Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

--------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 60 – Forbidden Affair..!! [Part 4]

Semakin sering
dia merasa kecewa..
Karena ketidakmampuan suaminya memberikan kepuasan padanya..
maka semakin membuatnya rindu padaku.

Dan terkadang terpikir olehnya untuk rela menghadapi segala macam risiko..
untuk sekedar bisa meraih kenikmatan dariku.

Ya.. di balik jilbab lebarnya.. di balik prilaku sholehnya dan di balik tutur sapanya yang lembut..
anggun dan sopan.. ternyata tersimpan gairah liar yang meronta-ronta..

Yang tak dapat dipenuhi dari suaminya.. dan ini merupakan siksaan yang berat baginya.
Ini membuatnya murung dalam kesehariannya.

Kecewaan yang berulang-ulang yang dialaminya..
membuat gairahnya secara perlahan-lahan berkurang.. danhilang jika bersetubuh dengan suaminya.

Akhirnya.. Fatma harus bersandiwara seolah-olah dia merasa puas dan nikmat..
ketika bersetubuh dengan suaminya karena dia tidak ingin melihat suaminya kecewa.

Tetapi di dalam kesendiriannya, ketika suaminya tidak ada di rumah atau sudah tidur..
gairahnya perlahan-lahan merayap naik dan menggodanya untuk membayangkan bersetubuh denganku..
sambil jemarinya mengusap vagina dan meremas-remas buah dadanya sendiri.

Hal itu semakin membuatnya rindu untuk meraih kenikmatan denganku.
Semakin lama.. kerinduan itu semakin tak tertahankan..
hingga semakin tak mampu mengendalikan gairahnya untuk bercinta denganku.

Pada suatu sore.. ketika aku baru pulang ke rumah kontrakanku dan selesai mandi..
aku mendengar pintu depanku ada yang mengetuk..

Seketika aku terbelalak kaget.. dan betapa gembiranya ketika kubuka pintu..
ternyata Fatma yang anggun dan cantik telah berdiri di hadapanku.

Aku hanya melongo.. sehingga lupa apa yang kulakukan.
Segera aku sadar.. ”Ohh.. Fatma.. silakan masuk..!” kataku terbata-bata.

Fatma segera masuk ke dalam rumah, aku menutup pintu.
“Silakan duduk Fatma..!” Kataku sambil mempersilakannya duduk.

Fatma duduk di kursi panjang yang berada di sudut ruangan dengan gelisah..
Aku pun duduk di kursi panjang tersebut dengan jarak yang agak jauh.

“Aku.. kangen banget ke bapak..” katanya tiba-tiba.. membuatku kaget sekaligus bahagia.
Lalu dia menghampiri tubuhku dan tanpa kuduga.. Fatma langsung mencium bibirku..
dengan gairah yang menyala-nyala.

Napasnya begitu terengah-engah didorong oleh nafsu birahi yang menyala-nyala tidak dapat dia kendalikan.
Tentu saja aku segera menyambut ciuman membara itu dengan tak kalah bernafsunya.

Selama beberapa menit napas kami saling memacu..
didorong oleh gairah yang demikian cepat menguasai kami berdua.

Sambil menciumi bibirnya.. tanganku mulai meremas-remas buahdadanya yang montok..
meski baru dari luar baju longgar yang dikenakannya.
Namun nampaknya Fatma ingin mengeluarkan semua gairahnya yang selama ini terpendam.

Bibirnya menciumi dan menjilati pipi dan leherku.. sementara tangannya dengan lincah..
membuka gesperku dan ritsleting celana panjang yang kukenakan..
lalu tanganya langsung mencari-cari batang penisku yang tegang.

Begitu tangannya meraih batang penisku yang semakin tegang.. tangannya langsung meremas..
dan mengocok batang penisku dengan gemas dan penus nafsu..

Sementara bibirnya masih terus menjilati dan mengisap leherku.
“Uhhh..!!” Kenikmatan ini betul-betul luar biasa dan tak terduga.. membuatku melayang nikmat.

Tiba-tiba tubuhnya melorot ke bawah kursi.. hingga kepalanya tepat berhadapan dengan batang penisku..
yang kini telah mengacung tegak dan keras.. Kemudian.. Ctlropp..!!

Dengan gairah yang menyala-nyala..
mulutnya mencaplok batang penisku dan mengoral penisku dengan lincahnya.

“Ouh.. ouhhh.. ouhh..!!” Tak pelak aku mengerang nikmat dengan napas terengah-engah..
Sedangkan Fatma pun tanpa mengenal lelah terus mengoralku.

Nampaknya dia begitu sangat menikmati..
karena bisa membuatku mengeliat-geliat menahan nikmat di atas kursi.

Semakin dia melihat diriku menggeliat-geliat menahan nikmat atas apa yang dilakukannya..
rangsangan yang dirasakan Fatma pun semakin tinggi dan gairahnya pun semakin bergelora.

Akhirnya Fatma pun tak tahan lagi menahan gairahnya.. karena merasa vaginanya semakin basah..
berdenyut dan gatal, ingin segera diobok-obok oleh batang penisku yang tegang dan bengkak.

Dia lantas berdiri dan mau membuka celana dalamnya.
Namun kutahan sambil berbisik.. “Kita ke kamar..!”
Dia menatapku dengan gairah yang menyala-nyala.. lalu kutuntun dia ke arah kamarku.

Ketika di dalam kamar, aku mencoba membuka baju longgar yang ia kenakan..
namun dengan tergesa-gesa dia membuka baju longgar yang ia kenakan..
seolah-olah tidak memerlukan bantuanku.

Aku pun membuka membuka seluruh pakaianku.. sehingga kami sama-sama telanjang bulat.
Aku langsung memeluknya dengan penuh nafsu..
menciumi bibirnya dengan gemas, merayap ke lehernya yang jenjang.

Fatma pun membalas cumbuanku dengan tak kalah bergairahnya..
sehingga kami kami bercumbu sambil berdiri dengan napas terengah-engah..
akibat dipacu oleh nafsu yang semakin menggebu.


Beberapa saat kemudian, tubuh Fatma kudorong agar naik ke tempat tidur..
dia naik ke tempat tidur dan aku menyusulnya dengan merangkak.

Kuarahkan kepalaku ke arah selangkangannya untuk menikmati vaginanya dengan lidahku.
Fatma menggeser punggungnya agar kepalanya mendekati batang penisku yang tergantung tegang..
hingga akhirnya kami membentuk posisi 69.

Fatma langsung mengemut batang penisku dengan penuh gairah dari bawah..
sementara aku tidak menyia-nyiakan waktu..
langsung menjilati belahan vaginanya yang begitu merangsang.

“Auw.. ugh.. agh..!!” Erang Fatma ketika lidahku menjilati lipatan vaginanya..
dia membalas mengisap dan mengocok batang penisku dengan gairah yang tak kalah panasnya.

Rasa nikmat yang menjalar dari batang penisku membuat gerakan lidahku terhenti..
menahan rasa nikmat yang kurasakan, kemudian kujilati dan kuputar-putar klitorisnya dengan lidahku.

“Auh.. auw.. auw..!!” Fatma tersentak dan menjerit nikmat..
sehingga kulumannya terhadap penisku terlepas.

Selama beberapa menit kami saling mencumbu kemaluan lawan kami masing-masing..
memberi dan menerima nikmat yang luar biasa datang silih berganti.

Fatma menghentakkan tubuhnya hingga kami berguling.. dan dia mengambil posisi di atas..
lalu mempermainkan penisku dari atas.. sementara aku mempermainkan vaginanya dari bawah.

Berkali-kali kami berguling berubah posisi, hingga pada suatu posisi di mana Fatma di atas..
dia sudah melonjak-lonjak dan menekan-nekan selangkangannya dengan keras ke arah wajahku..
pada saat aku mempermainkan klitorisnya dengan lidahku.

Sementara itu kakinya sudah mulai kejang-kejang..
dengan napas yang semakin terengah-engah dan terputus-putus.

Hingga akhirnya.. “Akkkkkkhhhsss..!!” Mulutnya menjerit melepas nikmat.
Nyutt.. nyutt.. lidahku merasakan dinding vaginanya berkonstraksi sangat keras dan cepat..
serta terasa semakin banjir membasahi bibir dan hidungku.

Kemudian dia berguling lemas dan telentang..
dengan napas yang tersengal-sengal seperti kehabisan napas.
Aku segera bangkit dan merangkak..

Memposisikan kakiku berada di sela-sela kedua tungkainya yang terkangkang lemas..
sementara sikuku kuletakkan di bawah pantatnya..
sedang kedua tanganku melingkari pangkal pahanya yang masih lemah.

Jari-jari kedua tangankuku menyentuh vaginanya dari dua sisi..
dan posisi wajahku tepat berada di depan vaginanya yang semakin tampak indah dan merangsang.
Nafsuku masih mendorong untuk terus mencumbu vaginanya.

Jari-jariku berusaha membuka lipatan bibir vaginanya..
sehingga lorong nikmat vaginanya terlihat merah muda dan basah berlendir..

Slrupp.. slrupp. kujilati lagi sepanjang lorong nikmat tersebut.
Fatma hanya mengeluh lemah “Uhh.. euuhh..”

Aku menjilati lorong itu dari liang vaginanya hingga menuju klitoris..
dan terus kulakukan dengan nafsu yang tak pernah berhenti.

Mendapat rangsangan yang terus menerus dariku.. gairahnya bangkit kembali dan mulai berreaksi.
“Auw.. auh.. auhh..” mulutnya mulai melenguh nikmat.. pantatnya mulai bergoyang merespon jilatanku..

Dan pada saat ujung lidahku menusuk-nusuk dan mengorek-ngorek liang vaginanya..
yang semakin basah dengan aroma yang menggairahkan dengan rasa yang asin dan gurih.

Fatma kembali mengaduh nikmat tak terkendali.. “Auw.. auw.. auw..!!”
Pantatnya kembali melonjak-lonjak dan akhirnya dia menjambak rambutku..

Cepat ia menariknya sambil berkata..
“Masukin.. Pak.. ouhh.. masukin.. saya.. tak tahan.. ouh.. saya tak tahan.. ouh..!”

Gerakannya semakin menggila. Kulit kepalaku perih karena rambutku ditarik olehnya..
aku pun menghentikan kegiatanku menjilati vaginanya yang semakin basah menggairahkan.

Kuposisikan kedua lututku di bawah kedua pahanya yang terangkat.
Kepala penisku kuarahkan tepat di mulut liang vaginanya..

Slepp.. slepp.. beberapakali kugesek-gesekkan kepala penisku sepanjang lipatannya.
Kurasakan pantat Fatma bergoyang dan menggeliat.. seolah menyongsong kepala penisku..
untuk segera memasukinya, namun aku terus mempermainkan penisku seperti itu.

Fatma semakin menggelinjang dan rupanya nafsunya sudah tak tertahankan..
sehingga dengan merengek dia berkata sambil terengah-engah..
“Ayo.. Pak.. masukin.. masukin.. ouh.. masukin..!!”

Sebenarnya, nafsuku pun sudah diubun-ubun.. kuletakkan kepala penisku tepat di mulut liang vaginanya..
Kemudian.. slebb.. secara perlahan kudorong pantatku..

Blessshhh..! Rasa nikmat seketika menjalar di sekujur pembuluh darahku.
“Auw.. ouhhhh..” Fatma pun mengaduh nikmat.

Perlahan namun pasti aku mulai menggoyang pantatku..
agar batang penisku mengobok-obok dan mengaduk-aduk liang nikmat Fatma.

Fatma pun membalas dengan goyangan pinggulnya yang begitu sensasional..
sambil mengaduh-ngaduh nikmat.. “Ogh.. ahh.. auw.. augh..!“

Gerakan pantatku yang teratur dengan ritme yang tetap..
membuat Fatma semakin melayang dilambungkan oleh rasa nikmat yang terus menderanya.

Sepertinya Fatma ingin segera meraih puncak. Dia menghentakkan tubuhnya..
hingga kami bergulingan dan dia berada di atas tubuhku..

Kedua tangannya dia selipkan ke bawah ketiakku..
sehingga jari-jari tangannya dapat mencengkram pundakku dari bawah..
sedangkan dada montoknya menghimpit erat dadaku.

Lalu dia mulai menggerak-gerakan pantatnya, ke atas-ke bawah..
hingga batang penisku menggaruk-garuk dinding vaginanya yang semakin gatal dan berdenyut..
serta meremas-remas batang penisku di dalam liang nikmatnya sana.

Sambil terengah-engah memompa pantatnya..
bibir Fatma menciumi bibirku dengan penuh nafsu..

Lidahnya terjulur memasuki rongga mulutku sambil mengerang nikmat..
“Oouh.. mmmmhhh ouhhh..“

Dia ubah gerakan pantatnya dengan memutar-mutar.. sehingga.. Ughhh..!!
Batang penisku seperti dipelintir oleh gilingan yang sangat nikmat.

Seketika aku pun melenguh dan mendengus-dengus. “Ouh.. ouh..!!”
Keluhan dan erangan nikmat, keluar dari mulut kami sahut menyahut..

Seolah membentuk suatu orkestra yang menggairahkan..
diiringi oleh derit tempat tidur yang terguncang-guncang hebat.

Semakin lama goyangan pantat Fatma semakin cepat dan patah-patah serta kaku..
kedua kakinya mulai kejang-kejang dan akhirnya.. ”Aaaakkkkkkhhhss..!!”

Tubuhnya benar-benar terdiam kaku.. melenting..
Ahhh.. terasa olehku batang penisku seperti diremas-remas dengan sangat kuat dan cepat..
oleh benda basah yang sangat nikmat..

Kemudian tubuhnya melemas. “Ouhhhhhhh..” Kepalanya terkulai di samping kepalaku.
Namun batang penisku masih tertancap kokoh di dalam liang vaginanya.

Ya.. Fatma baru saja memperoleh orgasme yang nikmat luar biasa..
suatu puncak orgasme yang selalu dia dambakan selama ini dan tak pernah dia peroleh dari suaminya.

Akhirnya saat ini dia dapatkan, sungguh Fatma merasakan puas yang tak terhingga..
dia pun terhempas dengan penuh kepuasan yang tak bisa dilukiskan.

Dengan napas yang terengah-engah dan mata terpejam.. Fatma terkulai lemah di atas tubuhku..
sambil merasakan desiran-desiran nikmat yang masih menghampirinya.

Dengan gairah yang menggebu-gebu.. bibirku menjilati dan menciumi leher jenjangnya..
yang kini basah oleh keringat yang berada tepat di depan mulutku.

Tanganku meremas-remas pantat montoknya sembari pantatku kudorongkan ke atas-ke bawah..
agar batang penisku kembali mengocok-ngocok dinding vaginanya..
yang sangat basah namun tetap sempit dan berdenyut.

Kenikmatan kembali menjalar di sekujur tubuhku.
Aku terus menggerakkan pantatku.. walau pun tidak mendapat respon dari Fatma..
karena dia benar-benar merasa lelah karena telah memperoleh orgasme yang luar biasa melelahkan.

Namun walau pun Fatma tidak membalas gerakanku..
tetap saja aku mendapatkan kenikmatan dari liang vaginanya yang sempit dan meremas-remas.

Lambat laun gairah nafsunya kembali datang.. Fatma mulai membalas gerakanku..
dengan menggoyang-goyang pantatnya.. mengakibatkan kenikmatan yang kuterima semakin bertambah..

Rasa nikmat pun kembali menghampiri dirinya..
sehingga kembali dia memperdengarkan lenguhan nikmatnya yang khas dan merangsang.
“Auw.. auw.. auw.. ouhhhhh..!!” Seirama dengan gerakan pantatnya yang bergoyang erotis.

Namun goyangan erotis itu hanya dalam beberapa menit kemudian..
telah berubah menjadi gerakan pinggul yang kejang-kejang tak terkendali.

Rupanya badai orgasme kembali datang menghantamnya.. napasnya mulai terasa sesak dan akhirnya..
“Aaaaakkkhhss..!!” Tubuhnya kembali melenting kaku..

Kontraksi dari dinding vaginanya kembali kurasakan menjepit-jepit..
dan meremas-meremas batang penisku..
membuat mataku terbeliak-beliak menahan nikmat yang luar biasa.

Beberapa detik kemudian tubuhnya terhempas lemas dan terkulai di atas tubuhku.
Fatma kembali memperoleh puncak kenikmatan orgasme yang sensasional untuk ketigakalinya.

Sementara Fatma terkulai lemah sambil merasakan sisa-sisa puncak kenikmatannya..
pantatku masih terus mengaduk-ngaduk vaginanya dari bawah.

Hanya satu menit berselang, gairah Fatma telah pulih kembali dan dia pun membalas goyanganku.
Goyangannya begitu cepat dan menghentak-hentak..
hingga hanya dalam beberapa menit berselang kembali Fatma mencapai orgasme.

Wanita memang ditakdirkan mampu mengalami orgasme berulang-ulang..
dan biasanya rentang waktu antara orgasme pertama dengan kedua..
Ketiga dan selanjutnya dapat berlangsung hanya dalam waktu beberapa menit.
Tidak seperti waktu perolehan orgasme pertama yang bisa memakan waktu antara 10 hingga 15 menit.

Demikian juga dengan Fatma, Dia mampu mendapatkan orgasme berulang-ulang dengan posisi seperti itu..
dan hal itu berlangsung entah beberapakali, aku pun tak terlalu memperhatikan.

Yang jelas nampaknya Fatma seperti ingin menumpahkan segala kerinduannya akan kepuasan orgasme..
yang tidak pernah dia peroleh dari suaminya.

Pada saat tu, Fatma bermain dengan gairah yang terus berkobar-kobar tanpa mengenal lelah.
Apabila dia merasa tubuhnya sangat lelah, tubuhku digulingkannya hingga aku berada di atasnya.

Giliranku memompanya lebih aktif..
Dan dia membalasnya dari bawah sampai dia memperoleh orgasme..

Sambil melentingkan tubuhnya dengan kaku dan berteriak melepas nikmat..
lalu terkulai lemah selama beberapa saat.

namun hanya sesaat dia terkulai.. karena tak lama kemudian dia pun aktif kembali..
bergoyang tanpa mengenal lelah untuk menjemput puncak orgasme selanjutnya.

Aku menggulingkan tubuhku hingga dia kembali berada di atas..
hingga kembali dia yang mengatur ritme goyangan. Demikian seterusnya.
Tubuh kami saling bergulingan untuk meraih kenikmatan yang lebih dan lebih bagaikan tak bertepi.

Tubuh kami sudah sedemikian basah oleh keringat yang mengucur deras dari setiap lubang pori-pori.
Bantal dan seprei demikian porak poranda menahan pergulatan aku dan Fatma..
yang terus melenguh dan mengerang nikmat.

Pada saat aku berada di atas tubuhnya yang entah ke berapakali..
aku merasakan gelombang orgasme akan menghantamku..

Hal ini ditandai dengan gerakan pantatku yang sudah tak terkendali dan kejang.
Dan Fatma pun merasakan itu..
Dia pun berusaha meraih kembali orgasmenya yang terakhir agar bersamaan denganku.

“Aaakkkkkksssss..” secara berbarengan kami meraih orgasme.. Cret.. cret.. Cret..!!
Sperma kental terpancar dari penisku membasahi seluruh rongga liang vagina Fatma.

Tubuh kami sama-sama terhempas sangat lemah dan lunglai.. k
eringat membasahi seluruh permukaan tubuh kami dengan persendian yang serasa seperti dilolosi.

Aku berusaha menggulingkan tubuhku agar tidak menindihnya dan tidur berdampingan.
Kami pun terbaring kelelahan selama beberapa menit.
-----oOo-----

Setengah jam kemudian.. dengan badan yang sangat lemas.. Fatma bangkit dari tidurnya..
ia berjalan sempoyongan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku..
kemudian mandi dengan menggunakan shower.

Gemericik air di kamar mandi membangunkanku dan aku pun menyusulnya ke kamar mandi.
Kulihat Fatma sedang membasahi tubuhnya dengan shower.

Uuhhhhh.. sungguh mulus dan menggairahkan tubuh ini.. beruntung sekali aku bisa menikmatinya.
Aku menghampirinya.

Dia tersentak kaget.. ”Ehhh.. bapak..!!” Katanya..
“Bareng.. ah..!” Kataku.

Aku pun masuk tanpa menunggu jawaban darinya, kemudian tubuhku pun diguyur shower..
terasa sangat menyegarkan begitu tubuh yang lunglai ini diguyur air dingin dari shower..
sehingga perlahan-lahan tenagaku pulih kembali dan terasa segar.

Fatma mengambil sponge sabun kemudian menyabuni tubuhnya yang mulus..
dengan gerakan gemulai yang menggairahkan.
Tubuh kami yang berhimpitan di bawah shower membuat gairahku bangkit dengan cepat..

”Aku sabuni ya..?” Kataku sambil meraih sponge dari tangannya.. dia tidak protes.
Lalu kusabuni tubuh mulusnya.

Darahku kembali berdesir ketika menyabuni tubuhnya dan perlahan-lahan penisku berdiri tegak.
Perubahan pada batang penisku rupanya diperhatikan oleh Fatma.

“Ihhhh.. ini barang memang hebat..!! Ngga ada capenya..!”
Katanya sambil tersenyum manja dan penuh gairah.
Kemudian tangannya meraih batang penisku dan mengocoknya.

Sementara Fatma mengocok batang penisku.. tanganku pun sudah tidak lagi menyabuni tubuh mulusnya.
namun lebih banyak meremas buah dadanya yang montok.

Acara mandi bersama telah berubah manjadi percumbuan di kamar mandi..
Semakin lama percumbuan itu semakin panas membara dan napas kami sudah memburu..
dipacu oleh nafsu yang menggebu-gebu.

Batang penisku semakin keras dan tegang. Kudorong tubuhnya agar menyandar ke dinding kamar mandi.
Kutekuk kakiku dan dia membuka kakinya, kuarahkan batang penisku yang sudah mengacung kaku.

Fatma meraih batang penisku dan mengarahkan agar kepala penisku tepat berada di liang vaginanya..
dan setelah kurasa pas.. slebbb.. aku mulai mendorong pantatku.

Blesepph..!! Batang penisku mulai meyeruak memasuki liang vaginanya yang serasa seret..
karena terkena air dingin.. namun memberikan sensasi nikmat yang beda.

Aku pun mulai mengayunkan pantatku untuk mengocok-ngocok batang penisku di dalam liang vaginanya.
“Auw.. auw.. Auw..” erangan nikmat yang khas mulai diperdengarkan oleh Fatma.

Bercinta di bawah pancuran shower, menimbulkan sensasi nikmat tersendiri..
dan kami betul-betul menikmati persetubuhan itu..

Hingga akhirnya tubuh Fatma melenting kaku dengan kaki terjinjit dan menjerit nikmat.
“Aaaakkkkkhhhh..!!” Rupanya Fatma sudah meraih puncak orgasme di kamar mandi ini.

Kupeluk tubuhnya agar tidak jatuh..
dengan mempertahankan agar batang penisku tidak lepas dari liang vaginanya.

Kuciumi bibir dan lehernya dengan penuh nafsu.
Tapi.. Fatma mendorong tubuhku agar aku duduk di closet duduk.

Aku pun duduk dengan batang penis yang masih mengacung tegak.
Lalu Fatma mengangkangiku..
sehingga kedua pahanya berada dipinggir kiri dan kanan pinggulku.

Secara perlahan dia menurunkan pantatnya dan Blesssshhhh..!!
Batang penisku kembali menyeruak liang vaginanya..
menyusuri dinding liang yang tak henti-hentinya memberikan rasa nikmat yang luar biasa.

Fatma menekan pantatnya hingga seluruh batang penisku amblas tertelas oleh liang vaginanya.
Dia menekan terus hingga batang penisku masuk sedalam-dalamnya.
Dan mendiamkannya sesaat.

Kemudian secara perlahan, Fatma mengerakkan pantatnya ke atas-ke bawah..
hingga batang penisku mengocok-ngocok dinding liang vaginanya..

Kedua tanganku membantu gerakan tubuhnya dengan mengangkat pinggangnya ke atas ke bawah.
Erangan nikmat kembali diperdengarkan Fatma.
“Auw.. auw .. auw..” dengan nafas yang terengah-engah oleh nafsu yang menguasai dirinya.

Semakin lama gerakan pantat Fatma berubah menjadi lonjakan-lonjakan yang cepat tak terkendali..
Hingga akhirnya kedua tangannya mencengkram bahuku dan menjerit sambil melentingkan tubuhnya.

“Aakkkkkkh..!!” Rupanya Fatma telah memperoleh orgasmenya kembali.
Fatma menghempaskan tubuhnya dengan memeluk erat tubuhku.
Tubuh itu benar-benar mulus luar biasa, basah dan mengkilat serta licin oleh sabun.

Tak lama kemudian tubuh itu kembali bergerak-gerak.. agar batang penisku..
yang masih tertancap kokoh di liang vaginanya kembali mengaduk-aduk liang vaginanya.

Beberapa saat berselang.. hanya beberapa menit saja..
kembali tubuhnya kejang-kejang dan menjerit nikmat meraih orgasme tuk kesekiankalinya..
“Akkkkkssssss..!!” Pekiknya nikmat..

Beberapa menit kemudian, Fatma kembali bergoyang mengocok-ngocok vaginanya..
dan aku merasa badai gelombang orgasme akan menghantamku..

Maka aku lalu berdiri tegak sambil mengangkat tubuhnya.. berjalan menghampiri dinding kamar mandi..
kusandarkan tubuhnya ke dinding dan kulepaskan kakinya agar berdiri berjinjit.

Kemudian dengan gerakan pantat yang cepat, keras dan kaku..
aku mulai mengocok batang penisku di dalam liang vagina Fatma..

Kenikmatan yang kudapat dalam posisi seperti ini sungguh luar biasa..
Apalagi posisi berdiri seperti merupakan posisi favoritku..
karena aku bisa mendapatkan sensasi kenikmatan orgasme yang luar biasa nikmat.

Fatma sepertinya paham.. bahwa aku akan mencapai orgasme..
Maka dia pun membalas gerakanku dengan tak kalah serunya..
hingga akhirnya secara bersamaan kami pun menjerit meraih orgasme.

“Aaaakkkkkhsss..!!” Cret.. cret.. cret..!!
Spermaku pun terpancar dengan deras ke seluruh rongga liang vaginanya.

Beberapa saat tubuh kami diam terpaku sambil saling berpelukan..
sementara shower terus mengguyur tubuh kami berdua.

Guyuran air shower dengan cepat memulihkan kesegaran kami..
Kami pun melanjutkan mandi sampai selesai disertai dengan cumbuan-cumbuan mesra.

Kami kemudian berpakaian.. dan betapa kagetnya Fatma..
karena ternyata waktu telah menunjukkan jam tujuh malam.

Tapi di benaknya langsung tercipta alasan..
yang bisa diterima oleh suaminya tentang keterlambatannya pulang ke rumah.

Tak lama kemudian Fatma pun pamitan dan menolak diantar olehku..
‘untuk menghindari curiga orang lain’ katanya.
-----oOo-----

Peristiwa yang ketiga persetubuhanku dengan Fatma, benar-benar telah mengikat akal sehat Fatma.
Dia tak mampu lagi lepas dari pesona seksual yang didapatnya dariku dan dia benar-benar nekad..

Sehingga kerap selalu mencuri-curi waktu dan kesempatan..
untuk bisa melepaskan semua hasrat kepuasan birahi denganku..

Baik itu di tempat kostku... atau pun hotel di luar kota.
dengan membuat alasan ‘ada tugas dari kantor’ pada suaminya.

Pernah dia mencoba untuk tidak bercinta denganku selama hampir dua bulan..
tapi akhirnya pertahanannya bobol juga..

Karena.. kubutuhannya akan kepuasan seksual tidak juga dapat diperoleh dari suaminya..
hingga akhirnya kembali dia membuat janji denganku..
untuk mengayuh nikmat meraih orgasme di hotel di luar kota.

Dan jika sudah demikian.. Fatma pasti 'bermain' bagaikan kuda binal..
yang melonjak-lonjak sangat liar tanpa mengenal lelah selama beberapa jam.

Dia akan bergoyang dengan sangat lincah dan erotis..
untuk menjemput orgasmenya secara berulang-ulang.. hingga akhirnya terhenti..
setelah tubuh kami tak bertenaga lagi karena suluruh persendian seolah-olah dilolosi.

Kami tidak tau.. kapan hubungan terlarang alias perselingkuhan ini akan berakhir. (. )( .)
-----------------------------------------------oOo--------------------------------------------

End of Cerita 60..


Sampai Jumpa di Lain Cerita..!!

Adios.. :fmalu:
 
Bimabet
---------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 61 – Gara Gara Gabung Apartemen

Aku senang sekali
mengamati sekretaris bos.. Marisa namanya.
Wajahnya tidak terlalu cantik.. tetapi dia memiliki bentuk body yang .. wuihhh.. super duper.
Aku taksir umurnya sekitar 25 tahun.. setahun lebih muda dariku.

Dia pandai memilih baju yang menampilkan kelebihan tubuhnya,..
sehingga kelihatan susunya penuh yang bagai magnet selalu memukau mata lelaki.

Dari belakang dia menyuguhkan pemandangan yang tak kalah menggiurkan..
Ya.. malah sangat menggiurkan dengan bulatan bokong yang gempal.
Nah bajunya itu selalu mampu menonjolkan apa yang memang sangat menonjol.

Aku tidak terlalu akrab dengan Marisa.. maklum bagianku tidak langsung berhubungan dengan dia.
Padahal kami sudah saling kenal lebih dari 2 tahun.

Kantorku didisain terbuka.. sehingga sekitar 30 orang yang bekerja di dalam ruangkan itu bisa saling melihat.
Repotnya kalau terima telepon, semua bakal bisa dengar apa yang dibicarakan.

Di layar komputerku suatu hari muncul kedip-kedip, penanda ada yang mau chating.
Ini adalah chating antar pegawai. Sebenarnya signal itu biasa..
karena memang kami komunikasi sesama pegawai menggunakan sarana chating intern.

Yang luar biasa ketika kuperhatikan, yang ingin bicara dengan ku adalah Marisa.
Jarang-jarang nih anak menghubungiku.

Pertanyaannya malah bikin gua tambah heran karena tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
“Jack..” panggilnya.

Namaku sebenarnya bukan Jack.. tapi teman-teman kantorku memanggilku begitu..
kata mereka karena kulitku putih dan agak jangkung.
“Siap bos, ada perintah..!?” Sambutku menggoda.

“Eh.. elu ngekos di mana..?” tanya si Marissa.
Mau apa anak ini nanya-nanya gua tinggal di mana..?
Mudah-mudahan dia pengin nginep di tempat gua..
batinku berharap.

Aku menjelaskan bahwa aku tinggal tidak terlalu jauh dari kantor..
sekitar 30 menit naik kendaraan umum.
Eh dia nanya lagi.. “Enak gak tempatnya..? Berapa sebulan ?'

“Ya lumayanlah.. sebulan sekitar dua setengah juta..“ –pada masa itu loh awal tahun 2000-an.. hehe.. –
kataku rada me mark up. Padahal cuma sejuta setengah. Haha..

Eh dia percaya aja.. karena dalam pembicaraan selanjutnya dia tidak protes..
atau menyebut bayaran kost ku terlalu mahal.

Dia belum mau membuka, untuk apa nanya-nanya.
Aku jadi makin penasaran karena dia ngajak ngopi sore sepulang kantor.

Ah.. ada apa kayanya serius.. karena selama aku kenal dia belum pernah mengajakku ngrumpi.
Sambil berharap dapat durian runtuh aku menjadi tidak sabar ingin segera selesai jam kantorku.

Menjelang pulang kantor dia mengingatkan lagi agar aku datang ketemuan di suatu tempat..
di Mall yang lumayan jauh dari kantor.
Aku tidak bersamaan dengan dia dari kantor.. karena dia memang menginginkan begitu.

Sekitar sejam kemudian aku sudah sampai di mall itu.
Baru saja aku ingin menanyakan di mana ketemuannya.. pesannya sudah masuk..
bahwa dia menunggu di satu warung kopi di lantai 3.

Aku tidak hafal dengan letak tempat yang dia maksud.. sehingga perlu bertanya pada Satpam.
Ada tangan melambai ketika aku sampai di tempat yang dia sebutkan.

Rupanya Marisa sudah duduk di pojok.. dan kelihatannya ada cewek satu lagi bersama dia.
Usianya sebaya Marissa.. lumayan cantik.. rambut keriting dan kulitnya agak gelap sedikit.

Aku diperkenalkan dia menyebut namanya Vernita.. aku memperkenalkan namaku Jack.
Abis kalau aku sebut namaku sebenarnya.. nanti si Marisa memanggilku Jack, kan jadi gak enak.

Sampai setengah jam kami ngobrol yang gak jelas banget topiknya. Dasar cewek batinku.
Tangannya gak pernah berhenti ngetik di HP.

Tentu saja aku gak enak.. nanya-nanya ada apa sebenarnya.. kok pake ngopi bareng..
di tempat yang jauh dari kantor pula.
Jadi ya.. aku ikuti saja arah pembicaraan mereka yang setiap saat ganti topik.

Repotnya.. kalau ngomong ama perempuan.. kalau ganti topik pembicaraan dia gak ngasi judul.
Bikin aku bingung menimpalinya. Mungkin dia pikir lawan bicaranya mengikuti apa yang dia pikir.

“Gini Jack.. sebetulnya maksud gua ngajak lu ngopi di sini, ngajak lu sharing..” kata Marisa.
“Sharing..?” Kataku masih belum menangkap arah pembicaraannya.

“Iya aku dan Verni baru nyewa apartemen.. tempatnya bagus dan strategis..
tidak jauh dari kantor kita dan dekat juga ke kantor Verni..?” Kata Marisa.

“Lantas..?” Timpalku mulai memahami arah pembicaraannya.
“Ya loe mau gak, sharing sewa apartemen ama kita-kita..?” Tanya Marisa to the point.

“Emang berapa sebulannya ..?” Tanyaku balik.
“Lima juta.. udah semuanya termasuk listrik dan service charge..“ paparnya.

“Kamarnya ada dua. Kalo lu mau.. lu nempati kamar yang kecilan..
Aku ama Verni nempati kamar yang rada gede. Lu bayar satu setengah juta aja deh..?” Kata Marisa.

Sebenarnya aku ingin langsung saja menjawab mau.. tapi aku ingin mengukur..
sejauh apa mereka meminatiku mengajak joinan.

Singkat cerita akhirnya aku dengan mereka. Memang benar apartemennya cukup bagus..
Bahkan terkesan mewah. Apartemen full furnish, tertata secara apik.
Aku mengikuti saja irama kehidupan mereka.

Tempat tinggalku sekarang jauh lebih bagus dari kamar kost-ku yang lalu.
Yang lebih menggairahkan.. adalah aku bisa serumah dengan dua cewek.

Tapi jangan dianggap semua enak.
Aku jadi tidak bisa nenteng cewek lagi masuk kamarku seperti ketika masih di kos-kosan dulu.

Sekitar seminggu kami saling menyesuaikan diri terhadap masing-masing penghuni.
Aku akhirnya memahami mengapa mereka mengajakku join tinggal satu apartemen.

Mereka memerlukan sosok laki-laki di dalam rumah, untuk pelindung.
Aku kira alasan itu cukup masuk di akal juga.

Namun hati kecilku bertanya.. Mungkinkan.. pria dan wanita bersahabat..
dan tinggal serumah tanpa ada sex di antara mereka..?

Hubungan pria dan wanita tanpa sex hanya kepada Ibu dan anak
–kadang itu pun dilanggar..– atau adik kakak –banyak juga juga yang melanggar..–

Aku berprinsip untuk tidak mendahului.. 'tetapi kalau dia jual.. ane beli..!'
Begitu kata pepatah Betawi.

Setelah seminggu aku baru menyadari ada kejanggalan pada dua cewek ini.
Marisa dan Vernita rasanya sama-sama punya keanehan.
Mereka bukan lesbi, tetapi seperti mengidap exhibitionist.

Bagaimana tidak.. aku sering mendapat suguhan yang seronok.
Mereka santai mondar mandir hanya mengenakan celana G-String..
yang menurutku tidak menutupi apa-apa.
–Lubang vagina kalau pun tidak ditutup.. toh gak keliatan juga kan..?–

Di atasnya mengenakan kaus seperti singlet tanpa BH..
dan hanya menjulur sedikit ke bawah menutup celana dalamnya.
Padahal aku belum pernah sekali pun mencumbu mereka.

Tidak sedikit pun mereka merasa malu..
duduk di ruang tamu satu sofa dengan ku sambil menonton TV.

Meski aku belum pernah menjamah satu pun di antara mereka..
tetapi aku sudah tau bahwa Verni jembutnya lebih banyak.. dan pentilnya lebih besar dari Marisa.
Tapi Marisa punya buah dada lebih besar dan modelnya agak menggantung sedikit.

Aku tetap berprinsip tidak akan mulai jika tidak dicolek dulu.
Jadi.. meski pun penampilan mereka sangat dan sangat menegangkan..
tetapi aku berusaha memendamnya dan menikmati saja pemandangan yang langka dan mahal.

Sebuah ide begitu saja muncul di kepalaku ketika kami sedang duduk di meja makan bertiga.
“Untuk menghemat biaya listrik..
bagaimana kalau suhu AC di rumah kita dinaikkan menjadi 25 derajat saja..?” Usulku kepada mereka.

Kepalaku yang sudah bertanduk sebenarnya bukan ingin itu..
tetapi menginginkan nilai yang lebih tinggi, bukan hanya sekedar menghemat listrik.

“Panas dong ruangan kita nanti..?” Protes Verni
“Iya percuma saja ada AC kalau kita gerah..” sambung Marisa.

“Aku jamin tidak akan gerah dan panas.. suhu 25 derajat itu..
adalah yang paling nyaman untuk tubuh kita.. jadi kalau tidur kita tidak perlu pakai selimut..
tetapi masih cukup sejuk. Di ruang tengah ini pun kita tidak akan kedinginan..?” Kataku meyakinkan.

“Ah.. apa bener bisa menghemat listrik..? Kalau bisa hemat banyak.. lumayan juga..
uangnya bisa buat jajan atau nambah-nambah uang saku..?” Komentar Verni.

“Kalau mau.. kita coba sekarang. Dan semua kita harus sepakat..
jangan ada yang curi-curi menurunkan suhu AC di bawah 25 derajat, Oke..!?” Tantangku.
Mereka menerima alasan dan logika yang aku kemukakan.

Mereka tambah mendukung ketika kemudian aku menantang dengan ucapan..
“Kalau perlu.. selama di dalam rumah kita bugil aja.
Toh aku juga sudah tau semua jeroan kalian.. orang penutupnya pada kurang bahan gitu..!”

“Eh.. Emang lu berani bugil di depan kita-kita..?” Tanya Marisa.
“Kalau kalian juga berani telanjang.. aku juga gak masalah.. itung-itung hemat cucian..” tantangku lagi.

“Coba.. buka semua kalau memang lu serius..!?” Tantang Verni.
Tanpa tunggu lama aku menelanjangi diriku.

Untungnya tititku sedang stabil.. tapi rada berisi juga walau belum sampai tegak.
Jadi cuma kelihatan gemuk dan agak panjang aja.
“Gak salah aku pilih lu untuk jadi room mate kami..?” kata si Marisa.

Dengan santai aku mondar mandir. Bikin kopi.. masak air panas dan duduk di sofa..
menikmati tayangan televisi dalam keadaan bugil.

Aku tidak memprotes Marisa dan Verni masih pakai celana G string dan BH yang juga minim.
Aku percaya diri.. sebetulnya mereka yang lebih menginginkan pamer tubuh dari pada aku.
Aku yakin kedua mereka ini memang exhibitionist.

Selang 30 menit Marisa sudah melepas semua penutup tubuhnya sekeluar dia dari kamar.
Tidak lama kemudian Verni juga bugil keluar dari kamar mandi.

Mereka sangat menikmati tatapan mataku terhadap tubuh mereka.
Semakin aku pantau semakin mereka mondar-mandir di depanku.

Sambil tetap menonton televisi.. aku mulai sulit mengendalikan si otong.
Dia mulai bangun dan memamerkan keperkasaannya.

Aku santai saja dan malah duduk agak selonjor.. sehingga tititku kelihatan jelas mengacung.
Verni yang pertama memperhatikan perubahan pada senjataku yang sudah siap tempur.

Dia sebetulnya senang karena rangsangan yang mereka sajikan berpengaruh terhadapku.
“Buset.. sudah ngaceng aja si otong..!?” Cetusnya.

Verni duduk di sebelahku.. langsung tanpa izin dariku dia meraih senjataku dan menggenggamnya.
“Gile.. keras banget kaya kayu..!!“ Serunya.

Dia lalu memanggil Marisa yang sedang di dalam kamar.
Marisa keluar dan menyaksikan Verni sedang menggenggam penisku.

“Lu apain Ver, kok bisa ngacung gitu..?” Tanya Marisa.
“Gua hipnotis supaya bangun, eh dia nurut..?” Kata Verni bercanda.

Marisa lantas duduk di sampingku. Aku jadi diapit dua cewek mateng yang sudah bugil.
Wah.. bakal kejadian ini malam..! Batinku.

Marisa pun menggenggam batang kayu yang dimaksud Verni.
Dia malah mengelus-elus topi baja yang sudah mengkilat karena memuai maksimal.

“Jack boleh nggak gue rasain..?” Tanya Marissa tiba-tiba.
“Silakan.. asal jangan ditelen..?” Balasku mencandainya.

Clop..!! Tanpa sungkan Marisa langsung melahap.
Tidak puas dengan posisi disampingku, dia pindah ke bawah diantara kedua kakiku.

Sambil berlutut dia menyedot-nyedot penisku kayak vacum cleaner.
“Jangan dimakan sendiri dong, bagi gua napa..!?”
Protes Verni yang dari tadi menonton adegan Marisa menyedot tititku.

Verni turun ke bawah di samping Marisa dan mereka bergantian..
melomoti senjataku yang semakin menegang.
Ughhh..!! Aku berusaha menahan kenikmatan yang menjalari batang kontolku.

Mereka akhirnya bosan karena mulutnya pegel menganga..
karena terlalu lama melomoti penisku.. yang ukurannya biasa saja tidak terlalu besar.. hanya
panjang 15 cm dan lingkarannya proporsional.

“Jack gantian dong gue diservice..?” Ujar Marisa meminta.
Dia duduk di sofa dan langsung mengangkangkan kedua belah pahanya yang lumayan tebal.

So.. tanpa tunggu lama aku langsung menyerbu memeknya dengan duduk di bawah sofa.
Aku tidak perlu berputar-putar.. tetapi lidahku langsung menghajar itilnya yang sudah terasa mengeras.

Memeknya sudah cukup bergetah dengan cairan pelumas vaginanya yang meleleh.
Ujung lidahku yang mengusik ujung itilnya memberi dampak nikmat luar biasa bagi Marisa.

Dia langsung merintih dan menggelinjang merasakan rangsangan di itilnya.
Tidak perlu terlalu lama.. sekitar 2 menitan dia sudah memuncak dengan suara seperti tangisan..
dan denyutan otot di sekitar vaginanya.

“Gila.. jilatan si Jack maut banget, sebentar aja gua udah jebol, kagak nahan..!?”
Katanya dengan dialek Betawi.

“Gua juga dong Jack..?” Pinta Verni yang sudah ngangkang di sebelah Marisa.. nunggu giliran.
Memek Verni dihiasi jembut keriting tebal.

Bibir memeknya juga agak panjang.. sehingga bisa dijewer, warnanya agak ungu pula.
Aku jewer bibir memeknya.. sehingga telihat lubang vaginanya yang merah menyala.

Itil Verni juga agak menonjol.. sehingga mudah ditemukan.
Warnanya merah mengkilat seperti kepala penis, cuma ukurannya saja yang kecil.

Itilnya bisa aku cucup.. bahkan bisa digigit dengan bibir dan disedot.. sehingga makin besar.
Lidahku memainkan kelentitnya dengan gerakan memutar dan menekan.

Verni juga kelojotan dan terengah-engah merasakan kenikmatan tombolnya aku garap.
Permainan lidah yang sangat fokus di itilnya membuat Verni pun tidak mampu berlama-lama.

Sekitar 2 menit dia sudah mengerang seperti perempuan ditinggal mati suaminya.
Dahaga keduanya sudah terpuaskan.. tinggal aku yang masih ngaceng nganggur alias cenggur.

Selanjutnya Marissa kutarik agar duduk di pangkuanku berhadapan..
Slebb.. kumasukkan penisku ke gerbang nikmatnya.

Ahhh..!! Marisa nurut saja dan langung menjebloskan batang penisku memasuki gua nikmatnya.
Lumayan menjepit juga memeknya.

Rasa nikmat dari penisku yang bergesekan dengan dinding vaginanya..
tidak bisa kutahan.. apalagi diabaikan.. sehingga aku hanyut oleh kenikmatan.

Crrtt.. crttt..!! Belum 5 menit bentengku sudah jebol.. padahal si Marissa sudah hampir sampai.
Dia agak kecewa, tetapi aku tidak berdaya menunda datangnya tembakan ejakulasi.
Spermaku kulepas semua di dalam memeknya.

Aku tidak khawatir menimbulkan akibat dia hamil.. karena wanita sematang Marisa..
sudah sangat mengerti bagaimana mencegah kehamilan, jadi aku tidak perlu repot.
Aku terkapar dengan penis yang lunglai.

Verni yang belum kebagian, mengambil handuk lembab..
untuk membersihkan sisa-sisa lendir di batang penisku.
Batangku dibersihkan disabun.. sementara aku diam saja telentang di sofa.

Verni berusaha membujuk senjataku agar mau bangun lagi.
Dia melakukan oral deep throath dengan melahap habis batangku yang masih lunglai.

Dia mahir juga karena perlahan-lahan si adek mulai bangkit.
Aku akui kepiawaian Verni menstimulus senjata pria.
Padahal otakku masih netral, tetapi barangku bisa bangun.

Setelah cukup keras.. meski baru 80 persen..
Clebb..!! Verni sudah menaiki tubuhku lalu menggenjot sesukanya.

Aku pasif saja, kecuali tanganku memeras kedua susunya..
sesekali mengisap putingnya yang berwarna coklat tua.
Pertahananku untuk ronde kedua ini lumayan kuat, birahi bisa kukendalikan.

Verni berusaha maksimal mencapai orgasmenya.
Dia makin liar bergerak sambil mengerang-ngerang sendiri.

Mungkin 10 menit dia menggenjotku sampai akhirnya rubuh ke badanku..
dengan nafas tersengal-sengal dan di bawah sana berkedut-kedut juga.
“Aduh top banget aku dapetnya.. sampai lemes..” Kata Verna puas.

Menurut dia.. batangku sangat keras.. sehingga lubang vaginanya terasa penuh dan nikmat..
menggerus-gerus seluruh gua vaginanya.

Marisa yang menonton pertandingan penasaran..
IA ingin mencapai O-nya yang tadi tidak kesampaian.

Dia mengambil alih kendali setelah Verni turun dari pelana.
Tanpa membersihkan sisa lendir di batang penisku..
Jlebb..!! Marisa menjebloskan diri di atas pangkuanku.

Dia mengatur posisi yang disukainya dan bergerak sekehendaknya.
Setelah menemukan posisi yang dirasakan paling nikmat dia mulai bersuara seperti menangis .

Aku merasa persetubuhan ini terlalu licin.. sehingga tidak maksimal merangsang..
tetapi bagi wanita kelihatannya tidak ada pengaruhnya.

Marisa makin liar bergerak dan aku merasa dia sudah semakin dekat dengan puncak kejayaannya.
Teteknya yang pontang panting bergerak.. aku tangkap dan aku remas.

Kayaknya menambah rangsangan baginya karena dia lalu menyodorkan kedua putingnya untuk aku isap.
Marisa merasa mendapat rangsangan maksimal di kedua titik birahinya.

Gerakannya tidak lagi naik turun tetapi maju mundur, sehingga penisku seperti dibetot-betot.
Dia akhirnya mencapai garis finish, padahal aku merasa masih jauh.

Kubiarkan dia menikmati dulu puncak kepuasannya.
Setelah reda dari denyutan orgasme dia kubaringkan di karpet lalu kutindih.

Kini giliranku menghajarnya dengan posisi MOT.
Tidak terlalu lama dia mendapat Orgasmenya lagi. Wah.. gila.. dia cepet banget dapet orgasme lagi.

Memeknya kata dia terasa ngilu setelah duakali dapat orgasme..
sehingga dia minta ampun dan aku menyudahi. Badannya terasa lelah sekali.

Aku bopong tubuh telanjangnya dan aku baringkan di peraduannya.
Verni yang mengikuti masuk ke kamar menarikku ke ranjangnya.

Aku paham bahwa dia minta aku embat.
Dia berbaring dan menekuk kakinya dengan posisi ngangkang.

Jlebb.. Dengan mudahnya penisku masuk menerobos memek bergelambirnya.
Aku sengaja memasukkannya secara perlahan-lahan untuk memberi sensasi gesekan ke dinding vaginanya.

Rasanya lendir Verni agak kental dan lengket. Sehingga memberi sensasi rasa mencengkeram.
Aku melakukan gerakan slow, maju mundur sambil mencium bibirnya..
dan tanganku meremas teteknya yang kadang-kadang memelintir kedua putingnya.

Tiga tempat rangsangan aku serang.. sehingga dia cepat sekali naik birahinya.
Setelah terasa dia tidak menikmati ciumanku..
kecuali merasa nikmat gesekan di memeknya aku mulai berkonsentrasi menggenjotnya.

Rasa nikmat mulai menjalar di sekujur tubuhku.
Biasanya rasa nikmat itu juga dirasakan oleh pasangan.

Aku mulai berkosentrasi agar tidak ketinggalan orgasme.
Suara desahan Verni menambah rangsanganku sehingga pesetubuhannnya makin nikmat.
Aku mencurahkan semua perasaanku untuk menikmati permainan ini.

Pemasrahan total ini membuat semua gerakanku mendukung membantu..
mempercepat pasanganku juga menikmati persetubuhan itu..
sehingga Verni memberi signal bahwa dia akan segera mendapat puncaknya.

Teriakannya membuat aku makin terangsang sampai akhirnya aku mencapai puncak..
dan kebali menyemprotkan cairan hangat ke dalam vaginanya.

Rupanya penekanan penisku sedalam-dalamnya mengakibatkan Verni juga mencapai orgasmenya.
Kami berdua mencapai puncak secara bersama-sama. Nikmat sekali rasanya.

Badanku terasa lelah sekali. Sayang bed yang ditempati Verni tidak cukup untuk tidur berdua..
sehingga aku terpaksa bangkit dan berbaring di kamarku sendiri.

Setelah peristiwa penting itu kami sepanjang berada di rumah, tidak lagi mengenakan pakaian.
Semua yang terjadi di rumah ini.. kami rahasiakan serapat-rapatnya.

Tidak ada tamu, saudara yang kami perkenankan masuk.
Ada saja kami buat alasan agar tidak ada orang lain masuk ke markas kami.
Kami bertiga masing-masing punya pacar, tetapi tidak sekali pun pacar-pacar kami diperbolehkan bertamu.

Tidak ada yang tau bahwa aku bertiga tinggal satu apartemen.
Kami mengaku bahwa aku dan Verni serta Marisa tinggal di unit yang berbeda. (. ) ( .)
--------------------------------------------oOo-------------------------------------------
By Jakongsu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd