----------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita 62 – Skandal di Kantor [Part 2]
Tangan Parjo kembali menyusup ke dalam gaun kerjaku..
lalu mulai mengerjakan tugasnya meremas-remas kedua payudaraku.
Bibirnya memagut bibirku dengan lidahnya mendorong-dorong lidahku.
Sementara batang keras kontolnya terus menghujam lubang vaginaku tanpa ampun.
Berkali-kali rambut kemaluan Parjo yang kasar seperti habis dicukur menggaruk-garuk pantatku..
saat kontolnya melesak ke dalam lubang vaginaku hingga ke pangkalnya.
Aku pun berkali-kali mengerang tanpa rasa malu-malu lagi.
Aku memang selalu ribut kalau sedang bersenggama.
Tanpa harus diperintah.. aku mulai menggoyangkan pantatku..
mengikuti irama tusukan kontol Parjo.
Ohhh..!! Tubuhku mulai terhentak-hentak.. dan gerakan pantatku sudah tidak terkendali.
Pantatku semakin cepat bergoyang dan mundur.. menyambut dorongan kontol Parjo..
hingga menohok masuk sedalam-dalamnya ke dalam jepitan lubang vaginaku.
“Ter.. Rushh.. Joo.. Oohh..!!” Aku terus mendesis-desis tak terkendali.
Tubuhku seolah melayang dan ringan.
Parjo semakin cepat menarik dan mendorong kontolnya menghujam lubang vaginaku.
Aku tersentak. Perutku terasa kejang menahan desakan yang hampir meledak.
“Terushh Linn.. Terushh.. Hgkkhh.. hgkkhh..!!”
Kudengar Parjo menggeram sambil menusuk-nusuk lubang vaginaku kian kencang.
Lalu mulutnya kembali melumat bibirku.. dan tanpa dapat kutahan lagi..
tubuhku berkelojotan melepaskan ledakan birahi yang sudah tidak terbendung lagi.
Aku menggigit bibir Parjo yang melumat bibirku.
Dan.. pada saat yang hampir bersamaan .. Rrrrbbb.. drrrttt.. drrttt..!!
Tubuh Parjo pun menggeliat dan tersentak-sentak seperti penari breakdance.
Tubuh bagian bawah kami yang saling menempel menggeliat secara bersamaan.
Pantatku yang menempel ketat dan rapat..
Seperti terpaku pada tulang kemaluan Parjo memutar tak terkendali.
“Argghhhh.. Shhhhh..!!”
"Erggghhh.. Hhhhhh..!!"
Seperti suar koor.. kami berdua menggeram secara bersamaan.
Nyutt.. nyutt.. nyutt.. nyutt..!!! Otot-otot vaginaku berdenyut-denyut.. meremas..
Menyedot dan mencengkeram batang kontol Parjo yang tertanam sepenuhnya di dalamnya.
Cratt.. Cratt.. Cratt.. Crat.. Crat..!! Akhirnya kontol Parjo mengedut-ngedut dan hampir limakali..
Menyemburkan beberapakali semprotan cairan hangat yang menyiram ke dalam mulut rahimku.
Terasa begitu kencang semburan air mani Parjo.. menyemprot dalam lubang vaginaku.
Kami terus bergerak hingga tuntas sudah air mani Parjo terperas denyutan dinding lubang vaginaku.
Akhirnya kami sama-sama terdiam lemas tak berdaya. Napas kami saling memburu.
Denyut jantungku seperti berdentum setelah bekerja keras memburu kenikmatan.
Aku yang kelelahan tak mampu bergerak lagi dan ambruk di atas toilet.
Kubiarkan saja batang kontol Parjo yang masih menancap erat dalam lubang vaginaku.
Tubuh Parjo pun ambruk menindihku.
Pantatku tetap menempel ketat pada tulang kemaluannya.
Uhhh..!! Dapat kurasakan betapa banyak cairan hangat..
air mani yang disemprotkan Parjo ke dalam lubang vaginaku..
hingga sebagian terasa meleleh ke pahaku.
Perlahan-lahan kontol Parjo mulai melembek hingga akhirnya terlepas..
dari jepitan lubang vaginaku dengan sendirinya.
Beberapa saat kemudian Parjo bangkit dan masuk ke WC.
Lalu kudengar bunyi gemericik air..
Mungkin ia sedang membersihkan kontolnya yang lengket oleh cairan kami berdua.
Ia juga mengambil tissue dari WC.. dan kemudian membersihkan lelehan air maninya..
yang membasahi pahaku dengan telaten.
Beberapakali ia mondar-mandir ke WC mengambil tissue..
dan membersihkan semua cairan dari selangkanganku.
Ufffhh..!! Geli sekali rasanya saat tangannya yang kasar dengan nakal..
meremas-remas vaginaku saat membersihkan dengan tissue.
“Terimakasih Lin.. Sorry.. aku sudah tidak tahan ingin menikmati keindahan tubuhmu..”
Ia tidak lagi memanggilku dengan sebutam ‘ibu’.. tapi langsung namaku begitu saja.
Aku hanya terdiam.
Aku sebenarnya menyesal juga telah melakukan pengkhianatan pada suamiku.
Tapi semua sudah telanjur.
Aku hanya mengangguk saja saat ia meminta maaf untuk yang keduakalinya.
Aku merapikan pakaianku.. dan kembali ke ruanganku dengan langkah gontai..
akibat kelelahan setelah bersetubuh sambil berdiri tadi.
Parjo pun segera membersihkan lantai dari lelehan air maninya yang tercecer di rest room itu.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 19.30 malam saat aku masuk ruanganku.
Jadi hampir satu jam aku bersetubuh dengan Parjo di rest room tadi.
Aku masih sangat lelah hingga tak mampu lagi berkonsentrasi dengan pekerjaanku.
Tak pelak.. aku hanya terpaku di depan mejaku menatap layar monitor yang tetap menyala.
Aku tersentak dari lamunanku saat HP-ku berdering. Kulihat di layar ternyata suamiku menelpon.
“Hallo mah.. Ke mana saja kamu..? Dari tadi kutelepon kok tidak diangkat..?”
Terdengar suara suamiku di seberang sana.
“Oh.. Eh.. Anu.. Tadi aku ke toilet.. Habis perutku rasanya mulas setelah makan siang..”
Jawabku mencari alasan yang tepat.
“Tapi.. Kamu enggak apa-apa kan..?” Terdengar suara Mas Edi agak khawatir
“Iya.. enggak apa-apa kok pah..” jawabku.
“Ya sudah kalau enggak apa-apa.. Mau pulang bareng enggak..?” Kata suamiku lagi.
“Enggak ah.. aku masih mau lembur.. soalnya laporan musti selesai malam ini juga..”
Aku yang memang berniat mau meneruskan pekerjaanku...
meminta suamiku tidak usah menjemputku.
Setelah menutup telpon.. aku kembali menatap monitor yang menyala di depanku.
Pikiranku belum bisa diajak berkonsentrasi.
Aku sangat merasa bersalah telah mengkhianati suamiku yang begitu mencintaiku.
Di sisi lain aku merasa ada rasa aneh saat mengingat kejadian tadi.
Pikiranku masih melayang ke tempat lain saat ada tangan kuat memelukku dari belakang.
Aku kembali tersadar dari lamunanku. “Eh.. Su.. Sudah Jo.. Jangan lagi..”
Aku berusaha berontak.. setelah aku tau..
bahwa pemilik tangan kekar itu ternyata Parjo yang memelukku dari belakang.
“Enggak apa-apa Lin.. Aku sayang sama kamu..” bisik Parjo sambil memelukku.
Aku tak mampu melawan Parjo yang sudah mulai bernafsu lagi.
Apalagi tubuhku masih terasa lemas sekali sejak digoyang Parjo di rest room tadi.
Napas Parjo yang memburu terasa panas mengembus di leherku..
saat lidahnya mulai menjalar menjilati kudukku.
Aku masih berusaha menghindar saat bibirnya berusaha mencium pipiku.
Tetapi tangan Parjo yang kokoh segera memaksa wajahku menghadapnya..
Tak lama kemudian bibirnya yang tebal segera melumat bibirku.
Aku hanya mampu menutup bibirku erat-erat sebagai upaya penolakanku.
Namun lidah Parjo tak putus asa berusaha menggesek bibirku..
dan menyusupkannya ke dalam mulutku.
Dengan giigih Parjo terus menggempur.. hingga akhirnya pertahananku bobol juga.
Lidah Parjo berhasil menyusup ke dalam mulutku dan mulai mendorong-dorong lidahku.
Tangannya yang kokoh mulai meremas-remas payudaraku dari luar gaun.
Mendapat rangsangan seperti itu.. perlahan-lahan gairahku mulai bangkit lagi.
Lidahku akhirnya membalas dorongan lidahnya hingga kami saling berpagutan.
Sambil tetap menciumi lidahku.. Parjo mengangkat tubuhku dan memondongku..
Llau dia bawa ke ruang meeting VIP.. yang khusus dipakai menjamu tamu VIP.
Ruangan itu cukup luas dan dilengkapi dengan sofa yang empuk.
Tubuhku segera dihempaskan ke sofa itu dan kembali Parjo mencumbuku dengan ganasnya.
Dengan sikap posesif.. Parjo terus mencumbuku di ruang meeting VIP itu.
Seluruh tubuhku mulai bergelora dan tergelitik.
Tangan Parjo yang terampil mulai melepaskan kancing gaunku satu per satu.
Sekarang aku hanya mengenakan rok ketat dan BH.
Kembali Parjo menggumuliku di sofa empuk itu.
Lidahnya yang tadinya menggelitik lidahku mulai bergeser turun ke leherku..
sementara itu tangannya segera melepaskan pengait BH-ku dan melepaskan BH tersebut..
Hingga tubuh bagian atasku kini sudah tanpa penutup lagi.
Sementara lidah Parjo terus bergeser turun dari leher ke bahuku yang terbuka lebar.
Tangan Parjo secara otomatis bergerak ke dadaku yang sudah terbuka dan bermain-main di sana.
Kedua payudaraku terasa agak sakit karena Parjo meremasnya dengan kasar dan gemas.
“Ohh..!!” Tanpa sadar aku menggumam...
saat kedua puting payudaraku yang didekatkan satu sama lain..
lalu dilumat mulut Parjo dengan rakus secara bersamaan.
Lidahnya yang kasar dan panas mempermainkan kedua puting payudaraku.
Oghhhh..!! Tubuhku terasa bergetar menahan gairah.
Aku tak henti-hentinya mendesis menahan geli dan nikmat..
saat mulut Parjo melumat payudaraku dengan gemasnya.
Tangan Parjo lalu melepaskan satu-satunya penutup tubuhku.
Rokku dilepasnya hingga kini aku betul-betul telanjang bulat.
Ughhh.. baru kali ini aku telanjang bulat di kantorku sendiri.
Aku berbaring telentang di sofa..
sambil tanganku berusaha menutupi selangkanganku karena jengah.
Mata Parjo tak pernah lepas dari tubuhku ketika ia membuka pakaiannya satu demi satu.
Aku menahan napas melihat Parjo yang sudah telanjang bulat di depanku.
Perutnya datar dan keras. Tungkai dan lengannya yang kokoh sangat lebat ditumbuhi rambut.
Tubuhnya tegap berotot, urat-urat darah yang kuat terlihat jelas di lengannya.
Parjo lalu duduk di dekat tubuh telanjangku.
“Tubuhmu seksi sekali Lin..” bisik Parjo di telingaku.
Tangannya segera bergerak mengelus dadaku.
Ibu jarinya melakukan gerakan melingkar di atas payudaraku..
hingga membuatku menggelinjang kegelian.
Tangannya lalu meraba perutku dan terus bergeser turun..
kemudian menyingkirkan tanganku yang menutupi selangkangan.
Ditangkupkannya telapak tangannya di bukit vaginaku.. dan
ditekankannya tangannya di sana sambil meremas pelan.
“Ohhhh..!!” Aku hanya mendesis menahan gairah.
Parjo lalu menundukkan wajahnya dan merangkak di atasku dengan posisi terbalik.
Mulutnya segera menyerbu payudaraku. Lidahnya menyapu-nyapu..
seluruh permukaan kulit payudaraku dan menyedot putingku dengan gemasnya.
Tanpa sadar tanganku bergerak meremas-remas rambut kepalanya.
Parjo pun semakin bersemangat begitu mendapat respons dariku.
Lidahnya terus merayap turun hingga ke perutku.
Kini wajahku menghadap dadanya yang bidang.
Mulutku yang menempel ketat di dadanya.. secara otomatis mulai merespons.
Keringat Parjo yang berbau menyengat menjadi obsesiku.
Aku tak menyia-nyiakan untuk merasakan keringatnya.
Lidahku tanpa malu-malu lagi mulai menjilati puting dada Parjo yang hitam kecoklatan.
Lidah Parjo terus turun ke selangkanganku.
Otomatis wajahku kini menghadap ke arah selangkangannya..
yang tengah merangkak di atasku dengan posisi terbalik.
Batang kontolnya yang berukuran super menggantung..
bergoyang-goyang di depan mulutku seperti terong.
Karena ujungnya menyentuh-nyentuh mulutku..
aku terusik untuk membuka mulutku dan mulai menjilati ujung topi bajanya.
“Ouchh.. Jo..!!” Tubuhku tersentak saat lidah Parjo mulai menjilati vaginaku..
dan lidahnya menyeruak ke dalam lubang vaginaku menjilati dinding-dindingnya.
Pantatku terangkat secara otomatis.. seolah menyambut cumbuan lidahnya di vaginaku.
“Arghh..!!” Parjo pun melenguh..
saat mulutku menyedot-nyedot ujung kepala kontolnya yang sudah sangat keras.
Setelah puas saling menjilat dan mencumbu.. Parjo membalikkan tubuhnya menghadap ke arahku.
Tangan Parjo segera menguakkan kedua pahaku lebar-lebar.
Ia lantas menempatkan tubuhnya di antara kedua pahaku dan mulai menyatukan tubuhnya ke tubuhku.
Kulit Parjo yang sudah licin oleh keringatnya yang berbau menyengat tampak mengkilap.
Titik-titik keringat bermunculan di kening dan lehernya. Slebbb.. crebb.. crebbb.. clebbb.. clebb..!!
Parjo menghujamkan tubuhnya dalam-dalam berulangkali ke dalam liang nikmatku..
hingga kedua tulang pubis/kemaluan kami saling melekat satu sama lain.
Mulut Parjo segera melumat bibirku yang setengah terbuka..
karena merasa sesak napas saat selangkanganku terganjal kontol Parjo..
yang melesak ke dalam lubang vaginaku hingga ke pangkalnya.
Oughhh..!! Dalam sekali rasanya
.. hingga mulut rahimku terasa agak ngilu tersodok ujung kontolnya.
Aku yang sudah sangat terangsang.. berusaha ikut bergerak..
mengimbangi tusukan-tusukan kontol Parjo di selangkanganku..
dengan menggerakkan pantatku yang tercengkeram oleh kedua tangannya.
Parjo terus mengayunkan pantatnya naik-turun di atas perutku..
dengan seluruh berat tubuhnya tertumpu di atas perutku.
Dadanya yang bidang ketat menghimpit kedua payudaraku.
Napasku terasa sesak sulit bernapas karena tertindih berat tubuhnya.
Apalagi mulut Parjo yang masuk melumat bibirku berusaha menyedot-nyedot lidahku.
Aku bisa bernapas lega..
saat Parjo melepaskan kontolnya dari jepitan lubang vaginaku dan bangun.
Ia lalu duduk di tepi sofa dan mengangkat tubuhku agar duduk di pangkuannya.
Tubuhku kembali direngkuhnya.. dan bibirku kembali dipagutnya dengan rakus.
Aku yang duduk di atas pangkuan Parjo dengan mengangkangkan kaki..
di antara kedua pahanya tidak dapat bergerak..
Karena kedua tangannya melingkar erat di punggungku dan menariknya ketat..
hingga payudaraku kembali tergencet dadanya yang bidang itu.
Kontol Parjo yang berukuran super itu tergencet di antara perutku dan perutnya sendiri.
Lalu kedua tangan Parjo bergeser ke pantatku dan mengangkatnya..
hingga aku setengah berdiri menghadap ke arahnya.
Kemudian satu tangannya..
mengarahkan ujung kepala kontolnya kemudian diarahkan ke selangkanganku.
Rrrrbbb..!! Tubuhku diturunkannya dengan pelan.. hingga.. slebbb..
sedikit demi sedikit ujung kontolnya mulai terbenam kembali ke dalam lubang vaginaku.
Huffffhh..!! Sontak aku menahan napas..
saat batang kontol Parjo mulai terjepit dinding lubang vaginaku dan melesak ke dalamnya.
Seluruh bulu tubuhku merinding..
karena batang kontolnya yang begitu besar serasa menggesek seluruh celah dinding vaginaku.
“Ahhhh..!!” Hampir secara bersamaan kami menghela napas lega..
saat seluruh batang kontol Parjo akhirnya masuk membenam dan tertelan lubang vaginaku.
Pantatku terasa geli tertusuk-tusuk rambut kemaluan Parjo yang agak tajam karena dicukur cepak.
Aku merasa geli karena kantung telur Parjo yang lunak dan hangat menempel ketat di bawah pantatku.
Dengan dibantu kedua tangannya yang kokoh yang menyangga kedua buah pantatku..
tubuhku bergerak naik turun di atas pangkuan Parjo.
Kontolnya yang terjepit ketat dalam lubang vaginaku..
menggesek seluruh relung dinding vaginaku.
Aku harus menggigit bibirku kuat-kuat agar dapat menahan kenikmatan..
yang mulai menggerogoti sumsum tulang belakangku.
Parjo menundukkan wajahnya dan segera menyurukkannya ke dadaku..
yang berayun-ayun seiring dengan gerakan tubuhku yang seperti menari-nari di atas pangkuannya.
Kedua payudaraku dilumatnya dengan bibirnya yang tebal bergantian.
Lidah Parjo yang kasar dan panas mengilik-ngilik puting payudaraku yang dijepitnya dengan bibirnya.
Ughhhh..!! Aku merasa seperti melayang menerima rangsangan ganda seperti ini.
“Ohh.. Joo..hhhhh..!!” Tanganku segera merengkuh kepala Parjo dan menekankannya ke dadaku.
Perutku mulai merasa kejang-kejang. Gerakanku mulai tak terkendali di atas pangkuan Parjo.
Dinding vaginaku terasa mulai berdenyut-denyut meremas kontol Parjo yang terjepit di dalamnya.
Gerakanku semakin liar dan kepalaku seperti tersentak ke atas.
“Terrushh Joo.. Oohh.. hhhh..!!” Aku menjerit panjang saat ada sesuatu yang pecah di dalam perutku.
Aku sudah tidak mampu menahan jebolnya gairahku.
Pantatku berputar liar di atas pangkuan Parjo..
seperti ingin menggesek dan menggerus kontolnya yang terbenam di dalamnya.
Tangan Parjo membantuku memutar pantatku. Aku melayang dan terhempas ke tempat kosong.
Napasku tinggal satu-satu. Lelah sekali rasanya tubuhku.
Aku terkulai lesu di atas pangkuan Parjo. Kedua tanganku memeluk erat lehernya..
untuk menuntaskan sisa-sisa kepuasan yang benar-benar melelahkan.
Dinding-dinding vaginaku mengedut-ngedut selama beberapa saat..
lalu aku terdiam dan ambruk di atas pangkuan Parjo.
Parjo memberiku kesempatan untuk mengatur napasku..
dengan membiarkan aku terkulai di pangkuannya.
Batang kontolnya yang masih sangat keras bagai ting pancang..
tetap kokoh memaku lubang vaginaku.
“Masih capai Lin..?” Bisik Parjo di telingaku.
“He..Eh..” aku tak berani melihat wajahnya karena malu..
Soalnya tadi aku menolak.. tetapi akhirnya aku berhasil ditundukkannya.
Ahhh..! Aku malu sekali padanya.
Perlahan-lahan Parjo mengangkat tubuhku dari pangkuannya. Serr..!!
Nikmat sekali rasanya.. saat batang kontolnya yang tadi menyumbat lubang kemaluanku..
tertarik keluar menggesek dinding vaginaku.
Aku sempat melirik batang kontol Parjo yang begitu basah dan licin mengkilat..
karena hasil orgasmeku tadi.
Parjo mengarahkan.. aku lalu disuruhnya merangkak dengan menghadap ke sofa.
Selanjutnya Parjo berlutut di belakang tubuhku yang membelakanginya.
Tubuhku menggelinjang saat lidah Parjo mulai menjalari tulang belakangku.
Lidahnya menjelajah seluruh permukaan kulit punggungku.
Bulu romaku dibuat merinding oleh ulahnya.
“Ughhhhh..!!” Aaku melenguh pelan.. saat mulut Parjo membuat gigitan ringan di atas pinggulku.
Otot-otot perutku serasa ditarik karena rangsangan itu.
Mulut Parjo tidak berhenti di situ.
Mulutnya terus bergeser turun hingga kini kedua buah pantatku digigit-gigitnya dengan gemas.
Seluruh tubuhku bergetar menerima perlakuannya.
Apalagi saat lidah Parjo mulai menyapu-nyapu daerah sekitar lubang anusku.
“Ja.. Jangan Jo..!!” Namun terlambat. Aku tidak mampu mencegah..
saat lidah Parjo mulai menusuk-nusuk dan mengilik-ngilik lubang anusku.
Duhhhh..!! Geli sekali rasanya.
Pantatku tidak dapat bergerak karena dicengkeram kedua tangannya yang kokoh.
Aku hanya bisa pasrah dan menikmati jilatan lidahnya di lubang anusku.
Setelah puas menikmati lubang anusku dengan lidahnya..
Parjo mulai mengarahkan kontolnya ke lubang vaginaku.
Slebbb..!! Kembali Ia menusuk vaginaku dengan kontolnya.. kini di antara kedua buah pantatku.
Aku harus menahan napas lagi saat kepala kontolnya mulai menerobos lubang vaginaku.
Agak perih dan ngilu rasanya.
Lubang vaginaku mulai mengeluarkan cairan pelicin lagi.. saat Parjo mengocoknya.. dengan
ujung kepala kontolnya yang digesek-gesekkan di antara bibir vaginaku.
Hal ini membuat tusukannya bertambah lancar. Jlebb..!! “Ughh.. Hkkhh..Errgghh..!!”
Parjo menggumam saat seluruh kontolnya berhasil melesak masuk ke dalam lubang vaginaku.
Aku pun dapat bernapas lega setelah seluruh batang kontolnya melesak masuk.
Ia terdiam beberapa saat menikmati denyutan dinding vaginaku yang melumat kontolnya.
Nafsuku kembali bangkit saat Parjo berkali-kali memaju-mundurkan pantatnya..
menarik dan mendorong kontolnya di dalam lubang vaginaku.
Aku kembali tergerak menikmati tusukan-tusukannya dengan ikut menggerakkan pantatku.
Pantatku maju mundur berlawanan arah.. mengikuti irama tusukannya.
Jika ia menarik mundur aku maju.. dan jika ia maju..
aku mendorong pantatku ke belakang menyongsong tusukannya.
Plokk.. Plokk.. Plokk..!! Begitulah bunyi setiapkali pantatku beradu dengan tulang kemaluannya..
selalu terdengar bebunyian seperti tepukan.
Kedua payudaraku berguncang-guncang setiapkali liang vaginaku disodok batang kontol Parjo.
Darahku mulai kembali menggelegak terbakar nafsu dan gairah birahiku.
Tangan Parjo yang tadinya mencengkeram kedua buah pantatku..
sekarang berpindah dan meremas kedua payudaraku yang berguncang-guncang.
Jari-jarinya memilin kedua puting payudaraku. “Ohh.. Joo.. Ter.. Russhh.. Terushh.. Ougghh..!!”
Tanpa malu-malu lagi aku mendesis.. meminta Parjo terus memompakan kontolnya di vaginaku.
Pantatku yang tadinya maju-mundur kini bergerak memutar seolah hendak memeras.
Dinding vaginaku kembali berdenyut-denyut.
Uhhhh..!! Aku memejamkan mataku berusaha menahan ledakan yang sudah hampir sampai.
Aku berusaha menahan lebih lama lagi.
Kelentitku yang sudah mengembang.. tergesek-gesek oleh tusukan kontol Parjo yang perkasa.
“Ohh.. Joo.. Arghh..!!” Aku mengerang panjang. Aku sudah tidak mampu bertahan lagi.
Siksaan gejolak napsu itu terlalu kuat untuk kutahan.
Aku harus menyerah lagi untuk yang kesekiankalinya.. padahal aku yakin Parjo belum apa-apa.
Tubuhku terasa ringan sekali. Otot perutku mengejang dan tubuhku meliuk melepaskan orgasmeku.
Aku terus bergerak menuntaskan orgasmeku lalu ambruk di sofa.
Kubiarkan saja kontol Parjo menancap di lubang vaginaku. Aku sudah terlalu lelah untuk bergerak.
Aku hanya pasrah saat Parjo menarik tubuhku dan membaringkannya di karpet ruang meeting room itu.
Tubuhku lantas ditelentangkannya dan kedua kakiku dipentangkannya lebar-lebar.
Aku berusaha menutupi lubang vaginaku yang menganga dengan tanganku.
Aku risih juga karena bagian tubuhku yang paling pribadi dipelototi mata Parjo.
Tak lama kemudian Parjo kembali merangkak di atas perutku dan menindihku. Slepp.. sleppp..
Kontolnya yang licin karena lendir orgasmeku kembali ditusukkannya ke lubang vaginaku.
Kepala kontolnya agak mudah tergelincir masuk ke dalam jepitan lubang vaginaku..
karena memang sudah sangat licin.
Slebbb..!! Ia terus mendorong pantatnya..
hingga seluruh kontolnya amblas ke dalam liang vaginaku.
Dengan bertumpu pada kedua lutut dan sikunya..
Parjo mulai mengayunkan pantatnya naik turun di atas tubuhku.
Clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. cropp.. clopp.. clobb.. clebb.. clebb..!!
Batang kontolnya dengan sendirinya bergerak keluar masuk menusuk-nusuk lubang vaginaku.
Aku masih belum mampu bergerak.
Kubiarkan saja Parjo sibuk sendiri di atas tubuh telanjangku.
Bibir Parjo yang terus menerus menciumi bibir lalu leher..
kemudian turun lagi ke payudaraku.. membuat nafsuku kembali bangkit.
Lidahnya yang terus bermain-main di kedua puting payudaraku..
Sedangkan di bawah..
Tusukan-tusukan kontolnya di vaginaku kembali memaksaku menggerakkan tubuhku.
“Hmmghh.. Ughh.. Ughh..!!” Mulut Parjo terus saja mendengus seperti kerbau gila.
Ayunan pantatnya semakin kencang menghantam vaginaku. Ia terus bergerak memacuku.
Berkali-kali mulut rahimku tersodok-sodok ujung kontolnya.
Aughhhh..!! Betapa ngilu terasa.. bercampur nikmat berbaur menjadi satu.
Keringatnya telah semakin membuat tubuhnya licin.
Aroma keringatnya yang maskulin benar-benar membuatku mabuk karenanya.
Aku semakin tidak mampu bergerak.. karena berat badan Parjo seolah bertumpu pada perutku.
Kedua tangannya berpindah mengganjal kedua buah pantatku dan mencengkeramnya kuat-kuat.
Bibirnya kini melumat bibirku dan lidahnya menggesek-gesek langit-langit mulutku.
Pantatnya kian cepat memompa menghantam vaginaku.
Aku merasa darahku mulai menggelegak.
Perutku kembali mengejang pertanda akan mencapai klimaksku lagi.
Aku berusaha memutar pantatku yang dicengkeram kedua tangan Parjo dengan sisa tenagaku.
Gerakan pantatku memutar.. menyongsong tusukan batang kontolnya yang menderu-deru.
Vaginaku mulai mengedut-ngedut.. dan mataku seolah mulai terbalik menahan nikmat.
Aku terus bergerak menyongsong nikmat. Gerakanku dan gerakan Parjo semakin liar tak terkendali.
Kami sama-sama mendengus dan mengerang.
Tangan Parjo yang meremas kedua buah pantatku terasa lebih kuat.
Spakk plakk plakk plakk..!! Pantatnya terus menghujam selangkanganku.
Aughhh..!! Tubuhku menggeliat dan tersentak.. berkejat-kejat..
Pantatku terangkat saat aku merasa ada suatu ledakan di dalam perutku.
"Arrgghh.. Ter.***shh.. Oohhhh Terushh.. Oughh..!!”
Mulut Parjo terus memintaku mempercepat putaran pantatku. Aku terus berusaha bergerak.
“Ohhhh..hhhhh..!!” Aku merintih panjang bersamaan dengan geraman Parjo.
Mulut Parjo melumat bibirku kencang sekali..
Ketika ujung kontolnya menyemburkan mani ke dalam mulut rahimku.
Crrt.. Crtt.. Crrt.. Crrtt.. Crutt..!! "Ogkkhhh..!!"
Hangat sekali rasanya saat mulut rahimku tersembur air maninya.
Tubuh Parjo ambruk di atas perutku.
Kami sama-sama terkulai lemah setelah bertempur habis-habisan.
-----oOo-----
Aku tidak jadi lembur hari itu.
Aku berulangkali disetubuhi Parjo dengan berbagai posisi di ruang meeting VIP itu hingga loyo.
Ruang meeting VIP yang biasa digunakan menemui tamu-tamu VIP..
sekarang kami gunakan untuk saling memiting dan menuntaskan gejolak nafsu liar kami.
Aku keluar kantor dan pulang ke rumah hampir jam 23.30 malam itu.
Perselingkuhanku dengan Parjo kembali terulang..
karena ia mengancamku.. akan menceritakan affairku dengannya kepada teman-temannya..
bila aku tidak mau melayani keinginannya.
Hampir dua minggu sekali Parjo minta jatah dariku..
Baik itu di kantor saat sepi.. di rest room atau di penginapan yang terdekat.
Sejak saat itu aku menjadi kekasih gelap Parjo.. office boy di kantorku.
Ia dan aku telah berjanji untuk merahasiakan hubungan kami..
Dan akan bersikap wajar di depan orang lain.
Ia juga berjanji tidak akan menggangguku bila aku sedang di rumah..
Atau saat aku sedang bersama suamiku.
(. ) ( .)
------------------------------------------oOo----------------------------------------
End of Cerita 62..
Sampai Jumpa di Lain Cerita.. C U..