Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

Mantaab nih suhuuuu...
After midnight digenjot semua....
Keepin' Croootttt.....
:mantap:
 
-----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 66 – Camp Kalimantan [Part 2]

Sesampai di kota.. aku segera menyelesaikan urusan-urusanku menyangkut laporan..
penggunaan dana dan pengajuannya, progress report pekerjaan dan detail lainnya yang diperlukan.

Malamnya Lisa menelponku.. dan ia sudah booking kamar sebuah hotel kelas menengah untuk kota ini.
Ia bilang akan menunggu di sana jam delapan.

Jam delapan kurang lima aku sudah berada di muka pintu kamarnya.
Kuketuk tigakali.. kemudian kudengar bunyi kunci diputar.

Lisa sudah berada di depanku dan aku pun segera masuk ke dalam kamar.
Sebuah kamar yang cukup nyaman dengan pandangan ke arah bukit di kejauhan.

Ia mengenakan gaun tidur yang tipis sehingga pakaian dalam dan lekuk tubuhnya membayang jelas.
Kakinya mengenakan stocking hitam.

Aku duduk di tepi ranjang.. sementara Lisa di belakangku berdiri di atas lututnya..
dan mulai menciumi tengkuk dan telingaku.

Aku kegelian dan sekaligus terangsang. Aliran hangat mulai menjalar di sekujur tubuhku.
Tangannya kupegang.. kuputar tubuhnya dan kutarik ke tubuhnya ke pangkuanku.

Kucium bibirnya dengan ganas..
Lisa meronta sebentar tapi kemudian ia membalas ciumanku dengan tidak kalah ganasnya.

"Anto.. Ah.. Ehh .. Ouhh..” Ia gelagapan membalas ciumanku.

Aku terkejut ketika tangannya meremas penisku yang mulai menggembung di balik celana panjangku.
Aku tersenyum sambil mencolek payudaranya.

Aku menggunakan jariku untuk membelai daerah selangkangannya.. dan jariku juga mulai menekan..
terutama di belahan vaginanya. Tangan Lisa menggesek penisku yang semakin mengeras.

"Aah.. To.. Sss.. Enak.. Teruss.. Anto.. Ahh"

Mendengar erangan Lisa nafsuku sudah tidak dapat ditahan lagi.
Aku merebahkan diri sambil menciumi leher Lisa dan terus naik ke bibirnya.

Kubuka celana panjang dan kemudian celana dalamku. Aku terus menciumnya dengan penuh nafsu.
Kutindih tubuhnya di atas ranjang yang empuk.

Badanku yang besar seolah-olah menenggelamkan badannya yang kecil mungil.
Sambil mendesah Lisa berkata.. "Ahh.. Awas kalau keluar duluan lagi..!!" Ancamnya.

Kulepaskan gaun tidur dan sekaligus dengan celana dalamnya.
"Akhh..!!" Ia meronta-ronta dengan pelan.

Kami saling mengulum bibir dengan penuh nafsu.. nafas kami mulai tidak teratur.
Kaki Lisa menjepit pinggangku Aku menciumi leher kemudian turun ke payudaranya.

Clrupp.. aku sedot putingnya sampai mengeluarkan bunyi.
Kemudian bibirku turun dan menggelitik pusarnya.

Lisa tidak tahan dengan perlakuanku.. badannya bergerak-gerak tak teratur menahan geli.
"Anto.. Akh.. Geli akh.. Basah..!!”

Aku terus menciumi perutnya..
lalu turun dan saat sampai di depan selangkangannya aku menurunkan kepalaku..
menjilati paha dan sesekali menggigitnya.

Lisa mengganjal kepalanya dengan bantal dan mengamatiku.
Ketika mulutku mulai menyapu vaginanya ia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya.

Kuusap betisnya yang tertutup stocking hitam.
Sudah lama aku memiliki fantasi bercinta dengan wanita yang memakai stocking.
Kini obsesiku terpenuhi.

Kugelitik klitorisnya dengan lidahku.
Ia mengejang lembut dan dinding vaginanya ikut berdenyut bereaksi menyambut aksi lidahku.

Jari tengah kananku kumasukkan ke dalam saluran vaginanya..
dan ujungnya kugerak-gerakkan menggelitik dinding rahimnya.

Ia semakin keras mengerang. Tangannya meremas tepi spring bed di atas kepalanya.
"Anto.. Sudah To. Cukup.. Sudah, aku menyerah.. Ayo.. Cepat masukkan.. Lakukan sekarang.. Ouuhh..”

Kuhentikan rangsangan pada vaginanya dan aku bergerak menindihnya.
Penisku kuarahkan ke vaginanya yang basah.. slebbb.. kutekan perlahan..

Dan ketika kepalanya sudah masuk seluruhnya maka aku menekan pantatku dengan keras.
Jlebb..!! "Sshh.. Akhh.. Terus To.. Akh..” Lisa merintih nikmat..

Clrupp.. clrupp..!! Bibir kami saling bertautan dengan kuat.
Ketika kulepaskan ciumanku maka justru bibirnya mencari-cari bibirku.

"Shhhh.. oghh.. Ntooo..HHH.." Mulutnya setengah terbuka sambil mendesis-desis.
Aku menggerakkan penisku dengan perlahan dan sesekali dengan tempo cepat.

Ughhh..!! Rasanya penisku dijepit dan diremas-remas oleh tangan yang kuat..
membuat penisku rasanya akan meledak.

Aku terus memompa penisku di vaginanya dengan tempo yang bertambah cepat.
Nafasku mulai memburu. Payudaranya kuremas dan kupencet sehingga putingnya menonjol.

Kujilati putingnya dan kugigit-gigit dengan bibirku. Clebb-clebb-jlebb-jlebb-jlebb..!!
Aku menghentak tubuh Lisa ke ranjang dengan kasar saat pinggulnya membuat gerakan memutar.

"Lisaa.. Lis.. Akh.. Ouch.. Akh..!!”
Kurasakan tubuh Lisa juga mulai bergetar dan bergerak-gerak dengan irama yang liar.

Matanya setengah terbeliak, bola matanya memutih. Kakinya menjepit pinggangku.
Tubuhnya beberapakali mengejang lembut...

Jlebb.. jleghh..!! Dan kutekan tubuh Lisa hingga tubuh kami semakin merapat.
"Akh.. Anto.. Nikmat sekali.. Ssshhh.. oohhh..!!"
"Yeah Lissaa.. Akh. Kalau saja aku tau dari dulu di camp.. Pasti aku .."

"Akh.. Tekan yang cepat dan kuat.. Akh.. akhhhh..!!"
Mata Lisa kini terpejam menikmati sodokan penisku.

Aku kemudian mengangkat kedua kakinya dan memegangnya dengan tanganku.
Aku dalam posisi setengah berlutut.. tanganku memegang pinggangnya..

Crebb-crebb-crebb-clebb-clebb..!! Sementara penisku menekan dengan irama yang semakin cepat.
Vaginanya terasa basah dan becek, namun penisku bagaikan dijepit tangan perkasa.

"Akgh Anto.. Aku hampir.. Aakkhhu.. Hampir keluarhh.. Ouchhgg.. Akhh.. Akhhhh..!!”
Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya dan kupeluk dengan rapat.

Aku menikmati ekspresinya menunggu saat Lisa mencapai orgasmenya.
Kudiamkan sejenak gerakan penisku.

Lisa meracau dan tangannya memegang pinggangku serta menggerakkannya naik turun.
Aku masih ingin menikmati permainan dan kuharapkan dapat kucapai puncak bersama-sama.

Aku mengehentakkan pantatku naik turun dengan sedikit kasar.
Keringat kami sudah mulai bercucuran.

Tangan Lisa meremas-remas pantatku dan kadang menariknya..
Seolah-oleh penisku kurang dalam masuk dalam relung liang vaginanya.

Saat aku merasakan hampir meledak aku melambatkan gerakanku dan mengatur nafasku..
sambil mengisapi putingnya.. ketika perasaan itu sedikit hilang aku mulai bergerak lagi.

Tangannya meremas rambutku dan dengan liar bibirnya mencari bibirku.
Dia mendesah dengan gerakan yang sangat liar.

Kini hampir tiba saatnya kami mencapai puncak kenikmatan bersama-sama.
"Yeah.. Anto.. Akhh. Ayo.. Kamu belum mau keluar juga.. Akhh ouchh. Aku sudah.. ahhh..!!" Lisa mengejang.

Ia mengangkat pantatnya.. dan kutekan penisku.. sehingga rasanya mentok sampai di dasar rahimnya.
Penisku serasa disedot sebuah pusaran kuat.

Tubuh Lisa melengkung dan tangannya mengusap pipiku dengan kuat.
Jlebgghh!! Kutekan pantatku perlahan namun penuh tenaga. "Yeacchchh..!!”

Tubuh kami menggelinjang bersama dengan hebat..
Kami berteriak dan tidak peduli jika orang lain di luar kamar mendengarnya

"Akhh..!! To.. Anto..!! Aakkhh.. oghhhh..!!” Srrrr.. srrrr.. srrrr.. srrrr..!!
"Lisa kamu hebathh.. Akh.. Ouchhakhh.. Akh.. Ouch..!!" Crett.. crettt.. crett.. crettt..!!

Kami mengelepar menikmati kenikmatan yang kami rasakan bersama.
Kakinya membelit betisku dan mengencang.

Kurasakan gesekan kakiku dengan stokingnya yang halus.. membuat kenikmatan yang ada menjadi lebih lagi.
Kucium bibirnya lagi dengan ganas. Tangannya terangkat dan berada sejajar dengan kepalanya.

Aku mengangkat tubuhku dari atas tubuhnya saat penisku mulai mengecil dan terlepas dari vaginanya.
Tubuhnya merinding bergetar saat aku mencabut penisku.

"Nikmat sekali To. Coba begini saat di camp dulu. Pasti aku tidak akan marah-marah..”
"Ya.. kamu kan maklum dengan situasi dan kondisi waktu itu..”

Kulepas stokingnya perlahan dan kuletakkan begitu saja di dekat perutnya.
Kuangkat tubuh mungilnya kemudian kugendong ke kamar mandi.

Aku di belakangnya memeluk tubuhnya sambil menyabuni dada, perut dan selangkangannya.
"Aku ingin babak berikutnya dengan variasi lainnya..” katanya dengan nada genitnya yang khas.
Doggie style jelas merupakan variasi yang menambah kenikmatan.

Selesai mandi kami kemudian saling mengeringkan tubuh.
Ketika ia mengeringkan selangkanganku.. kenakalannya mulai timbul.

Clekk..clekk.. clokk.. crokk.. crokk.. crekk.. crekk..!! Dikocoknya penisku..
Slrupp.. mulutnya langsung mengulum penisku yang masih kedinginan.
Penisku baru setengah berdiri dan Lisa menghentikan aksinya.

"Sekedar pemanasan. Extra show untuk ronde kedua, tapi kita istirahat dulu sebentar khan..?
Aku masih lelah sekali. Kamu liar tanpa aturan..”
"Kalau lambat-lambat, nanti kamu marah lagi. Katanya kurang gelisah..”

Kami berbaring sambil mengobrol.
"Anto aku mau tanya serius sekarang..” katanya.
"Apaan..?"

"Kalau misalnya aku cerai, kamu mau mengawiniku..?
Aku mau hidup tenang berkumpul dengan suami di rumah..”
Alamak..!! Lemas aku mendengarnya. Kuusap-usap bahunya.

"Bagaimana..?" Desaknya.
"Apanya..?" Tanyaku pura-pura bloon.

"Itu tadi. Aku bercerai dan kita kawin..” katanya mantap.
"Tadi sudah dan sebentar lagi kita juga kawin..” isengku mulai timbul.

"Kamu diajak ngomong serius, malahan bercanda terus.
Tapi aku merasa kalau kamu hanya ingin untuk sekedar senang-senang saja..”
"Kita lihat saja nanti..” jawabku. Hanya sekedar untuk menghentikan segala omong kosong ini.

Ia menatapku dan merapatkan tubuhnya ke tubuhku.
Bibirnya mengecup bibirku dengan lembut kemudian ke bawah sampai di leherku.

Kuciumi telinganya dan kuhembuskan napasku dekat telinganya. Ia menggelinjang kegelian.
Detak jantung mulai meningkat. Ia terus menciumi dadaku.

Kurasakan buah dadanya menekan lenganku. Kenyal dan padat.
Kugerakkan kepalaku ke punggungnya kuciumi punggungnya yang mulus.

Buah dadanya kuremas dengan tanganku.
Kubalikkan tubuhnya dan ia segera menindih tubuhku.

Payudaranya terlihat sangat putih, kencang dan padat..
dengan putingnya yang kecil berwarna coklat muda menggantung di atas dadaku.

Putingnya yang coklat muda tidak sabar menunggu untuk dikulum.

Payudara kiri kuisap dan kujilati, sementara sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku.
Kulakukan demikian berganti-ganti.

Tangan kiriku mengusap-usap rambut dan tengkuknya dengan lembut.
Lisa mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit.

"Upps.. Lagi Anto. Ououououhh.. Nghgghh, Anto ayo teruskan lagi.. Ouuhh.. Anto..!!"

Payudaranya kukulum habis.
Lisa menggoyangkan kepalanya dan mencium leherku sampai ke dekat tengkuk.

Aku pun sudah tidak tahan. Senjataku sudah siap untuk masuk dalam babak ke dua.

Mulutnya terus bergerak ke bawah dan kini Lisa mengisap-isap buah zakarku dan menjilati batang penisku.
Kupalingkan mukaku ke samping dan kugigit ujung bantal.

Tiba-tiba penisku mengencang dengan sendirinya..
hingga condong mendekati permukaan perutku ketika lidah Lisa mulai menjilat kepalanya.

Kukencangkan otot perutku sehingga penisku juga ikut bergerak dan berdenyut-denyut.
"Hmm.. Luar biasa nikmat..” komentar Lisa sambil terus melakukan aktivitasnya.

Kuangkat kepalaku dan kuperhatikan Lisa sedang asyik menjilat, mengisap dan mengulum penisku.
Kadang-kadang ia melihat ke arahku dan tersenyum genit.

Lisa melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan bergerak naik ke tubuhku.
Bibirnya menyambar bibirku.

Kubalas dengan ganas dan kusapukan lidahku pada bibir dan masuk dalam rongga mulutnya.
Lidah kami kemudian saling memilin dan mengisap.

Tanganku mengembara ke selangkangannya.. dan kemudian jari tengahku masuk..
menerobos liang kenikmatannya sampai menemukan tonjolan kecil di dinding atas sebelah depan.

Lisa meremas dan mengocok penisku. Penisku semakin menegang dan mengeras.
"Ouououhhkk.. Nikmatnya.. Puaskan aku lagi..!!” Ia memohon dengan suara tertahan.

Kemudian tangannya mengurut dan menggenggam erat penisku.
Slepp.. slepp.. slepp..!! Kurasakan pantat dan pinggulnya bergoyang menggesek penisku.

Dan tanpa kesulitan kemudian kepala penisku masuk ke dalam gua kenikmatannya.
Terasa lembab dan licin. Kurasakan dinding guanya semakin berair membasahi penisku.

"Akhh.. Anto ayo kita sama-sama nikmati lagi.. Oukkhh..!!” Ceracaunya mulai ramai.
Kujilati lehernya dan bahunya. Ia terus menggoyangkan pantatnya..

Sehingga.. slebbb.. slebbb... sedikit demi sedikit makin masuk di liang nikmatnya.
HIngga akhirnya.. blesseekk..!! Semua batang penisku sudah terbenam dalam vaginanya.

Lisa bergerak naik turun untuk mendapatkan kenikmatan.
Kadang gerakan pantatnya berubah menjadi maju mundur.

Gerakannya mulai dari perlahan menjadi cepat dan semakin cepat.
Ia mengubah gerakannya menjadi ke kanan ke kiri dan berputar-putar.

Pantatnya naik agak tinggi sehingga hanya kepala penisku berada di bibir guanya..
dan kemudian berkontraksi mengurut kepala penisku.
Kontraksi otot vaginanya membuat penisku seperti diremas dan diurut.

Ia menggesek-gesekkan bibir guanya pada kepala penisku sampai beberapakali..
dan kemudian dengan cepat ia menurunkan pantatnya.. blessppp..!!
Hingga seluruh batang penisku tenggelam seluruhnya.

Ketika batang penisku terbenam seluruhnya.. kurasakan badannya bergetar..
Dan kepalanya bergoyang ke kanan dan ke kiri. Napasnya berat dan terputus-putus.

Kuisap putingnya yang sudah keras. Gerakannya semakin liar dan cepat.
Tanganku memeluk punggungnya dengan erat sehingga tuuh kami semakin merapat.

Ia juga memeluk diriku rapat-rapat. Kini gerakannya pelan namun sangat terasa.
Pantatnya naik ke atas sampai kemaluanku hampir terlepas..

Ia kemudian menurunkan lagi dengan cepat dan kusambut dengan gerakan pantatku ke atas.
Bleskkk..!! Kembali penisku menembus guanya. Ia merinding dan menggelepar.

Tangannya meremas rambutku, memukul dan mencakar dadaku.
Punggungnya melengkung ke atas menahan rasa nikmat. Mulutnya meracau..

Mendesah dan mengerang dengan kata-kata yang tidak jelas.
"Anto.. Ouhh Anto, aku mau dapat, aku tidak tahan mau kelu.. Arrr..hhhh..!!” Desahnya.

Aku semakin keras menyodok vaginanya dari bawah.
Aku belum ingin keluar, tetapi biarlah ia kuberikan babak tambahan

"Sshh.. Shh.. Anto sekarang ouhh.. Sekarang..!!" ia memekik.

Tubuhnya mengeras.. merapat di atasku dan kakinya membelit betisku. Jleghh..!!
Pantatnya ditekan ke bawah dengan keras dan vaginanya menjadi sangat basah hingga terasa licin.

Tubuh Lisa mulai melemas. Keringatnya menitik di sekujur pori-porinya.
Kemaluanku yang masih menegang tetap dibiarkan di dalam vaginanya.

"Terimakasih. Ini yang kucari. Kau sungguh jantan sekali. Aku puas denganmu.
Berikan aku istirahat sebentar, lalu..” ia berbisik di telingaku.

Kusambar bibirnya dengan bibirku dan kugulingkan ke samping.
Penisku yang belum menuntaskan tugasnya tentu saja masih keras dan siap masuk dalam babak tambahan.

"Sudah dulu sayang.. biarkan aku istirahat dulu sebentar saja.."

Aku tidak mendengarkan permintaanya.. dan kini kugenjot vaginanya sampai berbunyi.
Ia diam saja saja sambil memulihkan tenaga. Vaginanya terasa sangat basah dan licin.

Plopp..!! Kucabut penisku dan kuambil selimut untuk mengelap vaginanya supaya lebih kering.
Aku naik lagi ke atas tubuhnya. Kembali kuarahkan moncong penisku ke sasaran.

Kuangkat kedua kakinya dan kurenggangkan pahanya.
Jlebbb..!! Dengan tenaga penuh kudorong pantatku dan langsung kugenjot dengan tempo perlahan.
Uhhh..!! Dalam keadaan dinding vagina kering kembali vaginanya memberikan kenikmatan yang maksimal.

Setelah beberapa menit Lisa kembali bangkit gairahnya.
Ia pun kemudian mengimbangi gerakanku dengan gerakan pinggulnya.

Diganjalnya pantatnya dengan bantal sehingga kemaluannya menonjol agak naik.
Kami berciuman dengan penuh gairah. Kaki kami saling menjepit dengan posisi silang..
Kakiku menjepit kaki kirinya dan kakinya juga menjepit kaki kiriku.

Dalam posisi seperti ini dengan gerakan yang minimal dapat memberikan kenikmatan optimal..
sehingga sangat menghemat tenaga.

Kami makin terbuai dalam kenikmatan akibat gerakan kami masing-masing.
Kini kedua kakinya menjepit kakiku.

Ia memutar-mutar pinggul dan membuat gerakan naik turun.
Aku meremas, memilin serta mengisap payudaranya.

"Ouh.. Achch.. Mmmhh.. Ngngngnhhk..” Lisa mendesah tertahan.

Kugenjot pinggulku naik turun dengan irama tertentu. Kadang cepat kadang sangat lambat.
Setiap gerakanku kubuat pinggulku naik agak tinggi.. sehingga penisku terlepas dari vaginanya..

Slebbb..!! Kutekan lagi. Setiap penisku dalam posisi masuk, menggesek bibir vaginanya ia terpekik kecil.
Kakinya bergerak dan kedua kakinya kujepit dengan kedua kakiku.

Dalam posisi begini aku hanya menarik penisku setengah batang saja.
Aku tidak dapat menarik sampai keluar karena pasti sulit untuk memasukkannya lagi.

Namun dalam posisi demikian jepitan dari dinding vaginanya jadi sangat terasa.
"Oohh.. Berubah To. Doggie.. Too..!!" Ia melenguh panjang.

Kucabut penisku dan ia berbalik. Aku turun dan berdiri di sisi ranjang.
Aku akan menggenjotnya dalam posisi berdiri. Pantatnya naik menantangku.
Kepala dan dadanya merapat di atas ranjang.

Kurenggangkan pahanya dan kubawa kemaluanku ke vaginanya. Slebbb.. blessskk..!!
Tak lama kemudian penisku sudah menyusup dalam vaginanya.

"Owghhhh..!!" Ia pun mendorongkan pantatnya ke arahku.
Kupegang kedua sisi pinggangnya dan kugerakkan seirama dengan gerakan pantatku.

Kucabut penisku lagi dan kususupak kepalanya di bibir vaginanya, kemudian kukencangkan otot PC ku.
Akibatnya ketika kukencangkan otot PC ku.. maka penisku mendongak dan seolah mencongkel vaginanya.

"Ouuww.. Nikmat.. Ahh lagi Tokk.. Bawa aku ke bulan jantanku yang perkasa..!!" Lenguhnya liar.

Kuulangi beberapakali sampai ia menjerit-jerit minta ampun.
Pantatku kudorong kembali dalam gerakan maju mundur berirama.

Kini tangannya menahan berat tubuhnya. Payudaranya yang menggantung bebas..
bergerak ke sana kemari setiap aku menyodoknya.
Kujulurkan tanganku untuk meremas dan memilin putingnya.

"Gimana Lis, puas..?" Tanyaku.
"Ouhh.. Aku tak sangka kau begini hebat. Sewaktu di camp kupikir kamu hanyalah sebangsa ayam sayur..”

Kami mengubah posisi lagi.. kembali dalam posisi konvensional. Kedua kakinya kuangkat ke atas bahuku.
Dengan bertumpu pada tangan kuberikan gerakan seperti orang melakukan push-up.

"Antoo.. Ouhh nikmat sekali, hebat sekali permainanmu.."
Kuperkirakan sudah kurang lebih setengah jam kami memainkan babak tambahan ini.

Tenagaku sudah mulai berkurang sehingga kuputuskan untuk segera mencapai puncak.
Clebb-jlebb-crebb-crebb-crebb-crebb-clebb..!! Kupercepat gerakanku dan gerakannya juga semakin liar.

Aku menggeser tubuhku sedikit ke arah kepalanya. Penisku kini menggesek dinding atas vaginanya.
Gesekan kulit penisku dengan klitorisnya terasa sangat nikmat.

Terasa helm bajaku seperti tersangkut ketika kutarik ke belakang.
Deritan ranjang.. erangan.. bunyi paha beradu dan kata-kata yang tidak jelas..
seakan-akan berlomba memenuhi kamar.

Tubuh kami sudah basah oleh keringat yang membanjir. Dinginnya AC kamar tak terasa lagi.
Yang kami rasakan hanyalah panasnya gairah untuk menuju puncak kenikmatan.

Kurasakan ada aliran yang menjalar dalam penisku. Inilah saatnya akan kuakhiri permainan ini.
Lisa terengah-engah menikmati kenikmatan yang dirasakannya.

"Lisa.. Lis sebentar lagi aku mau keluar.."
Gerakanku semakin cepat hingga seakan-akan tubuhku melayang. Lututku mulai sakit.
"Ayolah Anto aku juga mmau kkel..luarrr. Kita sama-sama sampai..”

Ketika kurasakan aliran pada penisku tak tertahankan lagi..
maka kurapatkan tubuhku ke tubuhnya dan kulepaskan kakinya dari atas bahuku.

Kakinya mengangkang lebar.
Jlebb.. Jlebbb..!! Kuhujamkan pinggulku dalam-dalam sambil memekik tertahan.

"Lisa.. Ouh .. Ayo.. Sekarang.. Sekarang..!!”
"Ouh Anto aku.. Juga.. Keluar.. Lakukan..!!”

Kakinya membelit kakiku, kepalanya mendongak dan pantatnya diangkat.
Nyutt.. nyutt.. nyutt..!! Erghhh..!! Kurasakan denyutan dalam vaginanya sangat kuat.

Cratt.. cratt.. crattt.. cratt..!! Kutembakkan lahar panasku sampai beberapakali.
Giginya dibenamkan dalam di bahuku sampai terasa pedih. Napas kami masih ngos-ngosan.

Plopp..!! Kucabut penisku dan aku menggelosor di sampingnya.
Tangannya memeluk lenganku dan jarinya meremas jariku.

Mulutnya mengucapkan kata-kata penuh kenikmatan. Kepalanya masih menggeleng-geleng.
Mungkin masih ada sisa-sisa aliran kenikmatan yang dirasakannya.
-----oOo-----

Selama tiga malam di kota, aku benar-benar dipuaskan dengan permainannya.
Ketika kembali ke camp rasa percaya diriku timbul kembali..

Dan ketika keadaan rumahnya aman terkendali aku bisa berpacu dengannya.
Ada memang bisik-bisik tentang hubungan kami yang beredar di camp.

Dua bulan kemudian..
Perusahaan telah mendapatkan orang yang menjabat posisi site manager secara tetap.

Aku pun kembali ke Jakarta.. mulai menikmati lagi kemacetan..
Panas.. rasa persaingan yang sangat ketat dan segala dinamika lainnya. (. ) ( .)
-------------------------------------------------oOo-----------------------------------------------
 

-----------------------------------------------oOo------------------------------------------

Cerita 67 – Diary Reni

Tongkat Pak Satpam – ‘Gebukan’ Pertama


Para pembaca tentu masih ingat aku.. Reni.
Yang pada kisah ‘Sebuah Kesalahan’.. –Lihat di Cerita 170 'Rumput Tetangga'..


Telah terjebak dalam pusaran gairah tetanggaku.. seorang pengojek di kepulauan di Sumatra..
Saat aku ditugaskan sebagai pimpinan unit sebuah bank BUMN.

Bagi yang belum pernah membaca akan saya perkenalkan lagi diri saya.
Perkenalkan.. Nama saya Reni.. –samaran..–

Saat ini usiaku 28 tahun. Kata orang.. saya memiliki segalanya kekayaan..
Kecantikan dan keindahan tubuh yang menjadi idaman setiap wanita.

Dengan tinggi 165 cm dan berat 51 kg.. menjadikan aku memiliki pesona bagi lelaki mana saja.
Apalagi wajahku boleh dibilang cantik.. dengan kulit kuning langsat dan rambut sebahu.
Aku telah menikah setahun lebih.

Latar belakang keluargaku adalah dari keluarga Minang yang terpandang.
Sedangkan suamiku.. sebut saja Ikhsan..
adalah seorang staf pengajar pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota Padang.

Setelah suamiku menyelesaikan studinya di luar negeri..
aku mengusulkan untuk mengajukan pindah ke kota Padang..
agar dapat berkumpul lagi dengan keluarga.

Setelah melalui birokrasi yang cukup memusingkan ditambah sogok sana sogok sini..
akhirnya aku bisa pindah di kantor pusat di Kota Padang.

Sebagai orang baru, aku tentu saja harus bekerja keras untuk menunjukkan kemampuanku.
Apalagi tugas baruku di kantor pusat ini adalah sebagai kepala bagian.

Aku harus mampu menunjukkan kepada anak buahku..
bahwa aku memang layak menempati posisi ini.

Sebagai konsekuensinya aku harus rela bekerja hingga larut malam..
menyelesaikan tugas-tugas yang sangat berbeda saat aku bertugas di kepulauan dahulu.

Hal ini membuat aku harus selalu pulang larut malam..
karena jarak rumah kami dengan kantor yang cukup jauh..
yang harus kutempuh selama kurang lebih 30 menit dengan mobilku.

Akibatnya aku jadi jarang sekali bercengkerama dengan suamiku..
yang juga mulai semakin sibuk sejak karirnya meningkat.
Praktis kami hanya bertemu saat menjelang tidur dan saat sarapan pagi.

Atas kebijakan pimpinan aku selalu dikawal Satpam jika hendak pulang.
Sebut saja namanya Pak Marsan..

Seorang Satpam yang kerap mengawalku dengan sepeda motor bututnya..
yang mengiringi mobilku dari belakang hingga ke depan halaman rumahku..
untuk memastikan aku aman sampai ke rumah.

Dengan demikian aku selalu merasa aman untuk bekerja hingga selarut apa pun..
karena pulangnya selalu diantar.

Tak jarang aku memintanya mampir untuk sekedar memberinya secangkir kopi..
hingga suamiku pun mengenalnya dengan baik.
Bahkan suamiku pun kerapkali memberinya beberapa bungkus rokok kretek kesukaannya.

Pak Marsan adalah lelaki berusia 40 tahunan.
Tubuhnya cukup kekar dengan kulit kehitaman khas orang Jawa.
Ia memang asli Jawa.. dan katanya pernah menjadi preman di Pasar Senen Jakarta.

Ia sudah menjadi Satpam di bank tempat saya bekerja selama 8 tahun.
Ia sudah beristri yang sama-sama berasal dari Jawa. Aku pun sudah kenal dengan istrinya, Yu Sarni.

Suatu hari, saat aku selesai lembur.
Aku kaget saat yang mengantarku bukan Pak Marsan, tetapi orang lain yang belum cukup kukenal.

“Lho Pak Marsan di mana, Bang..?” Tanyaku pada Satpam yang mengantarku.
“Anu, Bu, Pak Marsan hari ini minta ijin tidak masuk. Katanya istrinya melahirkan..” katanya dengan sopan.

Akhirnya aku tau kalau yang mengantarku adalah Pak Sardjo, Satpam yang biasanya masuk pagi.
“Kapan istrinya melahirkan..?” Tanyaku lagi.

“Katanya sih hari ini atau mungkin besok, Bu..” jawabnya.
Akhirnya hari itu aku pulang dengan diiringi Pak Sardjo.
-----oOo-----

Awal Perselingkuhan

Sudah dua hari aku selalu dikawal Pak Sardjo karena Pak Marsan tidak masuk kerja.
Hari Minggu aku bersama suamiku memutuskan untuk menjenguk istri Pak Marsan di Rumah Sakit Umum.

Akhirnya aku mengetahui kalau Yu Sarni mengalami pendarahan yang cukup parah atau bleeding.
Dengan kondisinya itu ia terpaksa menginap di Rumah Sakit..
untuk waktu yang agak lumayan setelah post partum.

Atas saran suamiku.. aku ikut membantu biaya perawatan istri Pak Marsan..
dengan pertimbangan selama ini Pak Marsan telah setia mengawalku setiap pulang kerja.

Sejak saat itu hubungan keluargaku dengan keluarga Pak Marsan seperti layaknya saudara saja.
Kadangkala Yu Sarni mengirimkan pisang hasil panen di kebunnya ke rumahku.

Walau pun harganya tidak seberapa, tetapi aku merasa ada nilai lebih dari sekedar harga pisang itu.
Ya.. rasa persaudaraan..! Itulah yang lebih berharga dibanding materi sebanyak apa pun.

Sering pula aku mengirimi biskuit dan sirup ke rumahnya yang sangat sederhana dan terpencil.
Memang rumahnya berada di tengah kebun yang penuh ditanami pisang dan kelapa.

Karena seringnya aku berkunjung ke rumahnya..
maka tetangga yang letaknya agak berjauhan sudah menganggapku sebagai bagian dari keluarga Pak Marsan.

Suatu hari.. saat aku pulang lembur seperti biasa aku diantar Pak Marsan.
Begitu sampai ke depan rumah tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya..
hingga kusuruh Pak Marsan untuk menunggu hujan reda.

Aku suruh pembantuku, Mbok Rasmi yang sudah tua untuk membuatkan kopi baginya.
Sementara Pak Marsan menikmati kopinya aku pun masuk ke kamar mandi untuk mandi.
Ya.. hal itu merupakan kebiasaanku untuk mandi sebelum tidur.

Hujan tidak kunjung reda hingga aku selesai mandi.. kulihat Pak Marsan masih duduk..
menikmati kopinya dan rokok kesukaannya di teras sambil menerawang hujan.

Hanya dengan mengenakan baju tidur babydoll..
aku lantas ikut duduk di teras untuk sekedar menemaninya ngobrol.

Kebetulan lampu terasku memang lampunya agak remang-remang.
Memang sengaja kuatur demikian dengan suamiku agar enak menikmati suasana.

“Gimana sekarang punya anak, Pak..? Bahagia kan..?” Tanyaku membuka percakapan.
“Yach.. bahagia sekali, Bu..! Habis dulu istri saya pernah keguguran saat kehamilan pertama.
Jadi ini benar-benar anugrah yang tak terhingga buat saya, Bu.. Apalagi kami berdua sudah tidak muda lagi..”

“Memang, Pak.. Aku sendiri sebenarnya sudah ingin punya anak, tetapi ..”
Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku..
karena jengah juga membicarakan kehidupan seksualku di depan orang lain.

“Tetapi kenapa, Bu..? Ibu kan sudah punya segalanya.. Mobil ada.. Rumah juga sudah ada.. Apa lagi..?”
Timpalnya seolah-olah ikut prihatin.

“Yach.. itulah pak.. dari materi memang kami tidak kekurangan..
tetapi dalam hal yang lain mungkin kehidupan Yu Sarni lebih bahagia..”

“Mmm maksud ibu..?” Tanyanya terheran-heran.

“Itu lho pak.. Pak Marsan kan tau kalau saya selalu kerja sampai malam..
sedangkan Bang Ikhsan juga sering tugas ke luar kota.. jadi kami jarang bisa berkumpul setiap hari.
Sekarang aja Bang Ikhsan sedang tugas ke Jakarta sudah seminggu..
dan rencananya baru empat hari lagi baru kembali ke Padang..”

“Yachh.. memang itulah rahasia kehidupan, Bu. Kami yang orang kecil seperti ini selalu kesusahan..
mikir apa yang hendak dimakan besok pagi..
sedangkan keluarga Ibu yang tidak kekurangan materi malah bingung tidak dapat kumpul..”

Matanya sempat melirikku yang saat itu mengenakan babydoll dari satin berwarna pink.
Dalam balutan pakaian itu, pundak dan pahaku yang putih memang terbuka.

Aku mengenakan pakaian itu karena memang tadinya niatnya akan langsung tidur.
Di samping itu aku sudah merasa dekat dengan Pak Marsan yang selama ini selalu bersikap sopan padaku.

Istrinya pun sudah dekat denganku. Demikian pula sebaliknya suamiku dengan Pak Marsan.
Jadi aku tak merasa risih berpakaian seperti itu di depan Pak Marsan.

Baru kusadar sewaktu melihat jakunnya naik turun melihat kemolekan tubuhku.
Aku sadar tubuhku yang terbuka telah membuatnya terangsang.
Bagaimana pun.. ia tetaplah seorang lelaki normal..

Mungkin karena hujan yang semakin deras dan aku pun jarang dijamah suamiku membuat gairah nakalku bangkit.
Aku sengaja mengubah posisi dudukku.. sehingga pakaianku yang sudah mini itu jadi tersingkap.

Pahaku yang mulus kini sepenuhnya kelihatan. Hal ini membuat duduknya semakin gelisah.
Matanya berkali-kali mencuri pandang ke arah pahaku.

“Sebentar Pak, saya ambil minuman dulu..” kataku sambil bangkit dan berjalan masuk.
Aku sadar bahwa pakaian yang kukenakan saat itu agak tipis..
sehingga bila aku berjalan ke tempat terang tubuhku akan membayang di balik gaun tipisku.

“Oh ya, Pak Marsan masuk saja ke dalam soalnya hujan kan.. Di luar dingin..”
“I..iya, Bu..” jawab Pak Marsan agak tergagap karena lamunannya terputus oleh undanganku tadi.

Jakunnya semakin naik turun dengan cepat. Aku tau ia tentu sudah lama tidak menyentuh istrinya..
ya.. sejak melahirkan bulan kemarin, karena usia kelahiran bayinya belum genap 40 hari.

Suasana sepi di rumahku ditambah dengan dinginnya malam..
membuat gairahku bergejolak menuntut penuntasan.

Apa boleh buat aku harus berhasil menggoda Pak Marsan, apa pun caranya.
Demikian tekad nakalku menari-nari dalam kepalaku.

Pak Marsan pun masuk dan duduk di sofa ruang tamuku.
Mbok Sarmi sudah terlelap di kamarnya di belakang.

Aku yang semakin gelisah sibuk mencari-cari akal bagaimana 'menundukkan' Pak Marsan..
yang tentu saja tidak mungkin berani untuk memulai karena aku adalah bosnya di kantor.

Setelah mengambil minuman, aku duduk di ruang tamu berhadap-hadapan dengan Pak Marsan.
Duduknya semakin gelisah melihat penampilanku yang sangat segar habis mandi tadi.

Akhirnya mungkin karena tidak tahan atau karena udara dingin ia minta ijin untuk ke kamar kecil.
“Eh.. anu, Bu.. Boleh minta ijin ke kamar kecil, Bu..”

“Silakan, Pak.. Pakai yang di dalam saja..”
“Ah.. enggak, Bu saya enggak berani..”

“Enggak apa-apa.. Itu, Pak Marsan masuk aja, nanti ada di dekat ruang tengah itu..”
“Engg.. Baik, Bu..”

Sambil berdiri ia membetulkan celana seragam dinasnya yang ketat.
Aku melihat ada tonjolan besar yang mengganjal di sela-sela pahanya.

Aku membayangkan mungkin isinya sebesar tongkat pentungan..
yang selalu dibawa-bawanya saat berjaga.. atau bahkan mungkin lebih besar lagi..?

Agak ragu-ragu ia melangkah masuk hingga aku berjalan di depannya sebagai pemandu jalan.
Akhirnya kutunjukkan kamar kecil yang bisa dipakainya.

Begitu ia masuk aku pun pergi ke dapur untuk mencari makanan kecil..
sementara di luar hujan semakin lebat diiringi petir yang menyambar-nyambar.

Aku terkejut saat aku keluar dari dapur tiba-tiba ada tangan kekar yang memelukku dari belakang.
Toples kue hampir saja terlepas dari tanganku karena kaget. Rupanya aku salah menduga.

Pak Marsan yang kukira tidak mempunyai keberanian..
ternyata tanpa kumulai sudah mendahului dengan cara mendekapku.

Napasnya yang keras menyapu-nyapu kudukku hingga membuatku merinding.
“Ma..maaf, Bu.. say.. saya sudah tidak tahan..” desisnya diiringi dengus napasnya yang menderu.

Lidahnya menjilat-jilat tengkukku hingga aku menggeliat sementara tangannya yang kukuh..
secara menyilang mendekap kedua dadaku. Untuk menjaga wibawaku aku pura-pura marah.

“Pak Marsan.. apa-apaan ini..!?” Suaraku agak kukeraskan sementara tanganku..
mencoba menahan laju tangan Pak Marsan yang semakin liar meremas payudaraku dari luar gaunku.

“Ma..af, Bu.. say.. saya.. sudah tidak tahan lagi..” Diulanginya ucapanya yang tadi..
tetapi tangannya semakin liar bergerak meremas..
dan kedua ujung ibu jarinya memutar-mutar kedua puting payudaraku dari luar gaun tipisku.

Perlawananku semakin melemah.. karena terkalahkan oleh desakan napsuku yang menuntut pemenuhan.
Apalagi tonjolan di balik celana Pak Marsan yang keras menekan kuat di belahan kedua belah buah pantatku.

Hal ini semakin membuat nafsuku terbangkit.. ditambah dinginnya malam dan derasnya hujan di luar sana.
Suasana sangat mendukung bagi setan untuk menggoda dan menggelitik nafsuku.

Tubuhku semakin merinding dan kurasakan seluruh bulu romaku berdiri..
saat jilatan lidah Pak Marsan yang panas menerpa tulang belakangku.

Tubuhku didorong Pak Marsan hingga telungkup di atas meja makan dekat dapur yang kokoh..
karena memang terbuat dari kayu jati pilihan.

Saat itulah tiba-tiba salahsatu tangan Pak Marsan beralih menyingkap gaunku..
kemudian dengan gemas namun lembut meremas kedua buah pantatku.

Aku semakin terangsang hebat saat tangan Pak Marsan yang kasar menyusup celana dalam nilonku..
dan meremas pantatku dengan gemas. Sesekali jarinya yang nakal menyentuh lubang anusku.

Gila..!! Benar-benar lelaki yang kasar dan liar.
Tapi aku senang.. karena suamiku biasanya memperlakukanku bak putri saat bercinta denganku.
Ia selalu mencumbuku dengan lembut.

Ini sensasi lain..!! Sesuatu yang berbeda. Kasar dan liar..
Apalagi samar-samar kucium aroma keringat Pak Marsan yang berbau khas lelaki..!
Tanpa parfum..

Gila.. aku jadi terobsesi dengan bau khas seperti ini.
Hal ini mengingatkanku pada saat aku 'bermain gila' dengan Pak Sitor di kepulauan dahulu.

“Akhh.. pakk.. Marsannhh jangg..anhhhh..!!” Desahku antara pura-pura menolak dan meminta.

Ya, harus kuakui kalau aku benar-benar rindu pada jamahan lelaki kasar macam Pak Marsan.
Pak Marsan yang sudah sangat bernafsu.. sudah tidak mempedulikan apa-apa lagi.

Dengan beringas dan agak kasar.. digigitnya punggungku di sana-sini..
sehingga membuat aku menggeliat dan menggelepar seperti ikan kekurangan air.

Apalagi saat bibirnya yang ditumbuhi kumis tebal seperti kumisnya pak Raden mulai menjilat-jilat pantatku.
“Akhh.. pakk.. Okkhhh.. akhh.. jang..akhh..!!” Rintihku tak habis-habis.

Kepura-puraanku akhirnya hilang.. saat dengan agak kasar mulut Pak Marsan dengan rakusnya..
menggigiti kedua belah pantatku..!! Luar biasa sensasi yang kurasakan saat itu.

Pantatku bergoyang-goyang ke kanan dan kiri menahan geli saat digigit Pak Marsan.
Mungkin kalau disyuting lebih dahsyat dibanding goyang ngebornya si Inul yang terkenal itu.

“Emhh..pantat ibu indahh..” kudengar Pak Marsan menggumam mengagumi keindahan pantatku.
Lalu tanpa rasa jijik sedikit pun lidahnya menyelusup ke dalam lubang anusku dan jilat sana jilat sini.

“Ouch.. shh.. Am..ampunnhhh..!!” Aku mendesis karena tidak tahan dengan rangsangan..
yang diberikan lelaki kasar yang sebenarnya harus menghormati kedudukanku di kantor.

Aku benar-benar pasrah total.
Liang vaginaku sudah berkedut-kedut seolah tak sabar menanti disodok-sodok batang kenyal.

Rangsangan semakin hebat kurasakan saat tiba-tiba kepala Pak Marsan menyeruak di sela-sela pahaku..
dan mulutnya yang rakus mencium dan menyedot-nyedot liang vaginaku dari arah belakang.

Secara otomatis kakiku melebar untuk memberikan ruang bagi kepalanya agar lebih leluasa menyeruak masuk.
Aku sepertinya semakin gila. Karena baru kali ini aku bermain gila di rumahku sendiri.

Tapi aku tak peduli yang penting gejolak nafsuku terpenuhi. Titik..!
“Ouch.. shh.. terushhh.. Ohhh, Pak Marsanhhh..!!” Lenguh dan eranganku kian ramai.

Dari menolak aku menjadi meminta..! Benar-benar gila..!!

Pantatku semakin liar bergoyang saat lidah Pak Marsan menyelusup ke dalam alur sempit di selangkanganku..
yang sudah sangat basah dan menjilat-jilat kelentitku yang sudah sangat mengembang karena birahi.

Aku merasakan ada suatu desakan maha dahsyat yang menggelora..
tubuhku seolah mengawang dan ringan sekali seperti terbang ke langit kenikmatan.
Tubuhku berkejat-kejat menahan terpaan gelora kenikmatan.

Pak Marsan semakin liar menjilat dan sesekali menyedot kelentitku dengan bibirnya..
hingga akhirnya aku tak mampu lagi menahan syahwatku.

“Akhhh.. Pak Marsannnhhh akhhh..!!”
Aku mendesis melepas orgasmeku yang pertama sejak seminggu kepergian suamiku ini.

Uhhhh..!! Nikmat sekali rasanya.
Tubuhku bergerak liar untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam karena lemas.

Napasku masih memburu saat Pak Marsan melepaskan bibirnya dari gundukan bukit di selangkanganku.
Lalu masih dengan posisi tengkurap di atas meja makan..
dengan setengah menungging tubuhku kembali ditindih Pak Marsan.

Kali ini ia rupanya sudah menurunkan celana dinasnya..
karena aku merasakan ada benda hangat dan keras yang menempel ketat di belahan pantatku.

Uffttt..!! Gila..!! Panas sekali benda itu..! Aku terlalu lemas untuk bereaksi.

Beberapa saat kemudian.. slepp.. sleppp.. slepp.. sleppp..
Aku merasakan benda itu mengosek-osek belahan kemaluanku yang sudah basah dan licin.

Slebbb..!! Sedikit demi sedikit benda keras itu menerobos kehangatan liang kemaluanku.
Oughh..!! Sesak sekali rasanya. Mungkin apa yang kubayangkan tadi benar..!!

Karena selama ini aku belum pernah melihat ukuran, bentuk mau pun warnanya..!
Tapi aku yakin kalau warnanya hitam seperti si empunya..!!

Aku kembali terangsang saat benda hangat itu menyeruak masuk dalam kehangatan bibir kemaluanku.

“Hkkk.. hhh.. shhh.. mem..mekhh Bu.. Ren..ni benar-benar legithhhh..!!”
Gumam Pak Marsan di sela-sela napasnya yang memburu.

Slebbb..!! Didesakkannya batang kemaluan Pak Marsan ke dalam lubang kemaluanku.
Ouhhh.. lagi-lagi sensasi yang luar biasa menerpaku.

Di kedinginan malam dan terpaan deru hujan kami berdua justru berkeringat..
Gila..!! Pak Marsan menyetubuhiku di ruang makan.. tempat aku biasanya sarapan pagi bersama suamiku..!

Gaunku tidak dilepas semuanya.. hanya disingkap bagian bawahnya..
sedangkan celana dalam nylonku sudah terbang entah ke mana dilempar Pak Marsan.

“Ouhh Pak Marsann.. ahhhh..!!” Slebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb..
Aku hanya mampu merintih menahan nikmat yang amat sangat..
saat Pak Marsan mulai memompaku dari belakang..!

Dengan posisi setengah menungging dan bertumpu pada meja makan..
Jlebb.. jlebb.. jlebb.. tubuhku disodok-sodok Pak Marsan dengan gairah meluap-luap.

Tubuhku tersentak ke depan saat Pak Marsan dengan semangat..
menghujamkan batang kemaluannya ke dalam jepitan liang kemaluanku..!

Lalu dengan agak kasar ditekannya punggungku..
hingga dadaku agak sesak menekan permukaan meja..!

Tangan kiri Pak Marsan menekan punggungku..
sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah pantatku dengan gemasnya.

Tanpa kusadari tubuhku ikut bergoyang..
seolah-olah menyambut dorongan batang kemaluan Pak Marsan.

Pantatku bergoyang memutar-mutar respon secara naluri ..
mengimbangi tusukan-tusukan batang kemaluan Pak Marsan yang menghujam dalam-dalam.

Bunyi benturan pantatku dengan tulang kemaluan Pak Marsan..
yang terdengar di sela-sela deru gemuruh hujan menambah gairahku kian berkobar.

Apalagi bau keringat Pak Marsan semakin tajam tercium hidungku. Ohhh.. inikah surga dunia..
Tanpa sadar mulutku bergumam dan menceracau liar. “Ouhmmm terushh.. terushh.. yang kerashhh..!!”

Aku menceracau dan menggoyang pantatku kian liar saat aku merasakan detik-detik menuju puncak.

“Putar, Bu.. putarrrhh..!!” Kudengar pula Pak Marsan menggeram..
memberiku instruksi untuk memuaskan birahinya sambil meremas pantatku kian keras.

Batang kemaluannya semakin keras menyodok liang kemaluanku yang sudah kian licin.
Aku merasakan batang kemaluan Pak Marsan mulai berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.

Aku sendiri merasa semakin dekat mencapai orgasmeku yang kedua.
Tubuhku serasa melayang. Mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat.

Tubuh kami terus bergoyang dan beradu, sementara gaunku sudah basah oleh keringatku sendiri.
Pak Marsan semakin keras dan liar menghujamkan batang kemaluannya yang terjepit erat liang kemaluanku.

Lalu tiba-tiba tubuhnya mengejat-ngejat dan mulutnya menggeram keras.
“Arghhh.. terushhh, Buu.. goyangghhhh.. arghh..”

Batang kemaluannya yang terjepit erat dalam liang kemaluanku berdenyut kencang..
hingga akhirnya aku merasakan adanya semprotan hangat di dalam tubuhku..

Serr.. serr.. serr.. serrr..!! Beberapakali air mani Pak Marsan menyirami rahimku..
seolah menjadi pengobat dahaga liarku. Tubuhnya kian berkejat-kejat liar..

Sementara tangannya semakin keras mencengkeram pantatku..
Hingga aku merasa agak sakit dibuatnya. Tapi aku tak peduli.

Tubuhku pun seolah terkena aliran listrik yang dahsyat dan pantatku bergerak liar..
menyongsong hujaman batang kemaluan Pak Marsan yang masih menyemprotkan sisa-sisa air maninya.

“Ouch.. akhh.. terushh.. Pak Mar..sanhhh.. Lebih cepattt.. hhhh..!!”

Tanpa malu atau sungkan aku sudah meminta Pak Marsan untuk lebih kuat..
menggoyang pantatnya untuk menuntaskan dahagaku.

Akhirnya aku benar-benar terkapar. Tulang-belulangku serasa terlepas semua.
Benar-benar lemas aku dibuat oleh Pak Marsan.

Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami peroleh.
Batang kemaluan Pak Marsan kurasakan mulai mengkerut dalam jepitan liang kemaluanku.

Perlahan namun pasti akhirnya batang kemaluan itu terdorong keluar..
Kemudian terkulai menempel di depan bibir kemaluanku yang basah oleh cairan kami berdua.

Gila.. banyak sekali Pak Marsan mengeluarkan air maninya..!
Aku tau itu..
karena banyaknya tumpahan air mani yang menetes dari lubang kemaluanku ke lantai ruang makan.

“Ibu benar-benar hebat.. Saya jadi sayang Ibu..” bisik Pak Marsan di telingaku.

Aku hanya diam..
Antara menyesal telah melakukan kesalahan lagi terhadap suamiku dan terpuaskan hasrat liarku.
Ya, aku baru saja disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan suamiku..

Aku hanya bisa termenung memikirkan bahwa sejak hubunganku dengan Pak Sitor..
betapa mudahnya kini aku menyerahkan diriku dan melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain.

Aaah.. . tiba-tiba aku jadi sangat rindu dengan Pak Sitor..
Ia benar-benar tau cara memperlakukan dan membimbing seorang wanita.

Sebagai pelampiasannya, kuremas tangan Pak Marsan yang sedang memeluk tubuh bugilku.
Ia tentu tak tau kalau aku sebetulnya sedang memikirkan lelaki lain.

Pak Marsan dengan mesra lalu menciumi tengkuk dan telingaku.
Memang sejak Pak Sitor membuka mataku, aku jadi sangat menyukai seks.

Aku pun mulai sadar bahwa untuk memuaskannya..
sekarang aku jadi terbuka untuk melakukannya dengan laki-laki lain selain suamiku.

Sangat luar biasa.. bahwa aku telah diajari untuk bersikap open-minded..
oleh seorang lelaki tua dari pedalaman yang tak berpendidikan seperti Pak Sitor.

“Su.. sudah, Pak.. Nanti Mbok Sarmi bangun..” kulepas tangan Pak Marsan yang masih memelukku.
Aku berusaha melepaskan diri dari jepitan tubuh Pak Marsan yang kekar.

Lalu aku meninggalkan Pak Marsan yang masih bugil dan lemas begitu saja..
untuk bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku.

Sekali lagi aku mandi di malam yang dingin itu.
Di bawah pancuran air dingin, aku terdiam memikirkan lagi apa yang sudah terjadi barusan.

Ada beban biologis besar yang rasanya terlepas dari dalam diriku.
Pak Marsan sudah benar-benar mengeluarkannya dengan cara yang hebat.

Di lain pihak.. akal sehatku mulai kembali. Aku tau aku telah kembali mengkhianati suamiku.
Belum lagi memikirkan Pak Marsan sebagai bawahanku yang kini telah terlibat hubungan intim denganku.

Sejenak aku merasa bingung dengan sikapku sekeluarnya dari kamar mandi nanti.
Setelah termenung beberapa lama di bawah pancuran air..
Akhirnya aku memutuskan untuk bersikap setenang mungkin. Semuanya pasti bisa ditangani.

Aku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan babydollku yang sebetulnya agak kotor kena keringat.
Baru kusadari betapa kacaunya ruang makanku..! Meja makanku sudah bergeser tak karuan.

Sementara kulihat celana dalam nylonku terlempar ke sudut ruangan dekat kulkas.
Pak Marsan masih membetulkan celana dinasnya.

“Bu, saya.. boleh numpang mandi, Bu..”
“Silakan, Pak.. Handuknya ada di dalam..”

Aku mengambil kain pel dan membersihkan ceceran cairan..
sisa-sisa persenggamaanku dengan Pak Marsan yang berceceran di lantai.

Sementara itu Pak Marsan mandi di kamar mandi yang baru saja kupakai. CONTIECROTT..!!
-
-----------------------------------------------oOo------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
:pandapeace: eroS dooG
Eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Cerita 67..

Sialkan dikenyot.. :nenen: n KEEP SEMPROT..!!
 
Terakhir diubah:

-----------------------------------------------oOo------------------------------------------

Cerita 67 – Diary Reni

Tongkat Pak Satpam – ‘Gebukan’ Pertama


Para pembaca tentu masih ingat aku.. Reni.
Yang pada kisah ‘Sebuah Kesalahan’.. –Lihat di Cerita 170 'Rumput Tetangga'..


Telah terjebak dalam pusaran gairah tetanggaku.. seorang pengojek di kepulauan di Sumatra..
Saat aku ditugaskan sebagai pimpinan unit sebuah bank BUMN.

Bagi yang belum pernah membaca akan saya perkenalkan lagi diri saya.
Perkenalkan.. Nama saya Reni.. –samaran..–

Saat ini usiaku 28 tahun. Kata orang.. saya memiliki segalanya kekayaan..
Kecantikan dan keindahan tubuh yang menjadi idaman setiap wanita.

Dengan tinggi 165 cm dan berat 51 kg.. menjadikan aku memiliki pesona bagi lelaki mana saja.
Apalagi wajahku boleh dibilang cantik.. dengan kulit kuning langsat dan rambut sebahu.
Aku telah menikah setahun lebih.

Latar belakang keluargaku adalah dari keluarga Minang yang terpandang.
Sedangkan suamiku.. sebut saja Ikhsan..
adalah seorang staf pengajar pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota Padang.

Setelah suamiku menyelesaikan studinya di luar negeri..
aku mengusulkan untuk mengajukan pindah ke kota Padang..
agar dapat berkumpul lagi dengan keluarga.

Setelah melalui birokrasi yang cukup memusingkan ditambah sogok sana sogok sini..
akhirnya aku bisa pindah di kantor pusat di Kota Padang.

Sebagai orang baru, aku tentu saja harus bekerja keras untuk menunjukkan kemampuanku.
Apalagi tugas baruku di kantor pusat ini adalah sebagai kepala bagian.

Aku harus mampu menunjukkan kepada anak buahku..
bahwa aku memang layak menempati posisi ini.

Sebagai konsekuensinya aku harus rela bekerja hingga larut malam..
menyelesaikan tugas-tugas yang sangat berbeda saat aku bertugas di kepulauan dahulu.

Hal ini membuat aku harus selalu pulang larut malam..
karena jarak rumah kami dengan kantor yang cukup jauh..
yang harus kutempuh selama kurang lebih 30 menit dengan mobilku.

Akibatnya aku jadi jarang sekali bercengkerama dengan suamiku..
yang juga mulai semakin sibuk sejak karirnya meningkat.
Praktis kami hanya bertemu saat menjelang tidur dan saat sarapan pagi.

Atas kebijakan pimpinan aku selalu dikawal Satpam jika hendak pulang.
Sebut saja namanya Pak Marsan..

Seorang Satpam yang kerap mengawalku dengan sepeda motor bututnya..
yang mengiringi mobilku dari belakang hingga ke depan halaman rumahku..
untuk memastikan aku aman sampai ke rumah.

Dengan demikian aku selalu merasa aman untuk bekerja hingga selarut apa pun..
karena pulangnya selalu diantar.

Tak jarang aku memintanya mampir untuk sekedar memberinya secangkir kopi..
hingga suamiku pun mengenalnya dengan baik.
Bahkan suamiku pun kerapkali memberinya beberapa bungkus rokok kretek kesukaannya.

Pak Marsan adalah lelaki berusia 40 tahunan.
Tubuhnya cukup kekar dengan kulit kehitaman khas orang Jawa.
Ia memang asli Jawa.. dan katanya pernah menjadi preman di Pasar Senen Jakarta.

Ia sudah menjadi Satpam di bank tempat saya bekerja selama 8 tahun.
Ia sudah beristri yang sama-sama berasal dari Jawa. Aku pun sudah kenal dengan istrinya, Yu Sarni.

Suatu hari, saat aku selesai lembur.
Aku kaget saat yang mengantarku bukan Pak Marsan, tetapi orang lain yang belum cukup kukenal.

“Lho Pak Marsan di mana, Bang..?” Tanyaku pada Satpam yang mengantarku.
“Anu, Bu, Pak Marsan hari ini minta ijin tidak masuk. Katanya istrinya melahirkan..” katanya dengan sopan.

Akhirnya aku tau kalau yang mengantarku adalah Pak Sardjo, Satpam yang biasanya masuk pagi.
“Kapan istrinya melahirkan..?” Tanyaku lagi.

“Katanya sih hari ini atau mungkin besok, Bu..” jawabnya.
Akhirnya hari itu aku pulang dengan diiringi Pak Sardjo.
-----oOo-----

Awal Perselingkuhan

Sudah dua hari aku selalu dikawal Pak Sardjo karena Pak Marsan tidak masuk kerja.
Hari Minggu aku bersama suamiku memutuskan untuk menjenguk istri Pak Marsan di Rumah Sakit Umum.

Akhirnya aku mengetahui kalau Yu Sarni mengalami pendarahan yang cukup parah atau bleeding.
Dengan kondisinya itu ia terpaksa menginap di Rumah Sakit..
untuk waktu yang agak lumayan setelah post partum.

Atas saran suamiku.. aku ikut membantu biaya perawatan istri Pak Marsan..
dengan pertimbangan selama ini Pak Marsan telah setia mengawalku setiap pulang kerja.

Sejak saat itu hubungan keluargaku dengan keluarga Pak Marsan seperti layaknya saudara saja.
Kadangkala Yu Sarni mengirimkan pisang hasil panen di kebunnya ke rumahku.

Walau pun harganya tidak seberapa, tetapi aku merasa ada nilai lebih dari sekedar harga pisang itu.
Ya.. rasa persaudaraan..! Itulah yang lebih berharga dibanding materi sebanyak apa pun.

Sering pula aku mengirimi biskuit dan sirup ke rumahnya yang sangat sederhana dan terpencil.
Memang rumahnya berada di tengah kebun yang penuh ditanami pisang dan kelapa.

Karena seringnya aku berkunjung ke rumahnya..
maka tetangga yang letaknya agak berjauhan sudah menganggapku sebagai bagian dari keluarga Pak Marsan.

Suatu hari.. saat aku pulang lembur seperti biasa aku diantar Pak Marsan.
Begitu sampai ke depan rumah tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya..
hingga kusuruh Pak Marsan untuk menunggu hujan reda.

Aku suruh pembantuku, Mbok Rasmi yang sudah tua untuk membuatkan kopi baginya.
Sementara Pak Marsan menikmati kopinya aku pun masuk ke kamar mandi untuk mandi.
Ya.. hal itu merupakan kebiasaanku untuk mandi sebelum tidur.

Hujan tidak kunjung reda hingga aku selesai mandi.. kulihat Pak Marsan masih duduk..
menikmati kopinya dan rokok kesukaannya di teras sambil menerawang hujan.

Hanya dengan mengenakan baju tidur babydoll..
aku lantas ikut duduk di teras untuk sekedar menemaninya ngobrol.

Kebetulan lampu terasku memang lampunya agak remang-remang.
Memang sengaja kuatur demikian dengan suamiku agar enak menikmati suasana.

“Gimana sekarang punya anak, Pak..? Bahagia kan..?” Tanyaku membuka percakapan.
“Yach.. bahagia sekali, Bu..! Habis dulu istri saya pernah keguguran saat kehamilan pertama.
Jadi ini benar-benar anugrah yang tak terhingga buat saya, Bu.. Apalagi kami berdua sudah tidak muda lagi..”

“Memang, Pak.. Aku sendiri sebenarnya sudah ingin punya anak, tetapi ..”
Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku..
karena jengah juga membicarakan kehidupan seksualku di depan orang lain.

“Tetapi kenapa, Bu..? Ibu kan sudah punya segalanya.. Mobil ada.. Rumah juga sudah ada.. Apa lagi..?”
Timpalnya seolah-olah ikut prihatin.

“Yach.. itulah pak.. dari materi memang kami tidak kekurangan..
tetapi dalam hal yang lain mungkin kehidupan Yu Sarni lebih bahagia..”

“Mmm maksud ibu..?” Tanyanya terheran-heran.

“Itu lho pak.. Pak Marsan kan tau kalau saya selalu kerja sampai malam..
sedangkan Bang Ikhsan juga sering tugas ke luar kota.. jadi kami jarang bisa berkumpul setiap hari.
Sekarang aja Bang Ikhsan sedang tugas ke Jakarta sudah seminggu..
dan rencananya baru empat hari lagi baru kembali ke Padang..”

“Yachh.. memang itulah rahasia kehidupan, Bu. Kami yang orang kecil seperti ini selalu kesusahan..
mikir apa yang hendak dimakan besok pagi..
sedangkan keluarga Ibu yang tidak kekurangan materi malah bingung tidak dapat kumpul..”

Matanya sempat melirikku yang saat itu mengenakan babydoll dari satin berwarna pink.
Dalam balutan pakaian itu, pundak dan pahaku yang putih memang terbuka.

Aku mengenakan pakaian itu karena memang tadinya niatnya akan langsung tidur.
Di samping itu aku sudah merasa dekat dengan Pak Marsan yang selama ini selalu bersikap sopan padaku.

Istrinya pun sudah dekat denganku. Demikian pula sebaliknya suamiku dengan Pak Marsan.
Jadi aku tak merasa risih berpakaian seperti itu di depan Pak Marsan.

Baru kusadar sewaktu melihat jakunnya naik turun melihat kemolekan tubuhku.
Aku sadar tubuhku yang terbuka telah membuatnya terangsang.
Bagaimana pun.. ia tetaplah seorang lelaki normal..

Mungkin karena hujan yang semakin deras dan aku pun jarang dijamah suamiku membuat gairah nakalku bangkit.
Aku sengaja mengubah posisi dudukku.. sehingga pakaianku yang sudah mini itu jadi tersingkap.

Pahaku yang mulus kini sepenuhnya kelihatan. Hal ini membuat duduknya semakin gelisah.
Matanya berkali-kali mencuri pandang ke arah pahaku.

“Sebentar Pak, saya ambil minuman dulu..” kataku sambil bangkit dan berjalan masuk.
Aku sadar bahwa pakaian yang kukenakan saat itu agak tipis..
sehingga bila aku berjalan ke tempat terang tubuhku akan membayang di balik gaun tipisku.

“Oh ya, Pak Marsan masuk saja ke dalam soalnya hujan kan.. Di luar dingin..”
“I..iya, Bu..” jawab Pak Marsan agak tergagap karena lamunannya terputus oleh undanganku tadi.

Jakunnya semakin naik turun dengan cepat. Aku tau ia tentu sudah lama tidak menyentuh istrinya..
ya.. sejak melahirkan bulan kemarin, karena usia kelahiran bayinya belum genap 40 hari.

Suasana sepi di rumahku ditambah dengan dinginnya malam..
membuat gairahku bergejolak menuntut penuntasan.

Apa boleh buat aku harus berhasil menggoda Pak Marsan, apa pun caranya.
Demikian tekad nakalku menari-nari dalam kepalaku.

Pak Marsan pun masuk dan duduk di sofa ruang tamuku.
Mbok Sarmi sudah terlelap di kamarnya di belakang.

Aku yang semakin gelisah sibuk mencari-cari akal bagaimana 'menundukkan' Pak Marsan..
yang tentu saja tidak mungkin berani untuk memulai karena aku adalah bosnya di kantor.

Setelah mengambil minuman, aku duduk di ruang tamu berhadap-hadapan dengan Pak Marsan.
Duduknya semakin gelisah melihat penampilanku yang sangat segar habis mandi tadi.

Akhirnya mungkin karena tidak tahan atau karena udara dingin ia minta ijin untuk ke kamar kecil.
“Eh.. anu, Bu.. Boleh minta ijin ke kamar kecil, Bu..”

“Silakan, Pak.. Pakai yang di dalam saja..”
“Ah.. enggak, Bu saya enggak berani..”

“Enggak apa-apa.. Itu, Pak Marsan masuk aja, nanti ada di dekat ruang tengah itu..”
“Engg.. Baik, Bu..”

Sambil berdiri ia membetulkan celana seragam dinasnya yang ketat.
Aku melihat ada tonjolan besar yang mengganjal di sela-sela pahanya.

Aku membayangkan mungkin isinya sebesar tongkat pentungan..
yang selalu dibawa-bawanya saat berjaga.. atau bahkan mungkin lebih besar lagi..?

Agak ragu-ragu ia melangkah masuk hingga aku berjalan di depannya sebagai pemandu jalan.
Akhirnya kutunjukkan kamar kecil yang bisa dipakainya.

Begitu ia masuk aku pun pergi ke dapur untuk mencari makanan kecil..
sementara di luar hujan semakin lebat diiringi petir yang menyambar-nyambar.

Aku terkejut saat aku keluar dari dapur tiba-tiba ada tangan kekar yang memelukku dari belakang.
Toples kue hampir saja terlepas dari tanganku karena kaget. Rupanya aku salah menduga.

Pak Marsan yang kukira tidak mempunyai keberanian..
ternyata tanpa kumulai sudah mendahului dengan cara mendekapku.

Napasnya yang keras menyapu-nyapu kudukku hingga membuatku merinding.
“Ma..maaf, Bu.. say.. saya sudah tidak tahan..” desisnya diiringi dengus napasnya yang menderu.

Lidahnya menjilat-jilat tengkukku hingga aku menggeliat sementara tangannya yang kukuh..
secara menyilang mendekap kedua dadaku. Untuk menjaga wibawaku aku pura-pura marah.

“Pak Marsan.. apa-apaan ini..!?” Suaraku agak kukeraskan sementara tanganku..
mencoba menahan laju tangan Pak Marsan yang semakin liar meremas payudaraku dari luar gaunku.

“Ma..af, Bu.. say.. saya.. sudah tidak tahan lagi..” Diulanginya ucapanya yang tadi..
tetapi tangannya semakin liar bergerak meremas..
dan kedua ujung ibu jarinya memutar-mutar kedua puting payudaraku dari luar gaun tipisku.

Perlawananku semakin melemah.. karena terkalahkan oleh desakan napsuku yang menuntut pemenuhan.
Apalagi tonjolan di balik celana Pak Marsan yang keras menekan kuat di belahan kedua belah buah pantatku.

Hal ini semakin membuat nafsuku terbangkit.. ditambah dinginnya malam dan derasnya hujan di luar sana.
Suasana sangat mendukung bagi setan untuk menggoda dan menggelitik nafsuku.

Tubuhku semakin merinding dan kurasakan seluruh bulu romaku berdiri..
saat jilatan lidah Pak Marsan yang panas menerpa tulang belakangku.

Tubuhku didorong Pak Marsan hingga telungkup di atas meja makan dekat dapur yang kokoh..
karena memang terbuat dari kayu jati pilihan.

Saat itulah tiba-tiba salahsatu tangan Pak Marsan beralih menyingkap gaunku..
kemudian dengan gemas namun lembut meremas kedua buah pantatku.

Aku semakin terangsang hebat saat tangan Pak Marsan yang kasar menyusup celana dalam nilonku..
dan meremas pantatku dengan gemas. Sesekali jarinya yang nakal menyentuh lubang anusku.

Gila..!! Benar-benar lelaki yang kasar dan liar.
Tapi aku senang.. karena suamiku biasanya memperlakukanku bak putri saat bercinta denganku.
Ia selalu mencumbuku dengan lembut.

Ini sensasi lain..!! Sesuatu yang berbeda. Kasar dan liar..
Apalagi samar-samar kucium aroma keringat Pak Marsan yang berbau khas lelaki..!
Tanpa parfum..

Gila.. aku jadi terobsesi dengan bau khas seperti ini.
Hal ini mengingatkanku pada saat aku 'bermain gila' dengan Pak Sitor di kepulauan dahulu.

“Akhh.. pakk.. Marsannhh jangg..anhhhh..!!” Desahku antara pura-pura menolak dan meminta.

Ya, harus kuakui kalau aku benar-benar rindu pada jamahan lelaki kasar macam Pak Marsan.
Pak Marsan yang sudah sangat bernafsu.. sudah tidak mempedulikan apa-apa lagi.

Dengan beringas dan agak kasar.. digigitnya punggungku di sana-sini..
sehingga membuat aku menggeliat dan menggelepar seperti ikan kekurangan air.

Apalagi saat bibirnya yang ditumbuhi kumis tebal seperti kumisnya pak Raden mulai menjilat-jilat pantatku.
“Akhh.. pakk.. Okkhhh.. akhh.. jang..akhh..!!” Rintihku tak habis-habis.

Kepura-puraanku akhirnya hilang.. saat dengan agak kasar mulut Pak Marsan dengan rakusnya..
menggigiti kedua belah pantatku..!! Luar biasa sensasi yang kurasakan saat itu.

Pantatku bergoyang-goyang ke kanan dan kiri menahan geli saat digigit Pak Marsan.
Mungkin kalau disyuting lebih dahsyat dibanding goyang ngebornya si Inul yang terkenal itu.

“Emhh..pantat ibu indahh..” kudengar Pak Marsan menggumam mengagumi keindahan pantatku.
Lalu tanpa rasa jijik sedikit pun lidahnya menyelusup ke dalam lubang anusku dan jilat sana jilat sini.

“Ouch.. shh.. Am..ampunnhhh..!!” Aku mendesis karena tidak tahan dengan rangsangan..
yang diberikan lelaki kasar yang sebenarnya harus menghormati kedudukanku di kantor.

Aku benar-benar pasrah total.
Liang vaginaku sudah berkedut-kedut seolah tak sabar menanti disodok-sodok batang kenyal.

Rangsangan semakin hebat kurasakan saat tiba-tiba kepala Pak Marsan menyeruak di sela-sela pahaku..
dan mulutnya yang rakus mencium dan menyedot-nyedot liang vaginaku dari arah belakang.

Secara otomatis kakiku melebar untuk memberikan ruang bagi kepalanya agar lebih leluasa menyeruak masuk.
Aku sepertinya semakin gila. Karena baru kali ini aku bermain gila di rumahku sendiri.

Tapi aku tak peduli yang penting gejolak nafsuku terpenuhi. Titik..!
“Ouch.. shh.. terushhh.. Ohhh, Pak Marsanhhh..!!” Lenguh dan eranganku kian ramai.

Dari menolak aku menjadi meminta..! Benar-benar gila..!!

Pantatku semakin liar bergoyang saat lidah Pak Marsan menyelusup ke dalam alur sempit di selangkanganku..
yang sudah sangat basah dan menjilat-jilat kelentitku yang sudah sangat mengembang karena birahi.

Aku merasakan ada suatu desakan maha dahsyat yang menggelora..
tubuhku seolah mengawang dan ringan sekali seperti terbang ke langit kenikmatan.
Tubuhku berkejat-kejat menahan terpaan gelora kenikmatan.

Pak Marsan semakin liar menjilat dan sesekali menyedot kelentitku dengan bibirnya..
hingga akhirnya aku tak mampu lagi menahan syahwatku.

“Akhhh.. Pak Marsannnhhh akhhh..!!”
Aku mendesis melepas orgasmeku yang pertama sejak seminggu kepergian suamiku ini.

Uhhhh..!! Nikmat sekali rasanya.
Tubuhku bergerak liar untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam karena lemas.

Napasku masih memburu saat Pak Marsan melepaskan bibirnya dari gundukan bukit di selangkanganku.
Lalu masih dengan posisi tengkurap di atas meja makan..
dengan setengah menungging tubuhku kembali ditindih Pak Marsan.

Kali ini ia rupanya sudah menurunkan celana dinasnya..
karena aku merasakan ada benda hangat dan keras yang menempel ketat di belahan pantatku.

Uffttt..!! Gila..!! Panas sekali benda itu..! Aku terlalu lemas untuk bereaksi.

Beberapa saat kemudian.. slepp.. sleppp.. slepp.. sleppp..
Aku merasakan benda itu mengosek-osek belahan kemaluanku yang sudah basah dan licin.

Slebbb..!! Sedikit demi sedikit benda keras itu menerobos kehangatan liang kemaluanku.
Oughh..!! Sesak sekali rasanya. Mungkin apa yang kubayangkan tadi benar..!!

Karena selama ini aku belum pernah melihat ukuran, bentuk mau pun warnanya..!
Tapi aku yakin kalau warnanya hitam seperti si empunya..!!

Aku kembali terangsang saat benda hangat itu menyeruak masuk dalam kehangatan bibir kemaluanku.

“Hkkk.. hhh.. shhh.. mem..mekhh Bu.. Ren..ni benar-benar legithhhh..!!”
Gumam Pak Marsan di sela-sela napasnya yang memburu.

Slebbb..!! Didesakkannya batang kemaluan Pak Marsan ke dalam lubang kemaluanku.
Ouhhh.. lagi-lagi sensasi yang luar biasa menerpaku.

Di kedinginan malam dan terpaan deru hujan kami berdua justru berkeringat..
Gila..!! Pak Marsan menyetubuhiku di ruang makan.. tempat aku biasanya sarapan pagi bersama suamiku..!

Gaunku tidak dilepas semuanya.. hanya disingkap bagian bawahnya..
sedangkan celana dalam nylonku sudah terbang entah ke mana dilempar Pak Marsan.

“Ouhh Pak Marsann.. ahhhh..!!” Slebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb..
Aku hanya mampu merintih menahan nikmat yang amat sangat..
saat Pak Marsan mulai memompaku dari belakang..!

Dengan posisi setengah menungging dan bertumpu pada meja makan..
Jlebb.. jlebb.. jlebb.. tubuhku disodok-sodok Pak Marsan dengan gairah meluap-luap.

Tubuhku tersentak ke depan saat Pak Marsan dengan semangat..
menghujamkan batang kemaluannya ke dalam jepitan liang kemaluanku..!

Lalu dengan agak kasar ditekannya punggungku..
hingga dadaku agak sesak menekan permukaan meja..!

Tangan kiri Pak Marsan menekan punggungku..
sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah pantatku dengan gemasnya.

Tanpa kusadari tubuhku ikut bergoyang..
seolah-olah menyambut dorongan batang kemaluan Pak Marsan.

Pantatku bergoyang memutar-mutar respon secara naluri ..
mengimbangi tusukan-tusukan batang kemaluan Pak Marsan yang menghujam dalam-dalam.

Bunyi benturan pantatku dengan tulang kemaluan Pak Marsan..
yang terdengar di sela-sela deru gemuruh hujan menambah gairahku kian berkobar.

Apalagi bau keringat Pak Marsan semakin tajam tercium hidungku. Ohhh.. inikah surga dunia..
Tanpa sadar mulutku bergumam dan menceracau liar. “Ouhmmm terushh.. terushh.. yang kerashhh..!!”

Aku menceracau dan menggoyang pantatku kian liar saat aku merasakan detik-detik menuju puncak.

“Putar, Bu.. putarrrhh..!!” Kudengar pula Pak Marsan menggeram..
memberiku instruksi untuk memuaskan birahinya sambil meremas pantatku kian keras.

Batang kemaluannya semakin keras menyodok liang kemaluanku yang sudah kian licin.
Aku merasakan batang kemaluan Pak Marsan mulai berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.

Aku sendiri merasa semakin dekat mencapai orgasmeku yang kedua.
Tubuhku serasa melayang. Mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat.

Tubuh kami terus bergoyang dan beradu, sementara gaunku sudah basah oleh keringatku sendiri.
Pak Marsan semakin keras dan liar menghujamkan batang kemaluannya yang terjepit erat liang kemaluanku.

Lalu tiba-tiba tubuhnya mengejat-ngejat dan mulutnya menggeram keras.
“Arghhh.. terushhh, Buu.. goyangghhhh.. arghh..”

Batang kemaluannya yang terjepit erat dalam liang kemaluanku berdenyut kencang..
hingga akhirnya aku merasakan adanya semprotan hangat di dalam tubuhku..

Serr.. serr.. serr.. serrr..!! Beberapakali air mani Pak Marsan menyirami rahimku..
seolah menjadi pengobat dahaga liarku. Tubuhnya kian berkejat-kejat liar..

Sementara tangannya semakin keras mencengkeram pantatku..
Hingga aku merasa agak sakit dibuatnya. Tapi aku tak peduli.

Tubuhku pun seolah terkena aliran listrik yang dahsyat dan pantatku bergerak liar..
menyongsong hujaman batang kemaluan Pak Marsan yang masih menyemprotkan sisa-sisa air maninya.

“Ouch.. akhh.. terushh.. Pak Mar..sanhhh.. Lebih cepattt.. hhhh..!!”

Tanpa malu atau sungkan aku sudah meminta Pak Marsan untuk lebih kuat..
menggoyang pantatnya untuk menuntaskan dahagaku.

Akhirnya aku benar-benar terkapar. Tulang-belulangku serasa terlepas semua.
Benar-benar lemas aku dibuat oleh Pak Marsan.

Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami peroleh.
Batang kemaluan Pak Marsan kurasakan mulai mengkerut dalam jepitan liang kemaluanku.

Perlahan namun pasti akhirnya batang kemaluan itu terdorong keluar..
Kemudian terkulai menempel di depan bibir kemaluanku yang basah oleh cairan kami berdua.

Gila.. banyak sekali Pak Marsan mengeluarkan air maninya..!
Aku tau itu..
karena banyaknya tumpahan air mani yang menetes dari lubang kemaluanku ke lantai ruang makan.

“Ibu benar-benar hebat.. Saya jadi sayang Ibu..” bisik Pak Marsan di telingaku.

Aku hanya diam..
Antara menyesal telah melakukan kesalahan lagi terhadap suamiku dan terpuaskan hasrat liarku.
Ya, aku baru saja disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan suamiku..

Aku hanya bisa termenung memikirkan bahwa sejak hubunganku dengan Pak Sitor..
betapa mudahnya kini aku menyerahkan diriku dan melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain.

Aaah.. . tiba-tiba aku jadi sangat rindu dengan Pak Sitor..
Ia benar-benar tau cara memperlakukan dan membimbing seorang wanita.

Sebagai pelampiasannya, kuremas tangan Pak Marsan yang sedang memeluk tubuh bugilku.
Ia tentu tak tau kalau aku sebetulnya sedang memikirkan lelaki lain.

Pak Marsan dengan mesra lalu menciumi tengkuk dan telingaku.
Memang sejak Pak Sitor membuka mataku, aku jadi sangat menyukai seks.

Aku pun mulai sadar bahwa untuk memuaskannya..
sekarang aku jadi terbuka untuk melakukannya dengan laki-laki lain selain suamiku.

Sangat luar biasa.. bahwa aku telah diajari untuk bersikap open-minded..
oleh seorang lelaki tua dari pedalaman yang tak berpendidikan seperti Pak Sitor.

“Su.. sudah, Pak.. Nanti Mbok Sarmi bangun..” kulepas tangan Pak Marsan yang masih memelukku.
Aku berusaha melepaskan diri dari jepitan tubuh Pak Marsan yang kekar.

Lalu aku meninggalkan Pak Marsan yang masih bugil dan lemas begitu saja..
untuk bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku.

Sekali lagi aku mandi di malam yang dingin itu.
Di bawah pancuran air dingin, aku terdiam memikirkan lagi apa yang sudah terjadi barusan.

Ada beban biologis besar yang rasanya terlepas dari dalam diriku.
Pak Marsan sudah benar-benar mengeluarkannya dengan cara yang hebat.

Di lain pihak.. akal sehatku mulai kembali. Aku tau aku telah kembali mengkhianati suamiku.
Belum lagi memikirkan Pak Marsan sebagai bawahanku yang kini telah terlibat hubungan intim denganku.

Sejenak aku merasa bingung dengan sikapku sekeluarnya dari kamar mandi nanti.
Setelah termenung beberapa lama di bawah pancuran air..
Akhirnya aku memutuskan untuk bersikap setenang mungkin. Semuanya pasti bisa ditangani.

Aku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan babydollku yang sebetulnya agak kotor kena keringat.
Baru kusadari betapa kacaunya ruang makanku..! Meja makanku sudah bergeser tak karuan.

Sementara kulihat celana dalam nylonku terlempar ke sudut ruangan dekat kulkas.
Pak Marsan masih membetulkan celana dinasnya.

“Bu, saya.. boleh numpang mandi, Bu..”
“Silakan, Pak.. Handuknya ada di dalam..”

Aku mengambil kain pel dan membersihkan ceceran cairan..
sisa-sisa persenggamaanku dengan Pak Marsan yang berceceran di lantai.

Sementara itu Pak Marsan mandi di kamar mandi yang baru saja kupakai. CONTIECROTT..!!
-
-----------------------------------------------oOo------------------------------------------
Pokoknya serial Reny yg jadi sex addict gw demen bgt...
Mantaabb suhuuu....
Legend story nya kereenn.....
:mantap:
 
Bimabet
----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 67 – Diary Reni

Tongkat Pak Satpam – 'Gebukan' Kedua


Aku masih mengepel
cairan sisa-sisa perjuangan
kami tadi yang masih menempel di lantai.
Tanpa kusadari tiba-tiba Pak Marsan yang hanya mengenakan handuk memelukku lagi dari belakang.

Gila..! Orang ini benar-benar bernafsu kuda..!!
Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa masuk ke kamar mandi.

“Jangan di situ, Pak..” bisikku.
Aku tidak mau bersetubuh di lantai kamar mandi yang dingin..! Bisa-bisa masuk angin nanti..!

“Ke kamar tidur depan aja, Pak..” Aku tau saat itu tak mungkin aku menolak keinginan Pak Marsan..!
Apalagi aku juga menyukainya. Jadi aku menurut saja saat ia ingin menyetubuhiku lagi..

Akhirnya tubuhku dibopong ke kamar tidur depan yang memang khusus untuk tamu bila ada yang menginap.
Kamar tamuku fasilitasnya komplit sesuai standar rumah berkelas.
Kamar tamuku dilengkapi tempat tidur springbed, dan kamar mandi di dalam, serta AC!

Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya.. Pak
Marsan menurunkan tubuhku di lantai dan bibirnya mulai mencari-cari bibirku.

Aku diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot bibirku.
Kumisnya yang tebal terasa geli mengais-ngais hidungku.

Aku semakin geli saat lidahnya berusaha menyusup ke dalam mulutku dan mengais-ngasi di dalamnya.
Tanpa sadar lidahku ikut menyambut lidah Pak Marsan yang mendesak-desak dalam mulutku.

Akhirnya kami saling pagut dengan liar dan menggelora.
Aku sudah tak peduli kalau Pak Marsan itu adalah anak buahku.
Yang kutau adalah nafsuku mulai bangkit lagi.

Apalagi tangan Pak Marsan mulai menyingkap gaun baby dollku ke atas..
kemudian melepaskannya melalui kepalaku hingga aku telanjang bulat di depannya..!

Gila.. aku telah telanjang bulat di depan anak buahku sendiri..!!
Aku memang belum sempat memakai celana dalam dan BH setelah mandi tadi.

Srekk..!! Lalu dengan sekali tarik Pak Marsan melepas handuk..
yang melilit di pinggangnya hingga ia juga telanjang bulat di depanku..!

Ohhh..!! Benar dugaanku..! Ternyata batang kemaluannya berwarna hitam..
dengan rambut yang sangat lebat.
Dihiasi topi baja yang tampak mengkilat dan mengacung ke atas dengan gagahnya..!

Mungkin bila dijajarkan dengan pentungan yang biasa dibawanya ukurannya sedikit lebih besar..!!
Ughhhh..!! Pantas saja tadi kurasakan betapa sempitnya liang vaginaku menjepit benda itu..!!
Aku jadi tak merasa rugi menyerahkan tubuhku padanya..

Aku tidak sempat berlama-lama melihat pemandangan itu.. karena sekali lagi Pak Marsan menyergapku.
Mulutnya dengan ganas melumat bibirku sementara tangannya memeluk erat tubuh telanjangku.

Aku merasa kegelian saat tangannya meremas-remas pantatku yang telanjang.
Aku semakin menggelinjang saat bibirnya mulai turun ke leher dan terus ke dua buah dadaku yang padat..
kini menjadi sasaran mulutnya yang bergairah..!

Gila.. Liar dan panas..! Itulah yang dapat kugambarkan. Betapa tidak..!
Pak Marsan mencumbuku dengan semangat yang begitu bergelora..
seolah-oleh harimau lapar menemukan daging..!

Clrupp..!! Crucupp..!! Ughh..!! Agak sakit tapi nikmat.. saat kedua buah dadaku secara bergantian..
digigit dan disedot dengan liar oleh mulut Pak Marsan.

Tanganku pun dibimbing Pak Marsan untuk dipegangkan ke batang kemaluannya yang tegak menjulang.
“Ouch.. shhh.. enakhhh..!!”

Mulutku tak sadar berbicara saat lidah Pak Marsan yang panas dengan liar..
mempermainkan puting payudaraku yang sudah mengeras.

Sambil masih tetap memeluk tubuhku dan menciumi payudaraku.. Pak Marsan duduk di pinggir tempat tidur.
Dilepaskannya mulutnya dari payudaraku dan kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya.

Aku jadi terjongkok di depan tubuh telanjang Pak Marsan yang sudah duduk di pembaringan..
aku jadi berdiri di atas kedua lututku.
Payudaraku yang kencang menjepit batang kemaluan Pak Marsan yang hitam dan keras itu!

“Hhh.. sssshh..” Pak Marsan mendesis nikmat..
saat batang kemaluannya yang besar dan hitam itu terjepit payudaraku.

Dipeluknya tubuhku dengan semakin ketat dan ditekankannya..
hingga payudaraku semakin erat menjepit batang kemaluannya.

Aku merasa kegelian saat bulu-bulu kemaluan Pak Marsan yang sangat lebat..
menggesek-gesek pangkal payudaraku.

Apalagi batang kemaluannya yang keras terjepit di tengah belahan kedua buah payudaraku..
hal ini menimbulkan sensasi yang lain daripada yang lain.

Aku tidak sempat berlama-lama merasakan sensasi itu..
saat tangan Pak Marsan yang kokoh menekan kepalaku ke bawah.

Diarahkannya kepalaku ke arah kemaluannya..
sementara tangan satunya memegang batang kemaluannya yang berdiri gagah di depan wajahku.
Aku tau ia menginginkan aku untuk mengulum batang kemaluannya.

Tanpa perasaan malu lagi kubuka mulutku dan kujilati batang kemaluan Pak Marsan yang mengkilat.
Gila.. besar sekali..!! Mulutku hampir tidak muat dimasuki benda itu.

“Arghh.. ter..terushhh, Buu..!!” Mulut Pak Marsan mengoceh tak karuan..
saat kumasukkan batang kemaluannya yang sangat besar itu ke dalam mulutku.

Clrupp.. slrupp.. mfhhh.. emmffhhh.. slrupp.. slupp..!!
Kujilati lubang di ujung kemaluannya hingga ia mendesis-desis seperti orang kepedasan.

Sementara itu, kedua tangan Pak Marsan terus memegangi kepalaku..
seolah takut aku akan menarik kepalaku dari selangkangannya.

Setelah beberapa lama.. dengan halus kubelai tangan Pak Marsan..
kemudian kulepaskan cengkeramannya dari kepalaku.

Setelah itu.. sambil mulut dan tanganku terus bekerja memanjakan penisnya..
mataku senantiasa menatap mata Pak Marsan.

Sesekali aku pun melempar senyum manisku padanya jika mulutku sedang tak dipenuhi oleh alat vitalnya.
Dengan begitu.. aku seolah ingin mengatakan padanya.

Jangan khawatir. Aku tak akan menjauhkan kepalaku dari selangkanganmu.
Aku akan terus memanjakan penismu yang besar dan indah ini dengan mulut dan kedua tanganku..

Pak Marsan pun jadi lebih santai dan menikmati 'pekerjaanku' yang kulakukan dengan penuh ketulusan.

Tidak puas bermain-main dengan batang kemaluannya saja.. mulutku lalu bergeser ke bawah..
Menyusuri guratan urat yang memanjang dari ujung kepala kemaluan Pak Marsan hingga ke pangkalnya.

Pak Marsan semakin blingsatan menerima layananku..!
Tubuhnya semakin liar bergerak saat bibirku menyedot kedua biji telor Pak Marsan secara bergantian.

“Ib.. Ibu.. heb..bathh.. ohhh.. sssshh.. akhhh..!!” Lenguhnya didera nikmat pada batang penis hitamnya.

Mendengar lenguhannya aku semakin nakal.. kini bibirku tidak hanya menyedot kantung zakarnya..
melainkan lidahku sesekali mengais-ngais anus Pak Marsan yang ditumbuhi rambut.

Pak Marsan semakin membuka kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa memuaskannya.
Aku tau aku telah bertindak sangat gila.

Aku yakin telah mengalahkan pelacur yang mana pun saat memberikan layanan kepada pelanggannya.
Seorang pelacur bahkan dibayar untuk melakukan itu semua.
Sedangkan aku memberikannya secara gratis kepada Pak Marsan..!

Aku yakin Pak Marsan pun belum pernah mendapatkan layanan istimewa ini dari wanita mana pun..
termasuk dari istrinya..
Ohhh..!! Pastilah ini karena rasa horny yang telah menyelimuti sekujur tubuhku..!

Beberapa saat kemudian tubuhku ditarik Pak Marsan dan dilemparkannya ke tempat tidur.
Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku ditindih tubuh telanjang Pak Marsan.

Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya.
Otomatis batang kemaluannya kini terjepit antara perutnya sendiri dan pantatku.

Ditekannya pantatnya hingga batang kemaluannya semakin ketat menempel di belahan pantatku.
Tubuhku menggelinjang hebat saat lidahnya kembali menyusuri tulang belakangku dari leher..
terus turun ke punggung dan turun lagi ke arah pantatku.

Tanpa rasa jijik sedikit pun.. lidah Pak Marsan kini mempermainkan lubang anusku.
Ughhh..!! Seketika aku merasakan kegelian yang amat sangat..
tetapi aku tidak dapat bergerak karena pantatku ditekannya kuat-kuat.

Aku hanya pasrah dan menikmati gairahnya.. Aku tau Pak Marsan melakukan itu..
karena aku pun telah melakukan hal yang sama padanya barusan.

Aku sama sekali tak mengharapkan balas budi seperti itu..
tapi tentu saja aku sangat berterimakasih pada Pak Marsan karena aku pun kini dapat menikmatinya.

Seluruh tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan seincipun.
Dari lubang anus.. lidahnya menjalar ke bawah pahaku terus ke lutut..

Hingga akhirnya seluruh ujung jariku dikulumnya.. tanpa segan atau jijik..!!
Ohhhh..!! Benar-benar gila..!! Rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu.

Setelah puas melumat seluruh jari kakiku.. Pak Marsan membalikkan tubuh telanjangku..
hingga kini aku terlentang di tempat tidur.

Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dan ia sekali lagi menindihku.
Kali ini posisi kami saling berhadap-hadapan dengan tubuhku ditindih tubuh kekarnya.

Lidahnya kembali bergerak liar menjilati tubuhku.
Sasarannya kali ini adalah daerah sensitif di belakang leherku.

"Nghhh aahhh.. paakkkk..!!" Aku mendesah dan menggelinjang kegelian.
Bibir Pak Marsan dengan ganasnya menyedot-nyedot daerah itu.

“Jang..jang..an dimerahin ya, Pak..” erangku memohon padanya.
Tentu saja aku tidak mau disedot sampai merah.. soalnya besok pasti orang sekantor pada ribut.

“Tidak.. Bu.. saya cuma gemasss..!!” Desis Pak Marsan sambil tetap menjilati bagian belakang telingaku.
“Tapi kalo di sini boleh kan..?” Katanya nakal sambil tiba-tiba menyedot payudaraku.
“Aaaauuwwww..!!” Jeritku terkejut karena gerakannya yang tiba-tiba.

Rupanya Pak Marsan dengan sengaja..
meninggalkan cupangan merah yang banyak di seputar kedua payudaraku.
Tingkah lakunya seperti ingin menandai bahwa tubuhku sekarang telah jadi miliknya juga..

Aku kegelian dan semakin bertambah horny karena aksinya itu.
Aku hanya bisa berharap agar semua cupang itu telah hilang saat Bang Ikhsan pulang nanti.

Sementara itu tangannya terus bergerak liar meremas payudaraku bergantian.
Aku semakin mendesis liar saat mulut Pak Marsan dengan liar dan gemas menyedot payudaraku bergantian.

Kedua puting payudaraku dipermainkan oleh lidahnya yang panas..
sementara tangannya bergerak turun ke bawah..
lalu mulai bermain-main di selangkanganku yang sudah basah.

Liang vaginaku berdenyut-denyut karena terangsang hebat..
saat jari-jari tangan Pak Marsan menguak labia mayoraku dan menggesek-gesekkan jarinya..
di dinding lubang kemaluanku yang sudah semakin licin.

Sensasi hebat kembali menderaku..
saat dengan liar mulut Pak Marsan menggigit-gigit perut bagian bawahku.. yang masih rata.

Perutku memang rata karena aku rajin berlatih kebugaran..
selain itu aku belum mempunyai anak hingga tubuhku masih sempurna.

“Akhh.. Pak.. ouchh..!!” Aku mendesis saat bibir Pak Marsan menelusuri gundukan bukit kemaluanku.
Lidahnya menyapu-nyapu celah di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat lubang anusku.

Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa yang ada di sana.
Tubuhku tersentak saat lidah Pak Marsan yang panas menyusup ke dalam liang kemaluanku..
Kemudian menyapu-nyapu dinding kemaluanku.

Kakiku dibentangkannya lebar-lebar.. hingga wajah Pak Marsan bebas menempel gundukan kemaluanku.
OufffHH..!! Rasa geli yang tak terhingga menderaku.
Apalagi kumisnya yang tebal kadang ikut menggesek dinding lubang kemaluanku membuat aku semakin kelabakan.

Tubuhku serasa kejang karena kegelian saat wajah Pak Marsan dengan giat..
menggesek-gesek bukit kemaluanku yang terbuka lebar.

Perutku serasa kaku dan mataku terbeliak lebar.
Kugigit bibirku sendiri karena menahan nikmat yang amat sangat.

“Akhhh Pakk.. Marsannhh.. ak..ku..ohhhh..!!” Aku tak kuasa meneruskan kata kataku..
karena aku sudah keburu orgasme saat lidah Pak Marsan dengan liar menggesek-gesek kelentitku.

Seketika tubuhku seolah terhempas dalam nikmat.
Aku tak bisa bergerak karena kedua pahaku ditindih lengan Pak Marsan yang kokoh.

Tubuhku masih terasa lemas dan seolah tak bertulang saat kedua kakiku ditarik Pak Marsan..
hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua kakiku menjuntai ke lantai.

Pak Marsan lalu menguakkan kedua kakiku dan memposisikan dirinya di tengah-tengahnya.
Sejenak ia tersenyum menatapku yang masih terengah-engah tak berdaya di bawahnya.
Sebuah senyum 'kemenangan'.. karena ia telah berhasil mengalahkanku satu ronde..!

Aku pun tentu saja sangat senang diperlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki.
Maka aku pasrah saja membiarkannya berbuat apa pun yang disukainya..
untuk melampiaskan nafsunya pada diriku sekarang.

Tak lama kemudian.. slebb.. ia mencucukkan batang kemaluannya yang sudah sangat keras..
clebb.. ke bibir kemaluanku yang sudah sangat basah karena cairanku sendiri.

"Emffhhh..!!" Aku menahan napas saat Pak Marsan mendorong pantatnya..
hingga ujung kemaluannya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan liang kemaluanku.

Seinci demi seinci, batang kemaluan Pak Marsan mulai melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku.
Aku menggoyangkan pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya.

Rupanya Pak Marsan sangat berpengalaman dalam hal seks.
Hal ini terbukti bahwa ia tidak terburu-buru melesakkan seluruh batang kemaluannya..

Tetapi dilakukannya secara bertahap.. dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit..
lalu didorong maju lagi.. hingga tanpa terasa..
seluruh batang kemaluannya sudah terbenam seluruhnya ke dalam liang kemaluanku.

Kami terdiam beberapa saat untuk menikmati kebersamaan menyatunya tubuh kami.
Kami bisa melihat saat-saat yang indah itu secara utuh melalui cermin besar yang ada di kamar tidur tamu.
Tiba-tiba aku melihat bahwa kami adalah pasangan yang sangat serasi.

Terlihat tubuh Pak Marsan yang bugil memiliki otot-otot yang keras dengan kulit yang berwarna gelap.
Tubuhku yang bugil pun terlihat bagus dengan kulit yang putih dan otot-otot yang kencang..
karena sering berolah raga secara teratur.

Kami betul-betul terlihat sangat serasi.
Karena itu, kupikir Pak Marsan benar-benar berhak atas tubuhku dan demikian pula sebaliknya.

Mungkin hanya status sosial dan status pernikahan kami masing-masing..
yang tak memungkinkan kami untuk menjadi sepasang suami istri.
Tapi sepanjang kami dapat menikmati persetubuhan ini dengan leluasa, rasanya tak ada masalah.

Bibir Pak Marsan memagut bibirku dan aku pun membalas tak kalah liarnya.
Aku merasakan betapa batang kemaluan Pak Marsan..
yang terjepit dalam liang kemaluanku mengedut-ngedut.

Kami saling berpandangan dan tersenyum mesra.
"Ouwghhh..!!" Tubuhku tersentak..
saat tiba-tiba Pak Marsan menarik batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku.

“Akhhhh..!!” Aku menjerit tertahan. Rupanya Pak Marsan nakal juga..!!
“Enak, Bu..?” Bisiknya mesra di telingaku.

“Kamu nakal Pak Marsanhhh .." Jlebbb..!! "Oohhhhhh..!!” Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku..
Pak Marsan mendorong kembali pantatnya kuat-kuat..
hingga seolah-olah ujung kemaluannya menumbuk dinding rahimku di dalam sana.

Aku tidak diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku kembali dilumatnya..
Sementara kemaluanku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat dari batang kemaluannya yang besar..
sangat besar untuk ukuran orang Indonesia.

Setelah puas melumat bibirku, kini giliran payudaraku yang dijadikan sasaran lumatan bibir Pak Marsan.
Kedua puting payudaraku kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulut Pak Marsan.

Pantas tubuhnya kekar begini habis neteknya sangat bernafsu sampai-sampai mengalahkan anak kecil..!!
Tubuhku mulai mengejang.. Gawat, aku hampir orgasme lagi. Kulihat Pak Marsan masih belum apa-apa..!!

Ini tidak boleh dibiarkan.. pikirku.
Aku paling suka kalau posisi di atas.. sehingga saat orgasme bisa full sensation.

Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinga Pak Marsan. “Giliran aku di atas, sayang..”
Gila.. ! Aku sudah mulai sayang-sayangan dengan Satpam di kantorku..!

Pak Marsan meluluskan permintaanku dan menghentikan tusukan-tusukannya.
Lalu tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku..
ia menggulingkan tubuhnya ke samping.

Kini aku sudah berada di atas tubuhnya.
Aku lantas sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya.

Slebb.. slebb.. slebb..!! Kemudian perlahan-lahan aku mulai menggoyangkan pantatku.
Mula-mula gerakanku maju mundur lalu berputar seperti layaknya bermain hula hop.

Kulihat mata Pak Marsan mulai membeliak-beliak..
saat batang kemaluannya yang terjepit dalam liang kemaluanku kuputar dan kugoyang.
Pantat Pak Marsan pun ikut bergoyang mengikuti iramaku.

“Shhh.. oughh.. terushh.. Buuu.. arghhhh..!!” Pak Marsan mulai menggeram.
Tangannya yang kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut membantu menggoyangnya.

Gerakan kami semakin liar.
Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh hujan yang masih turun di luar sana.

Cengkeraman Pak Marsan semakin kuat menekan pantatku hingga aku terduduk di atas kemaluannya.
Kelentitku semakin kuat tergesek batang kemaluannya hingga aku tak dapat menahan diri lagi.

Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalaku tersentak ke belakang..
saat puncak orgasmeku untuk yang kesekiankalinya tercapai.

Tubuhku mengejat-ngejat di atas perut Pak Marsan.
Ada semacam arus listrik yang menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun.

“Akhh.. ohhh.. ter.***shhh, Pakkkkk.. ohhh..!!” Aku menjerit melepas orgasmeku..
meminta Pak Marsan untuk semakin kuat memutar pantatnya.

Akhirnya aku benar-benar ambruk di atas perut Pak Marsan. Tulang belulangku seperti dilolosi.
Tubuhku lemas tak bertenaga. Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat beban yang begitu berat.

Aku hanya pasrah saat Pak Marsan yang belum orgasme mengangkat tubuhku dan membalikkannya.
Ia mengganjal perutku dengan beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di atas bantal.

Kemudian Pak Marsan menempatkan diri di belakangku. Clebb..!!
Blesskk..!! Dicucukkannya batang kemaluannya di belahan kemaluanku dari belakang.
Rupanya ia paling menyukai doggy style.

Setelah tepat sasaran.. Pak Marsan mulai menekan pantatnya..
hingga batang kemaluannya amblas tertelan lubang kemaluanku.

Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi indahnya jepitan liang kemaluanku.
Dengan bertumpu pada kedua lututnya.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb..
Pak Marsan mulai menggenjot lubang kemaluanku dari arah belakang.

Kembali terdengar bunyi tepukan beradunya pantatku dengan tulang kemaluan Pak Marsan..
yang semakin lama semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur.

Seakan kurang puas dengan jepitan liang kemaluanku..
kedua pahaku yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua paha Pak Marsan.

Jlebb.. clebb.. crebb.. crebb.. jlebb.. jlebb..!! Kembali ia mengayunkan pantatnya maju mundur.
Aku merasakan betapa jepitan liang kemaluanku kian erat menjepit kemaluannya. Aku

bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakannya..
tetapi tekanan tangannya terlalu kuat untuk kulawan hingga aku pasrah saja.

Aku benar-benar di bawah penguasaannya secara total. driett.. dritt.. kriett..!!
Tempat tidur ikut bergoyang seiring dengan ayunan batang kemaluan Pak Marsan..
yang dengan mantap menghujam ke dalam liang kemaluanku.

Nafsuku mulai terbangkit lagi. Perlahan-lahan gairahku meningkat..
saat batang kemaluan Pak Marsan menggesek-gesek kelentitku.

“Ugh..ugh..uhhh..!!” Terdengar suara Pak Marsan mendengus..
saat memacu menggerakkan pantatnya menghujamkan kemaluannya.

“Terushhh.. terushh, Pak.. terushhh.. ahhh..!!” Kembali tubuhku bergetar melepas orgasmeku.
Kepalaku terdongak ke belakang..
Sementara Pak Marsan tetap menggerakkan kemaluannya dalam jepitian liang kemaluanku.

Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yang terdongak ke belakang didekapnya..
dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur.

Aku yang sedikit terbebas dari tekanannya..
ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak.

Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami.
Entah sudah berapakali aku mencapai orgasme selama bersetubuh dengan Pak Marsan ini.
Hebatnya ia baru sekali mengalami ejakulasi saat persetubuhan pertama tadi.

Tubuhku terasa loyo sekali. Aku sudah tidak mampu bergerak lagi.
Plopp..!! Pak Marsan melepaskan batang kemaluannya dari jepitan kemaluanku..

Kemudian ia mengangkat tubuhku hingga posisi terlentang. Aku sudah pasrah.
Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar lalu kembali Pak Marsan menindihku.

Lubang kemaluanku yang sudah sangat licin disekanya dengan handuk kecil yang ada di tempat tidur.
Clebb..!! Kemudian ia kembali menusukkan batang kemaluannya ke bibir kemaluanku.

Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocoknya batang kemaluannya..
hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam kehangatan liang kemaluanku.

Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali bergumul.
“Pak Marsan..hebatthhh..” bisikku.
“Biasa, Bu.. kalau ronde kedua saya suka susah keluarnya..” demikian kilahnya.

Namun kami tidak dapat berbicara lagi..
karena lagi-lagi bibir Pak Marsan sudah melumat bibirku dengan ganasnya.

Lidah kami saling dorong-mendorong..
sementara pantat Pak Marsan kembali menggenjotku sekuat-kuatnya..
hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yang kami gunakan.

Kulihat tonjolan urat di kening Pak Marsan semakin jelas..
menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat.

Napas Pak Marsan semakin mendengus seperti kerbau gila.
Aku yang sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakan Pak Marsan.

“Ugh.. ughh.. uhhhh..!!” Dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku.
Bibirnya semakin ketat melumat bibirku.

Lalu kedua tangan Pak Marsan menopang pantatku.. Jlebb-jlebb-jlebb-clebb-clebb-clebb..!!
Ia kemudian menggenjot lubang kemaluanku dengan tusukan-tusukan batang kemaluannya.

Aku tau sebentar lagi ia akan sampai. Segera aku menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku.
Benar saja.. tiba-tiba ia menggigit bibirku..

Jleghh..!! Ia menghujamkan batang kemaluannya dalam-dalam ke dalam liang kemaluanku.
Crrt.. crrtt.. cratt.. crattt.. crrat..!! Ada limakali mungkin ia menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku.

Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku.
Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi.
Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih.

Batang kemaluan Pak Marsan yang masih kencang tetap menancap ke dalam liang kemaluanku.
Keringat kami melebur menjadi satu.

Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan..
dengan batang kemaluan Pak Marsan tetap tertancap dalam liang kemaluanku.

Paginya.. kami sempat bersetubuh lagi sebelum Pak Marsan pulang kembali ke kantor.
Kami sepakat bahwa kami akan berlaku wajar.. seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara kami. CONTIECROTT..!!
------------------------------------------------oOo------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd