata kaki.. aku pijat telapak kakinya.

Setelah selesai.. aku kembali memijat ke atas kedua kakinya sambil membalikkan badanku..
agar aku bisa memijat kedua kakinya dengan kedua tanganku.

Begitu aku membalikkan badan.. aku melihat Santi sudah merebahkan badannya di tempat tidur.
"San.. udah enak kakinya..? Mau diterusin atau nggak..?” Tanyaku.
"Terusin dulu dong..?” Pinta Santi.

Aku pun meneruskan pijatanku hingga pangkal pahanya. Tetapi aku nggak berani terlalu lama berada di situ.
Aku menaikkan tanganku hingga ke perutnya.. kemudian turun lagi ke kaki.

Karena Santi diam saja.. aku mulai memberanikan diri untuk memasuki celah kakinya yang terbungkus celana pendek.
Itu pun nggak lama.. takut Santi marah karena ulahku. Tidak terasa ulahku itu membuat aku panas juga.

"San.. mau dipijat mana lagi..?” Tanyaku sambil memasuki celah celananya.
"Terserah.. Deh.. yang mana..?”

"Kalo yang tengah..?” Tanyaku dengan ceroboh.. yang membuat aku menahan nafas menanti jawabanya..
"Terserah..”

Hawa yang panas di luar bertambah panas mendengar jawaban Santi demikian.
Kedua tanganku pun bertambah nakal memasuki celah celana pendeknya lebih dalam.

Yang satu ke arah bawah.. memijat bongkahan pantatnya.. Yang satu memijat pangkal pahanya.. di depan vaginanya.
Sesekali aku melakukan elusan di vaginanya yang masih tertutup celana dalam dengan menggunakan kelingkingku.

Kaki Santi bergerak-gerak perlahan karena ulahku itu. Sekali-kali ia mengangkat kepalanya melihat perlakuanku..
Kemudian meletakkan kepalanya lagi di tempat tidur. Tanggapannya itu membuat aku semakin berani.

Setelah bergantian tangan kiri dan kananku memijat dan meremas..
sambil menyentuhkan hidungku pada celana di posisi vaginanya berada.. dan menggigit-gigit kecil dengan bibir..

Aku memberanikan diri menurunkan celana pendeknya perlahan-lahan.
Sambil telentang.. Santi merespon dengan mengangkat pantatnya agar aku bisa mudah menurunkan celananya.

Aku pun menurunkan celananya melewati kakinya yang terjuntai di lantai hingga lepas.
Langsung aku mencium dan menjitai kakinya dari bawah hingga atas.

Sambil kedua tanganku meremas pantatnya.. aku menggigit dengan bibirku..
vaginanya yang masih terbungkus celana dalam hitam.

Itu pun tidak bertahan lama. Aku pun menarik lepas celana dalamnya.
Di sini aku melihat pemandangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Santi dengan vaginanya yang berbulu hitam.. menambah voltase yang besar pada senjataku. Aku langsung horny berat..
Tanpa bersabar lagi aku serbu vaginanya dengan lidahku.. sampai masuk jauh di dalam.

Santi merespon dengan mengangkat pantatnya..
dan memalingkan kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil terpejam dan mendesah.

Tanganku yang tadinya meremas-remas pantatnya.. sambil mengelus-elus kulitnya..
kini bergerak ke atas memasuki bagian atas dari dalam kaosnya.

Akhirnya aku menemukan daging kenyal yang masih dibungkus bra.. di balik kaosnya.
Sambil menjilati vaginanya.. aku meremas kedua buah dadanya yang hanya berukuran 34 itu..
setelah aku keluarkan dari sarangnya.

Lama aku menikmatinya sambil meremas dan mengelus-elus..
karena aku ingin sekali memanfaatkan momen ini untuk selama mungkin.. sampai aku puas.
Sebab hal seperti ini sudah lama aku inginkan.. hingga kini menjadi kenyataan..

Slrupp.. slrupp.. Jilatanku makin menggila.. setelah Santi mendesah dan mengerang panjang.
Sampai saat ia menjepit kepalaku dengan kakinya.. sambil menjambak rambutku ke arahnya.

Santi pun mendapat orgasmenya pertama. Vaginanya bertambah basah.. dengan adanya lelehan cairan yang keluar.
Setelah jepitannya melemah.. aku menyudahi jilatanku pada vaginanya dengan menciumi kedua pangkal pahanya dan perutnya.

Setelah membersihkan mulutku dengan tisyu yang ada di samping tempat tidur.. aku menciumi bibirnya.
Memberi kecupan-kecupan mesra di bibir atas dan bawah..

"Kok.. tadi nggak dilanjutin aja..?” Tanya Santi padaku.
"Dilanjutin gimana maksudnya.. San..?”

"Dimasukin aja.. pasti kamu pengen kan..?”
"Iya siih.. Sebenernya aku juga udah horny banget.." kataku kemudian.

"Kenapa nggak..? Nggak mau yah.. sama aku..? Kenapa..? Aku ada yang kurang ya..?” Tanya Santi.
"Nggak.. bukan itu.. Aku emang pengen banget ML sama kamu.. Dari dulu malah..!
Tapi aku takut bablas.. kalo kamu hamil gimana..?”

"Aku pake pengaman kok.. pake spiral..” kata Santi.
"Hah..!? Kamu pake KB..? Tapi nggak ahh.. Malu.. San. Aku sering terlalu cepet keluar.."

"Malu..? Kenapa mesti maluu.. Emang habis itu udahan..? Pasti nggak kan..?”
Aku heran dengan kata-kata Santi tersebut..

"Kok.. kamu tau.. San..? Emang kamu udah pernah ML sama siapa selain pacar lu..?”
"Enak aja lu.. Ini kali aja gua bugil sama orang selain pacar gua.. Ehh.. kamu nggak cerita-cerita ke orang lain.. kan..?”

"Kejadian ini..? Nggaklah..!! Emang aku siapa. Eh.. untuk yang pernah melahirkan anak.. vagina kamu kok masih bagus.. sih..?”
Kataku kemudian. Santi terdiam.

"Kamu tau dari siapa aku punya anak..?”
Walau aku kaget karena kelepasan ngomong dan takut Santi marah.. dengan jujur aku pun menjawab dengan hati-hati.

"Sebenernya aku udah memperhatikan kamu sejak kamu masuk pertamakali dengan Anita.
Teman-temen waktu itu selalu mencemoohku.. karena menurut mereka Anitalah yang paling 'wah' daripada kamu.. San.
Tapi aku berpendapat beda.. kamu yang lebih menarik perhatianku. Tapi setelah aku tau kamu punya pacar..
yang sudah dipastikan akan menikahi kamu.. ditambah aku tau kalo kamu sudah punya anak darinya.. aku sedikit kecewa.
But.. it's okay.. Aku seneng juga kok bisa berteman saja..”

Tidak disadari pembicaraan kami membahasakan diri menggunakan bahasa yang lebih dekat..
Tanpa menggunakan Gua dan Lu.. tapi dengan Aku dan Kamu. Itu pun aku mulai sadar setelah kami berbicara lama..

Kami terdiam untuk beberapa saat.
Kemudian Santi bangun dan mendekati aku yang duduk di pinggir tempat tidur sampingnya.

Sambil mengecup bibirku.. ia meraba dan meremas senjataku dari balik celana.
"Aku oral yah.. kamu mau.. kan..?” Tanya Santi. Aku tidak menjawab.. hanya merespon kecupannya.

Sambil duduk di lantai di hadapanku.. Santi membuka celanaku satu per satu.
Setelah bugil senjataku yang sudah setengah berdiri karena remasannya tadi.. diciuminya.

Dipegangnya penisku lalu dikocoknya perlahan. “Ooohhhh..!” Aku mendesah nikmat.
Setelah sekali-sekali dikocok.. Santi pun mulai mengulum lembut penisku.

Kepala penisku diisap-isapnya.. tangannya masih mengocok batang penisku dengan lembut.
Tanganku membelai rambut Santi. “Ohhh.. teruuusss.. Santtthh..” rintihku.

Slopp..! Kini batang penisku telah separo masuk ke mulutnya. Kepala Santi bergerak maju-mundur.
Buah zakarku di elus-elus oleh Santi. Pinggulku bergerak mengimbangi gerakan kepala Santi.

Clopp.. clopp.. Penisku masuk lebih dalam ke mulut Santi.. sampai dia sedikit tersedak.
Mulutnya terus mengisap-isap batang penisku. “Ugghhhh.. ugghhhh.. uuuugghh..” aku mendesah panjang.

Santi semakin mempercepat gerakan kepalanya. Batang penisku kini sudah sangat basah.
“Mmmmpppffff..” Desah Santi.. mulutnya penuh oleh penisku. Wahh.. rasanya geli dan nikmat sekali.

Sedikit demi sedikit libidoku naik ke puncak. Sambil dikulum.. tanganku mengelus leher dan buah dadanya dari atas.
Walau masih menggunakan kaos.. aku tidak mengalami kesulitan untuk melakukan remasan dan sentuhan pada kulitnya.

“Ughhh.. teruuusss Santthhh..” aku terus mendesah.
Batang penisku kurasakan semakin penuh.. sebentar lagi aku akan mencapai klimaks.

“Ooohh.. enakkkk Santtthhhh..” desahku panjang. Santi masih saja terus mengulum batang penisku.
Kupegang kepalanya dan kutekan penisku dalam-dalam ke mulutnya..

Ketika kurasakan penisku sudah tidak kuat lagi menahan spermaku yang ingin keluar.
Tidak berapa lama kemudian darahku bergejolak rasa nikmat sudah menjalar hingga ke ujung penisku.

Aku pun orgasme dengan memuntahkan sperma banyak sekali pada Santi.
"Aaaaaaaaaaahhhhhhhhh..!” Desahku panjang melepas nikmatku.
Cratt.. cratt.. cratt.. cratt.. Kusemprotkan spermaku ke dalam mulut Santi.

Santi menghentikan gerakan kepalanya dan kini mulutnya membuka semakin lebar menerima semprotan spermaku.
“Aaahhhhhhhhh.. uuuuhhhhhhhhh..!” Desahku mengeluarkan semprotan terakhirku.

Penisku masih di mulut Santi. Dia menelan spermaku ke dalam perutnya.
Di ujung bibirnya kulihat spermaku sedikit mengalir keluar.

Kemudian dilepaskannya penisku dari mulutnya. “Mmmm..”
Katanya sambil membersihkan ujung bibirnya dengan lidah.

Karena aku ngga sempat memberitau.. beberapa tetes cairan cintaku menyembur pada kaos dan sedikit kena pada rambutnya.
Ughhh.. Nikmat sekali.. "Terimakasih.. yah..” kataku sambil mengecup manis pada kening dan bibirnya.

Sambil bersendau gurau.. aku membersihkan cairan cintaku yang melekat pada kaosnya dan rambutnya dengan tisu.
Setelah itu aku ke kamar mandi untuk membersihkan penisku.

Setelah menggunakan kembali celana dalamku dan keluar kamar mandi..
aku melihat Santi tidur tengkurap di tempat tidur dengan menggunakan kaosnya..
Ia juga sudah mengenakan kembali celana dalamnya yang hitam.

Sambil menghampirinya.. aku bertanya. "San.. kok seksi gitu gayanya..? Kalo mau tidur.. aku pulang aja yah..?”
"Nggak.. kok.. Aku cuma nunggu kamu keluar kamar mandi. Mau pijetin gua lagi.. nggak..?”

Tanpa disuruh duakali aku sudah naik ke atas tempat tidur.
Dengan posisi menduduki bawah pantatnya.. aku mulai memijatnya.

Dimulai dari kedua pergelangan tangannya di samping kepalanya.. turun ke bahu.
Sampai punggungnya.. aku menyempatkan untuk meremas kedua buah dadanya yang terhimpit kasur.

Walau pun terbungkus kaos.. aku tidak mau meremasnya dengan kencang.
Perlahan.. tapi aku dapat merasakan daging di balik kaos dan bra-nya.

Setelah itu turun ke bawah lagi.. memijit perutnya dan meremas pantatnya.
Terus turun ke bawah untuk memberi pijatan pada kakinya yang diakhiri pada telapak kakinya.

Dari kaki.. tanganku merambat naik untuk memberi pijatan-pijatan halus pada kedua kaki.. paha dan pantatnya.
Setelah pijatan berkali-kali pada pantatnya dan memberi elusan lembut pada vaginanya dari balik CD..

Tanpa persetujuan Santi.. aku menurunkan celana dalamnya..
sambil memberi kecupan pada paha dan kaki bagian belakang hingga celana dalamnya terlepas.

Nafsuku naik.. ketika aku melihat vaginanya mengintip di bawah belahan pantatnya.
Tanpa membuang waktu.. dengan berbaring tengkurap pula.. aku segera menjilatinya dari belakang.

Diikuti dengan merenggangkan kakinya ke samping kiri-kanan..
suara desahan Santi muncul ketika lidahku menyentuh permukaan vaginanya.

Sambil menjilati.. tanganku bergerilya ke atas.. meremas pantatnya dan mengelus punggung bawahnya.
"Uhh.. Ahhss.. Ahh.. Ssh..” desahan Santi makin cepat.. tatkala bongkahan pantatnya makin dinaikkan.

Libidoku naik poll..!! Aku segera bangun dan membuka celana dalamku.
Dengan senjata yang mengacung keras.. aku arahkan dengan cepat ke vaginanya.

Setelah menggesekkan di vagina dan duburnya.. Slebb.. kumasukkan penisku ke vaginanya perlahan-lahan sekali..
Ergghhh.. Nikmat sekali.. hingga berdiri bulu romaku.

Aku pun menyetubuhi Santi dengan posisi tengkurap. Perlahan.. aku masukkan penisku.
Slebbh.. Clebb..! "Ahh.. aa.. aduuh.. Uuh.." kata Santi.

"Maaf.. Santii.. gua nggak kuat.. Aku pengen menyetubuhi kamu.. yah.. Sebentar aja.. Hhhh..” bisikkku kemudian.
"Aduh.. enak banget.. Ahh..” desah Santi sambil menaik-naikkan pantatnya.. seolah menyambut sodokanku.

Aku pun mulai memaju-mundurkan penisku perlahan-lahan. Setelah itu aku merebahkan di atas dan sejajar dengan Santi.
Sambil menyusupkan tanganku di dalam kaosnya.. aku menyetubuhinya sambil meremas payudaranya dari balik branya.

Remasan demi remasan.. sodokan demi sodokan aku berikan kepada Santi.
Ughhh.. Nikmat sekali persetubuhan kami saat itu.
Aku melakukannya sambil sesekali menciumi leher dan bibirnya apabila kepalanya berpaling ke samping.

Beberapa saat kemudian.. Santi yang sudah memuncak pada saat aku menjilati vaginanya..
mendongakkan kepalanya sambil menaikkan pantatnya untuk memberi jalan penisku agar lebih masuk lagi.

"Aahh.. kuu.. Keluaarr..” desah Santi. "Akku jugga.. hhh..” kataku yang sudah daritadi menahan gejolak orgasmeku.
Crott.. crott.. crott.. crott.. Srrr.. srr.. srrr.. srrr..

Dengan posisi mendekap dari belakang aku pun memuntahkan spermaku di dalam vaginanya..
Yang disusul kemudian dengan orgasme Santi.

Rasa nikmat menjalar pada kami berdua.. tatkala memuntahkan cairan kami masing-masing.
Persetubuhan yang kami lakukan memang singkat.. tapi menimbulkan kenikmatan tersendiri.
Terlebih aku.. yang memang sudah menginginkan menyetubuhi Santi dari dulu.

Rasa puas.. nikmat dan sayang menyatu dalam tubuhku.. seolah tidak ingin lepas..
Aku mendekapnya sambil terus memberi kecupan-kecupan pada bibir.. pipi dan lehernya.
Kemudian aku merebahkan badanku di sampingnya.

Sambil tersenyum maniis sekali.. Santi membelai dadaku yang masih terbungkus kaos dan berkata..
"Sayang.. kamu cape nggak..? Kalo cape istirahat di sini aja.. yah..?”

Aku membalasnya dengan membelai wajahnya yang manis itu sambil menjawab..
"Nggak.. aku malah bahagia bisa berbagi rasa dengan kamu hari ini. Kamu senang nggak..?”

Santi mengangguk sambil tersenyum manis kepadaku.. "Dari dulu aku memang sudah tertarik dan suka dengan kamu.
Di mataku.. kamu orangnya baik.. calm dan sopan.
Aku juga sudah menduga bahwa kamu bisa bermain seks berulang-ulang tanpa letih.
Terbukti kamu sudah orgasme 2 kali kamu malah terlihat segar. Kok.. kamu bisa seperti itu sih.. minum obat ya..?”

Aku mendengarkanya sambil berulang-ulang mengecup lengannya dan kemudian membelai wajahnya kembali..
"Minum obat..? Obat apaa..? Obat-abit..? Hehehehe.. Enak aja. Aku kan nggak ada persiapan kalau akhirnya aku ML sama kamu..?
Eh.. semalem aku sih emang minum obat diare..?” Jawabku enteng.

"Eh.. emang kamu kenapa..?” Tanya Santi kemudian.
"Sakit perut laa.. Emang sakit panu..?”

"Sekarang masih nggak..?”
"Nggak.. Udah sembuh kok.. kenapa..?” Tanyaku.

"Ooh.. Kirain masih sakit perut.. Bisa gawat..! Kalo kamu orgasme.. yang keluar bukan dari penis.. tapi dari pantat..!
Kalo gitu kan.. gue yang bingung.. Hahaha..”

"Idiidih.. jorok amat sih.. Lu..!! Nggak disangka.. cantik-cantik jorok.. hahahaha.."
"Ee.. Jangan asal ya. Gini-gini juga.. lu mau ama gue. Buktinya mau jilatin vagina gue.. dari depan sama dari belakang.. kan..?”

"Habis.. aku kan emang pengen banget nyetubuhi kamu..? Lihat pantat kamu aja aku udah horny.. Apalagi bersetubuh..!”
Santi tertawa mendengar celotehanku itu.

Kemudian aku bangun untuk meneguk segelas air yang tadi diletakkan di meja.
Sementara Santi ke kamar mandi.. aku yang sudah selesai minum mengikutinya.

Di dalam kamar mandi.. Santi membasuh vaginanya dengan air.. kemudian mengeringkannya dengan handuk.
Aku memperhatikannya dengan seksama.

Setelah selesai mengeringkan vaginanya.. aku menghampirinya.
Dengan memberi kecupan mesra pada tengkuknya.. aku berkata.. "San.. aku mau lagi.. boleh ya..?”

Dengan posisi berdiri.. Slebb.. aku sisipkan penisku yang sudah agak mengeras ke vaginanya dari belakang..
Sementara tanganku yang satu meremas payudaranya dari dalam bajunya.

Setelah mengangguk.. Santi merespon dengan menunggingkan pantatnya.. dengan mengangkat satu kakinya ke kakus.
Diiringi dengan desahan panjang.. Slebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb.. Aku menggenjotnya perlahan-lahan.

Desahan demi desahan mengiringi menit dan gerakan kami yang semakin kencang.
Dalam posisi yang sama itu kami melewati kenikmatan bersetubuh dengan rasa sayang dan mesra.

Sambil berpegangan di pinggir bak mandi..
Santi merespon setiap gerakan aku yang menyetubuhinya sambil meremas pantatnya yang kenyal.

Akhirnya persetubuhan kami itu diakhiri dengan jeritan tertahan dari Santi yang merespon orgasmenya..
Sementara aku mendekapnya dengan erat.. saat aku merasakan orgasmeku dan menyemprotkan cairan cintaku di dalam vaginanya.

Santi menghempaskan tubuhnya di pinggir bak mandinya. Peluh dan rasa nikmat menjalar di tubuh kami berdua.
Dengan penis masih tertancap di vaginanya.. aku membelai lembut rambutnya dan memberi kecupan sayang ke pelipis kirinya.

Santi berbalik dan mengecup lembut bibirku. Setelah itu sambil memegang penisku..
Santi berkata.. "Aku bersihkan.. ya..?”

Dengan tersenyum aku mengangguk.
Kemudian Santi mengambil gayung dan mulai membersihkan penisku.

Setelah mengeringkan dengan handuk.. sambil berjongkok Santi mengocok penisku dengan perlahan..
kemudian mengulumnya dengan lembut sekali. Aku menikmati permainannya dengan memejamkan mataku.

Ughhh.. Rasa nikmat dan geli menjalar di dalam tubuhku dengan cepat.
Aku menariknya berdiri dan mencium bibirnya dengan dahsyat sambil memainkan klitorisnya.

Kemudian menariknya kembali ke kamar tidur.
Di kamar.. aku duduk di pingir tempat tidur dan menarik Santi agar duduk di pangkuanku.

Santi mengerti dengan permainanku kali ini.
Dengan segera mengambil posisi untuk duduk dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

Slebb.. Sedikit-demi sedikit penisku amblas ke dalam vaginanya Santi yang duduk berhadapan denganku.
Setelah masuk semua.. aku mencium bibirnya yang indah itu dengan penuh nafsu dan bersemangat.

Santi merespon ciumanku dengan menyedot ujung lidahku.. sambil berusaha melucuti kaosku.
Aku pun tidak ketinggalan.. ikut pula dalam program pelucutan kaos.

Setelah BH aku buka.. maka terpampanglah Payudaranya yang indah. Tidak besar.. tapi membuat nafsuku tambah bergelora.
Walau pun ada sedikit lipatan-lipatan lemak di tubuhnya.. –karena kurang olah raga..–
nafsuku bertambah naik saat melihat tubuhnya bugil.

Sambil bergerak naik turun.. tubuhnya tidak luput aku serang dengan remasan dan jilatan lidahku.
Dengan tangan kiri meremas payudara kanannya..

Aku menyedot gemas payudara kirinya dengan memainkan putingnya dengan ujung lidahku.
Kemudian.. aku menjilati dan mencium setiap senti tubuhnya bagian depan sambil meremas pantatnya dari depan.

Sementara Santi mengerakkan tubuhnya semakin liar.. naik-turun dan memutarkan pantatnya.
Saat itu penisku seperti diremas dari atas.. nikmat dan panas. Seiring dengan waktu.. gejolak orgasme pun semakin dekat.

Gerakan-gerakan yang dibuat Santi semakin orgasmeku tidak tertahan.
Dengan dekapan yang kencang pada tubuh Santi.. aku merapatkan tubuhnya padaku sambil melepas orgasmeku yang kesekian.

Setelah itu aku mencium leher dan bibirnya dengan mesra. Aku tau Santi belum sampai.
Oleh sebab itu masih dalam pelukanku.. aku mengangkat tubuhnya dan meletakkan di tempat tidur.

Dengan gaya konvensional.. aku setubuhi kembali tubuhnya dari atas.. misionary.
Tubuhnya yang indah dan wajahnya yang cantik tidak membuat sulit menaikkan libidoku.

Dengan memegang pergelangan tangannya di kiri dan kanan kepalanya..
Kujilati tubuhnya dan buah dadanya.. tidak ketinggalan lengan dan ketiaknya.

Bunyi khas vagina yang becek karena cairannya dan spermaku..
ditambah tubuhnya yang berguncang-guncang karena sodokanku.. menambah nafsu untuk menyetubuhinya kian memuncak.

Santi yang telentang dengan kaki kakinya melebar.. segera mengunci tubuhku rapat-rapat.
Diiringi dengan desahan panjang dan erangan tertahan.. ia pun orgasme dalam pelukanku.

Setelah reda.. aku merapatkan kakinya di depanku.
Sambil memeluk kakinya.. aku menyetubuhinya untuk mendapatkan kenikmatan puncak.

Dan terjadilah. Dengan melepas pelukanku pada kakinya dan memeluk tubuhnya rapat-rapat..
Cepat-cepat aku tekan penisku dalam-dalam pada liang vaginanya.. cratt.. cratt.. cratt.. cratt..!
Menyemprotlah cairan cintaku dengan derasnya di dalam liang nikmatnya.

Masih dalam posisi memeluk.. aku menciumnya kembali.
Senyuman manis pun terhampar di wajahnya.. walau aku melihat ada rasa letih pada wajahnya.

Aku mencium seluruh wajah dan dagunya.. sambil berkata.. "Kamu letih sekali.. San. Kamu istirahat dulu.. yah..?”
Santi merengut.. "Emang.. kamu mau ke mana.. pulang..?”

"Iyaa.. Udah mau malem.. San. Nanti kalau malem-malem aku tiba-tiba berubah jadi semangka gimana..?”
Kataku mencoba guyon.
"Biarin..!! Aku taruh aja di kulkas. Kan.. aku bisa ngeluarin kapan aja aku mau..”

"Maksud kamu.. aku harus tinggal di sini.. gitu..?” Kataku dengan lembut.
Santi diam mendengar pertanyaanku. Tiba-tiba tangannya bergerak.. kemudian memelukku rapat-rapat.

"Santi.. walau bagaimana pun aku harus tetap pulang.. yah..?
Kapan pun kamu mau jalan atau bertemu.. aku usahakan pasti datang.. kok.
Nggak enak.. nanti kalau ketauan sama pacar kamu.. gimana..?” Perkataanku itu membuat pikiranku kosong beberapa saat.

Sebenarnya aku berkata seperti itu dengan penuh pertentangan di dalam batinku.
Aku memang suka sekali dengan Santi sejak dulu.

Tapi karena ia sudah punya tunangan dan kami beda prinsip.. aku kemudian mundur.
Oleh sebab itu akhirnya aku mengalihkan perhatianku kepada Anita.. yang masih satu prinsip denganku.
Walau akhirnya dia menikah dengan teman kuliahnya.

Meski dengan berat hati.. akhirnya Santi mengizinkan aku pulang.
Sebenarnya aku memang ingin sekali menerima tawarannya untuk menginap di kostnya.
Tetapi ada banyak hal yang harus aku utamakan.. tidak hanya seks atau perasaan sayangku padanya.

I long to know your touch. I wish to kiss your lips. I want you to be mine.
I have no idea of how you feel. I am risking all.. I know.
oOo

Setelah hari itu.. aku masih sering bertemu dengan Santi di kantor.
Baik di jam makan siang.. atau setelah jam kantor.. aku masih menyempatkan diri bertemu dengannya sesuai dengan janjiku.

Hanya saja aku harus tetap menghilangkan perasaanku yang sebenarnya padanya.
Walau pada kenyataannya aku beberapakali bermain seks dengannya..
Perasaan sayangku padanya dapat aku pendam dengan nafsuku itu.

Beberapakali aku menyetubuhinya setelah kejadian itu. Baik di kostnya atau di hotel dekat kantorku.
Kalau keinginan kami sudah memuncak.. pernah kami lakukan di kantor. Dengan menghadap ke kaca gedung..
Kami melakukannya dengan cepat sambil menikmati pemandangan kota Jakarta dari balik kaca.

Sudah tentu kami melakukannya dengan posisi berdiri dan berpakaian lengkap..! Hanya menyibakkan roknya..
–pernah dengan celana panjang..– dan aku cukup membuka retsletingku.. aku menyetubuhinya dari belakang.
Atau berhadap-hadapan dengan kaki Santi yang satu naik ke atas kursi.

Walau pun ruangan yang kami pergunakan adalah ruangan sisa tidak terpakai..
di belakang ruangan utama dan kedap suara.. kami tetap merasa was-was dan hati-hati bila bermain seks.

Demikianlah pengalamanku dengan Santi.. wanita yang pernah aku cintai sesaat.. walau masih tetap aku sayangi.
Biar pun aku samarkan.. aku rasa ia akan tau siapa yang diceritakan di atas.

Walau pun aku yakin dia tidak pernah membaca situs ini. Tetapi apabila membaca cerita ini.. maafin aku yah..

Time has not diminished the feelings you create inside of me.
My soul quivers when I think of our closeness.. of our hearts entwined.
I savor your touch.
It awakens sensations that I thought could only belong to those discovering new love.
I gave you all of me when we made our commitment to each other.
I am yours.. since then.. until forever.
I love you..


E N D. (. ) ( .)
------------------------------------oOo-------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd