Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

Bimabet
--------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------

Cerita 109 – SATPAM [SATuan PenikmAt meMek..!!!]

Kisah Satu Gara-gara Ponsel..!!

Perkenalkan.. namaku Yudho.
Umurku 29 tahun. Aku juga sudah menikah.
Dan saat ini aku bekerja di sebuah perusahaan rokok di Jawa Timur sebagai seorang Sekuriti.

Walau begitu penampilanku selalu bersih dan rapi.. sehingga terlihat paling mencolok diantara rekan-rekanku.
Apalagi perawakanku lumayan cukup mumpuni.. tinggi 175cm.
Kulit kuning langsat.. dan berbadan cukup atletis.. karena memang aku hobi olahraga terutama basket.

Jujur saja aku sangat setia kepada istriku.. walaupun dia berada jauh di kampung.
Walau kalau boleh jujur itu sangat berat.. karena aku pulang sebulan sekali dan ML dapat dihitung dengan jari.

Hal itu semakin diperparah dengan kehamilan istriku. Menurut dokter kandungan:
Istriku lemah dan dilarang keras berhubungan badan alias nunggu 4 bulan setelah kelahiran anakku.

Duhh.. Sangat berat rasanya.. apalagi di kost-kosanku bebas. Ada pasangan suami istri.
Ada laki-laki dan perempuan dalam satu rumah walau tidak ada yang kumpul kebo.

Setiap hari aku melihat beberapa orang yang bekerja sebagai SPG..
Kemudian dengan santainya melenggang dengan rok mini.. seakan-akan sengaja menggodaku.
Apalagi tetangga sebelah kamarku beberapakali dengan centilnya dia merayu dan tak segan berkata mesum.

Tetapi semua selalu bisa aku tepis.
Mengingat yang tinggal di depan kamarku adalah pasangan suami istri Ratno dan Yanti.
Tetangga di kampungku yang pasti akan dengan mudah menceritakan kelakuanku kepada istriku.
-------ooOoo-------

Pagi itu aku bangun kesiangan.. hingga akhirnya telat sampai tempat kerja.
Jelas saja membuat temen yang akan aku gantikan jaga marah bukan kepalang.

Tidak sampai di situ.. beberapa saat aku jaga..
ada penjambret yang melarikan diri masuk dari celah pagar dan menuju gudang pabrik.

Terpaksa membuatku berlari untuk mengejar dan berjibaku menangkapnya.
Padahal aku masih mengantuk dan agak lemas karena semaleman nonton bokep dan coli hingga 4 kali.

Memasuki istirahat siang aku berniat untuk mengambil makan duluan dan berjalan melewati parkiran.
Kulihat ada sesuatu yang mencurigakan.. seorang karyawati Pabrik sedang tengak-tengok..
kemudian menyimpan sesuatu dengan terburu-buru di dalam jok Mio-nya.

Sambil membawa nasi kotak aku berjalan menuju pos jaga.. dan ternyata sudah ditunggu oleh Heny..
Dia merupakan salahsatu karyawati di bagian pengepakan rokok.

Ia mengadu bahwa HaPe-nya yang disimpan di loker hilang dan ada bekas congkelan.
Ting..!! Entah mengapa instingku tertuju pada seseorang yang tadi kulihat di parkiran.

Selesai makan siang aku langsung memeriksa CCTV dan 90% dugaanku benar.
Orang itu bernama Dian. Satu bagian dengan Heny.
Terlihat dia memasukkan sesuatu berwarna pink sesuai dengan HaPe Heny yang juga berwarna Pink.

Tak ingin membuatnya malu.. melalui mandor pengawas aku menyuruh Dian agar menemuiku di parkiran belakang.
Saat kutanya.. Dian dengan gugup mengaku tidak tau.
Namun begitu aku minta membuka jok motornya.. mendadak Dian terisak dan meminta maaf karena khilaf.

Aku memintanya tenang dan berjalan mengikutiku menuju ruang pemeriksaan yang ada di gudang paling belakang.
Setelah aku masuk dan mengunci pintu dari dalam.. aku mulai mengintrogasinya.
Apa alasannya mencuri.. tujuannya dan bagaimana dia melakukanya.

Ternyata dia seorang janda tanpa anak.
Dan tujuanya mencuri adalah menjual HP tersebut untuk kemudian dipakai membayar kredit motor.

Tanpa sengaja.. saat duduk di atas meja aku melihat bongkahan toketnya yang putih mulus..
Terlihat dengan jelasnya.. berayun-ayun mengikuti irama tangisan dan sesenggukannya.
Wuahhh..!! Mendadak aku menjadi horny berat padahal semalam sudah 4 kali crot.

Entah mengapa aku mengajukan kesepakatan dengannya..
Padahal dari dulu aku tetap setia.. walau banyak yang menggoda.

“Kita ambil jalan tengah aja, bagaimana..?” Tawarku dan Dian hanya mengangguk pelan.
“Aku kembalikan Hapenya dan aku lepaskan kamu.. dengan syarat ..” tambahku.

‘Syaratnya apa..?” Katanya pelan.
“Hmm.. kamu lepaskan bajumu..” kataku agak gugup.

Sesaat Dian menatapku dengan matanya yang masih berkaca-kaca.
Setelah menghela nafas panjang.. Dian pun lantas berdiri dan mulai melepaskan bajunya satu per satu.

Entah karena dia sudah pengalaman atau mungkin kesurupan setan gudang..
Yang pasti dengan penuh pengertian Dian langsung membuka ritsleting celanaku..
Kemudian dia mengeluarkan kontolku yang telah tegang mengeras dari bekapan CD-ku.

“Emuuuuaaaah..!!” Satu ciuman yang selalu aku impikan kini aku rasakan.. begitu ngilu di ujung kontolku.
Asal tau aja.. istriku tidak pernah mau melakukan itu kepadaku.

“Mmmm.. ini hukuman yang menyenangkan Pak Yuuuddd..!” Katanya mengejutkan aku.
“Mmmm.. jangan panggil Pak, kita kan seumuran..!!” Balasku sambil menggumam nikmat.
“Mmmmm.. iya Yuuudddd..!” Katanya sambil mengecap dan meresapi rasa coklat kontolku.

Dengan kocokan bertubi di bagian pangkal..
Dian lantas dengan lahapnya mengemut dan menjilati kontolku dengan buasnya..
Seperti seorang anak kecil yang memakan Connello’s.

Ughhhh..!! Seketika membuatku mengejang tak karuan.. badanku bergetar..
Jantungku berdebar dan seperti melayang diawang. "Oohhh.. Hemmmmm..!!'
Gumamku menahan geli dan nkmat.

Beberapa saat kemudian Dian pun melepas kulumannya lalu meneruskan ciumanya ke pahaku.. kemudian ke perut.
Lanjut ke dada.. leher hingga akhirnya kami berpagutan hebat dan saling melumat bibir.

Sementara itu di bawah.. tangan Dian tidak berhenti mengocok kontolku, bahkan semakin cepat.
Toket 36B miliknya terasa begitu mengganjal dadaku.. kenyal namun seperti memental saat kupererat pelukanku.

Kini aku berganti yang terdesak dengan gairah binalnya.. aku terus terdorong hingga akhirnya terduduk di kursi..
Ya.. namun dengan hanya mengenakan seragam atas saja..

Tetapi itu hanya sebentar.. dalam posisi WOT Dian melepaskan bajuku dan menancapkan kontolku di memeknya..
"Nghhh..!!" BLESSSHEP..!! Ouwhhh.. sangat nikmat rasanya.. melebihi memek istriku.

Sambil menggoyang dan menggeolkan pantatnya Dian terus mengurut kontolku dengan remasan otot-otot memeknnya.
Hemmmmmmmm.. naik turun dan terus bergoyang semakin kuat, semakin dalam dan semakin cepat.

Suasana sekitar ruang pemeriksaan yang dingin dan sepi berubah menjadi hangat dan ramai oleh desahan kami.
Tanpa sadar kamipun sudah bercinta layaknya sepasang kekasih yang memadu rindu.. penuh nafsu dan begitu menggebu.

“Masss.. Yuuuuuddd.. enak banget burungmu..!!!” Bisik Dian terengah sambil terus menggeolkan pantatnya.
“Memek kamu juga nikmat.. apalagi toketmu.. aku suka banget..!” Balasku memuji.

“Aku mau jika setiap hari kamu periksa begini Mass..” tambahnya.
Aku hanya tersenyum saja melihat ekspresi di wajahnya, penuh nafsu.

Centil dan merengek manja hingga benar-benar membuatku menyesal.
Kenapa aku gak selingkuh dari dulu aja..? Gumamku dalam hati.

Plepp..!! Tiba-tiba Dian mencabut kontolku dari cepitan liang memeknya..
Kemudian kembali mengulumnya tanpa risih ataupun jijik. Nafsu telah membuatnya begitu binal dan liar.

Puas dengan kulumannya.. Dian menuntun kontolku kembali dalam memeknya.
Kali ini Dian memilih berdoggy style dengan setengah berdiri bertumpu pada meja.

Plakk.. plakk..!! “Ughh.. pantatmu bohay banget..!” Pujiku sambil memukul pantatnya.
“Auuuww.. sakit Masss.. ayo buruan masukin.. hampir jam satu nih..!!” Pintanya.

Slebb.. Jlebb..!! Bleess.. Blesshh.. Bleesshh.. kembali aku menusukkan kontolku ke dalam memek tembemnya.
Oougghh.. Hh.. sepertinya kontolku mulai terbiasa dengan memek selain memek istriku.

Kini kurasakan batang kontolku semakin kaku.. semakin keras dan tegang.
Hingga seluruh otot-ototnya keluar dan membentuk guratan-guratan di sekujur batang kontolku.

Sekedar info.. kontolku standar orang indo.. hanya sekitar 15cm saja. Yang beda mungkin diameternya saja.
Terutama di depan bagian bawahnya.. terdapat bekas lipatan dan jahitan waktu dikhitan yang cukup besar.

Istriku sering menyebut itu sebagai klep.. dan membuat sensasi menggelitik yang dahsyat..
disamping diameternya yang memang besar.. sekitar enam senti lebih..
Hingga tampak seperti kepala singa yang gondrong. Hehehe..

“Aaaahhhh..!!” Jeritan Dian mengejutkan aku. Memeknya menghimpit kuat dan mendadak mengedut cepat.
“Ooouuhhh..!!” Crut.. cruuuuutttttt..!! Dian mencapai orgasmenya kembali dan semakin membuat goyah kakinya.

Tetapi aku tidak menghentikan goyanganku dan malah semakin aku percepat.
Blesssss.. cropp.. cropp.. blessss.. bleesss.. Plak.. Plakk.. Plakk.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb..!!

“Auw.. Auw.. Auw.. Auww.. Aaahh..!!”
Suara desahan dan rintihan semakin keras terdengar.. memenuhi ruang kedap suara tersebut.
Dan membuatku semakin terpacu untuk terus maju mundur dan menggempur memeknya.

Hingga akhirnya sekujur tubuhku bergetar hebat, kakiku seperti kesemutan dan kontolku mengedut cepat.
“Mmmhh.. aku hampir keluaaarrr nihhh..!” Rengekku.
‘Keluarin aja Mas, aman kok..!” Jawaban yang paling aku tunggu.

“Aaahhh..!!” Crot.. Crot.. Crooooottt.. Croooooottttttt..!!
Spermaku melaju.. menyemprot deras memenuhi memeknya bahkan langsung meluber menuruni paha putihnya.

Mendadak mataku berkunang-kunang.. jantungku berdetak cepat dan tangan gemetar seperti kesemutan.
Aku sempat takut.. karena belum pernah mencapai klimaks yang seperti ini.

“Hmm.. mmm..” namun selang beberapa menit.. rasa itu perlahan berkurang dan hilang..
Bersamaan dengan bel tanda jam makan siang selesai tepat jam 13:00 WIB.

Buru-buru kami merapikan baju dan kembali ketempat kerja masing-masing tanpa lupa bertukar nope.
-------ooOoo-------

Sambil menunggu jam pulang tiba..
Iseng-iseng aku membuka HP Nokia 5310i yang merupakan barang bukti tersebut.
Saat aku buka Galeri kutemukan ratusan lagu remix.. koleksi video bokep dan sesuatu yang mencengangkan.

Ternyata Heny sangat narsis. Di folder kamera kutemukan puluhan fotonya saat di kamar mandi..
Lalu video sedang ganti baju.. dan saat masturbasi. Mendadak aku kembali dibuatnya tegang dan terangsang.
Kontolku mengeras serta semakin antusias untuk membuka folder lainnya.

Yang paling membuatku terpesona adalah videonya saat bercinta.
Ada 4 video dan semuanya dengan orang yang berbeda.

Di video terakhir aku melihat wajah lelaki itu adalah Pak Win. Kepala manager pemasaran produk.
Aku putuskan untuk menunda pengembalian HaPe tersebut.
Lantas aku mengcopynya terlebih dahulu di dalam HaPeku.
-------ooOoo-------

Besoknya.. saat menjelang waktu makan siang aku meminta Heny untuk menemuiku di Pos pemeriksaan.
Tempat di mana aku dan Dian kemarin bercinta.

Sebagai awal pembuka.. aku kembali menanyakan ciri-ciri Hapenya.. kecurigaannya..
Kemudian baru kemudian memojokkannya dengan foto dan video mesumnya.

“Hen.. apa ini HaPe kamu..?” Tanyaku sambil mengeluarkanya dari saku celana.
‘Iya Pak.. itu HaPeku.. bapak temukan di mana..!?” Tanya Heny gembira.

“Kamu lebih pengen tau yang mana..?
Di mana aku menemukanya.. atau aku menemukan apa di galerimu..?” Tanyaku menyelidik.

Mendadak Heny terdiam. Mukanya memerah antara marah dan malu.
Mulutnya bungkam seribu bahasa dan mendadak ada keringat dingin bercucuran di wajahnya.

Dengan nada penuh kemenangan.. aku terus memojokkan Heny.
Menyindirnya dan akhirnya membuatnya menyerah pasrah.

“Coba buka bajumu, aku akan mencocokkan dengan foto yang ada di sini..!”
Kataku sambil membuka galeri foto.

“Ayolah.. jangan malu-malu.. dengan Pak Win yang sudah bau tanah aja bermanja-manja..!!” Tambahku.
Dengan wajah menunduk dan derai airmata Heny menuruti permintaanku..

Perlahan ia membuka jilbabnya kemudian baju atasanya dan rok hitamnya.
Menyisakan BeHa dan CiDi saja.
Wuihhh..!! Sangat indah tubuhnya.. langsing, singset dan montok di bagian pantat serta dada.

Dengan setengah membentak aku memintanya duduk di pangkuanku..
Kemudian dengan sengaja aku menunjukkan foto-foto narsisnya.

Heny sangat kikuk saat menyadari tepat di bawah pantatnya terdapat sesuatu yang hangat.
Pasti ia rasakan.. sesuatu yang semakin mengeras dan membesar.

Dengan sengaja aku mengedut-ngedutkan kontolku..
sambil mulai menciumi toket kanannya serta meremas toket kirinya.
Heny sempat menggelengkan kepala pertanda menolak, tapi aku cuek aja dan terus bergerilya.

"Ampun Pak..!” Katanya lirih.
“Perek kok minta ampun..? Kamu kan gonta-ganti kontol..!” Kataku vulgar.
‘Enggak Pak, itu mantan pacarku..!” Jawabnya pelan dan pasrah.
“Tiga mantan semua..? Terus Pak Win..!?” Kataku memojokkannya.
‘Mmmm.. aku sudah menikah siri dengan Pak Win..!” Paparnya.

Mendadak ada ragu di hatiku. Aku coba mengingat-ingat karakter seperti apa pak Win.
Memang Pak Win adalah seorang Haji. 2 tahun menduda dan terkenal sabar serta baik hatinya.

Namun terlanjur konak.. aku pun berganti mengancamnya:
Yaitu dengan menyebarkan semua foto dan videonya jika tidak mau melayani nafsuku.

Tanpa membuang waktu.. aku menarik paksa tali kutangnya dan kemudian CDnya hingga robek dan putus.
Tinggallah tubuh mulusnya tak tertutup apapun.
Kemudian buru-buru aku membuka semua pakaianku serta menarik Heny ke atas meja.

Kedua tanganya aku borgol dengan pegangan laci.. sedang kedua kakinya aku rentangkan lebar-lebar.
Dengan bebas dan buas aku benamkan wajahku ke selangkanganya..
menciumi memek gundulnya yang imut dan bersih.

Ehmm..! Masih sangat sempit.. karena dari video yang kulihat semua yang masuk memeknya berkontol kecil.
Hemmmm.. beruntungnya aku..!! Bersama dengan jari telunjukku..
Lidahku keluar masuk mengobok-obok memeknya yang semakin basah saja terkena air liurku.

‘Mmmm.. Paaakkkkkkkk.. ampuuuuunnn, jangan giniin aku gak tahan..!!” Rengeknya.
“Udah.. nikmati aja ya..?” Kataku sambil tangan kiriku meremas toketnya.
“Ouuuuuuhhhh.. Mmmmm..!!” Desisnya tak tahan.

Akhirnya Heny tidak tahan juga terhadap seranganku yang bertubi.
Bersamaan dengan geliat tubuhnya yang meliuk-liuk di atas meja..

Srrr.. crrrr.. srrrr.. srrrr.. Lendir orgasmepun mengalir deras menuruni lipatan pantatnya.
Heny hanya bisa terengah-engah dan pasrah merasakan sensasi yang sepertinya pertamakali dirasakannya.

Setelah kurasa cukup.. aku mulai membuka semua pakaianku hingga tanpa sisa..
Membuat Heny menggelengkan kepala melihat kontol gendutku.

“Tahan dikit, yah..? Aku buat puas deh..!!” Kataku sambil membelai rambutnya.
Dengan santai aku mengarahkan kontolku ke selangkanganya..

Sleck.. slepp.. menggesekkan Palkon pada belahan memeknya dan menekan-nekan sedikit.
Hemmmmm.. lumayan buat melumasi kontolku yang masih kering..! Gumamku dalam hati.

Slebbb..!! Akupun memasukkan Palkon ke memeknya. Clebbb.. aku dorong sedikit dan menahannya.
Slepp..! Menariknya.. jlebb.. dan kembali memasukkannya. “Hemmm..”
“Aaaaaaaahhh.. Ah.. Ah.. Ahhh..!!” Pekik kecil Heny ketika kontolku menyeruak masuk memeknya.

Bless.. Sslleepp.. dengan dorongan yang menghentak..
Akhirnya kontolku masuk juga ke dalam memeknya yang sempit dan legit.
Maju-mundur selalu aku gerakkan, lebih dalam dan lebih cepat.

Kulihat wajah Heny tidak lagi menangis dan mengiba..
Melainkan kini meringis menahan geli dan nikmat sambil menggigit bibir.
‘Mmmm.. ah.. ah.. ah.. aaahhh.. mmmmm..” desahan Heny lirih.

Aku hanya tersenyum di dalam hati.. dan langsung menaikkan tempo laju kontolku semakin cepat.
Hingga membuat meja yang jadi tumpuannya bergerak dan berderit di lantai.

PLAKKKK.. PLAK.. PLAK.. PLAKK..!! Bunyi pahaku membentur pantatnya dengan keras.
Membuat suasana ruangan itu menjadi semakin hangat.

Tidak sampai di situ.. sambil membungkukkan badan aku ciumi toketnya, menggelitik putingnya dengan lidah..
Kemudian aku isap kuat-kuat.. tidak peduli akan meninggalkan jejak atau tidak.

“Mmmmm.. oooOOHH.. mmmm.. geliiiiiiiii..!!” Rengeknya manja.
“Bagaimana burungku..!?” Tanyaku pada Heny.
‘K-kegedean Pakkhh.. ohhh.. menyesak di dalam vaginakuuu.. uuuhhhh..!! Jawabnya memejamkan mata.

Karena kulihat Heny sepertnya sudah mulai menikmati kontolku..
Aku putuskan untuk melepaskan borgolnya dan membebaskan tangannya jika ingin aktif menjamahku.

Dan benar saja.. dalam hitungan detik tangan Heny menjambak rambutku.. membenamkan wajahku ke dadanya.
Ahhh..!! Begitu empuk rasanya saat wajahku dijepitnya dengan sepasang toket di kiri dan kanan.
Terasa begitu halus dan hangat.

Seperti orang yang baru bebas dari tahanan..
Heny mendadak aktif mengimbangi goyanganku dengan geolan pantatnya.
Bahkan dengan gerakan memutar pinggulnya. Mendapat perlakuan mesra.. Palkonku terasa ngilu dan geli.

Seperti ingin membalas perlakuanku.. Heny semakin aktif dengan meminta WOT..
Jlebbb..!! Dan langsung menancapkan kontolku ke dalam memeknya.

Blesshh.. Slepp.. Sleepp.. Blesshh..!! Naik turun pinggul Heny mengocok kontolku dengan tempo yang sangat cepat.
Wuahhhh..!! Kedutan dan remasan di dalam memeknya semakin terasa.

Dan yang paling membuatku tercengang adalah goyangan ngebornya begitu cepat.. tepat dan nikmat.
“Ooohhh.. Auuwwhh.. Hhhhhh..!!” Aku gantian yang dikerjain.
Tubuhku terasa begitu ringan dan melayang-layang terombang-ambing badai nafsu Heny.

Hingga akhirnya.. tanpa bisa aku tahan.. crott.. crott.. crott.. crott..!! spermaku menyemprot keluar dengan deras.
Memenuhi liang memek Heny yang menganga lebar seperti huruf O tercetak oleh kontolku.

Srrrr.. srrrr.. srrrrr..!! Henypun mengalami orgasmenya.. tubuhnya melemas dan luruh di pelukanku..
Nafasnya terengah dengan tatapan wajah tak berdaya dan lemah.

Akhirnya kami saling memuji dan membuat sebuah kesepakatan bersama tentang janjinya Heny..
yang akan membantuku memperbaiki posisiku di kantor.

Untuknya aku berjanji akan selalu memenuhi keinginannya.. yaitu memuaskan nafsunya semata.
Selesai berkemas.. kamipun kembali ke ruang kerja masing-masing dan bersikap layaknya tidak terjadi apa-apa.

Esoknya aku dipanggil oleh Pak Win.. dan ternyata Heny memenuhi janjinya dengan cepat.
Aku diproyeksikan sebagai kepala gudang.. disamping pekerjaanku sebagai sekuriti.

Lumayan enak. Gaji dobel.. tetapi pekerjaan menjadi ringan.
Karena jadwal jagaku dipangkas hingga tinggal 2 kali dalam seminggu.

Pak Win mengingatkan aku agar tidak membuka rahasia hubungannya dengan Heny.
Dan dengan senang hati aku mengiyakan saja. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------
 

--------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------

Cerita 110 – Sex-Force

Part 01

Nadia bekerja sebagai asisten manager di sebuah bank swasta.
Walau bekerja di kantor yang sama.. Yusdi berada di divisi yang berbeda dengan Nadia, istrinya.
Meja kerja Yusdi hanya berjarak sekitar tiga meter dari mejanya.

Kehidupan pernikahan mereka berdua sudah berjalan hampir tiga tahun.
Mereka masih makan siang bersama beberapakali dalam seminggu.

Beberapa waktu yang lalu..
kantor mereka menyelenggarakan seminar mengenai pap-smear untuk para pegawainya.
Melalui seminar ini panitia juga memberikan pemeriksaan pap-smear secara gratis.

Nadia yang belum pernah melakukan pap-smear dalam hidupnya..
Pada awalnya enggan untuk ikut seminar dan pemeriksaan tersebut.

Namun setelah beberapakali dipaksa Yusdi akhirnya Nadia pun menyanggupinya.
Salah seorang dokter pembicaranya.. dokter Doni, ternyata adalah teman Yusdi.

Setelah selesai seminar Yusdi mengajak Nadia menghampirinya.
Memang kebetulan mereka bertiga berasal dari SMA yang sama.
Yusdi dan Doni dulu satu kelas.. sedangkan Nadia dua tahun ajaran lebih muda dari mereka.

Setelah berpamitan dengan Nadia.. Yusdi mengajak Doni mengobrol berdua saja sambil minum kopi di kantin.
Ada beberapa hal penting yang ingin dibicarakan oleh Yusdi.

Seminar tersebut hanya memakan waktu satu hari..
sedangkan sesi pemeriksaan dilakukan pada keesokan harinya.

Pap-smear merupakan pemeriksaan pada seorang wanita dengan memasukkan alat ke dalam vagina..
untuk mengambil sampel yang kemudian dites dalam laboratorium.
Kebanyakan wanita enggan melakukan pap-smear karena merasa risih.

Pada hari pemeriksaan.. Yusdi dan Nadia duduk di ruang tunggu bersama pasangan suami istri lainnya.
Setelah nama mereka dipanggil.. mereka berdua masuk..
mendapati bahwa dokter yang akan melakukan pemeriksaan tak lain adalah Doni.. teman mereka berdua.

Sebenarnya dalam pembicaraan mereka di kantin kemarin..
Yusdi memang sudah meminta Doni untuk mengatur semuanya..
sehingga Doni yang melakukan pemeriksaan terhadap istrinya.

Tentu saja Nadia tidak mengetahui hal ini..
Dan Yusdi memang tidak berniat untuk memberitau istrinya tentang hal ini..
karena ia telah menyusun rencana khusus untuk Nadia.

Setelah masuk ruangan periksa.. mereka berdua dipersilakan duduk.
"Wah ternyata kita ketemu lagi nih, Don..” kata Yusdi bersandiwara.
"Iya nih, ayo silakan duduk..”

Nadia hanya tersenyum padanya sebelum duduk di bangku yang sudah disiapkan.
Doni membuka pembicaraan dengan percakapan ringan untuk mencairkan suasana yang kaku.
Setelah itu ia mulai menjelaskan –lagi..– tentang pemeriksaan pap-smear ini.

"Ok. Sudah siap untuk pemeriksaannya?" tanya Doni kepada Nadia.
"Nggak usah khawatir, pemeriksaannya nggak berlangsung lama kok. Saya siapin dulu yah alat-alatnya..”
Kata Doni tersenyum pada mereka berdua sambil beranjak dari tempat duduknya.

Setelah Doni keluar ke ruang sebelah, Nadia berbisik ke suaminya,
"Yus, aku malu nih.. Dulu kita kan satu sekolah..!”
"Lho kenapa malu..? Kan dia udah jadi dokter sekarang..?"

"Aduh.. ya, bagaimana yah..? Pokoknya aku risih nih, Yus..
Tadinya teman satu sekolah, sekarang aku harus diperiksa sama dia..”

"Tapi sekarang kan dia seorang dokter, udah jadi profesional. Lagipula.. " kalimat Yusdi terputus..
karena Doni sudah kembali ke dalam ruangan.
"Yuk, kita ke sebelah..” ajak Doni.

Ruangan sebelah tidak berbeda dari ruangan dokter pada umumnya.
Berwarna putih terang, bersih dan tercium sedikit bau obat.
Di tengah ruangan itu terdapat tempat duduk hitam yang terlihat sangat nyaman.

"Nadia.. silakan tanggalkan semua baju kamu di ruangan itu..” kata Doni sambil menunjuk ruangan kecil di pojokan.
"Setelah itu silakan pakai gaun khusus yang sudah kita sediakan di ruangan itu..”

Dengan enggan Nadia bergerak menuju ruangan ganti itu. Setelah mengganti pakaiannya dengan gaun khusus tersebut..
Nadia dipersilakan duduk di kursi hitam itu. Yusdi duduk di samping di hadapan Nadia.

Doni kemudian duduk di kursi bundar tepat di depan Nadia.
Lalu ia mengenakan sarung tangan karet yang biasa dipakai para dokter pada saat melakukan pemeriksaan.

Nadia merasa canggung duduk dengan hanya mengenakan sehelai gaun..
tanpa mengenakan BeHa dan celana dalam di hadapan Doni.

"Rileks yah, Nad. Jangan tegang. Sekarang taruh kaki kamu di tempat pijakan ini.."
Katanya sambil menunjuk pijakan kaki dari kursi hitam tersebut.

Nadia agak ragu untuk menggerakkan kakinya.. lalu Doni membantu meletakkan kakinya di pijakan itu.
Kini Nadia duduk dengan kedua kakinya mengangkang di hadapan Yusdi dan Doni
–Terutama di hadapan Doni..– Wajah Nadia bersemu merah karena malu.

Doni mengambil alat yang sangat mirip dengan cotton-bud dari sampingnya lalu mengoleskannya dengan sejenis gel.
Nadia melihatnya dengan hati yang berdebar. Perutnya mulai mulas karena grogi.

Di luar sepengetahuan Nadia.. gel tersebut tak lain adalah obat perangsang..
yang Yusdi berikan kepada Doni untuk dipakai dalam pemeriksaan.

Rencana 'A' tahap pertama yang telah mereka sepakati:
Adalah mengoleskan gel tersebut di sekeliling dinding vagina Nadia.

"Nah, saya akan gunakan alat ini untuk mengambil sampel dari dinding vagina kamu.
Sekarang saya akan memasukkan alat ini ke dalam. Kamu jangan tegang yah, Nad..!” Kata Doni berpura-pura.

Dengan gerak yang profesional.. Doni menyingkapkan gaun yang dipakai Nadia..
sehingga kemaluannya terpampang jelas di hadapan mereka berdua.
Dan sudah pasti Doni yang berada di barisan depan dapat melihat dengan lebih jelas.

Telapak tangan kiri Doni diletakkan di paha kanan Nadia..
Sedang tangan kanannya yang memegang alat tersebut mulai mendekati vaginanya.
Detak jantung Nadia kini semakin keras dan cepat.

Beberapa detik setelah itu alat tersebut sudah masuk ke dalam liang kemaluan Nadia.
Doni memutar-mutar sedikit alat itu. Setelah beberapa saat ia kemudian mengeluarkannya.

Nadia tampak terengah-engah karena ia menahan nafasnya sementara alat itu masuk ke dalam tubuhnya.
Wajahnya bertambah merah. "Wah.. kamu terlalu tegang nih, Nad. Coba lebih rileks lagi yah.
Saya akan mengulang pemeriksaannya..” kata Doni dengan wajah sedikit merengut.

Nadia menjawab dengan anggukan. Sesekali ia melirik ke arah Yusdi yang dibalasnya dengan senyuman.
Nadia memang merasa dirinya tegang.. sehingga tidak curiga terhadap semuanya ini.
Bahkan ia merasa bersalah karena ketegangannya menyebabkan Doni harus mengulang pemeriksaan tersebut.

Setelah mengoleskan lebih banyak lagi gel tersebut ke alat yang seperti cotton-bud itu..
Doni menyelusupkan alat itu ke dalam vagina Nadia dengan perlahan.

Nadia memejamkan matanya. Alisnya berkerut dan bibirnya menjadi tipis karena dirapatkan erat-erat.
Doni memutar-mutar lagi alat itu. Kali ini lebih lama beberapa detik.

Setelah mengeluarkan alat itu Doni mengeluh.. "Yahhh.. bagaimana ini.. kamu kok masih tegang aja nih, Nad..?"
Doni terdiam sejenak. Kemudian ia berdiri di samping Nadia yang sudah tersengal kehabisan nafas.

"Oke gini deh.. saya kasih kamu waktu untuk menenangkan diri dan rileks.
Coba pikirkan hal-hal yang menyenangkan. Bisa ya, Nad..?" Kata Doni tersenyum sambil menepuk bahunya.

Nadia menjawab sesuatu tapi tenggorokannya kering.. sehingga tidak terdengar suara apa-apa.
Pada saat ia mengangguk untuk menjawab, Doni sudah bergerak keluar ruangan.

Sebelum keluar ruangan Doni mengedipkan matanya pada Yusdi memberi kode bahwa semuanya berjalan lancar.
Yusdi lantas menghampiri istrinya dan menanyakan keadaannya.

"Aduuhh.. aku malu sekali, Yus. Pikiranku berkecamuk, membayangkan Doni yang adalah kakak kelasku di SMA..
Sekarang melihat.. bahkan menyentuh kelaminku. Rasanya ingin menghilang saja ditelan bumi.
Aku grogi sekali nih, Yus..” katanya dengan nafas tersengal.

Yusdi tidak menjawab. Yusdi hanya memandangi matanya lalu memperhatikan wajah istrinya.
Dari dahi dan lehernya kini mulai keluar butir-butir air keringat. Kedua pipinya sudah sangat merah.
Leher dan sekitar dadanya pun mulai merona merah.

Oho.. obat perangsang tersebut sudah mulai bereaksi pada tubuh istriku.. pikirnya.
Yusdi ingin mengetahui apakah Nadia akan mengatakan bahwa ia mulai merasa terangsang.

Tapi Yusdi tidak mau menanyakannya secara langsung kepadanya.
"Jadi, sekarang perasaan kamu cuma malu, yah..?" Yusdi memberi pertanyaan umpan.

Nadia terdiam beberapa saat. Setelah itu ia mengangguk pelan.
Tampak ada keraguan pada saat ia mengangguk.

Sebenarnya pada awalnya, ia benar-benar hanya merasa malu dan risih.
Bahkan setelah Doni memasukkan alat itu pun, ia hanya merasa malu saja.

Namun beberapa saat setelah alat itu dikeluarkan Doni..
Nadia merasakan birahinya mulai mendaki perlahan namun pasti.

Dan saat alat itu berada di dalam tubuhnya untuk keduakalinya.. Nadia harus menahan mulutnya..
untuk tidak mengeluarkan erangan akibat sensasi yang ia rasakan dari alat itu yang berputar-putar di dalam vaginanya.

Ia harus berkonsentrasi agar dorongan seksualnya tidak menguasai dirinya saat ini.
Namun tentu saja semua itu sia-sia. Semua ini berkat gel obat perangsang yang disiapkan Yusdi.

Nadia merasa malu. Akan tetapi kali ini ia benar-benar malu atas dirinya..
yang menjadi terangsang karena seorang dokter yang merupakan bekas kakak kelasnya..
melakukan pemeriksaan pap-smear terhadapnya.

Ia tidak tau kenapa ia bisa menjadi seperti ini.
Nadia sama sekali tidak curiga terhadap suaminya yang telah bersekongkol dengan Doni.

Nadia memang agak tertutup terhadap hal-hal yang berbau seks. Selain itu Nadia juga sulit terangsang.
Ia bahkan tidak pernah merasakan orgasme dalam hidupnya. Dan ia memang tidak peduli atas semuanya itu.

"Jadi.. sekarang perasaan kamu cuma malu yah..?" Yusdi mengulang pertanyaannya.
Sebelum sempat menjawab, Yusdi menambahkan.. "Takut..? Atau sakit..?"
Nadia hanya menggelengkan kepalanya. Mereka tidak berbicara lagi setelah itu.

Rupanya Nadia tidak mau mengakui kalau ia sedang terangsang saat ini.
Yusdi membiarkan istrinya mengatur nafas agar lebih tenang dan rileks.
Dan kelihatannya Nadia mulai bisa mengatasi rangsangan yang diakibatkan oleh gel obat perangsang itu.

Kemudian pintu terbuka dan Doni memasuki ruangan itu. Senyumnya menghias wajahnya yang bersih.
"Sudah siap..?" Tanyanya. Tanpa menunggu jawaban dari siapapun.. Doni duduk lalu mengambil gel itu lagi.

Kali ini gel itu tidak ia oleskan ke alat seperti cotton-bud itu.. melainkan di sepanjang jari-jari tangannya.
Dan Doni sudah tidak memakai sarung tangannya lagi. Nadia tidak melihat semuanya itu.

Sejenak sebelum berbalik ke arah Nadia.. Doni melirik Yusdi untuk meminta persetujuan..
apakah ia harus melanjutkan rencana yang sudah mereka sepakati kemarin.
Yusdi memberi kode dengan kedipan. Rencana 'A' tahap ke-2 akan dimulai.

Yusdi berdiri di samping Doni agar dapat melihat semua yang dilakukannya terhadap istrinya.
"Rileks yah, Nad..” Doni mengingatkan Nadia sekali lagi. "Pikirkan hal-hal yang menyenangkan dan menenangkan..”

Nadia menarik nafas panjang. Belum sempat Nadia melepaskan nafasnya..
Doni mulai mengusapkan jari tengahnya ke sepanjang bibir vagina Nadia.

Nadia tersentak kaget. Ia menatap Doni dengan pandangan tidak percaya.
Doni terus mengusap-usapkan jarinya ke kelopak vaginanya menghiraukan tatapan Nadia.
Nadia tidak berkata apa-apa untuk memprotes perbuatan Doni ini.

Nadia ganti memandangi Yusdi untuk mencari dukungan. Ia hanya mendapati Yusdi memandanginya..
dan menggerak-gerakkan bibirnya seperti mengucapkan: "Rileks.. rileks..!”

Nadia semakin takut.. bingung dan malu. Ia berusaha untuk bangkit dari tempat duduknya.
Yusdi mengusap-usap tangan Nadia agar tenang. Akhirnya Nadia pun pasrah dan duduk lagi.

Ia berpikir mungkin ini prosedur umum yang dilakukan Doni..
agar dirinya bisa menjadi rileks dan menyelesaikan pemeriksaan ini.

Nadia memejamkan kedua matanya. Nafasnya makin lama makin berat dan cepat.
Keringatnya mulai jatuh mengalir dari sisi-sisi wajahnya.

Yusdi melihat jari-jari Doni semakin gencar memainkan bibir kemaluan istrinya.
Gel yang dioleskan di jari-jari Doni telah hilang semua menempel di kemaluan Nadia.

Berkali-kali Nadia harus membetulkan posisi duduknya.
Kedua tangannya mencengkram erat pegangan pada kursi hitam itu.
Mulutnya sedikit terbuka, membantu keluar masuk nafasnya yang memburu.

Kemudian dengan amat sangat perlahan..
Doni menyelusupkan jari tengahnya masuk ke dalam liang kewanitaan Nadia.
Kepala Nadia sedikit terangkat.. dan matanya membelalak memandangi langit-langit.

Pada saat jari Doni masuk dengan sempurna.. mulut Nadia mengeluarkan sebuah desahan pendek.. "Unghhh..!"
Namun cukup keras.. sehingga sulit untuk diabaikan oleh mereka bertiga.

Tubuh Nadia mengkhianati dirinya sendiri. Walau berusaha agar tidak terangsang..
tubuh Nadia tidak berdaya untuk tidak menikmati tiap sentuhan Doni yang membakar minyak birahi..
Yang sudah menggelora dalam tubuhnya. Belum pernah ia merasa terangsang sehebat ini.

Walau mendapati perlawanannya terhadap gejolak birahi dalam tubuhnya tidak membuahkan hasil apa-apa..
Nadia terus berusaha untuk tidak menunjukkannya kepada Doni dan Yusdi. Tentu saja usahanya sia-sia.

Kedua puting susunya sudah tegak menonjol jelas terlihat dibalik kain gaun yang dipakainya itu.
Wajah dan lehernya sudah benar-benar merah.. they’re totally red..!!

Keringat yang membasahi kening dan lehernya.. serta nafas yang berat dan tak beraturan..
Menambah jelas bahwa Nadia berada dalam kondisi sangat terangsang.

Doni membiarkan jari tengahnya bersemayam di dalam vagina Nadia beberapa saat.
Ia merasakan seluruh dinding kemaluan Nadia berdenyut memijit-mijit jarinya.

Doni memutar-mutar jarinya sambil menggerak-gerakkannya di dalam liang yang sudah sangat basah itu.
Melihat hal ini langsung saja kemaluan Yusdi melompat dan mengeras sekeras batu.

Jantungnya pun mulai berdebar-debar melihat istrinya dirangsang oleh temannya sendiri.
Sementara kemaluan Doni sudah menegang sejak Nadia duduk mengangkang di hadapannya.

Doni dan Yusdi berteman baik di SMA. Doni menghormati Yusdi sebagai teman..
sehingga ia tidak mencoba untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Menurut perjanjian Doni hanya diperbolehkan memasukkan jarinya ‘sebentar’ saja.
Jadi setelah hampir dua menit jarinya melanglang buana di dalam liang kemaluan Nadia..
Doni mengeluarkan jarinya..
–Yah.. setidaknya dua menit masih masuk dalam kategori sebentar, pikir Yusdi..–

Setelah itu Doni membuka laci dekat tempat ia duduk dan mengambil sesuatu.
Sementara itu, Nadia membuka matanya dan terlihat kedua matanya berair. Nafasnya masih belum teratur.

Kini saatnya rencana ‘A’ tahap ke-3. Doni menaruh suatu benda berwarna perak di ujung jari tengahnya.
Ukuran benda itu tak lebih besar dari sebutir beras.

Nadia tidak sempat melihat semuanya itu dan ia kembali terkejut pada saat Doni berkata..
"Satu tahap lagi yah, Nad..!?” Bersamaan dengan kalimat itu Doni memasukkan kembali jari tengahnya..
Jauh ke dalam vagina Nadia yang masih berdenyut-denyut itu.

Serta merta Nadia terlonjak dan mendesah sangat kencang, "Ooohhhhhh..!!”
Rupanya tanpa disengaja jempol Doni menekan klitoris Nadia..
Sehingga ia merasakan dirinya seperti tersengat listrik.

Kedua matanya dipejamkannya erat-erat dan tangannya mencengkram keras pegangan pada kursi.
Kepalanya tertarik ke belakang serta dadanya membusung ke depan..
dan mulutnya membentuk huruf 'O walau tak mengeluarkan suara apa-apa.

Nafas Nadia kini menjadi terputus-putus dan keluar masuk dengan cepat melalui mulutnya.
Kemudian suara Doni mengakhiri semua itu, "Ok. Selesai sudah..”

Dengan nafas terengah-engah..
Nadia mencoba mengembalikan segenap jiwa raganya yang seakan terbang melambung tinggi.
Setelah itu ia bergegas menuju ruang ganti untuk menukar pakaiannya.

Yusdi tersenyum puas pada Doni. Doni juga balas tersenyum.
"Wah-wah-wah.. sorry yah kalo saya tadi sempat terbawa suasana.
Kalau berhadapan wanita secantik Nadia memang susah untuk mengendalikan diri..” kata Doni setengah berbisik.

"Oohh, nggak apa-apa kok, Don. Aku memaklumi semuanya. Toh kamu masih laki-laki normal.
Thanks yah atas bantuannya..” bisik Yusdi menjawab.

"Ah, kamu, Yus. Sama-sama deh. Saya juga berterimakasih karena sudah diberikan ‘hiburan sesaat’..” sanggah Doni.
"Boleh sering-sering deh, Yus. Hahaha..!”

Mereka berdua tertawa pelan sambil keluar ruangan. Setelah itu Yusdi menunggu istrinya di ruang tunggu.
Setelah Nadia keluar dari ruangan.. Yusdi menghampirinya dan merangkulnya. "Ayo kita pulang, Nad..”

CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------
 
:pandapeace: .. melaM dooG
eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Cerita 110..
Sialkan dikenyot.. nyott.. :nenen:
 
--------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------

Cerita 110 – Sex-Force

Part 02

Setelah pemeriksaan
pap-smear itu.. Yusdi tidak pernah menyinggung atau membahasnya dengan Nadia.
Ia tau Nadia pasti merasa tidak enak atas semuanya itu. Paling sesekali ia bergurau dengan Doni tentang hal itu.

Satu minggu telah berlalu sejak pemeriksaan pap-smear itu. Kehidupan berjalan normal seperti biasanya.
Begitu pula kehidupan seks mereka.
Pengalaman Nadia di ruang pemeriksaan pap-smear itu ternyata tidak membuatnya menjadi lebih mudah terangsang.

Yusdi berharap pengalaman tersebut dapat membangkitkan gairah seksual istrinya walau hanya sedikit..
Namun ia harus memendam harapannya.
Seperti biasanya kepuasan dalam berhubungan seks hanya dirasakan oleh Yusdi seorang.

Selasa pagi ini semuanya berjalan seperti biasa.
Yusdi dan Nadia memulai hari mereka dengan bersiap-siap untuk pergi ke kantor.

Namun ada beberapa hal yang ‘tidak biasa’ yang telah Yusdi siapkan sejak seminggu lalu.
Siang ini Yusdi harus hadir dalam meeting dengan divisi Nadia.

"Nad, siang ini kamu ikutan meeting kan..?"
"Iya, Yus. Aku tidak membawakan presentasi apa-apa sih. Paling-paling cuma catat sana sini aja..” jawab Nadia.

Semua setting sudah tepat, maka Yusdi memberanikan diri untuk masuk ke rencana ‘B’.
Yusdi dan Hendra –teman satu divisinya..– datang meeting agak terlambat..
karena harus menyelesaikan beberapa hal terlebih dahulu.

Pada saat mereka masuk, semua peserta rapat sudah hadir dan bahkan meeting sudah dimulai.
Mereka berdua segera mengambil tempat duduk yang kosong.

Ruangan meeting itu cukup besar.. dilengkapi dengan peralatan presentasi yang canggih, sebuah meja besar..
Bangku-bangku empuk di sekelilingnya, serta beberapa lukisan di dindingnya.

Yusdi duduk tepat berseberangan dengan istrinya.
Rambut Nadia disanggul rapih.. sehingga wajahnya yang terpelajar terlihat lebih berwibawa.

Nadia melirik cepat ke suaminya. Yusdi membalas lirikan Nadia dengan senyuman.
Setelah itu mereka berdua lanjut mendengarkan pembicara dalam meeting tersebut.

Di tengah meeting yang melelahkan itu.. Yusdi mengeluarkan sebuah alat kecil dari dalam saku celananya.
Tombol di kanan atas ditekannya untuk menyalakan alat itu.

Lampu indikator di bagian atasnya menyala hijau.. menandakan alat itu dalam keadaan siap untuk digunakan.
Pada alat tersebut tersedia beberapa tombol.

Satu tombol utama adalah tombol yang mirip tombol tuning di radio zaman dulu, berbentuk silinder kecil.
Di sekeliling tombol itu tertulis angka-angka mulai dari 0 sampai 10.

Dan saat ini penunjuk tombol itu masih berada di level 0.
Dengan sedikit putaran.. tombol itu disetel Yusdi ke level 1.

Blip..! Lampu indikatornya berubah menjadi kuning.
Yang menandakan bahwa alat yang bersangkutan sudah bekerja pada rating 1.

Alat tersebut tak lain adalah alat kecil yang ditanamkan Doni ke dalam vagina Nadia..
pada saat pemeriksaan pap-smear minggu lalu.
Yusdi membeli alat yang bernama Sex-Force® itu beberapa minggu yang lalu dari internet.

Pada rating 1.. alat itu hanya memberikan impuls-impuls seksual yang sangat ringan ke tubuh Nadia melalui vaginanya.
Dan alat yang sedang dipegang Yusdi adalah remote untuk mengontrol alat yang tertanam di liang vagina Nadia itu.

Yusdi terus memperhatikan gerak-gerik Nadia.
Lima menit berlalu setelah alat itu bekerja pada rating 1 dan Yusdi belum melihat dampak sedikitpun pada istrinya.

Yusdi mulai bergumul dengan kesabarannya.
Rating alat itu ia naikkan sampai ke level 4. Lampu indikator pun berubah menjadi jingga.

Ia menunggu lagi selama sekitar 2 menit. Dan masih belum terlihat perubahan apa-apa pada Nadia.
Ah.. jangan-jangan alatnya sudah rusak.. atau jangan-jangan alatnya sudah tercecer hilang atau tidak berfungsi..

Bermacam-macam kemungkinan muncul di benak Yusdi.
Untuk memastikannya Yusdi langsung menaikkan rating rangsangannya menjadi 10.
–Rating maksimal..– Lampu indikator menyala merah dan berkedap-kedip.

Bersamaan dengan itu.. Nadia yang tadinya sedang mencatat dengan rileks..
Drrrrttt..!! Tiba-tiba tubuhnya menegak dan mengejang.
Matanya membelalak dan nafasnya menjadi cepat. Ia melihat ke kanan dan ke kiri kebingungan.

Entah apa yang dicarinya. Mungkin ia ingin melihat adakah yang memperhatikan dirinya.
Atau mungkin ia ingin mencari penyebab dari kondisinya saat itu..
pikir Yusdi.

Yusdi berpura-pura memandangnya dengan pandangan yang seakan bertanya.. “Ada apa, sayang..?”
Nadia dengan mata yang masih terbelalak hanya menggeleng-geleng kecil dan mencoba tersenyum sekenanya.

Yusdi memutar tombol tersebut kembali ke level 0 dan lampu indikator menjadi hijau lagi.
Setelah itu ia mematikan remote itu. ‘Rencana B’ selesai.

Nadia menghela nafas panjang.. yang menandakan ia sudah tidak di bawah serangan Sex-Force®.
Akan tetapi ia masih tetap terlihat kebingungan.

Tujuan ‘rencana B’ hanyalah sebagai percobaan pertama Yusdi pada alat Sex-Force®..
Dan mengamati dampak level-rating rangsangan pada Nadia.

Setidaknya dari percobaan tersebut..
Yusdi mendapati rating 1 masih belum dapat dirasakan oleh Nadia yang tergolong frigid.

Pada saat alat itu bekerja pada rating 4.. Nadia sebenarnya mulai merasakan pengaruhnya.
Hanya saja Yusdi kurang sabar menunggu.
-------ooOoo-------

Sorenya dalam perjalanan pulang ke rumah..
Yusdi sengaja menanyakan tentang kejadian tadi siang kepada Nadia.

“Kejadian yang mana..?” Tanya Nadia berpura-pura tidak ingat.
“Itu lho.. waktu meeting tadi. Kamu kelihatannya seperti kaget gitu. Ada apa sih..?”
“O.. Oh yang itu.. mmm.. itu.. Oh tadi aku mendadak sakit perut..” jawab Nadia berbohong.

Kemudian Nadia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan ke topik lain.
Setelah itu lagi-lagi hal ini tidak mereka bicarakan lebih lanjut.

Yusdi sebenarnya pun hanya iseng menanyakannya.
Ternyata istrinya belum ingin berterus terang terhadap hal ini.
Memang Nadia agak kurang menyukai hal-hal seksual.

Malam itu, sebelum tidur, Yusdi berencana untuk mencoba merangsang Nadia.
Ia memang tidak berniat untuk berhubungan seks dengan istrinya malam ini.

Jadi ia hanya akan memberikan sedikit rangsangan pada bagian-bagian tubuh istrinya..
Untuk melihat seberapa jauh pengaruh kejadian siang tadi terhadap respon seksual Nadia.

Nadia berbaring di ranjang memeluk guling dan membelakangi Yusdi yang berpura-pura membaca koran.
Duapuluh menit Nadia berbaring dalam posisi ini tanpa bergerak..
sehingga Yusdi dapat memastikan ia sudah tertidur.

Perlahan-lahan Yusdi meletakkan koran di lantai lalu mendekatkan tubuhnya ke tubuh istrinya.
Tangan kanan Yusdi mulai meraba payudaranya.

Seperti biasa.. Nadia tidak mengenakan BeHa pada saat tidur..
sehingga Yusdi dapat merasakan puting susunya di balik kaosnya yang tipis.

Yusdi terkejut ketika mendapati puting susunya langsung mengencang tak lama setelah ia meraba payudaranya.
Tidak biasanya tubuhnya bereaksi seperti ini.
Butuh waktu minimal lima menit untuk membuat putingnya menegang sekeras ini.

Beberapa saat setelah Yusdi mengusap dan memilin puting susunya..
ia mulai secara lembut meremas-remas buah dadanya yang tidak terlalu besar itu.
Dalam tidurnya, dari mulut Nadia terdengar erangan lirih.

Yusdi sudah tidak meremas payudaranya lagi.
Tapi dengan tangan kanannya masih berada di atas payudara istrinya.
Yusdi tidur sambil memeluknya dari belakang. Keduanya lelap, hanyut dalam gelapnya malam.
-------ooOoo-------

Pagi ini Yusdi sudah menyiapkan rencana ‘C’.
Nadia mengenakan kemeja lengan pendek berwarna kuning pucat yang dipadukan dengan rok pendek..
terbuat dari kain yang lembut berwarna coklat gelap.

Dua buah kancing kemejanya yang paling atas dibiarkannya terbuka.
Singkat kata, Nadia terlihat cantik dan seksi.

Tepat sebelum mereka masuk ke dalam mobil.. Yusdi menyalakan remote Sex-Force®..
Lalu memutar tombolnya sampai ke rating 2 dan lampu indikator berubah dari hijau menjadi kuning.

Sepanjang perjalanan Yusdi mengajak Nadia mengobrol..
sambil memperhatikan kalau-kalau ada perubahan atau reaksi pada istrinya.

Sampai mereka berpisah di pintu kantor.. –Karena Nadia ke WC terlebih dahulu..–
Yusdi tidak melihat adanya reaksi apa-apa pada diri Nadia.

Setelah makan siang.. Yusdi terus memperhatikan Nadia di meja kerjanya.
Seorang bawahannya yang bernama Irfan memanggilnya untuk melakukan otorisasi pencetakan laporan.

Irfan bekerja satu tahun lebih lama dari Nadia. Namun karena menunjukkan kinerja yang lebih baik..
akhirnya Nadialah yang dipromosikan menjadi asisten Manager.

Irfan sejak masih SMA sudah bekerja magang di kantor.
Selain itu latar belakang pendidikan antara mereka berdua juga berbeda.

Nadia adalah lulusan S1.. –Jurusan Teknik Industri..– dari universitas terkemuka di Jakarta..
Sedangkan Irfan hanyalah lulusan D3.

Seperti biasanya menjelang sore unit kerja Nadia harus mencetak laporan-laporan.
Nadia harus melakukan cek ulang atas laporan-laporan tersebut sebelum dicetak.

Unit kerja Nadia terdiri dari seorang Manager –Pak Ardi..– Nadia sebagai asisten manager..
Irfan, Joko, Rini dan Maria. Nadia menghampiri meja Irfan yang tak jauh dari mejanya.
Ia berdiri di samping Irfan yang duduk di sebelah Rini.

Lalu Nadia membungkuk dan memperhatikan layar monitor komputer di depannya..
sambil sesekali menggunakan mouse untuk memeriksa laporan yang akan dicetak itu.

Joko, yang duduk tepat di seberang Irfan, berdiri dari tempat duduknya.
Matanya segera jatuh ke bagian dada Nadia yang sedang membungkuk itu.

Sambil berpura-pura mencari dokumen di tumpukan di depan mejanya..
mata Joko terus memperhatikan bukit dada Nadia dari atas.

Hal ini tak lepas dari pandangan Yusdi yang sejak tadi memang memperhatikan istrinya dari meja kerjanya.
Joko sudah menikah selama sepuluh tahun namun demikian ia menyukai Nadia, secara seksual.

Tanpa sepengetahuan Nadia, Joko sering memandanginya dan menelanjanginya dengan matanya.
Kadang pikiran Joko melayang membayangkan hal-hal cabul dengan Nadia.

Dan Joko memang sering mencuri-curi pandang..
untuk melihat payudaranya melalui sela-sela kancing kemeja Nadia.
Namun kali ini ia mendapat sudut pandang yang lebih memuaskan.

Kurang lebih selama lima menit.. Joko puas memandangi payudara Nadia..
melalui kerah bajunya yang dua kancingnya tidak dikancing itu.

Terlebih lagi posisi Nadia sedang membungkuk..
membuat payudaranya yang terbungkus BeHa berwarna krem itu terlihat sangat jelas oleh Joko.

Beberapakali terlihat Joko membetulkan posisi ‘adiknya’ yang mulai membesar itu.
Yusdi mengeluarkan remote Sex-Force®. Tombolnya masih menunjukkan pada level 2.
Lalu ia memutar tombol itu sampai pada level 4. Lampu indikator berubah menjadi jingga.

Tidak beberapa lama setelah itu.. Nadia pasti mulai merasakan dampak alat itu karena ia terlihat sedikit cemas.
Matanya masih berkonsentrasi pada monitor komputer..
Namun pikirannya bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Lalu ia mendongakkan kepalanya. Wajah Joko tepat berada di hadapannya.
Nadia mendapati mata Joko sedang menikmati belahan dadanya.

Joko yang tertangkap basah sedang memandangi dada Nadia..
segera membuang pandangannya ke tempat lain lalu duduk dan pura-pura kembali bekerja.

Dasar hidung belang..!! Pikir Nadia kesal sambil membetulkan kemejanya agar tidak menggantung seperti tadi.
Lalu Nadia melanjutkan pemeriksaan laporan di komputer Irfan.

Wajah Nadia bersemu merah dan lama kelamaan terlihat semakin merah.
Pada awalnya Yusdi mengira pipinya memerah karena marah terhadap Joko.

Tapi lama kelamaan Yusdi menduga ini dikarenakan Sex-Force® sudah bereaksi pada tubuhnya.
Yusdi meninggalkan meja kerjanya sambil membawa gelasnya.

Ia berpura-pura menghampiri dispenser air minum di dekat Nadia berada..
agar dapat melihat lebih jelas kondisi istrinya.

Nadia pun mulai tersadar akan kondisi tubuhnya itu. Wajahnya terasa panas.
Malukah atau karena kesal terhadap sikap Joko yang kurang ajar tadi..? Pikirnya dalam hati.

Nadia menjadi tidak dapat berkonsentrasi lagi.
Jantungnya berdebar-debar, dadanya terasa sesak dan nafasnya menjadi berat.
Oh tidak..! Jangan sampai terjadi lagi pada diriku. Ada apa denganku belakangan ini..!? Teriaknya dalam hati.

Karena Yusdi telah menyalakan Sex-Force® pada rating 2 sejak pagi tadi..
–Yang berarti telah menyala selama hampir lima jam..–
Hal itu membuat tubuh Nadia menjadi lebih mudah dibawa masuk ke tingkat rangsangan yang lebih tinggi.

Saraf-saraf penerima rangsang seksual pada tubuhnya menjadi lebih rileks dan lebih peka.
Jadi pada saat Yusdi menaikkan ratingnya menjadi 4, tubuh Nadia sudah lebih mudah terangsang.

Nadia melirik ke arah Joko untuk melihat apakah ia masih mencuri pandang untuk melihat dadanya.
Nadia seakan hendak menjadikan Joko sebagai kambing hitam atas kondisinya saat itu.

Namun ia mendapati Joko sedang tidak berada di tempat.
Dengan agak kecewa ia terus berusaha mencari penyebab kondisinya saat itu.

Tentu saja Nadia tidak dapat menemukan penyebabnya.
Sekarang ia harus berkonsentrasi untuk menahan deru nafasnya yang memberat itu.

Jika tidak, Irfan yang duduk tepat di sebelahnya akan bertanya-tanya.
Dan tampaknya usaha Nadia cukup berhasil.

Setelah mengisi gelasnya dengan air, Yusdi menghampiri temannya yang duduk di sekitar Nadia.
Ia berpura-pura mengobrol dengannya sambil sesekali memperhatikan istrinya..
yang sedang dilanda gelombang ombak birahi yang semakin meninggi.

Sambil berdiri dan tangan kirinya memegang gelas yang sudah penuh terisi itu..
Yusdi memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celananya.

Ia meraba-raba remote Sex-Force® itu sambil terus mengobrol dengan temannya itu.
Setelah menemukan tombol pengatur pada remote tersebut. Yusdi memutar tombol itu 3 level lebih tinggi.

Berarti saat ini tingkat rating Sex-Force® dalam vagina Nadia sudah mencapai level 7.
Serta merta dari mulut Nadia keluar lirihan yang panjang dan bergetar. "Oooohhhhhh..!!”

Tangannya sudah tidak memegang mouse lagi..
melainkan kedua tangannya kini harus digunakannya untuk menopang tubuhnya.

Kepalanya tidak lagi menghadap ke monitor melainkan sudah terkulai lemas menghadap ke lantai.
Rambutnya menutupi wajahnya dari samping.
Punggungnya yang sedikit membungkuk itu terlihat naik turun terengah-engah.

"Bu.. ada apa, Bu..?" Tanya Irfan bingung.
"Hhhh.. nnhhhh.. hhh.. ohhhhh..!”

Tidak ada kata-kata yang dapat keluar dari bibir Nadia..
Karena ia hanya mampu mengeluarkan lirihan pelan dari mulutnya. Selain itu ia juga tidak tau harus menjawab apa.

Betapa malunya Nadia mendapati dirinya berdiri di sebelah bawahannya.. terangsang begitu rupa..
sampai birahinya mengambil alih kuasa atas tubuhnya sendiri.

Ia terus berusaha dengan sekuat tenaga untuk menutupi dampak birahi ini sampai-sampai kedua tangannya bergetar.
Yusdi tertawa kegirangan dalam hatinya. Dengan tenang ia meninggalkan temannya itu dan kembali ke meja kerjanya.

Setelah menaruh gelasnya, Yusdi keluar ruangan menuju WC.
Rini dan Irfan yang berada di samping Nadia kebingungan melihat atasannya itu.
Namun tidak ada yang dapat mereka lakukan selain berulang-ulang menanyakan keadaan Nadia.

Leher dan kening Nadia mulai berkeringat.
Karena tenaganya terkuras untuk menahan birahi yang bergolak dalam tubuhnya..
Nadia merasakan lututnya semakin lemas dan kepalanya seperti berputar-putar.

Dan pada saat jari-jari Irfan menyentuh lengannya..
Nadia merasakan tubuhnya seperti dilalui aliran listrik bertegangan tinggi. "Auh..!" Pekiknya pelan.
Setelah itu Nadia merasa lututnya berubah menjadi agar-agar.

Serta merta Nadia ambruk ke lantai dengan nafas yang memburu.
Rini, Irfan dan Maria sangat terkejut melihat Nadia ambruk yang seakan tiba-tiba kehilangan seluruh tulangnya.

Joko yang baru kembali ke tempatnya pun terkejut melihat Nadia jatuh.
Namun ia lebih sigap dari mereka bertiga.
Joko berlari mengitari mejanya dan mendorong Irfan yang berdiri menghalangi ke sampingnya.

Secepat kedipan mata, Joko sudah berlutut di depan Nadia.
Lalu ia menyusupkan kedua tangannya dari belakang punggung Nadia ke bawah ketiak Nadia untuk menariknya.

Dasar lelaki hidung belang..
Joko menggunakan kesempatan dalam kesempitan ini untuk meraba payudaranya dari kedua sisi dada Nadia.
Maria, Rini maupun Irfan sama sekali tidak menyadari perbuatan Joko ini. Pikiran mereka sudah tertegun atas insiden ini.

Walau Joko meraba hampir sepenuh bulatan payudaranya..
Nadia tidak benar-benar dapat merasakannya karena saat itu ia sedang dalam kondisi setengah sadar.

Joko menarik Nadia.. sehingga tubuhnya dapat duduk berselonjor di lantai..
Dan membiarkan Nadia bersandar pada bahunya. Nafas Nadia masih saja berat..

Sehingga ia terdengar seperti mendesis dan kadang terdengar desahannya di antara nafasnya yang memburu itu.
Pipi dan lehernya bersemu merah dan basah oleh keringat.

Joko yang sudah beristri dapat dengan mudah menerka apa yang terjadi pada diri Nadia.
Rini juga telah menikah..
namun butuh waktu lebih lama untuk pikirannya sampai ke kesimpulan yang sama dengan kesimpulan Joko.

Akan tetapi Rini masih sangat tidak yakin atas pemikiran..
bahwa saat ini Nadia sedang terangsang. Bagaimana mungkin.. pikirnya.

Joko langsung menyuruh Irfan untuk memanggil Yusdi.
Irfan segera beranjak dari sana dan dalam hitungan detik ia telah kembali.

"Pak Yusdi tidak ada di tempat..!" Serunya kebingungan.
Tentu saja ia tidak menemukan Yusdi karena Yusdi sedang berada di WC.

"Ah, masa’..? Baru saja aku melihatnya di sekitar sini. Coba kau cari sekali lagi..!" Sergah Joko.
"Kalian berdua coba berpencar dan bantu cari Yusdi..” tambahnya.
Tanpa berkata apa-apa Maria dan Rini segera bergegas menyusul Irfan mencari Yusdi.

Kini tinggal Joko berdua dengan Nadia di sana.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan ini, Joko dengan lembut meremas payudara Nadia.

Dengan kesadaran Nadia yang sudah pulih juga ditambah dengan Sex-Force® yang aktif..
menyemburkan impuls-impuls rangsangan dalam vaginanya..
setiap remasan pada buah dadanya membuat darah Nadia semakin bergolak.

Kedua mata Nadia setengah terpejam. Pikirannya sudah semakin berkecamuk.
Ingin sekali ia menampar Joko atas perbuatannya ini. Namun tubuhnya berkata lain.

Remasan demi remasan lembut itu membuatnya melambung setingkat demi setingkat lebih tinggi ke awan-awan.
Alih-alih menamparnya..
Nadia malah mendesah sambil menggeliat-geliat atas setiap remasan Joko yang terasa begitu lembut..

"Oh.. Hhhh.. mmmhhh..!”
Oh, tidak mungkin aku menikmati ini! Ada apa dengan diriku? Kenapa aku ini? Oh.. stop..!
Pikiran Nadia terus berputar-putar.

Walau demikian, kedua puting susunya sudah membesar dan mengeras.
Bahkan Joko dapat merasakannya walau masih dilapisi kemeja dan BeHa yang dipakai Nadia.

Merasakan tubuh Nadia memberi respon terhadap sentuhannya, Joko menjadi semakin bersemangat.
Dengan tangan kanannya ia meraih selangkangan Nadia.

Namun karena Nadia sedang duduk berselonjor, kedua pahanya menutup akses jari-jari Joko ke kemaluannya.
Akan tetapi dalam waktu singkat saja, jari tengah Joko telah berhasil masuk ke dalam celana dalam Nadia.

Joko menempelkan jari tengahnya di bibir kemaluan Nadia yang sudah sangat basah itu.
Bukan hanya dapat menembus pertahanan dari pahanya.. jari Joko kini malah menekan klitoris Nadia.

Klitoris adalah satu-satunya bagian tubuh manusia yang fungsinya hanya untuk seks semata.
Selain itu klitoris memiliki saraf duakali lebih banyak dibanding jumlah saraf di kepala penis.

Saat kulit jari Joko tergesek ke klitorisnya, aliran listrik bertegangan tinggi langsung menyambar tubuhnya.
Mata Nadia langsung terbelalak.
Tubuhnya bergelinjang seakan mendapat kekuatan baru untuk melawan.

"Janganhh.. P-pak Jokohhh.. Hhahh.. jha-janganhhh..!”
Kata-kata pertama yang dapat Nadia ucapkan sejak Sex-Force® menyerang tubuhnya.
Ia memprotes dengan suara yang mendesah.

Nadia memanggil Joko dengan panggilan ‘Pak Joko’ karena umurnya yang jauh lebih tua darinya.
Joko sudah berumur 37 tahun.. terpaut sepuluh tahun dengan Nadia yang baru berumur 27.

Tak menggubris protes Nadia yang terdengar begitu lemah.. Joko tetap menggesek-gesekkan jarinya itu..
ke sepanjang bibir vagina Nadia. Nadia mencoba untuk memberontak.

Namun belum sempat usahanya memberi hasil..
Clepp.. tiba-tiba Joko dengan cepat sudah mengamblaskan jari tengahnya itu ke dalam liang kewanitaannya itu.

"Orgghhhh..!” Nadia melenguh sambil mencengkram erat lengan Joko.
Badannya sedikit terbangun dan matanya membesar.

"Tidakhhh.. Pak Joko.. hhh.. jangan ah.. inhh.. -ini.. ohhh.. Stop.. hhh.. Jangan..!”
Nadia terus mencoba melawan namun tubuhnya mempunyai hasrat yang berbeda dengan pikirannya.

Detik-detik berikutnya Nadia sudah sangat tidak berdaya..
karena Joko mulai mengocok jari tengahnya yang berbuku-buku itu dengan perlahan.

Cengkraman Nadia pada lengan Joko mulai melemah dan tubuhnya mulai terlihat rileks.
Joko merasakan liang surga Nadia begitu basah, panas dan berdenyut-denyut.

Bahkan pinggulnya bergerak-gerak seperti mengikuti irama kocokan Joko.

CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
 
:kopi::o .. igaP dooG
eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Part 02 Cerita 110..
Sialkan dikenyot.. nyott.. :nenen:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd