Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

Kyknya cerita #64 mbak Diana ini jadi favorit ane hu 😍
 
------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 65 –
Lintas Generasi

Bu Ida

Mulai masuk
di kota dingin Bandung Ini.. ketika aku mulai sekolah di SMA.
Di masa itu aku mempunyai teman karib namanya Ova.. berasal dari Sumatera Barat.

Di sana dia menumpang di rumah tantenya. Kebetulan antara aku dan Ova mempunyai hoby yang sama..
Seperti naik gunung.. lintas alam.. atletik.. lempar lembing.

Aku sering bertandang ke rumahnya.. makin lama makin sering.
Karena aku juga naksir sama Ike, adik sepupu Ova atau anak tantenya.

Walau aku sudah menjadi akrab dengan keluarganya.. tapi Ike tak kunjung kupacari..
masih tahap pedekatelah kira-kira.. hehehe..

Setelah selesai SMA.. Ova melanjutkan studi di Singapura.. sementara aku tetap di kota B.. sekolah teknik.
Tapi aku mencoba untuk bertandang ke rumah Ike.. tapi jarang ketemu.

Namun perjalanan waktu menentukan lain bagi Ike.. ayahnya yang wakil rakyat itu meninggal.
Sekarang ini ibunya mencari nafkah sendiri.. dengan memegang beberapa perusahaannya..
yang memang sudah dirintis cukup lama.. sebelum terpilih menjadi wakil rakyat.

Harapanku memacari Ike tetap ada di dada.. Walau pun saat aku berkunjung justru bu Ida..
–ibunya Ike/tantenya Ova,,– yang sering menemuiku.

Karena Ike ada kesibukan di Jakarta.. sehubungan dengan keikutsertaannya dalam sekolah presenter..
di sebuah stasion teve swasta di sana.

Tapi sebenarnya kalau mau jujur.. Ike masih kalah dengan ibunya.
Bu Ida lebih cantik.. kulitnya lebih putih bersih.. dewasa dan tenang pembawaannya.
Sementara Ike agak sawo matang.. nurun ayahnya kali..?

Seandainya Ike seperti ibunya: tenang pembawaannya.. keibuan dan penuh perhatian.. baik juga.
Sekarang.. di rumah yang cukup mewah itu hanya ada bu Ida dan seorang pembantu.
Ova sudah tidak di situ.. sementara Ike sekolah di ibukota.. paling-paling seminggu pulang.

Akhirnya aku disuruh bu Ida untuk membantu sebagai karyawan tidak tetap mengelola perusahaannya.
Untungnya aku memiliki kemampuan di bidang komputer dan manajemennya.. yang aku tekuni sejak SMA.

Setelah mengetahui manajemen perusahaan bu Ida..
aku lalu menawari program akuntansi dan keuangan dengan komputer.. dan bu Ida setuju bahkan senang.

Merencanakan kalkulasi biaya proyek yang ditangani perusahaannya, dsb. Aku menyukai pekerjaan ini.
Yang jelas bisa menambah uang sakuku.. bisa untuk membantu kuliah.. yang saat itu baru semester dua.

Bu Ida memberi honor lebih dari cukup menurut ukuran aku.
Pegawai bu Ida ada tiga cewek di kantor.. tambah aku... belum termasuk yang di lapangan.

Aku sering bekerja setelah kuliah.. sore hingga malam hari. Datang menjelang pegawai yang lain pulang.
Itu pun kalau ada proyek yang harus dikerjakan. Part time begitu.. deh.
Bagiku ini hanya kerja sambilan tapi bisa menambah pengalaman.

Karena hubungan kerja antara majikan dan pegawai.. hubunganku dengan bu Ida semakin akrab.
Semula sih biasa saja.. lambat-laun menjadi seperti sahabat.. Curhat.. dan sebagainya.

Aku sering dinasehati.. bahkan saking akrabnya.. bercanda.. aku sering pegang tangannya.
Mencium tangan.. namun tentu saja tanpa diketahui rekan kerja yang lain.
Dan rupanya dia senang. Tapi aku tetap menjaga kesopanan.

Pengalaman ini yang mendebarkan jantungku.
. betapa pun dan siapa pun bu Ida.. dia mampu menggetarkan dadaku.

Walau pun sudah cukup umur.. wanita ini tetap jelita.
Kukira siapa pun orangnya pasti mengatakan orang ini cantik.. bahkan cantik sekali.

Dasar pandai merawat tubuh.. karena ada dana untuk itu.. rajin fitnees.. di rumah disediakan peralatannya.
Kalau sedang fitnees memakai pakaian fitnees ketat.. uhhh.. sangat sedap dipandang.

Ini sudah aku ketahui sejak aku SMA dulu.
Tapi karena aku kepingin mendekati Ike.. hal itu aku kesampingkan.

Data-data pribadi bu Ida aku tau betul.. karena sering mengerjakan biodata berkaitan dengan proyek-proyeknya.
Tingginya 161 cm.. usianya saat kisah ini terjadi 37 tahun lima bulan.. dan berat badannya 52 kg. Cukup ideal.

Pada suatu hari aku lembur.. karena ada pekerjaan proyek dan paginya harus didaftarkan untuk diikutkan tender.
Pukul 22.00 pekerjaan belum selesai.. tapi aku agak terhibur bu Ida mau menemaniku sambil mengecek pekerjaanku.

Dia cukup teliti. Kalau kerja lembur begini ia malah sering bercanda.
Bahkan kalau minumanku habis.. dia tidak segan-segan yang menuang kembali.. aku malah menjadi kikuk.

Dia tak enggan pegang tanganku.. mencubit. Namun aku tak berani membalas.
Apalagi bila sedang mencubit dadaku.. aku sama sekali tidak akan membalas.

Dan yang cukup surprise.. tanpa ragu memijit-pijit bahuku dari belakang.
β€œCapek ya..? Saya pijit, nih..” katanya.

Aku hanya tersenyum, dalam hati senang juga.. dipijit janda cantik. Hehehehe..
Apalagi yang kurasakan dadanya.. pasti teteknya menyenggol kepalaku bagian belakang.
Ahhhh.. kurasakan nyaman juga.

Lama-lama pipiku sengaja aku pepetkan dengan tangannya yang mulus.. ah.. dia diam saja.
Dia membalas membelai-belai daguku yang tanpa rambut itu. Aku menjadi cukup senang.

Hampir pukul 23.00 baru selesai semua pekerjaan.. aku membersihkan kantor dan masih dibantu bu Ida.
Wah.. wanita ini betul-betul seorang pekerja keras.. gumanku dalam hati.

Aku bersiap-siap untuk pulang.. tapi dibuatkan kopi.. mau tak mau jadi kembali minum.
β€œKamu sudah punya pacar Na..?” Tanyanya.
β€œEh.. Belum Bu..” jawabku sedikit kaget.

β€œMasa’ sih..? Pasti kamu sudah punya. Cewek mana yang tak mau dengan cowok ganteng..” katanya.
β€œBelum Bu, sungguh kok..” kataku lagi mulai berdebar.

Kami duduk bersebelahan di sofa ruang tengah dengan penerangan yang agak redup.
Entah siapa yang mendahului.. kami berdua saling berpegangan tangan.. lalu saling meremas lembut.
Yang jelas semula aku sengaja menyenggol tangannya..

Mungkin karena terbawa suasana malam yang dingin dan suasana ruangan yang syahdu..
dan terdengar derum mobil melintas di jalan raya.. serta sayup-sayup suara binatang malam..
Aku dan bu Ida hanyut terbawa oleh suasana romantis.

Bu Ida yang malam itu memakai gaun warna hitam dan sedikit motif bunga ungu.
Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih.

Wanita pengusaha ini makin mendekatkan tubuhnya ke arahku.
Dalam kondisi yang baru kualami ini aku menjadi sangat kikuk dan canggung..

Tapi anehnya nafasku makin memburu..
kejar-kejaran dan bergelora seperti gemuruh ombak di Pelabuhan Ratu.

Aku menjadi bergemetaran.. dan tak mampu berbuat banyak.. walau tanganku tetap memegang tangannya.
β€œDingin ya Na..!?” Katanya sendu.

Sementara tangan kiriku ditarik dan mendekap lengan kirinya.. yang memang tanpa lengan baju itu.
β€œIya.. Bu dingin sekali..” jawabku.

Terasa dingin.. sementara tangannya juga merangkul pinggangku.
Bau wewanginan semerbak di sekitar aku duduk.. menambah suasana romantis

β€œKalau ketahuan Darti –pembantunya,,– gimana Bu..?” Kataku gemetar.
β€œDarti tidak akan masuk ke sini.. pintunya terkunci..” katanya. Mendengar itu aku merasa aman.

Lalu aku mencoba mengecup kening wanita lincah ini.. dia tersenyum lalu dia menengadahkan wajahnya.
Tanpa diajari atau diperintah oleh siapa pun.. kukecup bibir indahnya.

Dia menyambut dengan senyuman.. kami saling berciuman bibir saling melumat bibir.
Lidah kami bertemu berburu mencari kenikmatan di setiap sudut-sudut bibir dan rongga mulut masing-masing.

Tanganku pun mulai meraba-raba tubuh sintal bu Ida..
Dia pun tidak kalah meraba-raba punggungku dan bahkan menyusup dibalik kaosku.

Aku menjadi semakin terangsang dalam permainan yang indah ini. Sejenak jeda..
Kami saling berpandangan dia tersenyum manis bahkan amat manis.. dibanding waktu-waktu sebelumnya.

Kami berangkulan kembali.. seolah-olah dua sejoli yang sedang mabuk asmara sedang bermesraan..
padahal antara majikan dan pegawainya.

Dia mulai mencumi leherku dan menggigit lembut.. sementara tanganku mulai meraba-raba tubuhnya.
Pertama pantatnya.. kemudian bergeser dan menjalar ke pinggulnya.

β€œKamu tau.. sejak kamu ke sini dengan Ova dulu.. saya sudah berpikir:
β€˜Ganteng banget ini anak’..” katanya setengah berbisik.

β€œAh.. ibu ada-ada saja..” kataku mengelak walau pun aku senang mendapat sanjungan.
β€œSaya tidak merayu.. sungguh..” katanya lagi.

Kami makin merangsek bercumbu.. birahiku makin menanjak naik.. dadaku semakin bergetar.
Demikian juga dada bu Ida. Dia pun nampak bergetaran dan suaranya agak parau.

Kemudian aku beranjak berdiri dan menarik tangan bu Ida yang supaya ikut berdiri.
Dalam posisi ini dia aku dekap dengan hangatnya.

Hasrat kelakianku menjadi bertambah bangkit dan terasa seakan β€˜membelah’ celana yang aku pakai.
Lalu aku bimbing dia ke kamarnya.. bagai kerbau dicocok hidungnya bu Ida menurut saja.

Kami berbaring bersama di spring bed.. kembali kami bergumul saling berciuman dan becumbu.
β€œGimana kalau saya tidur di sini saja, Bu.. Boleh..?” Pintaku lirih.

Ia berpikir sejenak lalu mengangguk sambil tersenyum.
Kemudian dia beranjak menuju lemari dan mengambil pakaian sambil menyodorkan kepada aku.

β€œIni pakai punya saya..” dia menyodorkan pakaian tidur.
Lalu aku melorot celana panjangku dan kaos kemudian memakai kimononya.

Aku menjadi terlena. Dalam dekapannya aku tertidur. Baru sekitar setengah jam aku terbangun lagi.
Dalam kondisi begini.. jelas aku susah tidur. Udara terasa dingin.. aku mendekapnya makin kencang.

Dia menyusupkan kaki kanannya di selangkangan aku. Penisku makin bergerak-gerak..
Sementara cumbuan berlangsung.. Ughhhh..!!
Penisku semakin menjadi-jadi kencangnya yang sesungguhnya sejak tadi di sofa.

Aku berpikir kalau sudah begini bagaimana..? Apakah aku lanjutkan atau diam saja..?
Lama aku berpikir untuk mengatakan tidak..! Tapi tidak bisa ditutupi bahwa hasrat..

Nafsu birahiku kuat sekali yang mendorong melonjak-lonjak dalam dadaku..
Bercampur aduk sampai kepada ubun-ubunku.

Walau pun aku diamkan beberapa saat.. tetap saja kejaran libido yang terasa lebih kuat.
Memang aku sadar.. wanita yang ada di dekapanku adalah majikanku.. tantenya Ova.. mamanya Ike.

Tapi sebagai pria normal dan dewasa.. aku juga merasakan kenikmatan..
bibir dan rasa perasaan bu Ida sebagai wanita yang sintal.. cantik dan mengagumkan.

Sedikitnya aku sudah merasakan kehangatannya tubuhnya dan perasaannya..
Meski pengalaman ini baru pertamakali kualami.

Aku tak kuasa berkeputusan. Dalam kondisi seperti ini aku semakin bergemetaran..
Antara mengelak dan hasrat yang menggebu-gebu.

Lamat-lamat kuperhatikan wajahnya di bawah sorot lampu bed.. sengaja aku lihat lama dari dekat.
Aihh..! Wajahnya memancarkan penyerahan sebagai wanita di depan lelaki dewasa.

Pelan-pelan tanganku menyusup di balik gaunnya.. meraba pahanya.
Dia mengeliat pelan.. aku tidak tau apakah dia tidur atau pura-pura tidur.

Kucium lembut bibirnya.. dan dia menyambutnya. Berarti dia tidak tidur.
Kusingkap gaun tidurnya kemudian kulepas. Dia memakai beha warna putih dan cedenya juga putih.

Aku menjadi tambah takjub melihat kemolekan tubuh bu Ida.. putih dan indah banget.
Kuraba-raba tubuhnya.. dia mengeliat geli dan membuka matanya yang sayu.

Jari-jari lentiknya menyusup ke balik baju tidur yang kupakai dan menarik talinya pada bagian perutku.
Lalu pakaianku terlepas. Kini aku pun hanya pakai cede saja.

β€œKamu ganteng banget, Na.. tinggi badanmu berapa, ya..?” Bisiknya. Aku tersenyum senang.
β€œMakasih. Ada 171an. Bu Ida juga cantik sekali..” mendengar jawabanku dia hanya tersenyum.

Aku berusaha membuka behanya dengan membuka kaitannya di punggungnya..
kemudian keplorotkan celana dalamnya..
sehingga aku semakin takjub melihat keindahan alam yang tiada tara ini.

Hal ini menjadikan dadaku semakin bergetar. Betapa tidak..!?
Aku berhadapan langsung dengan wanita tanpa busana yang bertubuh indah..

Sesuatu yang selama ini hanya kulihat lewat gambar-gambar orang asing saja.
Kini langsung mengamati dari dekat sekali bahkan bisa meraba-raba.

Wanita yang selama ini aku lihat berkulit putih bersih hanya pada bagian wajah..
bagian kaki dan bagian lengan ini.. sekarang tampak seluruhnya tiada yang tersisa.

Menakjubkan..! Darahku semakin mendidih melihat pemandangan nan indah itu.

Di saat aku masih bengong.. pelan-pelan aku melorot cedeku..
Kini aku dan bu Ida sama-sama tak berpakaian. Penisku benar-benar maksimal kencangnya.

Kami berdua berdekapan.. saling meraba dan membelai.
Kaki kami berdua saling menyilang yang berpangkal di selakangan, saling mengesek.

Penisku yang kencang ikut membelai paha indah bu Ida.
Sementara itu ia membelai-belai lembut penisku dengan tangan halusnya..

Erggghh.. yang tentu saja membawa efek nikmat luar biasa.

Tanganku membela-belai pahanya kemudian kucium mulai dari lutut merambat pelan ke pangkal pahanya.
Ia mendesah lembut. Dadaku makin bergetaran karena kami saling mencumbu..

Aku meraba selakangannya.. ada rerumputan di sana.. tidak terlalu lebat jadi enak dipandang.
"Nghhhh..!!" Dia mengerang lembut, ketika jemariku menyentuh bibir vaginanya.

Mulutku menciumi payudaranya dengan lembut kemudian mengedot putingnya..
yang berwarna coklat kemerah-merahan.. lalu membenamkan wajahku di antara kedua susunya.

Sementara tangan kiriku meremas lembut teteknya.
"Ahhhh.. ssshhhh..!!" Desisan dan erangan lembut muncul dari mulut indahnya.

Aku semakin bernafsu walau tetap gemetaran.
Tanganku mulai aktif memainkan selakangannya, yang ternyata basah itu.

Aku penasaran.. lalu kubuka kedua pahanya..
kemudian kusingkap rerumputan di sekitar kewanitaannya.

Bagian-bagian warna pink itu aku belai-belai dengan jemariku.
Klitorisnya, ku mainkan, menyenangkan sekali.

"Auhhh.. eehhhh.." Bu Ida mengerang lembut sambil menggerakkan pelan kaki-kakinya.
Lalu jariku kumasukkan keterowongan pink tersebut dan menari-nari di dalamnya.

Dia semakin bergelincangan. Kelanjutannya ia menarikku.
β€œAyo Na.. aku tak tahan..!!” Katanya berbisik
Dan merangkulku ketat sekali.. sehingga bagian yang menonjol di dadanya tertekan oleh dadaku.

Aku mulai menindih tubuh sintal itu.. sambil bertumpu pada kedua siku-siku tanganku..
supaya ia tidak berat menopang tubuhku. Sementara itu senjataku terjepit dengan kedua pahanya.

Dalam posisi begini saja enaknya sudah bukan main.. getaran jantungku makin tidak teratur.
Sambil menciumi bibirnya dan lehernya.. tanganku meremas-remas lembut susunya.

Slepp.. slepp.. slepp.. sleppp..!! Penisku menggesek-gesek sekalangannya.. ke arah atas –perut..–
kemudian turun berulang-ulang.. menimbulkan nikmat yang luar biasaa..!!

Tak lama kemudian kakinya direnggangkan.. lalu pinggul kami berdua beringsut..
untuk mengambil posisi tepat antara senjataku dengan lubang kewanitaannya.

Beberapakali kami beringsut.. tapi belum juga sampai kepada sasarannya.
Ughhhh..!! Penisku belum juga masuk ke vaginanya

β€œAlot juga..” bisikku. Bu Ida yang masih di bawahku tersenyum.
β€œSabar-sabar..” katanya.

Lalu tangannya memegang penisku dan menuntun memasukkan ke arah kewanitaannya.
β€œSudah.. Ditekan.. pelan-pelan saja..” katanya mengarahkan.

Aku pun menuruti saja, menekan pinggulku.. Slebb.. "Unghhhh..!!"
Blessskk..!! Masuklah penisku, agak seret.. tapi tanpa hambatan. Ternyata mudah..!

Pada saat masuk itulah.. rasa nikmatnya amat sangat kurasakan.. seolah 'menghantam'.
Seolah aku baru memasuki dunia lain.. dunia yang sama sekali baru bagiku.

Aku memang pernah melihat film orang beginian.. tetapi untuk melakukan sendiri baru kali ini.
Ohhhh..!! Ternyata rasanya enak.. nyaman.. mengasyikkan. Wonderful..!!

Betapa tidak.. dalam usiaku yang ke 23.. baru ini merasakan kehangatan dan kenikmatan tubuh wanita.

Gerakanku mengikuti naluri lelakiku.. mulai naik-turun.. naik-turun, kadang cepat kadang lambat..
Sambil memandang ekspresi wajah bu Ida yang merem-melek..

Mulutnya sedikit terbuka.. sambil keluar suara tak disengaja desah-mendesah.
Merasakan kenikmatannya sendiri. β€œAhh.. uhh.. ehh.. hemf.. ehmm.. ohh..!!"

Ketika aku menekankan pinggulku.. dia menyambut dengan menekan pula ke atas..
supaya penisku masuk menekan sampai ke dasar vaginanya.

Oughhh..!! Getaran-getaran perasaan menyatu dengan leguhan dan rasa kenikmatan..
berjalan merangkak sampai berlari-lari kecil berkejar-kejaran.

Di tengah peristiwa itu bu Ida berbisik.. β€œKamu jangan terlalu keburu nafsu.. nanti kamu cepat capek.
Santai saja, pelan-pelan, ikuti iramanya..” ketika aku mulai menggenjot dengan semangatnya.
β€œYa Bu, maaf..” aku pun menuruti perintahnya.

Lalu aku hanya menggerakkan pinggulku ala kadarnya..
mengikuti gerakan pinggulnya yang hanya sesekali dilakukan.
Ehm.. Ternyata model ini lebih nyaman dan mudah dinikmati.

Sesekali kedua kakinya diangkat dan sampai ditaruh di atas bahuku..
atau kemudian dibuka lebar-lebar.. bahkan kadang dirapatkan..

Slebb.. clebb.. clebb.. crebb.. clebb.. crebb.. crebb..
Gesekan kulit batang penis dengan dinding-dinding vaginanya terasa nikmat sekali.

Sehingga terasa penisku terjepit ketat dan semakin seret.
Gerak apa pun yang kami lakukan berdua membawa efek kenikmatan tersendiri.

Setelah lebih dari sepuluh menit.. aku menikmati tubuhnya dari atas..
dia membuat suatu gerakan dan aku tau maksudnya.. dia minta di atas.

Aku lantas tiduran terlentang.. kemudian bu Ida mengambil posisi tengkurap di atasku..
sambil menyatukan alat vital kami berdua.. bleesskk..!! Bersetubuhlah kami kembali.

Ia memasukkan penisku rasanya ketat sekali menghujam sampai dalam.
Sampai beberapa saat bu Ida menggerakkan pinggulnya..

Payudaranya bergelantungan nampak indah sekali, kadang menyapu wajahku.
Aku meremas kuat-kuat bongkahan pantatnya yang bergoyang-goyang.

Payudaranya disodorkan kemulutku, langsung kudot.
Gerakan wanita berambut sebahu ini makin mempesona di atas tubuhku.

Kadang seperti orang berenang.. atau menari yang berpusat pada gerakan pinggulnya yang aduhai.
Bayang-bayang gerakan itu nampak indah di cermin sebelah ranjang.

Tubuh putih nan indah perempuan setengah baya menaiki tubuh pemuda agak coklat kekuning-kuningan.
Ugghhh..!! Benar-benar lintas generasi..!

Adegan ini berlangsung lebih dari limabelas menit. Kian lama kian kencang dan cepat, gerakannya.
Nafasnya kian tidak teratur.. sedikit liar. Kayak mengejar setoran saja.

Tanganku mempererat rangulanku pada pantat dan pinggulnya..
sementara mulutku sesekali mengulum punting susunya.
Rasanya enak sekali.

Setelah kerja keras.. majikanku itu mendesah sejadi-jadinya..
β€œAhhh.. uhhh.. ehhh.. akkkhhu, ke..llluaarrr..Naaa.. hhhhh..!!” Rupanya ia orgasme.

Puncak kenikmatannya diraihnya di atas tubuhku..
nafasnya berkejar-kejaran, terengah-engah merasakan keenakan yang mencapai klimaknya.

Nafasnya berkejar-kejaran.. gerakannya lambat laun berangsur melemah, akhirnya diam.
Ia menjadi lemas di atasku.. sambil mengatur nafasnya kembali.

Aku mengusap-usap punggung mulusnya.
Sesekali ia menggerak-gerakkan pinggulnya pelan, pelan sekali..
merasakan sisa-sisa puncak kenikmatannya.

Beberapa menit dia masih menindih aku.
Setelah pulih tenaganya.. dia berbaring terlentang kembali.. siap untuk aku 'tembak' lagi.

Kini giliran aku menindihnya.. dan mulai mengerjakan kegiatan seperti tadi.
Gerakanku pelan juga.. dia merangkul aku. Naik turun, keluar masuk.

Saat masuk itulah rasa nikmat luar biasa.. apalagi dia bisa menjepit-jepit.. sampai beberapakali.
Arggghhh..!! Sungguh aku menikmati seluruhnya tubuh bu Ida. Ruaar biasa..!

Tiba-tiba suatu dorongan tenaga yang kuat sampai di ujung senjataku.. Aliran darah..
Energi dan perasaan terpusat di sana.. yang menimbulkan kekuatan dahsyat tiada tara.

Energi itu menekan-nekan kemudian memenuhi lorong-lorong rasa dan perasaan..
Saling memburu dan kejar-kejaran. Didorong oleh gairah luar biasa..

Menimbulkan efek gerakan makin keras dan kuat menghimpit tubuh indah..
yang mengimbangi dengan gerakan gemulai mempesona.

Akhirnya tenaga yang menghentak-hentak itu keluar membawa kenikmatan luar biasa..
Suara tak disengaja keluar dari mulut dua insan yang sedang dilanda kenikmatan.

Crattt.. crattt.. cratt.. cratt..!! Air maniku terasa keluar tanpa kendali..
Menyemprot deras memenuhi lubang kenikmatan milik bu Ida.

β€œAhh.. egh.. egh.. uhh..!!” Suara.. lenguhan.. dan desahan kami bersahut-sahutan.

Bibir indah itu kembali kulumat makin seru.. dia pun makin merapatkan tubuhnya..
Terutama pada bagian bawah perutnya, kuat sekali. Menyatu semuanya..

β€œAkkhhu.. kelluuuar Bu..” kataku terengah-engah.
β€œAku juga Na..” suaranya agak lemah.

β€œLho keluar lagi, tadi kan sudah..!? Kok bisa keluar lagi..!?” Tanyaku agak heran.
β€œYa, bisa duakali..” jawabnya sambil tersenyum puas.

Kami berdua berkeringat.. walau udara di luar dingin. Rasanya cukup menguras tenaga..
bagai habis naik gunung saja.. lempar lembing atau habis dari perjalanan jauh.
Tapi aku masih bisa merasakan sisa-sisa kenikmatan bersama.

Selang beberapa menit.. setelah kenikmatan berangsur berkurang, dan terasa lembek..
aku mencabut senjataku dan berbaring terlentang di sisinya sambil menghela nafas panjang.
Ahh..!! Puas rasanya menikmati seluruh kenikmatan tubuhnya.

Perempuan punya bentuk tubuh indah itu pun terlihat puas..
Seakan terlepas dari dahaganya, yang terlihat dari guratan senyumnya.

Aku lihat selangkangannya, ada ceceran air maniku..
Putih kental meleleh di bibir vaginanya bahkan ada yang di pahanya.

Pengalaman malam itu sangat menakjubkan.. hingga sampai berapakali aku menaiki bu Ida.. aku lupa.
Yang jelas kami beradu nafsu hampir sepanjang malam dan kurang tidur.
-----oOo-----

Keesokan harinya

Busa-busa sabun memenuhi bathtub.. aku dan bu Ida mandi bersama.
Kami saling menyabun dan menggosok.. seluruh sisi-sisi tubuhnya kami telusuri..
termasuk bagian yang paling pribadi.

Yang mengasyikkan juga ketika dia menyabun penisku dan mengocok-kocok lembut.
Aku senang sekali dan sudah barang tentu membawa efek nikmat.

β€œSaya heran barang ini semalaman kok tegak terus, kayak tugu Monas, besar lagi. Ukuran jumbo lagi..!?"
Katanya sambil menimang-nimang tititku.
β€œKan Ibu yang bikin begini..” jawabku. Kami tersenyum bersama.

Sehabis mandi.. kuintip lewat jendela kamar.. Darti sedang nyapu halaman depan..
kalau aku keluar rumah tidak mungkin, bisa ketauan. Waktu baru pukul setengah enam.

Tetapi senjata ini belum juga turun.. tiba-tiba hasrat lelakiku kembali bangkit kencang sekali.
Kembali meletup-letup.. jantung berdetak makin kencang.

Lagi-lagi aku mendekati janda yang sudah berpakaian itu, dan kupeluk, kuciumi.
Aku agak membungkuk.. karena aku lebih tinggi.

Bau wewangian semerbak di sekujur tubuhnya, rasanya lebih fresh, sehabis mandi.
Lalu ku lepas gaunnya.. kutanggalkan behanya dan kuplorotkan celana dalamnya.

Kami berdua kembali berbugil ria dan menuju tempat tidur.
Kedua insan lelaki perempuan ini saling bercumbu.. kembali mengulangi kenikmatan semalam.

Ia terbaring dengan manisnya..
pemandangan yang indah paduan antara pinggul depan.. pangkal paha..
dan rerumputan sedikit di tengah menutup samar-samar huruf β€˜V’.. tanpa ada gumpalan lemaknya.

Aku buka dengan pelan kedua pahanya.
Aku ciumi, mulai dari lutut, kemudian merambat ke paha mulusnya.

Sementara tangannya mengurut-urut lembut penisku.
Tubuhku mulai bergetaran, lalu aku membuka selakangannya, menyibakkan rerumputan di sana.

Aku ingin melihat secara jelas barang miliknya. Jariku menyentuh benda yang berwarna pink itu..
mulai bagian atas membelai-belainya dengan lembut, sesekali mencubit dan membelai kembali.

Bu Ida bergelinjangan, tangannya makin erat memegang tititku.
Kemudian jariku mulai masuk ke lorong, kemudian menari-nari di sana, seperti malam tadi.

Tapi bibir, dan terowongan yang didominasi warna pink ini lebih jelas.. bagai bunga mawar yang merekah.
Beberapa saat aku melakukan permainan ini..
dan menjadi paham dan jelas betul struktur kewanitaan bu Ida, yang menghebohkan semalam.

Gelora nafsu makin menggema dan menjalar seantero tubuh kami..
saling mencium dan mencumbu, kian memanas dan berlari kejar-kejaran.

Seperti ombak laut mendesir-desir menerpa pantai. Tiada kendali yang dapat mengekang dari kami berdua.
Apalagi ketika puncak kenikmatan mulai nampak dan mendekat ketat.

Sebuah kejutan..
tanpa aku duga sebelumnya penisku yang sejak tadi diurut-urut kemudian dikulum dengan lembutnya.

Pertama dijilati kepalanya, lalu dimasukkan ke rongga mulutnya.
Rasanya aku diajak melayang ke angkasa tinggi sekali menuju bulan. Aku menjadi kelelahan.

Sesi berikutnya dia mengambil posisi tidur terlentang.. sementara
aku pasang kuda-kuda, tengkurap yang bertumpu pada kedua tangan aku.

Slebbb..! Clebb..!! Aku mulai memasukkan penisku ke arah lubang kewanitaan bu Ida..
yang tadi sudah aku β€˜pelajari’ bagian-bagiannya secara seksama itu.
Ahh..!! Benda ini memang rasanya tiada tara.

Ketika kumasukkan batang penisku.. tidak hanya aku yang merasakan enaknya penetrasi..
tetapi juga bu Ida merasakan kenikmatan yang luar biasa..
Itu terlihat dari ekpresi wajahnya.. dan desahan lembut dari mulutnya.

β€œAhhh..” desahnya setiapkali aku menekan senjataku ke arah selangkangannya..
sambil ia juga menekankan pula pinggulnya ke arah tititku.
Kami berdua mengulangi mengarungi samudra birahi yang menakjubkan, pagi itu.
-----oOo-----

Ketika semuanya sudah selesai..
aku keluar rumah sekitar pukul setengah delapan.. saat Darti mencuci di belakang.

Dalam perjalanan pulang aku termenung,
Betapa kejadian semalam dapat berlangsung begitu cepat..
Tanpa liku-liku.. tanpa terpikirkan sebelumnya.

Sebuah wisata seks yang tak terduga sebelumnya.
Kenikmatan yang kuraih, prosesnya mulus.. semulus paha bu Ida.

Singkat.. cepat dan mengalir begitu saja.. namun membawa kenikmatan yang menghebohkan.
Betapa aku bisa merasakan kehangatan tubuh bu Ida secara utuh..
Orang yang selama ini menjadi majikanku.

Menyaksikan rona wajah bu Ida yang memerah jambu.. kepasrahannya dalam ketelanjangannya..
Menunjukkan kedahagaan seorang wanita yang membutuhkan belaian dan kehangatan seorang pria.
-----oOo-----

Hari berganti minggu.. minggu berganti bulan..
Si kumbang muda makin sering mendatangi bunga untuk mengisap madu.

Dan bunga itu masih segar saja.. bahkan rasanya makin segar menggairahkan.
Memang bunga itu masih mekar dan belum juga layu, atau memang tidak mau layu.

Pernah pada suatu kesempatan bu Ida bertandang ke kos-kosanku.
Waktu itu pagi sekitar pukul 09.00.. aku sedang kerjakan tugas.
Kepada induk semang aku akui dia sebagai tanteku.

Karena kira-kira sudah ada dua mingguan tidak begituan.. aku sangat ngebet, kepingin sekali.
Kuciumi dia dan kulumat bibir indahnya.

Lalu aku plorotkan celana panjangnya sekalian dengan cedenya, aku tembak di kamarku.
Belum sampai selesai.. terdengar ada sepeda motor masuk pintu gerbang. Shit..!! Itu teman kos aku.
Kami cepat-cepat mengakhirinya. Kulihat bu Ida pucat pasi wajahnya.

Seperti biasanya temanku nyelonong masuk ke kamar..
Tapi karena kami berdua sudah kelihatan beres.. tidak ada yang mencurigakan. Jadi tidak ada masalah.

Itulah permainan kami yang paling singkat. Sialann..!! Kentang banget deh jadinya..!! (. ) ( .)
---------------------------------------------------oOo--------------------------------------------
 
Bimabet

----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 66 – Camp Kalimantan

Lisa

Sudah dua minggu aku di lapangan. Rasanya enjoy saja.
Ya.. hitung-hitung refreshing melepaskan diri dari kesibukan dan rutinitas Jakarta.

Lokasi camp tidak jauh dari kampung terdekat.. hanya sekitar 500 m.
Camp kami terdiri dari kurang lebih tigapuluh barak untuk keluarga dan bujangan.

Sebenarnya aku mempunyai hak untuk menempati mess Direksi.
Namun karena sepi tidak ada teman, maka aku lebih banyak tidur di mess bujangan.

Dari delapan kamar hanya ada sekitar lima orang yang tidur secara tetap di mess bujangan.
Aku mengambil kamar paling belakang.

Di belakang mess bujangan terdapat rumah seorang warga yang menjadi sub kontraktor..
untuk pekerjaan-pekerjaan yang dapat dikerjakan dengan tenaga manusia.
Kami biasa memanggilnya dengan nama Pak Joko.

Aliran listrik di rumah Pak Joko mengambil dari aliran listrik camp.
Aku belum pernah melihat istrinya dari dekat, namun kulihat sekilas ia bertubuh kecil dan berkulit putih bersih.

Untuk mengisi waktu senggang dan membunuh rasa sepi..
maka hampir tiap malam aku ada di kantor ditemani dengan radio dua meteran.

Mulanya agak canggung, namun kemudian asyik juga rasanya bisa berkomunikasi dengan breaker lokal di sana.
Kalau sudah bosan nge-break paling-paling nonton televisi.
Tidak ada hiburan lainnya. Ibukota propinsi jaraknya kurang lebih 300 km dari site.

Suatu malam ketika aku sedang cuap-cuap di depan radio..
tiba-tiba ada suara wanita yang menyela masuk dan kemudian mengajakku berpindah jalur.

Setelah berpamitan dengan warga yang masih aktif kami pun berpindah ke frekuensi yang ditentukannya.
"Malam, Ageng..” suara wanita tadi menyapaku. Aku menggunakan nama Ageng untuk nge-break di sini.

Aku pilih nama itu asal saja.. karena enak didengar dan mudah diingat. Tidak ada maksud tertentu.
"Malam, ini siapa ya..?" Tanyaku penasaran.

"Penasaran ya..? Ini Lisa..” ia menjawab.
"Kalau boleh tau Lisa posisi di mana?"
"Seputaran Camp..” Ia menyebutkan camp tempatku berada.

Aku semakin penasaran.. tetapi ia tetap tidak mau menyebutkan lokasi persisnya di deretan camp yang sebelah mana.
Beberapa karyawan camp memang dibekali dengan HT..
ya.. untuk memudahkan komunikasi jika mereka sedang bekerja di lapangan.

Aku berpikir jangan-jangan Lisa ini istri salah seorang karyawan camp.
Aku tidak berani berbicara yang nyerempet-nyerempet.. malu khan kalau ia benar-benar istri karyawan di sini.

"Kok namanya Ageng. Apanya yang 'ageng'..?" Ia berbisik. Ageng artinya besar.
Suaranya sengaja didesahkan. Busyet..!! Justru ia yang mulai menggodaku.

Aku tidak mau menanggapi sebelum tau persis siapa Lisa ini.
"Udahan ya, udah malam. Aku mau nonton TV dulu. Cherio.. Dan 73-88..”
kataku sambil memutar tombol power ke posisi off.

Sekilas sebelum pesawat mati sepenuhnya kudengar Lisa berteriak.. "Ageng, tunggu du ..”
Dari kantor aku berjalan kurang lebih 200 meter untuk sampai di mess bujangan.

Sebelum masuk ke kamar sekilas kudengar dari rumah Pak Joko suara wanita sedang nge-break.
Atau jangan-jangan..!? Ah.. sudahlah.

Aku sudah mengantuk dan esok pagi aku harus masuk ke lapangan..
untuk melihat konstruksi jembatan yang sedang dikerjakan.
-----oOo-----

Beberapa malam kemudian di udara Lisa masih juga menggodaku..
dengan nada suara yang dibuat-buat dan kata-kata yang konotatif.

Aku tak tahan memendam penasaranku.
Esoknya akhirnya aku bertanya pada Pak Dan seorang karyawan yang memegang HT.

"Pak, sebentar Pak..” kataku sambil melambaikan tangan.
Pak Dan kemudian menuju ke tempatku berdiri.

"Ada apa Pak Anto..?" tanyanya heran.
"Maaf Pak.. beberapa malam saya nge-break dengan seorang perempuan bernama Lisa.
Siapa dia Pak..? Istri karyawan..?" Tanyaku.

"Bukan Pak. Itu kan istrinya Pak Joko. Kenapa? Bapak digodain ya.
Ia memang biasa ngomong yang ngeres-ngeres kalau lagi di udara..” kata Pak Dan.

Widihh..!! Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku.
"Ya sudah Pak Dan. Silakan melanjutkan pekerjaan..” ujarku pada pak Dan.

Malamnya aku ketemu lagi dengan Lisa di udara.
Kembali ia mengajakku mojok ke frekuensi yang tidak dipakai.

"Selamat malam Ageng.. Anunya..” ia langsung menggodaku.
Pada saat mengucapkan kata terakhir sengaja ia menurunkan volume suaranya.

"Malam Lisa yang ge.. Lisa.. Aah. Geli dan basah..” aku pun balas menggodanya. Kini aku tau siapa dia.
"Yang dicari kan yang bikin geli dan kalau nggak basah nanti lecet dong..” katanya lagi.

"Dan kalau nggak ageng nggak enak dong..” kataku menimpali. Ia terkikik.
Kami terus berbicara dengan kata-kata yang nyerempet-nyerempet.

Setelah beberapa lama aku tak tahan lagi, bahaya kalau nanti aku jadi kepikiran terus dengan kata-katanya.
Di ujung kampung ada juga tempat prostitusi liar dengan belasan PSK.

Namun masa’an aku harus antre di sana dan berebut dengan karyawan perusahaan kayu di sebelah..
dan dengan karyawanku sendiri. Bisa jatuh merek.

Paginya aku mandi agak kesiangan.
Mess sudah sepi, semua penghuninya sudah berangkat kerja.
Kamar mandi terletak di bagian belakang mess.

Karena penghuni mess semuanya laki-laki.. maka kamar mandi dibuat untuk mandi beramai-ramai.
Dinding belakangnya tidak tertutup sampai ke atas, paling hanya setinggi dua meter.

Rumah Pak Joko terlihat jelas dari kamar mandi..
karena memang letak rumahnya di bagian tanah yang agak tinggi.

Aku mandi dengan santai. Siang ini tidak ada rencana ke lapangan..
dan dalam briefing sore kemarin sudah kujelaskan pekerjaan masing-masing bagian untuk hari ini.

Ketika melihat ke arah rumah Pak Joko aku tercekat ketika kulihat Lisa melihat ke arahku.
Meski pun aku mandi dengan tetap mengenakan celana dalam..
namun tak urung aku merasa jengah juga ditelanjangi oleh tatapan matanya.

Ia menatapku dengan tatapan sayu dan gigi atasnya menggigit bibir bawah.
Aku segera menyelesaikan acara mandiku.

Malamnya aku duduk di teras mess dengan beberapa warga kampung yang ikut menumpang nonton tv.
Tiba-tiba Lisa datang dengan membawa rantang dan memberikannya pada salahsatu penghuni mess.

Sambil menunggu rantangnya, Lisa duduk berseberangan denganku.
"Malam Pak Anto. Lagi santai nih..?" Tanyanya berbasa-basi.
"Eh.. Malam juga Bu Joko. Yahh lagi pengen nonton TV..” jawabku.

"Nggak on air malam ini..?" Tanyanya lagi.
"Sebentar lagi mungkin Bu. Nonton berita dulu sebentar..”

Kupandangi istri Pak Joko ini. Selama ini aku hanya melihatnya dari kejauhan.
Tubuhnya kecil.. kuperkirakan 155 cm dengan berat seimbang.
Dadanya cukup besar untuk ukuran tubuhnya. Kulitnya putih bersih.

Dari dalam mess keluar anak yang tadi membawa rantang.
"Maaf Bu Joko, nggak ada tempat kosong di belakang. Jadi rantangnya biar di sini dulu..
besok saya kembalikan ke rumah..” katanya.

"Ya sudah. Ini tadi bikin kolak kebanyakan. Bapaknya nggak pulang.
Sayang kalau dibuang, makanya saya bawa saja ke sini..” kata Lisa sambil menatapku.
"Terimakasih kalau begitu. Kebetulan saya juga masih lapar..” kataku.

Akhirnya setelah bercakap-cakap sebentar ia minta diri untuk pulang.
Kalau di darat nada bicara dan bahan obrolannya biasa saja, namun kalau sudah di udara.
Hhhkkh.. bikin kita gemas dan BT.. alias Bawah Tegang.
-----oOo-----

Beberapa malam kemudian kulihat rantang yang dibawa Lisa masih tergeletak di meja belakang.
Rupanya anak-anak ini lupa mengembalikannya.
Kurapikan rantangnya dan aku berniat untuk mengembalikannya.

Ketika aku sampai di rumahnya kulihat Lisa sedang duduk di teras rumah.. sedang bermain dengan anaknya.
Ia terkejut, tidak menyangka kalau aku sendiri yang mengembalikan rantangnya.

Ia langsung berdiri dan menyongsongku. "Aduhh Pak Anto.
Mestinya biar anak-anak itu saja yang mengembalikan ke sini..” katanya sambil menerima rantang.
"Nggak apa-apa kok Bu. Sama saja. Toh juga bukan barang yang berat untuk ditenteng..” kataku.

"Masuk dulu Pak. Ini lagi main sama Ryan.."
"Oom kok nggak pernah main ke sini sih. Om sombong deh..” kata Ryan menimpali pembicaraan ibunya.
Ryan masih duduk di kelas dua SD.

"Ah nggak kok Ryan. Ini Om kan main juga ke sini. Bapak ke mana..?”
"Bapak masih kerja di dalam hutan..” jawab Ryan lugu.

Kami bertiga duduk di teras rumahnya dan ngobrol. Ternyata nama sebenarnya adalah Arlina.
Namun di lingkungan sekitar camp sampai ke kampung ia lebih tenar dengan nama udaranya, Lisa.
Sesekali Ryan memotong pembicaraan kami.

Setelah limabelas menit Lisa menyuruh Ryan masuk untuk belajar.
Lisa kembali menggodaku dengan kata-kata yang menjurus dan desahannya yang khas.

"Sudah sebulan Pak Anto di sini. Sudah penuh dong.. Isi kantong celananya..”
"Ya, namanya juga jadi buruh. Kalau nggak begini nanti nggak makan..”
jawabku tanpa menanggapi godaannya.

Entah bagaimana mulanya Lisa pun bercerita tentang keadaan rumah tangganya.
Ia sering merasa kesepian karena Pak Joko lebih sering berada di lapangan dan di rumah istri mudanya.
Bahkan belakangan ini ia mendengar kabar Pak Joko sudah punya simpanan lagi.

Aku yang sudah lama tidak merasakan kenikmatan bercinta..
tiba-tiba saja merasa bahwa Lisa memberikan satu peluang untukku.

Aku permisi ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Ia mengantarku masuk ke dalam rumah dan terus ke bagian belakang.

Setelah selesai buang air kulihat Lisa sedang sibuk di dapur.
Kudekati ia dari belakang dan kupegang bahunya.

Ia berbalik dan menatapku. Kukecup bibirnya.
Ia diam saja. Kukecup sekali lagi. Kali ini ia membalas dengan lembut.

Kupeluk, kepalanya kurebahkan ke dadaku dan kuusap-usap rambutnya.
"Sudah Pak Anto. Nanti Ryan melihat kita..” katanya pelan.

Kami kembali ke depan dan kini kulihat sorot matanya lebih bersinar.
Memancarkan suatu gairah. Setengah jam kemudian aku berpamitan pulang.

"Kalau Pak Anto menginginkanku, kutunggu nanti malam..” katanya to the point.
"Aku tak berani. Takut kalau nanti Pak Joko tiba-tiba datang..” jawabku masih ragu.

"Biasanya kalau sudah lewat jam satu malam Bapaknya tidak pulang.
Nanti kalau lampu sudut rumah kumatikan artinya Bapaknya nggak ada..” ujarnya meng-kode.

Aku pun lantas pulang dan mencoba tidur. Tapi sulit bagiku untuk memejamkan mata.
Undangan dari Lisa sungguh mengusik pikiranku.

Jam setengah dua aku terbangun dan kulihat ke belakang sudut rumahnya terlihat gelap.
Sayup-sayup kudengar breaker di radio dari dalam rumahnya..
rupanya Lisa belum tidur dan sengaja menungguku.

Aku bimbang antara ya dan tidak untuk memenuhi ajakan Lisa.
Kutimbang-timbang kalau pun Pak Joko tidak datang.. masih ada Ryan..
Yang mungkin saja terbangun. Kupikir terlalu besar risikonya.

Sampai pagi pun aku sulit untuk memejamkan mata.
Bayangan tubuh Lisa terus menggodaku.

Tanpa kupaksa keluar dengan bantuan tangan pun..
esok paginya beberapa noda berwarna putih menempel di bagian depan celana dalamku.

Paginya ia berdiri di depan rumahnya dan ketika aku mandi ia menatapku dengan pandangan kecewa.
-----oOo-----

Suasana camp mulai terasa ramai karena mendekati perayaan tujuhbelasan.

Biasanya jika tiba perayaan tujuhbelasan..
maka warga kampung berbaur dengan karyawan campku dan perusahaan kayu di dekat sini..
untuk melaksanakan berbagai pertandingan.

Aku ikut bertanding dalam beberapa cabang olahraga.
Hanya sekedar untuk memeriahkan dan bersenang-senang saja.

Sore itu aku baru menyelesaikan satu partai tenis meja.
Untuk pertandingan tenis meja dilakukan di dalam ruangan kantor agar tidak terganggu oleh tiupan angin.

Meja-meja yang ada cukup ditumpuk di pinggir. Aku kalah straight set, 15-21 dan 10-21.
Cukup lumayan setelah lima tahun lebih tidak pernah bermain.

Kubuka bajuku dan dengan bertelanjang dada aku menyaksikan partai berikutnya.
Kulihat Lisa juga ada di antara para penonton. Dengan beringsut perlahan-lahan ia berpindah di dekatku.

Ia mengenakan baju hitam tipis tanpa kancing dan lengan dipadu celana panjang strecth warna pastel.
Bayangan BH-nya yang berwarna putih samar-samar kulihat di balik baju hitamnya yang tipis.

"Hebat juga Bapak kita ini. Mau ikut maju untuk pertandingan kelas kampung..” komentarnya.
"Ah.. Cuma sekedar berpartisipasi saja kok..” kataku.

"Bapaknya mana..? Beberapa hari ini kok nggak kelihatan..?"
Terakhir aku melihatnya seminggu yang lalu ketika mengambil uang muka pekerjaan borongan.

"Lagi ke kota. Beli beberapa peralatan untuk tenaga kerja.
Ryan juga ikut. Ijin tidak masuk sekolah beberapa hari..” katanya seolah mengisyaratkan 'aman'.

Entah apa maksudnya mengatakan kalau ia sendirian di rumah.
Apakah ini sebuah undangan lagi..?

"Kapan pulangnya..?" Tanyaku meyakinkan.
"Mungkin nanti malam menjelang dinihari.
Biasanya kapal dari hilir masuk ke sini antara jam duabelas sampai jam tiga dinihari..”

Lisa menatapku dengan sorot mata kagum. Badanku cukup besar meski pun tidak kekar.
Mungkin ia kagum dengan bulu dadaku yang cukup lebat ini.

Karena sudah sore dan keringatku sudah tuntas aku pulang ke mess dan berniat untuk mandi.
Lisa mengikuti beberapa langkah di belakangku dan ketika aku sampai di depan mess Lisa memanggilku.

"Ssstt.. Pak, Pak Anto..” bisiknya. Aku menoleh.
Ia memberikan kode dengan mulutnya agar aku ke rumahnya sekarang.

Aku masuk ke dalam kamar, berganti dengan celana pendek dan kaus lalu ke kamar mandi.
Kulihat Lisa sudah menunggu di depan rumahnya.

Ia melambaikan tangan dan memberikan isyarat agar aku masuk ke rumahnya lewat pintu belakang.
Kutimbang-timbang dan kali ini kurasa keadaan di dalam rumahnya cukup aman.
Tinggal berusaha agar tidak ketahuan karyawan camp.

Kubuka pintu belakang mess dengan pelan.
Dengan mengendap-endap aku berjalan ke arah belakang rumahnya.

Ia sudah menunggu di pintu belakang rumahnya.
Dengan cepat aku menyelinap masuk ke ruang tamunya.

"Duduk dulu To..” Ia menyuruhku duduk di kursi tamu.
Ia sudah mulai memanggilku tanpa sebutan.. β€˜Pak’.

Aku lantas duduk di atas sofa ruang tamunya.
Debaran jantungku terasa kencang.. perpaduan antara nafsu dan perasaan takut ketahuan.

Lisa mengeluarkan kepalanya dari pintu depan, mengamat-amati sekitarnya.
"Aman..” gumamnya. "Yuk kita ke kamar saja..!" Ajaknya sambil menarik tanganku.

Bagai kerbau dicocok hidung aku pun menurut saja. Kamarnya agak berantakan.
Pakaian kotor terserak di lantai.

"Buka pakaianmu..” ia memerintahku dengan berbisik pelan.
Tanpa disuruh untuk kedua kalinya dengan cepat kulepas semua kain di badanku.

Penisku yang sudah setengah berdiri segera bergoyang-goyang.
"Hmmhh..” gumamnya sambil mengamati penisku.

Ia menarikku ke arah ranjang.. berbaring dan minta bantuan untuk melepaskan celananya.
Dengan segera kulepas celana dan sekaligus celana dalamnya.
Sejumput rambut hitam terlihat menghiasi selangkangannya.

Ketika bajunya akan kubuka ia menggeleng.. ”Bajunya nggak usah..”
Aku mulai naik ke atas tubuhnya. Kucium dengan lembut.

Kepalaku bergeser ke arah leher, dada dan menggigit payudaranya yang masih tertutup bajunya.
Tangannya menyingkap bajunya ke atas dan tanganku membantu membuka kait BH-nya.

Kusingkapkan cup BH-nya ke atas
. Kini payudaranya yang putih mulus dihiasi urat kebiruan menyembul keluar.

Segera kuterkam dan kuhujani dengan sedotan lembut dan jilatan pada ujung putingnya.
Ia mendesah dan memejamkan mata menikmati jilatan lidahku pada putingnya.

Penisku dengan cepat mengeras dan kugesekkan di atas pahanya.
Diambilnya bantal untuk mengganjal pantatnya.

Ctapp..! Tangannya dengan cepat menangkap penisku..
kemudian segera mengarahkannya ke bibir vaginanya.

Kakinya mengangkang lebar. Slebbb.. clebb.. Dengan pelan namun pasti..
Batang penisku segera saja masuk ke dalam vaginanya yang sudah licin dan basah.

"Ehmm. Untung sudah basah, kalau tidak bisa lecet punyaku..” kataku berbisik menggodanya..
mengingatkan pada gurauan kami dulu.

Ia terkekeh pelan.. sehingga bibir di selangkangannya pun ikut bergerak-gerak.
"Iya, ini yang bikin gelisah. Geli dan basah..” sahutnya sambil mulai menggerakkan pinggulnya.

Aku pun mulai memacu hasratku berlomba dengan gairahnya.
Kali ini gairahku cepat sekali naik dengan tajam.

Mungkin karena sudah terlalu lama spermaku tidak diganti ditambah dengan adanya rasa takut ketauan.
Tidak sampai lima menit tiba-tiba kurasakan aku akan sampai. Kuhentikan gerakanku.

Ia menatapku heran,, "Kenapa To..? Mau keluar..?" Tanyanya. Aku mengangguk.
"Keluarin saja di dalam. Nggak apa-apa..” katanya pelan. Ada sedikit nada kecewa di sana.

Tanpa ada gerakan lagi penisku segera memuntahkan cairan putih yang kental sekali.
Ughhh..!! Mungkin tujuhkali aku menyemprotkan cairanku.
Terasa banyak sekali sampai mengalir keluar dari vagina dan menetes di sprei.

Lisa mendorongku dan segera melap penisku dengan handuk kecil di dekatnya.
Spermaku yang menetes di sprei juga dilapnya setelah ia mengamati..
dan menyentuhkan jarinya pada cairan kental yang menempel di sprei tersebut.

"Hmmh. Pantas saja cepat tumpah, begitu banyak dan kental sekali.
Selama di sini emangnya kamu tidak pernah main di ujung kampung sana..?" Katanya pelan.

Aku menggeleng lemah. Badanku terasa sakit namun sekaligus juga merasa ringan.
Energi yang kukeluarkan kali ini rasanya seperti aku melakukannya dalam waktu satu jam.

Kupegang dan kuremas tangannya.
"Sorry Lis, aku tak mampu lagi menahannya..” kataku.

Kujelaskan kalau memang selama di sini aku tidak pernah menyentuh perempuan..
dan kali ini ditambah rasa takut ketauan.. sehingga dengan cepat aku sudah menyerah.

Kukecup punggung tangannya.
Ia masih memperlihatkan raut muka kecewa, namun ia mengerti dengan keadaanku.

"Ya sudah.. nanti lain waktu kita akan lakukan lagi.
Tapi kamu harus berjanji akan memuaskanku..” katanya lagi.

Kukecup keningnya..
Kemudian aku pun mengenakan pakaianku dan keluar dari pintu belakangnya kembali ke mess.
-----oOo-----

Pagi-pagi sekali Lisa menemuiku di teras mess.
"Minggu depan aku mau ke kota. Ada keperluan keluarga sedikit..” katanya.

Minggu depan..? Tiba-tiba saja aku tersadar..
bahwa minggu depan aku juga harus ke kantor cabang di kota untuk mengambil gaji..
dan keperluan camp lainnya. Aku tersenyum sendiri.

"Kalau begitu kita sama-sama saja. Aku juga harus ke kota. Biasa mengambil jatah..” kataku.
Ia merengut.. "Jatah yang mana lagi maksudmu..? Bukannya tadi malam kamu sudah ambil.
Kamu masih mau main lagi dengan pelacur-pelacur di kota..?"

Aku terkejut, mengapa ia jadi sensitif begini.
Mungkin masih ada perasaan kecewa karena gairahnya tadi malam belum tersalurkan.

"Jangan marah-marah terus. Aku ke kota ambil gaji karyawan dan keperluan camp..”
Sekejap kemudian ia langsung tersenyum dan raut mukanya menjadi cerah.

"Asyik dong. Kita bisa sama-sama di kota..” katanya sambil memonyongkan mulutnya.
"Tapi ketemunya di mana..?" Tanyanya lagi.

"Gampang saja. Nanti kamu telpon ke kantorku atau ke mess kalau malam dan kita bisa bikin janji..”
"Baiknya aku mengaku siapa nanti kalau telepon ke kantor...?" Tanyanya lagi.

Gara-gara semalam nggak puas makanya perempuan ini jadi agak Telmi.. aku menggerutu dalam hati.
"Bilang saja kalau kamu tanteku. Tante girang.. Gitu..” jawabku asal-asalan.

"Jangan begitu..” tiba-tiba nada suaranya berubah menjadi tinggi.
"Sorry, sorry. Bukan itu maksudku. Bilang saja Lisa atau siapa saja nggak masalah..”

Akhirnya tiba harinya aku turun ke kota. Lisa sudah berangkat kemarin dengan kapal sungai.
Dari lokasi kerjaku menuju ke kota memang hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kapal sungai.

Nantinya kalau proyek yang sekarang dikerjakan perusahaanku dengan beberapa perusahaan lain telah selesai..
barulah tembus jalan darat ke kota. CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------------oOo---------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd