Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 077 – Lust in Broken Home

Chapter 1 Tergoda Birahi

Namaku Carline.. atau biasa juga dipanggil Fei Chen.. aku terlahir sebagai keturunan Chinese di Indonesia.
Kisah ini terjadi sekitar 12 tahun lalu.. di saat usiaku masih di awal 20 tahunan..

Aku anak kedua dari 3 bersaudara yang semuanya perempuan.
Ciciku Christine saat itu berusia 22 tahun.. dan adikku Evelyn.. masih duduk di bangku SMA.

Seperti umumnya gadis Chinese.. kulit kami bertiga sangat putih dan mulus karena aku selalu merawatnya..
tapi adikku yang terkenal paling putih diantara kami bertiga.

Kata orang wajah kami bertiga sangat innocent.. sehingga membuat penasaran para pria yang melihatnya.
Dan jika bisa ‘dinilai’ maka cicikulah yang tercantik diantara kami bertiga.

Aku agak tomboy.. adikku malah sangat feminim.. sedang ciciku terkesan cuek.
Papaku pengusaha garment home industri yang cukup sukses.

Keluargaku mulai berantakan sejak aku mengetahui mamaku menjadi simpanan Pak Nurdin..
sopir keluarga kami dan papa mengizinkannya.. karena dia kena penyakit impoten 5 tahun yang lalu..
Sehingga tidak dapat memberi kepuasan pada mama.

Umur papa dan mama memang terpaut jauh 10 tahun. Sekarang mama berumur 38 tahun.
Dulu mereka menikah di usia muda.. karena menurut selentingan mereka kebablasan.

Mama jadi sering menginap di tempat lain bersama sopir itu..
Sedangkan papa menyibukkan diri dengan pekerjaannya.. sehingga kami.. ketiga anaknya sudah terlupakan.

Di rumah.. seringkali hanya ada kami bertiga bersama para buruh garment papa..
sopir truk dan kernetnya yang kerjanya malas-malasan di rumah.. karena kerjanya hanya order barang seminggu sekali.

Kalau papa dan mama sedang tidak di rumah.. mereka seringkali menggoda kami bertiga..
Sehingga kami semua sangat ketakutan kalau bertemu mereka.

Terus terang.. kami bertiga sangat risih terhadap mereka yang sering melihat kami dengan pandangan menelanjangi itu.
Kami hanya berani memarahi mereka kalau kami semua ada di rumah.. atau kalau ada papa dan mama.

Kalau mereka tidak ada.. kami semua lebih suka diam di kamar..
karena bila keluar kamar.. para buruh itu sering menggoda kami secara kurang ajar.
Kejadian ini tidak diketahui papa atau mama.. karena kami sendiri malu untuk menceritakannya.

Apalagi setelah hubungan mama dan sopir kami mulai diketahui buruh-buruhku..
mereka seakan mendapat angin segar untuk lebih bisa bersikap semaunya pada kami bertiga..
yang notabene adalah putri majikan mereka sendiri.

Mereka menganggap papa sangat pelit dan suka memeras tenaga mereka..
Padahal bagi kami sudah merupakan keharusan untuk bekerja keras..
bukan memeras karena mereka bekerja pada papa.. jadi sudah seharusnya begitu.

Papaku tau hal ini.. tapi keluarga kami harus mempertahankan mereka bekerja pada kami..
karena kebetulan daerah rumah kami dikelilingi rumah-rumah penduduk pribumi yang rata-rata kumuh.
Jadi bila papa memecat mereka.. bukan mustahil akan memicu kerusuhan yang sasarannya tentu rumahku.

Singkat cerita.. sejak aku sering memergoki mama sedang disetubuhi Pak Nurdin..
aku malah jadi ingin terus menontonnya..
Seakan adegan live sex.. aku sering mengintipnya bila mereka ada di rumah.

Bagiku mulanya hanya ingin membandingkan penis Albert.. pacarku dengan penis pria lain.
Dan aku sangat terkejut.. karena ternyata penis Pak Nurdin jauh lebih besar dibanding penis Albert.
Aku masih perawan.. karena aku dan Albert belum berani bersetubuh. Kami hanya berani melakukan oral sex.

Sejak aku sering mengintip itu.. gairahku seringkali bangkit..
Terutama bila melihat pria-pria pribumi yang kekar seperti Pak Nurdin.

Celakanya.. semua buruh di rumah kami rata-rata punya perawakan yang kekar.. dengan kulit yang gelap menghitam..
Mungkin karena sering bekerja di panas matahari.. sehingga dadaku sering bergolak bila sedang di rumah.

Aku tidak tau apa reaksi cici dan adikku terhadap mama.. tapi aku tidak peduli..
yang jelas reaksiku menjadi horny bila melihat mereka sedang berdua di rumah.

Terlebih bila buruhku bekerja.. mereka terbiasa bertelanjang dada..
Uhhh.. sungguh jauh beda dari Albert yang berdada kurus rata dengan kulit putihnya.

Tapi aku tidak berani bertatapan langsung dengan mereka.. karena aku takut melihat kegarangan wajah mereka..
Makanya aku hanya berani melihat dan memperhatikan dari jendela kamarku.

Kalaupun aku keluar dari kamarku.. tentu kulit mukaku menjadi merah sekali..
karena mereka sering menggoda dan melecehkanku dengan ucapan yang jorok.

Dahulu aku sering marah bila mereka mengolok-olokku..
tapi anehnya sekarang aku malah merasa sudah biasa bila dilecehkan mereka..
Dadaku malah serasa bergetar hebat bila mereka memandangku dengan penuh nafsu.

Terbayang kembali di otakku adegan mama yang bertubuh putih dan masih kencang..
tengah digumuli oleh nurdin sampai merintih-rintih.. uhh.. sepertinya nikmat sekali.

Aku mulai berpikir ada kelainan pada diriku.. tapi dorongan dalam dadaku ini sulit untuk dibendung..
sehingga pada akhirnya aku harus mengalah pada nafsuku sendiri.

Aku mulai berani memakai rok 10 cm di atas lutut dalam rumah..
padahal dulunya aku hanya memakai itu waktu jalan-jalan atau ke pesta saja.

Hasilnya mudah ditebak..
mata para buruh-buruhku seperti mau loncat melihatku keluar kamar dengan pakaian begitu.

Dulah: ”Waw.. liat si amoy itu.. putih amat pahanya ya..? Gua jadi pengen nih. Hahaha..”
Kodir: ”Iya.. tumben ya si neng keluar pake rok pendek gitu..”

Odet: “Woi.. non, sering-sering dong pake rok mini gitu. Putih tenan pahanya non. Boleh dipegang gak nih..?
Suhe: ”Gua bisa langsung ngecrot nih..!!”
Arman: “Neng, sini dong.. ngobrol sama kita-kita biar akrab.. koq sombong banget sih..!?”

Serrr..! Darahku berdesir mendengar komentar-komentar jorok mereka.. tapi aku tidak berani meresponnya.
Aku dengan cepat berlari melintasi tempat kerja mereka.. diiringi tawa-tawa kurang ajar.
Tapi anehnya.. lagi-lagi aku menikmatinya.

Terbayang di pikiranku bila aku disetubuhi mereka dengan penuh nafsu.. ohh.. tentu nikmat sekali.
Nyut.. nyutt.. nyutt..!! Vaginaku terasa berdenyut bila memikirkan itu.

Saat aku balik ke kamarku pun terdengar lagi celotehan kotor dan suit-suitan mereka.
Aku segera berpikir untuk mengusir pikiran itu. Bayangkan saja.. aku masih perawan.

Masa’ sebagai gadis suci malah mengobralnya pada pria-pria yang notabene adalah pekerjaku sendiri.
Ehmm.. sungguh sangat memalukan sekali.

Aku langsung saja tertidur di kamarku.. ada rasa menyesal dalam diriku.
-----ooOoo-----

Hari berikutnya gairah itu datang kembali dan bahkan semakin tak terkendali.
Aku sungguh telah menjadi gadis yang menderita exhibit.

Ahhh.. jadi aku kegilaan memamerkan tubuhku pada pekerjaku..
Dengan maksud supaya mereka melecehkanku.. menggodaku.

Atau bahkan agar mereka berani menyentuh tubuhku.. menyetubuhiku dengan liar..!!
Aku mulai tak dapat berpikir jernih.. bahkan aku sudah tidak mempedulikan Albert.

Aku seringkali menolak ajakan kencannya.
Aku lebih suka di rumah.. terutama bila cici dan adikku sedang kuliah.

Suatu hari.. secara tidak sengaja aku mengintip dan menguping pembicaraan 5 orang buruhku..
Yang kebetulan sedang membicarakanku sambil tertawa-tawa.

Odet: “Dir.. gua hari ini koq belum liat neng Carline ya..? Padahal udah kangen liat badannya yang putih itu.
Aduh.. coba kalau gua bisa ngentotin dia.. pasti enak banget kayaknya ya..”

Kodir: ”Bukan cuma elu yang kepingin.. gua juga udah lama pengen ngentotin si non.
Kalau bisa sih.. bukan cuma Carline.. tapi kakak dan adiknya juga. Hahaha..”

Dulah: ”Ternyata kita sama-sama punya minat ngentotin amoy ya..? Hahahaha.. betul sekali deh.
Kayaknya badan mereka tu enak sekali ya buat kita gumulin seharian.. putih-putih lagi.. Mulus pula dalamnya. Hahaha..”

Arman: “Ah.. si abang bisanya cuma ngomong aja, berani gak kalau beneran..
bilang langsung sama non Carline.. kali aja dia mau sama kita..”

Suhe: ”Mimpi kali yee, mana ada amoy yang mau sama kita-kita.. buat ngentot lagi.. mustahil bang.
Kecuali kita yang mulai duluan ngerjain dia.. biar dia juga tau rasa terlalu sombong sama kita, iya ga..?”

Dulah: “Akur.. sekalian kita kasi pelajaran sama bokapnya yang pelit itu.
Boleh aja gaji ga naek.. tapi anaknya yang kita naekin. Hahaha.. kan adil namanya..!?”

Terdengar suara riuh rendah di gudang tempat mereka bekerja.. aku terkesima mendengarnya.
Duhhh.. Serasa sumsumku mau copot dilanda gairah asing yang melanda tubuhku.

Kodir: “Tapi gimana caranya Dul.. biar non Carline mau kita ewe bersama-sama..?
Gua jadi gak tahan nih pengen melumat susunya.. pasti badannya lebih putih lagi ya. Hmm.. sedapp..!”

Dulah : “Gimana kalau kita kasih obat perangsang aja di minumannya..
trus di kamarnya kita kasih juga film porno yang maen keroyokan biar dia horny, baru kita sergap..”
Arman: “Bagus juga tuh rencana.. nanti biar gue rekam biar dia tutup mulut..”

Odet: “Setuju.. besok aja kita jalanin. Gua punya obat perangsang super yang bisa bikin cewek kepingin semaleman.
Jangan lupa juga obat biar dia ga bunting.. biar bisa kita pake terus. Hehehehe..”

Dulah: “Gua sih malah pengen buntingin tuh amoy. Biar tau rasa.. terutama bapaknya yang pelit..
pasti pingsan liat anaknya kita entotin sampe bunting. Malah kalau bisa semua anaknya kita buntingin.. pasti rame ya Dir..?”

Kodir: “Wah kalo masalah bunting-buntingan gue mikir-mikir dulu deh.. nanti malah kita yang kena bui.
Bapaknya kan banyak kenal pejabat polisi. Kalau mau juga suruh aja temen-temen kita yang di terminal buat buntingin mereka..
Jadi bisa langsung kabur kalo ketauan, iya ga..? Yang penting kan kita puas ngentotin mereka..”

Odet: ”Udah deh bang.. jangan ngehayal. Non Carline aja belum dapet.. udah mikir yang lain-lain.
Kita garap Carline dulu aja pas bokapnya ga di rumah.. toh kayaknya tuh amoy udah pengen dientot.
Liat aja bajunya sekarang kan jadi berani liatin ke kita-kita.. kalian sadari gak..?”

Arman: “Eh.. betul juga lu Det.. gua koq baru sadar ya. Dulu kan non Carline selalu pake celana panjang.. jins lagi kalau di rumah..
Lha, sekarang koq dia mau-maunya pake celana pendek di rumah..? Apa gak takut lagi sama kita-kita, ya..?”

Kodir: ”Hahaha bukan takut lagi mungkin man.. tapi sengaja liatin sama kita.
Hahaha.. dulu ibunya juga gitu sama bang Nurdin.. eh malah mau diewe.. sekarang jadi kecanduan deh..”

Dulah: ”Dasar amoy-amoy munafik. Sok kaya lagi.. akhirnya malah kecanduan kontol bang Nurdin.
Mungkin anaknya juga bakal kayak gitu ya..? Kita coba besok.. anaknya kan lebih muda.. pasti lebih enak dibanding ibunya.
Siapa tau malah jadi ketagihan kayak ibunya..”

Odet: ”Pasti bang. Udahlah.. kita jadiin aja rencana kita besok.
Kontol gua jadi tegang nih.. kira-kira masih perawan gak ya si Carline itu..?”

Arman: ”Ah.. lu kayak gak tau aja pergaulan mereka. Ke kita aja mereka nutup diri.. tapi ke sesamanya kan ga.
Apalagi non Carline kan suka Dugem sama pacarnya.. pasti udah ga perawanlah..”

Perlahan aku segera kembali ke kamarku.. duhh.. pikiranku meracau sekali mengingat obrolan mereka itu.
Dadaku serasa mau pecah menahan birahi yang menerpaku.. Tapi aku harus berpikir jernih..

Aku masih virgin. Dan aku tidak mau menyerahkan keperawananku begitu saja.
Namun gairah ini seakan tidak peduli pada virginitas.

Aku menutup mataku, tapi tetap tak dapat mengusir rasa itu dalam dadaku..
Akhirnya aku seperti kesetanan berfikir untuk besok.. bukan untuk menghindari buruh-buruhku..
Tapi bersiap-siap menyambut apapun yang terjadi padaku.
-----ooOoo-----

Paginya aku mandi membersihkan tubuhku.. lalu pergi kuliah seperti biasa..
Pura-pura tidak tau apa yang akan terjadi. Hingga di kampus pun aku tidak sabar ingin cepat pulang.

Akhirnya jam 11 siang aku cepat-cepat memacu mobil new accordku ke rumah.
Tiba di rumah aku langsung menuju kamarku. Hari terasa panas sekali..
Dipicu gairah birahi.. aku berganti pakaianku.. baju tanktop dan rok pendek seperti biasa kupakai.

Nah.. sudah kebiasaanku minum segelas air sepulang kuliah..
Hari itupun aku minum segelas air putih yang sengaja sudah kusiapkan sejak pagi.
Ahhh.. Terasa segar. Tapi sejam sesudahnya kepalaku menjadi pusing..

Aku sadar para buruhku sedang menjalankan rencananya.
Gairahku menjadi terbakar di sela-sela panasnya udara hari itu.. dadaku seakan meluap.
Tubuhkupun bereaksi seakan-akan tidak sabar ingin disentuh tangan-tangan kasar itu.

Aku teringat film porno yang dibicarakan buruhku.. segera kucek di sana.
Benar saja.. di mejaku telah ada setumpuk DVD porno.. entah siapa yang menyimpannya dengan masuk ke kamarku.

Seakan tidak tau.. aku lalu memutar film-film itu. Hampir pingsan aku menahan gejolak birahi yang melanda tubuhku.
Aku mulai berpikir para buruhku tentu menaruh obat perangsang pada air minumku.

Gairah yang memang sudah ada sejak semula menjadi kian bertambah..
dipicu perangsang dan film porno yang mereka berikan..

Maka cukuplah untuk membuatku segera keluar kamar dan melihat para buruhku.
Berharap mereka cukup jantan untuk bertanggungjawab atas birahi yang mereka timbulkan padaku.

Karena aku masih sadar.. bahwa aku seorang gadis tidak boleh meminta lebih dulu.
Apalagi masalah birahi. Gengsiku masih tinggi.

Jadi kubiarkan saja mata mereka melumat tubuhku ketika aku lewat gudang tempat kerja mereka.
Mereka langsung bersorak ketika melihatku.

“Neng.. kepanasan ya..? Sini dong.. biar kita bukain baju neng.. pasti asik..” Arman mulai menggodaku.
Mereka semua bertelanjang dada.. karena memang sudah kebiasaan mereka bekerja. Apalagi hari panas begini.

“Sini aja lah non, kita tau koq non kepanasan.. kita bikin asik yuk non.. mama non juga mau koq di telanjangin sama Nurdin..”
Kodir yang sudah terlihat horny berusaha membujukku.

“Ada apa bang..? Buka aja jendelanya biar ga panas.. papa kan belum beli AC buat ruangan ini..”
Kataku pura-pura ketus tidak mengerti.

“Non Carline bukain jendelanya dong.. kita udah ga kuat kepanasan nih..”
Odet cengar-cengir mesum memandangku.

“Kalian tau masalah mama..? Gimana mulanya sampai mama bisa begitu sama Pak Nurdin..!?”
Teriakku.. ketika sadar ucapan mereka tadi telah menyinggung-nyinggung mama.
Aku sudah tidak tahan lagi menahan gejolak nafsuku.

“Sini Non.. biar gua ceritain mama lu yang jadi lonte sekarang..! Tapi buka dulu baju lu..
Nanti kita ajarin juga ke Non.. pasti demen deh..!!” Teriak Dulah dengan muka garangnya.

Dengan langkah ingin tau akupun menuruti perintah Dulah.. aku masuk ke gudang tempat kerja mereka.
Tempat yang selama ini aku tidak berani memasukinya.. kotor dan bau keringat di ruangan itu.

“Heh.. lu masih belum buka baju.. ayo buka..! Atau mau kita yang bukain..?”
Dulah kembali teriak seakan memberi sugesti padaku.

Keempat temannya serentak mendekatiku dan menarik tanganku
“Sini non.. biar abang yang buka. Ga usah malu-malu ya.. nanti juga non kalau ketagihan pasti mau buka sendiri..”

Arman yang mulai menyentuh punggungku.
“Bang.. kalau mau cerita, cerita aja.. kenapa harus buka-buka baju segala..?” Kataku seolah mempertahankan kehormatanku.

“Harus neng..! Karena kita juga tau neng Carline lagi horny.. nanti kalau diceritain.. neng bisa lebih horny lagi.
Kan lebih enak kalau sambil telanjang.. kalau mau kita telanjang sama-sama aja gimana..?”

Kodir mulai melecehkanku lagi.
Mereka rupanya sudah menebak bahwa aku sudah ingin digarap..

Sehingga tanpa tedeng aling-aling lagi Dulah berkata.. “Udahlah.. ga usah banyak bacot. Buka cepet Non..
karena kita semua mau nyoba ngentotin lu.. sekalian meriksa amoy kayak lu masih perawan atau ga..?
Lu pasti bisa dipake kan..?”

Seharusnya aku marah dan takut mendengarnya.. tapi aku malah senang.. tapi pura-pura ketakutan.
“Saya masih perawan bang.. jangan perkosa saya bang. Ampun..! Nanti papa marah..” Kataku dengan wajah tegang.

Mereka tertawa bergelak mendengar kata-kataku yang terdengar aneh.

“Dasar amoy sombong.. udah horny juga masih pura-pura.. malah bawa-bawa bapaknya segala.
Lu tuh.. malah mau kita bikin bunting, tau..!! Harusnya lu seneng dapet hadiah anak dari kita..”

“Coba neng.. abang periksa apa bener nih masih perawan..? Duh.. mulusnya dada neng.. pasti pentilnya merah ya..?”
Kodir berani meraba dadaku yang masih memakai tanktop.

Anehnya aku seakan terkena hipnotis akibat sentuhan itu.
Aku diam saja ketika tangan-tangan kasar mereka melucuti pakaianku satu per satu..
hingga aku hanya mengenakan bra dan celana dalam saja.

“Bang.. ampun.. Fei Chen ga mau hamil.. jangan bang.
Fei janji ga akan sombong lagi sama abang-abang..” rintihku masih pura-pura.

Rintihanku ternyata membuat mereka semakin beringas.
“Hehehe telat neng.. kontol kita udah ngaceng nih. Ga kan hamil koq.. abang punya obatnya..”
Odet berkata sambil mulai membuka celana panjangnya.

Ufhh..!! Terlihat gembungan besar dalam celana dalamnya.
Sontak bulu kudukku bergidik melihatnya.. tapi tulangku terasa lemas sekali.

“Kalo lu hamil pun apa peduli gua.. lo emang harus kita bikin hamil.. biar ga pada sombong.
Ayo Det.. sekalian buka semuanya. Gila.. putih banget euy..!! Mulus lagi.. gua mau ngecrot banyak nih..
Pasti dalemnya lebih mulus lagi..” kata Odet lagi.

Secara tiba-tiba aku merasa dadaku dingin ketika Odet menarik braku sampai terlepas.
Mereka tertawa-tawa sambil membuka celana masing-masing.

“Buset..! Baru sekarang gua liat susu amoy.. wuihh.. putih banget non..! Pentilnya pink lagi.
Pasti memek non juga pink ya..?” Kodir berkata keras sekali.
Dadaku memang cuma berukuran 32B.. tapi bentuknya bulat tegak menantang.

Sesaat kemudian Dulah melepas celana dalamku..
sambil tidak henti menjilat payudaraku yang sudah mengeras.

“Non, kita maen di kamar lu aja yah.. biar ada kasurnya. Masa’ lu mau kita entotin di meja..?”
Dulah berkata sambil memanggul tubuhku seperti ringan sekali.

Diiringi tertawa temannya aku beramai-ramai digotong ke kamarku..
Lalu mereka mengunci pintu kamarku dari dalam.

“Dul, periksa dulu bener ga dia masih perawan..” Arman berkata penasaran.
“Ayo lu tengkarak di ranjang lu, gua periksa dulu memek lu..” kata Dulah.

Dengan dada berdebar kuturuti kata-kata Dulah.. aku lantas telentang di atas ranjangku.

“Wah.. bener kata lu Dul. Memeknya pink.. mirip film bokep jepang.. jembutnya tipis lagi.
Neng.. buka pahanya donk.. biar kita semua liat memek neng..”
Kodir menyuruhku mengangkang sambil tangannyapun ikut membuka pahaku.

Dengan sangat malu aku membuka kedua belah pahaku.. Uhhh.. terasa angin menyentuh lubang vaginaku.
Aku merasa sangat terhina dalam keadaan ini.. mengangkang dan dipelototi mata buas para buruhku.
Tapi dadaku sudah terbakar nafsu.. sehingga aku malah menikmatinya.

“Anjrit.. ni amoy emang masih perawan..!! Rejeki nomplok nih Dir..! Memeknya udah basah gini lagi.
Heh Non.. lu ga pernah sama pacar lu gitu..?” Dulah bertanya padaku. Aku menggeleng lemah.

“Hahaha.. kita beruntung amat ya dapet barang mewah gini. Siapa yang mau duluan hayo..?” Kata Dulah.

Suhe berkata lantang..
“Ga usah rebutan.. suruh aja nih amoy pilih sendiri kontol mana yang beruntung dapetin perawannya..”

Semua buruhku ternyata sudah telanjang bulat.. aku merasa ini akhir masa keperawananku.
Terlihat penis-penis yang rata-rata hitam itu sudah tegak mengeras.

Kodir yang maju lebih dulu.. ”Neng.. jilat dulu kontol kita ya..” Slopp..!!
Dia memasukkan penisnya dalam mulutku.. terasa lain ketika aku mengoral Albert..

Hmm.. mulutku terasa lebih penuh oleh penis Kodir yang melesak sampai tenggorokanku.
Lidahku terbiasa bermain dalam mulutku ketika aku mengoralnya.. membuat Kodir merem melek menikmatinya.

“Duh enak bener neng, udah biasa ya, gimana rasanya kontol gua..? enak kan..?” Kodir meracau.
Aku merasakan aroma menyengat pada penis kodir.. tapi aku menikmatinya.

”Hai.. gantian donk Dir.. kita-kita juga mau dikaraoke sama non Carline..!!” Yang lain teriak-teriak minta jatah..
Akhirnya satu per satu penis mereka masuk dalam mulutku.. sampai mulutku terasa bau aroma penis mereka.

Rupanya mereka kuat sekali.. karena kalau aku mengoral Albert.. dalam 10 menit spermanya sudah keluar.
Tapi para penis buruhku ini malah terasa makin membesar..
dan mengeluarkan cairan pelumas dari kepala penisnya yang sudah disunat itu.

Ohhh.. sungguh berbeda dengan Albert.. penisnya tidak berkepala karena dia tidak disunat..
Sehingga cairan pelumasnya masih tertahan dalam kulit penisnya.

Ouwhh..!! Benar-benar sensasi yang membuat darahku berdesir melihat penis-penis hitam yang mengkitat di depan wajahku.
Penis Dulah yang terbesar tapi tidak sepanjang penis Arman.. Sementara penis yang lainnya mirip-mirip.

Tapi tetap saja lebih besar dari milik Albert.. yang hanya kira-kira 10 cm waktu ereksi.
Ini rata-rata bisa sampai 20 cm.. duakali lipat dari segi panjangnya dan juga besarnya.

“Nah non.. ayo pilih penis yang mana yang non mau buat pertamakalinya..?”
Suhe memintaku memilih penis dari buruh-buruh yang mengelilingiku.

Aku kembali merasa terhina dengan kata-kata itu. Aku menggeleng lemah..
Kemudian dengan lirih sekali aku berkata.. “Yang mana aja bang.. Fei udah ga tahan..” tanpa sadar aku mengakuinya.

CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 077 – Lust in Broken Home

Chapter 2 – Terbakar Birahi..

“Iya gua tau
.. tuh memek lu udah keliatan basah. Dir.. ambil saputangan di situ.. kita tutup aja matanya..
biar ga liat siapa yang ambil perawannya.. iya kan Non..? Yang penting nanti kita bikin lu enak waktu diperawanin..”

Dulah menyuruh Kodir.. matakupun ditutup oleh saputanganku sendiri.
Ahhhh.. Darahku bergolak menikmati sensasi ini.
Dalam keadaan terhina aku malah tidak tau siapa yang pertama menyetubuhiku.

Tanpa sadar pula aku makin membuka kedua pahaku.. hingga lubang vaginaku terasa sedikit terbuka.
Terdengar tawa-tawa kurang ajar yang makin melecehkanku.

“Tuh kan anak pasti mirip ibunya.. ni cewek bakal jadi calon lonte kita hahaha.. Ayo kita undi siapa yang beruntung..!!”
Terdengar suara mereka tertawa-tawa.. aku tidak melihat apa yang mereka lakukan..

Tetapi sesaat kemudian terasa ada lidah yang menjilati vaginaku. Uhhh.. geli.. nikmat..
Aku semakin tidak tahan.. para buruhku seakan mau mempermainkanku.. mereka tidak bersuara sama sekali..
Sehingga aku tidak tau saat ada benda tumpul yang berusaha menerobos vaginaku.

Aku tau.. sesaat lagi aku akan melepas virginku.
Aku berusaha supaya tidak tegang dan melemaskan otot-otot tubuhku.

Beberapa saat kemudian.. sleckk.. sleck.. clepp.. clebb.. jleb.. jlebb.. blessekk..!!
Ughhh.. kurasakan penis itu berusaha menerobos vaginaku yang masih sempit tertutup.

Penis itu menekan kuat sekali sampai aku merasa ada yang pedih sekali. Aku mengerang kesakitan..
Penis yang telah terbenam itu tiba-tiba dicabut keluar dari vaginaku.. uhh.. perih sekali rasanya.

Slebb.. Clebb..! Lalu aku merasakan penis memasuki vaginaku kembali..
Ughhh.. Rasa nikmat mulai menjalari sekujur tubuhku di sela-sela perihnya vaginaku.

Clebb.. clebb.. crebb.. Penis itu maju mundur sebentar lalu keluar lagi, lalu penis itu masuk lagi.

Aku mulai sadar.. pastilah kelima buruhku sedang bergantian menggagahiku.
Karena penis ketiga ini terasa berbeda dari yang sebelumnya.. begitupun dengan penis-penis sesudahnya.

Setelah kelima penis itu bergiliran memasuki lubang vaginaku..
terdengar suara riuh rendah buruhku yang telah berhasil memerawaniku.

“Neng.. sekarang buka penutup matanya.. pasti neng mau liat kan..?”
Aku mengangguk pelan.. lalu kubuka penutup mataku.

Aku kaget sekali waktu kulihat darah merah tua mengalir di antara kedua pahaku..
Di penis kelima buruhku pun terlihat ada darahku dari kemaluanku.

“Nah sekarang lu udah bebas kita entotin. Hahaha.. lu pasti bingung siapa yang pertama tadi..?
Mulai sekarang lu harus mau kita entotin.
Sekarang lu telentang lagi kayak tadi.. buka mata lu lebar-lebar biar lu tau enaknya kontol kita..”

Dulah dengan kasar mendorong tubuhku sampai terjengkang ke atas kasurku..
rupanya dia sudah ingin menggagahiku lagi.
Aku menurut saja meskipun vaginaku masih terasa sakit.

Diiringi sorak para buruhku aku kembali membuka kedua pahaku memperlihatkan vaginaku yang sudah berdarah.
Ohhh.. Penis Dulah begitu besar ketika menyeruak memasukiku. “Nghhh..”
Aku terpejam menikmatinya. Aku tidak sadar telah merintih-rintih menikmatinya.

“He Non.. memek lu ternyata enak juga ya.. lebih enak dari memek perek terminal Dir..
Coba kalau semua amoy kayak lu.. pasti laku dah..”
Odet yang dari tadi memperhatikan kami mengelus-elus kedua putingku lalu menyedotnya.

Suhe yang bertugas memegangi kakikupun sibuk mengelus-elus kedua pahaku..
Sementara Dulah menindihku di antara kedua pahaku..
Arman sibuk mengocok-ngocok penisnya dan Kodir menyuruhku mengulum penisnya.

Seluruh otot di tubuhku seakan copot.. ketika aku merasakan arus orgasme pada vaginaku.
Ohhhh.. Inikah rasanya orgasme..!? Auwhhh..!! Nikmat sekali.

Jlebb-clebb-crebb-crebb-crebb-crebb-crebb..!! Dulah semakin mempercepat gerakannya.
Ahhhh..!! Terasa penisnya sudah keras sekali dalam tubuhku.

Sekitaran limabelas menit kemudian.. terasa ada aliran hangat membanjiri rahimku.
Rupanya Dulah sudah mencapai klimaks.
Spermanya banyak sekali di rahimku sampai yang meleleh keluar vaginakupun banyak.

“Wuah bener-bener enak ni amoy.. gua udah lama nungguin saat ini.. anjrit banget.. Dir lu cobain deh..!”
Plopp..!! Dulah melepaskan penisnya dari vaginaku..
Melelehlah sperma Dulah bercampur darah dan mungkin juga cairan orgasmeku.

“Neng, sekarang giliran abang ya.. Dul lu tega.. memeknya udah disiram begini.. dibersihin dulu ya neng..”
kata kodir sambil mengambil tisu dan mulai mengorek vaginaku.

Setelah bersih Kodir memintaku dalam posisi nungging.
Aku yang sudah dikuasai birahi sudah tidak peduli siapa yang menyetubuhiku.
Aku hanya ingin merasakan orgasme lagi dan lagi. Ehmm.. pantas saja mamaku betah bersama Nurdin.

Aku menuruti Kodir. Lalu dia memasukkan penisnya dalam vaginaku. Masih terasa ngilu pada posisi dogi ini..
Tapi karena vaginaku sudah licin oleh sperma Dulah.. slepp.. penis Kodir pun berhasil memasuki vaginaku.

“Hhhmmmmm.. banghh..” aku melenguh sejadi-jadinya saat kenikmatan itu menguasai tubuhku.
Penis Kodir yang panjang bergerak maju mundur menggedor rahimku..
Sementara tangan-tangan jahil Odet.. Arman dan Suhe masih sibuk menggerayangi sekujur tubuhku.

Tiba-tiba tubuhku mengejang saat puncak kenikmatan datang.. tawapun kembali meledak di kamarku.
“Si non udah ngerasa keenakan tuh.. terusin Dir.. lebih dalem lagi.
Liat.. matanya sampe merem melek gitu. Enak ya non..?” Ucap Odet setengah melecehkanku.

Tanpa mempedulikannya aku mengangguk mengiyakan. “Mmhhhh enak bang.. aduuuhh.. ohhh..”
Tak terasa gelombang orgasme kembali menimpaku.. membawaku seolah mengawang.
Inilah keuntungan jadi wanita.. bisa orgasme berulang-ulang.

Clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb..!! Penis Kodir masih saja terus menyodok-nyodok liang vaginaku.
Dia telah tau titik lemah wanita.. aku melenguh sejadi-jadinya menikmati perlakuan ini.

“Non.. daripada ribut-ribut.. nih emut aja kontol gua..” Odet memegangi penisnya menuju mulutku.
Benar-benar tak sadar.. aku membuka mulutku menyambut penis Odet yang tampak berurat tegang.

Dia lantas memaju mundurkan pantatnya.. sehingga penisnya pun ikut maju mundur dalam mulutku.
“Non Carline keliatan cantik sekali kalo lagi kayak gini ya.. liat susunya bergerak-gerak..” aku tak tau siapa yang nyeletuk begitu.

“Neng Carline.. gua mau keluar nih.. di dalem ya neng..!?” Tanyanya mengerang keras.
Crrrtt.. crrrttt.. crrrttt.. crrttt..!! Sperma Kodir akhirnya muncrat-muncrat dalam vaginaku.

Mulutku tetap mengulum penis Odet.. karena gerakan Odet pun semakin cepat..
Sampai akhirnya diapun menyemprotkan spermanya dalam mulutku.. Uhhhh.. terasa asin.. jijik sekali.

“Telen aja non.. nanti kebiasa malah jadi enak koq..” Odet rupanya tau aku mau memuntahkan spermanya.
Aku mengangguk sambil berusaha menelan cairan spermanya yang kental.

Masih mending makan telor mentah.. pikirku karena baunya aneh sekali.
Baru kali itu aku menelan sperma. Dengan Albert dia selalu keluar di luar mulutku.
Sekarang tubuhku sudah penuh lelehan sperma..

Arman yang sedari tadi mengocok-ngocok penisnya mulai maju mendekatiku.
“Neng masih tetep nungging ya.. gua mau coba anus lu..” kata Arman membuatku kaget sekali.

“Jangan bang, jangan lewat situ.. takut..” cegahku sambil menutupi anusku dengan tangan.
Dulah terlihat menyeringai. Dia sudah ada di kasurku..

Sambil memegangi tanganku dia berkata.. “Elu nurut aja deh.. biar kita jebol semua lubang di badan lu.
Nanti juga lu kebiasa.. jadi hari ini sekalian aja.. bukan cuma memek sama mulut lu.. tapi juga anus lu..”

Tenaga Dulah sangat kuat bagiku.. Dalam posisi tak bisa bergerak.. penis Arman berusaha masuk dalam anusku.
Berkali-kali gagal sampai Arman meludahi anusku. “Anjing lu susah bener..!!” Omel Arman.

Setengah berteriak menahan sakit aku sampai menggigit bibirku. “Tahan neng, dikit lagi..”
Arman terus menyodok anusku.
Dan dia berhasil menerobos anusku dan langsung orgasme.. karena daritadi dia sudah lama mengocok penisnya.

“Gila.. sempit banget nih bool..! Baru masuk aja gua udah ngecrot..” katanya kecewa.
Semua menertawakannya.. “Jangan-jangan lu ga tahan lama man..!!” Seru Obet.
Aku merasa lega setelah semua sudah membuang hajat najisnya.

Dalam keadaan telanjang bulat aku masih telentang di kasurku dengan posisi kaki mengangkang.
Rasa nyeri.. perih dan linu masih ada dalam vaginaku.

“Hari ini neng boleh istirahatin memek neng ya. Lain kali kita maennya semaleman.
Mulai sekarang lu harus layanin kita semua kapanpun.. di manapun kecuali kalo lu lagi haid.
Itu juga lu harus buktiin dulu kalo lu bener-bener haid. Suhe.. ambil kamera itu, cepat..!”

Tak lama Dulah memotret tubuh telanjangku dengan kamera digital milikku.
“Non.. kamera ini kita pinjem dulu. Kalo lu macem-macem..
Inget gua punya kamera yang isinya tubuh lu.. hahhahaha..” kata Dulah.

Aku menghela nafas panjang. Kenapa harus begitu..? Pikirku.
Tanpa kamerapun aku masih mau disetubuhi mereka. Tapi ah.. aku tidak ambil pusing.
Jadi kubiarkan saja mereka mengambil kamera dan mengambil foto bugilku.

“Tapi jangan sampai tersebar ya bang. Fei malu kalo sampe ketauan..” aku memohon.
“Tenang aja non.. ini rahasia kita koq. Ini cuma buat jaga-jaga aja..” Odet menimpaliku.

“Lah, masih takut ketauan segala. Mama lu juga sekarang malah terang-terangan.
Udah.. sekarang lu gua suntik dulu biar ga hamil. Karena kita masih mau entotin lu laen kali. Ayo cepat tengkurap..!”
Perintah Dulah.. yang segera kuikuti.. karena akupun tidak ingin hamil oleh mereka.

Setelah disuntik aku diberi sebutir pil yang katanya supaya aku terlindungi dari penyakit.
Aku tidak tau mereka mendapat obat seperti itu darimana.
Tapi aku tidak mau ada risiko hamil.. jadi kuturuti saja anjuran mereka.

Hari sudah sore. Tak terasa sudah 4 jam yang lalu aku digilir para buruhku.
Aku masih tergolek di kamarku tanpa busana. Ahhh.. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan.

Beberapa saat kemudian barulah aku mandi setelah Cici dan adikku pulang.
-----ooOoo-----

Sejak saat itu sikapku pada buruhku berubah 180 derajat, seakan aku sudah menjadi milik mereka.
Setiap rumahku sepi.. aku berani berkeliaran di rumah tanpa pakaian..
dan merekapun berani memasuki kamarku.. menyetubuhiku dengan bebas.

Kalau aku berkunjung ke gudangpun.. mereka tidak ragu lagi meraba-raba pahaku yang sengaja kuperlihatkan pada mereka.
Mereka pun tidak ragu lagi menyetubuhiku di gudang.
-----ooOoo-----

Hari menjelang sore ketika kudengar deru mobil di garasiku.
Tak lama kemudian ciciku, Christine terlihat setengah berlari menuju kamarnya.

Tak sengaja kulihat ada air menggenang di pelupuk matanya. Aku tersentak beberapa saat kemudian.
Ada apa dengan ciciku itu..? Biasanya dia tidak pernah menangis.. apalagi bila terlihat orang.

Tanpa mempedulikan aku.. dia berlari kecil ke kamarnya.
Dengan rasa penasaran kuikuti cici ke kamarnya.. aku mulai kuatir dengannya.

Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya.. terlihat ciciku itu benar-benar menangis di kasurnya.
“Cici, ada apa..? Kenapa nangis..?” Kataku sambil mendekati ciciku dan kupegang bahunya.

“Fei chen.. cici putus..” suara ciciku tercekat di antara tangisnya. Aku sebenarnya tidak terlalu aneh mendengar hal ini..
Karena sudah kukira hubungan mereka cepat atau lambat pasti segera berakhir.

Steven nama pacar ciciku itu.. dia sering kupergoki sedang kencan dengan gadis yang berbeda.
Steven itu tipe cowok mata keranjang.
Selama ini aku tidak berani memberitau ciciku tentang perilaku Steven.

Aku tau.. cici begitu berharap padanya. Karena disamping wajahnya yang keren.. dia juga terkenal tajir.
Aku tidak mau melihat ciciku sedih.. meskipun akhirnya sekarang ciciku sudah putus. Jadi aku pura-pura tidak tau saja.

Dengan lembut kupeluk ciciku dan berusaha menghiburnya. “Sudahlah ci.. mungkin Steven bukan yang terbaik buat cici.
Mendingan cici lupain aja.. toh semua sudah terjadi. Tenang ci.. masih banyak cowok yang lebih baik..”
kataku sambil mengusap-usap punggung ciciku.

Dia masih terus menangis.. tapi kubiarkan saja. Dia memang butuh menangis untuk meluapkan kesedihannya.
Pelan-pelan aku bertanya padanya.. “Ci, ada apa dengan kalian..? Apa yang terjadi..?
Padahal kemarin Sabtu kalian terlihat baik-baik saja.. kenapa sekarang koq bisa putus tiba-tiba..?”

Sambil terisak ci Christine menceritakan apa yang dialaminya.
Aku tidak tau harus menulis apa untuk menceritakan kembali kata-kata ciciku buat para pembaca sekalian..

Karena dia ceritakan itu sambil menangis dan dalam keadaan emosi.
Aku tersentak kaget mendengar pengakuan ci Christine.. karena semua dugaanku meleset jauh.
Aku jadi semakin membenci para cowok seperti Steven. Apalagi setelah kudengar ternyata cicikupun sudah diperawaninya.

Yah.. pembaca sekalian. Ciciku menceritakan.. Steven yang dipaksa menikah oleh keluarga pembantunya..
karena telah manghamili Surti.. gadis 16 tahun yang menjadi pembantunya.

Keluarganya tentu menentang ini.. tapi mereka tidak bisa berbuat banyak.
Karena ternyata keluarga Surti tidak bisa terima anaknya hamil di luar nikah.

Diberi uang banyakpun keluarga Surti tetap tidak mau. Malah balik mengancam keluarga Steven.
Hingga pada akhirnya keluarga Steven harus menyerah.. menikahkan stevan dengan Surti sang pembantu.

Semua menyayangkan kejadian ini. Betapa tidak.. Steven cowok ganteng..
Chinesse.. tajir pula.. harus menikah dengan Surti.. gadis Jawa pembantu rumah tangga.
Sungguh Surti yang beruntung.. dan ciciku yang malang.

Sejak putus dengan Steven.. ci Christine menjadi pemurung. Sering melamun di kamarnya.
Aku ikut prihatin melihat keadaannya itu. Sikapnyapun berubah drastis dari cuek menjadi pemarah.

Aku sudah menduga sikapnya sekarang ini akan menjadi bencana baginya di kemudian hari.
Tapi akupun tidak berani menasihatinya.. karena sikapnya benar-benar meradang.

Suatu hari.. sepulang kuliah aku mendapati ciciku sedang memarahi Oman..
Sopir truk yang biasa disewa papa untuk mengangkut barang.
Usep sang kernet berusaha menengahinya.. tapi sia-sia.. malah ikut kena marah ciciku.

”Dasar g*blok.. liat liat dong kalau jalan. Ini buku mahal sekali tau..!”
Teriak ciciku yang ternyata buku kuliahnya terinjak Oman waktu mengangkut barang.

”Maaf neng, ga sengaja..” gagap Oman dengan wajah pucat.
”Iya, maaf neng.. tadi ga liat ada buku di bawah.. jadi ga sengaja kita injak.. maaf ya..”
Usep tampak berusaha sesopan mungkin menghadapi ciciku yang memang sedang kalap.

”Maaf, maaf.. enak saja kalian bilang maaf..! Gimana.. buku gua jadi kotor neh..!? Gaji kalian saja ga cukup kalau beli buku ini..
Enak saja bilang maaf. Makanya.. kalau jalan matanya dipake.. atau kalian ga punya mata yah..!? Cuih..!
Dasar orang kampung ga tau diri..! Udah.. sana pergi..! Jangan bengong di situ..!”
Teriak ci Christine sambil meludah ke arah Oman dan Usep.

Keduanya segera pergi dengan wajah menahan marah. Buru-buru aku menyusul mereka untuk minta maaf..
“Mang Oman.. maaf ya tadi cici sikapnya begitu. Dia memang lagi stress.. jangan diambil hati..” kataku.

Kedua orang itu memandangku masih dengan wajah marah.. ”Iya neng.. ga apa. Memang begini nasib orang kecil.
Cuma, bilang sama kakak neng.. jangan meludah sembarangan.. ga semua orang bisa terima diludahi begitu..” jawab mereka ketus.
”Iya nanti saya sampaikan sama cici. Terimakasih ya..” kataku berusaha tersenyum.

Memang sejak aku digauli oleh para buruhku.. sikapku berubah drastis terhadap mereka.
Mungkin ini reaksi bawaanku sebagai seorang gadis.

Sebagai gadis keturunan.. aku belum dapat menerima mereka sebagai orang pribumi..
tapi naluri kewanitaanku memaksaku menerima mereka sebagai pejantan yang telah memerawaniku.

Aku tidak ingin mereka memuaskan nafsu mereka pada wanita lain.
Aku selalu ingin merasakan jamahan tangan-tangan mereka pada tubuhku.

Aku sekarang terbiasa ramah pada mereka..
Dengan catatan mereka harus merahasiakan hubungan aku dengan mereka.

Tidak terasa hari-hari berlalu dengan cepat. Dua bulan sudah sejak virginku hilang..
aku mulai terbiasa dengan seks bebas di rumahku sendiri tanpa terasa sakit lagi pada vaginaku.

Setiap habis dipakai.. Dulah selalu memberiku obat anti hamil dengan diminum atau disuntikkan pada pantatku.
Sedangkan Suhe selalu memberiku jamu.. agar vaginaku tetap sempit katanya.

Aku sendiri rajin senam aerobic agar bentuk tubuhku tidak berubah akibat persetubuhan itu.
Tak terasa pula.. koleksi rekaman yang isinya adegan persetubuhanku dengan mereka mulai banyak.

Arman rajin sekali mendokumentasikan seks bebas kami.
Akupun selalu wanti-wanti agar rekaman itu tidak tersebar.. meskipun aku meragukan kejujuran mereka.

Sebenarnya aku takut sekali pada Dulah.. dia sering sekali mengancamku dengan adeganku..
Atau dengan tidak memberiku obat anti hamil untuk memeras uangku.
Terpaksa aku memberinya uang.. demi menyelamatkan nama baikku.

Kadang aku kesal sekali padanya.. tapi aku tidak berdaya karena ancamannya itu.
Aku tau dia tidak akan ragu untuk menyebarkan rekaman itu pada teman-temannya..
Karena pada dasarnya mereka benci sekali pada orang-orang bermata sipit sepertiku.

Aku menyesal sekali dulu pernah memulai permainan ini dengan membiarkan mereka merekam semuanya.
Tapi sesal kemudian memang tidak berguna. Kini aku seperti memakan buah simalakama..

Harus rela melayani para buruhku dengan sperma dalam rahimku..
dan aku harus mengemis untuk mendapatkan obat anti hamil dari mereka. Itupun aku harus membayar mahal sekali.

Para buruh itu senang sekali mengerjaiku. Sialnya.. tubuhku ini selalu merespon ulah mereka..
Dan aku tidak bisa menolaknya sama sekali.

Suatu hari.. setelah kelima buruhku bermain seks denganku.. Kodir mengeluarkan spermanya dalam anusku..
karena vaginaku telah penuh cairan sperma Odet dan Dulah. Sementara tubuhku telah basah oleh sperma Arman dan Suhe.

Aku tergolek tanpa busana di gudang tempat kerja mereka.. di atas matras busa tempat tidur mereka.
”Bang, mana obat anti hamilnya..? Sekarang Fei lagi masa subur.. please bang.. Fei chen ga mau hamil..” pintaku pada mereka.
Dan memang saat ini adalah masa-masa suburku.

“Gua juga udah tau lu lagi masa subur.. barusan memek lu ngasih tau kita semua hehehehe..”
Kodir berkata sambil tetap berbaring di sampingku.

“Moy.. kenapa lu ga mau bunting..? Kita-kita juga mau koq punya anak dari lu.
Lagian sekarang harga obatnya naik.. jadi gua udah ga punya cadangan lagi..”
Dulah menimpali omongan Kodir.. dan membuatku kaget setengah mati.

Hamil..? Aku tidak mau hamil..!! Apalagi aku tidak tau sperma siapa yang membuahiku tadi.
”Tolonglah bang.. berapapun Fei bayar asal abang semua carii lagi obat itu buat Fei. Fei ga mau punya anak dari kalian..”
kataku setengah menangis.

“Jangan nangis non. Harganya sekarang xxxribu yang pil.. kalau suntikan Rpxxxribu.. nanti kita beli deh..”
Wajah Suhe cengengesan.. membuatku tidak percaya perkataannya.

”Xxxribu..? Kan biasanya juga cuma xxribu..? Kalo suntikpun cuma xxribu..? Ga salah tuh bang..?”
“Eh.. si non malah ngeyel.. udah dikasitau sekarang semua harganya naik. Kalau non ga mau.. ya sudah.. hamil aja hehehe..”
Kodir menimpali setengah mengancamku. “Kalau lu ga percaya, lu beli sendiri sana..”

Aku memang tidak percaya.. kalau xxxribu harga sekali digauli..
berarti dalam sebulan aku bisa mengeluarkan uang banyak sekali untuk menjaga kehamilan.
Apalagi hampir tiap hari mereka menggauliku.. kecuali jika aku haid. Oooo.. aku harus beli langsung obat itu.

“Iya deh bang.. Fei beli sendiri aja. Tapi Fei ga tau tempatnya..
Minta alamatnya saja. Nanti Fei beli sendiri..” kataku akhirnya.

Kodir segera mengambil kertas kecil di mejaku.. lalu menuliskan sebuah alamat..
kemudian memberikannya padaku sambil tersenyum penuh arti. Anehnya semua temannyapun ikut tersenyum nakal.

Waktu kubaca tertera sebuah alamat yang ternyata masih daerah rumahku hanya beda beberapa blok.
Aku ingat daerah itu adalah tempat yang rawan.. karena sering ada preman mabuk..
dan pemalak-pemalak yang korbannya anak sekolah yang kebetulan lewat situ.

Aku tau karena dulu Albertpun pernah kena palak dan nyaris dipukuli. Tapi selama ini aku sendiri belum pernah ke sana..
Karena aku selalu keluar rumah memakai mobilku atau diantar papa waktu masih kecil.

Jadi selalu dilarang bermain di luar rumah.
Yah.. begitulah gadis-gadis keturunan Chinesse.. tempat mainpun tidak boleh sembarangan.

Tak terasa bulu kudukku merinding membayangkan daerah rawan itu.
Tapi aku tidak mau terus menerus diperas para buruh ini.
Aku harus mencari anti hamil itu.. karena aku yakin sekali harganya tidak semahal yang dikatakan Kodir.

“Lu cari aja yang namanya Ahmed atau asistennya si Parjo.. lu bilang aja tau dari Dulah.
Tau kan tempatnya..? Kalau ga tau.. biar ntar gue anterin.. tapi harus jalan kaki. Karena rumahnya masuk gang.
Gimana moy..?” Dulah merinci alamat itu.

”Ehmm iya deh bang.. nanti besok pagi kalau papa dan mama sudah berangkat.. kita ke sana.
Fei belum tau tempatnya.. abang anterin Fei ya..?” Kataku akhirnya.

”Nah gitu dong neng.. harus ada pengorbanan biar ga hamil. Jangan cuma bisa nyuruh-nyuruh kita.
Cuma neng Carline harus pakai sunblok dulu biar kulitnya ga jadi item. Sayang kan, kulit putih mulus gini harus jadi item..”
Suhe memberi masukan tentang kulitku.. Aku tersenyum.

Mereka tidak tau kulitku ini sangat unik.. Kepanasanpun paling cuma merah sebentar.. lalu balik lagi putih kapas.
”I-iya deh bang.. nanti Fei pake sunblok biar abang selalu horny..”
Kataku sambil memegang batang penis Suhe yang dalam posisi setengah tegang. Suhe pun langsung tersenyum mesum.

CONTIECROT..!!
-----------------------------------------------------------------------------------------------
 
------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 077 – Lust in Broken Home

Chapter 3 – Jebakan Birahi

Jam menunjukkan pukul 4 sore..
di ruangan itu aku masih telanjang bulat bersama kelima buruh yang juga telanjang.
Aroma spermapun tercium pekat sekali.. terutama di tubuhku.

“Non cepat pake baju non.. sebentar lagi papa non pulang. Mama non juga pasti sebentar lagi pulang.
Nanti kita malah dikawinin.. heheheh..” Arman mengingatkanku.

Aku tersentak.. Gawat..!! Dengan cepat aku memakai kembali bajuku.. Lalu segera berjalan cepat ke kamarku dan mandi bersih.
Buruh-buruh itupun segera berpakaian lalu kembali ke mess mereka di belakang rumahku.

Jam 4.45 sore mamaku pulang bersama Nurdin dari kantornya.. sementara papaku masih belum pulang.
Mereka terlihat mesra sekali. Apakah mama sudah jatuh cinta pada Nurdin..? Kataku membatin.
Aku tau pasti Nurdin sengaja menjerat mamaku agar gajinya jadi berlipat. Ahhhh.. sudahlah.. itu urusan mereka.

Tak lama kemudian papaku pun pulang. ”Fei chen.. mana Fei Ling dan Fei Shuang..? Papa ada perlu nih..” kata papa.
”Wah ga tau pap.. dari siang Fei Chen belum liat cici atau Evelyn. Ada perlu apa gitu, pah..?” Tanyaku ingin tau.

“Ya sudah.. nanti kalau sudah pulang suruh ketemu papa ya. Kamu sendiri hari ini koq ga kuliah..?“
”Sudah koq pah.. tadi siang Fei sudah pulang..” kataku datar.

Huh.. biasanya dia tidak peduli aku kuliah atau bolos. Basa basi sekali. Kataku dalam hati.
Tapi kasian juga papa.. mama sudah nyeleweng pun dia masih mau tinggal serumah. Benar-benar pria yang baik.

Malamnya.. aku kembali merenungkan kejadian yang kualami hari itu.
Aku membayangkan betapa dulu aku sempat membenci kulitku yang putih ini..
karena aku sering menjadi bahan pelecehan orang.

Tapi sekarang aku bangga sekali pada kulitku yang mulus.
Aku ingin orang-orang yang dulu sering melecehkanku itu menjamah tubuhku.. keinginanku sudah terlaksana.

Aku teringat cerita-cerita buruhku bahwa mereka ingin sekali menikmati tubuh gadis-gadis chinesse sepertiku..
tapi mereka hanya mendapatkannya dariku.

Dalam keadaan wajar mereka tidak mungkin mendapatkan wanita sepertiku.
Dari ras.. status sosial atau sifat kebudayaan yang membuat tidak dapat bersatu.

Yah.. itu kata sejarah. Tapi di rumahku ini.. telah terjadi hal yang melawan sejarah.
Aku malah sudah ketagihan merasakan keperkasaan buruhku.

Kebencian dan nafsu terpendam mereka seakan mendapatkan pelampiasannya padaku. Dan aku sangat menikmatinya.
Apalagi wajahku ini tergolong cantik inocent.. yang saat ini jadi trend di kalangan anak-anak muda.

Albert bagiku sudah menjadi kenangan. Dia cowok baik.. tapi kurang berani bertindak.
Sedangkan aku lebih membutuhkan cowok jantan yang bisa memuaskan hasratku.

Aku sungguh mendapat kepuasan itu dari para buruhku.
Orang-orang yang dulu sering kuhina.. yang ternyata juga sangat berhasrat menyetubuhiku.
-----ooO-----

Hari sudah malam saat aku mengatur rencana untuk besok.
Aku ingin membeli banyak obat anti hamil untuk persediaan di kamarku.
Tentunya aku bisa mendapatkan harga yang murah. Otak bisnisku muncul dengan sendirinya.

Aku ingat teman-teman kuliahku yang rata-rata sudah melakukan ML dengan pacarnya tentu membutuhkan obat itu..
dan aku bisa menjualnya dengan harga tinggi.

“Carline, bangun dong sayang.. udah siang nih, mama mau pergi survei dulu ya. Mau nitip apa kamu..!?”
Mamaku teriak di depan kamarku. Tak terasa hari sudah jam 7 pagi.

“Iya ma.. sebentar lagi. Fei masih ngantuk. Nitip nasi tim aja deh buat nanti sore.. siang ini Fei makan di luar..!!”
Teriakku pula dari kamar. Wuahhh.. masih malas nih. Apalagi disuruh bangun.

Badanku masih terasa penat sekali. Otot-otot di pangkal pahaku terasa pegal dan ngilu-ngilu.
Mungkin akibat acara gangbang kemarin.

Aku sudah terbiasa dengan keadaan itu.. karena hampir tiap hari aku pasti pegal-pegal bila bangun pagi.
Tiba-tiba aku ingat rencanaku hari ini. Bisnis baruku ini harus lancar.

Buru-buru aku mandi.. karena kamar mandinya ada di dalam kamar tidurku.
Aku segera berpakaian.. kupakai baju kaos merah dan celana jins biru kesukaanku.
Aku harus cepat menemukan obat itu.. karena aku terancam hamil kalau terlambat mengkonsumsinya.

Dengan terdesa-gesa aku ke mess buruhku di belakang rumah.
Kelima orang itu tampaknya sudah bersiap-siap kerja menuju rumahku..

Belum apa-apa tampang mereka sudah terlihat mesum begitu melihatku datang.
“Aduh.. non Carline pagi-pagi gini udah ke sini.. kangen ya sama kita..?”
Suhe menyapaku dengan tampang sesopan mungkin.. tapi tetap saja matanya itu seperti mau menelan tubuhku.

“Non.. siapa aja yang tau hari ini non mau ke mana..?” Tanya Kodir.
“Tenang aja bang.. ga ada yang tau koq. Semua pasti ngira Fei pergi kuliah dijemput temen.
Toh tadi pagi mama sudah berangkat.. jadi gak bakal ada yang tanya-tanya lagi. Cici dan Evelyn kayaknya masih tidur.

“Duh.. dasar amoy pemalesan. Gua kira cuma kita doank yang males. Ya udahlah.. tapi kenapa lu pake pakaian kayak gitu..?”
Dulah dengan mata besarnya memandangku dari ujung kaki sampai ujung kepala.

“Maksud abang..? Ini kan sudah rapi. Katanya kemaren ga boleh kena sinar matahari..?
Daripada pake bodi lotion.. kan lebih enak pake baju ini. Jadi ga lengket kulitnya..” kataku panjang lebar.

“Hahaha.. dasar bego lu.. kaya-kaya tapi tetep aja bego. Kemaren.. maksud kita.. lu ga usah pake baju yang tertutup gitu.
Jangan sok munafik.. memek lu aja udah kita jebol. Jadi ga usah pura-pura.
Kalo lu ga mau pake lotion gua sih ga peduli. Ayo.. lu ganti baju lu sekarang.. atau ga gua anter.
Siapa tau lu lagi bunting anak gua. Hahaha..”

Tentu saja aku kaget dan terhina sekali mendengarnya.. tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Sekarang mereka memang sudah mengendalikan keadaan.

“Jangan deh bang.. Fei belum biasa keluar rumah pake baju yang terbuka. Malu ah..”
kataku berusaha memberi alasan.

Aku memang tidak pernah berani keluar rumah memakai bau yang minim..
kecuali kalau jalan-jalan ke mall. Itupun kalau aku naik mobilku sendiri.

“Hai.. lu mau hamil ya..? Udah gua bilang.. lu harus ikut kata gua.
Gua mau pamerin lu ke temen-temen gua di deket terminal.
Mereka udah lama pengen kenalan sama amoy secantik lu..!”

“Apa..? Jangan kurang ajar gitu bang. Emangnya Fei ini murahan gitu..!
Jangan karena kita udah pernah gituan.. jadi seenaknya ya..!”
Teriakku marah. Harga diriku tersinggung mendengar kata-kata Dulah tadi.

“Neng.. ga papa kalau neng ga mau.. tapi neng harus siap-siap hamil anak kita ya.
Kemarin kan neng lagi subur.. saya justru seneng koq. Kapan lagi ada amoy yang mau kita hamilin.. hehehe..”

Kembali aku tersentak mendengar celoteh Odet yang sangat melecehkanku itu.
Tapi pikiranku cepat berfikir jernih. Aku tidak mau hamil anak mereka.

Aku hanya mau beli obat anti hamil. Toh cuma sekali ini saja aku keluar rumah.
Sebaiknya aku tidak membuat masalah dengan mereka.. disamping aku takut sekali mendengar ancaman mereka itu.

“Jadi Fei harus pakai baju yang mana bang..? Jangan macem-macem dong.
Kita kan cuma mau beli obat.. masa’ pakai baju yang minim sih..?”

“Lu jangan banyak omong lah, lu pake aja rok yang 10 cm di atas lutut.. bajunya sih gapapa kaos merah juga..
tapi gausah pake kutang..” Dulah dengan seenaknya memberi usulan bajuku.

Dengan nafas panjang aku segera kembali ke rumahku untuk ganti pakaian sesuai permintaan mereka.
Untung saja baju kaosku cukup tebal.. sehingga putingku tidak terlalu terlihat jelas.

“Ci, pagi-pagi gini mau ke mana..? Gile.. roknya koq mini banget..!?”
Tiba-tiba suara adikku.. Evelyn terdengar di luar pintu kamarku dan tak lama kemudian masuk ke dalam kamarku.

“Gua mau kuliah dulu ya.. nanti pulang kuliah ada temen yang ulang tahun..
jadi sekalian aja gua pake baju ini. Bagus ga..?" Kataku berkelit”

“Wow.. keren banget ci, mirip Utada Hikaru..” kata adikku polos.
“Hehehe.. thnx ya.. Udah deh.. cici buru-buru nih nunggu yang jemput di depan rumah..”

“Iya deh ciciku yang cantik.. siapa lagi yang jemput nih..? Ko Albert ya..?”
“Eh, ehm.. iya. Udah ya.. bye..” kataku berbohong.

Kemudian dengan cepat aku keluar rumah lalu berjalan ke belakang rumah. Tampak Dulah sudah menungguku
“Ayo cepat sedikit, jem 8 gua harus kerja lagi nanti bapak lu marah.. gaji gua dipotong lagi. Nah gitu donk..!
Lu harus banyak pamerin kaki mulus lu..” Dulah mulai mengejekku.

“Tenang aja bang, papa tadi jam 7.30 sudah pergi ke bank, paling balik lagi jam 9an..”
kataku sambil mengikuti langkah Dulah.

Sudah kuduga sebelumnya.. daerah itu sangat sangar terutama bagi pejalan kaki wanita sepertiku.
Baru aku masuk blok itu.. terdengar suitan-suitan kurang ajar yang muncul entah darimana..
karena di situ banyak sekali rumah-rumah kumuh yang letaknya berdempetan.

Jalanannya hanya dapat dilalui satu mobil.. mobil yang lewatpun kebanyakan angkot-angkot atau truk barang..
karena bukan jalan utama.
Hasilnya sudah tentu jalan menjadi rusak berat.. pantas saja mobil-mobil pribadi enggan lewat jalan sini.

Aku masih kesal, karena Dulah melarangku untuk memakai mobil..
tapi melihat kondisi jalan yang parah begini.. aku agak mengerti juga meski aku ragu apa ini alasan Dulah melarangku.

Aku merasa banyak mata yang memandang padaku dengan pandangan aneh.
Waduh.. daerah ini lebih dari dugaanku. Mungkin penduduknya para pemulung atau orang-orang buangan semua.
Dulah malah sengaja berjalan sangat cepat di depanku seakan mau meninggalkanku di situ.

“Bang masih jauh ga..?” Kataku gelisah.
“Cerewet lu.. ikutin aja gua mau jauh atau ga.. mending lu inget-inget ini jalan supaya lu bisa ke sini sendiri..”

Tanpa banyak bicara lagi akhirnya aku terus menikuti Dulah..
Hingga akhirnya Dulah berhenti disuatu rumah yang bertulisan Jual Obat Kuat Pria.

“Ayo lu masuk.. jangan malu-malu. Gua kenalin lu sama penguasa sini.. hehehe lu pasti puas..”
Dulah menarik tubuhku ke dalam ruangan yang mungkin ruang tamu tapi kumuh sekali.

Sekelebat aku melihat mobil truk barang yang tak asing bagiku.
Lho.. itu kan truk papa..? Pikirku. Koq bisa ada di sini..? Batinku nggak ngerti

Dari dalam ruangan itu muncul seorang pemuda berpakaian lusuh dan kurus.
“Weleh.. ini toh amoy yang lu ceritain itu Dul..? Cantik amat..! Beruntung lu ya.." selorohnya menyambut.

"Hai.. nama lu Carline yang tinggal di rumah besar itu kan..? Gile.. ga beda jauh sama di filmnya yah..?
Panggilan lu siapa moy..? Kenalin.. gua Paijo..” Celoteh orang itu seenaknya membuat aku kaget setengah mati.

Film,.,? Dia bilang film..? Film apa..? Perasaanku mulai gelisah, ada yang tak beres, tapi aku berusaha tenang
“Nama saya Carline.. biasa dipanggil Fei chen bang. Eng.. film apa ya..? Ada yang mirip saya gitu..?” Tanyaku tak mengerti.

“Ya ada dong neng.. film lu kan udah kita tonton semua. Wuih.. ternyata aslinya juga mulus banget ya, Dul.
Anak majikan lu ini boleh juga.. si bos pasti suka nih. Dia kan udah lama ngincer amoy-amoy kayak gini..”
Duarr..!! seketika lemaslah tubuhku mendengar itu.

Aku mengerling ke arah Dulah.. dia dengan tampang kurang ajarnya berkata..
”Hehehe.. lu ga usah kaget.. film lu emang sengaja gua sebarin di kalangan kita-kita aja koq.
Sori yah moy.. abis kita semua memang kepingin cewek kayak lu sih. Di sini banyak yang naksir sama lu tuh.. lu tinggal pilih...”

Aku berkata lirih.. ”Kan dulu Fei bilang jangan sampai tersebar.. koq malah disebarin.. gimana sih..?”
Aku marah sekali karena merasa dibohongi kelima buruhku.

Sebenarnya aku sudah merasa ada yang tidak beres dengan kelima buruhku ini..
Tapi aku tidak menyangka ‘film-ku’ akan disebarluaskan.

Aku lantas bangkit berdiri dan langsung keluar dari situ.
Tapi belum sampai di pintu.. ada seorang pria berbadan tinggi kekar menghadang jalan keluarku.

“Wah.. akhirnya lu dateng juga Dul. Lu tau aja gua lagi konak nih.. bawa-bawa amoy segala lagi.
Owh.. yang difilm itu ya..? Neng.. adegan lu sama Dulah boleh juga.. gua suka rintihan lu.
Boleh dong gua coba juga. Lho.. kalau ga salah lu pacarnya Akew yang kita kerjain kemaren minggu kan..?”

Hampir pingsan aku mendengar itu. Ada apa pula dengan Albert..? Apa yang terjadi dengannya..?
Kita memang hampir putus.. jadi jarang komunikasi. Aku tidak tau apa yang terjadi minggu kemarin..
karena Albert memang tidak ke rumahku.

“Apa maksud abang..? Albert..?” tanyaku terbata-bata.
“Wah, gimana nih dul, koq dia gak tau apa-apa..?” Tanya orang yang baru datang itu.

”Biasa bos.. amoy-amoy memang munafik semua.
Tapi mungkin pacarnya malu.. jadi kagak cerita.. hehehe kasi liat aja bos videonya.. biar joss..!”

Tanpa banyak berkata lagi orang yang dipanggil bos itu menarik bajuku..
sehingga mau tidak mau aku harus mengikuti arah tarikan agar bajuku tidak sobek.

“Sini Lin.. lu musti liat kontol pacar lu. Lu pernah liat ga..?”
Dia mengambil handycam di sudut ruangan/.. lalu memberikannya padaku.

Aku penasaran.. jadi aku menurut saja waktu dia memperlihatkan film yang membuatku merasa jijik sekali pada Albert.
Di film itu Albert tampak ketakutan sekali berada di sudut ruangan.. tampak habis dipukuli.

Lalu tampak 3 orang preman memegangi tangan dan kakinya lalu melucuti pakaian Albert.
Terdengar suara Albert memohon ampun.. tapi ketiga orang itu tidak peduli. Malah tampak sangar sekali.
Pakaian Albert dilepas paksa sampai bugil.. lalu penis Albert di close up pada jarak dekat.

“Liat tuh moy.. ga disunat mana enak. Kecil lagi..!!” Dulah berkata di belakangku.
“O.. itu pacar lu moy..? Kasian deh lu punya pacar kayak banci gitu..” kata orang pertama yang kuduga adalah teman si bos.

Adegan berikutnya tampak Albert dikencingi ketiga preman itu sambil merangkak dan membersihkan air kencingnya dengan lidah.
Tampak seorang preman menendang Albert dan memaksanya trus menjilati lantai lalu membersihkan penis preman-preman itu.
Adegan berdurasi kira-kira 15 menit itu berakhir dengan proses mastubasi Albert di depan preman itu yang tertawa-tawa mengerikan.

“Pacar lu tuh udah belagu, pelit lagi, makanya biar tau rasa dia dikerjain si Abdul botak, tapi pacar lu cuma kita kasi pelajaran aja koq..”
Aku memejamkan mataku membayangkan kejadian yang menimpa Albert itu.
Dia memang tipe orang yang sok kaya dan pelit, aku kasihan melihatnya.

“Bos, sekarang mana si botak itu? katanya mau nyobain ngentot ni amoy, tapi koq belum datang..?”
Dulah bertanya dan cukup membuatku shock.

Tak lama kemudian datang lagi 2 orang yang langsung kukenali sebagai sopir truk papa dan kernetnya.
“Lho non Carline koq ada di sini, mau obat kuat juga ya..? Hehehe.. denger-denger non suka ngentot juga ya..?
Kenapa ga ajak-ajak kita non..?” Kata Usep sang kernet. Aku terdiam.. panik dalam hatiku.

“Jo, ambilin obat kat buat kita semua dong, hari ini kita pake ni amoy sampe puas..”
Oman dengan berani mendelik padaku.

“Oke semua kebagian koq. Gratis buat hari ini. Dul.. lu mau ikutan ga..?”
Kata orang yang dipanggil Jo.. rupanya dialah Paijo sang asisten. Bosnya tentu Ahmed.

“Gua ga ikutan deh.. mau kerja dulu. Kalian saja yang nikmati ni amoy sampai puas.
Oya.. jangan lupa kemaren kita keabisan anti hamil.. ni amoy lagi subur..
pengen beli obatnya langsung biar lebih murah..” katanya.. Dulah akhirnya memberitau maksud kedatanganku sebenarnya.

“Tenang aja neng amoy, nanti abang kasih murah anti hamilnya..
Yang penting lu hari ini mesti layanin kita semua ya..!?” Teriak Ahmed tidak sabaran.

Dengan ketakutan aku memelas.. “Jangan bang, Fei gak mau. Bang Dulah.. tolongin Fei.. Fei ga mau..
Fei cuma mau beli anti hamilnya.. Fei ga mau hamil..” kataku hampir menangis.

“Emang gua pikirin..? Udah.. ga usah bawel.. lu layanin aja mereka di sini.. gua mau kerja dulu.
Nanti lu pulang sendiri aja ya.. kalo ga tau jalan.. minta anter aja sama Oman.. makanya layanin baek-baek ya.
Nanti malem baru giliran gua di kamar lu..” Dulah berkata demikian sambil pergi keluar dengan tenangnya.

Uhhh.. Lemaslah aku, sudah kubayangkan hari ini akan panjang bagiku..
Aku akan menjadi bulan-bulanan orang-orang yang tak kukenal.

Lalu kudengan Oman berkata keras padaku.. “Harusnya kakak lu yang gua bantai..
tapi ga apalah.. ga ada kakak.. adiknya juga lumayan mulus buat gua bantai. Hahahaha..
Akhirnya kesampaian juga gua ngentotin anak majikan gua. Sayang gua keduluan si Dulah merawanin ni cewek..”

“Iyalah.. ini juga udah bagus, gua sebenernya juga ngincer kakaknya.. eh malah dapet adiknya.
Ga papalah.. yang penting gua puas..” Usep menimpali Oman.

“Kita harus tunggu si Abdul dulu.. jangan dientot sekarang.
Ai Abdul kan yang paling pengalaman ngentotin amoy. Mending kita bikin memeknya basah-basah dulu..”

Paijo tanpa diperintah mulai mendekatiku diikuti ketiga yang lainnya,
Aku berusaha mundur tapi ruangan itu sempit sekali, dua langkah mundurpun punggungku sudah menempel ditembok.

“Ayolah non Carline, masa’ dientotin Dulah aja mau.. masa’ sama kita-kita ga mau..?
Kontol kita juga besar koq. Kita kan rajin ke sini ya bos, khusus ngegedein kontol..”

Oman terus mendekatiku..
“Kontol kita semua jaminan mutu koq neng. Mau liat dulu buktinya..? Gini-gini gua punya ramuan khas arab..”

Ahmed mulai beraksi melepas celananya diikuti yang lainnya. Glugg..!!
Aku tercekat tidak tau harus berbuat apa dikelilingi pria yang terlihat bernafsu sekali memperlihatkan penisnya padaku.

Dadaku serasa terbakar melihat penis mereka yang ternyata di atas ukuran normal.
Rata-rata hitam lagi.. membuatku bergidik. Badan merekapun hitam berdaki. Malah Oman bertatoo di dadanya.

“Bang jangan begitu please.. saya ke sini cuma mau beli anti hamil..
tolong deh bang.. jangan perkosa saya..” kataku bergetar ketakutan.

“Duh si neng.. kita udah pada lepas kolor nih.. harus dituntasin. Ga papa neng, nanti abang traktir anti hamil yang maknyus..
sekarang buka dulu bajunya ya, kontol abang udah tegang nih, pasti badan neng mulus sekali, abang liat ya..”
kata Ahmed sambil meraba payudaraku.

Aku berusaha memberontak.. tapi tak bisa..
karena tiba-tiba saja tangan-tangan mereka sudah memegangi tubuhku hingga tak bisa bergerak.
Aku panik sekali waktu itu.. karena memang aku tidak memakai bra akibat menuruti Dulah.

Paijo meraba-raba kakiku mulai dari betis sampai paha sambil menyingkap rokku.
Oman sibuk mengocok-ngocok penisnya di dekatku. Ahmed meremas-remas payudaraku.
Dan Usep memegangi tanganku sambil mulutnya menjilati tengkuk, telinga dan bahuku dari belakang.

“Buset ni amoy kulitnya putih amat.. halus banget kulit lu neng, kakak lu dalemnya kayak lu juga atau gak..?”
bisik Usep di telingaku.

Diperlakukan seperti itu lama kelamaan gairahku bangkit juga..
tapi aku sungkan sekali pada mereka karena sebagian tidak kukenal.
Oman dan Usep pun hanya kukenal sepintas karena mereka jarang ada di rumahku.

Hatiku kacau sekali ingin melawan.. tapi nafsu ini terlalu kuat untukku.
Memekku rupanya sudah ketagihan sodokan penis..
Maksud hati ingin melawan.. tapi reaksi tubuhku mengatakan yang sebaliknya.

Aku diam saja waktu baju atasku dilucuti Ahmed, hingga aku setengah telanjang.
Kulihat kepala penis Oman sudah berkilat basah.

Ahmed menciumi kedua payudaraku dengan rakusnya hingga putingku mengeras tegak.
“Nah yang begini ini yang gua mau dari dulu.. kulit putuh mulus dengan puting merah pink.. neng.
Enak gak abang sedotin putingnya..? Jo, lu buka aja roknya.. ni amoy kayaknya udah konak juga.
Gua penasaran pengen liat jembutnya.. di film kan kurang jelas..”

Paijo tanpa disuruh duakali segera melepas rok yang kupakai..
lalu Usep memelorotkan celana dalamku hingga aku polos tanpa busana.

“Aduh neng, bener-bener mulus.. koq bisa sih badan amoy kayak gini..?
Pantes aja si Dulah betah kerja di sana, neng jadi simpenan abang aja ya.. “

Aku tertunduk malu sekali dilihat oleh empat pasang mata buas..
Aku hanya bisa menutupi kemaluanku dengan tangan kiri sementara tangan kanan menutupi payudaraku.

Dinding vaginaku terasa berdenyut membayangkan komentar-demi komentar mereka.
Sepertinya hari ini 'terpaksa' aku akan menyerahkan diriku pada mereka.

Detik berikutnya tubuhku digotong Paijo dan Usep ke dalam kamar.. entah kamar siapa.
Yang jelas ukurannya tidak sebesar kamarku dan warnanya sudah kumuh sekali.. diterangi lampu neon.

Aku lantas dibaringkan di atas dipan. “Nah.. lu akhirnya nyerah juga. Bilang kakak lu.. jangan belagu gitu.
Suatu saat kakak lu juga akan merintih-rintih kita entot rame-rame..”

Oman agaknya masih dendam pada ciciku. Dia sepertinya akan melampiaskannya padaku.
Kini keempat orang itu sudah telanjang bulat di depanku tanpa malu-malu.

CONTIECROT..!!
----------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
:asyik:.. melaM dooG
eperibadi..

Noh.. di atas Nubi postingin Part 3 Cerita 77..

Sialkan dikenyot.. nyot.. :nenen:
 
------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 077 – Lust in Broken Home


Chapter 4 – Terjerumus Birahi

“Ayo moy dimulai dong.. katanya sepongan lu yahud. Coba isepin kontol gua..”
“Neng.. lu telentang aja posisinya.. biar abang isepin memek lu. Keliatannya udah basah ya.. kayaknya enak tuh..”
“Tangan lu kocokin kontol gua yah..”
“Biar gua yang isepin susu lu..”

Kata-kata mereka meluncur begitu saja dalam otakku.. aku tidak tau lagi siapa yang bicara padaku.
Tubuhku seperti menuruti apapun perintah mereka..

Tak lama kemudian Ahmed mendekatkan penisnya pada mulutku.
“Isep ya moy.. lu bikin gua enak dulu.. nanti gantian lu gua bikin menggelepar nikmat..”
Clrupp.. dengan terpaksa aku mengisap penisnya.. untunglah aku sudah pengalaman mengisap penis buruh-buruhku di rumah.

Tangan kananku mengocok penis Oman.. sementara Usep sibuk mengisap dan menjilati seluruh tubuhku.
Paijo sudah merangkak membuka kedua kakiku.. sehingga pahaku mengangkang dengan lubang vagina menghadap ke wajah Paijo.

“Wuih.. bulu jembut nya tipis ya non, abang isep memeknya ya..?”
Kata Paijo dengan lidah yang mulai menyeruak membuka vaginaku yang sudah basah.

Click.. click.. click.. Lidahnya mempermainkan birahiku..
"Ohhh.." aku merintih merasakan kenikmatan seperti itu.

Sejak dipermainkan buruh-buruhku di rumah.. aku memang berubah menjadi lebih bitchy.
Secara penampilan aku berubah 180 derajat/.. ternyata tubuhkupun sekarang menjadi haus belaian pria.

Aku bukan jablay.. justru karena sering dibelai pria.. tubuhku menjadi mudah bereaksi.
Aku menjadi penurut sekali pada pria yang menyetubuhiku..

Demikian pula saat Paijo memberi instruksi agar aku membuka lebih lebar lagi kedua kakiku.. aku refleks mengikutinya..
Hingga wajah Paijo benar-benar tepat di depan vaginaku yang membuka.

Slrupp.. slrupp.. dia mengisap cairan vaginaku yang memang sudah basah tak keruan.
Sensasi itu demikian hebatnya dalam dadaku hingga dadaku terasa bergolak menahan nafsu yang meledak-ledak.

Aku merasa malu untuk menunjukkan kalau akupun bernafsu sekali waktu itu..
Tapi tetap saja aku tidak dapat menyembunyikannya lama-lama..
Karena bukti cairan di vaginaku itu cukup untuk membuat keempat pria ini tau pasti bahwa aku sedang ingin digauli.

Mengetahui bahwa aku sudah takluk.. mereka malah mempermainkanku di kamar itu.
Satu per satu mereka meraba-raba daerah sensitifku tanpa memuaskanku dengan permainan final mereka.

Aku tergolek di atas ranjang itu tanpa busana.. di sekelilingku tampak pria-pria buas sedang mempermainkanku.
Aku hanya dapat menunggu mereka menggagahiku.

Mereka tampak liar sekali.. dengan mata yang hampir tidak berkedip..
dan air liur pada penis mereka yang sudah mengacung siap merobek pertahananku.

Tiba-tiba bunyi pindu digedor.. lalu masuklah seorang pria tinggi besar agak botak dengan mata merah.
“Med, lu lagi apa pagi-pagi gini masih di kamar..?” Sewaktu matanya melihatku, tampak mulutnya menyeringai buas.

“Wah, ada amoy di sini.. Lah.. ini kan yang pacarnya gua kencingin..?
Hehehe gua juga mau dong ngencingin ceweknya.. tapi pake sperma gua..” katanya lagi mesum.

Aku kaget melihatnya tiba-tiba datang..
tapi tubuhku yang telanjang tidak dapat berbuat apapun lagi untuk menutupi keadaanku itu,

Apalagi seluruh pakaianku entah dibuang ke mana oleh Paijo.
Aku hanya bisa menutup kedua kakiku yang sedang terbuka.. sehingga wajah Paijo tidak lagi di depan vaginaku.

“Hei dul.. kita memang lagi nungguin lu.. dapet mangsa nih.. amoy lagi kesukaan lu.
Mana si Somad sama Tirta, koq ga bareng..?” Ahmed menanyakan pada pria botak yang baru datang..
yang ternyata Abdul yang kulihat videonya waktu melecehkan Albert.
Sontak saja aku ketakutan melihatnya.. karena dari mukanya seperti sedang mabuk dan bertampang residivis.

“Mereka masih tidur semua.. gara-gara kemaren banyak dapet mangsa jadi bisa mabok sepuasnya..
Eeh.. sekarang malah bisa ngentotin cewek.. terakhir gua ngentotin cewek amoy waktu di Jakarta minggu kemaren..
eh sekarang dapet lagi amoy di sini..”

”Dasar lu lagi beruntung kali Dul.. dikejar-kejar polisi tapi selalu bisa lolos.. gua salut..!” Oman memuji Abdul.
“Hehehe iyalah.. sekarang gua punya target ngerampok lagi di kota ini..
Hehehe pasti anak gadisnya banyak juga yang kayak gini nih..” katanya sambil meremas dadaku di hadapan yang lainnya,
Aku hanya bisa memandang sayu pada mereka semua.. aku sudah bisa membaca nasibku hari ini.

“Iya Dul.. lu kan pengalaman ngentotin amoy-amoy gini. Apa enaknya sih..? Kita ikutan dong..!” Usep sambil mengerling padaku.
“Weleh-weleh.. amoy gini sih memang enak memeknya. Apalagi yang badannya putih mulus.. dijamin jembutnya sedikit..
Tuh.. kan bener..” kata Abdul sambil membuka kakiku secara kasar.. lalu meremas vaginaku yang memang berbulu tipis.

“Dapetinnya yang susah. Amoy gini kudu dipaksa dulu ngerasain kontol.. baru nyerah. Tapi amoy yang ini sih gampang.
Udah kepelet si Dulah. Hohohoho.. tenang aja.. lu harus layanin kita semua hari ini. Nyantei aja neng.
Sama gua sih gampang.. mau hamil atau engga tetep enak. Terakhir amoy yang gua entotin hamil.. gampang digugurin koq.
Tinggal bilang.. trus gua sodok lagi..” katanya panjang lebar.

Sudah kuduga Abdul ini residivis.. perampok yang sadis.
Abdul segera saja membuka pakaiannya, tampak penis hitam bergelantung di antara kakinya.. tubuhnya kotor penuh daki.

“Kalian liat ya.. gua mau entotin ni cewek. Nanti giliran kalian. Nih.. gua kasih contoh titik-titik penting kelemahan cewek amoy.
Dijamin meler tuh memeknya..!” Tangannya yang besar menarik kedua kakiku.. lalu menggesek-gesek klitorisku.

Uhhh.. aku terpejam merasakan sensasi yang terbaru ini. Clepp..! Jari tengahnya mulai menerobos vaginaku. Besar sekali jari ini.
Mungkin tiga kali jari tanganku. Seketika aku menggelinjang di tengah-tengah kasur dengan ditonton oleh lima pasang mata.

Kali ini vaginaku diaduk-aduk oleh tangan Abdul. Lima menit kemudian aku langsung orgasme.
Tubuhku melenting.. diiringi lenguhan panjang tanda kepuasanku.
Tampak kelima orang di selilingku menyeringai puas melihatku.

Abdul lalu menarik tubuhku.. “Nih moy.. jilatin kontol gua atau lu gua kencingin kayak pacar lu..!”
Bangkit pelan-pelan.. aku merangkak mendekati penis Abdul yang sudah tegak,

Aku berusaha cepat memuaskannya.. tapi sepuluh menit kemudian Abdul membanting tubuhku hingga telentang.
Lalu .. jlebb..! Penis hitam itu akhirnya terbenam lalu mengaduk-aduk liang vaginaku..

"Nghhhh.. ohhh..!!" Aku merintih.. Ya tuhan.. penis ini enak sekali di dalam rahimku..!

Terasa sekali denyutannya dan sodokannya menyentuh dinding rahimku..
Hingga akhirnya aku terkapar lagi dilanda orgasme dasyat.. diiringi tawa liar Oman dan kawan-kawannya.

Tak lama kemudian Abdul memuncratkan spermanya dalam rahimku.. kembali aku sadar saat ini aku dalam masa subur.
Tapi sudah kepalang.. tampak keempat pria itu mulai meminta jatahnya menyetubuhiku.

Mereka lantas bergantian menyetubuhiku. Hari itu bertambah panas.. karena tak terasa sudah jam 2 siang..
Sekujur tubuhku terasa lengket oleh sperma demi sperma yang menyiram tubuhku di dalam dan luar rahimku.

Oman dan kernetnya tersenyum puas melihat keadaanku itu.
“Gila.. gua belum pernah ngerasain amoy seputih ini. Biasanya amoy-amoy blasteran yang gua entot.
Akhirnya gua bisa juga ngentotin yang bener-bener amoy.. enak ya.. kulit badan lu halus amat moy.. Sering luluran ya..?"

Kata Abdul kemudian.. aku hanya menggeleng lemah.
“Ehm engga juga bang, memang udah dari sananya gini..” kataku sambil beristirahat.

“Dul, emang semua anak majikan kita putih-putih.. apalagi lu liat adiknya.. pasti kontol lu ga kan normal lagi..
Alias ngaceng terus. Kapan-kapan boleh kan non kita maen sama adik non atau kakak non..?”

Pertanyaan Oman ini sangat mengganggu pikiranku..
karena bagiku ini kata-kata yang sangat kotor.. berani menghina cici dan adikku.
Tapi aku tidak berani berkata kasar pada mereka, aku takut tidak bisa pulang.

“Maen apa maksud abang..?” Tanyaku pura-pura tidak mengerti.
“Terus terang ya non.. sejak kita berdua kerja di rumah non, kontol kita cape ngaceng terus kalau liat kalian bertiga.
Jadi kalau bisa.. kita juga mau ngentotin kakak sama adek non.." celoteh Usep membuatku syok.

“Jangan bang.. cukup saya saja. Jangan cici atau adik saya.. mereka juga ga akan mau digituin sama kalian..” protesku kesal.
“Yeuh si neng mah.. neng aja betah kita entotin. Siapa tau non Christin sama non Evelyn juga suka.
Kan rame.. semua anak bos kita dientotin.. ga percuma gaji kita kecil.. tapi bisa ngewe anaknya, kita baru puas nih..”
Oman berkata lagi.. tapi aku kali ini tidak mempedulikannya.. malas berbantah dengan orang kasar seperti mereka.

“Sudah ah bang.. saya mau pulang. Mana obat anti hamil yang saya pesan..?"
Tanyaku pada Ahmed yang sedang duduk menuntaskan spermanya yang masih menetes ke lantai.

“Oke siap non. Tapi lu bersihin dulu kontol gua nih.. spermanya banyak yang masih netes-netes..”
Katanya sambil mendekatkan penisnya pada mulutku.

Uhh.. mau tidak mau aku terpaksa menjilati kepala penisnya dari sperma kental yang masih sedikit keluar.
“Nah gitu dong moy.. kalau udah baru gua kasih anti hamilnya..”

Aroma sperma pekat seperti telah biasa kuhirup sejak aku hobi pesta seks di rumah..
hingga aku tak asing lagi dengan aroma sperma.
Tak lama kemudian aku menyudahi jilatanku karena sperma Ahmed tidak lagi keluar.

“Lu tunggu di sini ya.. jangan pake baju dulu.. gua mau ambil obatnya di kamar sebelah..”
Kata Ahmed sambil segera keluar kamar dan tak lama kemudian dia melemparkan satu butir pil di atas perutku.

“Nih lu makan obat ini hasil racikan gua.. jadi ga dijual bebas di pasaran. Lu kalau mau obat ini lagi harus ke sini sendiri.
Puasin gua dulu.. baru gua mau jual pil ini. Kalau ga mau.. yah selamat hamil aja ya.. hahaha..”
“Setuju Med.. pinter juga lu. Jadi kita bisa entotin lagi nih amoy sampe puas..”

Aku memandang mereka tampa berkata lagi. Percuma saja aku mau beli obat itu.
Aku malas melayani mereka.. lebih baik aku batal bisnis anti hamil.. daripada aku jadi bulan-bulanan preman-preman seperti mereka.

Aku segera berpakaian.. diiringi tatapan mesum lima orang pria di ruangan itu.
“Non, celana dalamnya jangan dipake.. nanti kan abang anterin..”
Kata Oman sambil tangannya merebut celana dalam yang baru akan kupakai, lalu dia membuangnya ke sudut ruangan.

“Titip di sini aja celananya.. nanti gua anterin ke rumah lu, boleh kan..?”
Tiba-tiba Somad berkata demikian yang membuat bulu kudukku berdiri.

“Tenang aja moy.. gua denger mama kamu aja udah jadi perek sekarang. Asal lu tau aja.. si Nurdin itu minta peletnya dari gua.
Makanya mama lu betah sama kontol si Nurdin. Gua juga suka pake memek mama lu..
jadi kalau gua ke rumah lu.. pasti mama lu bakal kesenengan. Tapi gua sekarang lebuh suka memek lu. Lebih enak dari mama lu.
Siapa tau memek cici lu lebih enak lagi..”

Somad menjelaskan panjang lebar.. membuatku lebih sedih.
Ternyata preman inipun pernah meniduri mamaku. Entah siapa lagi yang pernah tidur dengan mamaku.

Aku takut sekali mendengarnya.. badanku sampai menggigil.
Siapa sangka.. orang yang baru saja menyetubuhiku ternyata juga pernah menyetubuhi mama.

Tanpa berkata-kata lagi aku segera keluar.. diikuti Oman dan Usep yang mau mengantarku.
Sementara kutinggalkan.. kudengar para pria itu meneriakiku.
Aku duduk di tengah diapit Oman dan Usep dalam mobil box papaku.

Sepanjang jalan aku menunduk tanpa kata. Aku tidak berani bertatapan dengan Oman dan Usep.
Aku merasa malu sekali.. terutama pada diriku sendiri.. Aku merasa orang-orang di jalan berpandangan aneh melihatku..
Gadis berambut pirang duduk diapit orang yang tidak pantas di sebelahku..

Sementara aku tidak bisa berbuat banyak.. aku masih terpukul masalah mamaku.
Sekarang orang-orang seperti para buruhku sudah melecehkanku.. malah aku memberikan keperawananku pada mereka.

Tangan jahil Usep mulai menggerayangi pahaku yang terlihat sangat putih terkena sinar matahari.
Sementara tangan kiri Oman menarik paha kananku ke arahnya..
lalu Usep mengelus-elus vaginaku yang tampak memerah dan agak bengkak.

“Sudah ah bang, saya capek.. mau cepat pulang..” cetusku.
“Hehehe iya deh neng.. abis paha neng Carline putih sekali.. begitu menggoda..” Tangan kiri Oman kembali menyetir mobilnya.

Akhirnya aku sampao di depan pintu rumah. Aku tidak mau Evelyn atau ciciku tau keadaanku.
Lalu dengan mengendap-endap aku bergegas kembali ke kamarku.

“Lho non sudah kembali ya.. koq bau peju non..? Enak ga maen sama Somad..? Hehehe.. ketagihan ya non..?
Tuh matanya masih sayu gitu.. masih kerasa ya..?”
Odet menyapaku dari belakang.. membuatku kaget setengah mati.. kukira papa.

“Aduh bang.. jangan bikin kaget ya..! Mana Evelyn..? Mana cici..? Papa di mana..?” Tanyaku buru-buru.
“Tenang non.. tadi semua udah pada berangkat kuliah. Malah papa non baru saja berangkat 5 menit yang lalu..”
Ahhh.. Plong dadaku mendengarnya.

Tanpa mempedulikan ocehan Odet.. aku segera mengunci pintu kamarku..
Kemudian langsung meminum pil anti hamil yang diberikan Ahmed padaku.

Sekujur tubuhku penat.. rasa ngilu pada selangkanganku makin terasa.
Pikirku.. aku butuh banyak istirahat hari ini. Nanti malam Dulah sudah memesanku di kamarku.
Staminaku harus segera pulih.. atau aku bisa pingsan nanti malam.


“Ci, bangun..! Sore gini malah tidur..” Samar-samar tubuhku merasa diguncang-guncang.
Aku membuka mataku, tampak Evelyn adikku teriak-teriak membangunkan aku.

“Hah..? Sekarang jam berapa Lin..?” Tanyaku setengah sadar.
“Jam 5 sore ci, cepet bangun, mandi tuh udah ditunggu mama..?”

“Lho mama kan biasa pulang jam 6..?” Tanyaku heran.
“Ga tau tuh.. mama pulang sendiri tadi ga sama mang Nurdin.. lagi berantem kali.
Sukurin aja yah ci.. kita kan mana mau punya papa tiri kayak gitu..” ujar Evelyn berbisik.

“Yah biar ajalah.. toh kasian juga mama kalau gak punya pelampiasan.
Mama kita kan masih muda..” kataku juga berbisik.

“Iya juga sih.. tapi kenapa harus sama mang Nurdin, coba..?
Kan masih banyak cowok lain. Kenapa harus sama sopir, kan memalukan..!”

Aku kembali teringat pembicaraan dengan Somad. Aku baru mengerti kejadian ini.
Rupanya mamaku kena pelet yang dibuat Somad untuk Nurdin.
“Sudahlah plin, kita jangan ikut campur, nanti malah terbawa arus..” kataku berusaha menenangkan adikku.

Memang adik dan ciciku sangat membenci Nurdin.. yang dianggap telah merusak hubungan mama dengan papa.
Akibatnya mereka jadi tidak suka semua pegawai di rumahku.
Apalagi sejak kejadian mama dengan Nurdin.. semua buruh-buruh itu sering menatap kami semua dengan pandangan buas.

Yah.. aku memang telah menjadi korban nafsuku sendiri.. akibat sering melihat mama bersetubuh dengan Nurdin.
Rupanya pelet Somad begitu ampuhnya.. hingga aku yang cuma melihatpun jadi ikut menyerahkan diriku.

Aku melihat adikku.. pantas saja mereka juga begitu menginginkan adikku ini.
Evelyn cantik sekali.. dengan potongan tubuh yang seksi dalam usia belianya.. ditambah dengan tekstur kulitnya yang lembut.
itu menjadi kelebihan dari aku dan ciciku Christine.

Selain putih sepertiku.. kulit Evelyn juga tampak sangat lembut. Pria mana yang tidak akan tergoda menyentuhnya.
Hanya saja gaya berpakaian Evelyn yang memang sangat dijaga bila bertemu dengan orang-orang pribumi..
Tapi bila shoping dengan teman-temannya.. Evelyn begitu modis.

“Ada apa mama nyari gua Plin..?" Tanyaku setelah pikiranku kembali ke alam sadarnya.
“Gak tau ci.. kayaknya mau ajak kita jalan-jalan tuh. Mungkin dia lagi bete sama si Nurdin itu.
Tapi aku gak mau ikut ah.. biar tau rasa tuh mama..”
“Iya yah.. gua juga ga ikut ah. Males.. lagi pengen tidur neh..” kataku memberi alasan.

Sebenarnya aku tidak mau karena ingat acara malam ini dengan Dulah. Lagian malas jalan-jalan sama mama.

“Fei Chen, kamu lagi apa..?” Tiba-tiba mama sudah nongol di pintu kamarku
“Ikut mama yuk.. kita makan di luar..” ajak mama lagi.

“Waduh mama.. malam ini Fei harus buat tugas kuliah..” kataku berdalih.
“Ooo.. jadi mama makan sendirian dong. Papa kamu lagi sibuk, gimana ya..?” Mama merengut.

“Sama Nurdin aja ma..” Evelyn memotong cepat.
“Mang Nurdin lagi mama suruh ke rumah klien di luar kota.. jadi ga bisa temenin..” mama menjawab ketus.
Kami berdiam diri menunggu reaksi mama selanjutnya.

“Yah sudahlah kalau kalian gak bisa temenin mama.. mama tunggu Fei Ling aja.. dia pasti mau diajak.
O ya.. mama denger dia putus lagi ya sama pacarnya..?” Entah darimana mama mendapat informasi ini.
Aku tidak berani berkomentar, hanya mengangguk saja mengiyakan. Akhirnya mama pergi dari kamarku.

“Ci.. koq akhir-akhir ini aku jarang lihat ko Albert..? Ke mana dia ci..? Gak pernah lagi berkunjung ke sini..?"
Tanya Evelyn sambil badannya siap-siap untuk pergi juga.

“Yah.. cici juga ada masalah sama Albert.. lagi break..”
“OOO break dulu ya..? Pantes aja gak pernah liat bareng. Ya udah ya ci.. aku mau mandi dulu..”
kata Evelyn benar-benar pergi dari kamarku.

Tiba-tiba aku merasa menyesal telah menyerahkan keperawananku pada buruhku.
Aku iri melihat adik atau kakakku yang sedang menikmati masa mudanya tanpa jadi budak seks.
-----ooOoo-----

Tak terasa.. malam pun tiba sangat cepat. Hari ini aku lelah sekali.. semua orang di keluargaku sudah ada di rumah.
Aku tegang sekali.. karena tadi pagi Dulah minta jatah malam ini.. dan aku harus memenuhinya.

Karena kalau sekali aku tidak memenuhinya.. tentu Dulah akan membuat aku malu di depan papa dan mama..
atau di depan cici dan adikku.. atau pula di depan semua teman-temannya.
Malah mungkin aku bisa jadi mangsa teman-teman Dulah yang lainnya.

Entah kenapa vaginaku berdenyut tak karuan.. padahal hatiku menolak perlakuan buruhku..
yang selalu ingin menikmati tubuhku.
Aku menjadi kesal sendiri merasakan dua hal yang bertentangan dalam hatiku dan dalam tubuhku.

Belum lagi aku takut ketauan orangtua.. cici dan adikku. Bagaimana kalau mereka sampai tau kegiatanku ini..?
Ditambah ketergantunganku pada anti hamil.. yang justru makin menyeretku pada freeseks..!
Ahhh.. terbayang juga kebuasan wajah Dulah.. terutama bila kutolak.. tentu aku akan semakin dilecehkan.

Cuma satu hal saja yang tak dapat kutahan.. yang berhasil mengalahkan semua pertimbanganku..
Yaitu nafsuku yang tak dapat kubendung.. terutama bila vaginaku mulai berdenyut dan basah.

Tentunya aku akan rela-rela saja dibuat semakin basah oleh semburan sperma.. dan ini pula yang terjadi malam ini.
Keperkasaan Dulah membuat vaginaku ketagihan.

Aku teringat percakapan Abdul tadi siang. Antara percaya dan tidak aku telah terkena pelet Abdul..
Cuma gara-gara melihat mamakuyang kena pelet dengan bersetubuh dengan Nurdin. Benarkah..?

Yah entahlah.. aku tidak terlalu mempercayainya.
Yang jelas kelompok mereka mempunyai cara-cara membuat penis pria jadi besar dan perkasa..
hingga mampu membuat aku dan mama ketagihan.

Jam telah menunjukkan pukul 11 malam.. akhirnya terdengar ketukan dipintu kamarku.
Lalu muncullah Dulah dengan wajah mesumnya yang sangar sekali.

“Ada yang tau gak bang..?” Tanyaku penuh kuatir,
“Ga ada koq.. semua udah pada tidur. Lagian gua udah punya kunci duplikat pintu gerbang depan sama kamar lu..”

Dulah langsung mencium bibirku penuh nafsu. Akupun dibuat gelagapan melihat reaksi spontan seperti itu.
Meskipun pada akhirnya aku hanya pasrah menerima apapun perlakuan Dulah padaku..

Sampai Dulah membuka seluruh pakaian yang kupakai. Aku menggelinjang di tempat tidurku..
sambil melihat Dulah membuka seluruh pakaiannya hingga kami telanjang bulat di kamarku.

Nafasku mendengus tak teratur.. sementara Dulah tanpa basa-basi menjilati seluruh tubuhku.
“Mmmmmhhh.. bang, enakkk. ahhhh.. ahhh..” desah dan eranganku mulai terdengar.

Tak terasa aku merintih merasakan lidah Dulah menjilati dan menjalari seluruh lekuk tubuhku.
Tanpa sadar pula aku malah membuka kedua belah kakiku..
seolah-olah berharap Dulah menjilat.. dan mengisap isi vaginaku yang semakin membanjir.

Dulah semakin bernafsu merangsangku sedemikian liarnya.
“Lu belum puas ya.. tadi siang kata Usep lu ngelayanin si Abdul ya.. masih pengen ya moy..?”

Dulah seolah menghinaku.. aku tak menjawab karena Dulah bertanya sambil mengisap-isap vaginaku.
Aku hanya mengangguk lemah.. tak peduli Dulah melihat anggukanku atau tidak.
Dulahpun mungkin tak melihat anggukanku.. dia hanya ingin melecehkanku.

“Udah gua bilang.. coba dari dulu lu rasain kontol kita semua.. lu pasti ga akan sombong kayak sebelum kita perawanin.
Nah.. kan sekarang lu udah tau enaknya ngewe sama kita.. tuh memek lu udah basah sekali moy.. ga tahan ya..?
Lu keluarin aja tuh pejunya.. gua isepin sempe abis.. lu isepin juga kontol gua ya..”

Tanpa disuruh duakali.. Ctap..!! Akupun menggenggam penis Dulah yang terasa sangat tegang..
Dengan kepala jamur besarnya yang membasah juga. Makin membuatku terbakar birahi.

CONTIECROT..!!
------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Bimabet
:perang: ..irahiniD dooG
eperibadi..

Nohh.. di atas Nubi postingin Part 4 Cerita 77..

Sialkan dikenyot.. nyot..:nenen:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd