harimau_sore
Guru Besar Semprot
- Daftar
- 19 Feb 2014
- Post
- 2.156
- Like diterima
- 7.847
Siaappp.. sialkan dilanjrott brada..Tak baca dulu gan.
Sippppp.. masama brada @Sonic110Makasih atas apdetnya om @Pecah Utak
Hehehe.. trims brada..Emang top dah..pilihan ceritanya, semua yang terbaek.
.
alurnya bikin melayang-------------------------------------------------
Cerita 05 – Kucing Disodori Daging
Ivone
Namaku Diki.. 28 tahun. Aku adalah seorang staf perusahaan perbankan pemerintah di Bandung.
Di kantorku, ada seorang sekretaris kepala divisi Treasury bernama Ivone.. berusia 34 tahun.. telah menikah namun belum juga dikarunia anak.
Katanya sih.. Ivone dan suaminya sama-sama tidak masalah.. tapi ternyata selama 8 tahun pernikahannya masih juga kosong.
Karena pekerjaanku banyak berhubungan dengan divisi dia, maka otomatis aku sering bekerjasama dengan staf-staf di divisinya, termasuk dengan Ivone.
Keakraban ini semakin lama semakin erat sampai antara dia dan aku sering menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi.
Tetapi sejauh ini hanya sebatas itu saja, tidak pernah terpikir untuk melakukan affair..
disamping posisi dia sebagai istri orang.. secara fisik pun aku tidak terlalu tertarik.
Suatu hari.. aku menuju ruangan divisi treasury. Kutengok meja kerja sekretaris Kadiv.. ternyata Ivone keliatan lesu.
Sedih amat tampangnya hari ini..? Pikirku.
“Hai, kenapa Non..? Kok lesu..?” Tanyaku.
“Eh, nggak. Nggak pa-pa kok..” jawabnya sambil pura-pura menyibukkan diri.
“Oke, tapi jangan lesu gitu dong, masa sekretaris tampangnya nggak seger ah..!” Kataku sedikit menggoda. Dia tidak berkomentar..
“Ok, aku mo ke Pak Handi dulu ya..” – Pak Handi adalah Kepala Bagian Treasury..– kataku.
Setelah selesai menghadap Pak Handi.. mendadak vibra HP-ku bergetar.. dan kulihat ada 1 SMS masuk dan kubaca.
Dik.. aku mo minta tolong.. but secret ya. Dari No HP-nya Ivone.
Segera aku menghampiri meja kerjanya dan kulihat dia masih membuka-buka kertas sambil pandangan matanya ke mana.
“Kenapa..? Ada apa sih..?” Tanyaku.
“Eh, udah selesai..? Aku mo ngomong.. tapi aku malu. Dan mending lewat SMS aja ya..” pintanya.
“Lho.. kenapa musti lewat SMS..? Mending sekarang aja..” jawabku.
“Nggak.. soalnya .. emhh.. gimana ya. Eh.. mending nggak jadi aja deh..” kata dia makin membuatku bingung.
“Lho, gimana sih, kenapa sih Vonee..?” Tanyaku penasaran.
“Udah nanti via SMS aja, dah aku mo kerja dulu..” kata dia singkat.
“Ya udah, aku tunggu..” aku menjawab sambil kembali ke ruangan kerjaku.
Sepuluh menit kemudian.. ketika aku sedang membuat laporan.. mendadak vibra HP-ku bergetar dan kulihat 1 SMS masuk dari Ivone.
Dik, mau tolong aku nggak..?
Segera kubalas melalui SMS.. Tlng apa sie? Pnj duit? – tolong apa sih..? Pinjam duit..?–
Jg becnd, serius! Tp aku ML ngmngnya.. – Jangan bercanda, serius..! Tapi aku malu ngomongnya..–
ok, serius & jg ml, da apa? – Oke, serius dan jangan malu, ada apa..?–
aku pgn pny anak.. – Aku pingin punya anak.. –
Sesaat aku bengong membaca balasan SMS-nya.
Ivone ingin punya anak..? Lho wajar kan..!? Maksudnya apa ya..? Pikirku dalam hati.
aku gk ngerti. Langsung kubalas lagi SMS-nya.
aku pgn pny anak, tlng bnt aku.. – Aku pingin punya anak.. Tolong bantu aku..–
dgn cara apa?? Aku gak ngerti. – Dengan cara apa..?? Aku gak ngerti..–
Lama kutunggu balasan SMS-nya. Baru 10 menit kemudian vibrator HP-ku bergetar.
.*** W/U..
Apaa..! Tidak pernah terpikir olehku mendapat jawaban SMS seperti ini.
Ivone.. sekretaris Kadiv.. tinggi 166 cm. Putih.. bentuk tubuh proporsional.. rambut sebahu.. wajah manis..
ingin agar aku memberikan benih sperma agar dia dapat memiliki anak. Bingung aku menjawab SMS-nya.
1 jam.. 2 jam.. sampai istirahat aku belum membalas SMS-nya. Aku berpikir, gimana ya..?
Easy come easy go aja deh. Yang penting kesempatan. Toh dia yang minta, jangan pakai rasa.. pakai nafsu saja.
Ha.. haa.. haa.. tidak pernah terpikirkan olehku.
Mendadak vibrator HP-ku bergetar dan kulihat SMS dari Ivone.
sorry, anggap aku gak prnh krm SMS spt td.. – Sorry.. anggap aku nggak pernah kirim SMS seperti tadi..–
Woow.. rupanya dia ragu-ragu.
Langsung kutelpon dia. “Halo, Vone.. aku mau membantu kamu. Sore ini pulang kantor..” langsung aku berbicara tanpa basa-basi.
“Mhh.. sorry aku nggak berpikir panjang tadi pagi..” terus dia diam.
“Pokoknya sore ini kita pulang bareng. Aku jemput kamu di Holland bakery merdeka jam 17.00. Oke..” kataku.
“Hm.. iya sampe jam 17.00 nanti..” katanya.
Langsung aku berpikir..
Gila.. beneran ini peristiwa yang tidak kubayangkan. Harus rapi.. dan aman.. jangan sampai diketahui orang kantor..
Pukul 16.45.. aku segera pulang dan menuju ke arah Jl. Merdeka.
Kulihat Ivone telah menunggu di muka Holland bakery dan langsung dia menaiki corolla SE-ku.
“Udah lama..?” Tanyaku.
"Nggak.. paling baru lima menit..” jawab dia tegang.
“Hm.. kita ke atas aja ya..?” Aku memberi alternatif.
“Terserah Diki deh..” Ivone masih menjawab dengan tegang.
Akhirnya aku yang banyak bicara agar dia tidak tetap tegang, walaupun sebenarnya aku juga tegang.
Kurang lebih 30 menit kemudian aku memasukkan mobil ke hotel ‘GS’ di jalan Setiabudhi..
dan langsung memasukkan mobil di dalam ruang parkir kamar hotel.. jadi posisinya benar-benar aman.
Sesampainya di kamar Hotel ‘GS’ di jalan Setiabudi, Ivone langsung duduk di kasur, sedangkan aku langsung menyalakan TV dan masih berpikir.
Apa ini mimpi.. aku di kamar hotel bareng Ivone dan berencana melakukan sesuatu.
Haah.. bodo amat.. sing penting awalnya dia yang minta.. ujarku dalam hati.
Ivone kemudian bangkit menuju balkon kamar.. “Kamu sering ke sini Dik..?” Tanyanya.
“Hm.. nggak, nggak pernah tuh.. – padahal aku seringnya ke hotel ‘PK’ yang masih satu jalur.. hanya lebih di atas..–
Kenapa emang..?” Aku balik bertanya.
“Enggak.. kali aja.. kamu mungkin sering bawa pacar-pacar kamu check-in..?” Katanya.
“Haha.. kan selama ini kamu tau siapa aku.. dan sekarang emang aku juga lagi jomblo kok..” ujarku.
“Iya ya.. aku kok jadi bego gini.. padahal kan kamu sendiri udah sering cerita tentang pacar-pacar kamu..” dia jadi geli sendiri.
“Dik, kalo kamu kagok mending nggak usah deh.. kita cancel aja..?” Kata dia ragu.
“Mhh.. emang sih aku kaget.. kenapa sih..? Atas dasar apa..?” Tanyaku.
“Mo tau..? Pertama aku merasa jenuh banget ama kehidupan pernikahanku.. belum juga dikarunai anak.. segala macam udah aku coba..
tau sendiri kan.. lama-lama aku merasa bosan dengan pernikahanku Dik.. dan mendadak terpikir keinginan seperti ini..” papar Ivone.
“Hm.. it’s okey for me.. kamu tau kan aku. Easy come easy go.
Aku pikir selama nggak pake rasa.. kenapa musti ditolak.. wong kucing disodorin daging.. mana tahan. He.. he..” selorohku.
“Dasar.. Dikii.. itu yang jadi alasan kenapa aku minta tolong ama kamu.. soalnya kamu nggak terlalu ambil pusing ama suatu kondisi..”
kata Ivone sambil tersenyum.
“So, gimana..? Kita bukan sepasang kekasih.. kita cuma dua manusia dewasa yang sama-sama mengerti apa itu making love..
tapi tetep aja aku pengen kamu juga menikmatinya.. dan aku perlakukan seperti seorang wanita..” kataku sedikit ngegombal.
Aku tidak memberikan kesempatan untuk Ivone berkata apa-apa lagi. Langsung kupeluk dan melumat bibirnya.
Ivone gelapan dan tidak kuasa menolak ketika aku mulai membuka Blazer dan kaos ketat ungu serta membuka celana panjangku.
Aku lantas menyuruhnya duduk di atas meja. Dengan elusan tangan kubuka bra-nya yang berukuran 36B dan celana dalamnya.
Ivone mulai terangsang dan menjadi beringas.. bagaikan macan kelaparan.
Terlebih ketika aku mulai menciumi lubang kewanitaannya yang menebarkan harum yang khas.
“Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. Dikii.. Ivone maluu.. jangan diciumin.. Ah.. ah.. uh shh.. shh.. uh..”
Ivone mengeliat sambil mengacak-acak rambutku dan lalu sedikit mendorong kepalaku.
“Dikii.. Ivone belum pernah dicium bagian yang paling vital seperti itu. Kamu nggak jijik..?”
Wah.. rupanya dia benar-benar seorang wanita yang belum pernah merasakan eksplorasi semua wilayah.
“Emang Mas-mu nggak pernah..?” Tanyaku.
“Enggaak..” jawabnya sambil menunduk dan menggigit bagian bawah bibirnya.
“Ivone sayang.. aku beri kamu sebuah pengalaman yang nggak bakal kamu lupakan ya..” ujarku sambil kembali menciumi vaginanya.
Kemudian lidahku merojok-rojok vaginanya dan menjilat klitorisnya yang sebesar kacang kedelai.
Ivone kemudian membuka kemeja dan celana kerjaku. Dia sedikit teriak Kaget..! Melihat ‘barang’-ku sudah keluar melewati celana dalamku.
Kelihatan ujungnya memerah. “Aah.. Dikii.. aku takut, apa muat..? Punyamu gede gitu..?”
Aku tidak menghiraukan pertanyaannya. Satu jari kumasukkan ke dalam lubang kewanitaannya.
Kukeluar-masukkan jari itu dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri. Satu jari kumasukkan lagi.
“Ah.. uh.. ah.. sh.. uhh.. shh.. terus Diik.. aduh.. nggak kuat Dikki. Aku mau keluar nih..!”
Akhirnya Ivone basah. Aku tersenyum puas.
“Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Von..” aku meminta kepadanya.
“Tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?” Jawabnya.
“Coba saja dulu, Sayang.. Nanti juga terbiasa..” bujukku lagi.
Slrupp.. blubb.. “Auh.. aw.. jangan didorong dong Dik, malah masuk ke tenggorokanku.. pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang..” protes Ivone.
Sekitar lima belas menit kemudian eranganku semakin menjadi-jadi. “Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. ah.. uh..”
Terasa Ivone mengisap semakin kuat, aku pun semakin keras erangannya.
Tanganku bekerja lagi mengelus vaginanya yang mulai mengering menjadi basah kembali.
Mulut Ivone masih penuh kemaluanku dengan gerakan keluar-masuk seperti seorang penyanyi.
“Vone.. aku nggak tahan.. masukkin saja ke punyamu ya..?” Pintaku.
Ivone hanya menganggukkan kepala saja.. kedua kakinya kuangkat ke pundak kiri dan kananku.. sehingga posisinya mengangkang.
Aku melihat dengan jelas kemaluan Ivone..
wanita yang telah bersuami yang tidak pernah kubayangkan akan berada di hadapanku dalam situasi seperti sekarang ini.
Plepp.. plepp.. aku mulai menyenggol-nyenggolkan ujung kemaluanku pada bibir vaginanya.
“Aaah Dikii..” Ivone pun kegelian.
Lalu kubuka kemaluannya dengan tangan kiriku..
sementara tangan kananku menuntun kemaluanku yang besar dan panjang menuju lubang kewanitaannya.
Kudorong perlahan.. Sreett.. slebb.. mulai kurasakan ujung kemaluanku masuk perlahan.
Aku melihat Ivone meringis menahan sakit.. aku berhenti dan bertanya.. “Sakit ya..?”
Ivone tidak menjawab.. hanya memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya.
Perlahan kugoyang helm batang kemaluanku..
Blessep.. jlebb.. kugenjot kuat pantatku ke depan hingga Ivone menjerit.. “Aaauu.. Diikkii.. aahh..!”
Kutahan pantatku untuk tidak bergerak. Rupanya kemaluannya agak sakit.. dan dia juga ikut diam sesaat.
Ughh.. Kurasakan kemaluannya berdenyut.. Ivone berusaha mengejang.. sehingga kemaluanku merasa terpijit-pijit.
Selang beberapa saat.. kemaluannya rupanya sudah dapat menerima semua kemaluanku dan mulai berair..
sehingga ini memudahkanku untuk bergerak.
Aku merasa bahwa Ivone mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku.
Perlahan aku menggerakkan pantatku ke belakang dan ke depan. Clebb.. clebb.. clebb.. clebb..
Ivone mulai kegelian dan nikmat. Ia mengikutiku dengan ikut menggerakkan pantatnya berputar.
“Aduhh.. Ivonee..” erangku menahan laju gerakan pantatku. Rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku.
Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak maju-mundur lagi.. justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli..
karena Ivone bergerak memutar-mutar pantatnya.. dia semakin kuat memegangnya.
Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat.. kulihat hasilnya.. dia mulai kewalahan.
Dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar.
Ivone menurunkan kakinya dan menggamit pinggangku.. Ivone memegang batang kemaluanku yang keluar masuk liang kewanitaannya..
ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang vaginanya.
Ivone pun mengerang keasyikan. Kecepek.. kecepek..! Bunyi kemaluannya saat kemaluanku mengucek habis di dalamnya.
Tampaknya Ivone kegelian hebat.. “Vonee.. aku mau keluar.. Tahan ya..” pintaku.
Sreet.. sreett.. sreett.. Kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di kemaluanku..
"Ngghh.." erang dia memelukku erat.. demikian pula aku.
Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat.. seolah tidak dapat lepas. Dia tersenyum puas.
“Ivone sayang.. jepitan kemaluan kamu benar-benar. Sungguh luar biasa.. enak gila..
punyamu memijit punyaku sampai nggak karuan rasanya.. aku puas Vonee..”
“Aahh.. kamu bohong.. cowok seperti kamu itu emang paling bisa muji cewe..”
Dia hanya tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat.
“Sumpah, Vone..! Apakah kamu masih akan memberikannya lagi untukku..?” Tanyaku.
“Pasti..! Tapi ada syaratnya..” jawabnya.
“Apa dong syaratnya..?” tanyaku penasaran.
“Gampang saja.. aku ingin punya anak.. aku ingin kamu membantu aku agar aku hamil..!”
“Oke deh.. itu masalah gampang. Lagipula.. ini kemauan kita berdua.. tidak ada paksaan dan itung-itung aku amal. He.. he..”
“Dasar..!” Ivone mencubit pinggangku.
Kemudian kami sama-sama mengatur napas dan menghimpun kembali tenaga yang cukup terkuras.
Ivone berbaring di sampingku sambil memainkan bulu dadaku.
Tidak lama kemudian, dia kembali mencoba merangsangku dengan menciumi dadaku.
“Aahh.. Ivone. Kamu jadi bandel ya..? Harus tanggungjawab udah bikin aku kerangsang..” kataku.
Penisku kembali mengeras dan tidak sabar lagi ingin dimasukkan dalam liang vagina penuh lendir yang terasa manis dan nikmat di mulutku ini.
Maka aku memanjat tubuhnya dan melebarkan kangkangan kedua paha Ivone sambil memposisikan penisku di depan vaginanya.
Kedua tangan Ivone memegang bahuku, dengan lembut kubelai pipi dan rambutnya dan kuciumi bibirnya dengan lembut.
Slebb.. Kutekan penisku masuk perlahan-lahan ke dalam liang vaginanya. Mata Ivone terbelalak merasakan tekanan penisku pada vaginanya.
Ia kembali menggigit bibirnya sementara aku terus memasukkan penisku semakin dalam ke dalam vaginanya..
membuat Ivone semakin keras menggigit bibirnya. “Ouggh Dikii.. aah.. hhkk..” erangan kenikmatan terdengar dari bibirnya.
Jlebb.. kutekan batang penisku sedalam-dalamnya hingga pangkal penisku menempel di bibir vaginanya.
Ahhh.. Nikmat sekali kurasakan vagina teman kerjaku yang terasa sangat sempit ini.
“Ohh, Voon..” desahku sambil mulai menarik penisku keluar hingga setengah jalan..
lalu menekannya kembali hingga masuk penuh sampai ke pangkal penisku.
“Ohh.. ohh.. Ivoon.. aah.. ouggh.. ohh..” Aku pun mulai memaju-mundurkan pantatku..
sementara Ivone mengimbangi dengan memutar pantatnya dengan tetap menggigit bibirnya.
Entah apa yang ia rasakan.. mungkin sama seperti yang kurasakan saat itu adalah kenikmatan hebat melakukan perbuatan penuh birahi.
“Ohh.. ohh Sayang.. mmhh.. aku cinta kamu, Voon..” kubisikkan lembut kata-kata cinta gombal di telinganya..
sementara tanganku meraba-raba putingnya yang mengeras dan mengacung itu dengan lembut dan penuh perasaan..
Kulakukan tanpa menghentikan gerakan pantatku yang maju-mundur di vaginanya dengan penis besar dan kerasku yang lembut dan perlahan-lahan.
“Ohh Sayang.. ohh Ivoon.. Sayang.. Mmhh.. Sayang.. oh.. aku cinta kamu Sayang..”
Bisikan-bisikan cintaku kuselingi dengan sesekali menjilati telinga, leher dan bibirnya.
Kadang turun ke buah dada dan putingnya. Kuisap bibirnya dengan bernafsu.
Hampir 10 menit kulakukan ini.
Tubuh Ivone mengikuti rangsanganku dan pantatnya terus bergerak mengikuti irama sodokan penisku yang mulai agak kupercepat.
“Hnghh.. mmhh.. hh.. ohh..” desahan dan erangan dari celah bibirnya kembali terdengar.
Kedua tangannya yang tadi memegang bahuku mulai berpindah meraba-raba puting dadaku dan punggungku.
Saat mulutku kembali melahap bibirnya.. tangannya langsung berpindah mengacak-acak rambutku sambil menekan kepalaku..
hingga ciuman kami benar-benar terasa ketat dan penuh birahi.. dibarengi dengan gerakan lidahnya yang semakin liar merespon..
dan melilit lidahku yang dengan ganas menjilati isi mulutnya.
Erangan dan desahan kami semakin liar seiring dengan genjotan penisku pada vaginanya yang semakin mengganas dan cepat..
di mana pantat kami maju-mundur dengan cepat dan bernafsu.. membuat selangkangan kami saling menghantam dengan keras dan hebat.
Lidah dan bibirku menari liar menjilat dan mengisap putingnya..
sementara ia menjambak rambutku, menekan kepalaku agar menancap lebih dalam di dadanya.
15 menit yang liar dan penuh birahi berlalu hingga mendadak Ivone mengejang dan kakinya menjepit keras melingkari pantatku.
“Aahh..! Aahh..! Diikii..!”
Ia memekik dan menjambak rambutku keras dengan bola mata berputar hingga hanya terlihat putih matanya saja.. lalu.. “Ahhkh..!”
Kembali ia memekik tertahan menyertai sentakan terakhir pantatnya..
membuat penisku tertancap sedalam-dalamnya pada vaginanya yang meledakkan lendir orgasme panas.. hingga meleleh keluar dari vaginanya.
Ivone ambruk lemas tidak dapat bergerak lagi dengan napas memburu.. sementara penisku masih keras berdenyut-denyut di dalam vaginanya.
“Aaah, Dikii capee..” Ivone berkata lirih.
Aku masih berdiam di atas badannya dengan penisku masih menancap dalam vaginanya.
“Aku masih belum juga nih.. nanggung Sayang..” kataku.
Lalu kutuntun agar ia berbalik memunggungiku sambil berlutut, dan kudorong punggungnya hingga menungging.
Kutarik kedua pahanya hingga semakin mengangkang.. dari belakang kulihat rekahan pantatnya yang memang padat dan besar.
Lalu kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang memang sudah siap dimasuki itu.
Clebb.. kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah dan kuremas dengan gemas pantatnya.
Pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku agar ia terbiasa dengan posisi ini.. dan semakin lama semakin cepat.
Penisku terasa diremas-remas oleh vagina Ivone yang sempit dan berlendir oleh rangsangan dia.
Tidak dapat kuucapkan dengan kata-kata kenikmatan yang kurasakan pada seluruh tubuhku.
Kumaju-mundurkan pantatku dengan cepat..
sehingga terdengar ‘keceplok’ perutku menghantam pantatnya seiring dengan semakin liarnya aku menyetubuhi Ivone dari belakang.
Lama-lama ia pun mengimbangi gerakanku dengan semakin bernafsu menggoyang-goyangkan dan memaju-mundurkan pantatnya.
Rupanya ia menyukai posisi yang kulakukan padanya ini.. sebab ia tampak bernafsu menggoyang tubuhnya..
sementara kedua tangannya mencengkeram kasur.. desahan didertai erangannya mulai berubah menjadi jeritan kecil dan tidak terkendali..
Semakin lama semakin keras. “Ahk.. ahkk.. aahh.. ahhkk.. Dikii.. Diikkii..!!”
Aku pun semakin terangsang mendengar jeritan-jeritannya ini. Maka aku pun semakin larut dalam gairah dan kenikmatan ini.
“Voon.. nikhmaat.. Sayang.. ohh.. ohh.. ohh..”
“Aahkk.. ahkk.. aahh.. Diikii.. Diikii.. terus..!”
Ia menggelinjang hebat menyertai jeritan terakhirnya itu..
Aku pun semakin keras menggenjotkan penisku di vaginanya sambil meremas-remas buah dadanya yang sudah sangat mengeras.
Ivone mendorong pantatnya habis-habisan..
sehingga penisku menancap dalam vaginanya dengan muncratan lendir orgasme hingga meleleh keluar dari vaginanya.
Kutekan penisku dalam-dalam sambil kuremas buah dadanya.
Kembali ia ambruk lemas hingga penisku tercabut lepas dari vaginanya.
Kutindih ia dari belakang dan kuciumi punggungnya yang basah oleh keringat terus ke leher dan telinganya.
Ivone diam saja membiarkanku menjilatinya sementara napasnya terdengar memburu.
Begitu napasnya terdengar mulai tenang.. kutarik lagi pinggulnya sehingga Ivone kembali berlutut menungging seperti tadi..
Namun ia menoleh dan memohon.. “Hhh.. Dikii, Ivone nggak kuat, Diik..!”
“Aku belum keluar juga, nanggung nih..” kataku sambil mencengkram pantatnya yang merangsang.
Ia terdiam.. sementara aku menungging di belakangnya.. lalu kujilati pantatnya dan lubang anusnya.
Vaginanya tidak lagi kusentuh.. kini lidahku habis-habisan menyerang lubang anusnya dan membuat pantat dan lubang anusnya basah kuyup.
Ivone diam saja tidak bereaksi.
Aku lalu bangkit kemudian mengarahkan penisku yang masih dipenuhi lendir orgasme teman sekerjaku ini pada lubang pantatnya..
lalu perlahan-lahan kutekan pada lubang pantatnya.
Ivone tersentak kaget dan menarik pantatnya sampai ia berbalik dalam posisi duduk di kasur.
Rupanya ia baru menyadari apa yang ingin kulakukan. “Dikii, jangan Dikk.. sakiitt.. jangan di situ..!”
Aku memeluknya dan membelai rambutnya.. “Nggak Von. Diki pelan-pelan.. ya.. biar kamu merasakan sesuatu yang baru..”
Kutarik pantatnya dengan lembut hingga kembali pada posisi menungging, penisku semakin mengeras dan membesar.
Tidak berlama-lama lagi, kupegang kedua pantatnya dan kumasukkan penisku ke dalam lubang anusnya.
Kepala penisku tertahan erat di ujung lubang anusnya. “Adduhh.. duuhh.. Diik, sakit. Duh..” erangnya.
Segera kuludahi kedua tanganku dan kuusapkan pada batang penisku. Tidak lupa kujilati pula ujung lubang anusnya agar sedikit lebih licin..
lalu kupaksakan penisku memasuki lubang anusnya yang terasa sangat sempit dan mencengkeram itu.
Perlahan-lahan kukeluar-masukkan kepala penisku, terus hingga terasa lebih lancar.
Tidak kupedulikan pekik kesakitan dan meminta agar berhenti yang dilontarkan Ivone.
Kuremas pundaknya dan kujadikan penopang untuk menarik pantatnya ke arahku,
sementara pantatku maju menyodokkan penisku lebih dalam ke lubang anusnya.
Kurasakan keringat dingin merembes di tubuh Ivone yang memang sudah basah berkeringat ini.
“Dikii.. sakit.. duuh.. udah ya, Dikk.. brenti ya.. pelan-pelan Diiki.. ungh..”
Namun usahaku tidak sia-sia.
Semakin lama penisku berhasil masuk semakin dalam ke dalam lubang anusnya.. dan gerakan sodokanku dapat semakin cepat.
Kurasakan kenikmatan menggila yang baru kali ini kurasakan saat menyetubuhi pantat teman kerjaku yang tinggi putih dan bohay –bodi aduhay..– ini.
Aku merasa seperti di surga dengan cengkeraman erat yang mengocok kejantananku dengan gila ini.
Kini kemaluanku benar-benar sudah amblas ke dalam lubang anus Ivone dan kusodokkan keluar masuk dengan cepat..
sementara keringat menetes dari wajah Ivone ke kasur tipis itu.
Tidak lama aku mampu bertahan pada kocokan lubang anus yang mencengkeram ketat ini, kenikmatan puncak mulai meledak-ledak dalam tubuhku.
“Ohh.. ohh.. Voon.. akuu nggak kuat.. Sayang..!” Aku menjerit keras dan.. Crat.. Crat.. Berulangkali lendir mani kental dan panas meledak dalam pantat Ivone.
Ia menggigit bibir bawahnya dengan keras sementara kedua tangannya mencengkeram kasur menahan rasa yang campur aduk.
Kutancapkan penisku sedalam-dalamnya di lubang anusnya yang sempit itu..
terus hingga muncratan mani terakhirku dan penisku melemas seketika di dalam pantatnya.
Aku ambruk menindih tubuh Ivone.. dan penisku pun tercabut lepas dari pantatnya. Kuciumi punggung dan lehernya yang basah.
Kubalikkan dia, kupeluk erat dan kuciumi bibirnya dengan bernafsu. Ivone merespon ciumanku.
“Kamu puas Sayang..?” Tanyanya sambil menatap wajahku.
Kupeluk dan kubelai-belai rambut dan tubuhnya sambil mengatur napasku yang tersengal-sengal.
Kukecup bibir dan pipinya sesekali hingga akhirnya napasku pun kembali teratur.
“Hhh.. Makasih, Sayang.. Hhh.. Aku nikmatin banget..” Ivone tersenyum dan mengecup bibirku sekali lagi.
“Mandi yuk..?” Ajaknya.
“Ayuk mandiin ya..?” Kataku. Kami pun langsung berlomba menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi, kami pun keluar dari kamar mandi itu secara bersamaan.
Sambil berpelukan.. aku langsung mengambil rokok dan kunyalakan sambil mengembuskan asap dengan penuh kenikmatan..
membayangkan apa yang baru saja kami lakukan.
Setelah beres berpakaian, kami langsung check out.
Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 23.10 aku mengantarkan Ivone hingga memperoleh taxi.. dan sebelumnya dia menghadiahi sebuah kecupan.
“Ini cuma awal Dik.. aku ketagihan..” katanya sambil melepas pelukan.
“Ya, Sayang.. met istirahat ya..” kataku.
Aku langsung pulang ke rumah dengan kepuasan yang benar-benar tidak kuduga sebelumnya.
Gila.. kucing diberi daging.. mana tahan..! Ahh.. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------
mantab nian, lanjutkan-----------------------------------------------------------
Cerita 09 – Bawahan yang Nakal
Anna
Ini adalah hari kedua kami di Surabaya dan hari pertama kami di pameran. Pameran dibuka sekitar jam 10 pagi.
Kegiatan kami hari ini cukup menguras tenaga.. stand kami banyak dikunjungi.. terutama oleh para lelaki.
Kebanyakan dari mereka hanya sekedar ingin berbincang dengan Tina dan Anna..
Ada juga beberapa yang serius bertanya tentang produk-produk kami.. tapi lebih banyak lagi yang bertanya tentang no HP Anna dan Tina..
Untungnya kedua gadis cantik salesku itu ahli dalam menghadapi para lelaki usil tersebut.
“Tin, sini sebentar.. aku mau tanya..” kupanggil Tina untuk mendekatiku.
“Ada apa Boss..? Pengen lagi yach..?” Tina berkata lirih.. begitu dia sudah berada di dekatku.
“Bukan itu.. tapi kemaren kan waktu berhubungan ak -kan keluarnya di dalam.. aku takut kamu hamil aja..” bisikku membalas.
“Ohh.. itu.. gak usah takut boss. Seperti Anna bilang.. everything under control.. hihihihi.. Kirain minta nambah lagi..”
jawab Tina sambil berlogat cadel seperti Anna saat mengucapkan ‘Control’.
“Uihhh.. lega dah.. emangnya masih mau ngerasain si otong gua ini..?” Jawabku sambil melepaskan nafas lega.
“Hhhmmmm.. memekku masih gatal pengen digaruk lagi sama si otong.. tapi badanku masih lemes dan kurang tidur.." jelas Tina.
"Hmm.. pengen sih.. tapi tidak malam ini.. hihihihi. Mau istirahat dulu. Kalau besok malam pasti kulayani lagi si otong tuch.. sampe pagi..”
tambah Tina lagi genit sambil mengedipkan matanya.
“Hehehehe.. oke.. sip dach..” jawabku lega sekaligus senang.
Kami kemudian kembali disibukkan melayani pengunjung yang kembali memenuhi stand kami.
Hingga tanpa terasa jam menunjukkan pukul 13.00.. kamipun bergantian untuk makan siang.
Anna dan Tina menyuruhku untuk makan terlebih dahulu.. karena kata mereka aku kan bossnya.. jadi harus makan terlebih dahulu.
Yang mendapatkan bagian ke-2 untuk makan adalah Anna.. karena Tina ngotot yang tua lebih dulu makan.. takut pingsan katanya,
Shit.. Tina memang anaknya suka bercanda, usil dan ceriwis juga.
Saat itu Tina yang mendapatkan giliran terakhir makan siang baru saja meninggalkan stand.. dan para pengunjungpun sudah mulai sepi..
Terlihat Anna menggerakkan kepalanya sambil tangannya memijat-mijat pundaknya.
Melihat hal itu kuhampiri dia. “Kenapa An, cape yach..?” Tanyaku penuh perhatian.
“Ho-oh nih.. pegel-pegel.. pundak dan leherku tegang. Terus yang paling parah ini nich.. betisku. Kebanyakan berdiri..” keluh Anna lagi.
“Lagian kamu pake sepatu hak tinggi begitu sih.. jelas aja pegel..” kataku.
“Iya. Aah.. salah pake nich.. seharusnya pake yang gak ada haknya..” Anna membetulkan perkataanku.
“Mau kupijitin gak..?” Aku menawarkan bantuan.
“Bener nich..? Mau dong. Tapi jangan di sini.. gak enak kelihatan sama pengunjung. Nanti aja setelah acara ini selesai mas Hen pijitin aku yach.
Makasih sebelumnya..” Anna setuju tawaranku untuk memjatnya.
“Sip dach.. pokoknya buat Anna yang cantik apa saja kan kulakukan..” rayuku sambil bercanda.
“Uuuhh.. mulai dah rayuan gombalnya. Inget.. aku tuh udah punya suami.. jangan genit lho. Ntar kulaporkan sama suamiku.. hihihihi..”
Anna berkata menggodaku.
“Eits.. siapa yang genit.. gak takut dilaporkan sama suaminya.. lha aku kan cuma nolongin mijit istrinya yang cuantik ini biar gak sakit..” kataku lagi.
Senda gurau kami terhenti karena ada beberapa pengunjung yang mendatangi stand kami..
Dari kejauhan kulihat Tina sedang bergegas mendatangi kami.. kamipun kembali disibukkan dengan kegiatan kami lagi.
-----------
Tepat pukul 6 sore pameran hari inipun ditutup. Kamipun berbenah merapikan stand kami.
Jam 6.30 tuntas sudah kami merapikan stand kami.. kamipun melangkah ke restoran di hotel tersebut untuk makan malam.
Kami bertiga kembali ke kamar kami masing-masing setelah selesai menyantap hidangan malam kami.
Langsung kurebahkan tubuhku setelah aku masuk ke dalam kamarku dengan tak lupa mengunci pintu kamar.
Setelah rasa lelah dan pegalku reda.. aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Rasa segar kurasakan setelah kuselesai mandi.. kukenakan celana boxerku dengan tanpa mengenakan dalaman.
Aku memang terbiasa dengan hanya mengenakan celana boxer saja, tanpa CD.. soalnya lebih bebas kurasakan.
Juga yang sudah menjadi kebiasaanku adalah aku tidak pernah mengenakan pakaian atau kaos untuk menutupi bagian atasku..
aku lebih suka bertelanjang dada.
Aku kemudian merebahkan tubuhku sambil menonton acara TV lokal.. selang beberapa menit kudengar ketukan di pintu.
Dengan malas-malasan kulangkahkan kakiku ke pintu kamarku. Kuintip lubang yang berada di pintu untuk memastikan siapa yang datang.
Kulihat di koridor depan pintu kamarku tidak nampak seseorangpun.
Kurang ajar nich orang.. gak ada kerjaan pake ngetuk-ngetuk pintu orang.. batinku menggerutu.
Saat kembali ke tempat tidur.. kembali kudengar ketukan pintu..
Astaga.. baru kusadari.. ternyata bunyi ketukan itu berasal dari pintu yang menghubungkan kamarku dengan kamarnya Anna.
Kuhampiri pintu tersebut dan kubuka.. di hadapanku terlihat pintu yang terletak di kamar Anna setengah terbuka..
Wajah Anna yang melongok dari balik pintu tersebut. “Ada apa, An..?” Tanyaku
“Iihhh.. lupa dia, jadi gak mau tolongin aku..?” Kata Anna sambil cemberut.
“Oohhh.. yang mijitin kamu itu..?” Kataku memastikan.
“Ya..iyalah.. memangnya minta tolong apalagi..” kata Anna masih cemberut
“Oohh.. kukira gak jadi, hehehe..” kataku sambil tertawa,
“Tapi An.. aku-kan sudah terbiasa bertelanjang dada begini.. kamu gak risih kan..? Soalnya males nich kalau mau pake kaos lagi..” tanyaku.
“Hhmmm.. yach udah, gak apa-apa dech, tapi bener yach mas Hen, jangan genit yach..” kata Anna.
“Masa' aku dibilang genit sich..? Emang kapan kamu kugenit-in, eh..?” Tanyaku lagi.
“Belom pernah sich..” kata Anna membuka pintunya lebar-lebar.
Akupun melangkahkan kakiku masuk ke dalam kamar Anna.. mengikuti langkah Anna yang menuju tempat tidurnya.
Dari belakang.. kulihat pantat Anna yang cukup besar itu bergoyang.. terjiplak bayangan garis CDnya terlihat dari balik dasternya yang berwarna kuning..
Sementara di sebelah atas kulihat juga garis BHnya tercetak dengan jelas di dasternya itu.
“Mas Hen, aku tengkurap atau telentang nich..” Anna bertanya tentang posisinya.
“Tengkurap dong neng.. kalau telentang nanti aku bukannya mijit.. hehehe..” kataku menggodanya.
“Tuch kan.. mas Hen mulai genit dech..” Anna merengut.
“lha iya kan..? Barusan kamu tanya mo telentang apa tengkurap..?” jawabku kekeuh,
Anna mencibirkan bibirnya.. setelah itu ia membalikkan tubuhnya dan tengkurap di atas tempat tidur.
Akupun segera naik ke tempat tidur.. lalu duduk di dekat kakinya Anna.. kemudian aku mulai memijat-mijat telapak kaki Anna.
“Mas Hen, kok pintar sich mijatnya..?” Tanya Anna setelah merasakan pijatan-pijatanku di telapak kakinya.
“Hehehehe.. gini-gini aku kan pernah belajar bela diri..” jawabku.
“Hihihihi.. ditanya pintar mijat, malah jawabnya pernah belajar bela diri.. gimana sih..?” Anna tertawa geli.
“Iya.. maksudku.. saat belajar bela diri itu aku juga diajarin untuk bisa membetulkan otot-otot yang keseleo..”
jawabku sambil tetap tanganku memijat-mijat telapak kakinya.
“Ohh.. gitu.. tapi bener-bener enak mas, pijatannya..” kata Anna.
Sambil memijat mataku tidak pernah beralih dari bongkahan pantat Anna yang montok. Pikiranku membayangkan meremas-remas pantat Anna.
Telapak kaki selesai kupijat, akupun beralih memijat-mijat betisnya Anna.
Kurasakan kulit Anna yang lembut, yang membuatku semakin membayangkan kehalusan kulit Anna di tempat yang lainnya.
Kudengar Anna beberapakali memuji pijatanku yang dirasakannya enak sekali..
Telapak kakinya yang sudah selesai kupijat dirasakan olehnya sudah tidak berat seperti tadi siang.
Tanganku mulai merayap ke arah paha Anna.. setelah kurasakan otot-otot betisnya Anna tidak terlalu tegang.
Dengan lembut kupijat-pijat paha Anna. Anna semakin mendesah keenakan merasakan pijatanku.
“Ooohh.. Mas Hen.. enak betul pijatanmu. Alangkah beruntungnya gadis yang mendapatkanmu..” kata Anna mulai meracau.
“Hehehehe.. apa hubungannya bisa mijat sama gadis..?” Kataku sambil tertawa.
“Adalah mas.. kan tiap malam bisa minta dipijatin sama suami..” kata Anna membalas.
“Wah.. itu sich enak di dia gak enak di gua.. udah kerja seharian eh.. pulang ke rumah disuruh mijatin. Emang suaminya tukang pijat yach..? Hehe..”
kataku sambil tertawa dongkol.
“Hihihihi.. marah dia, kan gak tiap hari mas, kalau istrinya pegal-pegal ajah..” lanjut Anna.
Pijatankupun beralih ke arah punggung Anna.. tapi aku agak kesulitan memijat punggungnya..
karena daster yang dikenakan oleh Anna berbahan satin.. sehingga saat memijat-mijat punggungnya dasternya ikut tertarik-tarik.
Rupanya Anna merasakan hal yang sama.. ia juga tidak merasakan enak saat dipijat punggungnya tersebut.
“Kok gak enak mas..? Gak seperti saat mijat betis dan pahaku..?” Anna bertanya heran.
“Ini nih.. dastermu yang bikin susah.. selalu ngikutin gerakan tanganku..” jelasku belum bertendensi.
“Eeehh.. jadi harus gimana dong mas..? Punggung dan pinggangku juga pegal-pegal nih..” tanya Anna.
“He-eh.. mana kutau. Kecuali kalau dasternya dicopot.. baru dah tanganku leluasa memijat-mijat pinggang dan punggungmu..”
kataku sambil berharap Anna mau melepaskan dasternya.
“Waduh.. kalau dicopot.. berarti aku telanjang dong..!? Wah bahaya.. kalau mas Hen genit.. ckckckck.. Gak ah..” kata Anna.
“Telanjang sih gak juga, An. Kan masih ada BH dan CDmu..” kataku kembali sambil masih tetap mengharap Anna melepaskan dasternya.
“Wahh.. malu mas.. tapi.. Hhhhmmm.. mas ambilin handuk dong di kamar mandi..”
Anna kembali berkata sambil meminta tolong padaku untuk mengambilkan handuk.
Segera kuambilkan handuk tersebut dan kuserahkan pada Anna.
“Mas Hen, balik badan dong.. aku mau buka dasterku nich, jangan ngintip yach..” Anna berkata saat ia menerima handuk.
Tapi Anna lupa.. di depan tempat tidurnya itu terletak cermin yang besar.. sehingga biarpun aku membalikkan badan..
tapi bentuk tubuhnya yang hanya berbalut CD dan BH saja nampak di hadapanku..
Yahh.. walaupun cuma sebentar.. tapi cukuplah untuk menggeliatkan si otongku. Haha..
Dari cermin kulihat Anna sudah kembali tengkurap dengan handuk yang menutupi bagian pantatnya dan sebagian punggungnya.
“An, sudah belum..?” Aku pura-pura bertanya.
“Sudah mas Hen, tapi mas Hen janji yach gak nakal yach..” jawab Anna sambil memohon.
“Iyach..ach.. aku gak akan nakal, cuman badung ajach..” candaku
“Iiihh.. mas Hen.. iiihh jangan dong..” kata Anna sedikit ketakutan.
“iyach..aku bercanda kok..” kataku menenangkan Anna.
Lalu tanganku mulai bersentuhan dengan punggung Anna,
Tapi gerakan tanganku saat memijat punggung Anna masih tidak dapat dengan leluasa karena terhalang oleh BH Anna.
“An, sorry yach.. kaitan BHnya kulepas yach, kalau gak tanganku susah buat mijatnya nich..” kataku.
“hhmmmm.. iyach dech.. tapi janji yach mas, mas Hen gak akan nakal kan..?” Anna mengiakan permintaanku.
Ctekk..! Kulepaskan kaitan BHnya.. karena BH yang dikenakan oleh Anna adalah BH tanpa tali.. jadi begitu kulepaskan kaitannya..
gumpalan payudara Anna kulihat di samping kiri dan kanan punggungnya tersebut.
Aku kemudian mengambil hand body Anna.. lalu punggungnya mulai kulumuri hand body..
tanganku mulai bergerak perlahan memijat-mijat punggung Anna.
Nah.. agar lebih mudah memijatnya.. maka kuubah posisiku.. kukangkangi tubuh Anna.
Kedua lututku tepat berada di samping kiri dan kanan pinggang Anna.. dan pantatku bersentuhan dengan pantat Anna.
Tuinkk..! Tak pelak si otongpun mulai menggeliat bangun, melihat kemulusan punggung Anna dan merasakan empuknya pantat Anna.
Dengan lembut tubuh Anna mulai kupijat-pijat.. jari jemariku mulai menari-nari di bagian tengah punggung Anna..
mulai dari sekitar pinggang sampai ke leher.
Sambil tanganku sibuk memijat-mijat punggung Anna.. mataku sibuk juga melirik gumpalan payudara Anna yang meluap ke pinggir.
Dari posisiku sekarang ini gumpalan payudara Anna itu terlihat di samping kiri dan kanan punggungnya, kontolku semakin menegang.
Dari tengah sedikit demi sedikit jari jemariku kuarahkan ke samping kiri dan kanan punggungnya..
sampai jari jemariku mulai menyentuh pinggiran payudara Anna.
Saat jemariku mulai menyentuh pinggiran payudara Anna itu.. kulirik wajah Anna untuk melihat adakah perubahan di wajahnya.
Kulihat kedua mata Anna tertutup.. dari mulutnya kudengar desahan lirih.
Setelah yakin tidak ada perubahan dan tidak ada penolakan dari Anna.. jemariku semakin sering menyentuh pinggiran payudara Anna tersebut.
Beberapa saat berselang.. setelah kurasakan cukup memijat-mijat punggung dan pinggiran payudara Anna..
tanganku beralih ke bongkahan pantat Anna.. kemudian kuremas-remas lembut kedua bongkah pantat Anna yang montok itu.
Tanpa Anna sadari.. terlebih dahulu kusingkirkan handuk yang menghalangi gerakan dan pandanganku..
Nah.. saat kuremas-remas pantatnya.. kulihat paha Anna sedikit mengejang.. perlahan-lahan tanganku turun ke arah paha bagian dalamnya.
Kupijat-pijat lembut di daerah itu, kedua kakinya yang tadinya rapat mulai terbuka sedikit demi sedikit.. seiring dengan pijatan-pijatanku di kedua pahanya.
Silih berganti kupijat paha dan pantatnya Anna, semakin sering pula kudengar Anna mendesah.
Ketika kaki Anna semakin terbuka lebar.. kulihat CDnya Anna di bagian kemaluannya sedikit basah.
Saat itu tanganku sedang memijat-mijat pantat Anna.. dengan perlahan-lahan jari jempolku kuarahkan di dekat pangkal paha Anna..
Slepp.. jari jempolku mulai menekan area tersebut.. sementara jari yang lainnya masih memijat-mijat pantat Anna.
“An, CDnya ngalangin nich.. kubuka yach.. biar pijatanku lebih enak..” kataku sambil tidak menghentikan pijatanku.
Kulihat Anna cuma menganggukkan kepalanya. Melihat anggukan Anna.. CD Anna segera kulepaskan..
Hampir berbarengan.. tidak lupa juga kulepaskan celana boxerku.. saat itu kulihat kepala kontolku sudah mengeluarkan cairan pelicin juga.
Setelah itu aku kemudian bersimpuh di antara paha Anna dan melanjutkan pijatanku.
Kedua jempolku kembali kutekankan di pangkal paha Anna.. tepatnya di bibir vagina Anna.
Kulihat vagina Anna yang gembung.. garis bibir vaginanya terlihat masih bagus.
Jdut.. jdut.. Kutekan-tekan beberapalali dengan lembut kedua pinggiran vaginanya tersebut dengan jempolku..
\sementara jemari yang lain secara bersamaan meremas-remas pantatnya.
"Ngghh.. ughh.. ohhh.. hhh.." Anna semakin mendesah-desah nikmat..
Pantatnya mulai terangkat sedikit demi sedikit.. kedua kakinyapun semakin terbuka lebar seolah ingin memberikan ruang untukku.
Gerakan jempolku mulai berputar di kedua pinggiran vagina Anna.. sehingga lubang vagina Anna mulai terlihat karena gerakan berputar jempolku tersebut.
Ingin rasanya kusedot dan kujilati vagina Anna yang berwarna merah muda itu..
Tapi kutahan hasratku tersebut.. karena takut akan membuat Anna kaget.. bisa hilang nanti burung yang hampir dalam genggamanku.
Gerakan jempolku yang berputar merambat perlahan-lahan ke arah kelentitnya Anna..
lalu dengan bergantian jempol kiri dan kananku mulai mengelus dan menekan kelentit Anna.
Kelentit Annapun mulai terlihat oleh mataku.. warnanya merah muda.. bentuknya kecil sebesaran kacang kedelai.
Erghh.. ingin rasanya kujilati kelentit itu.. tapi lagi-lagi kutahan hasratku untuk melakukan hal itu.
Sementara itu.. kontolku sudah mengeras sekali.. sudah sangat siap untuk menerobos masuk ke dalam lubang senggama Anna.
Kurasakan kedua jempolku sudah semakin basah oleh cairan birahi Anna..
nampaknya sudah waktunya untuk melakukan keinginanku yang dari tadi kutahan.
“An.. Anna.. enak pijatanku..?” Tanyaku dengan nafas yang sedikit memburu.. karena menahan birahiku.
“Hhhmmm.. hhhmmmm..” gumam Anna sambil menganggukkan kepalanya.
Melihat Anna yang sudah pasrah itu, akupun semakin berani. “Mau yang lebih enak lagi An..?” Tanyaku kembali.
Anna tidak menjawab pertanyaanku.. tapi kulihat kepalanya sedikit terangguk.
Hehe.. Melihat hal itu.. akupun tidak mau membuang kesempatan emas tersebut..
Tanpa membuang waktu lagi.. kontolku kuarahkan ke lubang vaginanya Anna.
Keinginanku untuk menjilati kelentitnya Anna terpaksa kutunda dahulu.. takut nanti Anna berubah pikiran saat merasakan jilatan lidahku di kelentitnya.
Sleppp..! Kepala kontolku mulai terjepit di lubang vagina Anna dan tanpa menunggu lebih lama lagi.
Blesss..! Kontolku mulai menyeruak masuk ke dalam rongga senggama Anna.. perlahan tapi pasti kontolku mulai terbenam sedikit demi sedikit.
Jlebbh..! Kutekan lagi kontolku masuk ke dalam rongga vagina Anna.. sehingga terbenam seluruhnya.
Kurasakan vagina Anna ini sempit.. tapi tidak sesempit punya Tina..
karena kontolku yang besar ini dapat dengan mudah menerobos masuk walaupun sedikit peret.
“Ooogghhh.. An, memekmu sempit juga.. ahhh..” Aku mengerang merasakan jepitan memeknya Anna.
“Hhhmmmm.. ohhh.. mas Hen.. hhh..” Anna mendesah merasakan lesakan kontolku di memeknya.
Pantat Anna semakin menungging ke atas.. sementara tubuh bagian atasnya tetap menempel di tempat tidur.
Setelah mendiamkan sebentar kontolku di dalam lubang vagina Anna yang berdenyut-denyut seperti menyedot itu.
Clebb,, clebb.. clepp.. clepp.. clebb.. kemudian dengan bertumpu pada kedua tanganku.. kontolku mulai keluar-masuk di memek Anna.
Kulihat kontolku yang keluar-masuk di memek Anna mulai mengkilap karena cairan birahi Anna yang melumurinya.
“Hhhmmm.. ssshhh.. aaaaahhh.. hhhmmmm.. ssshhh..” Anna mendesah keenakan merasakan sodokan-sodokan kontolku di memeknya.
Kulihat kedua mata Anna terpejam dan kedua tangannya mencengkram kain seprei, dari mulutnya semakin terdengar rintihan-rintihan nikmat.
Kurasakan memek Anna semakin basah dan kontolku semakin leluasa keluar-masuk..
Gerakan keluar-masuk kontolku semakin kupercepat.. dan kulihat cengkraman Anna semakin kuat mencengkram kain sprei.
“Ouuughhhh.. ssshhh.. aaaahhh.. ssshhh.. aaahhh.. mas Hen..” Anna merintih-rintih penuh nikmat.
“Enaaakk.. An.. sayang.. kontolku..enak..” akupun mendesah.. memancing gairah kami.
“Ohh.. sshhh.. hhhheeehhh..ssshhhh.. aaaahhhh..” kembali Anna mendesah seolah menjawab pertanyaanku.
Tak lama kemudian kurasakan tubuh Anna.. pantatnya serta kakinya mengejang seolah orang kena penyakit ayan.
Mengetahui hal itu.. aku semakin mempercepat gerakanku.. karena kutau sebentar lagi Anna akan mencapai puncak kenikmatannya.
Perkiraanku betul selang beberapa detik setelah kupercepat genjotanku, Annapun melengking,
“Maaaasss.. Heeenn.. aakuuu.. keluaaarr.. ohhh..aaaaahhh.. ssshhh..”
Anna melengking menyambut kedatangan puncak kenikmatannya. Ssssrrrrr.. Sssssrrrrr.. Srrrrrr.. Srrrrr..!!
Kurasakan kontolku menjadi hangat oleh siraman cairan kepuasan Anna.. dinding-dinding vaginanya terasa berdenyut dengan cepat..
seolah-olah sedang meremas-remas batang kontolku di dalam sana.
Sengaja.. kontolku yang barusan kubenamkan dalam-dalam saat Anna mencapai puncak itu tidak kugerakkan..
karena aku ingin menikmati sensasi kedutan dinding vagina Anna.
Kuciumi kuduk, leher dan telinga Anna, untuk memberikan sensasi nikmat yang lebih,
“Mas Heen jahat.. aku jadi berkhianat sama suamiku..” kata Anna dengan nafas masih tersengal-sengal.
“Ehh.. jahat apa..? Hehehe.. Kan kutanya tadi.. apa mau lebih enak lagi..?” Jawabku pura-pura bego.
“Iyaah.. tapi pijatannya mas Hen itu bikin orang terangsang sih..” Anna berkata lagi.
“Hhmmm.. ya kalau gitu kan bukan salahku, iya kan..?” Jawabku berkelit.
“Tau aaah.. mas Hen nakal, aaauuugghhh..!” Kata Anna sambil menjerit lirih.. karena saat itu kontolku mulai kugerakkan lagi.
“Sudah.. sudah.. mas Hen.. masa’ gak cukup satukali..?” Kata Anna mencoba untuk menghentikan aksiku.
“Hehehe.. jangan curang dong sayang.. yang sudah puas kan baru kamu aja.. aku kan belum keluar..”
kataku sambil tetap menggerakkan kontolku dan mulai menciumi kuduk, leher dan telinga Anna.
“Mas.. Hen.. jangan..! Gelliiii.. aaaawwww..! Mas Hen belum keluar.. ooohh.. awww.. geli. kukira sudah keluar juga.. mas.. geli.. mas Hen nakal yach..”
Anna berkata sambil kegelian akibat ciumanku.
“Hhmmm.. sslrrrppp.. iya.. puaskan aku An..” kataku sambil menjilati dan mengisap lehernya Anna.
“Mas Hen.. jangan .. mas.. geli.. jangan ciumi leherku.. ooohh.. mas..” Anna memohon padaku untuk tidak menciumi lehernya.
“Sudah.. mas.. sudah.. aku pasrah.. mau diapain juga.. tapi jangan leherku.. mas.. oohhh.. memekku nanti semakin basah..”
Anna mulai mendesah-desah antara geli dan nikmat.
Dengan perlahan-lahan tubuhnya mulai kuangkat, dengan berlutut aku mulai menggenjot Anna yang juga berlutut..
sementara tubuhnya bersandar pada tubuhku, kedua tanganku mulai aktif meremas-remas kedua payudaranya yang montok.
Dengan perlahan-lahan aku mulai memutarkan tubuh kami.. sehingga posisi tubuh kami menghadap ke arah cermin..
Sekarang dapat kulihat kedua payudara Anna yang montok dihiasi dengan kedua putingnya yang berwarna merah muda.
Sungguh jauh berbeda dengan warna putingnya Tina yang coklat..
Dengan gemas kuremas-remas kedua payudara itu dan kedua putingnyapun tidak luput dari aksiku.. Anna semakin mendesah.
“Oohh.. mas Hen.. oooohh.. ssshhhh.. mas.. ssshhhh.. puaskan.. aku.. lagi.. mas..” Anna merintih-rintih minta dipuaskan lagi.
Tubuh Annapun mulai bergerak seirama dengan gerakan keluar-masuknya kontolku.
Anna mendorong mundur pantatnya saat kontolku melesak masuk dan ia menarik maju pantatnya saat kontolku keluar dari lubang vaginanya.
Bukan itu saja.. Anna juga memutar-mutarkan pantatnya saat maju-mundur.
Aku merasakan enak yang sangat akibat putaran-putaran pantat Anna, kontolku seperti dipilin-pilin oleh dinding vaginanya.
Kulihat di cermin Anna dengan mulut setengah terbuka dan mata yang terpejam, nampaknya Anna betul-betul menikmati sodokan-sodokan kontolku.
“Oohhh.. ssshhh.. enaakk.. mas.. enaaakk.. diputar.. putar.. b egini.. aku enaakk juga.. kontolmu..mas.. Hen..besaaarr.. paanjaanng..” rintih Anna meracau.
“Hheehh.. enaak..An, terus putaaar.. saayang.. teruss..” akupun mengerang menikmati goyangan Anna.
Keringat kami semakin banyak dan menimbulkan bunyi kecipak saat pantat Anna beradu dengan perutku..
Bebunyian itu membuat kami semakin terangsang.. gerakan kami semakin menggila..
Annapun semakin cepat memutar pantatnya sementara aku sendiri semakin cepat mengeluar-masukkan kontolku di vagina Anna.
Rintihan, erangan dan desahan kami saling bersahutan.. Anna yang pada babak pertama tadi hanya bisa pasrah saja..
pada ronde kedua ini aksinya sungguh bertolak belakang, rintihannya semakin sering terdengar.
“Oohhh.. mas .. genjot kontolmu..! Yaaaaa.. yyaaaa.. aaahhh.. enaaaakk..!! Tekan yang.. dalammm.. yang kkuaaatt mas Heeennn..!!
Oohh.. sshhhh.. enaakk.. ahhh.. ahhh..” Anna merintih-rintih keenakan
Akupun semakin menghentakkan kontolku dalam-dalam di lubang vagina Anna.. sampai kurasakan kepala kontolku bersentuhan dengan dinding rahimnya.
sambil tanganku tetap aktif meremas-remas payudara Anna.
Kadan-kadang payudara Anna kucengkram dengan kedua telapak tanganku saat aku menghentakkan kontolku..
Sontak Anna pun menjerit nikmat ketika pintu dinding rahimnya tersodok oleh ujung kontolku.
“Aaawwww..!! Sssshhh.. aaaaahhhh.. ssshhh.. awwww enaaakkk .. aaawww, terusss mas Hen..! Terusss.. ahhh.. puaskan aku dengan kontolmu itu..
Aawwww.. ssshh aaahhh.. yang kuat mas Hen..! Cobloss yang dalam..mhhhhh..!!”Jerit Anna mulai seperti histeris.
“Oooghhh.. enak.. An.. enaakkk.. kontolku.. memekmu.. juga .enak.. sayang.. oooghh.. aaaaghhh..” akupun mengerang keenakan.
Gerakan kami semakin lama semakin tidak beraturan.. tanda-tanda puncak kenikmatan kami hampir tiba..
Aku merasakan desakan-desakan kuat hendak menerobos keluar dari dalam kontolku.
Kurasakan Annapun mengalami hal yang sama.. putaran-putarannya tidak teratur lagi.. tubuhnya mulai mengejang-ngejang.
Aku pun tidak dapat membendung gelombang nikmat yang berusaha menerobos keluar dari ujung kontolku..
Maka beberpa detik kemudian .. Crrett.. crett.. crett.. ccrett..! Kontolku memuntahkan sperma dengan kuat di lubang memek Anna.
“Aaannnnaaa, aakkkuuu keeluuaar.. ohh.. memekmu enaaakk.. Annn..” erangku melepas kenikmatan.
Aku mengerang menyambut datangnya puncak birahiku.. jlebb.. kontolku kubenamkan dalam-dalam di lubang memek Anna.
“Akkkuu juga maaass.. oohh.. aakkuuu keeluuaarrr jugaa.. aaahhh.. mass..” Anna mengerang saat memeknya mulai menyemburkan cairan birahinya.
Sssssrrrrr.. sssrrrrr.. sssrrrrr.. ssrrrrrr..!
Kembali kurasakan hangatnya cairan birahi Anna membasahi kontolku yang sedang berkedut-kedut menyemprotkan air maniku.
Setelah air maniku dan cairan birahi Anna meneteskan tetes terakhirnya.. tubuh kami ambruk kelelahan..
sementara kontolku masih berada dalam jepitan lubang vagina Anna, kuciumi leher dan telinga Anna.
“Enak.. An.. sayang.. puas..kamu..?” Tanyaku.
“He-eh..” jawab Anna lemas sambil menganggukkan kepalanya.. berusaha menahan geli atas ciumanku.
“Mana enak dientot olehku.. atau dientot suamimu..?” Tanyaku lagi
“Ahhh.. gak tau. Kok nanyanya gitu sih..?” Jawab Anna malu sambil membenamkan kepalanya di tempat tidur.
“Hehhee.. hanya sekedar ingin tahu saja, mana hebat suamimu atau aku kalau di atas ranjang..?” tanyaku penasaran.
“Gak tau.. gak tau..” Anna menjawab dengan penuh rasa malu.
“Iya udah deh.. kalau kontolnya besaran dan panjangan punya siapa..?” Tanyaku lagi.
“Iiihh.. mas Hen nakal.. genit.. ganjen..Rrahasiaa..” jawab Anna malu.
Menyaksikan Anna yang malu-malu seperti itu.. membuatku terangsang kembali.
Kontolku yang sudah lemas dan masih dalam jepitan lubang vagina Anna, mulai menggeliat kembali.
“Eeeehhh.. bangun lagi..!?” Anna kaget merasakan kontolku mulai menegang kembali di dalam liang memeknya.
“Hehehehe.. minta nambah nih. Habis enak dan legit sih memekmu katanya..” jawabku.
“Haah..!? Busyet dach.. Bisa mati lemas aku disodok-sodok kontolmu itu..” Anna terpekik mendengar jawabanku.
Akhirnya pertarungan itu kami lanjutkan kembali dengan Anna yang memegang kendali.
Kami bertarung sampai kami kelelahan.. dan baru kami sadari jam saat itu menunjukkan pukul 2.30 dinihari.
Akhirnya kamipun tidur berpelukan.. dengan Anna yang tidur di atas tubuhku..
Sementara kontolku.. masih dalam jepitan lubang vagina Anna..
hingga lemas mengecil dan lepas dengan sendirinya dari kepitan vagina Anna. Aughh..!! (. ) ( .)
--------------------------------------------------
Siaaaapppp brada..Lanjutkannnnn
Siaaaaappp brada..Bravo!!! kumpulin terus brader....... mantab
alurnya bikin melayang
mantab nian, lanjutkan
Haaaaaaaaaa.. bisa aja nih brada..kita tampilkan atlit andalan kita, susi susinti
makasih apdetnya suhu
tetap cemunguts
SIPPPP..Ada lanjutan ny, tak baca dulu gan.
Siapppp.. masama brada @Sonic110Makasih atas apdetnya om @Pecah Utak