-----------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita 54 – Awalnya Dipijat, Setelahnya .. [Part 4]
Kubalikkan tubuhnya hingga telungkup dan aku menciumi pundak..
punggung.. dan turun ke pinggul dan pinggangnya.
Kemudian kedua belah pantatnya kuremas-remas dan jari-jariku mengait-ngait lubang anusnya.
Lidahku kuarahkan menciumi anusnya hingga ia terpekik.
”Ahhh.. diapain lubang yang itu, Mas..?”
“Aku gemas pada dirimu Mbak. Tapi percayalah, aku akan memuaskan dirimu lagi.”
Lidahku kugerakkan memutari permukaan lubang anusnya bahkan sesekali menusuk lembut ke dalam..
meski pun tidak bisa dalam kumasukkan lidah ke situ..
tetapi beberapakali tusukan sudah cukup menaikkan birahinya kembali.
Setelah itu.. aku menjilati celah-celah pahanya dan turun ke arah vaginanya.
Kuciumi labianya dan lidahku kujulurkan masuk ke liang vaginanya.
“Ehhhssssttt.. Massss.. yahhh enak tuch, terusin yaaa..” rintihnya sambil meliuk-liukkan pinggulnya.
Kurasakan vaginanya mulai basah lagi dan kuperhatikan liang vaginanya berdenyut-denyut..
mengembang dan menguncup.. dengan warna merah muda dan aroma yang harum.
Heran.. koq bisa-bisanya vagina perempuan ini begitu indah..
Padahal sudah 15 tahun kawin dan melahirkan tiga orang anak..? Pikirku.
Sambil berpikir demikian.. kurasakan gejolak darahku semakin deras dan penisku semakin tegang.
Akhirnya kuarahkan penisku tepat di belakang pantatnya..
Lalu kutarik sedikit ke belakang kedua belah pantatnya hingga agak nungging.
Slebbb..!! Perlahan-lahan kuarahkan penisku ke lubang vaginanya..
setelah mengusap-usap labianya dengan glans penisku.
Blesskk..!! “Oooukkhhhh.. Mas.. Aduhhhh.. koq bisa begini enak ya..?”
Desahnya dengan suara yang hampir tak kedengaran.
Aku tau birahinya sudah semakin tinggi..
sebab pantatnya dengan cepat melakukan adaptasi terhadap penisku.
Ia gerakkan pantatnya maju mundur ke arah penisku.. sehingga aku tidak mengalami kesulitan..
untuk memasukkan dan mengeluarkan penisku ke dalam liang kenikmatannya.
Kedua tanganku menjangkau kedua belah pantatnya yang masih terlihat sexy..
lalu kumaju-mundurkan pantatnya agar penisku bebas masuk keluar vaginanya.
Ia semakin mempercepat goyangan pantatnya maju mundur..
dan sesekali melakukan gerakan ke kiri dan ke kanan.
Aku menekan penisku semakin dalam ke liang vaginanya..
sehingga kurasakan betapa glans penisku mulai menemukan ujung vaginanya, sebab terasa sudah buntu.
Saat kusentuh ujung rongga vaginanya dengan glans penisku dan kulakukan gerakan memutar..
saat penisku berada sepenuhnya di dalam vaginanya.. ia merebahkan tubuhnya ke kasur, tidak lagi nungging.
Kuikuti gerakannya dengan menempatkan tubuhku tepat di atas tubuhnya..
tanpa melepaskan penisku dari liang vaginanya.
Kedua payudaranya di bagian depan tubuhnya kuremas-remas..
sambil menghentakkan penis semakin dalam ke liang vaginanya dari arah belakang.
Pantatnya semakin liar bergerak-gerak.
Aku pun tak mau kalah action.. kupercepat goyangan pantatku naik turun..
hingga penisku terbenam sedalam-dalamnya ke dalam vaginanya dan dengan suatu lolongan panjang.
Ia menjerit sambil tangannya meremas bantal yang ada di wajahnya.
“Ohhhhhh.. Masss ..” Ia kembali orgasme sedangkan aku masih belum apa-apa.
Cairannya kembali menetes dan membasahi liang vaginanya dan penisku.
Penasaran ingin melakukan gaya yang lain lagi.. aku terlentang dan kuraih tubuhnya..
lalu kutempatkan di atas..
tetapi dengan posisi punggungnya bersentuhan dengan dadaku dan pinggangnya di atas perutku.
Ia tidak lagi berusaha menolak seperti tadi.
Mungkin karena pasrah.. atau malah penasaran juga ingin mencoba berbagai posisi denganku..?
Setelah kurasakan posisi tubuhnya sudah benar-benar relaks di atasku..
kuangkat sedikit pantatnya dengan satu tangan..
sementara tanganku yang lain memegang penisku untuk kuarahkan ke liang vaginanya.
Mula-mula penisku gagal mencapai liang vaginanya.. tetapi kemudian Mbak Yati sendiri berinisiatif..
memegang penisku dan dengan posisi agak duduk di atas perutku..
Tak lama kemudian ia lantas mengarahkan penisku memasuki liang vaginanya.
Lalu ia kembali terlentang di atas tubuhku.. maka. Blesskk..!!
Jadilah penisku ditelan lagi oleh vaginanya.
Posisi kami sebenarnya masih sama seperti tadi.. hanya bedanya yang tadi merupakan doggy style..
di mana tubuhku menguasai tubuhnya secara utuh; sedangkan posisi sekarang tubuhnyalah yang menguasai tubuhku..
walau pun tidak seutuhnya, sebab ia membelakangi aku.
Kunaik-turunkan pinggulku agar penisku masuk keluar vaginanya..
sedangkan tanganku meremas-remas payudaranya sambil lidahku menciumi leher dan pundaknya.
"Ahhhh.. ohhhhh.. maasshhhh.." Kembali ia mengerang.
Sekitar sepuluh menit kami dalam posisi itu.. kurasa ada sesuatu yang mendesak ingin keluar dari dalam tubuhku.
Sedangkan Mbak Yati sendiri juga tak kalah hebatnya meliuk-liukkan pinggulnya menerima hujaman penisku.
Sambil merintih-rintih, ia menekan pantatnya agar penisku semakin dalam masuk ke dalam vaginanya..
hingga aku tak kuasa lagi membendung birahiku yang sudah memuncak..
”Akkuuu keluar Mbakkkkk.. hhhh..” aku melenguh sambil menusukkan penisku sedalam-dalamnya..
hingga ujungnya kurasakan berhenti sebab telah mencapai ujung dinding liang vaginanya.
“Oookkkhhh kita bareng Mas.. Aku juga dapet lagi nich.. Akkkhhhh..!! Oougghhh..” jeritnya.
Kedua tubuh kami sudah bersimbah keringat, meski pun AC di ruangan itu cukup dingin.
Nafas kami masih memacu dengan kencangnya saat menuntaskan permainan kami.
Dengan suatu ciuman panas, Mbak Yati memagut bibirku dan rebah terlentang di atas tubuhku.
Di bawah sana kurasakan cairan dari vaginanya meleleh ke penis, perut dan pahaku.
Luar biasa kenikmatan yang kureguk dari perempuan ini.
Tak percuma kulepas keperjakaanku baginya.. batinku.
“Mbak Yati.. makasih ya atas pelayananmu.
Mungkin suamimu pun belum pernah mendapatkan pelayanan begini rupa ya..?”
Kataku dengan tulus sambil menyelidik.
Ia menciumi wajahku dan berbisik lirih.. ”Mas, aku hanya serahkan tubuhku seutuhnya padamu.
Suamiku sendiri pun belum pernah bersebadan hingga aku puas berkali-kali. Saat ini aku adalah isterimu, sayangku..”
Beberapa saat kemudian, dengan hanya mengenakan celana dalam dan BH..
Mbak Yati bangkit meninggalkan aku keluar kamar. Lalu ia masuk lagi sambil membawa segelas air untukku.
Aku pun menenggak air tersebut hingga habis dan gelas yang sudah kosong itu ia taruh di meja kecil dalam kamar tersebut.
Kutoleh ke arah jam dinding, sudah pukul 22.45. Berarti kami sudah main selama kurang lebih tiga jam.
Rasanya agak letih, tetapi entah mengapa kami berdua seperti lupa waktu..
dan seakan-akan ingin memanfaatkan sebaik-baiknya waktu yang ada.
Melihatnya dengan celana dalam dan BH bukannya membuat nafsuku mereda..
malah timbul keinginanku untuk kembali menyetubuhinya.
Kuraih tubuhnya ke arah tubuhku hingga kami kembali berpelukan.
“Mas tidak capek..? Koq minta lagi sih..?” Rajuknya sambil menciumi dadaku.
“Tau tuch.. aku juga heran koq maunya main lagi nich. Padahal sudah dua ronde kudapatkan.
Mbak sendiri sudah beberapakali ya..?”
“Sekarang maunya apa lagi, Mas..?”
Bisiknya di telingaku sambil mengusap-usap dadaku dan menciumi pipiku.
Aku tidak menjawab pertanyaannya, melainkan menarik tubuhnya ke pinggir ranjang.
Ia tidak melawan atau protes. Aku tau ia juga penasaran ingin mencoba gaya lain lagi.
Kutarik kedua kakinya hingga menjuntai ke lantai sedangkan pantatnya hingga ujung rambutnya berada di ranjang.
Kujilati tumit kakinya, naik ke betis dan lututnya hingga pahanya.
Ia mulai mengerang lagi sewaktu kuperlakukan demikian.
Erangannya lagi-lagi meninggi sewaktu kuciumi dan jilati sela-sela pahanya..
kemudian kusibakkan labia vaginanya ke kanan kiri agar leluasa merambah wilayah tersebut.
Kurasakan aroma harum pada vaginanya. Kesimpulanku.. ia tadi sempat membasuh bagian tersebut di kamar mandi..
sewaktu keluar kamar mengambilkan air minum untukku.
“Mas.. nikmat amat sich..?” Desahnya..” Aku jadi ketagihan kau ciumi memekku..” lanjutnya.
“Segalanya kupersembahkan demi kenikmatanmu, sayang. Nikmatilah apa yang kuberikan padamu malam ini, Mbak..”
Kataku di sela-sela kesibukan melakukan penjelajahan-ulang pada kemaluannya yang begitu merangsang.
Aku heran.. sudah berkali-kali ia orgasme dan kutusukkan penisku pada vaginanya..
tetapi tidak terlihat tanda-tanda keletihan pada dirinya atau labianya semakin melebar.
Bahkan kulihat labianya tetap seperti pertamakali kuamati tadi sore.
Clepp..!! Kutusukkan lidahku pada klitorisnya dan jari-jariku membenam masuk ke liang vaginanya.
Jariku yang lain kembali mencari liang anusnya dan mulai memasukinya perlahan-lahan.
“Mas.. aku nggak kuat, pengen kau tusuk lagi nich..
Jangan pake tanganmu lagi, aku mau kau tusuk pakai kontolmu yang gagah itu..” pintanya.
“Emang barangku gagah ya Mbak..?” Tanyaku setelah mendengar permintaannya.
“Besar mana dengan barang suami Mbak..?”
“Masih besar punya suamiku sih, tapi gaya mainnya jauh di bawah Mas Agus yang begitu luar biasa..”
katanya memuji.
“Ah.. bisa aja Mbak. Karena kita sedang berdua aja makanya Mbak ngomong begitu.
Di hati Mbak pasti menertawai aku, kan..?” Desakku.
“Apa gunanya aku berbohong Mas..?
Kontol Mas Agus kulihat biasa saja, malah lebih kecil daripada punya suamiku.
Tapi sampai sekarang masih bisa tegang terus.. tidak seperti punya suamiku..
baru sekali main sudah letoy.
Makanya aku capek jika diminta meladeni dia.
Baru juga goyang sepuluh menit, sudah muncrat, padahal aku belum apa-apa.
Jarang aku bisa puas dengannya. Entahlah.. apa karena aku suka jijik..
membayangkan dia main dengan perempuan lain..
sehingga aku tidak pernah merasa enjoy kalau bersetubuh dengannya..”
Aku tertawa kecil mendengar penuturannya sambil terus menciumi dan menjilati klitorisnya.
Lagi-lagi ia merintih dan berkata lirih. ”Maaasss.. jangan siksa aku lagi, ayolah masukin kontolmu dong..!”
Dengan kedua kakinya tetap menjuntai di pinggir ranjang dan telapak kakinya menyentuh lantai kamar..
kulabuhkan tubuhku ke atas tubuhnya.
Penisku kuarahkan ke klitorisnya.. slepp.. slepp.. sleppp..
Beberapa gesekan kulakukan di situ sebelum memasukkan penis ke liang vaginanya.
Ia merengek manja sewaktu klitorisnya kurangsang dengan jari-jariku sambil memasukkan penis semakin dalam.
“Ooohhh, lagi.. lagi.. lebih dalam lagi, Mas..!”
Rintihnya menghiba.. meminta agar aku lebih dalam menyodok liang vaginanya.
Kutempatkan tubuhku di antara kedua pahanya dan kedua tanganku menggenggam kedua telapak tangannya..
sambil memaju-mundurkan penisku ke dalam vaginanya.
Kurasakan kedua pahanya semakin lebar membuka memberikan ruang bagi kedua pahaku..
dan sekonyong-konyong kedua pahanya dikatupkannya membelit pahaku.
Aku tak kalah garang.. kedua tanganku kutarik dan dengan bertumpu pada kedua tanganku di atas ranjang..
aku mendapatkan ruang gerak lebih untuk melakukan tekanan pada bagian intimnya.
Rintihannya kembali memenuhi kamar tidur tersebut. Goyangan pantatnya semakin tak menentu.
Namun kedua belah pahanya tidak melepaskan jepitan mautnya pada pahaku.
Sementara denyutan vaginanya pada penisku kurasakan semakin kuat.
Memang dahsyat stamina Mbak Yati ini di atas ranjang..
Tak kenal lelah.. dan mampu mengimbangi setiap langkahku.. kataku dalam hati.
Untuk menambah sensasi.. kutarik sedikit demi sedikit penisku keluar vaginanya..
walau pun pantatnya berusaha mengikuti gerakan mundurku agar tetap dapat menguasai penisku.
Ia tidak tau maksud gerakanku.. sebab kudengar ucapannya..
”Jangan ditarik dong Mas.. aku sudah mau dapet lagi nich..?”
Aku tak menjawab.. melainkan menarik hingga batas leher penis.. lalu tanpa ia duga.. Jleghh..!!
Kutekan kuat-kuat penisku masuk ke dalam liang vaginanya..
hingga ujung penisku membentur ujung dinding vaginanya.
“Aaaaaahhhhhh..!!” Rintihannya begitu kuat terdengar.
Rupanya ia tak menyangka taktik yang kupersiapkan.. sehingga tanpa dapat ia cegah..
ia tiba pada puncak kenikmatan yang sebenarnya masih akan ia capai beberapa saat lagi.
Srrrr.. srrrr.. srrr.. srrr..!! Kurasakan siraman cairan kenikmatannya pada penisku.
Kutarik lagi penisku hingga hampir lepas dari jepitan vaginanya.. hingga ia melolong..
seakan-akan tak mau melepas begitu saja penisku saat kenikmatan melanda dirinya..
”Jangan cabut Massss..!!! Aku masih mau jepit kontolmu..!! Oooohhhh..!!”
Aku hanya tersenyum sambil kembali melakukan gerakan menghentakkan pantat kuat-kuat..
dan membenamkan batang penisku..
sambil membuat gerakan mengebor hingga ujung vaginanya benar-benar terasa di ujung penisku.
Kubuta putaran pantatku.. hingga batang penis meliuk-liuk dengan gaya ‘baut memasuki mur’..
membuat Mbak Yati mendapatkan orgasme lagi.
Cairan vaginanya membasahi penisku lagi..
walau pun kurasakan tidak sebanyak orgasme-orgasmenya yang sebelumnya.
Saat ia meredakan ketegangan dengan nafas yang tersengal-sengal..
aku masih tetap menancapkan penis pada vaginanya.
Lalu kuraih punggungnya.
Mungkin ia pikir aku akan rebah di atas tubuhnya.. sehingga ia diam saja.
Tapi setelah memegang kedua pundaknya.. kutarik tubuhnya mendekati tubuhku..
kedua tangannya kuarahkan merangkul leherku.
Kurasakan jepitan pahanya mulai mengendor.. lalu kulilitkan lagi ke pahaku.. bahkan naik ke pinggangku.
Kemudian dengan suatu sentakan, kurangkulkan kedua tanganku ke pinggangnya lalu berdiri..
Sehingga kini ia benar-benar bergantung pada pinggangku.
Mulutnya membuka secara spontan..
kaget bercampur takjub atas kenikmatan yang ia rasakan, membuat mulutnya mendesis..
”Sssshhhh.. Akkhhh, Mas Agussss.. kau benar-benar lihay.. Ohhhhh, gerakan apa lagi nih..?”
Sambil merangkul pinggangnya.. aku naik turunkan tubuhnya..
sehingga penisku yang tegang kembali maju mundur di dalam liang vaginanya.
“Ini gaya monyet menggendong anaknya, Mbak. Enak nggak..?” Jawabku sambil menantikan reaksinya.
“Enaakkk sayang.. tapi apa aku tidak jatuh ntar..?” Desahnya disertai rasa kuatir.
“Asal Mbak tetap merangkul leherku.. nggak bakalan jatuh deh..”
Kuyakinkan dia sambil mulai menggerakkan kakiku melangkah berjalan di dalam kamar tersebut.
Luas kamar itu kutaksir sekitar 5 X 6 meter.. dikurangi ranjang berukuran king size..
masih tersisa ruangan yang cukup untuk menggendongnya dalam posisi tersebut.
“Okkkhhhhh, nikmat sekali sih, Mas..? Aneh-aneh aja gayamu ya..?
Tapi semuanya bikin aku ... puasssss.. Ahhhhh..” rintihnya.
“Mbak juga bisa coba gerakkan badan naik-turun dengan berpegangan pada leherku..” kataku mengajarinya.
“Iya Mas.. aku sedang berusaha nich.. Okkhhh benar sekali.. nikmat amat sih..?”
Kuperhatikan usahanya untuk menarik-turunkan tubuhnya agar penisku bisa maju-mundur di dalam liang vaginanya.
Tangannya dilingkarkan erat-erat di leherku.. tetapi kini ia sudah semakin pandai menaikkan dan menurunkan tubuhnya.
Saat menaikkan tubuhnya.. penisku keluar hingga sebatas lehernya..
Dan sewaktu ia menurunkan tubuh.. penisku terbenam hingga ke pangkalnya.
Aku masih terus berjalan tertatih-tatih.. sambil menikmati permainannya dan memegangi pinggangnya.
Pada klimaks kenikmatannya.. ia meracau dan mengerang.. memeluk leherku kuat-kuat dan menggigit dadaku..
serta menurunkan tubuhnya sedemikian rupa.. hingga penisku terbenam seluruhnya di dalam liang kenikmatannya.
Getaran pahanya yang membelit serasa merontokkan pinggangku.
Kembali cairannya kurasakan meleleh di penisku turun hingga testis dan pahaku.
Aku sendiri belum mendapatkan orgasme lagi.
Kuletakkan tubuhnya ke kasur dalam keadaan menelungkup.
Kubaringkan diriku di sampingnya sambil berbisik..
”Mbak, keberatan nggak kalau aku mencoba sesuatu yang agak berbeda..?”
“Apaan maksudmu, Mas..?” Tanyanya dengan suara hampir tak terdengar.
“Aku mau melakukan penetrasi pada analmu, Mbak. Boleh nggak..?” Bujukku lagi.
“Tapi aku belum pernah tuh..? Apa enak..? Nggak sakit anusku dimasuki kontolmu yang cukup besar ini, Mas..?”
“Ya kita coba dulu. Kalau nanti Mbak benar-benar sakit, ya kuhentikan..” kataku lagi.
“Idihhh.. Mas Agus ini benar-benar kuda liar ya..? Aku belum sempat ngaso.. sudah mau diperkosa lagi..?” Ledeknya.
“Kalau tak bersedia, yah sudahlah Mbak. Aku nggak mau maksa koq. Udah deh, tidur aja kalau gitu..”
Aku pura-pura merajuk dan membalikkan badan membelakanginya.
“Jangan ngambek dong Mas. Ntar aku marah lho..”
katanya sambil membalikkan tubuhku agar kembali berhadapan dengannya.
“Tapi tunggu bentar ya, biar aku sempat bernafas dulu..” sambungnya.
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan mengelus keningnya.
Kami berbaring miring dalam posisi saling bertatapan.
Sekitar 10 menit kemudian, ia menepuk punggungku sambil berkata..
”Ayo Mas. Masih mau nggak..? Mumpung aku belum tidur lho..” godanya.
Aku bangun dari rebahan, kutempatkan diriku di belakang dirinya yang masih berbaring miring.
Ia mencoba menghadap ke arahku, tetapi tubuhnya kutahan..
”Mbak nggak usah berbalik.. begini saja. Ntar perhatikan apa yang kulakukan ya..?”
Kaki kanannya yang menindih kaki kirinya kuangkat dan kuletakkan agak ke depan..
hingga paha dan lutut kaki kanannya menyentuh kasur.
Lalu kusentuh vaginanya dari arah belakang.
Kuraba dengan perlahan-lahan, kucari labianya dengan jari-jariku..
kemudian kusentuh klitorisnya yang sudah mengecil.
Berkat sentuhanku.. klitorisnya mulai membesar lagi dan labianya mulai basah.
Kuambil sedikit cairannya dan kuoleskan pada duburnya.
Masih merasa kurang basah, kuambil air ludahku dengan telunjuk dan kutaruh di permukaan anusnya.
Gerakanku itu membuatnya mendesah lirih.
Kemudian dengan posisi berlutut dekat pantatnya.. kuarahkan penisku yang juga sudah kuolesi air ludah..
hingga tepat berada di muka liang anusnya.
Slebbb..!! Perlahan-lahan kugerakkan glans penisku masuk ke anusnya.
Kudengar rintihannya.. ”Aduhhhh, sakitttt Mas..”
“Apa kustop aja Mbak, kalau sakit..?” Tanyaku sambil menghentikan gerakanku.
“Nggak, terusin aja Mas, tapi pelan-pelan ya, sayang..”
Aku bersorak dalam hati. Wah.. dalam semalam ini sudah beberapa style kulakukan.
Benar-benar pelajaran seks yang takkan terlupakan seumur hidup.
Kubasahi lagi penisku dengan air ludahku dan kembali kumasukkan perlahan-lahan ke liang anusnya.
Glans penisku sudah masuk makin dalam hingga batas leher penis.
Kuamati wajah Mbak Yati. Tadi ia masih meringis..
tetapi sekarang kulihat mulutnya setengah membuka dan matanya terpejam..
namun tidak tampak tanda-tanda kesakitan lagi.
“Masih sakit Mbak..?” Kutanya lembut.
“Udah nggak begitu sakit lagi, Mas. Mulai terasa enak..
tapi jangan kencang-kencang ya.. pelan-pelan aja..” jawabnya.
“Ya Mbak, aku tidak akan menyakitimu..
bahkan aku bermaksud memberikan kenikmatan seutuhnya pada dirimu..”
kataku meyakinkan dirinya sambil memasukkan penis makin dalam ke liang anusnya.
Setelah setengah penisku berada di dalam anusnya, kutarik keluar.. lalu kumasukkan lagi pelan-pelan.
Begitu seterusnya, hingga ia merintih-rintih..
”Aaaahhhh.. koq sekarang sakitnya makin hilang Mas..?
Nikmatnya seperti vagina yang dimasuki penismu kayak tadi..”
“Makanya kita perlu uji-coba, Mbak. Kalau sudah enak Mbak rasakan, biar kuteruskan ya..?”
Kataku meminta persetujuannya.
“Yahhh.. ooohhh.. terusin aja Mas. Sudah semuanya masuk..?”
“Belum Mbak. Sabar ya sayang. Tiba saatnya kumasukkan semuanya..”
Kataku sambil menghujamkan penisku semakin dalam.. Jlebb..!!
“Oooooohhhhhhh.. nikmatttt.. Sayangkuuuu..” rintihnya.
Setelah penisku melesak hingga pangkalnya.. kutarik lagi sebatas glans penis..
Lalu jlebb..!! Kumasukkan kembali sedalam-dalamnya.. begitu kulakukan berulang-ulang..
hingga rasa nikmat kembali merasuki diri Mbak Yati.
Denyutan anusnya pada penisku pun kurasakan begitu dahsyat.. tak kalah dengan denyutan vaginanya.
Apalagi sama sekali ia belum pernah diperlakukan demikian oleh suaminya..
sehingga akulah yang mendapatkan kehormatan memerawani anusnya.
Sambil melakukan penetrasi pada anusnya.. jari-jariku mulai kugunakan untuk merangsang vaginanya..
dan tanganku yang lain kupakai meremas-remas payudaranya.
Rintihannya semakin menjadi-jadi demi mendapatkan serangan pada tiga bagian tubuhnya..
“Maassss, kau pinter amat sihhh memuaskan akuuuu..?
Ayo Mas.. makin cepat dong nusuknya.. aku mau dapat lagi nich..!”
Mendapatkan tawaran begitu rupa, aku semakin bersemangat melakukan tusukan maut ke dalam anusnya.
Bahkan beberapakali kubuat gerakan mengebor di anusnya.. seperti pada vaginanya tadi..
sambil memasukkan jariku ke dalam liang vaginanya.
Kedua pahanya kemudian semakin rapat dan kurasakan anusnya menjepit penisku..
hingga tak mampu bergerak maju mau pun mundur.
Akhirnya.. aku hanya dapat meliuk-liukkan pinggulku..
agar dengan gerakan memutar tersebut dapat memberikan sensasi tinggi bagi dirinya.
Jariku makin dalam menusuk liang vaginanya yang semakin kuat berdenyut..
Hingga akhirnya jeritan panjangnya kembali terdengar..
“Aaaaaahhhhhhhhhh.. Massss.. aku dapet lagi.. ooooohhhhhh..!!”
Ughhh..!! Penisku mendapatkan himpitan yang luar biasa.. hingga tanpa dapat kutahan lagi..
Crett.. crett.. crett.. crett..!! Srrrr.. srrrr.. srrrr..rrrr..!!
Aku pun mencapai orgasme.. bersamaan dengan keluarnya cairan dari vaginanya.
Napas kami berdua terdengar begitu kencang, seperti desahan dua kuda liar yang habis berpacu.
Kutarik penisku keluar dari anusnya. Kuperhatikan ada sedikit cairan merah di ujung penisku.
Mungkin saking kuatnya tusukanku tadi.. terjadi sedikit pendarahan pada anusnya.. pikirku.
“Mbak, sakit nggak anusnya..?”
Tanyaku sambil merebahkan diri di sampingnya dan memandang wajahnya.
“Cuma sedikit perih, Mas. Tapi itu tak berarti dibanding kenikmatan yang barusan kuperoleh lagi..”
jawabnya sambil memeluk leherku.
Aku mencium bibirnya dan mengelus pundaknya.
Sambil menarik bedcover menutupi tubuh kami berdua, aku memejamkan mata.
Sekarang baru terasa lelah. Ia pun tertidur lebih dulu, diikuti olehku.
Pukul 2 pagi kembali aku bangun dan mengajaknya main lagi dengan gaya lotus..
Gaya berdiri dan gaya gunting. Benar-benar tangguh Mbak Yati.
Tapi ia pun mengakui kehebatanku bermain seks, katanya..
”Mas, kalau aku kangen, jangan tolak permintaanku untuk main lagi besok-besok ya..?”
“Mbak tidak takut ketahuan suami atau orang lain..?” Tanyaku memancing.
“Yah, kita pandai-pandai aja mengatur kapan kita main.
Selama suamiku belum pulang dari Surabaya dan Mr. Bernard masih di negaranya, kita main aja.
Kalau aku tidak nginap di sini pun, datang aja siang-siang pas cuma aku di sini, supaya kita bisa main dengan bebas.
Asal aman, Mas Agus akan ku-SMS..” katanya.
-----oOo-----
Begitulah pengalaman seksku dengan Mbak Yati.
Hanya malam itu kami menginap berdua di rumah Mr. Bernard..
Tetapi agar tetangganya tidak curiga ia tidak pulang selama 4 hari suaminya di Surabaya..
kami hanya bertemu dan main pada siang hingga sore hari.
Itu pun setelah ia memberi tanda lewat SMS.. setelah tukang kebon pulang.
Praktis 4 hari lamanya kami habiskan bersama.. walau pun hari pertama semalaman kami bertempur..
sedangkan tiga hari berikutnya hanya kami pergunakan 3-4 jam setiap harinya.
Setelah suaminya pulang dari Surabaya.. masih ada beberapakali kami main tanpa ada yang tau.
Sebab Mr. Bernard belum kembali dari negaranya.
Namun setelah Mr. Bernard kembali.. kami sudah jarang bertemu.. apalagi untuk bercinta.
Kadang-kadang SMSnya datang menanyakan kabar dan rindunya kepadaku.
Aku menjawab bahwa aku juga rindu padanya..
Dan takkan melupakan pelajaran cinta yang kami rajut berdua.
(. ) ( .)
-----------------------------------------------oOo----------------------------------------------
End of Cerita 54..
Sampai Jumpa di Lain Cerita.. Adios..!!