Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 075 – ‘Kado Ulang Tahun’

Perkenalkan namaku Vera.
Aku adalah Direktur Keuangan di sebuah perusahaan konstruksi swasta di negeri ini.

Meski pun aku sudah punya 2 anak dan usia sudah masuk ke 40.. tapi tubuhku tetap proporsional..
Terkesan langsing.. tinggi.. putih –maklum keturunan chinese..– dilengkapi rambut ikal pirang sebahu.
Orang-orang yang ketemu aku tidak akan menyangka bahwa usiaku sudah 40 tahun.

Pengalaman ini adalah kejadian sebenarnya yang terjadi di bulan Desember. Tepatnya pada hari ulang tahunku.
Ceritanya bermula ketika salahsatu karyawanku mengirimkan ucapan selamat ulang tahun melalui SMS ke ponselku.

Sebut saja namanya Wahyu.. salah seorang manager di perusahaanku. Orangnya tinggi.. atletis dan tampan. Usia sekitar 30 tahun.
Aku tau.. sebenarnya sudah lama dia memperhatikan diriku dan mengagumi diriku.. –Aku tau setelah pengalaman ini..–

Dan aku juga sebenarnya sangat senang kalau berbicara ataupun bertatap muka dengannya.
Apalagi karena dia orangnya cerdas dan enak diajak ngobrol.
Namun mungkin karena aku adalah atasannya jadi dia nggak berani kurang ajar kepadaku.

Siang itu Wahyu mengirimkan ucapan selamat ulang tahun via SMS.
Terus terang aku juga gembira karena ternyata ada yang mengucapkan selamat kepadaku.

Setelah aku pikir-pikir akhirnya aku balas SMS tersebut sambil sedikit iseng:
Terimakasih sayang.. ditunggu ya kadonya..

Kemudian di membalas..
Maaf Bu.. ini salah kirim ya..? Lagian kalau kado rasanya saya bingung mo ngasih apa ya ke Ibu..

Setelah itu aku balas..
Nggak salah kirim kok, sayang.. Ngomong-ngomong gimana kalau kadonya nemenin aku makan malam..?
Kalau oke.. aku tunggu di rumah jam 8 malam..


Setelah agak lama akhirnya aku dapat jawaban.. Baik Bu, nanti malam saya datang ke rumah Ibu..
Aku sendiri tidak menyangka kalau akhirnya akan begini.

Tadinya yang cuma iseng-iseng.. malahan jadi mengundang makan makan malam berdua.
Hal ini karena suamiku sedang tugas luar kota.. kebetulan anak-anak sedang menginap di rumah neneknya.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan pikiran jelek..
Akhirnya pembantuku aku suruh pulang ke rumahnya masing-masing setelah selesai mempersiapkan makan malam.
Dengan alasan bahwa berhubung lagi ulang tahun.. maka mereka diberi kebebasan untuk libur.

Menjelang jam 8 malam.. semua sudah siap dan aku deg-deg-an menunggu kedatangan Wahyu untuk makan malam.
Tidak berapa lama terdengar derum mesin mobil berhenti di halaman depan rumahku.
Pasti itu Wahyu.. batinku. Kemudian terdengan bunyi bell dari ruang tamu.

Aku sendiri yang membukakan pintu, karena tidak ada satu orang pun di rumah ini kecuali aku.
“Selamat malam Bu. Maaf, membuat Ibu sedikit menunggu..” sapa Wahyu kepadaku.
“Nggak pa-pa kok, lagian aku juga baru selesai persiapannya..” jawabku.

Wahyu tidak berkedip memandangku. Kelihatannya dia terpesona dengan diriku yang tidak seperti saat di kantor.
Saat itu aku memakai baju terusan panjang tanpa lengan warna hitam yang sangat kontras dengan kulitku yang putih.

Sementara belahan dadanya agak ke bawah.. sehingga payudaraku sedikit terlihat menyembul.
Ditambah lagi aku tidak mengenakan bra.. sehingga putting susuku sedikit tercetak di gaun yang kukenakan.

Hihihihi.. Cukup lama dia terpaku di depan pintu memandangiku sampai aku bilang..
“Lho.. kenapa Wahyu..? Ada yang salah dengan aku ya..!?”

Wahyu terkesiap dan sadar dari terpakunya, kemudian berkata..
“Maaf Bu, bukannya tidak sopan.. tapi Ibu cantik sekali malam ini..”

Aku cukup senang dengan pujian dari Wahyu, kemudian aku bilang..
“Ah kamu ada-ada saja, ayo kita masuk ke dalam, makanan sudah siap tuh..”
“Baik Bu” kata Wahyu sambil masuk ke dalam mengikuti langkahku.

Aku tidak tau apa yang ada di pikiran Wahyu waktu berjalan di belakangku..
Tapi pasti dia memperhatikan gerakan pinggul dan pantatku pada saat berjalan.

Hal ini ditambah lagi dengan potongan bajuku yang model backless.. dan belahan baju belakang sampai di bawah pantat..
Sehingga otomatis punggung dan pahaku yang putih mulus terekspos diperhatikan oleh Wahyu.

Sampai ruang makan Wahyu sedikit terkejut.. karena dia mendapati ruang makan yang dipersiapkan hanya untuk 2 orang..
karena yang tersedia hanya 2 kursi dan makanan siap saji di atas mejanya.
“Maaf Bu, Bapak sama anak-anak kok nggak kelihatan. Apakah mereka tidak ikut makan malam bersama kita..?”

“Memang nggak kok, kebetulan Bapak lagi di luar kota, anak-anak menginap di rumah neneknya.
Lagian ini khusus untuk kamu kok. Karena kamu adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku..”

“O iya Bu, selamat ulang tahun.. semoga panjang umur dan sukses selalu..” kata Wahyu sambil mengulurkan tangannya.
“Terimakasih Wahyu..” jawabku menyambut uluran tangannya.

Kemudian aku sengaja memajukan wajahku mendekati wajahnya.
Tadinya Wahyu diam saja dan tidak berani untuk menyambut wajahku dengan pipinya.

Tapi setelah aku semakin mendekatkan wajahku..
akhirnya Wahyu mencium pipi kiri dan kananku dan aku lihat wajahnya bersemu merah.

Aku sendiri juga tidak tau kenapa aku seberani ini kepada Wahyu. Mungkin karena terbawa suasana..
dan sedikit rasa jengkel terhadap suamiku yang malahan keluar kota di hari ulang tahunku..

Atu mungkin juga.. ditambah penampilan Wahyu yang sangat gagah malam ini.
Pada saat makan aku perhatikan Wahyu beberapakali mencuri pandang ke arah dadaku.

Mungkin dia penasaran dan tertarik dengan apa yang ada di balik baju yang aku kenakan.
Hal itu bisa dilihat dari pujian-pujian yang dia sampaikan kepadaku.

Setelah selesai makan malam.. akhirnya kita duduk-duduk di sofa sambil mendengarkan alunan musik.
“Kamu bisa dansa Wahyu..?” Tanyaku iseng.
“Maaf Bu, saya tidak bisa dan belum pernah..” jawab Wahyu.

“Ayo kalau gitu aku ajarin..!” Ajakku sambil berdiri dan mengulurkan tanganku pada Wahyu.
“Wah.. saya benar-benar belum pernah dan nggak bisa Bu..
Nantinya malahan kaki Ibu yang keinjak kaki saya..” kata Wahyu sambil berdiri mengikuti ajakanku.

Aku berdiri berhadapan dengan Wahyu.. tangan Wahyu aku letakkan melingkar di pinggangku..
sedangkan tangan yang satu pegangan dengan tangaku.
Badanku aku rapatkan.. sehingga payudaraku menempel dan bergesekan dengan dada Wahyu.

Ternyata Wahyu memang orang yang cerdas..
karena kurang dari 5 menit saja dia sudah bisa mengikuti irama dan instruksi yang aku ajarkan.

Sambil berdansa kami saling bercerita berbagai hal dan sedikit menyerempet-nyerempet ke hal-hal yang berbau seks.
Ternyata pengetahuan Wahyu sangat luas dan suka bercanda.

Tak terasa.. akibat gesekan dadaku dengan dada Wahyu.. belahan baju di dadaku ikut tergeser..
sehingga hampir semua payudaraku menyembul keluar.. termasuk juga putingnya.

Hihihi.. Maka dengan sengaja aku diamkan hal ini untuk mengetahui reaksi Wahyu kepadaku.

Wahyu beberapakali mencuri pandang ke payudaraku dan mulai terangsang.
Hal ini karena aku mulai merasakan tonjolan keras di selangkangan Wahyu yang menempel di perutku.

“Nggg.. Bu.. maaf. Baju Ibu sedikit bergeser.. hingga maaf.. payudara Ibu sedikit keluar..” kata Wahyu mengingatkanku.
“Ouw.. Tolong benerin dong, sayang..” kataku kepada Wahyu dengan sedikit menggoda.

Wahyu lantas menghentikan sejenak gerakan dansa..
Kemudian membetulkan baju di bagian dadaku dengan cara sedikit memegang payudaraku.

“M-maaf Bu..” kata Wahyu dengan suara sedikit bergetar.
“Menurutmu apakah aku masih cantik dan seksi, Wahyu..??” Tanyaku agak memancing.

“Ehmm.. Maksud Ibu..?” Jawab Wahyu masih belum ngerti ke mana arah pembicaraanku.
“Apakah aku masih terlihat cantik dan seksi dengan usiaku seperti sekarang ini..?” Tanyaku kembali.

“Maaf Bu.. orang yang bilang kalau Ibu tidak cantik dan seksi.. berarti orang itu pasti buta Bu..” jawab Wahyu.
Duhh.. Hatiku tambah berbunga-bunga mendengar jawaban Wahyu.

Dengan perasaan berbunga.. kemudian kami melanjutkan dansa kembali.
Tidak berapa lama payudaraku menyembul lagi karena gesekan tubuhku dan Wahyu.

Uhhhh.. Aku rasakan tonjolan di selangkangan Wahyu tambah keras menekan perutku.
Aku tau pasti Wahyu ingin memegang payudaraku kembali.

Sengaja aku gerakkan gaunku.. sehingga agak melorot melewati bahuku.
Wahyu semakin terangsang.. terlihat dari nafasnya yang mulai tidak beraturan.

“Ibu cantik sekali malam ini. Kalau diijinkan saya ingin mencium kening Ibu..”
kata Wahyu dengan nada bergetar menahan gejolak nafsunya.

Aku tambah senang dengan pujian dan perlakuan Wahyu ini.
Ternyata dia sangat gentle dan meminta ijin dulu.. meski pun aku sudah berada di pelukannya.

Aku diam saja dan menambah ketat pelukanku di badannya.
Akhirnya saat-saat yang kunantikan datang juga.. Wahyu dengan lembut mencium keningku.

Baru kali ini aku diperlakukan sebagai seorang wanita yang begitu bernilai dan berharga oleh seorang laki-laki.
Berbeda dengan keseharianku yang selalu dihargai sebagai seorang pimpinan.

“Terimakasih Wahyu..” kataku sambil menengadahkan wajahku untuk memandang wajahnya.
Terlihat bagiku wajahnya begitu tulus dan penuh kasih sayang.

Setelah itu aku beranikan untuk mendekatkan bibirku ke bibirnya.
Wahyu menyambutku dengan ciuman lembut di bibirku. Ciuman yang lembut dan penuh perasaan.

Kami berciuman cukup lama sambil memainkan lidah kami berdua.
Sejenak aku menghentikan kegiatan ini untuk memandang Wahyu dan memberikan senyum yang terindah untuknya.

“Maaf Bu.. saya sudah lancang berbuat seperti ini.. tapi Ibu sangat cantik sekali..
Dan ehm.. saya sangat bangga dan bahagia bisa memeluk serta mencium Ibu seperti ini..”

Aku tempelkan jari telunjukku di bibirnya untuk memintanya tidak berkata-kata lagi.
Kemudian kami berciuman lebih mesra lagi.

Tangan Wahyu mengusap-usap punggungku yang tidak tertutup oleh gaunku.
Tanganku meraba-raba dada bidang Wahyu yang tegap dan berotot.

Ciuman Wahyu lambat laun turun ke leherku..
“Oghhh..” aku cuma merintih merasakan sensasi nikmat yang dilakukan oleh Wahyu.

Tak berapa lama ciuman Wahyu turun ke bahuku yang putih mulus.. ciuman lembut itu semakin menaikkan gairahku.
Mendapatkan perlakuan semesra dan seintim itu membuat rintihanku semakin menjadi-jadi.

Usapan Wahyu sekarang berpindah dari punggungku ke arah bawah menuju pantatku.
Sampai sini dia sedikit kaget.. karena tidak ada tanda-tanda bahwa aku mengenakan CD di balik gaunku.

Ciuman Wahyu di bahuku berpindah dari bahu kiri.. leher.. bahu kanan berulang-ulang..
Sambil tetap memberikan usapan dan sedikit remasan-remasan lembut di pantatku.

Aku semakin tidak tahan dengan perlakuan lembut dari Wahyu.
Aku mulai membuka satu per satu kancing baju yang dikenakan Wahyu.

Akhirnya tanganku bisa merasakan langsung dada Wahyu yang tegap dan berotot.
Usapanku berhenti sebentar di bawah pusar Wahyu.. untuk melepaskan ikat pinggang dan kancing celananya.

Wahyu juga tidak tinggal diam dengan hal ini.
Tangan Wahyu mulai menurunkan gaunku dengan menggeser tali yang ada di bahuku.

Srettt..!! Pelan namun pasti gaunku melorot melewati kedua bahuku..
Berhenti sejenak melewati kedua tanganku.. hingga akhirnya lepas jatuh ke bawah melewati kedua kakiku.

Ahhhh.. Kini aku benar-benar telanjang bulat.. tanpa sehelai benang pun di tubuhku.

Wahyu menghentikan sejenak ciuman di bahuku untuk memandang.. dan memperhatikan setiap bagian tubuhku.
“Ibu benar-benar cantik dan sempurna.. tubuh Ibu sangat indah sekali..” bisik Wahyu kepadaku dengan nada bergetar.
Ohhh.. Aku benar-benar senang dengan pujian Wahyu.

Dengan mesra kemudian Wahyu menundukkan wajahnya untuk mencium payudaraku sebelah kiri.
Ahhh.. begitu lembut dan nikmatnya ciuman Wahyu..
Putingku dikulum dan dimainkan dengan lidahnya. Aku cuma bisa pasrah merasakan kenikmatan ini.

Tangan kanan Wahyu meremas lembut payudara kananku..
dan tangan kiri Wahyu mengelusi kedua belah pantatku secara bergantian.

Hal ini dilakukan juga bergantian untuk payudara kananku.
Ohhh.. betapa nikmatnya perasaan ini. Baru kali ini aku diciumi dan diperlakukan dengan lembut seperti ini.

“Sayang.. kita pindah ke kamar saja..” ajakku kepada Wahyu.
Wahyu tersenyum kemudian membopongku masuk ke dalam kamar.

Sambil menggendongku dia tidak henti-hentinya mencium bibir.. leher.. bahu dan payudaraku.
Sampai kamar dia meletakkan aku dengan penuh hati-hati..

“Ah.. kamu curang Wahyu.. bajumu belum dibuka..” kataku sambil tertawa.
Wahyu segera membuka baju dan kaos dalamnya.. sementara aku membantu menurunkan celana panjang dan CD-nya.

Akhirnya kami sama-sama telanjang bulat.
Baru kali ini aku melihat laki-laki selain suamiku telanjang bulat di hadapanku.
Demikian juga ini kali pertama aku telanjang di hadapan laki-laki selain suamiku.

Batang kemaluan Wahyu ternyata sangat panjang dan keras.. lebih besar dari kepunyaan suamiku.
Clap.. clapp..! Aku pegang dengan kedua tanganku secara bergantian.
Ughhh..!! Urat-uratnya begitu terasa di telapak tanganku.. dan kepalanya mirip jamur sangat menarik perhatianku.

“Ibu suka mencium punya Bapak..??” Tanya Wahyu kepadaku dengan hati-hati.
“Aku belum pernah melakukannya. Jangan panggil Ibu.. aku ingin kamu memanggilku sayang.
Malam ini aku milikmu sepenuhnya, sayang..” jawabku.

“Sayang mau mencobanya..??” Kata Wahyu kemudian. Lalu tanpa menjawab verbal..
Cuph.. cuph.. aku mulai memberanikan menciumi batang kemaluan Wahyu yang panjang dan keras.

Hmmm.. Mula-mula memang rasanya aneh.. tapi lama-kelamaan asyik juga.
Batang kemaluan Wahyu tidak bisa masuk semua ke mulutku. Aku gerakkan pelan-pelan maju mundur.
Wahyu merasa keenakan dan sedikit meremas-remas rambutku. “Ah.. enak sekali sayang..”

Setelah cukup lama.. Wahyu memintaku untuk menghentikan kulumanku.
Wahyu mencium bibirku sambil mendorongku untuk rebahan di kasur.

Kami berciuman dengan penuh perasaan.. tangan wahyu meremas lembut payudaraku secara bergantian.
Kemudian ciuman Wahyu bergeser ke leher.. bahu dan kedua payudaraku.

“Sshh.. enak sekali sayang..” rintihku kepada Wahyu.
Ciuman Wahyu lantas bergerak turun ke bawah.. melewati pusarku..
Kemudian berhenti sejenak untuk menciumi perutku yang rata.

Ughhh..!! Aku tambah menggelinjang tak karuan merasakan sensasi nikmat ini.
Ciuman Wahyu terus bergeser ke bawah pusarku.. mendekati vaginaku yang bersih tanpa bulu.. –habis dicukur sore harinya..–..

Tak berapa lama kemudian aku merasakan Wahyu menciumi vaginaku dengan lembutnya.
Kakiku sedikit dilipat agar lebih memudahkan Wahyu untuk mengeksplorasi organ intimku.

Kadang lidah Wahyu menjilat.. klitorisku digaruk dan digigit kecil dengan gigi Wahyu..
Ohhh.. benar-benar nikmat sekali. Baru kali ini aku merasakan nikmat yang tiada tara..

“Eh ...m... enak Wahyu.. terus Wahyu..”
Ciuman.. jilatan dan gigitan Wahyu terus dilakukan terhadap organ intimku..

Sampai aku merasakan nikmat yang tiada tara dan rasanya ada sesuatu yang akan keluar..
”Ssh.. sayang.. terus sayang.. aku mau keluar..”

Akhirnya aku orgasme sambil menjepitkan kedua pahaku di kepala Wahyu.
Pantatku aku tekan-tekankan ke mulut Wahyu.. seakan-akan tidak mau kehilangan ciuman Wahyu di vaginaku.

“Oh.. nikmat sekali sayang.. kamu pintar sekali membuat aku merasakan puncak kenikmatan seperti ini..”
Badanku serasa lemas.. aku lihat batang kemaluan Wahyu masih tegak berdiri dengan gagahnya.

Wahyu terdiam sejenak untuk memberikan aku waktu memulihkan tenagaku.
Setelah cukup.. Wahyu mulai mencium payudaraku lagi secara bergantian.

Dikulum dan dijilatnya putting payudaraku sehingga menaikkan gairahku kembali.
Tangannya secara lembut mengelusi vaginaku yang sudah basah oleh cairan orgasmeku.

Tak henti-hentinya dia memuji diriku yang masih tetap cantik dan menggairahkan.
Aku semakin tersanjung dan merasa dihargai di hadapan Wahyu.

Pelan namun pasti Wahyu mengarahkan batang kemaluannya ke vaginaku.
Aku pasrah dan menunggu dengan harap-harap cemas merasakan batang yang besar itu akan memasuki lubang vaginaku.

“Sudah siap sayang..??” Tanya Wahyu sambil menciumi leher dan payudaraku.
Aku mengangguk dan tersenyum mesra kepadanya.

Sleppp.. blessepp..!! Perlahan-lahan aku merasakan batang yang besar itu masuk ke lubang vaginaku.
“Ahhhh..ssshh.. besar sekali sayang..” erangku sedikit kesakitan sambil mendesahkan nikmat.

Wahyu menghentikan sebentar gerakan batang kemaluannya. Lalu perlahan dia tarik lagi.. tusuk lagi..
Hal itu dilakukan berulang-ulang.. dengan penuh kesabaran dan perasaan agar aku tidak merasa sakit.

Slepp.. clebb.. slepp.. clepp.. slepp.. clebb.. blessepp..!!
“Nghhh.. ohhhh..!!” Aku mengerang nikmat.. kupeluk erat tubuh Wahyu..

Akhirnya masuk semua batang kemaluan Wahyu yang besar itu ke dalam lubang vaginaku.
Uhhhhh.. Liang nikmatku terasa sesak dan berkedut-kedut.. saat menerima kehadiran batang kerasnya.

“Ohhhh... punyamu serasa sampe ulu hati sayang.. besar sekali..” kataku merintih nikmat.
“Iya sayang.. memek sayang sangat nikmat.. sesuai dengan kecantikan sayang..
Ergghh.. juga masih sempit sekali sayang..” kata Wahyu memujiku sambil mengerang nikmat.

Setelah beberapa saat.. Wahyu menggerakkan batang kemaluannya maju mundur secara perlahan-lahan..
Oughhh..!! Sensasi yang aku rasakan tidak dapat aku katakan.

Tanganku melingkar ke leher Wahyu.. sambil sesekali Wahyu mencium bibir.. leher dan payudaraku secara bergantian.
Tangan Wahyu juga tidak tinggal diam, meremasi dengan lembut kedua payudaraku.
“Orgh.. nikmat sekali sayang.. ssshs.. enak sekali sayang..“

Gerakan Wahyu kadang-kadang pelan.. kadang-kadang cepat.. beberapa tusukan pendek.. dan sekali tusukan..
bervariasi.. dalam membuat aku semakin tidak tahan menerima perlakuan ini.
“Argh.. terus sayang.. terus sayang..” rintihan dan erangan nikmat tak terkira keluar dari mulutku.

Tak terasa sudah 20 menitan kami mengayuh biduk cinta kami.
Peluh dan keringat membasahi tubuh telanjang kami.
Meski pun ruangan kamar menggunakan AC tetapi tidak sanggup meredam gelora panas permainan kami.

Tak berapa lama.. ”Argh.. aku hampir keluar sayang.. lebih dalam lagi sayang..” erangku.
Wahyu semakin mempercepat kocokan kemaluannya di vaginaku...
“Aarggh... aku keluar.. sayang..” Aku mendapatkan puncak kenikmatanku yang kedua.

Memang hebat Wahyu ini, dia belum ada tanda-tanda mau keluar sedangkan aku sudah 2 kali.
Wahyu memberikan waktu untuk aku beristirahat tanpa mencabut batang kemaluannya dariku.

Diciumnya bibirku dengan penuh perasaan..
“Aku sayang kamu Ibu Vera.. Sudah lama aku memimpikan seperti ini.. aku sangat mencintaimu..”

Kemudian Wahyu memintaku untuk berbalik dengan posisi menungging..
Ouwwhh.. sepertinya dia ingin bermain dari belakang.

Dengan posisi ini batang kemaluan Wahyu semakin terasa sesak di kemaluanku.
Tusukan kemaluan Wahyu kadang-kadang cepat.. kadang-kadang lambat.

Aku mengimbanginya dengan memutar-mutar pantatku sambil gerakan maju-mundur..
Aahh.. nikmat sekali..!! “Ohh.. ohhh.. ahhh.. uhhh.. nikmathh sekkallii.. sayang..hhh..”

Kedua tangan Wahyu meremas lembut kedua payudaraku..
”Uggh.. terus sayang.. terus.. burungmu enak sekali..”

“Sssshh.. memekmu sangat nikmat sayang.. aku ingin terus menyetubuhimu sayang..”
Erang Wahyu yang semakin menambah gairahku.

Tak berapa lama aku merasakan ada dorongan hebat di kemaluanku..
”Arghg.. aku nggak tahan sayang..!! Aku mau keluar lagi..” jeritku..

Hingga akhirnya.. ”Arghg.. aku sampeee sayang..!!” Aku benar-benar merasakan nikmat yang luar biasa..
Selama ini aku nggak pernah bisa orgasme lebih dari 1 kali. Tapi kali ini aku benar-benar dibuat bahagia oleh Wahyu.

Batang kemaluan Wahyu masih menancap di vaginaku.
Punggungku diciumi oleh Wahyu dengan lembut dan penuh perasaan.

Kadang-kadang digigit-gigit kecil.. sehingga memancing gairahku lagi.
Tangan Wahyu masih tetap meremasi kedua payudaraku.

“Enak sayang..??” Bisik Wahyu kepadaku dengan suara tergetar.
“Kamu hebat sekali sayang..” jawabku sambil mencium bibir Wahyu.

Cukup lama kami berciuman.. tanpa Wahyu menggerakkan batang kemaluannya yang masih menancap di liang vaginaku.
Hanya tangan Wahyu yang aktif meremasi.. dan kadang-kadang memelintir putting payudaraku.. sehingga gairahku naik lagi.

“Kamu belum keluar ya sayang..? Hmm.. sekarang gantian aku yang akan memuaskanmu..”
Kataku sambil melepaskan batang kemaluannya dari cepitan liang vaginaku.

Wahyu aku minta untuk rebahan di kasur dan aku bergerak untuk mengangkangi kemaluan Wahyu.
Argh.. besar sekali batang kemaluan ini..!! Cleppp.. kupaskan ujung kepala batang itu di bibir vagina..

Lalu.. slebb.. jlebb..! “Nghhhh.. ohhhh..” erangku.. ketika batang besar itu menelusup rekahan vaginaku.
“Erghhh.. uhmmm..!!” Geraman nikmat keluar dari mulut Wahyu.. ketika ujung batangnya mentok.

Tak lama kemudian kumulai aksiku. Kugerakkan pantatku memutar.. maju mundur.. ke atas bawah..
Benar-benar seperti cowgirl lagi menunggang kuda. “Ohhh.. ohhh.. ohhh..” erangku tak henti.

Aku benar-benar menikmati permainan ini. Semakin lama gerakanku semakin cepat..
Tangan Wahyu memegang pinggangku untuk membantu gerakanku naik turun.
Sesekali diciumnya payudaraku sambil digigit-gigit kecil..

“Kamu cantik sekali sayang.. tubuhmu sangat mulus dan indah..
Aku ingin selalu menikmati tubuh indahmu sayang..” bisik Wahyu kepadaku.

Aku sangat senang dengan pujian Wahyu. Hal ini menambah gairahku untuk semakin memuaskan Wahyu.
“Arggh.. terus sayang.. jepit sayang..!!” Teriak Wahyu keenakan..

Sekitar 20 menit aku rasakan batang Wahyu tambah membesar.. mungkin ini saatnya Wahyu ejakulasi.
Aku mempercepat goyangan dan gerakan pantatku..
karena aku juga mulai merasakan sesuatu yang akan keluar dari vaginaku.

Nyutt.. nyutt.. ddrrrtt.. ddrrtt.. Liang Vaginaku terasa berkedut-kedut seakan-akan menyedot kemaluan Wahyu..
Oh.. benar-benar nikmat sekali yang kurasakan.

“Sshh.. sayang.. kita keluar sama-sama..” erangku.
Tangan Wahyu memegang pinggangku dengan kuat.. agar batang kemaluannya lebih tertekan masuk ke vaginaku.

“Arggh.. aku keluar cantik..!!” Wahyu mengerang nikmat sembari menyeru namaku.
Pada saat bersamaan aku juga berteriak.. ”Aku keluar lagi sayang..!! Sssh..h..s.. hhhhh..”

Drrttt.. drrttt.. drrrttt.. Crrtt.. crrrttt.. crett.. crett..!
Batang kemaluan Wahyu berkedut dan menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku.

Mungkin lebih dari 5 kali kurasakan semprotan sperma Wahyu mengisi rahimku.
“Oh.. nikmat sekali sayang..” ujarku.. badanku rebah menindih tubuh Wahyu.

Keringat kami bercucuran dan menambah erotis pemandangan bagi siapa pun yang melihatnya.
Wahyu memelukku dengan erat dan mencium bibir dan leherku dengan gemas.

Kami terdiam beberapa lama untuk menikmati surga dunia yang barusan kami lalui bersama.
Kemaluan Wahyu masih tertancap di lubang kemaluanku.
Benar-benar pengalaman senggama yang melelahkan dan membahagiakan.

Kami berciuman dengan mesra bagaikan sepasang kekasih yang tak terpisahkan.
Tangan wahyu sesekali mengelusi punggung dan pantatku.

Kemudian Wahyu mencium keningku dengan mesra..
”Aku sayang kamu bu Vera.. aku ingin selalu menikmati keindahan dan kecantikan tubuhmu..”
“Aku juga sayang kamu Wahyu.. aku benar-benar merasakan indahnya seks bersamamu..” jawabku.

Cukup lama kami berpelukan sambil saling mengelusi tubuh kami berdua.
Sesekali tangan Wahyu dengan nakal memilin puting dan meremas lembut payudaraku.

Kadang-kadang bibir Wahyu juga ikut merasakan kekenyalan dan keindahan payudaraku.
Gigitan Wahyu meninggalkan tanda merah di kedua payudaraku.

Oh.. indahnya malam ini.. batinku. Kulirik jam dinding, jarumnya menunjukkan pukul 11.30 malam.
Ternyata cukup lama juga kami bermain cinta. Wahyu benar-benar lelaki sejati yang bisa membuatku sangat bahagia.

Setelah itu aku mengajak Wahyu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Di sana kami berdua saling menyabuni dan mengelusi. Tangan Wahyu menyabuni tubuhku.

Wahyu paling suka mengusap-usap kedua payudaraku yang menurutnya sangat indah.
Ukurannya 34B dengan puting berwarna merah muda yang menurutnya sangat pas.. tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar.

Kami pun melakukan persetubuhan lagi di kamar mandi.. di shower dan dilanjutkan di bathub.

Sekitar jam 02.00 pagi Wahyu mohon izin untuk pamit pulang ke rumahnya.
Sebenarnya aku menahannya agar bermalam dan tidur menemaniku malam ini.

Aku ingin tidur di pelukannya dan merasakan kasih sayang dari Wahyu.
Aku ingin menghabiskan malam ini berdua saja dengan Wahyu dan tentunya bermain cinta.

Wahyu menyampaikan bahwa sebenarnya dia juga ingin tinggal dan menemaniku malam ini.. bahkan kalau bisa selamanya.
Tetapi karena khawatir akan ada kecurigaan seadainya pembantu atau keluargaku ada yang datang lebih awal..
maka lebih baik kalau dia pulang ke rumahnya saja.

Wahyu mencium keningku sambil berkata “Aku sayang kamu, cantik..”
“Aku juga sayang kamu, Wahyu..” jawabku sambil memeluknya.

“Oya.. aku ingin ini dan ini cuma jadi milikku..” candanya sambil meremas payudaraku dan vaginaku.
“Iya sayang.. aku juga berharap cuma kamu yang menikmati tubuhku ini.
Dan.. aku juga ingin batang perkasa ini selalu memenuhi lubang memekku sayang..” Jawabku sambil meremas batang kemaluannya.

Kami berdua tersenyum dan berpelukan seakan tidak ingin terpisah..
“Aku akan merindukanmu Wahyu..” kataku.

“Aku juga merindukanmu cantik..” kata Wahyu.
“Bobo' yang nyenyak ya sayang.. bye..” sambung Wahyu sambil mencium keningku sekali lagi.

Aku menunggu di depan rumah sampai mobil Wahyu tidak kelihatan lagi di tikungan jalan.
Oh.. betapa indahnya malam ini.

Aku seperti seorang gadis yang baru menemukan cinta pertamanya.
Rasa sayang yang tulus dari seorang laki-laki. Aku sayang kamu Wahyu..!! (. ) ( .)
------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 076 – “Maafkan Saya Bos..”

Bu Nadia

Perkenalkan.. namaku Rudi.
Aku bekerja di salahsatu perusahaan swasta di Ibukota.
Di mana lingkungannya mayoritas adalah warga keturunan.. –Chinese..– Termasuk atasanku.
Dia adalah seorang wanita berusia sekitar 41 Tahun. Dan telah memiliki 2 orang anak.

Sebagai seorang sales.. tentu saja aku banyak sekali berurusan sama atasanku untuk mendiskusikan hal-hal yang penting..
sehingga sudah pasti intensitas percakapan kami menjadi sangat sering. Bahkan bisa dibilang tidak kenal waktu.

Suatu hari.. aku diutus oleh kantor untuk mewakili kantor untuk hadir di iven di luar kota.
Yang ternyata dari manajemen diwakili oleh atasanku langsung.

Sampai detik keberangkatan.. sama sekali tidak ada terbersit di kepalaku..
untuk melakukan hal yang di luar batas hubungan profesional dengan sang atasanku.
Karena selama ini pun percakapan kami tidak pernah lebih dari soal membahas pekerjaan.

Setibanya di lokasi iven.. kami check in sesuai dengan jatah kamar yang sudah diberikan oleh kantor.
Pada hari itu belum ada acara.. karena acara baru akan ada esok harinya.

Dan saat itu hari masih sangat terang dan cerah. Kriiingggg..!!! Telepon di kamarku berbunyi.
Kuangkat dan kujawab.. "Halo..?"

Suara di seberang sana yang sangat familiar menyapa.
"Di.. udah selesai beres-beres..? Masih siang nih. Kita cari makan dulu yuk..!" Kata bosku.

Sebagai bawahan yang baik.. absolutely aku mengiyakan ajakannya.
Dan singkat cerita kami menikmati makanan khas setempat hingga sore tiba. Setelah itu kami pun kembali ke hotel.

Namun sebelum memasuki kamar masing-masing.. hal yang tidak diduga ternyata terjadi.
"Di.. mampir ke kamar saya dulu aja ya. Iseng sendirian.. lagian masih sore juga.." ajaknya tiba-tiba.

"Ouw.. oke, Bu. Kebetulan saya juga males bengong sendirian di kamar.
Yang ada nanti malah mikir yang engga-engga lagi.." kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutku.

Tidak disangka ternyata respon yang diberikan Bu Nadia di luar dugaanku.
"Ya, ga papalah. Kan udah dewasa juga.." jawabnya dengan nada riang.

Kata-kata itu keluar dari mulut Bu Nadia dengan dihiasi senyuman yang sangat menggoda.
Senyuman yang belum pernah diberikan sebelumnya.

Kemudian aku yang sebelumnya tidak ada pikiran aneh-aneh.. mulai memerhatikan sosok Bu Nadia.. sang atasanku ini.
Sebagai seorang keturunan.. kemolekan tubuhnya tidak bisa dipungkiri keindahannya.

Kulit yang putih mulus.. bertinggi badan 162 cm dengan berat badan yang proporsional.
Buah dadanya tidak terlalu besar.. namun yang membuat aku berdesir..
adalah ketika memerhatikan lekuk punggung hingga bokongnya.. yang terbentuk dengan sangat sempurna.

Ditambah.. hari itu Bu Nadia hanya mengenakan kaos ketat kuning dan celana Hot Pants putih.
Membuat kemulusan kulitnya termpampang begitu indah.
-----oOo-----

Di kamar.. kami duduk di tepi tempat tidur dengan posisi berhadapan.
Saling bercerita di luar urusan pekerjaan. Termasuk urusan keluarga.

Dari situ aku tau.. bahwa Bu Nadia yang selama ini terlihat baik-baik saja.. ternyata memiliki rumah tangga yang tidak harmonis.
Suaminya tidak bekerja.. dan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah.

Hal ini membuat Bu Nadia harus banting tulang menghidupi keluarganya dan anak-anaknya yang mulai banyak kebutuhannya.
Ketika bercerita.. tanpa disadari Bu Nadia meneteskan air mata.

Aku yang merasa haru lantas dengan refleks memeluk dan menyenderkan kepalanya di bahuku.
Bu Nadia merespon dengan melingkarkan tangannya ke punggungku. Jdud..!! Buah dadanya menyentuh dadaku.

Hal ini seketika membuat pikiranku berkecamuk. Jiwa dan darah mudaku langsung bergolak.
Darah di tubuhku tiba-tiba terasa mengalir begitu deras dan sontak membuat penisku menegang.

Kuusap-usap punggungnya berusaha menenangkan. "Bu.. mumpung lagi di sini..
Kalau Ibu mau melepas penat dan sejenak keluar dari kehidupan nyata. Aku mau koq Bu nemenin.."

Entah keberanian dari mana yang mendorongku berkata seperti itu.
Awalnya.. aku takut dia akan marah menamparku. Namun yang terjadi malah sebaliknya.

Ia kemudian melingkarkan tangannya di leherku.. dengan mengusap kepala bagian belakangku.
"Aih.. makasih ya, Di. Kamu udah baik sama Ibu.."

Mata kami bertemu. Dan entah siapa yang memulai. Bibirku sudah mendarat di bibirnya.
Awalnya hanya sebuah kecupan kecil. Kami saling tertegung dan saling menatap.

Beberapa detik kemudian aku menarik kepalanya dan mengecup bibirnya dengan pagutan yang menggebu.
Bu Nadia pun membalas dengan melumat habis bibir bawahku.. Kemudian ia menjulurkan lidahnya menyapu mulutku.

Tanganku mulai menjelajahi lekuk tubuhnya yang indah dan mulus.
Hingga mendarat di buah dadanya yang kenyal. Aku mainkan gunung kembar itu dari luar kaosnya.

"Hhhhhmmmm..” Bu Nadia mulai mendesah halus tanpa melepaskan ciumannya.
Tanganku kemudian menelusup ke balik kaosnya dan mencari pengait BH.. lalu melepaskannya.

Setelah terlepas aku segera meremas kembali dengan remasan halus. Putingnya yang lembut pun menegang.
Aku yang sudah tidak tahan akhirnya melucuti kaos yang kukenakan. Dan Bu Nadia pun melakukan hal yang sama.
Kami jadi bertelanjang dada.

Aku menarik tubuhnya untuk mendekat dan kembali berciuman.
Buah dadanya yang kenyal menyentuh dadaku membuat darah di tubuhku semakin deras mengalir.

Aku mengangkat tubuh mungil nan mulus Bu Nadia ke tengah tempat tidur dan dengan keadaan telentang.
Segera kuciumi lehernya.. kemudian turun menelusuri setiap inchi kulitnya yang putih.. hingga bertemu dengan batas celananya.

Aku pun segera mencari kancing celananya dan membukanya.
Bu Nadia membantu dengan mengangkat pinggulnya.. sehingga aku dapat meloloskan celananya dengan mudah.

Terpampanglah sudah tubuh mungil yang polos itu.. mulus dan ‘mengkilap’.
Ternyata.. walau pun sudah memiliki anak 2.. namun keindahan tubuhnya masih seperti gadis.
Hanya puting buah dadanya terlihat sudah pernah menyusui.

Mulutku kembali menelusuri hingga tiba di vaginanya yang ditutupi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat.
Rupanya Bu Nadia rajin juga mencukur bulu kemaluannya.

Slrupp..! Lidahku mengenai klitoris dan memainkannya. "Ahhhhh.. Rudi.. Nikmat banget sayang.. HHHHH.."
Bu Nadia mulai mengeluarkan kata-kata mesum.. menunjukkan dirinya yang mulai tidak terkontrol.

Lenguhannya yang cukup nyaring.. kadang membuatku khawatir..
kalau-kalau suaranya akan terdengar oleh tamu di kamar sebelah.. atau orang yang kebetulan lewat di depan kamarku.
Namun karena hawa nafsu yang sudah di ubun-ubun.. aku pun tidak memedulikan hal itu lagi.

"Terus sayang.. ohhh.. enak banget sayang.." desah dan rintihannya makin ramai terdengar.
Tangannya menekan kepalaku.. dan kakinya melingkar di punggungku..
seakan memerintahkan untuk jangan berhenti melakukan apa yang sedang aku lakukan saat ini.

Tidak berapa lama kemudian tubuh Bu Nadia mengejang.. dan tekanan pada kepala dan punggungku bertambah kuat.
Disertai dengan lenguhan yang cukup panjang dan keras.

"Aaaahhhhhhh..!! Aku keluar sayang..” erangnya saat melepas nikmat orgasme pertamanya hari itu.
Bu Nadia menarik kepalaku dan wajah kami bertemu. Kami kembali berciuman.

Aku yang belum tertuntaskan segera mengarahkan penisku dengan tangan kiriku ke liang vagina Bu Nadia..
yang sudah dibasahi oleh cairan kenikmatan bercampur liurku.

Setelah ujung penisku berada di mulut vaginanya.. aku menekan pinggulku.
Slebbbb..!! Clebbb..!! Penisku masuk dengan sempurna disertai dengan lenguhan..
dan pinggang Bu Nadia yang terangkat karena kaget bercampur nikmat.

Aku pun melenguh tanpa kusadari. "Oohh Bu Nadia.. vagina Ibu masih rapet sekali dan nikmat.."
"Iya.. karena anak-anakku dua-duanya cesar.." desahnya sambil menjawab.
Hal itu menjelaskan garis bekas operasi di bawah perutnya yang tadi aku lihat.

Clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb..!! Aku mulai melanjutkan dengan mengayunkan pinggulku.
Penisku keluar sampai sebatas kepalanya.. jlebb..!! Dan kembali aku benamkan hingga mentok.

Aku goyangkan dengan perlahan sambil menciumi bibir,wajah,dan bagian leher Bu Nadia.
Terkadang bergantian turun ke buah dadanya sambil tanganku meremas buah dadanya.

Kumainkan putingnya dengan lidahku. "Aahh sayang enak banget.. aahh.. ahhh.." rintihnya.
"Terus sayang.. aku mau keluar lagi. Goyang yang cepet.. yaaa..hhhh.." pinta bu Nadia.

Clebb-clebb-clebb-crebb-crebb..!! Aku pun mempercepat ritme ayunan pinggulku.
Aku merasakan ada dorongan pada penisku dan mendesak ingin keluar.

"Bu aku juga mau keluar nih.. hhh.." kataku memberitau bu Nadia.
"Keluarin di dalem aja ya sayang.. ohh.. ohh.." balas bu Nadia sambil mempererat dekapannya.

Mendengar itu aku menambah kecepatan goyangan pinggulku dan kedua tanganku memeluk tubuh Bu Nadia.
Aku menatap Bu Nadia yang sedari tadi memejamkan matanya dan begitu merasakan kenikmatan permainan ini.

Sesekali keluar lenguhan dan kata-kata kotor dari mulutnya. "Nikmat banget sayang, sebentar lagi sayang.."
Tangan Bu Nadia melingkar di punggungku dan menekan dengan keras.

Perutnya terangkat merapat ke tubuhku dan kakinya melingkar menekan pantatku.. menekannya kuat.
"Aaaahhhh sayang.. Ahhhh.. Aaahhhh.." Srrr.. srrr.. srrr.. srrrr..!!

Tubuhnya mengejang dan berkejat beberapakali.. disertai semburan cairan cintanya di dalam vagina.
Dan sesaat yang hampir bersamaan.. aku pun menembakkan spermaku ke dalam vaginanya yang hangat.

"Aaahhhh Bu aku keluar..!" Crett.. crettt.. crett.. crett..!!
Aku tetap menggenjot pinggulku sampai spermaku habis tertumpah dalam vaginanya.

Beberapa saat kemudian.. kami berdua terkulai lemas dalam kepuasan.
Aku merebahkan tubuhku di samping Bu Nadia.

"Sayang, kamu koq hebat banget sih. Udah berapa wanita kamu taklukkan..?"
Tanyanya sambil tersenyum.. dengan napas yang mulai teratur.

Aku tidak menjawab pertanyaannya Bu Nadia.
Dan hanya memberikan kecupan lembut ke bibir.. pipi.. dahi.. dan beberapa bagian wajahnya.
-----oOo-----

Sejak malam itu.. pandanganku terhadap Bu Nadia berubah total.
Aku jadi lebih sering memerhatikan kemolekan tubuhnya dan parasnya yang terlihat matang dan menarik.

Selama 3 hari kami di sana tidak ada lagi kejadian seperti malam itu. Bu Nadia sangat menjunjung tinggi profesionalisme.
Kami benar-benar menghadiri konferens dan malamnya kembali ke kamar masing-masing..
dikarenakan sudah cukup larut dan besoknya harus kembali bekerja pagi-pagi sekali.

Hingga tiba malam terakhir konferens yang membuatku sangat lega.
Cukup melelahkan menghadiri acara 3h ari berturut-turut seperti ini.

Aku merebahkan tubuhku melepas penat setelah seharian duduk. Tok tok tok..! Sayup aku mendengar ketukan pintu.
Awalnya aku tidak menanggapi karena kantuk sudah menyerang.

Tok tok tok..! Bunyi itu semakin keras dan nyata terdengar.
Setelah aku yakin itu adalah pintu kamarku yang diketuk.. aku beranjak dari tempat tidur menuju pintu kamar.

Kuintip melalui lubang intip pintu dan tidak menyangka..
Ternyata sosok wanita terfavoritku belakangan ini sedang berdiri di balik sana.

Segera saja kubukakan pintu dan menyapanya dengan wajah setengah mengantuk.. namun kupaksakan seceria mungkin.
"Hai.. kirain udah istirahat..?" Sapaku dengan hangat.

"Aku ga bisa tidur nih, Di. Aku ganggu ga papa kan..?" Katanya sembari memanyunkan bibir indahnya.
"Owh.. ga papa Bu.. masuk yuk..!" Ajakku menyilakannya memasuki kamarku.

Kami lalu duduk berhadapan seperti saat kejadian malam itu berawal.. dan ia memulai percakapan.
"Kamu udah packing ya ternyata..?" Pandangannya menyapu sekilas setiap sudut kamarku..
Mengamati barang-barangku yang sudah rapi.. karena besok kami harus mengejar penerbangan pagi.

"Kita extend 1 hari koq di sini. Jadi kita pulang lusa.
Aku udah telpon kantor dan kantor udah urus reschedule flight kita.." lanjutnya sambil tersenyum.

"Hah.. yang bener Bu..!?" Jawabku dengan nada sedikit terkejut.
"Iya.. kenapa..? Kamu ingin buru-buru pulang ya..?" Godanya.

Aku segera menyangkal dan menunjukkan bahwa aku sangat senang dengan kabar ini.
"Owh.. engga koq Bu. Justru aku seneng banget. Itu artinya aku punya waktu lebih lama sama Ibu.."

Segera kuraih tangan kanannya dan mendaratkan kecupan di punggung tangannya yang putih dan halus.
Ia membalas dengan senyuman genit yang membuat tubuhku memanas.

Tidak tahan lagi.. aku pun menarik badannya mendekat dan masuk ke dalam pelukanku. Pagutan pun tak terelakkan.
Bu Nadia yang sedari tadi juga mungkin merasakan hal yang sama segera membalas pagutanku dengan menggebu-gebu.

Tanganku bergerilya ke seluruh tubuhnya. Lumatan demi lumatan kami nikmati..
Dan remasan demi remasan aku berikan ke pantat dan buah dadanya. Semuanya kulakukan dari balik baju terusannya.

"Berdiri ya Bu.." pintaku dan setelah berdiri.. aku membuka baju terusannya yang hanya sebatas setengah pahanya.
Ritsleting di bagian belakangnya aku turunkan dan kuloloskan bajunya ke bawah.

Hingga.. terpampanglah pemandangan yang semakin meyakinkanku bahwa tubuh Bu Nadia benar-benar indah.
Bu Nadia mengenakan Bra yang hanya menutupi setengah buah dadanya..

Sementara sebagian lainnya menyembul seakan ingin mencuat dari Branya.
Lingeri biru langit yang digunakannya menambah keseksiannya malam itu.

Aku segera membuka baju dan celanaku. Awalnya aku menyisakan celana dalamku..
Namun melihat itu Bu Nadia segera meraih celana dalamku dan menariknya ke bawah.

"Buka sekalian aja ya..!?" Aku mengangguk dan membantu meloloskan celana dalamku.
Ctapp..!! Batang penisku segera diraihnya.. lalu diremas halus dan diusap lembut.

Sementara aku asik dengan buah dadanya yang mulus.
Kuremas.. kukecup dan kujilatin setiap inchi lekukannya.. setiap mili pori-porinya.

Beberapa saat kemudian aku menggendong Bu Nadia ke tempat tidur.
Kurebahkan dan kulepaskan pengait Bra dan lingerie yang masih tersisa dibadannya.

Tidak bosan-bosan aku menikmati pemandangan ini.
Kusisir dengan tanganku dari betisnya.. paha.. sedikit bermain di vaginanya..

Kemudian naik menelusuri perutnya yang langsing.. hingga tiba di buah dadanya.
Aku remas dan mainkan putingnya yang sudah mengeras.

"Hhhhmmm..” Tangan Bu Nadia menggenggam tangku yang sedang asik meremas buah dadanya.
Pinggulnya sedikit terangkat dan ia menggesek-gesekkan kedua pahanya..
seakan sudah tidak tahan ingin memulai permainan yang sebenarnya.

Aku yang belum puas memainkan tubuh Bu Nadia meneruskan kegiatanku.
Kali ini aku rebahkan tubuhku menyamping menghadapnya.

Tangan kiriku kuselipkan dibalik kepalanya dan tangan kananku melanjutkan aktivitas meraba tubuh Bu Nadia.
Remasan di buah dadanya, terkadang kuraih bibir lembutnya dan kuberikan kecupan dan lumatan yang mendalam.

Tanganku turun menusuri lekuk perutnya dan berhenti dilubang vaginanya.
Kuusap-usap dari luar lalu kuselipkan jariku mencari klitorisnya.

Kumainkan perlahan dan sesekali kumasukkan 2 jariku ke dalam lubang vaginanya.
"Aaahhhh sayang..” Bu Nadia meraihku dan memelukku, membuatku kini berada di atasnya.
Pinggulnya bergoyang tidak beraturan akibat permainan jari-jariku di vaginanya.

"Ahhh.. Hhhmmmm.. Sayang.. Hhhhhmm.."
Lenguhan Bu Nadia semakin keras.. aku pun membungkamnya dengan ciuman dan pagutan di mulutnya.

"Bu, Balik badan ya..?" Setelah mengangguk kecil Bu Nadia membalikkan badannya.
Kini dengan berdiri di kedua lututku.. aku nikmati pemandangan yang luar biasa yang menjadi favoritku.

Pantatnya berbentuk bulat sempurna dan empuk.
Aku tak kuasa menahan untuk meremas dan memberikan tamparan kecil di pantatnya.

"Ooowhh Bu Nadia. Kamu cantik sekali. Aku suka setiap detil tubuh kamu.." ungkapku kagum.
"Ahhh sayang.. sini sayang.." bu Nadia memberi isyarat supaya kepalaku mendekat kepadanya.

Dan dalam posisi memeluknya dari belakang kami kembali berpagutan.
Tanganku menelusup dan meremas payudaranya dan batang penisku kuselipkan di dalam lepitan pantatnya.
Aahh..!! Sungguh sensasi yang luar biasa.

Slepp.. slepp.. slepp.. slepp.. Kugesek-gesekkan penisku di sana..
Clebb.. dan ketika kepala penisku menyentuh lubang anusnya.. aku menekan berusaha masuk.

Bu Nadia memberi isyarat dengan melihatku dan menggelengkan kepalanya.
Tanda bahwa ia tidak mau ‘diserang’ di lubang belakang.

Aku berhenti menekan kemudian hanya menggesekkan penisku kembali.
"Bu.. pantatnya diangkat ya..?” Aku kembali berdiri dengan kedua lututku.
Kuposisikan pantat Bu Nadia menuju penisku.

Bu Nadia kini posisinya menungging dan ian bertopang dengan kedua siku tangannya.
Aku mengarahkan penisku ke lubang Vaginanya. Kutekan perlahan.

Sleebbb..!! Vaginanya yang sudah basah memudahkan penisku masuk ke dalamnya.
"Aaahhhh sayang.. Ahhhhh.. HHhhmmmmm.. Kocok sayang.. goyangin yang cepet..!!"

Pinta Bu Nadia.. tanpa memedulikan bahwa aku adalah anak buahnya dan dia adalah atasanku.
Nafsunya telah mengalahkan segala norma dan batasan hubungan profesional antara bos dan anak buah.

Crebb-crebb-crebb-crebb-clekk-clekk-clebb-clekk-clebb-crebb-clebb-clebb..!!
Aku memompa penisku cepat dengan tanganku meremas pantatnya yang empuk.

Kupegang pinggulnya dan memaju mundurkan sambil pinggulku kugenjot.. sehingga tubuh Bu Nadia terguncang-guncang.
Aku pun semakin tak terkontrol.. clobb-clobb-clopp-clopp-cropp-cropp-clopp..

"Hhh hhhhh sayang nikmat banget sayang. Aku sayang kamu Nadia.." ceracauku.
"Ouwwhhh sayang.. terus.. ohhhh.. ohhhh.." balas bu Nadia tak kalah ramai.

Kini Bu Nadia mengangkat tubuhnya dan bertopang dengan kedua tangannya.
Aku mengintip ke arah cermin di samping tempat tidur..

Ergghh.. terlihat payudara Bu Nadia mengayun-ayun indah akibat guncangan tubuhnya maju mundur.
Plokk plokk plokk plokk..!! Bunyi hentakan antara beradunya pantatnya dengan pinggulku.

Kuraih Payudaranya dan meremasnya sambil kulanjutkan genjotan penisku di lubang vaginanya.
Beberapa saat kemudian kepala Bu Nadia terangkat ke atas..

Kemudian tubuhnya mengejang disertai lenguhan yang cukup panjang kali ini.
"Aaaaahhhhhhh..” Bu Nadia pun lemas dan merebahkan tubuhnya.

Plopp..!! Aku melepas penisku dan membalikkan kembali tubuh Bu Nadia.
Karena aku belum keluar aku meminta ijin kepadanya untuk melanjutkan.

"Aku belum keluar Bu. Aku lanjutin ya..?"
"Iya sayang." Jawabnya sambil tersenyum lemas.

Sebenarnya kasihan juga melihat dirinya yang sudah lemas begitu. Tapi nafsuku tidak memedulikannya.
Jlebb..!! Aku kembali membenamkan penisku ke dalam lubang vaginanya.

Clebb.. clebb.. clebb.. Kemudian kugenjot perlahan dan semakin lama semakin cepat.
Bu Nadia mengernyitkan dahinya dan memejamkan matanya.
Sepertinya ia ngilu karena ia baru saja orgasme.. tapi lagi-lagi aku tidak peduli.

Aku teruskan menggenjot tubuh Bu Nadia sambil meremas payudaranya.
"Sssshhhh.. Ouwwhhhhh.. Sssshhhayaaanggg.. Aaahhhhh.." Bu Nadia meracau. Tangannya meraba tubuhku.

Akhirnya aku merasakan ada yang mendesak dari bawah sana. Aku mau keluar.
Aku menghampiri wajah Bu Nadia dan mengecupnya.. "Aku mau keluar ya Bu.."

Bu Nadia kemudian melingkarkan tangannya dan melilitkan kakinya menekan pinggulku.
Aku mempercepat ayunan pinggulku. Clebb-clebb-clebb-crebb-crebb..!!

Kurasakan pelukan dan jepitan kaki Bu Nadia semakin keras dan tubuhnya kembali mengejang.
"Mmmm mmmm mmmmmm MmmmM.. Aaahhhhhhh.. Nadia aku keluaaArRrr.. Aahhhhh.. Aahhhhhhh.."

"Aaaahhhh Rudi.. Aaaahhhhhh Aku juga aaaAAhhhh mmmmhhhhh.. AaAaahhhh..!"
Kugenjot pada setiap semburan spermaku yang kini memenuhi lubang kenikmatan miliki Bu Nadia.

Bu Nadia mulai melemas dan melepaskan jepitan tangan dan kakinya.
Kini ia terkulai lemas dan aku pun merebahkan tubuhku di sampingnya.

Kutatap wajah cantiknya. Matanya terpejam dan senyumannya menandakan ia menerima kepuasan yang sangat malam ini.
Malam itu kami bermalam di kamarku. Aku menarik selimut membungkus tubuh polos kami berdua.

Sebelum tertidur aku membayangkan besok akan menjadi hari yang panjang bagi kita berdua.
Dan ‘Hari’ itu akan kami habiskan di kamar ini.. menuntaskan birahi yang menggelora.

Tak lama kemudian.. aku terlelap. Blank..!! (. ) ( .)
--------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd