–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Cerita 073 – Direktris Itu ..
[Part 2] 'Big Mistake..?'
“Maria..” panggilku perlahan.
“Don’t say anything, please..” ia memotong ucapanku sambil menundukkan kepala dan mengibaskan tangannya.
“Ayo kita balik ke kantor deh..” ajakku.
Akhirnya setelah membayar ke kasir.. kami berdua keluar dari rumah makan itu.
Kami bergegas berjalan ke mobilnya. Kuambil alih untuk menyetir.
Selama dalam perjalanan di dalam mobil Maria membisu. Sesekali kulirik dari sudut mataku..
ia menyandarkan kepalanya sambil jemari tangannya memijit-mijit keningnya..
terkadang mengusap wajah dengan saputangannya.
Hingga tiba di kantornya tak sepatah katapun yang terdengar selama dalam perjalanan.
Kami berdua saling membisu. Setelah aku turun dari mobil kuberikan kunci mobil kepadanya..
Maria tanpa melihat wajahku meraihnya kemudian masuk ke dalam mobil dan mengendarainya lagi keluar.
Aku hanya bisa terpana melihatnya..
Akhirnya dengan suasana yang tidak enak itu aku pun bergegas naik mobilku dan kembali ke kantorku.
Setibanya di kantor aku mengurung diri dalam ruanganku..
kupesankan pada sekretarisku untuk menyetop semua tamu dan telpon yang masuk.
Seorang diri aku duduk termenung.. merenungkan yang baru saja terjadi tadi.
Tiba-tiba telpon di mejaku berdering mengagetkan diriku. ****** bener nih sekretaris.. rutukku dalam hati.
“Kenapa..? Saya kan sudah bilang supaya kamu stop semua telpon masuk..?” Semprotku kepadanya.
“Anu Pak.. Maaf.. Saya sudah berusaha, tapi itu lho.. sekretarisnya Bu Maria berulangkali menelpon..” sahutnya terbata-bata.
“Kamu tampung aja apa pesannya..”
“Sudah Pak, tapi dianya mau bicara langsung kepada Bapak.”
“Ya sudahlah.. sambungkan aja..” sahutku kesal.
Mau apa sih si Dessy sekeretarisnya Maria ini.. pikirku dalam hati.
Padahal sebelumnya sudah kuberitau kalau ada sesuatu mengenai pekerjaan supaya ia berhubungan langsung dengan staffku.
“Hallo, dengan Pak Indra..?” Kudengar suara Dessy bertanya.
“Ya, kenapa Des..?”
“Sorry Pak Indra, saya mengganggu..
soalnya sekretaris Bapak beberapakali saya hubungi mengatakan Bapak sedang tidak bisa diganggu..”
“Memang saya pesan begitu kepadanya, kamu bisa langsung aja sama staff saya kalau ada perlu..”
“Bukan begitu Pak, emm.. Bu Maria yang menyuruh saya menelpon..”
“Lho bukannya dia sudah pulang tadi..?” Tanyaku heran.
“Memang betul, tapi barusan Bu Maria balik lagi ke kantor..”
“Masih ada di kantor..?” Tanyaku lagi.
“Ada Pak..”
“Lho, kenapa dia nggak nelpon langsung ke saya..?”
“Maaf Pak, saya hanya diperintah untuk menghubungi Bapak..”
“Okay.. apa yang bisa saya bantu..?” Jawabku melunak.
“Ngg .. Bapak disuruh datang ke kantor sekarang juga..” ucapnya dengan nada berhati-hati.
“Hah..? Kalau boleh tau mengenai apa yaa..?” Tanyaku lagi.
“Bapak diminta membawa proposal..”
“Lho, gimana ini sih..? Saya kan janji paling lambat tiga hari lagi..”
“Iya, saya juga tau Pak.. tapi memang begitu pesannya..”
“Gimana sih Dess..? Kamu kan tau, saya kan baru beberapa menit nyampe di kantor saya..
Mana ada sih orang membuat proposal cuman dalam waktu menitan..?” Gerutuku kesal.
“Aduh.. gimana ya Pak, sebenernya saya juga paham.
Saya juga sudah mengingatkan beliau.. tapi nggak tau nih.. Bu Maria ngotot aja. Gimana kalau Bapak datang aja deh..
mungkin kalau Bapak yang menyampaikan beliaunya mau mengerti..” katanya memelas.
“Okaylah kalau begitu.. sampaikan kepada beliau saya berangkat sekarang..”
Aku bergegas naik ke mobilku dan keluar dari kantor. Dalam perjalanan aku berusaha menduga-duga.
Bener-bener nggak masuk akal si Maria ini.. pikirku.
Padahal ini adalah sesuatu yang jelas, kenapa dia bisa kaya orang edan gitu, atau.. jangan-jangan ..
Mampus lu..! Jelas ini hanyalah akal dia untuk mutusin hubungan bisnis.. pikirku lagi.
Oh shit..! Ini risikonya kalau mencampur urusan bisnis dan ‘fun’.. abis dah kesempatan.. rutukku dalam hati.
Sesampainya di kantornya, dengan hati berdebar-debar aku menuju ke ruangannya.
Kulihat Dessy sekretarisnya masih ada di meja di depan ruangan Maria..
jendela kaca ruangan Maria tampak tertutup oleh kain korden.
Dessy kemudian mengangkat telpon, memberi tau Maria akan kedatanganku.
“Silakan masuk Pak..” katanya kepadaku setelah meletakkan gagang telpon.
Aku kemudian berjalan menuju pintu masuk ruangan Maria, kuketuk perlahan kemudian kubuka pintunya.
Kulihat Maria duduk membelakangi mejanya.
“Ehm..” aku mendehem. Ia tetap duduk membelakangiku.
“Maria..” panggilku perlahan. Ia tidak menyahut.
“Maria.. bukankah sudah kukatakan kalau proposal itu baru selesai tiga hari lagi..?”
Tanyaku langsung ke persoalan.
“Sorry, itu hanya alasanku ke Dessy untuk memanggil kamu.
Aku tidak bermaksud membicarakan soal itu..” sahutnya perlahan.
“So..?”
“You made a big mistake..” tandasnya.
“Jadi kamu ingin membicarakan kejadian tadi..?” Tanyaku sambil duduk di kursi di depan mejanya.
Ia memutar kursinya menghadap ke arahku.
Kuamati wajahnya, kedua matanya tampak sayu. Aneh.. tak tanda-tanda kemarahan.. pikirku.
“Jadi kamu pikir itu kesalahan saya..” kataku sambil mencoba tersenyum kepadanya.
Maria bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke arah depan meja dan duduk di atasnya menghadap ke arahku.
Hmm.. sikap atasannya mulai muncul.. pikirku.
Aku bagaikan seorang pegawai yang melakukan kesalahan dan kini sedang bersiap-diap disemprot oleh sang atasan.
“You really made a mistake..” ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala menatapku.
“Tapi bukankah kamu ..” tak kuteruskan ucapanku.. karena kupikir itu hanya memperpanjang masalah.
Maria kemudian menumpangkan salahsatu kakinya ke yang lain..
Pahanya yang montok dan padat itu terpampang di depan mataku.
Busyet.. masih sempet-sempet ‘seducing’ juga nih cewek..!! Ucapku dalam hati.
“Kamu memanfaatkan saya..” ucapnya sambil menatap tajam ke arahku.
“Lho, kok kamu mikirnya begitu..?” Balasku datar.
“Kamu memanfaatkan kelemahanku..” ucapnya lagi dengan lirih.
“Maria.. please, don’t ever think like that..”
“Apakah itu karena kamu punya kepentingan terhadap perusahaanku..?” Tanyanya dengan nada menuduh.
“C’mon..” jawabku sambil menggelengkan kepala dengan perasaan tak percaya.
“Jika kamu pikir dengan cara seperti itu kamu bisa mempengaruhi keputusanku, kamu salah besar..!” Ucapnya tegas.
“Maria.. c’mon.. it thus happened, we did it because we want it.. karena saya suka kamu..! Too much like you I think..!”
Ujarku berusaha meyakinkannya. Ia terdiam.
“Maria, apapun yang terjadi ini adalah perusahaan kamu. You are the boss..! Saya hanyalah orang luar..
Segala keputusan tetap berada di tanganmu. But please, don’t ever think that I’m using you..! Business is business..!
Jangan campur-adukkan dengan hal-hal pribadi di antara kita..” ujarku panjang lebar mulai gusar.
“But still you’ve made a mistake..” ia tersenyum.
“Mistake.. mistake.. mistake..! Apa sih salahku..?” Tanyaku dengan alis berkerut.
Maria kemudian tertawa geli. Sialan nih cewek.. pikirku.
Maria kemudian menurunkan kaki kanannya yang tadi menumpang pada kaki kirinya..
Ia kemudian meletakkan di ujung kursi yang kududuki.
“Mau tau, hmm..?” Matanya mengerling. Kuanggukkan kepalaku.
“Because ..” ia tidak meneruskan ucapannya..
Telapak kakinya yang menginjak kursiku perlahan bergerak di antara kedua pahaku.
“What..?” Tanyaku mulai bisa tersenyum.
“You have pulled the trigger but..” telapak kakinya bergerak lagi lebih jauh.
“But..?” Sahutku sambil membenahi letak dudukku.
“Kamu tidak menyelesaikannya..”
Kulihat ia menggigit bibirnya.. telapak kakinya kini menyentuh bagian dalam pahaku.. matanya menyipit..
telapak kakinya bergerak lagi.. dan.. Ops..!!! Naik ke atas gundukan kecil di tengah selangkanganku.
Kutatap wajahnya.. air muka yang kulihat ketika di restoran tadi kini muncul lagi pada wajahnya. Lusty.
Ia menggoyang-goyangkan telapak kakinya perlahan-lahan..
Drrrrtt.. perlahan gundukan di tengah selangkanganku semakin menggunung..
Aku bangkit berdiri. Kudesakkan diriku mendekatinya.. Dengan sedikit kasar kuselipkan tanganku ke dalam roknya..
Lalu dengan tangan yang lain kuraih pinggangnya hingga wajahnya hanya sesenti dari wajahku..
Ia meletakkan kedua tangannya pada bahuku.. napasnya terengah.
“So what to be my punishment, madam..?” Tanyaku dengan tatapan tajam ke matanya.
“Finish it..!” Jawabnya dengan suara mendesah.
Kugerakkan jemari tanganku menjalar semakin jauh di dalam roknya..
hingga akhirnya menyentuh belahan di balik celana dalam model thong-nya.
“Eshhhh..hhh..“ Maria mendesah.
“When..” tanyaku berbisik.
“Mmmhhhh.. now..!”
Seketika itu juga kulumat bibirnya.. ia membalasnya dengan bernafsu..
Dan ketika ciuman dahsyat itu terhenti.. dari dalam mulutnya yang setengah terbuka itu Maria menjulurkan lidahnya..
Menerobos masuk ke dalam mulutku.. ujung lidahnya menyentuh ujung lidahku..
menggesek-gesek.. kemudian perlahan menyapu bagian atas lidahku..
Kemudian ujung lidahnya naik menyapu bagian atas rongga mulutku.. ditariknya perlahan-lahan hingga keluar dari mulutku..
lidahku mengikuti menjulur ke dalam mulutnya..
Ia menyambutnya dengan menyelipkan lidahnya di bawah lidahku.. lidahku terjepit di antara lidah dan bibir atasnya..
Dengan perlahan-lahan ia mengisap sambil bergerak mundur hingga ke ujung lidahku..
kemudian maju lagi sambil menyelipkan lagi lidahnya di bawah lidahku.. demikian berulang-ulang..
Luar biasa..! Maria memperagakan sebuah tehnik blow-job yang dilakukannya pada lidahku.
Pikiranku semakin melayang-layang membayangkan betapa nikmatnya jika ini ia lakukan pada si Hercules kecilku.
Dengan napas sedikit terengah-engah ia memghentikan ciuman mautnya.
Jemari tanganku berusaha menyibakkkan celana dalamnya..
Kutelusuri rimbunnya bulu-bulu halus yang ada di sana. Ia memejamkan mata dan merintih lirih.
Kuhentikan sejenak gerakan tanganku..
kemudian dengan tangan yang lain kuraih gagang telpon sambil menekan nomor Dessy sekretarisnya.
Kutempelkan gagang telpon itu pada telinganya. Maria masih memejamkan mata dengan napas terengah-engah.
“Ya Bu..?” Samar-samar kudengar suara dari gagang telpon itu.
“Dessy.. ehhh..”
“Ya Bu..?”
“Ehhh.. stop.. mmhhh.. semua telpon.. dan tamu..”
“Ada lagi Bu..?”
“Selama satu jam..”
“Dua jam..!” Bisikku sambil mulai melumat cuping telinganya.. ia menggelinjang.
“Ddddua jam, Dessss..!” Pekiknya.
“Iya, iya Bu.. saya mengerti.. dua jam..” Sahut si Dessy terbata-bata..
karena kaget mendengar suara boss-nya melengking di telpon.
Maria meletakkan gagang telponnya..
“Dua jam.. hmmm.. sounds great..” ucapnya dengan membelalakkan mata.
Tangannya mulai bergerak meraba kancing kemejaku.. membukanya satu per satu..
Setelah kancing terakhir terbuka ia menarik kemejaku hingga terlepas dari dalam celanaku.
Kedua jemari tangannya kemudian merayap naik ke dadaku..
mengusap-ngusap dengan lembut bulu-bulu yang tumbuh lebat di sana..
crepp.. slerpp.. slrepp.. dari mulutnya keluar bunyi decakan..
Ia menatap wajahku.. seolah ingin menikmati pancaran gairah yang sedang dipompakannya ke dalam diriku..
Ujung jemarinya kemudian merayap ke puting susuku.. mengusapnya perlahan-lahan dengan gerakan melingkar..
membuatnya semakin mengeras.. Hmmm.. Kurasakan napasku semakin memberat.
Usai menstimulasi puting susuku jemari tangannya kembali mengusap-usap bulu-bulu di dadaku..
kemudian turun.. mengikuti alur bulu-bulu di tubuhku.. di bawah dada.. pada bagian perut..
Semakin ke bawah.. hingga menemukan gesper ikat pinggangku.. ia melepaskannya..
kemudian kancing celanaku.. kemudian menarik turun resleting celanaku..
Tangan kanannya kemudian menyelinap ke dalam celanaku dan sesaat kemudian merayap..
meraba Hercules kecilku yang masih berada di balik celana dalamku..
tangan kirinya bergerak menyelinap dari belakang dan masuk ke balik celana dalamku.. meremas bongkahan pantatku..
Tangan kanannya semakin bergerak semakin ke bawah..
kemudian meremas-remas dengan lembut kantung dua bola yang ada di sana..
Sontak saja Hercules kecil bergerak meronta.. meregang.. menggeliat..
seluruh otot-otot di tubuhnya semakin mengeras.. dan semakin mengeras..
Bagian kepalanya tak tertahankan lagi menyeruak keluar melewati batas atas celana dalamku..
Jemari tangannya tak lama kemudian bergerak naik kembali..
Dengan menggunakan dua jarinya Maria menjepit dengan lembut bagian bawah batang tubuh Hercules kecilku..
Lalu kedua jari yang menjepit lembut itu bergerak naik perlahan-lahan..
seolah hendak menebak-nebak lebar tubuh Hercules kecilku yang sudah mengeras secara sempurna itu..
Drrrrttt.. jemari tangannya semakin naik.. Kedua mata Maria tak sedikitpun melepaskan pandangannya dari wajahku..
Bibirnya menyungging senyuman yang penuh dengan bias-bias nafsu birahi..
Jemari tangannya kemudian mencapai leher Hercules kecilku.. mengelus bagian bawah kepalanya..
dan naik perlahan-lahan hingga ke puncaknya.. kulihat matanya berbinar-binar..
Tangan kirinya keluar dari balik celana dalamku.. ibu jari tangan kanannya menekan pada leher Herculues kecilnya..
mendorongnya hingga tersandar rata pada dinding perut di bawah pusarku..
Kemudian tangan kirinya bergerak.. satu jarinya menyentuh kepala Hercules kecilku..
menelusuri hingga ke puncaknya dan menyentuh perutku..
jari itu kemudian bergerak mengelus perutku.. bergerak ke kanan.. balik lagi ke kiri.. kemudian turun lagi..
Kali ini dengan dua jari ia melakukan hal yang seru.. menelusuri hingga ke puncaknya dan menyentuh perutku..
kemudian bergerak mengelus perutku.. bergerak ke kanan.. balik lagi ke kiri..
Kemudian turun lagi.. ia menambahnya hingga tiga jari.. menelusuri hingga ke puncaknya dan menyentuh perutku..
Selanjutnya bergerak mengelus perutku.. bergerak ke kanan.. balik lagi ke kiri.. menyentuh pusarku..
Dari mulutnya tiba-tiba terdengar suara decakan.. bola matanya yang tak lepas menatapku semakin berbinar.
“What..?” Bisikku.
“Terrific..! Seems so .. hmmm.. I like that size..” bisiknya.. kemudian menggigit bibir.
Gila nih cewek.. pikirku.
Baru kali ini kualami ada seorang cewek yang mengukur ‘jagoanku’ dengan cara seperti itu.
Eksentrik dan sensual..!!!
Kubuka satu per satu kancing kemeja putih tipis yang dikenakannya..
Kutarik hingga terlepas dari roknya.. kubuka gesper di bagian depan bra-nya..
Maria menarik kepalaku dan memagut bibirku.. satu tanganku mulai merambah buah dadanya..
meraba dengan lembut.. setiap senti darinya.. mengusap dengan penuh perasaan puting susunya..
Lumatan bibirnya semakin menjadi-jadi..
Kualihkan ciumanku pada batang lehernya.. turun hingga ke pangkal lehernya.. Maria mendesah..
Kujulurkan lidahku.. kesentuhkan pada pangkal lehernya.. dengan teramat perlahan kugerakkan naik.. naik lagi..
Maria mulai merintih.. kusibakkan rambut yang menutupi belakang telinganya..
ujung lidahku bergerak menyelinap di belakang daun telinganya..
sambil kuhirup semerbak harum rambutnya.. tubuhnya bergetar..
Kedua tanganku kemudian bergerak turun ke bawah.. kubuka ritsleting roknya..
Maria menempatkan kedua telapak tangannya bertumpu pada meja..
ia mengangkat pantatnya hingga terlepas dari meja..
Kuloloskan rok dan sekaligus celana dalam thong-nya.. melewati kedua kakinya hingga jatuh ke lantai..
kedua kakinya naik ke pinggangku.. tangannya memeluk leherku..
Kusapu segala macam kertas dan alat tulis yang ada di mejanya hingga sebagian terjatuh ke lantai..
Lalu dengan perlahan kudorong ia hingga tubuhnya rebah di meja..
Kubungkukkan tubuhku menindih tubuhnya.. bibirku merambah bibirnya.. lehernya.. buah dadanya..
lidahku dengan liar menjilat ke sana ke mari.. mempermainkan puting susunya..
“Ahhh.. sshhh.. uuhhh.. ssshhh..” Desah dan rintihannya terdengar silih berganti..
Kemudian aku bangkit berdiri tegak lagi.. kuangkat tinggi-tinggi kedua kakinya..
kulepaskan kedua sepatu hak tinggi yang masih dikenakannya..
Kuturunkan satu kakinya hingga menggantung pada pinggiran meja.. kedua matanya setengah terpejam menatapku..
Kusandarkan kaki yang lain ke bahuku.. sejenak kemudian kunikmati keindahan bagian bawah tubuhnya..
Kemulusan batang pahanya.. rimbunnya belantara yang tertata rapi memenuhi di sekitar selangkangannya..
Dan ahhhh.. belahan pintu gerbangnya begitu menggoda..
Kugerakkan jari telunjukku menyusuri pahanya.. bergerak semakin ke atas..
Maria menggerakkan kakinya yang menggantung itu semakin melebar..
Plepp.. jari telunjukku mulai menyentuh daun pintu gerbangnya.. Rbbbb.. kuelus perlahan.. Maria menggeliat..
Jari telunjukku kemudian menyusuri belahannya.. bergerak mengelus sepanjang belahannya..
“Shhhhh..” Maria mendesah.. bongkahan pantatnya sesekali bergerak lepas dari meja..
Slepp.. kudorong jari telunjukku menyibakkan belahan pintu gerbangnya.. Srekk.. sleckk.. sleckk.. sleckk..
Kugosokkan ujungnya naik-turun perlahan-lahan.. hingga menemukan bagian yang tepat untuk menerobos..
Sleppp.. dan sedikit demi sedikit jari telunjukku menyelusup ke dalam..
Hmmm.. that’s so fucking wet.. pikirku.
Setiapkali jari telunjukku bergerak.. setiapkali itu pula Maria menggelinjang..
Hingga akhirnya seluruh jari telunjukku terbenam di dalam rongga kenikmatan itu..
Ughhh.. begitu hangat dan licin kurasakan di sekujur jariku..
Kubiarkan jari telunjukku terdiam di sana.. kuraih telapak kakinya yang menggantung di bahuku..
kucium dengan lembut mata kakinya.. semakin ke atas.. bibirku melumat bagian bawah betisnya..
"Erghhhh.. ohhh.." Maria merintih.. kujulurkan lidahku menelusuri betisnya.. perlahan-lahan..
Kurasakan ada remasan pada jari telunjukku yang terbenam di dalam rongga kenikmatannya.. ia mulai mengerang..
Lidahku semakin ganas menjilat dan bergerak semakin ke atas..
tubuhnya kulihat sesekali melengkung ke depan.. ia semakin merintih dan mendesah..
Kulepaskan ciumanku pada betisnya dan kemudian kuturunkan kakinya menggantung pada pinggiran meja..
Kudoyongkan tubuhku ke depan bertumpu di meja dengan satu tanganku.. kutatap wajahnya.. kedua matanya terpejam..
Bibirnya setengah terbuka.. mengalirkan desah dan rintihan yang semakin membahana.. sekalipun tak kugerakkan telunjukku..
kubiarkan menikmati sensasi yang ada di dalam rongga kenikmatannya..
Tubuh Maria semakin menggelinjang.. pinggulnya bergerak-gerak.. Cleckk.. cleckk.. cleck.. creckk.. creckk...
telunjukku keluar masuk dengan sendirinya.. bagaikan diremas dan dikocok-kocok perlahan-lahan.. Luar biasa..!!!
Hasratkupun tak tertahankan untuk segera membenamkan wajahku pada selangkangannya..
Aku mulai bergerak memposisikan diriku. Tunggu dulu..! Let’s have some fun.. pikirku.
Dengan berhati-hati kuangkat gagang telpon.. kugenggam bagian pendengarannya,.
untuk memastikan tak ada suara yang terdengar dari sana.. kemudian kupencet redial.. –nomor si Dessy sekretarisnya..–
Hihihihi.. Aku tertawa geli dalam hati.
Dengan menggenggam gagang telpon yang kuyakin kini sedang dikupingi oleh si Dessy.. kudaratkan ciumanku pada perut Maria..
lalu menelusuri turun ke bawah hingga merambah rimbunnya belantara pada bagian bawah tubuhnya.
Aku duduk berlutut.. wajahku kini benar-benar pas di depan selangkangannya..
kemudian kudaratkan bibirku dan kulumat dengan lembut daun pintu gerbangnya.. “Oughhhh..!!” Maria menjerit lirih..
Kujulurkan lidahku menjilat belahan yang sudah merekah itu.. kembali ia menjerit tertahan..
Ujung lidahku akhirnya bertemu dengan tonjolan di bagian atas belahannya..
Kedua kaki Maria bergerak naik ke atas bahuku dan menariknya.. hingga wajahku semakin terbenam di antara selangkangannya..
Ujung lidahku mulai bergerak menyentil-nyentil tonjolan itu.. semakin lama semakin cepat..
Gerakan-gerakan pinggul Maria semakin liar..
Akhirnya kulumat dengan bibirku tonjolan yang sudah mengeras itu.. "Esshhh.. ahhh.. ahhhh.."
Desahannya berubah menjadi desisan.. rintihannya berubah menjadi erangan.. diselingi pekikan-pekikan kenikmatan..
Kedua tangannya mencengkeram ujung meja tempat ia terbaring..
pinggul dan pantatnya terangkat lepas dari meja.. bergerak ke kanan ke kiri berputar.. tak beraturan..
Kepalanya terangkat.. semakin lama semakin tinggi.. Akhirnya Maria terduduk..
Ia melepaskan cengkeraman tangannya pada ujung meja dan ganti meremas rambutku..
CONTIECROTT..!!
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––