Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

Bimabet
Suhu @Pecah Utak pliiss dilancroott ajaaa Fanny & Ale nya....
Interacial n Exhib nya dapet bgt,,,
Pliiiiisssssss.......
:adek: :tegang:
:ampun: Aihhh.. mohon mangap brada @Manic_attack
Nubi ngga berani nge-share tanpa izin Penulis Asli.
Itu sama aja melanggar Kode Etik (Penulis).

Yang di atas aja Nubi share di mari karena NUbi nyangka 'hanya' sampe 4 Part doank.
Dan Nubi nggak tau kalo sebenarnya Cerita di atas masih On Going si Sub-Forum Cerbung.

Karena.. setelah Nubi cek n ricek.. ternyata ada cerita aslinya berjudul 'KOPI SUSU'.
So.. Nubi sarankan untuk sialkan langsung ke Sub-Forum Cerbung.
Lebih asik kan baca yang Original. So pasti lebih lengkap..
 
Siiaappp....
Gw udh meluncuuurrr dan mendarat sambil nyeruput Kopi susu nya.. hahahaa.....
Ditunggu karya lancrotannya yg lain nih suhuuu...
:beer:
 
-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------

Cerita 083 – Perjalanan Cinta

[Part 1] – Tak Kenal Maka Tak ..

Kejadian ini berawal saat aku mendapatkan tugas baru di Purwokerto..
Yaitu untuk ekspansi kantor cabang perusahaan yang baru.
Tempatku bekerja adalah sebuah perusahaan otomotif.

Di tempat yang baru ini sebagai Branch Manager..
Aku mendapatkan tugas untuk merekrut karyawan untuk semua posisi.

Untuk itu aku dibantu oleh seorang supervisor yang merupakan orang setempat.
Supervisorku ini ternyata orangnya gaul banget. Hampir setiap orang di sana mengenalnya.
Apalagi kalo masalah kenalan teman wanita atau tempat nongkrong atau dugem.

Suatu ketika aku dikenalkan dengan teman wanitanya yang bernama Risa. Tingginya sekitar 160cm-an..
Dengan badan yang padat tapi tidak terlihat gemuk. Berat badan sekitar 50kg-an, umur 21th.

Wajahnya manis, kulitnya putih, dengan rambut panjang sebahu. Sama dengan seleraku..
yang lebih menyukai wanita berwajah manis daripada berwajah cantik, gak bosen liatnya menurutku.
Kebetulan dia masih kuliah tapi ingin sambil bekerja. Sebelumnya dia juga berprofesi sebagai SPG.

Sebagai Branch Manager aku tinggal aproval saja, selanjutnya kirim data ke HRD Pusat untuk ACC.
Namun sebelumnya harus ke HRD Pusat.. untuk melengkapi berkas-berkas persyaratan..
karena kantor cabang baruku ini belum memiliki Divisi HRD.

Singkat cerita dari Supervisorku aku diberi kabar kalau Risa mendapat panggilan ke Kantor Pusat di Semarang.
Sebenarnya aku juga sudah tau, jadi aku sudah mempersiapkan rencana agar bisa lebih dekat dengan Risa.

Jadwal wawancara hari Sabtu.
Satu hari sebelum wawancaranya, aku mengajukan cuti.. sehingga aku bisa libur 2 hari.

Kepada Risa aku beralibi ada meeting ke Semarang hari Sabtu..
jadi Jumat sore aku mengajak Risa untuk berangkat bersama.

Perjalanan ke Semarang memakan waktu cukup lama.
Kalau naik travel bisa memakan waktu tempuh sekitar 7 jam perjalanan.

Awalnya Risa sempat bingung juga karena dia tidak mempunya saudara di Semarang, tidak ada tempat menginap.
Tapi aku bilang kepadanya tak ada masalah karena di sana aku memiliki saudara dan kami bisa menginap di sana.
Akhirnya dia bersedia untuk berangkat besama ke Semarang.

Tiba hari Jumat sore, aku jemput Risa di rumahnya. Ini pertamakali aku ke rumahnya dan bertemu dengan orangtuanya.
Keluarganya senang karena tidak merasa kawatir Risa harus berangkat ke Semarang sendirian dan ada yang menjaganya.

Sepanjang perjalanan di mobil kami banyak bercerita, dan semakin akrab dan dekat.
Kami tiba di Semarang sekitar jam 8 malam.

Mobil aku arahkan ke Tembalang, ke rumah kontrakanku bersama 2 orang temanku sewaktu masih kuliah di Semarang.
Rumah itulah yang aku ceritakan ke Risa sebagai rumah saudaraku.

Sesampainya di sana ternyata rumah dalam keadaan kosong. Memang ini adalah bagian dari rencanaku.
Setiap hari jumat sore setelah kuliah.. mereka pasti langsung cabut pulang kampung ke Pati dan Solo.

Kuketuk pintu beberapakali tidak ada jawaban.
Setelah 15 menit tidak ada jawaban dari dalam rumah, aku mulai menjalankan rencanaku.

Aku lalu pura-pura menelfon menghubungi saudaraku.
"Hallo ndik, kamu di mana..? Kok rumah gak ada orang..?" Seolah-olah aku berbicara di telefon dengan sadaraku itu.

"Oh gitu ya. Ini aku lagi di Semarang, besok ada meeting dipusat.
Rencana mo nginep di sini. Kamu kapan balik ke Semarang..?"

"Ya udah kl gitu, tar gampang deh. Besok aja aku mampir ke sini lagi. Salam buat Om ma Tante ya.."
kuakhiri panggilan telfonku.

"Ri maaf yah, ternyata Om sekeluarga mendadak ke luar kota siang tadi. Ada saudara yang meninggal.
Aku kemaren juga gak nelfon dulu kalo hari ini mo ke sini, karena biasanya juga mereka jarang-jarang pergi..
misal pergi juga si Andi sepupuku tetep di rumah.." kataku dengan nada pura-pura menyesal.

"Terus gimana mas..?" sahut Risa dengan wajah sedikit cemas.
"Mmmm.. gini aja. Kita nginep di Hotel.. kebetulan ada jatah Hotel di sini kalau sedang ada meeting ke Semarang.
Ga papa kan..?" Tanyaku.
"Ya udah deh, terserah mas aja." sahut Risa dengan nada pasrah.

Selanjutnya kami menuju ke arah kota Semarang. Mobil aku arahkan ke Hotel di daerah Gajah Mungkur.
Di sana aku sudah tau Hotel yang aman dan asik tempatnya.

Sesampainya di Hotel mobil ku arahkan ke tempat parkir depan lobi.
"Ri, Mas ke Lobi dulu ya sebentar. Kamu tunggu di sini aja..?" Kataku sambil membuka pintu mobil.
"Iya mas.." sahut Risa. Bagus.. sesuai rencana.. kataku dalam hati sambil tersenyum manis ke Risa.

Setelah agak lama di lobi yang memang dengan sengaja aku berada di situ, aku kembali ke mobil.
"Lama yah nunggunya..?" Tanyaku ke Risa. Dia hanya tersenyum.
Melihat senyuman itu entah kenapa tiba-tiba muncul perasaan tertentu dalam hatiku.

"Sekali lagi maaf ya Ris, mungkin ada yang bikin kamu gak enak lagi nih. Ternyata di sini tinggal ada satu kamar.
Tadi mas sudah minta tolong ke resepsionisnya untuk dicariin lagi bener-bener satu kamar lagi.
Tapi dia bilang bener-bener udah full.. gak ada yang lain, paling cepet ada cekout besok pagi..” jelasku.

“Terus aku juga minta dicariin ke Hotel lain.. siapa tau masih ada yang kosong, udah coba dicari-cariin udah full semua..
Biasa kalo hari Jumat sampai hari Minggu pasti full booking semua katanya.
Ini aja beruntung masih dapet satu kamar, itu juga lagi dirapiin.." lanjutku sambil pura-pura jengkel.

"Dapetnya yang VVIP. Tar aku tidur di sofa aja gak papa. Gimana, ga papa kan..?" Kucoba meyakinkan Risa.
"Sekali lagi aku minta maaf banget jadi kacau begini jadinya.." kataku lagi sambil pasang wajah penyesalan.
"Aduh gimana yah..” sahut Risa dengan wajah bingung

"Mmm.. udah gak ada alternatif lain sih. Makanya aku tadi agak lama di lobi sambil cari alternatif lainnya.
Aku janji deh, gak akan ngapa-ngapain. Kalau nggak, ntar aku tidur di mobil aja ga papa.."
Kataku mencoba kembali mencoba meyakinkan Risa. Risa masih nampak ragu.

Setelah beberapa saat.. "Mmm.. ya udah deh ga papa. Maaf, malah Risa yang jadi ngerepotin Mas..?"
Sahut Risa dengan suara sedikit memelas.

"Kalau gitu kita segera cari kamarnya aja agar bisa langsung istirahat.."
Sambil kunyalakan mesin mobil dan segera kujalankan untuk mencari kamar yang sudah aku pesan.

Hehehe.. Ada senyum kemenangan dalam hatiku.

Kamar Hotel itu kebetulan berbentuk paviliun.
Terlihat berjajar rapi, seperti satu rumah dengan satu kamar tidur saja jadinya.

Letaknya yang di atas bukit dan view menghadap kota Semarang..
Menjadikan pemandangan yang indah di malam hari dengan pendar lampu kerlap kerlip dari arah pusat kota.

Sesampai paviliun yang sesuai dengan nomor kunci kamar segera kuparkir mobil.
"Yuk Ris, turun. Yang di bagasi biar kubawa aja.." kataku sambil mematikan mesin mobil.
"Wah.. bagus ya pemandangan di sini..!?" Seru Risa sekeluar dari mobil dengan wajah takjub.

"Iya. Banyak pemandangan bagus malam hari di sini..
karena banyak bukit-bukit banyak tempat romantis malam hari di kota Semarang.."
Kataku sambil kubuka bagasi mobil dan mengambil barang-barang yang ada di situ.

"Kalau kamu gak capek, nanti kita makan malam di Kafe yang enak buat nongkrong..
suasananya enak dan pemandangannya bagus.." kataku sambil berjalan ke pintu kamar.

"Iya, makan malem di kafe aja mas.
Risa pengen liat pemandangan kota Semarang, keliatannya asyik.." sahut Risa dengan nada riang.

"Ya udah, sekarang kamu mandi dulu biar badan lebih seger. Habis itu kita cari makan ke Kafe.."
kataku sambil kutatap wajah Risa yang semakin manis saja.

Setelah selesai mandi, kuajak Risa ke Kafe yang menjadi tempat nongkrongku dulu sewaktu masih kuliah di Semarang.
Pengunjungnya tidak begitu banyak karena baru hari Jumat malem.
Aku pilih meja di lantai dua.. agar bisa sembari menikmati pemandangan malam kota Semarang.

"Bener mas, tempatnya enak, romantis. Itu yang di bawah kota Semarang ya Mas..?" Tanya Risa.
"Iya, bagus kan..?"
Sahutku sambil kucoba mencari sesuatu di antara lautan lampu kerlap-kerlip yang terlihat jauh di bawah Kafe.

"Itu yang berwarna biru kerlap-kerlip merah ..” sambil kutunjuk ke bawah memberi tau Risa.
"Besok pagi kita ke sana. Itu Kantor Pusat.." kataku ke Risa.

"Kira-kira susah gak mas wawancara besok..?" Tanya Risa.
"Nggak, cuman formalitas aja. Kemaren aku sudah telfon ke Pak Hari.
Dia orang HRD yang besok wawancara kamu.." jawabku.

Selanjutnya kami ngobrol ke sana ke mari, bercanda, menikmati suasan malam kota Semarang.
Terasa semakin dekat hubunganku dengan Risa.

Tak bosan-bosan kutatap wajahnya, kunikmati senyum dan suara tawanya.
Semakin dalam perasaan tertentu yang kurasakan sedaritadi mulai tumbuh dalam hatiku.

"Udah jam 10. Kita pulang ya Ris.. kamu mesti siap-siap untuk wawancara besok.."
Kuajak Risa pulang kembali ke Hotel untuk beristirahat.

Risa hanya mengangguk dan kugandeng tangannya menuju mobil.
Ada rasa aneh yang menjalar di hatiku saat telapak tanganku bertemu dengan telapak tangannya.
Hatiku berasa berdebar.

Sesampainya di kamar Hotel.. Risa segera ke kamar mandi untuk berganti baju..
sementara aku duduk di sofa sambil menonton televisi.

Sekeluar dari kamar mandi berganti baju..
Aku lihat dia memakai celana pendek dengan kaus longgar yang agak tipis.

Sejenak aku tertegun, karena baru kali ini aku melihatnya seperti itu.
Pahanya yang mulus membuat darahku berdesir.

Kemudian dia berjalan ke meja di sebelah tempat tidur dan membuka tasnya.
Dia mengambil sesuatu dan berjalan ke arahku.

"Ini mas, tadi aku lupa bawa cemilan, buat temen sambil nonton tivi.."
Sambil membungkuk meletakkan cemilan di meja yang ada di depanku.

Bajunya yang longgar tersingkap ke bawah.. blass..!!
Tampak gundukan di dadanya yang tertutup Bra warna hitam menggelantung indah.

Ahhh.. berdesir aliran darahku. Memang tidaklah besar, hanya sekepalan tanganku.
Tapi terlihat kencang putih dan mulus. Ingin saat itu juga kuraba benda kenyal bulat itu.

"Kok diem aja mas..?" Sedikit terkaget aku..
Karena sedang asyik mengamati dua gundukan indah di dada Risa.
"Eh.. iya..iya..makasih.." kataku sambil tergugup.

Dan sepertinya Risa menyadari apa yang terjadi. Buru-buru di pegangnya ujung belahan bajunya.
Kemudia ia berdiri dan berjalan ke tempat tidur.

"Mas, Risa tidur dulu ya..” kata Risa sambil merebahkan badannya ke tempat tidur.
"Iya, tidur aja dulu. Mas belum ngantuk, mo liat film ini dulu.." sahutku.

Kulihat Risa mulai memejamkan matanya sambil kuamati bagian dadanya..
yang sejak tadi membuat jantungku berdebar tak karuan.

Gak besar, tapi memang terlihat kencang. Apakah sudah pernah ada yang menjamahnya..?
Seberapa besar sebenarnya benda kenyal yang ditutupi bra hitam itu tadi..?

Kecil atau besarkah putingnya..? Berwarna pink atau kah coklat putingnya..?

Ahh.. seribu tanda tanya di dalam otakku saat itu yang membuat gairahku naik namun masih ragu.

Hampir 1 jam aku masih di sofa sambil menonton televisi..
Tapi sebenarnya pikiranku terus saja dihinggapi rasa penasaran dan hasrat yang bergejolak.

"Mas.. sudah tidur belum..?"
Tiba-tiba terdengar lirih suara Risa mengagetkan serta membuyarkan bayanganku.
"Belum.." sahutku sedikit kaget.

"Mas pasti gak bisa tidur ya, tadi capek nyetir mobil seharian. Di situ gak bisa ngelurusin badan.
Mas ke sini aja.. tidur di sini aja. Kasihan Mas badannya capek gak bisa tidur.."
Kata Risa kemudian yang membuatku sedikit tidak percaya.

Namun setelah itu aku menjawab.. "Emang gak papa nih mas tidur di situ..? Risa gak khawatir..?"
Sahutku.. walupun pun sebenarnya daritadi aku sudah mengharapkan hal ini bisa terjadi.

"Nggak.. nggak papa mas. Kasihan badan mas capek.." sahut Risa.
Wuih.. berasa seperti dapat durian runtuh nih, ah.. lebih malah.

Segera aku beringsut ke tempat tidur dah merebahkan badanku di sebelah kiri Risa. Mata Risa terpejam.

Cukup lama aku berdiam sambil berpikir. Berani nggak ya..? Kalau aku nekat apa nanti yang akan terjadi..?
Pikiran ini yang berkecamuk dalam otakku saat ini.

Akhirnya kuberanikan untuk mengangkat tanganku..
Kemudian mulai membelai-belai rambut Risa sambil kumiringkan badanku menghadap ke arahnya.

Karena tak ada reaksi.. akhirnya kuberanikan diri untuk mulai menciumi pundaknya.
Risa masih tetap diam saja. Sambil terus kubelai-belai rambutnya, mulai kuciumi telinganya.

Risa mulai sedikit menggeliat. Melihat hal itu justru membuatku semakin bersemangat.
Selanjutnya mulai kuciumi lehernya. Dia kembali hanya menggeliat.

Akhirnya tangan kiriku sudah tidak sabar. Segera tangan kiriku mengarah ke dada Risa.
Kupegang gundukan sebesar kepalan tangan itu sambil terus kuciumi leher dan kubelai-belai rambutnya.

Dia mulai menggelinjang. Tangankupun mulai meremasnya pelan.
Namun masih ada baju dah bra hitam menutupinya.

Tak puas karena masih ada baju dan bra yang menutupi gundukan itu..
tangan kiriku mulai menyelinap ke balik baju dari bawah.

Mulai kugerayangi bagian perutnya.. kusentuh lembut dan pelan dengan ujung-ujung jariku..
Sambil kubelai-belai leher dan telinganya. Dia semakin menggelinjang.

Mulai kuturunkan belaianku ke arah dadanya. Sengaja tidak langsung ke dalam branya.
Sku hentikan belaianku di antara belahan dadanya yang tidak tertutup bra hitam.
Dia menggelinjang-gelinjang sambil sedikit mendesah.

Setelah beberapa lama baru mulai ku coba menyibak bra hitamnya agar bisa kusentuh seluruh gundukan itu.
Risa semakin menggelinjang dan mendesah tak beraturan.

Tiba-tiba tangan kanannya memegang tanganku yang masih berusaha menyibakkan bra hitamnya.
"Ja..ngan mass..” bisiknya lirih.. sambil agak tergagap karena menahan gejolak nafsu yang mulai merasukinya.

Namun tetap saja kucoba menyibakkan bra-nya. Tangan kananku menyusup di bawah bra hitamnya.
Hingga akhirnya dapat kusentuh seluruh gundukan itu.

Saat itu juga badannya seperti terlonjak kaget, karena putingnya tergesek telapak tanganku.
"Mas.. ja.. ngan.." kembali Risa berbisik sambil tergagap. Namun aku sudah tidak peduli.

Kuremas-remas lembut payudaranya yang tepat segenggamanku. Uhhh.. Terasa masih kencang.
Risa kembali menggelinjang-gelinjang seperti cacing kepanasan.

Melihat itu justru semakin membuat birahiku memuncak.
Mulai kusentuh dengan halus ujung putingnya yang kecil dengan ujung jariku.

Dia pun mendesah tak beraturan seperti orang meracau. Kemudian sesekali tubuhnya mengejang.
Dari mimik wajahnya aku bisa melihat kalo dia sedang dalam kondisi horny berat.

Tangannya yang tadi mencoba menghalangi untuk menyentuh bagian yang sensitif..
itupun sudah terkulai di ranjang sambil mencengkeram bedcover.

Tak menyia-nyiakan waktu segera kutarik bajunya ke atas..
sehingga nampak bra hitam yang masih menutupi dadanya.

Kucoba menyibakkan penutup dada itu dengan mendorongnya ke atas.
Begitu bra itu berhasil bergeser ke atas.. jdull..!! Nampak dua buah payudaranya.. mengkal.

Hmm.. kurasa ada sebesar genggaman tanganku.. kini menyembul di dadanya.
Bulat, kencang dan putih mulus, hingga menampakkan gurat-gurat biru urat nadinya.

Payudara putih mulus bermahkotakan puting merah muda yang mulai membengkak..
sehingga nampak retakan-retakan halus.

Aku semakin bernafsu melihat pemandangan yang nampak di depanku.
Segera kuarahkan bibirku untuk menyentuh putingnya, kemudian aku ciumi dengan lembut.
Kembali tubuhnya terkejang dengan desahan tertahan.

Sambil terus kukulum puting sebelah kirinya, tangan kiriku mulai meramas pelan payudara di sebelahnya.
Setelah itu mulai kusentuh lembut putingnya dengan ujung jari-jariku sambil terus mengulum puting kirinya.

Kembali tubuhnya mengejang sambil mendesah dengan lebih kencang lagi.
Agak kaget juga karena kawatir kalau sampai suara itu terdengar dari luar.

Tapi hal itu juga yang justru semakin memacu birahiku.
Ah.. masa bodo, toh kalau ada yang denger juga maklum.. pikirku.

Melihat wajah Risa yang seperti tersiksa, segera aku beringsut ke bawah.
Kutarik celana pendek longgarnya ke bawah. Tidak ada perlawanan.

Kulihat celana dalam boyshorts putih tipis menutupi bagian bawah auratnya. Kini terlihat bercak basah..
pada bagian bawah celana dalam yang menutupi auratnya.. hingga tercetak jelas belahan vaginanya.

Hmm.. sudah mulai basah ternyata pikirku.

Kupegang pinggulnya dan kuarahkan kepalaku ke perutnya dan mulai kuciumi.
Kepalanya menggeleng-geleng dan tangannya memegangi kepalaku.

Kucium dan kujilat dengan lembut bagian perutnya.. semakin lama semakin ke bawah..
hingga tiba persis di atas bagian kemaluannya.

Segera sedikit kuturunkan celana dalamnya.. sehingga mulai terlihat bulu-bulu halus yang tumbuh di situ.
Cuph.. clrupp..! Kucium sambil sedikit kutekan dengan kepalaku.

Tangan Risa yang memegang kepalaku mulai menjambak rambutku.
Sedangkan kedua kakinya mulai menekuk ke atas dengan posisi sedikit mengangkang.

Aku mulai tidak sabar. Pelan-pelan kuturunkan celana dalamya..
sambil kunikmati pemandangan indah yang ada di depanku.

Sedikit demi sedikit terlihat kemaluannya yang sudah basah..
ditumbuhi rambut-rambut halus yang tidak begitu lebat.. dengan lipatan vagina yang masih rapi dan rapat.

Kuhentikan menarik celana dalamnya sampai sebatas paha..
Ini membuat kedua lututnya yang masih tertekuk ke atas dengan sedikit mengangkang beradu..
karena tertahan celana dalamnya yang aku turunkan hingga sebatas paha.

Kembali kunikmati sejenak pemandangan yang sangat seksi itu.
Terlihat kepala Risa menghadap ke samping kiri dengan matanya masih terpejam..
Tangannya terkulai di ranjang dengan napas yang masih memburu.

Sekali lagi kunikmati pemandang lipatan kemaluannya dari bawah kakinya.
Hingga beberapa saat kemudian aku beringsut dengan kepala di antara kedua kakinya..

Clapp..! Kubenamkam kepalaku ke pangkal pahanya.. dengan bibir berada di lipatan vaginanya.
"Aiihhh..!!" Risa terpekik sesaat.. namun segera kuciumi dan kujilati vaginanya.

Kembali Risa hanya dapat menggelinjang.. dengan tangan mencengkeram bedcover menahan hasrat birahinya.
Sedangkan kakinya tak dapat bergerak.. karena masih tertahan celana dalamnya yang sebatas paha.

Saat kujilati vaginanya dan lidahku mulai masuk ke dalam liang kemaluannya.. "Aiihhhhkk..!!"
Kembali badan Risa mengejang dengan pekik tertahan.. kali ini lebih dahsyat.

Dan saat itu mulai kurasakan vaginanya yang semakin basah. Bau khas cairan vagina segera tercium olehku.
Beberapa saat kemudian kuhentikan gerakan lidahku karena badan Risa semakin mengejang dengan hebat.

Aku kawatir kalau Risa sampai tak tahan menahan orgasmenya. Aku lalu duduk di antara kedua kakinya.
Kulihat napas Risa yang masih terengah-engah menahan apa yang telah aku lakukan tadi di ujung pangkal pahanya.

Perlahan kudekati kepalanya dengan mata yang juga masih terpejam.
Kucium mesra keningnya sambil kubelai rambut di kepalanya.

Kedua tanganku bergerak turun ke belakang bahunya. Kucoba mencari pengait bra-nya.
Agak lama kucari-cari tapi aku tak bisa menemukannya.
Sepertinya Risa mengerti tujuanku. "Nggak bisa dari situ mas..” bisiknya.

Kemudian dia bangkit dan melepas sendiri baju serta bra yang telah tersingkap hingga sebatas ketiaknya.
Selanjutnya dia merebahkan lagi badannya ke ranjang sambil menatapku.. sendu

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
----------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------

Cerita 083 – Perjalanan Cinta

[Part 2] – Tak Sayang Maka Tak ..

Ahh..!! Kini sungguh terlihat
pemandangan yang sangat indah dan seksi.
Di hadapanku terbaring Risa dengan tonjolan putih di dada yang masih kencang..
serta puting kecil merah muda yang begitu ranum.. betapa menggiurkan.

Kakinya yang tadi tertekuk ke atas sekarang terjatuh ke samping kiri..
dengan celana dalam yang masih tersangkut sebatas pahanya.

Rambut di kepalanya mulai tampak dibasahi keringat menahan siksaan birahinya sejak tadi.
Entah sudah berapakali dia orgasme.. karena sudah berkali-kali badannya kurasakan mengejang.

Raut wajahnya nampak sedikit capek.
Ahh.. sungguh pemandangan yang sangat seksi dan indah.. yang membuatku ingin segera menyetubuhinya.

"Mas..” bisiknya pelan sambil menatapku seperti mengiba.
Entah mengiba karena sudah tidak kuat.. atau mengiba untuk segera mendapatkan klimaksnya.

Kucium keningnya dengan lembut sambil kuusap keringat di samping kepalanya yang membasahi rambut.
Harus segera kutuntaskan.. karena sekarang nafsuku pun tak bisa lagi aku tahan.

Aku lantas beranjak ke arah kakinya. Kutarik kakinya yang tadi menekuk ke samping hinga lurus ke bawah.
Kulepas juga celana dalamnya yang sedaritadi masih sebatas paha.. namun hanya satu kaki yang aku lepaskan..
Sehingga celana dalamnya masih menyangkut sebatas paha kanannya.

Kulepaskan semua baju dan celanaku.. sehingga kami berdua skarang dalam keadaan telanjang.
Kurasakan penisku sudah menegang sedari awal tadi. Segera kurebahkan badanku di sebelah kiri Risa..

Dengan mesra kurengkuh bahunya dan kupeluk erat dari samping.. sambil kuciumi leher dan telinganya.
"Sshh..ahh.." Risa mendesah perlahan. Mulai ku gerayangi lehernya dengan tangan kiriku.

Berikutnya turun ke bawah lehernya, hingga akhirnya sampai di dadanya.
Kembali kusentuh lembut putingnya. Dia menggelinjang.

Kuremas halus payudaranya.. kemudian mulai kusentuh puting kirinya dengan bibirku.
Risa semakin menggelinjang dengan desahan yang lebih panjang.

Mulai kukulum putingnya sambil tangan kiriku memainkan puting kanannya.
"Mas.. shhhh.." kembali kudengar rintihan Risa terdengar lemah memelas.

Kugerayangi perut dan pusarnya dengan tangan kiriku hingga semakin ke bawah mendekati vaginanya.
Kurasakan lembut bulu-bulu kemaluannya. Kaki dan badan Risa menggelinjang tidak karuan.

Kusentuh belahan vaginanya yang sudah sangat basah.
Kucoba mencari klitorisnya namun tak dapat kutemukan. Mungkin karena kecil.

Kali ini tangan Risa memegang tangan kiriku yang sedang berusaha mencari-cari klitorisnya.
Tapi bukan untuk menahannya.. malah justru berusaha membimbing tanganku untuk menemukannya.

Kutemukan klitorisnya yang ternyata memang kecil.. kusentuh halus dengan ujung jariku.
Sementara ujung jari tengahku juga mencari lubang senggama di kemaluannya.

Seketika kembali Risa menggelinjang tak karuan.. seperti menahan sesuatu yang tidak tertahankan.
Clesspp..! Perlahan kutusuk lubang senggamanya begitu kutemukan.

Kali ini dia melenguh panjang sambil memegang tanganku untuk memasukkannya lebih dalam.
Kumainkan jari tengahku di dalam liang senggamanya.

Mungkin dia sudah tidak perawan.. karena dengan mudah kumasukkan jariku di situ.
Ah.. biasa.. apalagi aku sudah mendengar cerita darinya yang sudah beberapakali pacaran..
Dan perlu diingat.. pekerjaan sebelumnya sebagai SPG mahfumku.

Puas aku mengulum puting dan memainkan jariku di liang senggamanya..
lalu kutarik kaki dan tubuhnya dengan agak kasar ke bawah.. hingga pantatnya sampai di ujung ranjang..
dengan posisi kaki aku kangkangkan.

Segera aku jongkok dan mulai menjilati lubang senggamanya yang sudah basah.
Risa langsung kelojotan tak karuan karena lidahku mengenai klitorisnya. Badannya mulai mengejang.

"Ma..a..as..shhh..” kudengar rintihannya memelas tergagap dengan badan terkejang.

Aku pastikan itu rintihannya memohon untuk segera ada sesuatu yang lebih nikmat masuk ke liang senggamanya.
Namun tetap saja permohonannya belum aku kabulkan.

Selangkanganku hanya aku tempelkan di pangkal pahanya..
sehingga batang penisku menempel di bibir kemaluannya yang sudah sangat becek.

Slepp.. sleppp..!! Aku gesekkan ke atas bawah pelan-pelan..
Sehingga klitorisnya bergesekan dengan batang kemaluanku. Kembali badan Risa semakin terkejang hebat.

"Ma..as.. a..ku.. sudah.. gak tahan.. lagii..hhh.." bisiknya memohon sambil memandangku dengan mata yang sayu..
akibat birahinya yang sudah memuncak sambil menggigit bibir bawahnya.

Sementara tangannya.. mencoba menuntun batang kemaluanku agar masuk ke liang senggamanya.
Inilah kata-kata yang sudah aku tunggu daritadi Ris..! Kataku dalam hati.

Tanpa kupegang.. aku arahkan kemaluanku ke lubang vaginanya.
Secara insting batang kemaluanku mulai mencari-cari lobang senggama Risa sambil terus aku gesek-kesekkan.

Tak lama ujung kemaluanku telah berada di pintu liang senggamanya.. slebb.. secara perlahan kumasukkan ke situ.
Blessepp..!! Mulus tak ada gangguan. Karena memang vagina Risa sudah sangat basah.

Kutekan batang kemaluanku hingga semua tercelup masuk ke dalam lobang senggamanya.
Saat masuk sampai ke ujung.. kembali Risa terpekik pelan. Kutahan sesaat posisinya tetap berada di situ..
Clebb.. slebb.. baru kemudian perlahan aku keluar-masukkan secara lembut.

Risa mulai gelagapan.. kepalanya menggeleng ke kanan-kiri seperti menahan sesuatu yang teramat ngilu.
Tangan kanannya mulai mencengkeram bedcover dan tangan kirinya meremasi paudaranya sendiri.

Sambil terus memasukkan dan mengeluarkan penisku.. aku mulai membungkuk.
Mulutku mencoba menggapai puting Risa yang terlihat semakin membengkak.. merekah.. memerah..
Memperlihatkan retakan-retakan di putingnya.

Clrupp.. slrupp.. Segera kukulum dan kupermainkan dengan lidahku. Tubuh Risa menggelinjang sejadi-jadinya.
Tangan kanannya mencengkeram rambut di kepalaku.. berusaha menyingkirkan kepalaku..

Mungkin agar aku tidak mempermainkan putingnya dengan lidahku. Namun kepalaku tetap tidak bergeming.
Sepertinya Risa benar-benar sudah tidak kuat menahan rasa ngilu namun juga nikmat yang terasa amat sangat.

Kupercepat gerakan pantatku mendorong ke depan belakang.. sambil kuisap dalam-dalam putingnya..
Sehingga terasa masuk hampir ke dalam tenggorokanku. Tentu saja hal itu membuat Risa terpekik keras.
Sejenak kemudian badannya mulai kembali kejang-kejang.

Segera kupercepat gerakan pantatku mendorong kemaluanku keluar-masuk di vagina Risa dengan lebih cepat.
Clebb-crebb-crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb-clebb.. kian cepat menghantam.

Kaki dan pinggul Risa semakin terkejang hebat. Saat itu juga kemaluanku sudah terasa sangat keras.
Batang kemaluanku makin cepat merojok liang nikmatnya. Clebb-crebb-crebb-crebb-crebb-clebb..

Hingga dengan kekuatan penuh.. jlegh..!! Kubenamkan setandasnya di dalam liang senggamanya.
Crett.. crett.. crettt.. crettt.. crett.. entah berapakali sperma menyemprot di lubuk liang nikmat Risa.

Hampeir berbarengan.. nyutt.. nyut.. nyut.. terasa juga otot -otot vagina Risa berkedut-kedut..
Hingga membuat kemaluanku seperti diremas-remas.. diperah-perah oleh otot vaginanya.

Saat kurasakan cairan kental muncrat dari ujung penisku itu.. terdengar Risa melenguh panjang.
Kakinya lurus menegang.. Kedua tangannya mencengkeram erat kepalaku..
Seolah ua baru menahan suatu rasa yang teramat sangat. Cairan hangat kental telah masuk membanjiri rahimnya.

Sementara otot-otot vaginanya masih terasa berdenyut-denyut mencengkeram batang kemaluanku..
Yang terasa masih terus berusaha menyemprotkan air mani yang tersisa hingga habis.

Batang penisku tetap aku benamkan di dalam liang senggamanya.. kaki dan badan Risa terlihat mulai melemas.
Sementara cairan hangat mulai membajir keluar.. meleleh dari vagina Risa.

Itu adalah air maniku yang telah bercampur dengan air mani Risa yang keluar..
karena tidak cukup tertampung di dalam rahimnya.

Kupegang kepala Risa dengan kedua tanganku.. perlahan kukecup sayang bibirnya.. kemudian kulumat semua bibirnya.
Risa masih tetap terpejam dengan nafas masih terengah-engah. Rambut di kepalanya terlihat basah oleh keringat.
Perlahan kuusap rambut di dahinya.. kucoba bersihkan keringatnya.

Dengan perlahan aku bangkit.. dan perlahan pula kukeluarkan batang kemaluanku dari lubang senggama Risa.
Begitu terlepas.. badan Risa kembali mengejang namun hanya sesaat.
Pertanda masih belum hilang dari rasa yang baru saja aku perbuat.

Kuraih bantal di sebelah Risa.. perlahan kuangkat pantat nya dan kuselipkan di bawahnya.
Tidak tau kenapa.. langsung terbersit di pikiranku agar Risa hamil.

Tak peduli apakah sebenanya Risa juga menginginkannya ataukah tidak.
Aku ingin wanita yang terbaring di depanku ini hamil.

Perlahan mata Risa terbuka. "Mas..” panggilnya lirih.
Aku duduk di samping nya. Ku usap lembut kepalanya.

Risa menatapku dengan pandangan yang tak kumengerti..
Seperti ada sedikit gundah.. takut.. menyesal.. senang. Semua bercampur jadi satu.

Kubalas tatapannya dengan senyum lembut. Kami hanya saling terdiam beberapa saat.
Kemudian aku bangkit untuk mengambil tisu untuk membersihkan cairan yang membanjiri vaginanya.

Belum sempat aku berbalik.. Risa telah memelukku dari belakang.
Kurasakan payudaranya yang hangat mengganjal di punggungku. Aku berbalik dan memeluk erat Risa

Tangannya pun begitu erat memelukku.. sambil kepalanya bersandar di pundakku. Kukecup mesra kepalanya.
Beberapa saat kemudian kubalikkan badan Risa.. kulingkarkan tanganku di perutnya.

Tangannya pun memegang tanganku di depan perutnya. Kini kami menghadap ke kaca rias besar di depan kami.
Aku bisa memandangi tubuh Risa dari situ. Kulihat risa memandangiku dengan tatapan manja.

Tangan kanannya ke atas memegangi belakang kepalaku.. diusap-usapnya.
Dengan posisi itu aku malah melihat dada Risa yang seperti membusung..
Payudaranya itu terlihat tergelayut bulat dan kencang.

Kemaluanku pun menempel di pantat Risa. Tiba-tiba darahku bergejolak lagi.
Segera kuangkat tangan kiriku mencengkeram payudara kanannya yang terlihat membusung..
karena tangan kanannya terangkat memegang belakang kepalaku.

Tangan kananku tetap merangkul perutnya sambil kuciumi dari arah balakang telinga kanannya.
"Aaah.. Mas mulai lagi deh..” kata Risa manja.

Mulai kumainkan lagi jariku di puting Risa.. sementara tangan kananku sudah mulai ke bawah..
Merayap mendekati vaginanya. Kuusap halus bibir vaginanya yang sudah sedikit mengering.

"Mmmmm..” Risa merengek manja. Sementara kemaluanku menggesek-gesek di pantatnya.
Birahiku kembali meninggi sementara Risa hanya diam dan menurut saja dengan apa yang aku lakukan.

Kuarahkan tubuh Risa ke ranjang.. kemudian kurebahkan badannya ke dengan posisi menelungkup.
Kepalanya menoleh ke kanan.. dengan kaki aku kangkangkan menggantung ke bawah ranjang.

Posisi ini menjadi seperti doggy style.. tapi dengan badan Risa menelungkup di ranjang.
Kini dari belakang dapat kulihat belahan vagina Risa yang sudah menganga merah merekah.

Lubang senggamanya terlihat jelas.. seolah 'tersenyum' menantang kelelakianku.
Rupanya lubangnya belum kembali menyempit setelah apa yang aku lakukan tadi.

Kali ini aku tanpa basa-basi.. karena kurasakan tadi vagina Risa masih sedikit basah dan sudah terbuka.
Segera kuarahkan kejantananku memasuki lubang itu. Slepp..! Terasa agak susah karena sedikit kering.

Kulihat Risa sedikit meringis.. mungkin karena merasa sedikit perih. Aku harus melakukannya pelan-pelan.
Kali ini baru kepala penisku saja yang bisa masuk.. walaupun lubang senggama Risa sudah terlihat menganga.
Mungkin bagian dalamnya sudah sedikit kering.

Slepp.. clebb.. slebb.. clebb.. Dengan sabar dan pelan penisku menusuk-nusuk lubang vagina Risa.
Beberapa saat kemudian nampak pinggul Risa mulai bergerak-gerak..

Bersamaan itu aku mulai merasakan semakin basah lubang senggamanya.
Setelah terasa memungkinkan.. Jlebb..!! Langsung aku benamkan seluruh penisku masuk ke dalam.

Risa kembali sedikit meringis namun seluruh batang penisku telah masuk ke dalam liang nikmatnya.
Perlahan lahan kuatur ritme tusukanku. Clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb..

Setelah beberapa saat mulai kugerayangi payudaranya.
Namun karena menempel di ranjang aku jadi tidak leluasa memainkan putingnya.

Kuraih tangan kanannya dan kutarik kebelakang untuk bergelayut di leherku.
Sekarang posisinya agak tegak miring ke kanan.. dengan dada seperti membusung..
sehingga payudara kanannya terlihat bebas begelayut indah.

Kuatur ritme tusukanku sambil mempermainkan putingnya dengan ujung jariku.
Sesekali sengaja kuremas.. agak keras payudaranya sambil sedikit menghentak kan tusukanku.
Risa hanya bisa menatapku dengan pasrah.

Batang kejantananku semakin cepat menusuk-nusuk dan mengeras di dalam lubang vagina Risa.
Otot-otot vagina Risa sepertinya mulai merespon dengan mulai berkedut-kedut.

Plop..! Penis kukeluarkan dari liang vaginanya.. Jlebb.. kemudian langsung aku benamkan dalam-dalam..
sehingga menimbulkan bunyi seperti orang bertepuk tangan.. begitu seterusnya.

Karena sudah basah dan licin serta lubang yang sudah menganga lebar..
membuat penisku tak pernah meleset menghujam masuk dengan cepat dalam lobang itu.

Kembali Risa hanya bisa menatapku dengan pasrah dengan apa yang aku lakukan kepadanya.
Semakin kupercepat gerakanku hingga kurasa sudah mendekati puncaknya.

Slebb.. Jlegghh..!! Kubenamkan dalam-dalam penisku..
Dan saat itu juga kurasakan otot-otot vagina Risa seperti ikut meremas-remas kejantanaku.

Sesaat kemudian.. crett.. crett.. crett.. kembali cairan kental muncrat dari ujung penisku..
Terbenam setandasnya di dalam liang senggamanya. Saat itu juga rahimnya terisi penuh kembali oleh air maniku.

Risa hanya bisa mendongak menahan sesuatu dengan sedikit desahan.
Tak lama kemudian seluruh badannya rebah di ranjang.

Kembali kulihat matanya hanya terpejam. Kali ini segera kuangkat batang penisku dari lubang vaginanya.
Kulihat cairan kental putih mulai meleleh keluar. Segera kuambil tisu.

Kuusap ke atas dan kutahan tisu di bibir vaginanya. Aku tak ingin cairan itu keluar dari rahim Risa.
Terbayang olehku menyetubuhinya dengan perut sedang membuncit.

Setelah beberapa saat kuangkat tisu tersebut.
Sekarang yang terlihat olehku sebuah lubang yang masih menganga merah merekah..
Tak ada cairan basah meleleh di sekitarnya. Sepertinya semua cairan tadi sudah masuk ke dalam rahim Risa.

Kuangkat tubuh Risa yang sudah lunglai itu lebih ke atas.. agar dia bisa beristirahat dengan lebih nyaman.
Kuselimuti tubuh tanpa pakaian itu agar tidak kedinginan, sementara matanya masih terpejam dan membisu.

Aku beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Namun aku teringat sesuatu.
Segera kucari tas yang dibawa Risa, kubuka dan kutemukan 2 celana dalam berenda tipis dan 2 buah bra.
Kulihat sesaat.. ‘wacoal 36a’.. tanpa kawat penyangga dan spon. Kuambil semuanya dan kumasukkan ke dalam tasku.

Selesai membersihkan diri aku segera merebahkan diri di samping kiri Risa.
Risa yang masih polos tanpa baju terbaring tidur di sebelahku hanya dengan selimut menutupi tubuhnya.

Kuamati wajahnya yang manis yang telah meluluhkan hatiku. Risa yang ternyata cepat mencapai orgasme.

Risa yang ternyata sangat mudah untuk terpancing libido seksnya yang sebelumnya tak pernah kuduga.
Mungkin karena dia adalah tipe wanita yang mudah terangsang dan sekaligus mudah terhanyut perasaannya.

Entah saat ini apakah dia sadar atau tidak..
kalau semua ini dari awal sebenarnya hanyalah akal bulusku saja untuk bisa menidurinya.

Kucium keningnya. Tiba-tiba dia membuka matanya, mungkin terbangun karena kecupanku tadi.
Matanya yang terlihat masih mengantuk menatapku sesaat, kemudian tersenyum kecil.

"Mas..” bisiknya lirih sambil memiringkan tubuhnya ke arahku kemudian langsung mengatupkan matanya kembali.
Hanya kata itu yang sedari tadi selalu terucap dari bibir tipisnya.
Membuatku gemas karena pikiranku harus berusaha mengartikan sendiri maksud panggilan itu tadi.

Kurengkuh tubuhnya dengan menyisipkan tangan kananku di bawah leher.. kemudian kugeser badannya..
sehingga seperti bersandar di dada kiriku dengan posisi membelakangiku.

Kulingkarkan tanganku melewati bawah ketiak kanannya..
hingga tanganku bisa meraba payudara kirinya, dan kuremas dengan lembut.

Sementara tangan kiriku langsung menuju pangkal pahanya.
Slepp.. slepp.. slepp.. Jari tengahku pun bermain mencari lubang senggamanya.
Clepp..! Langsung kumasukkan dan tetap aku diamkan menembus lubang itu sambil tertidur.

Berharap bermimpi bercinta juga lagi dengannya.
-----ooOoo-----

Pagi hari ketika terbangun, masih dalam posisi yang sama saat kami tertidur.
Kulihat bersandar di dadaku Risa masih tertidur.

Aku beringsut dan mengambil HP di meja sebelah kiriku. Kulihat jam di HP, jam 6 lewat 10 menit.
Kuletakkan kembali HP dan kemudian kupeluk tubuh Risa.
Rasanya belum bosan untuk terus menjamah seluruh badan wanita ini dan mencabulinya.

Dia terbangun. "Dah pagi.. jam berapa mas..?" Tanyanya.
"Jam enam lewat sepuluh..” jawabku sambil mencium keningnya.
Dia hanya tersenyum kemudian kembali membenamkan kepalanya di dadaku.

"Bangun yuk, mandi biar nanti gak terlambat ke kantor pusat.." ajakku. Tak ada jawaban.
"Sayang .. ayo bangun, nanti terlambat loh..” kembali kuulangi perkataanku.

"Males.. mas..” Risa menjawab pelan sambil mendongakkan kepala ke wajahku dengan wajah malas-malasan.
"Loh.. kok males kenapa..? Apa masih capek atau kenapa..?" Sambil kubelai kepalanya. Tak ada sahutan.

"Kenapa sayang..?" Kembali kutanya.
"Jadi kepikiran aja. Ntar aku kerja sekantor dan jadi anak buah mas.. padahal kita ..” tak diteruskannya kalimat itu.

"Dan semua anak buah Mas pasti tau.. Pasti suasananya jadi gak enak ntar di kantor..
Nanti anak buah Mas yang lain menganggap aku diistimewakan. Pastinya Mas juga nggak akan bisa marah..
atau mungkin sungkan untuk menegur Risa kalau ada kesalahan.. Iya kan Mas..?
Ntar pasti Risa jadi bahan omongan temen-temen sekantor.."
Jelasnya panjang lebar dengan kepalanya yang masih disandarkan di dadaku.

Sejenak baru terpikir olehku benar juga apa yang dikatakannya. Aku menjadi terdiam sesaat.

"Sayang.. ntar kan bisa mas tempatkan di kantor cabang yang lain.. yang gak sekantor dengan Mas.
Kantor cabang barunya kan gak satu tempat aja. Ada 3 tempat.
Ntar kamu pilih aja mo di cabang yang mana yang sekiranya enak.." ujarku mencoba meyakinkannya.

"Tetep aja ntar jadi bahan omongan. Tuh.. si Risa kan pacarnya Pak Ivan.." jawabnya lagi.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya barusan. Perkataan kalau dia adalah pacarku.

Sejak kapan ya jadian..? Baru kemaren aja mulai deketnya dan belum ada komitmen.

Mungkin bener kata teman-temanku.
Kalau kita pernah ML.. mulai saat itu cewek tersebut akan langsung merasa ada ikatan khusus yang lebih dalam..
Dan punya feeling yang lebih tajam ke cowoknya. Kecuali kalau emang dari awalnya cuman mau One Night Stand.

"Mmm.. Say.. Emang gak boleh ya seorang pimpinan suka ma anak buahnya..?
Kan banyak tuh pimpinan yang masih bujangan akhirnya married ma anak buahnya..” sahutku kemudian.
Risa cuma terdiam.

"Udahlah say.. gak usah terlalu dipikirin yang kayak gituan. Ntar gampang, bisa diatur. Yuk ah.. buruan mandi..!”
Sambil kusingkirkan selimut kutarik tangan risa untuk bangkit dan menuju ke kamar mandi.

Di kamar mandi kulumuri semua badannya dengan sabun.
Begitu juga Risa melumuri seluruh badanku dengan sabun dan mulai menggosok-gosok sabun di badanku hingga berbusa.
Terasa sensasi tersendiri ketika aku bisa menjamahi seluruh yang licin karena sabun.

Bathup sudah 3/4 bagian terisi air hangat. Aku segera berendam di situ..
sementara Risa masih membersihkan sisa sabun dengan air dari shower.

Setelah selesai dia mengikutiku masuk ke bathup dengan posisi membelakangiku.
Dengan posisi memeluknya dari belakang.. aku bisa bermain dengan pangkal paha dan payudaranya.

Tiba-tiba dia berdiri dan berbalik mengambil posisi dengan lutut tertekuk ke belakang.
Kemudian dia menurunkan pantatnya.. sehingga vaginanya jadi beradu dengan kemaluanku.

Dia gesekkan beberapakali.. sehingga kemaluanku yang sedari tadi sudah menegang semakin mengeras.
Hmmm.. Tampaknya sekarang dia sudah berani berinisiatif.

Mungkin karena semalam dia benar-benar merasakan suatu kenikmatan yang luarbiasa..
Sehingga sekarang dia mulai ketagihan dan ingin mendapatkannya kembali.

Setelah beberapa saat.. dia menuntun penisku memasuki liang senggamanya. Plepp..!
Saat menurunkan kembali pantatnya.. blessepp.. ototku yang sudah mengeras langsung menyeruak masuk.

Terpancang keras.. terbenam ke dalam hingga pintu rahimnya.
"Aihhh..!" Seketika Risa terpekik kecil kemudian diam sesaat.

Sepertinya ia sedang menikmati benda yang semalam telah membuatnya menerima siksaan birahi..
Yang saat ini sudah tertancap erat dan berada di pintu rahimnya.

Sambil memegangi dadaku pelan-pelan diangkat dan diturunkan pantatnya. Beberapakali dia mendesah tertahan.
Sengaja aku hanya diam karena saat ini sepertinya dia sedang mencoba mencari kenikmatannya sendiri.

Beberapa saat kemudian tangannya segera menuntun tanganku ke dadanya..
agar dia bisa mendapatkan kenikmatan yang lainnya.

Aku menggesek-gesekkan telapak tanganku dengan halus ke putingnya yang sudah mulai mengeras agar tidak lecet.
Karena dengan posisi ini jari-jariku tak bisa leluasa memberikan sentuhan di ujung putingnya.

“Ahhhh.. maasshhh..!!” Dia menggelinjang dah mendesah pelan.

CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------
 
-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------

Cerita 083 – Perjalanan Cinta

[Part 3] - Tak Cinta Maka Tak ..

"Mas..” seucap kata keluar dari mulutnya pelan dengan tatapan mata memelas beberapa saat kemudian.
Saat ini aku sudah bisa memahami maksud kata itu.

Sambil berpegangan di bathup dia semakin mempercepat gerakannya.
Sekarangpun kedua tanganku telah memegang sepasang payudaranya.

Kupermainkan keduanya. Kadang kusentuh dan kugesek halus putingnya dengan telapak tanganku..
Kucubit dan kutarik pelan.. kupilin.. dan kutekan payudaranya dengan telapak tanganku.

Drrtt.. drttt.. Kurasakan tubuhnya mulai mengejang-ngejang.
Gerakan pantatnya pun seolah-olah ingin agar batang kemaluanku bisa lebih masuk..
Terbenam sedalam-dalamnya di dalam liang senggamanya.

Aku berusaha agar bisa orgasme bersamaan dengannya.
Gerakan Risa semakin cepat dan liar.. tangannya mencengkeram lenganku.

Dia pun nampak mulai mengejang hebat. Otot-otot vaginanya mulai kurasakan berdenyut-denyut..
Sementara batang penisku di dalam kekapan dinding liang nikmatnyapun sudah sangat keras.

Kuremas keras kedua payudaranya.. saat itu juga Risa menghentikan gerakannya..
sambil berusaha memasukkan sedalam-dalamnya penisku di liang senggamanya. Risa melenguh panjang.

Badannya mengejang.. kedua tangannya mencengkeram erat ke dua lenganku.
Nyutt.. nyutt.. nyutt..! Otot-otot vaginanya semakin kuat berdenyut mencengkeram batang penisku.

Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..!! Saat itu juga air maniku menyemprot keluar mengisi ruang rahimnya.
Setelah beberapa saat tubuhnya rebah lemas di badanku.

Kubelai rambut sebahunya yang basah.. kukecup kepalanya pelan.
Beberapa saat kemudian dia bangkit. "Mas.. Risa ganti baju dulu ya.." ucap Risa memandangku.

"Hm.. .mmm.." sahutku pendek.. sambil memegang kepalanya.. kemudian kucium bibirnya.
Risa bangkit dan segera mengeringkan badan..
Kemudian keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di badannya..

Keluar dari kamar mandi kulihat Risa sedang mencari sesuatu di dalam tasnya.
Aku berlalu mengambil tasku.. kubuka dan mengambil barang yang semalam telah aku ambil dari tas Risa.

"Lagi nyari ini ya say..?” Kutunjukkan bra dan celana dalam Risa yang semalam kusimpan di dalam tasku.
Dia menoleh ke arahku. "Loh kok ada di situ?" kata Risa dengan wajah sedikit bingung.

"Mmm.. Barang-barang ini untuk sementara Mas sita.. selama kamu masih bareng Mas..” kataku nakal.
"Iih.. kok gitu sih..!?" Sahutnya sambil tersenyum malu.

"Iya.. ga papa. Kamu gak usah pake daleman. Mas mau lihat kamu seksi pakai baju tanpa daleman.."
Kataku menggodanya.
"Huuu.. maunya" sahutnya sambil tersenyum.

Pagi ini Risa memakai blus lengan panjang putih bergaris-garis hitam..
Dipadukan dengan rok span hitam di atas lutut.
Sedangkan blaser hitamnya belum dia kenakan, masih menggantung di gantungan baju.

Karena blus berwarna putih agak tipis dan ketat.. maka putingnya nampak tercetak samar dari balik bajunya..
Karena ia tidak memakai bra. Nampak anggun penampilannya hari ini. Dia berdiri di depan kaca rias.

"Kenapa mas..? Ada yang aneh ya..?"
Kalimat Risa membuat aku terhenyak dari keasyikanku yang sedang memandanginya.
"Eh.. nggak.. kamu kliatan seksi.." sahutku.

Kuhampiri Risa sambil menyentuh puting yang menyembul di balik baju putihnya.
"Bisa gak jadi berangkat meeting loh mas nanti.. kan tadi mas ..”

Kalimat Risa tidak selesai karena bibirnya sudah kulumat sambil kupegang kepalanya dengan kedua tanganku.
Dan dia pun mengimbanginya. Kedua tanganku bergerak ke bawah pantat.. menyibakkan span hitam yang dipakainya..
hingga kini tersingkap di atas pantatnya.

Kuremas pantatnya yang tidak memakai celana dalam itu kuat-kuat dan sedikit kuangkat..
Sambil kumainkan lidahku di mulutnya. Kuangkat kaki kirinya dengan tangan kananku..

Sehingga sekarang jari tangan kiriku bisa meraba vaginanya dari arah belakang.
Namun cukup sulit untuk bisa menjangkau lubang senggamanya.

Kulepaskan peganganku dari kaki kirinya dan segera kuputar badan Risa.. hingga sekarang membelakangiku.
Kupeluk dia dari arah belakang sambil tangan kananku membuka 3 kancing bajunya.

Sementara dari arah depan.. tangan kiriku menyingkap ke atas rok yang dipakainya..
Kemudian segera menyentuh vaginanya untuk mencari lubang senggamanya.

Tangan kiri Risa bergayut di balakang leherku.
Kuremas payudara kirinya setelah kubuka tadi kancing bajunya.

Kumainkan putingnya..
Sementara jari tengahku telah masuk dan bermain-main di dalam liang vaginanya yang telah basah.
Risa hanya menggelinjang merasakan semua sentuhanku.

Kulepas bajunya dan perlahan kurebahkan badannya di pinggir ranjang..
sehingga kakinya masih menggantung ke bawah.

Kusibakkan rok yang dipakainya hingga ke pinggang dan kukangkangkan kakinya.
Segera kubenamkan kepalaku di pangkal pahanya dan mulai menjilati bibir vaginanya..
sambil kuremas ke dua payudaranya.

Risa hanya bisa memegangi kepalaku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya..
menahan gejolak nafsunnya karena perbuatanku.

Ketika lidahku mulai masuk dan bermain di liang vaginanya..
"Sshhh.. aahhh.." dia mendesah sambil meremas kepalaku dengan kedua tangannya.

Setelah beberapa saat aku beralih mencium dan menjilati pusar dan perunya.
Perlahan naik dan mengulum putingnya, kemudian naik keleher.

Kuciumi lehernya, semerbak wangi Escada Sentiment yang semakin memancing nafsuku.
Kujilati telinganya dan kemudian beralih mengulum bibirnya.

Setelah beberapa saat kuhentikan ciumanku.
"Dilanjutin nanti setelah dari kantor ya say..” kataku sambil tersenyum.

Risa hanya memandangku sambil mengatur nafasnya. "Sengaja ya mas.. biar aku horny..?
Ntar kalau pas wawancara aku jadi gak konsen gimana coba..?" Katanya dengan manja.
Aku hanya tertawa kecil sambil merapikan kembali bajuku.

Dalam perjalan ke kantor Risa terus memegangi lengan kiriku.
Kemudian dia sandarkan kepalanya di lengan kiriku dengan manja.

Sesampai di kantor.. mobil aku parkir di lokasi paling ujung.
Kawatir ntar kepergok temen kerjaku yang di Semarang liat aku di kantor pusat.

Setelah Risa terlihat masuk ke dalam kantor.. segera aku menuju tempat parkir mobil di gedung sebelah..
karena di sana ada Kafe yang bisa kupakai buat nongkrong sambil nungguin selesai test wawancara.

Dua jam lebih aku menunggu di kafe hingga telfonku berdering.
Terlihat foto Risa dengan baju merah di layar telfonku.. foto Risa kemaren saat baru sampai di hotel.

Segera kuangkat telfonku. "Gimana say.. udah selesai testnya..?"
"Udah mas, baru aja selesai. Ini baru jalan di tangga.." suara Risa di seberang telfon

"Tunggu Mas di tempat parkir yang tadi ya say.. bentar lagi mas dah sampai situ.."
Kataku sambil berjalan keluar dari Kafe
"Iya mas..” sahut Risa kemudian.

Tak sampai 10 menit aku dah sampai di parkiran gedung tadi.
Kulihat Risa sudah berdiri menunggu di ujung parkiran dengan blaser dan span hitam.
Rambut yang tergerai ditiup angin membuatnya terlihat semakin anggun.

Begitu sampai di depannya kubukakan pintu dari dalam. "Hai sayang..” tegurku.
Risa hanya tersenyum manis.. kemudian masuk ke dalam mobil.
Kutarik sedikit kepalanya dan kukecup keningnya.

Dilepasnya blaser yang dipakai..
Dan tampaklah kembali pemandangan indah tadi pagi yang membangkitkan nafsuku.
Namun kulihat wajahnya sedikit ada kegalauan, tidak seperti tadi pagi.

"Ada apa say.. kok sepertinya ada sesuatu..?" Tanyaku.
Namun dia hanya diam sambil menatap ke depan dengan pandangan galau.
Hanya kuperhatikan wajahnya tanpa pertanyaan lagi.

"Mmm.. Mas ..” Risa tampak ragu melanjutkan kalimatnya.
Aku hanya menatapnya dengan pandangan mengisyaratkan agar dia meneruskan kalimatnya.

"Mmm.. Mass.. Kalau.. .Kalau.. aku hamil gimana Mas..?"
Tanyanya sambil melihat ke arahku dengan pandangan khawatir.
Aku hanya tersenyum sambil memandangnya.

"Mas..” desaknya.. karena aku tidak menjawab sampai beberapa saat.
"Kenapa tiba-tiba kamu menanyakan hal itu, say..?” Gantian aku yang bertanya

"Mmm.. Risa tadi baru inget ini hari ke 16.. saat masa subur-suburnya.." matanya menatap ke depan.
Sambil tersenyum aku menjawab..” Emang sengaja Mas mau bikin kamu hamil..”

"Jangan bercanda Mas.. Risa serius..” sahut Risa dengan muka serius.
Aku tertawa. "Iya.. Mas juga serius. Mas sengaja ingin kamu hamil..”

Sambil kutarik pundak kanannya agar menghadapku.
"Aaah.. Mas kok gitu sih..?" Berkata Risa dengan nada merajuk manja.

"Loh.. Emang kamu gak mau hamil karena Mas..?" Tanyaku lagi
"Bukan gitu Mas.. Risa cuman ..”
Sebelum selesai bicara kepalanya sudah kupegang, kucium dan kulumat bibirnya.

Risa berusaha mendorongku. "Eh mas.. jangan.. ntar dilihat orang..”
katanya sambil dia menengok kanan kiri melihat sekeliling.

"Tadi dari luar Risa bisa liat Mas di dalam mobil gak..?” Tanyaku. Risa hanya menggeleng pelan.
"Mobil mas pake kaca film, jadi gak bakalan kliatan dari luar.."

Tanpa menunggu persetujuannya.. langsung kulumat lagi bibirnya.
Awalnya Risa sedikit menolak. Namun selanjutnya dia mulai mengikuti permainanku ini.

Tangan kananku segera menuju kancing bajunya. Kubuka tiga kancing bajunya.
Selanjutnya mulai kuremas pelan payudaranya.. dan kumainkan putingnya dengan jari-jariku.

Dia terus mengikuti permainanku. Setelah beberapa lama mulai kugerayangi pahanya.
Kutelusuri hingga ke pangkalnya. Risa pun merespons.. dengan mengangkangkan kakinya.

Kurebahkan sandaran kursi yang menahan badannya.
Jari-jari ku pun dengan mudah mulai menelusuri bagian pangkal pahanya hingga masuk ke lubang vaginanya.

Kurasakan mulai basah. Kugerak-gerakkan jari tengahku dalam lubang itu.
Risa memandangku dengan tatapan bernafsu.. sementara badannya mulai menggelinjang.

Kuremas payudaranya dengan tangan kiriku.
Jari tengahku semakin cepat bergerak keluar masuk di lubang vaginanya.

Mulutnya terbuka.. dan terlihat seperti orang akan tenggelam sambil tangannya memegangi tangan kananku..
yang terus bergerak semakin cepat di sela-sela pahanya. Terasa lubang vaginanya sudah sangat basah.

Tangan kiriku meremas agak keras payudaranya dan kemudian kutekan..
Sementara jari tengah tangan kananku menusuk dalam-dalam liang vaginanya sambil kumainkan jariku di dalamnya.

"Hekh..” terdengar suara dari mulut Risa, dan tubuhnya mulai mengejang.
Kedua tangannya mencengkeram kuat tangan kananku. Saat itu juga terasa vaginanya sudah sangat basah.

Kulihat tatapan matanya sayu menatapku. Dia telah mendapatkan orgasmenya.
Sejenak aku berpikir. Dari tadi malam sampai sekarang sudah berapakali dia orgasme.
Mungkin sudah lebih dari 10 kali. Tega gak ya ntar sampai hotel aku perlakukan dia seperti ini lagi..?

Kucium bibir Risa. Kemudian ia mulai merapikan baju dan rok spannya yang tersingkap ke atas karena ulah tanganku.
Kunyalakan mesin mobil dan mulai berjalan perlahan meninggalkan tempat parkir itu.

Sebelum sampai Hotel kami mampir dahulu di restoran untuk makan siang.
Sesampainya di kamar hotel Risa langsung berganti baju dengan kaus putih tipis tanpa lengan ketat..
dengan belahan dada agak ke bawah.

Ini yang selalu membuat libidoku naik melihat bentuk payudara yang bulat kencang..
Ditambah dengan puting yang tercetak transparan di balik baju tipisnya.

Rok mini ketat abu-abu tua berbahan kaus sebagai padanannya memperlihatkan lekuk pinggang..
dan mencetak jelas bentuk pantanya yang tak memakai celana dalam semakin membuat nafasku sesak.

Selanjutnya dia merebahkan badannya di tempat tidur dengan bersandar di ujung ranjang.
Kuikuti merebahkan badan di sampingnya. Kurengkuh hingga kepalanya bersandar di pundakku.

Kunyalakan televisi dan mencari tontonan yang bisa menghibur sambil beristirahat.
"Sayang.. kamu capek yah..?" Tanyaku setelah agak lama tak ada percakapan di antara kami.

"Capek kenapa, mas..?" Sambil tangannya meraih remote televisi dari tanganku.
Digantinya chanel telivisi yang dilihat.

"Dari semalem kan udah berapakali tuh kamu orgasme..” kucium kepala wanita yang bersandar di pundakku ini.
"Mas tuh curang.. ngerjain aku terus..?" Kulihat Risa menjawab dengan mulut sedikit monyong.

Aku tertawa kecil. "Ih.. malah ketawa..” sambil tangannya mencubit pahaku.
"Kamu juga sih.. kalo kayak gini.. gimana Mas gak sesak napas, coba..”
Sambil kusentuh tonjolan kecil di dada yang menyembul di balik bajunya.

"Lah.. kan Mas juga yang ngumpetin bra ama celana dalamku..!" Tangkisnya.
Aku kembali tertawa kecil.

"Mmm.. maaf ya kalau Mas membuat Risa malah menjadi gak nyaman.."
kataku sambil mengelus-elus kepalanya.

"Nggak kok Mas.. Risa nggak papa. Risa nyaman-nyaman aja kok..”
Sahutnya sambil kembali mengganti chanel di televisi.

Mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya itu.. kususupkan tanganku ke balik bajunya dari bawah..
Hingga bisa kugenggam payudaranya. Sambil menonton televisi.. terus kuraba dan kuremas payudaranya.

Sesekali kusentuh lembut ujung putingnya dengan jariku. Tampak Risa menikmati apa yang kulakukan padanya.
Setelah beberapa saat tangannya mulai merayap masuk ke dalam celanaku.

Dia berusaha meraih benda lonjong panjang yang ada di situ.
Digenggam dan mulai memainkannya dengan lembut. Tak lama ia bangkit dan berusaha melepaskan celanaku.

Setelah celanaku terlepas.. dia berdiri di atasku sambil menyingkapkan rok ketatnya hingga sebatas pinggang.
Lalu dia mulai berjongkok dan menempelkan vaginanya di atas penisku.. sehingga terjepit antara perutku dan vaginanya.

Digoyangkan pinggulnya ke depan belakang perlahan-lahan.. dengan ritme yang lambat namun keras.
Sehingga penisku yang berada di celah vaginanya bergesekan pelan.. makin menegang keras pula.

Beberapa saat kemudian.. dia menarik bajunya ke atas sampai sebatas ketiaknya..
sehingga payudara yang putih dengan guratan-guratan biru sekarang terlihat menggelantung..
bergerak-gerak mengikuti gerakan pinggulnya.

Sekarang kedua tangannya mulai menuntun kedua tanganku ke dadanya.
Kujamah kedua payudara yang segenggaman tanganku dengan lembut. Kumainkan dan kusentuh putingnya.

Risa mendesah pelan sambil kedua tangannya memegangi tanganku yang terus menjamahi bagian sensitif di dadanya.
Sementara di bawah sana.. di pertemuan dua kelamin kami.. kurasakan belahan vaginanya telah basah.

Dengan tatapan sendu dan sayu.. tangan Risa mulai mengarahkan penisku memasuki liang senggamanya.
Slepp.. clebb.. blesskk..!! Tak lama dengan mudah penisku menembus lubang itu hingga ke dalam.

Risa kembali menggoyangkan pinggulnya. Kali ini ke depan belakang dan sesekali dengan gerakan memutar-mutar..
Seolah-olah ia ingin penisku bisa menjelajahi seluruh bagian dalam lubang vaginanya.

Mungkin karena dalam semalam hingga saat ini.. sudah berkali-kali benda-benda besar memasuki vaginanya..
saat ini terasa agak longgar dibandingkan saat pertama penisku bertemu dengan liang kemaluannya.

Sampai beberapa lama sepertinya Risa belum merasakan kepuasan yang dia inginkan.
Akhirnya aku berinisiatif berganti posisi. "Ganti posisi yuk, say..?" Ajakku.

Aku lantas bangkit dan berganti memposisikan Risa berbaring miring di ujung ranjang..
Dengan posisi seperti sedang berjongkok dengan kaki rapat.

Sekarang kulihat belahan vagina Risa yang basah tertutup rapat.. menyembul di antara ke dua pangkal pahanya.
Plepp..! Dengan mudah kuarahkan penisku di belahan itu dan segera mencari lubang senggamanya.

Jlebb..!! Segera kumasukkan ke dalam dan terasa lubangnya lebih sempit menggencet batang penisku.
Kugerakkan maju mundur pingganggku.. sehingga penisku bergerak keluar masuk di antara belahan vaginanya.
Risa terlihat lebih puas dengan apa yang kulakukan sekarang.

Sambil kuremasi payudaranya, terus kugerakkan pantatku maju mundur. Risa mendesah panjang.
Semakin lama semakin cepat kuhujamkan batang kemaluanku di antara jepitan lubang vaginanya.

Tangannya memegangi tanganku yang terus meremas-remas benda kenyal di dadanya.
Nafasnya mulai tersengal-sengal, kepalanya menggeleng-geleng pelan dan sesekali badannya mengejang.

Suara desahan yang terus keluar dari bibirnya semakin membuatku bernafsu menyetubuhinya.
Clebb-clebb-clebb-crebb-crebb-creb.. terus kuhajar.. hingga terasa hendak mencapai orgasme..

Jleghh..! Kuhenyakkan dalam-dalam kemaluanku sambil kuremas keras payudaranya.
Sesaat terdengar suara tercekat dari mulut Risa.. kaki dan badannya mengejang-kejang.

Tangannya mencengkeram kuat tanganku.. ssrrr.. ssrrr.. srrr.. nyutt.. nyutt.. nyutt..!
Ughhhh.. Batang kemaluanku terasa diremas-remas kuat oleh otot-otot vaginanya.

Saat itu juga penisku menegang hebat.. hingga cratt.. cratt.. crett.. crett..
Dengan deras menyemburkan cairan kental di dalam lubang vaginanya.

Jlebb.. jleghh..!! Kembali terus kusodokkan lebih dalam penisku di liang senggamanya.
Kembali suara tercekat keluar dari mulut Risa yang seolah terasa batang kemaluanku telah menusuk dalam..
di lubang vaginanya hingga menembus ke tenggorokannya.

Sementara penisku terus berdenyut berusaha menyemprotkan maniku ke dalam rahimnya hingga habis tak tersisa.
Badannya terus mengejang beberapa saat.

Saat hendak kucabut batang penisku dari lubang vaginanya.. Risa memegang dan menahan pantatku.
Seolah dia tak rela penisku lepas dari jepitan dinding lubang vaginanya.

Melihat itu.. aku geser posisi Risa dengan cara mendorongnya ke depan menggunakan pinggangku..
Sehingga penisku tetap berada di dalam cepitan liang vaginanya.

Errgghh..! Terasa badan Risa mengejang setiapkali aku bergerak mengubah posisiku.
Kemudian perlahan aku juga merebahkan badanku miring di belakang tubuhnya.

Saat ini posisi Risa berbaring miring ke kiri dengan kaki terlipat memunggungiku.
Kugapai payudaranya dengan tangan kananku.
Kuremas-remas lembut dengan penis yang masih tertancap masuk di dalam lubang vaginanya.

Tak ada suara. Kunikmati posisi ini dengan terus menggenggam dan memainkan payudaranya.
Cukup lama hingga tak terasa kami pun tertidur.
-----ooOoo-----

Sore hari kami terbangun.
Segera kami bergegas mandi dan merapikan kembali barang-barang yang kami bawa.

Setelah cek out, mobil segera melaju meninggalkan kota Semarang.
Kami berencana mampir ke Jogja sebelum pulang.

Sepanjang perjalanan ke Jogja.. tangan Risa bergelayut manja di lengan kiriku.
Kepalanya pun dia sandarkan di sana. Kami banyak bercerita dan bermanja dalam perjalan menuju Jogja.

Baju ketat merah lengan panjang..
berpadu dengan laging hitam ketat yang dikenakannya masih saja terus membuatku bergairah.

Singkat cerita kami tiba di Jogja sekitar jam 8 malam. Kucari hotel di sepanjng jalan belakang Malioboro.
Aku ingin menikmati suasana malam di Jogja bersamanya.

Minggu pagi kami sempatkan untuk bermain di pantai Parangtritis.
Sepanjang malam hingga siang di Jogja inipun masih sempat aku menyetubuhi Risa hingga 3 kali.

Dan Risa pun sepertinya menikmati apa yang aku perbuat kepadanya.
Entahlah. Mungkin dia merasakan sensasi-sensasi baru setiapkali aku menyetubuhinya.

Menjelang siang kami baru pulang kembali menuju Purwokerto.
Namun dalam perjalanan ini Risa banyak tertidur di mobil. Mungkin dia merasa lelah dan mengantuk.
Ya.. karena sepanjang malam tadi aku telah membuatnya tidak bisa banyak tidur. Hehehe..

Selama dua hari dua malam itu.. kami benar-benar menikmati..
dan melampiaskan semua hasrat masyuk yang selalu menghinggapi setiap saat.

Minggu malam kami tiba kembali di Purwokerto. Kuantar Risa pulang ke rumahnya.
Terlihat dari wajahnya dia sudah sangat lelah. Namun dari sorot matanya terlihat kebahagiaan.

Setelah beberapa saat aku mampir di rumahnya aku berpamit untuk pulang.
Namun Risa terlihat masih belum ingin berpisah denganku.

Kukatakan padanya kalau besok aku akan menemaninya lagi. Dan setiap hari aku kan ada untuk terus bersamanya.
Setelah berpamitan dengan kedua orangtuanya segera aku meluncur pulang ke rumah kos di mana selama ini aku tinggal.

Rasa lelah.. kantuk dan capek.. rasanya tak sebanding dengan kenikmatan yang telah kureguk bersama Risa.
Terasa ingin malam ini segera berlalu dan dapat bersama Risa kembali.
Menikmati kembali hasrat syahwat yang masih saja bergejolak liar tanpa batasan.

Terimakasih telah membuat Risa merasakan kebahagiaan yang belum pernah Risa rasakan sebelumnya.
Dua hari ini adalah hari paling bahagia selama hidup Risa. Selamat beristirahat, sayang..

Sebuah SMS dari Risa yang membuatku tersenyum bahagia menjelang lelapku.

Itulah kisahku dengan Risa. Peristiwa dua hari dua malam yang masih teringat jelas hingga sekarang.
Dan tak akan pernah aku lupakan sepanjang hidupku. (. ) ( .)
-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd