Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

kali ini yang tampil adalah cindi patikasari

setelah sebelumnya ada rita sugiarti dan ratna kaumpaet

lanjutkan brada cerita selebritis halunya ..
makasih
 
-------------------------------------------------------------------

Cerita 39 – Who's The Boss..?

Sylvia

Suatu hari di kantor.. penampilan Sylvia.. sekretarisku.. agak berbeda dari biasanya.
Dengan blazer dan rok mini yang serba merah.. sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus.

Belum lagi lipsticknya yang merah senada di bibirnya yang mungil serta rambutnya yang ikal terurai..
membuat wajahnya yang judes menggemaskan itu makin nampak sensual.

“Kan hari ini ulang tahunku.. jadi boleh dong tampil beda..” jawabnya waktu kupuji.
“Kalau gitu pulang kantor nanti kita langsung makan-makan ya..” kataku lagi.
Sylvia cuma mengangguk dibarengi dengan senyum manisnya.

Pulang kantor.. kami langsung menuju ke resto di sebuah hotel bintang lima.
Sambil makan.. seperti biasa kami ngobrol dan bercanda.

Memang hubunganku dengannya bukan hanya dalam kerja saja.. tapi juga dalam hubungan pribadi.
Sering dia aku ajak jalan.. entah nonton atau sekedar ke cafe.

Dari cerita-ceritanya.. aku jadi tau juga bahwa dia belum lama putus dengan cowoknya yang orang Amerika.
Bahkan lebih jauh lagi.. dia mengaku sering melakukan ML selama pacaran dan sudah mencoba berbagai gaya.

Dan menurutnya yang paling membuat dia puas adalah bila dia bisa mendominasi pacarnya dengan gaya apapun.
Entah kenapa dia begitu terbuka padaku.

Selesai makan.. aku sengaja membuatnya surprise dengan memberinya hadiah menginap di hotel tersebut.
Kebetulan hari itu hari Jum’at.. sehingga dia tidak usah memikirkan kerja esok harinya.
“Makasih ya..” bisiknya di telingaku sambil mengecup pipiku.

Aku kemudian mengantarnya sampai ke kamar di atas dan melanjutkan ngobrol sambil minum wine.
“Syl.. kamu minta apa lagi nih sebelum aku pulang..?” Tanyaku.

“Aku minta dua hal aja. Pertama.. Bapak nggak usah pulang.. dan yang kedua..
Sylvi pengen gantian jadi boss malem ini aja.. kan Bapak biasa merintah..
sekarang aku yang merintah Bapak ya..” katanya agak manja.

Kaget juga aku mendengar permintaannya.. dan baru kuingat cerita dia yang suka mendominasi pacarnya tadi.
Karena sayangku padanya sembari penasaran juga.. langsung kuiyakan.

“Oke.. kupenuhi permintaanmu bossku yang cantik.. sekarang aku siap melakukan apa saja perintahmu..
Dan jangan panggil aku Bapak lagi ya..” candaku lagi.

Bagai bermain sandiwara.. dengan tetap duduk dan menyulut rokok.. Sylvi mulai memerankan dirinya sebagai bossku..
dan dengan wajahnya yang memang judes itu pantas sekali dengan perannya.

“Oke Jo.. buktikan kata-katamu.. sekarang aku mau kamu buka seluruh pakaianmu sambil berdiri..!”
Perintahnya langsung yang membuatku kaget setengah mati.

“Buka semuanya Syl..?” Kataku lagi tak percaya.
“Iya..! Kenapa..? Nggak mau..?”

“Iy.. iya deh..” jawabku terbata-bata sambil berdiri..
lalu pelan-pelan mulai membuka satu per satu pakaianku mirip penari striptease.

Bersamaan dengan lepasnya pakaian terakhirku alias CD-ku.. kulihat Sylvia menatap batang kemaluanku..
yang masih belum bangkit sambil mengepulkan asap rokoknya.

Karena risih.. kusilangkan kedua tanganku menutupinya.
Namun tiba-tiba Sylvia beranjak dari tempat duduknya lalu mengambil ikat pinggang di celanaku.

Tangannya kemudian menarik paksa kedua tanganku ke belakang dan diikatnya dengan ikat pinggangku.
“Nah.. begini lebih bagus khan..?” Katanya lagi sambil duduk kembali di sofa.

Kali ini dia menyilangkan kakinya yang ramping itu agak tinggi.. sehingga rok mini merahnya makin naik ke atas.
Kontan kelakianku mulai bangkit perlahan-lahan melihat pemandangan indah pahanya yang putih mulus..
serta padat berisi itu.

Dan memang ini yang diharapkannya. “Ayo.. tunjukkan seberapa besar punyamu..!”
Katanya lagi yang dilanjutkan dengan diluruskannya kakinya ke depan..

Hingga ujung sepatunya yang runcing menempel di batang kemaluanku.
Dengan posisiku yang masih berdiri dengan tangan terikat.. makin tak karuan perasaanku.

Gesekan-gesekan ujung sepatunya di kemaluanku membangkitkan sensasi tersendiri..
dan malah justru membuatku ingin terus mengikuti permainannya.

Sesekali diputar-putarnya sepatunya mengelilingi batang kemaluaku yang makin mengeras..
sambil terkadang mempertontonkan keindahan pahanya dengan membuka sedikit kaki satunya.

Tiba-tiba.. Sylvia menghentikan kegiatannya dan menarik kakinya kembali.
“Keenakan kamu ya Jo.. sekarang berlutut..!” Perintahnya yang mengagetkanku..
Namun kuturuti saja kemudian kemauannya.

“Kamu harus berterimakasih sama ini sepatu yang membuatmu keenakan..” tambahnya lagi..
sambil melepas sepatu berhak tingginya dan menyodorkannya ke mukaku.

“Tunjukkan terimakasihmu dengan cium ini sepatu..!”
Belum lagi aku sempat teratur bernafas.. lubang sepatunya sudah menutupi hidung dan mulutku..

Sehingga aku menghirup langsung aroma khas di dalamnya yang makin membangkitkan nafsuku.
Tangannya terus menekan sepatunya ke mukaku dan tak membiarkan aku menghirup udara segar..
sementara aku tak berdaya dengan posisi berlutut dan tangan terikat.

“Enak kan Jo..? kamu pasti lebih suka lagi sama isinya deh..” katanya sambil menarik sepatunya dari mukaku.
Dengan cepat diangkatnya kaki kanannya lurus ke depan hingga kakinya hanya beberapa centi saja di depan mukaku.

Kutatap sejenak kakinya yang indah dan bersih itu.
Jari-jarinya mungil dan putih.. kontras sekali dengan cutex-nya yang merah menyala.

"Tunggu apalagi..? Ayo cium kakiku..!”
“Baik.. baik boss..” jawabku sambil perlahan menundukkan kepalaku menghampiri kakinya.

Mulai kudaratkan bibirku di punggung kakinya dan kugeser pelan dari atas ke bawah..
Sambil merasakan kehalusan kulitnya. Dari situ kugeser lagi bibirku ke samping kakinya..
hingga ke mata kaki yang membuatnya menggelinjang kegelian.

Sylvi nampak sangat menikmatinya sambil terus mengepulkan asap rokoknya.
Dinaikkannya sedikit kakinya agar aku bisa menciumi telapak kakinya yang berlekuk indah itu.

Sylvi makin kegelian dan mulai merintih pelan waktu kucium sepanjang telapak kakinya yang beraroma khas..
namun justru makin membangkitkan nafsuku.

“Ayo.. keluarin lidahmu.. jilatin cepet..!”
Perintahnya lagi yang langsung kukerjakan dengan penuh nafsu.

Dari jilatan panjang telapak kakinya.. kuakhiri di bawah jari-jari kakinya..
yang membuat Sylvi menggeliat dan menarik kakinya mundur.

“Buka mulutmu..!” Perintahnya. Belum lagi mulutku terbuka semua.. ujung kakinya didorongnya masuk..
sehingga jari-jari kakinya yang mungil berada di mulutku sampai aku gelagepan.

Tanpa menunggu perintahnya.. kumainkan lidahku disela-sela jarinya sambil sesekali menghisapnya.
Kulihat kepala Sylvi menengadah ke atas.. tanda menahan geli yang sangat.

“Isep satu per satu jariku..!” Demikian pintanya.
Sambil kuisap satu demi satu.. diam-diam Sylvi membuka sepatu kaki kirinya..
lalu langsung mengarahkannya ke hidungku yang bebas.. lalu menjepitkan jari-jarinya di situ.

Kini lengkap sudah kedua kakinya yang mungil itu terlayani sekaligus.
Satu di mulutku dan satunya di hidungku.

Sementara itu.. aku makin bisa menikmati permainan yang penuh sensasi ini..
bahkan makin penasaran menunggu perintah selanjutnya.

Kegiatan tadi cukup membuatnya berkeringat.. walaupun AC di kamar cukup dingin.
Sylvi sekonyong-konyong menghentikan permainannya..

Kemudian ia berdiri meninggalkanku yang masih dalam posisi berlutut.
Dari kejauhan kulihat dia mulai melepas blazer dan bajunya sekaligus..
sementara BH dan rok mininya masih dibiarkan menempel.

“Jo.. coba kemari..!” Teriaknya dari depan lemari kamar.
Aku kemudian menghampirinya dan berdiri di belakangnya.

“Lihat badanku berkeringat nih.. ayo jilatin..!” Perintah Sylvy makin menggila dan membuatku kaget.
Namun aku yang tak berdaya dengan tangan masih terikat ini cuma bisa memenuhi permintaannya saja.

Dari posisiku berdiri.. kembali batang kemaluanku berdenyut-denyut..
memandang kemulusan kulit tubuhnya bagian atas yang putih bersih serta mengkilap karena keringatnya.

Dan waktu kutempelkan bibirku di bahunya..
“Aaah..” tercium aroma tubuhnya yang sangat merangsang gairahku.

Campuran antara parfum dan keringatnya ini membuatku tak langsung menjilatinya..
namun kugunakan hidung dan bibirku terlebih dahulu untuk menghirup sepuas-puasnya keharuman tubuhnya.

Sylvipun tak menolak.. bahkan menggeliatkan tubuhnya waktu ciumanku berpindah..
dari bahunya ke sepanjang lehernya yang putih mulus.

Tak kulewatkan gigitan-gigitan kecil di telinganya sebelum Sylvi menyibakkan rambutnya..
dengan tangan kirinya memintaku turun ke tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu.

Dari situ.. lidahku mulai menari-nari dengan terus turun menyusuri punggungnya yang mengkilap..
hingga ke atas rok mininya yang masih menempel kencang.

Wajahku lalu kugerakkan ke arah pinggangnya yang ramping..
dan waktu Sylvi menggeliat dengan kedua tangan ke atas..
wajahku kugeserkan ke atas menuju ketiaknya yang terbuka lebar.

Sylvi makin menggelinjang waktu bibir dan hidungku berputar-putar di ketiaknya yang putih bersih tanpa bulu itu..
sampai-sampai lengannya dirapatkan kembali hingga kepalaku terhimpit di situ.

“Mulai nakal ya kamu..” desah Sylvi sambil menahan geli.
Tak banyak yang bisa kulakukan kecuali menghirup aromanya yang penuh sensualitas itu.

Entah apa lagi yang akan dilakukannya.
Silvy melepaskan kepalaku tiba-tiba lalu berbalik dan menyuruhku kembali berlutut.

Dengan gerakan refleks.. tangannya masuk ke dalam rok mininya..
kemudian menarik celana dalamnya ke bawah.

Begitu lepas.. Sylvi langsung merenggangkan kakinya..
dan mengangkat sedikit demi sedikit rok mininya dengan kedua tangannya..

Hingga kini muncul pemandangan indah tepat di depan wajahku.
Bagian bawah kemaluannya nampak mengintip di balik rok mininya yang tersingkap.

Batang kemaluanku makin keras memandangnya..
Apalagi dibarengi dengan liukan-liukan erotis pinggulnya yang menggodaku.

“Kamu pasti mau merasakannya kan..?” Goda Silvy.
“Ayo.. tunggu apa lagi..? Lumat sepuasnya..!”
Katanya keras sambil menjambak rambutku dan menariknya ke dalam rok mininya.

Wajahku jadi terbenam di selangkangannya.. dengan posisi terus berlutut..
dan kedua tanganku yang masih terikat ke belakang.

Mulailah bibir dan lidahku menjalankan tugasnya..
dengan melumat liang kemaluannya yang ternyata sudah basah sedari tadi.

Ehmmm.. Aroma khasnya di situ makin membangkitkan nafsuku untuk memainkan lidahku dengan liar..
dan membuat liukan-liukan Sylvi menjadi makin tak karuan menahan nikmat yang tiada tara.

Kadang-kadang kakinya bergetar waktu bibirku menemukan clitorisnya dan mengemutnya lembut.
Merasa tak tahan lagi.. Sylvi malah menaikkan kaki kirinya ke atas meja koper di sampingnya..
sehingga praktis rok mininya tak menutupi apa-apalagi.

Liang kemaluannya makin terbuka lebar yang membuat lidahku makin leluasa menjilat dan mengemut segala sudutnya.
Tangannya makin keras menjambak rambutku ikut mengatur gerakan-gerakan kepalaku di selangkangannya..

Sampai akhirnya dengan sekuat tenaga ditekannya dalam-dalam wajahku..
dibarengi dengan hentakan-hentakan pinggulnya yang hebat.

“Aghh.. agghh..!!” Teriaknya lepas menandakan telah tercapainya puncak kenikmatan di dirinya.
Kedua pahanya menghimpit keras kepalaku beberapa saat lamanya.

Sementara itu wajahku pun tak bisa banyak bergerak..
dan hanya bisa menikmati hangatnya cairan yang membanjir dari liang kewanitaannya.

Pelan-pelan himpitannya pahanya mengendur..
Lalu dia menyuruhku duduk di kursi tegak di depan meja rias.

Sylvi tetap tak membuka ikatan tanganku.. bahkan memindahkannya ke belakang kursi..
sehingga posisiku mirip orang tahanan yang sedang diinterogasi.

Bedanya aku dalam keadaan bugil total.. dengan batang kemaluanku yang berdiri tegak dan sulit turun..
apalagi melihat di kaca rias.. Sylvi mulai memerosotkan rok mini merahnya di sebelahku.

Beberapa detik kemudian Sylvi membuat kejutan lagi dengan segera duduk di meja rias depanku..
dengan posisi kaki mengangkang dan tangan menumpu ke belakang.

Sengaja rupanya dia berbuat begitu.. agar aku makin tersiksa..
memandang segarnya kemaluan wanita muda ini.. serta keindahan tubuhnya tanpa bisa berbuat apa-apa..
Walaupun masih tersisa BH mini hitamnya yang membuat buah dadanya menyembul bak hendak keluar.

Masih dengan liukan-liukan erotisnya.. dengan wajahnya yang dingin penuh sensualitas menatapku..
pelan-pelan kedua kakinya diturunkan sambil memajukan tubuhnya..
hingga kakinya terkangkang menghimpit pinggir kursi yang kududuki.

Erghhh..!! Ingin rasanya segera kutusukkan batang kemaluanku yang tepat berada di bawah kemaluannya..
Namun Sylvi punya sensasi lain.

Mataku yang kini tepat di depan buah dadanya.. harus memandang gerakan tangannya..
yang bergerak perlahan ke belakang.. membuka kaitan BH-nya dan melemparnya jauh.

Kedua tangannya lalu dilepaskannya ke samping.. sambil lebih menegakkan badannya..
membiarkan mataku tak berkedip memandang kedua bukitnya yang tak begitu besar..

Namun bentuknya membulat padat dan mancung ke depan.
Ditambah putingnya yang nampak menegang berwarna merah muda..
sangat kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih mulus.

Sylvi membuatku makin panas-dingin dengan gerakan tangannya kemudian..
yang memelintir-melintir sendiri putingnya sambil meliuk-liuk.

“Kamu pasti mau ini..!?” Kata Sylvi menggodaku.
“Iya boss.. aku mau.. please..” pintaku menyambung.

“Ayo jilat..!!” Perintahnya sambil tiba-tiba menyodorkan buah dadanya ke depan.
Clrupp.. slurp.. slurp.. lidahku menjilat-jilat putingnya dengan ganasnya bak makan ice cream.

Bersamaan dengan itu Silvy menurunkan tubuh mungilnya.. Slebbb..
Perlahan batang kemaluanku yang makin tegak mengeras terbenam ke dalam lubang kemaluannya.

“Aaakh..” desah kami hampir bersamaan merasakan nikmat yang penuh sensasi ini.
Tubuhnya bergoyang hebat.. seirama dengan membabi butanya bibir dan mulutku..
menjelajah kedua bukitnya yang berguncang-guncang bebas.

Keringatnya yang deras di situ makin melicinkan jalannya bibirku berpindah-pindah di kedua bukitnya.
“Ayo gigit.. isep sepuasmu..!”
Perintahnya lagi sambil meluruskan kedua tangannya berpegangan pada ujung atas kursiku.

Gerakan pinggulnya yang kadang berputar kadang naik-turun membuat batang kemaluanku bagai dikocok..
dan terasa semakin licin menembus lubang kemaluannya dari bawah.

Ketika goyangannya makin cepat..
kembali mendadak Sylvi menghentikan gerakannya dan mengangkat tubuhnya buru-buru.

“Aku mau ganti posisi..” katanya cepat sambil membuka ikatan tanganku..
lalu naik ke tempat tidur dengan posisi merangkak.

Pantatnya yang putih mulus menungging di hadapanku.. membuatku berinisiatif menciumi bongkahan pantatnya..
bersamaan dengan kubukanya kedua pahanya lebih lebar dengan tanganku yang sudah bebas. Sylvi tak tahan..

Apalagi waktu kujilat panjang berulang-ulang di sepanjang belahan pantatnya.
“Cepaat masukkan..!!” Teriaknya menahan geli.

Jlebbb..!! Segera kuhujamkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya dari belakang.
Sylvi meronta-ronta kenikmatan waktu gerakan memompaku makin cepat..

Apalagi dibarengi kedua tanganku yang bergerilya meremas-remas buah dadanya di depan.
Kembali Sylvi tak tahan.. dan dia menginginkan permainan ini diakhiri dengan posisi berhadapan.

Tubuhnya membalik dengan cepat dan menjepitkan kedua kakinya di pinggangku.
Dengan cepat kupompakan batang kemaluanku yang disambut kembali dengan goyangan pinggulnya yang seksi.

Sylvi lalu melepaskan jepitan kakinya dan menaruh ujung kakinya di kedua bahuku.
“Gunakan mulutmu.. ciumi apa yang ada..” perintahnya sambil tersengal-sengal.

“Baik boss..!!” Jawabku lagi sambil meraih kedua kakinya yang indah itu ke wajahku..
dan kujilat-kujilat dengan lahap telapak kakinya.

Goyangan pinggulnya menjadi semakin menggila mengikuti kegelian di kakinya.
Sementara posisi batang kemaluanku yang masuk tegak lurus ke liang kemaluannya..
membuatnya makin mendekati klimaks.

Benar saja.. Sylvi melebarkan pahanya tiba-tiba dan menarik tubuhku ke arahnya.
“Lebih cepat.. ayo..!” Perintahnya..

Segera kuikuti dengan hujaman batang kemaluanku yang makin dalam dan cepat.. Jlebb.. jlebb..
Slrupp.. clrupp... slrupp.. dibarengi dengan mulutku yang kini mendarat di buah dadanya kembali.

Crebb-crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb-clebb-clekk-clekk-clekk-clekk-clebb-clebb..
“Ahh.. ahh.. agghh..!!”
Teriak Sylvi bersamaan dengan tubuhnya yang melengkung ke atas menandakan kenikmatan tiada tara.

Sylvi yang mengetahui aku belum mencapai klimaks langsung meraih batang kemaluanku dan mengocoknya cepat.
“Aku mau kau keluarkan di mulutku.. cepat..!”
Kata Silvy sambil membuka bibirnya yang sensual itu tepat di depan batang kemaluanku.

“Iyya boss.. iyya..” jawabku tersengal-sengal menahan nikmat. “Aaagghh..” erangku kemudian..
Berbarengan dengan menyemburnya cairan dari ujung batang kemaluanku yang langsung memenuhi mulut dan wajah Sylvi.

Tak Cuma berhenti di situ saja. Sylvi kemudian menjilat-jilat sisa cairan di sepanjang batang kemaluanku..
Ia memainkan lidahnya di ujung kepalanya.. dan diakhiri kuluman lembut..

Dengan memasukkan dalam-dalam batang kemaluanku ke mulutnya.. yang..
AAAhhh.. membuatku bagai terbang di awan.

“Sylvi jadi bossku terus aja yah..?” Kataku sambil mengecup bibirnya lembut setelah kami beristirahat.
“Kenapa..? Suka ya permainan tadi..? Kalo gitu ciumin lagi tubuhku.. sebelum masa jabatanku berakhir..”
Katanya lagi yang kali ini agak manja.

“Dengan senang hati boss..” jawabku sambil mulai menjilati kembali tubuh bugilnya..
Yang mulus dan menelentang pasrah itu tanpa ada yang terlewatkan.
oOo

Hari Seninnya.. pagi-pagi di kantor.. kami bertemu. “Selamat pagi boss..!!” Sapa kami bersamaan.
Aku dan Sylvi saling memandang sejenak.. lalu tertawa bersama. So.. who’s the boss..? Hehehe.. (. ) ( .)
-------------------------------------oOo----------------------------------
 
---------------------------------------------------------------------

Cerita 40 – Just for Fun..

Susi

Tanggungjawabku
sebagai seorang Shipping Manajer menyebabkan aku punya banyak relasi bisnis..
baik dari perusahaan perusahaan pelayaran maupun perusahaan angkutan lainnya.

Namun ada satu rekanan bisnisku yang akan kuceritakan dalam kisah ini.
Sebut saja Susi.. begitu nama sales executive dari sebuah pelayaran di kota S..

Bertinggi badan kurang lebih 165 cm.. dengan postur tubuh proporsional dan busung dada 36.
Hidungnya mancung dan rambut hitam ikal sebahu.

Perusahaannya memang bonafide.. sehingga beberapa pekerjaan skala besar dapat terkirimkan dengan baik.
Jujur saja.. dalam hati kecil ini juga kagum pada kecantikan Susi.

Dan sebagai lelaki normal.. yach secara tak sengaja melihat sisi dalam pahanya saat disilangkan..
yang membuat seonggok daging kenyal di sela-sela pahaku ‘unjuk diri’. Hehe..

Sebagai relasi yang baik.. Susi terkadang mengajak lunch di luar ataupun hanya memberiku cenderamata..
atau selepas kerja kami nongkrong di kafe musik.
Pada saat itulah Susi bertanya banyak tentang diriku.. dan kujawab semua dengan benar.

Aku memang suka berterus terang.. termasuk keadaan diriku yang sudah berkeluarga..
yang mempunyai seorang putra 2,5 tahun dan istriku sedang mengandung anak keduaku 8 bulan.

Akhirnya aku pun tau bahwa Susi adalah ‘simpanan’ boss-nya bule asal Amerika yang bernama Richard.
Namun kini telah meninggalkan Indonesia.. karena sudah diganti oleh GM baru asal Indonesia.

Mata Susi tampak menerawang jauh.. dan angannya terbang ke Amerika sana.
Namun dia tersadar itu.. tak mungkin lagi menikmati kebersamaan mereka lagi.
---oOo---

Tepat liburan umum di bulan Januari lalu Susi meneleponku dan mengajak ke Batu.
Katanya sich dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-29 dan untuk menemaninya..
–biasanya Susi menghabiskan weekend di sana bersama Richard..–

"Mas Sony mau nggak temenin aku ke Batu nanti di acara Ultah-ku..?" Tanya Susi di telepon.
"Emang acaranya apaan..?" Tanyaku agak menyelidik.

"Ah.. udah dech.. pokoknya temenin aku yach.. please..!?" Rengeknya setengah memohon.
"Ini khan Ultah-ku yang ke-29.. please Mas Son.. please.. kali ini saja..!" pintanya.

Lelaki mana yang sanggup menolak kamu Sus.. Wajahmu yang cantik.. bodi kamu punya..
Bibir tipis nan sensual. Waah.. segalanya deh..!
Pujiku dalam hati.

Aku tersadar saat Susi menyambung pembicaraannya lagi.
"Atau aku mesti bilang ke Mbak Santi, istri Mas..?" Imbuhnya.
"Ngg.. nggak usah dech. Oke.. oke.." buru-buru aku menyergahnya.
----oOo----

Sabtu malamnya kami ngobrol. Aku berdua dengan istriku.
Aku ‘terpaksa’ bohong padanya.. kalau aku besok malam harus menemani tamu Technical Advisor-ku dari Jepang.
Termasuk mencarikan hiburan buat tamuku juga.

Sabtu pagi aku berpamitan pada istriku dan memacu Capella kesayanganku ke arah Malang.
Sementara aku sendiri sekarang tinggal di Gresik.
Namun sebelum itu aku menjemput Susi di rumah kontrakannya.. di kawasan Surabaya Barat.

Selang lima menit aku pencet bel keluarlah Susi mengenakan setelan span deep marine..
Sementara atasannya you can see biru muda.. Hmm.. sebuah pemandangan yang amat serasi dan indah.

Sepanjang perjalanan kami hanya ngobrol ringan soal pekerjaan dan kami bersenda gurau di antaranya.
Aku tau Susi adalah wanita yang amat kesepian. Aku juga terkadang kasihan melihatnya.

Meski dia sukses di kariernya.. tapi di lain pihak di juga butuh pendamping yang mengisi kekosongan jiwanya.
"Mas Sony.. sebelumnya aku minta maaf kalo permintaanku kali ini menyita waktu untuk keluarga Mas..”
Susi mulai membuka pembicaraan.

"Aku sukses dalam berkarierku dan hidup mewah karena support besar company Mas Sony..
Khususnya Mas Pribadi.. dari Mas..” kata Susi.. –ini karena perusahaanku merupakan big customer bagi dia..–
"It's Oke, Sus..” jawabku.

"Mas Sony kali ini aku meminta kepada Mas.. buatlah dua hari ini berarti buat kekosongan hidupku..” pinta Susi.
"Hiburlah aku yang kesepian Mas..” pinta Susi lagi.

Cihuy..!! Sorakku dalam hati.. aku segera mengerti ke mana arah omongannya.
----oOo----

Setelah check in kami lantas menuju ke paviliun paling ujung yang mempunyai view sangat indah..
berpagar bukit dan taman anggrek nan segar dipandang mata.

Hawa dingin ini membuatku sedikit malas untuk melakukan aktivitas..
lalu kami menghabiskan kurang lebih satu setengah jam untuk ngobrol.

Yach.. hitung-hitung sekaligus pendekatan kepada Susi.
Karena selama ini hanya sebatas hubungan kerja atau formal.. bukan suasana privacy seperti saat ini.

Jam tiga sore badanku mulai gerah dan rasanya ingin mengajak Susi berenang di kolam air hangat di Hotel tersebut.
Kami pun berenang bersama dan rasanya sungguh nikmat.. hangat dan segar.

"Mas Sony masih kelihatan gagah yach..” puji Susi saat aku istirahat sebentar dan duduk di tepian kolam.
"Ah Masa’ sich..?" Sahutku santai.

Sepintas aku menangkap gerakan bahwa matanya tertuju pada selangkanganku..
yang memang sudah hampir 1,5 bulan tidak pernah lagi bersarang.

Meski lagi mengkerut.. akan tetapi dengan celana renang ketat ini pastilah menonjol testisku.
Kulihat Susi sedikit menahan nafas karenanya.

Kami lantas berenang dan berenang lagi.. sampai badanku terasa sedikit capai.
Aku lantas berhenti dan melilitkan handukku menuju ke kursi di pinggiran kolam..
lalu kuteguk air mineral ukuran setengah liter itu sampai habis.

Susi sendiri masih asyik berenang..
Tak kusangka.. tubuhnya yang biasa dibalut jas kerjanya itu kelihatan ramping dan mulus sekali.

Aku berdiri melakukan gerakan pelemasan kecilku.. sambil menikmati tubuh mulus Susi.
Susi semakin merasa aku perhatikan.. semakin terkesan dibuat-buat gerakannya.. memancing birahiku.

Aku kemudian rebahan kembali di kursi dam melemaskan ototku..
Susi sebentar kemudian naik menyusulku mengambil tempat di sampingku.

"Sus.." panggilku yang aku buat-buat semesra mungkin.
"Hem.." sahut Susi yang ternyata masih menyedot orange juice..
Dan bibirnya itu.. wah.. tidak dibayangkan dech kalau lagi mengisap punyaku ini.

Dan perlahan namun pasti penisku mengeras.. menyembul di bawah belitan handukku.
Lalu aku sedikit naikkan pinggulku.. agar Susi juga dapat menikmati apa yang ia inginkan sesaat lagi.

"Ada apa Mas..?" Tanya Susi sedikit serius..
namun matanya melirik ke arah penisku yang sudah setengah mengeras.
"Enggak.. cuman aku melihat hari ini kamu lebih seksi..” rayuku.

"Emm.. gimana yach kalo si kekar dan si seksi bersatu yach..?" Tanya Susi mengerlingkan mata kirinya.
"Pengin tau jawabnya..? Hayo kita ke markas..” ajakku seraya membimbingnya berdiri.

Kami lantas berjalan bergandengan menuju paviliun kami menginap.
"Emh.. belum-belum khok udah loyo..?” Ejekku kepada Susi dan berlari kecil meninggalkannya.
"Eh sialaan..!!" Teriak Susi lalu mengejarku yang berlari ke arah Paviliun itu.

"Mas Sony.. gandeng doong.." rengek Susi manja di sela-sela nafasnya yang terengah-engah.
Kami pun lantas bergandengan mesra.. bak orang pacaran dan semua terjadi spontan.

Aku tak ingat lagi istri dan anakku di rumah saat ini.
Yang kuinginkan hanyalah kenikmatan dan kehangatan tubuh Susi untuk melampiaskan libidoku.

Kami memasuki paviliun itu dan duduk di sofa besar menghadap ke arah bukit indah.
Matahari serasa mengintip kami dari balik bukit itu dan enggan menutup tirai hari ini..
dan di lain pihak kami sudah ingin segera menikmati malam indah nanti.

Kami duduk berdampingan menikmati alunan musik lembut dan pemandangan yang mempesona di bukit sana.
"Sus, aku sebenarnya.. sedikit.. emmhh.." kataku ragu.

"Mas Sony, aku adalah wanita normal dan punya hasrat seks. Tetapi Mas Sony jangan khawatir padaku.
Aku nggak bakal minta macam-macam dari Mas Sony. Dan kita hanya bersenang-senang saja. Just for fun..”
kata Susi semakin memantapkan rasa hatiku.

"Lagian nggak mungkin.. karena aku tau Mas Sony punya keluarga yang bahagia..” imbuh Susi.
"Bukankah istri Mas juga tidak boleh melayani lagi.. karena bahaya bagi usia kandungannya..?”
Bela Susi seraya melingkarkan kedua lengan rampingnya ke leherku.

Aku kemudian mendekap Susi.
Ahh.. Terasa hangat dan lembut tubuh indah ini lalu kudekatkan wajahku ke arah wajahnya.

Kami bertatapan cukup lama dan penuh arti. Kulihat dari tatapan matanya Susi sudah betul-betul horny.
Demikian pula aku.. yang sudah 2 bulan lalu tidak mengasah batang pejal kebanggaanku.

Sekejap kemudian bibir kami mulai menyatu dalam alunan kemesraan berselimut hasrat bergelora.
Ujung lidah kami bergantian menggelitik rongga mulut kami masing-masing.

"Mass.. oohh puaskan aku yach sayang..” rengek Susi di sela-sela desah nafasnya yang memburu deras.
"Segera sayang.. saatnya sebentar lagi tiba. Aku akan membawamu ke langit tujuh..”
Bisikku sambil melepas satu per satu kain di tubuhnya.

Udara dingin yang bersentuhan langsung dengan pori-pori Susi..
menambah sensasi dan rindu akan sentuhan dan juga rabaan-rabaan maupun jilatan sekujur tubuhnya.

Kali ini aku akan memperlakukannya bak seorang putri maka akan berbahagialah Susi dalam dua hari ini.
Setelah memakaikan dia sleeping jas.. aku kemudian mengajaknya berdiri di dekat jendela..
menikmati senja nan indah dan syahdu ini.

Kedekap tubuhnya dari belakang.. lalu belakang telinganya mulai kusentuh dengan ujung lidahku.
"Mass.. oogghh.." Susi hanya bisa mendesah dan mengesek kedua pahanya.

"Sudah Berapa lama Say..?" Bisikku di sela-sela permainanku di belakang telinga dan tengkuknya.
"Tiga bull..aa.. aahh .. Gellii..!!” Pekik Susi sambil membalikkan tubuhnya menghadapku.

Wajah penuh gairah itu mendongak ke arahku.. segera kulumat bibirnya..
sementara tanganku mulai menanggalkan semua yaang tersisa di tubuhnya.
"Masshh.. oogghh.. mmpphh..” Susi menceracau sambil melucuti pakaianku.

Dengan cepat kami sudah telanjang bulat bersama.. sambil berdansa seirama alunan musik hotel.
Tubuh kami menyatu dan saling dekap dalam kelembutan serta kehangatan birahi..
dengan tetap berdansa dalam irama kelembutan.

Tangan Susi melingkar di tengkukku dan kulingkarkan tanganku di pinggangnya..
Beberapa saat kemudian perlahan kuturunkan ke arah bongkahan pantatnya..
lalu meraba serta meremasnya lembut.

Pada saat itulah Susi melepaskan bibirnya untuk melenguh sejenak.. menikmati rabaan serta sentuhanku.
Penisku sedari tadi mengeras tegak itu menempel di perut Susi..
membuat sensasi kehangatan di antara kehangatan tubuh kami.

Cukup lama kami berdansa dan entah sudah berapa lagu kami lewati bersama..
namun aku belum ingin segera mengakhiri foreplay ini.
Karena aku ingin Susi lebih dapat menikmati keromantisan ini lebih lama lagi.

Aku membimbingnya ke arah Sofa dan kududukkan Susi di pangkuanku.. membelakangiku.
Kami pun semakin tenggelam dalam suasana.. namun aku tetap berusaha menguasai diri.

Pangkal penisku tepat bersentuhan dengan vaginanya yang terasa sudah amat merekah.. karena rangsangan hebat.
Dari sentuhan itu dapat kurasakan lelehan cairan vagina Susi semakin deras terasa menetes ke ‘telurku’.

Cumbuan demi cumbuan dan rabaan serta sentuhan sudah kulakukan terhadap Susi.
Bibirku sudah pindah ke arah dada Susi. Clrupp.. kukulum payudara yang kiri..
sedang tangan kananku memilin puting yang kanan.. punggungnya aku beri sentuhan dengan tangan kiriku.

Susi semakin tak mampu menguasai birahinya yang sudah di ubun-ubun tubuhnya menggelinjang hebat.
"Ooogghh.. aahhkkhh.. please.. masukin.. mass.. sshh..” desis Susi sambil menjambak rambutnya sendiri.

Bibirnya mendesis tubuhnya ia jatuhkan ke belakang dan bertumpu pada lenganku.
Kesempatan itu kugunakan untuk melirik ke arah vaginanya yang merekah menebar bau semerbak.

Aku tertegun sejenak.. karena sebelumnya aku belum pernah melakukan ini terhadap istriku atau wanita lainnya.
Namun aku yakin.. –seperti di cerita-cerita situs ini..– jika kujilat vagina Susi..
hal ini akan mampu membuat Susi menggapai orgasmenya lewat isapanku nanti.

"Mass Soonnhh.. cepp.. peethh.. issepphh.." rengek Susi terengah-engah..
saat aku mulai mencumbui bagian bawah perutnya yang indah.

Aku tak menjawab.. namun segera kududukkan Susi di sofa..
Kedua pahanya kuletakkan di pundakku.. maka mulailah aku dengan jilatanku di vagina Susi.

Vaginanya harum bentuknya pun begitu indah dan masih sempit rambutnya tercukur bersih.
Slruupp.. clrupp.. clrupp.. slrupp.. "Ssshh.. oouuwww.. aagghh.. pleasee.."
Pinta Susi diikuti penekanan kepalaku ke arah selangkangannya.

Sekejap kemudian aku memainkan kasarnya permukaan lidahku untuk menjilat bibir minoranya yang merekah..
Akibatnya Susi hanya bisa menjerit lirih.. menahan orgasmenya yang begitu cepat datang.

Sudah tiga bulan.. pantas saja sekejap sudah mencair birahi wanita ini.. Bathinku dalam hati.
Aku menyambutnya dengan patukan dan juluran lidahku di dinding rahimnya..

Lalu kukeluar-masukkan lidahku.. bak penis selagi memompa vagina secara teratur dan lembut.
"Aaawwuughh..!! Aaghh.. aaghh.. sshh.. Maasshh.." Susi mengawali orgasmenya dengan jeritan panjang.

Aku menyambutnya lagi dengan mengisap vaginanya dalam-dalam..
lantas kusundut-sundut dengan interval yang lembut teratur.

Dan benar dugaanku kali ini.. orgasmenya yang kedua segera menyambung..
membuatnya semakin ngilu dan geli yang amat sangat.

"Aaagghh..kuu.. llaaghh.. gii.. aakkhh.."
Susi mendongak.. kedua tangannya mencengkeram erat sofa.

"Ogghh.. Masshh.. aaghhghh.. aakkhh.. aahhghh.."
kembali Susi mendesah mengakhiri orgasmenya.

Aku berhenti untuk membersihkan mukaku..
lalu menjilat sisa-sisa cairan cinta Susi yang terlihat meleleh menetes hingga anusnya.

"Mass.. aakhh.. please..” pinta Susi kegelian saat aku membersihkan sisa maninya di sela-sela labia minora-nya.
Aku kembali duduk di sofa dan mendudukkan Susi di pangkuanku..

Nah.. sebelum duduk.. Susi mengambil ancang-ancang untuk menancapkan penisku ke liang vaginanya.
Slerrbhh.. “Aaakgghh.. hangatthh.." kecipak penis membongkar vagina dan desahan Susi..
bersamaan dengan 3/4 batang penisku melesak mudah.. tenggelam menjejali liang vagina Susi.

Susi duduk tegak.. kedua tangannya membelai rambutnya.. matanya terpejam menggigit bibir bawahnya.
Tak lama kemudian ia membuka mulutnya saat mendesah bergantian.

Slepp.. slepp.. slepp.. pinggulnya digoyangkan perlahan sesekali.. lalu pada saat yang ia rasa tepat..
Jlebb..! Ia hentakkan pinggulnya ke pangkal penisku.

Blesskk..! “Argghhh..!” 16,5 cm penisku telah masuk membenam sempurna.. mengisi rongga rahimnya.
Membuat sensasi kehangatan dan nikmat bercampur jadi satu.

"Oookkhh.. hangatthh.. aakkhh.. Masshh.. puassinnhh.. aku.."
Pinta Susi.. diiringi dengan gerakan naik-turun pinggulnya seperti seorang joki.

Clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb..
15 menit berlalu.. tampaknya Susi masih tenggelam dalam alunan sorgawinya.

Dan kuperhatikan daritadi matanya tampak terpejam menikmati sensasi ini.
Aku sendiri mengimbangi goyangan Susi dan menunda ejakulasiku.

Karena aku amat kasihan melihat Susi yang haus akan kenikmatan birahi.
Aku berusaha menambah rangsangan dengan menggesekkan telunjukku ke anus Susi..
yang sebelumya kubasahi dengan ludahku.

Tepat saat ujung telunjukku memasuki anus Susi.. "Nghhh.."
Susi tampak sedikit terkejut dengan membuka matanya lebar-lebar.

Namun sekejap kemudian terpejam.. lalu tubuhnya menegang.. dengan wajah menyeringai.
Kedua tangannya mencengkeram punggungku erat-erat.. lalu menarik tubuhnya menjauh dariku.

Tampaknya momen inilah yang Susi tunggu dan kejar sejak tadi.
"Ngghh.. aagghh.. aakhh.. aakkh aahhgghh..!!"

Susi mulai mendapatkan orgasmenya yang nyata.. yang telah ia pendam selama tiga bulan.
Pinggulnya ia goyangkan keras tak beraturan. Demikian pula hentakan pinggulnya.

Ughh.. beruntung rambut kemaluanku sudah aku cukur bersih..
sehingga terbebas dari rasa sakit akibat himpitan selangkangan saat vaginanya menghujam.

Lelehan cairan vaginanya sampai ke pangkal telunjukku yang diam di anusnya.
Kemudian telunjukku yang sudah licin tadi kutusuk-tusukkan lebih keras dan dalam di rongga anusnya.

Susi semakin menghentak dan bergelinjang tak karuan menyambut orgasmenya yang keempat.
"Aaargghh..! Aaagghh.. oohhgghh.. aakk.. akkhh.. kell.. luaarr aaghh..!!"
Susi menjerit keras menggapai orgasmenya kali ini.

Vaginanya terasa hangat dan terasa lebih menggelembung daripada tadi.
"Ooghh.. oommpphh.. aagghh.." desah Susi tampak lega mengakhiri orgasmenya.

Aku sengaja menunda orgasmeku.. agar weekend kali ini betul-betul lain dari yang lain bagi Susi.
Lalu kurengkuh kepalanya.. kemudian kukecup mesra bibirnya.. kulepas.. lalu kutatap lembut wajahnya.

Nampak ekspresi kepuasan terpancar dari sudut matanya yang bening.
Masih tetap menancap batang penisku di rahimnya.. kemudian kami berdekapan mesra lama sekali.

"Sus.." tanyaku.
"Hem eemhh.. makasih Mas Sony..” jawab Susi puas.

Karena capek Susi melepas gigitan vaginanya pada batang penisku.. lalu menghempaskan dirinya di sofa.
"Aahgghh..!!" Desahnya lega.

Tiga menit kemudian Susi pun tertidur di sofa. Aku lantas mengambil selimut hangat untuk Susi.
Setelah mengambil handuk dan mencuci penisku dengan shower hangat di kamar mandi..
aku mengambil sleeping jas-ku.. kemudian menghampiri Susi di sofa.

Kubelai lembut Susi dan kuletakkan kepalanya di pahaku. Aku terdiam menikmati senja yang mulai gelap.
Tak kulihat lagi indahnya bukit di seberang hotel yang tampak hanya lampu kerlap kerlip di kejauhan.

Karena udara semakin dingin menusuk ke tulang rasanya.. maka aku menggotong Susi ke tempat tidur..
dan kudekap hangat ia di dadaku di balik kehangatan selimut kami.

Tigapuluh menit Susi terlelap, belum ada tanda-tanda ia terjaga..
membuatku sedikit gelisah karena penisku kembali tegak berdiri.

"Mmmpphh.. ooaakhh ampph.. hahh.."
Susi tampaknya terjaga dan ia kaget mendapati penisku mengeras.

"Sebentar Yach Mas, aku ke kamar mandi dulu, entar gantian Mas aku puasin..”
kata Susi datar seraya berlari kecil ke kamar mandi.

Aku kemudian melepas sleeping jas-ku dan mengelus-elus penis kebanggaanku yang kokoh berdiri tegak.
Dari kamar mandi Susi menghampiriku dan menepis tanganku dari penisku..

Clopp..! Slrupp.. slrupp.. Kini mulut mungil Susi mulai mengulum kepala penisku.
Batang penisku ia kocok-kocok lembut terkadang ia remas hingga ke kedua biji kemaluanku.

"Oookhh Suss.. sshh.." aku hanya dapat mendesis menikmati kocokan tangan lembut ini.
"Oookkhh.. lebih kerass.. ssaayy.." ceracauku tak karuan karena ejakulasiku tertunda.

Susi lebih keras lagi mengocok dan diselingi kuluman-kuluman di sepanjang batang penisku.
Kulihat Susi menggengam batangku dan terlihat kepala penisku menyembul di antara genggaman tangannya.

Ujung lidah Susi beradu dengan ujung kemaluanku.. tepat di lubang keluar sperma penisku.
Clupp.. clupp.. clupp.. Susi mematuk-matukkan lidahnya tepat di situ..

Ughhh.. rasanya badan ini bergetar hebat dan ngilu yang amat sangat.
Kedua pahaku otomatis terbuka lebar.. dan Susi menempatkan tubuh rampingnya di antara kedua pahaku.

Aku semakin tak tahan dengan permainan Susi, kucengkeram erat rambutnya menahan rasa geli.
"Suusshh.. ooghh.. Suss.." aku mendesis berusaha menahan laju spermaku.

"Bocorin saja Mas.. ayo sayang.." kata Susi sambil melihat ke wajahku yang sedang kelojotan..
Kemudian meneruskan ‘patukan’ lidahnya yang semakin nakal.. dipadu dengan kocokannya yang lembut.

Aku melirik ke arah Susi.. tampak wajahnya puas mengerjaiku kali ini.
"Aaakhh.. Susshh.. mmpphh.." desahku menikmati permainan oral Susi.

Aku semakin tak tahan dengan sensasi yang dibuat Susi.
Apalagi ia melakukannya juga dipadu dengan pilinan lembut jemari kirinya di puting susuku.

Aku berusaha mati-matian menahan laju spermaku.. namun usahaku itu sia-sia.
Tiga detik kemudian aku melenguh panjang.. menyambut sensasi yang segera datang.

"Suuss.. isapphh.. Sayy.. Aaaku mauu.. kell..lluaarr.." pintaku tak sabar.
Susi tanggap.. kemudian mengisap dalam-dalam kepala penisku.. hingga beberapa detik kemudian..

"Arrhh.. aakhh.. aakkhh.. aakhh.." Crett,, crett.. crett.. crett.. crett..
Aku terpekik nikmat.. ketika melepas semburan maniku di mulut mungil Susi.

Glug.. glug.. Ditelannya semua spermaku hingga ke tetes terakhir..
hingga penisku semakin terasa kasat dibuatnya.

Masih tetap ia kocok penisku.. sehingga tetap pada kondisi tegang terus..
meski sudah menyemburkan mani kentalnya.

Apalagi sudah dua bulan tidak bersarang..
pastilah burungku akan menegang sampai menemukan sarangnya.

Aku kemudian mengulum bibir Susi.. sementara Susi masih mengelus penisku dengan lembut.
Susi rupanya ingin menikmati seks ini dengan alami.. karena ia merebahkan dirinya di sampingku..

Aku lantas melingkarkan pahaku di atas kedua pahanya.
Bibirku kini sudah berada di puting kiri Susi untuk mengerjakan tugas berikutnya:

Yaitu menggigit-gigit kecil disertai remasan-remasan.
"Mpphh.. oowwghh.. mm.. Maashh.." tampaknya birahi Susi mulai bangkit dari tidurnya.

Tangan Kiriku juga tak tinggal diam untuk memilin puting kanannya.
"Aaaww mmpphh.. sshh.. Mass.. kamu hangat sayang.."
Puji Susi ketika aku mulai menindih tubuhnya dan mencumbui kedua ketiaknya secara bergantian.

"Oooghh.. aahhgghh.. kamu jantan Sayangg.. aku mencintaiimu..”
Susi terus memujiku.. tampaknya permainan lembutku membuatnya lupa diri.

Dari rabaan telunjukku mendapati liang nikmatnya..
tampaknya Susi sudah siap jika penisku membongkar rahimnya lagi.. karena sudah terasa lembab.

"Aku masukin yach Say..?" Tanyaku. Susi lalu mencumbui aku dengan lembut..
Namun telapak tangan kanannya meremas pantatku lalu menekannya.

Blesshh.. dengan mudah menyeruak masuk seluruh batang penisku.
Karena vagina Susi sudah lembab dan licin akan sisa-sisa spermaku beberapa waktu tadi.

"Maasshh.. aakk..” Susi mendesah panjang..
menyambut kehangatan yang mulai menjalar ke semua rongga rahimnya.

Kami kembali bercumbu bersama tanpa melakukan goyangan.

Namun sesekali aku memainkan otot penisku di liang vagina Susi..
membuat Susi kelojotan menahan geli bercampur nikmat.

"Aaahh mmphh.. aah sshh.. aaghh.. ooghh nikmath.." desah Susi keenakan.
Kami masih bergumul dalam irama syahdu diiringi desah kelembutan nafas..
Entah nafsu atau cinta.. aku pun tidak peduli.

Badan Susi semakin menghangat.. tanda-tanda ia menjelang puncak nafsunya.
Clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. Aku mulai memompa penisku lembut.. dalam irama teratur..

Sementara kedua tanganku memilin dan meremas kedua bukit indahnya.
Tubuh Susi semakin terhentak kala tempo permainan hentakanku semakin kutambah.

Hal ini karena sensasi yang aku rasakan juga semakin nikmat.
Penisku terasa ‘tergigit’ oleh labia minora-nya kala aku menusukkan penisku dalam-dalam..
Dan terasa terisap kala aku menarik keluar penisku.

Clekk-clekk-clekk- clebb-clebb-crebb-crebb-clebb-clekk-clebb..
Pompaan penisku di liang vaginanya semakin kencang.. sampai badan Susi terhentak.

Namun Susi hanya merengek manja.. melenguh.. mendesah..
lalu menjerit lirih.. kala sedikit gesekan penisku membuat vaginanya ngilu.

15 menit berlalu.. kepalanya kulihat mulai menoleh ke kiri dan ke kanan tak beraturan.
Wajahnya memerah oleh birahi.. tubuhnya terasa lebih hangat dan vaginanya mengempot teratur.

Tubuhnya lalu menegang.. kedua tangannya lantas dibuka lebar-lebar ke atas..
berpegangan pada sisi tempat tidur.. untuk bersiap-siap melepas orgasmenya yang akan dahsyat.

Aku membantu menstimulasi gesekan penisku dengan klitorisnya yang kenyal.
Di bagian tubuh lain aku mencumbui kedua ketiak Susi bergantian.

Susi merasakan terbang di langit yang tinggi beralaskan putihnya mega yang menyelimutinya..
dan satin tempat tidur ini memberi inspirasi seolah kami bercumbu di awan yang lembut.

"Sus.. I love you.." bisikku spontan kala mendapati wajahnya yang cantik rupawan.
Memang dia adalah tipeku.. tipe-tipe wanita langsing seperti dia.
"Ahhghhku.. jugghhhaa.. Masshh..” Susi membalas cumbuanku dengan buas.

Beberapa saat berlalu.. kali ini Susi diam membisu dan tubuhnya mulai menegang.. diam.
Dan matanya terpejam memancarkan ekspresi mendalam.

Jleghh..!! Kulesakkan sedalam-dalamnya batang penisku di kehangatan liang nikmatnya.
Hingga terasa mentok sampai ke dasar vaginanya.. di dinding pintu rahimnya.

Lantas aku diamkan terbenam di sana.. sambil aku mainkan otot-otot penisku.
Sedetik kemudian datanglah apa yang Susi rindukan..

"Maasshh.. aagghh aaghh aakkhh.. aahkkuu.. ssaamm..pee.. hhhh..!"
Susi mengawali orgasmenya dengan lengkingan panjang.

Putingnya kini aku gigit-gigit kecil dan lereng bukit payudaranya aku remas lembut..
tampak Susi masih mendesah meregang orgasmenya yang pertama.

Stimulasi di putingnya membuatnya menggapai orgasmenya yang kedua dan ketiga secara bersamaan.
"Ooouugghh.. aakku.. lahhggi.. aagghh.." Susi menggelinjang tak karuan.

Tangannya mencakar punggungku menahan geli bercampur yang amat sangat..
kala aku semakin cepat memompa lagi penisku.

Cairan mani Susi yang banyak menyebabkan bunyi-bunyi saat penisku menghujam vagina Susi..
semakin melicinkan tusukanku saja, dan yang kutunggu segera tiba.

"Susshh.. aahku.. mmpphh.." gumamku sambil menggenjot penis dan meremas puting susu Susi.
"Masshh.. aagghku.. jugaa..hhh.." balas Susi.

"Oouumpphh..!!” Srrrrr.. srrrrr.. srrrr.. srrrrr..
“Aaa.. aa.. aaghh..!!” Crott.. crott.. crott.. crott..

Teriak kami bersamaan.. Persetan dengan orang lain yang mendengarnya.
Maniku mengalir deras bersamaan dengan Susi yang kurasakan hangat di sepanjang batang penisku.

Kami pun terbawa arus orgasme bersama yang sensasional bergumul.. mencumbui..
menggigit kecil bergantian dan nikmat ‘langit ketujuh’ bagi Susi sudah ia dapatkan dan juga aku.

Susi masih tetap dalam dekapanku dan tak ingin kulepaskan untuk selamanya..
saat penisku terlepas dari gigitan vaginanya.

Aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 09:00 malam.
Dan itu berarti kami sudah bercinta lebih kurang 5 jam sejak sore tadi.

Kami lalu berendam di bath tub hangat.. dan tidak melewatkan satu ronde di sana..
sebelum kami keluar bersama mencari makan juga minuman energy serta gingseng.

Setelah itu kami kembali ke hotel lagi dan menghabiskan malam dengan berbagai gaya bercinta..
seperti yang kami lihat di channel video kamar kami sampai jam 03:00 pagi.
Setelah itu kami tertidur karena lelah.

Dua hari kami habiskan memadu birahi.. menguras mani kami masing-masing..
Sebelum akhirnya kami berpisah di Surabaya.

Para pembaca.. nafsu memang bukanlah cinta.
Karena seseorang bisa bilang cinta saat diselimuti nafsu.. demikian pula sebaliknya.

Salam bagi semua dan selamat beraktivitas apa saja..
Mau diteruskan beronani atau bermasturbasi-ria silakan. Hehe.. (. ) ( .)
---------------------------------------oOo--------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd