-----------------------------------------------------ooOOO-------------------------------------------------
Cerita 101 – Penebus Kesalahan
Amelia
Ketika Amelia berangkat kerja pagi itu.. tampaknya semua akan berlalu seperti biasanya.
Rama, suaminya.. masih tertidur pulas setelah diberinya jatah sehabis subuh tadi.
Kebetulan hari ini laki-laki itu tidak ada jadwal mengajar, maka bisa tidur sampai siang.
Amelia bersenandung kecil ketika meluncur ke garasi untuk mengeluarkan mobilnya.
Perempuan blasteran Jepang-Indonesia itu masih nampak cantik di usianya yang sudah menginjak 40 tahun.
Bekerja sebagai supervisor senior di sebuah perusahaan asing..
Amelia bercita-cita untuk mengejar karirnya menjadi manajer pemasaran..
Karena itulah ia selalu berangkat pagi dan berusaha mengerjakan semua tugas-tugasnya dengan baik.
Diberkahi rambut hitam panjang dan mata coklat..
Amelia terlihat lebih cocok sebagai seorang model daripada wanita karir.
Apalagi warna kulitnya juga begitu putih dan mulus alami, dengan dilatarbelakangi sepasang payudara cantik..
dan dua puting cokelat besar yang selalu terlihat menantang lawan bicara. ‘
Ditambah pantatnya yang meliuk begitu sempurna..
Jadilah Amelia selalu menjadi bahan fantasi setiap kali dia memakai rok pendek ketat berwarna hitam.
Dan sekarang dia siap untuk berangkat kerja.. sama sekali tidak tau..
Bahwa sisa hari itu akan berjalan jauh di luar rencananya dan akan mengubah seluruh hidupnya selamanya.
Amelia telah menikah selama kurang lebih 10 tahun.
Rama Putra Dewa.. suaminya, adalah seorang pria kelahiran Grobokan, Jawa Tengah, yang sangat mencintai seni.
Laki-laki itu bekerja sebagai seorang pelukis dan artis seni rupa.
Tetapi, Rama sering bermalas-malasan dan hanya memanfaatkan Amelia untuk menuruti semua keinginannya.
Namun sekarang Amelia harus berkonsentrasi pada pekerjaannya karena ia sudah dibayar mahal oleh Franky;
Empatkali lipat di atas gaji rata-rata dan belum dihitung komisi lain-lain.
Franky Lunggana, bosnya, adalah orang yang sulit tetapi adil. Selama ini ia telah memperlakukan Amelia dengan baik.
Namun sekarang Amelia telah mengecewakannya karena di ekspor mereka yang terakhir, ia salah mengirim barang.
Hingga akibatnya klien mereka menolak untuk membayar.
Kalau sampai itu terjadi, perusahaan bisa bangkrut karena ini menyangkut jumlah uang yang sangat besar.
Franky tentu saja sangat marah, dan karena itulah ia telah menjadwalkan sore ini sebagai sesi penghakiman bagi Amelia.
Amelia terlihat khawatir sepanjang hari, takut akan kehilangan pekerjaannya.
Tetapi kemudian ia berpikir.. Ah, enggak. Franky menyukaiku.. karena itulah ia pasti akan memberiku pengampunan..
Franky adalah seorang pria tinggi, tampan, dan berotot.. juga sedikit memancarkan nafsu hewani..
Yang bagi Amelia terasa menakutkan sekaligus juga bikin penasaran.
Kalau saja tidak mengenal secara pribadi.. Amelia pasti akan menganggap Franky orang yang kaku dan pragmatis..
Dan memang begitulah.. jadi tidak salah kalau Rama memanggil bosnya itu dengan sebutan Franky Kulkas..
Karena di beberapakali perjumpaan mereka, Franky jarang tersenyum dan hanya sedikit berkata-kata.
Amelia hampir melompat dari kursinya saat mendengar jam dinding berdentang empatkali.
Sudah tiba waktunya untuk menemui Franky.
Maka segera ia mengambil tumpukan kertas dan buru-buru berjalan ke kantor Franky yang terletak di ujung lorong.
Setelah mengetuk sebentar.. Amelia membuka pintunya yang berhiaskan ukiran rumit..
dan mendapati Franky sedang berbicara serius dengan seseorang lewat telepon.
Dengan lambaian tangan, laki-laki itu menyuruh Amelia agar duduk di kursi di depannya.
Gugup Amelia menunggu sampai Franky selesai berbicara.
Kedengarannya seperti dia sedang berbicara dengan seorang pelanggan, tapi Amelia tidak bisa memastikan juga.
Akhirnya, begitu percakapan berakhir, Amelia bisa melihat kalau Franky tidak terlihat senang.
Laki-laki itu tidak mengatakan apa-apa selama beberapa menit, hanya menatapnya tajam tanpa berkedip sedikitpun.
Amelia hampir bisa mendengar detak jantungnya sendiri.. juga dentang jam di dinding yang berderak keras..
memenuhi seluruh ruangan, hingga Amelia hampir melompat dari kursinya ketika Franky tiba-tiba berbicara.
"Amelia, kamu tau apa akibat dari perbuatanmu..?”
Tanyanya tegas, dan langsung menyambung tanpa memberi kesempatan bagi Amelia untuk menjawab.
"Gara-gara salah barang, J&R membatalkan semua kontrak kita.
Milyaran rupiah melayang, dan itu hanya akibat dari kamu yang teledor dalam mengontrol pengiriman..!!”
Suasana kembali hening di dalam ruangan saat satu per satu air mata Amelia mulai jatuh.
"Aku harus memecatmu sekarang..” kata Franky lugas.
"Kumohon jangan. S-saya sangat menyesal, Pak, saya berjanji tidak akan terjadi lagi..!” teriak Amelia.
"Sudah terlambat untuk meminta maaf, kerusakan sudah terlanjur terjadi..” jawab Franky.
"S-saya tidak bisa kehilangan pekerjaan ini..! Bapak tau bahwa suami saya hanya bekerja asal-asalan..
Bahkan lebih banyak menganggur di rumah.
Jadi tolong, apa yang bisa saya lakukan untuk menebusnya....?” Amelia memohon.
"Aku harus tetap memecatmu..” kata Franky. "Ini bisa jadi bahan pelajaran bagi karyawan yang lain.
Bahkan jika aku ternyata mengampunimu, aku tidak yakin bisa mempercayaimu lagi..”
"Saya tidak pernah membuat kesalahan seperti itu sebelumnya, Pak..
Dan saya berjanji tidak akan pernah terjadi lagi, jadi apa yang bisa saya lakukan..?” Amelia kembali memohon.
"Baiklah, kuterima permintaan maafmu..” kata Franky sambil melirik tajam.
“Tapi aku tetap sangat marah, dan jika kamu ingin terus bekerja, kamu harus bisa meredakan kemarahanku itu..”
"B-baik, Pak. Saya siap melakukan apa saja..” kata Amelia, merasa sedikit lega.
Franky bangkit dari kursinya dan berjalan memutar untuk bersandar di meja depan Amelia.
Amelia membuka mulut untuk mengatakan sesuatu.
Nnamun langsung terdiam begitu matanya jatuh menatap selangkangan Franky yang menggembung besar.
Wajahnya mulai memerah saat melihat tonjolan akrab yang selama ini hanya ia saksikan dari milik Rama.
Pikiran Amelia pun menjadi kosong.. hanya matanya yang kini terfokus pada objek panjang di depannya.
"Amelia, akan kuberitau bagaimana cara untuk menebus kesalahanmu.
Kamu bisa menolaknya jika mau.. tapi selanjutnya aku tidak ingin melihatmu lagi.
Kalau kau menerimanya, kau bisa terus bekerja di sini. Apa kau mengerti..?” Tanya Franky tenang.
"I-iya, S-saya.. saya mengerti..” Amelia menolak untuk menatap mata sang boss.
"Baik, sekarang ambil penisku dan keluarkan dari celana..” kata Franky.
Amelia duduk tertegun, berpikir kalau dia telah salah dengar. "M-maaf..?"
"Kamu dengar ‘kan..? Ambil penisku dan keluarkan dari celana—sekarang..!" Franky mengulangi keras.
"A-apa..!? Bapak pasti tidak serius..” Amelia tersentak.
"Kamu punya sepuluh detik untuk melakukannya, atau cepat keluar dari sini dan jangan kembali..”
Mata Franky mendelik. Amelia tidak pernah mendengar Franky berbicara seperti itu sebelumnya.
Dia tau Franky adalah orang yang tegas, tapi Amelia belum pernah melihat sisi buruk laki-laki itu sebelumnya.
Amelia terus duduk di sana seiring detik demi detik yang terus berlalu..
Mencoba mempertimbangkan segala alternatif yang mungkin bisa ia pakai untuk menyelamatkan diri.
Namun hasilnya nihil. Hingga dengan berat hati, Amelia terpaksa menggapaikan tangannya yang lentik..
Kemudian perlahan-lahan mencapai ritsleting sang bos dengan jari-jari gemetar.
Srettt..!! Dia mulai menariknya turun. Amelia bisa melihat tonjolan daging di celana itu telah tumbuh besar.
Bunyi gesekan ritsleting.. juga detak jam di dinding.. serta deru napas Amelia yang kian meningkat..
adalah satu-satunya bunyi yang terdengar di dalam ruangan.
"Yah.. keluarkan itu..!" Suara Franky yang menggelegar memecahkan kesunyian.
Perlahan-lahan Amelia menggapai ke dalam dan menemukan bahwa Franky tidak mengenakan celana dalam.
Amelia bisa langsung menyentuh penis laki-laki itu yang sudah ereksi berat.
Karena kaget.. Amelia pun tersentak dan buru-buru menarik tangannya kembali.
"Sebaiknya kamu cepat-cepat sebelum aku berubah pikiran..” kata Franky dengan nada suara terhibur.
Amelia bernapas berat.. saat tangannya kembali menggapai dan menggenggam batang hitam besar itu.
Dengan susah payah ia menariknya keluar melalui lubang kecil di depan celana Franky.
Hati Amelia hampir berhenti saat dia berhadapan langsung dengan penis terbesar yang pernah ia bayangkan.
Tangannya tidak bisa muat di seputar batang itu.. padahal kemaluan Franky masih belum sepenuhnya tegak.
Amelia melompat tiba-tiba dari kursinya ketika ia mendengar seruan.. "Sekarang emut..!"
Seolah-olah terhipnotis.. Amelia membawa bibirnya maju beberapa centi untuk mulai menyentuh ujung penis besar itu.
Ia merasa kemaluan Franky jadi lebih mengeras saat ia mulai menjilati celahnya yang terbuka.
Amelia membuka bibir seluas-luasnya untuk mengisap cairan bening yang keluar dari dalam sana.
Slrupp.. clrupp.. Dia terus mencucup dan menjilat sampai didengarnya Franky mulai mengerang halus.
"Ya..” katanya.. "Isap terus.. telan kontolku ke dalam bibir merahmu itu. Kamu suka ‘kan sama kontolku, pelacur..?"
Amelia terkejut mendengar bahasa yang Franky gunakan. Laki-laki itu sangat jarang berkata jorok kala di kantor..
Tapi sekarang .. tetapi anehnya, Amelia diam-diam senang ketika terus dipanggil pelacur dan pelacur.
Hampir tidak sadar ia mulai mengisap dengan lebih keras.
Franky lalu mengulurkan tangan dan menaruh tangannya di payudara Amelia yang masih tertutup rapat.
Amelia hanya mengerang saat ia mendengar kancing-kancing blusnya ditarik dengan kasar..
kemudian bra-nya juga dirobek oleh Franky.
“Auwgh..!!!” Amelia mengerang dan hampir menggigit kemaluan laki-laki itu..
saat Franky tiba-tiba menjepit putingnya dan mulai menekan-nekannya keras menggunakan dua jari.
Amelia menjerit dan mengerang di sekitar batang penis Franky.. saat laki-laki itu terus menganiaya kedua putingnya.
Rasa sakit itu sungguh menyiksa, namun Amelia tidak menarik diri.
Kesenangan dan nyeri yang saling bercampur malah membuatnya mengisap lebih keras.
Semakin kasar perlakuan Franky pada kedua payudaranya.. semakin keras pula ia mengisap penisnya.
Tiba-tiba Amelia merasa Franky mendorongnya menjauh.
Dia pun melepaskan kemaluan laki-laki itu dengan sedikit enggan.
"Sekarang naik ke meja..” perintah Franky tak ingin dibantah.
Amelia segera bangkit tanpa memprotes dan membungkukkan dirinya di atas meja.
Emosinya sudah berada di luar kendali. Dia tidak bisa menghentikan apa yang sedang terjadi..
Bahkan jika ia teringat pada Rama, laki-laki yang lebih berhak menikmati tubuh indahnya.
Dengan patuh Amelia terus membungkuk di atas meja.
Bahkan sampai payudaranya yang telanjang menyentuh dinginnya kayu.
Benda putih empuk yang tadi terasa sakit itu kini agak sedikit lega.
Franky telah melepaskannya dan ganti berkonsentrasi mendorong rok pendek Amelia ke atas pinggang.
Dia juga merobek-robek celana dalam Amelia hingga hancur.
"Mulai sekarang.. setiap masuk ke ruanganku kamu harus menanggalkan celana dalammu. Apa kau mengerti..?”
Franky berkata dengan nada suara memerintah. "I-iya, Pak..” balas Amelia berbisik.
Plak..! Plak..! Plak..! Bunyi benturan terdengar keras saat Franky menampar pantat Amelia bertubi-tubi.
"Ohh.. ampun..! Aduh, sakit..!" Amelia berteriak dengan pantat bergetar halus.
Warna kemerahan langsung tercetak jelas di kulitnya yang putih mulus.
"Apa..!?" Franky berteriak.
"Aku tidak bisa mendengar jawabanmu..” katanya dan kembali memukul pantat bulat Amelia beberapakali.
Plak..! Plak..! Plak..! "I-iya, Pak..! Akan kulakukan..!"
Amelia berteriak keras, air mata kembali mengalir di pipinya yang halus.
"Mungkin kamu butuh dorongan lebih..” kata Franky sambil mundur dan melepas ikat pinggangnya.
"Jangan bergerak atau akan kuberi yang jauh lebih buruk..”
Franky mengangkat sabuk itu tinggi-tinggi dan kemudian.. Spak..! Spak..! Spak..!
Sabuk itu terbang di udara sebelum kemudian mendarat di pantat Amelia seperti bunyi tembakan.
"Ohh, Ampun..!!" Amelia menjerit kesakitan, tubuhnya semakin bergetar.
Setiap helaan sabuk itu membawa bilur kemerahan di permukaan pipi pantat Amelianya lembut.
Beruntung Franky tidak meneruskannya hingga memberi waktu bagi Amelia untuk memulihkan diri..
namun napasnya tetap saja terengah-engah.
"Itu hukuman karena sudah mengacaukan bisnisku..” Franky mendengus bengis..
Kemudian meraba pantat bulat Amelia yang berbilur merah.
“Dan ini adalah tanda kalau kau adalah pelacurku sekarang..”
Mendengar kata pelacur.. anehnya membuat Amelia berhenti berteriak dan mulai mengerang..
Saat Franky terus memijit dan meremas-remas pantatnya sesuka hati.
Bahkan ia merasa takjub ketika aliran jus vagina mulai memercik ke bawah kakinya.
Franky menyebar pipi pantat Amelia, kemarahannya telah berubah menjadi nafsu.
Pelan ia menempatkan kepala penisnya yang bengkak di sela pangkal paha Amelia yang telah membanjir deras.
Amelia tersentak saat merasakan ujung kemaluan Franky mulai menyentuh bibir kemaluannya.
"Kumohon, pelan-pelan saja..!" Amelia meminta sia-sia..
mengetahui dengan pasti bahwa Franky tidak akan melakukannya.
"Aku tidak suka diperintah..” ejek Franky.. "Terutama oleh wanita jalang yang telah mengacaukan bisnisku..”
“Aghhh...” Amelia mengerang menyerah saat ia merasakan penis besar Franky mulai menguak celah liang vaginanya.
Rasanya seperti sebuah tongkat tengah didorong ke dalam dirinya. Kaku, dan sangat kuat sekali.
Napas Amelia tercekat di tenggorokan ketika benda itu sudah masuk semua ke lubang mungilnya.
Dia menyebar kaki, mencoba membuat agar Franky bisa lebih mudah dalam bergerak.
"Memekmu seret.. rasanya kontolku jadi tak bisa bernapas..” Franky mengerang saat ia mulai bergerak perlahan..
Ke depan dan ke belakang, menyetubuhi Amelia yang hanya bisa pasrah membungkuk di meja.
Amelia tidak bisa berteriak lagi.. napasnya terlalu berat.
Dia merasa penis panjang Franky masuk semakin jauh ke dalam dirinya.
Pikirannya mengigau dan jeritan terus datang dari bibirnya saat Franky menggesek kuat biji klitorisnya..
sambil dengan kasar meremas-remas kembali bulatan payudaranya.
Serangan di kemaluan, payudara serta klitorisnya membuat Amelia terbawa oleh gairah.
Dia pun mendorong kembali untuk membalas.. yang menyebabkan Franky mengerang nikmat..
Karena batang kemaluannya semakin terbenam tak tertolong di vagina ketat milik Amelia.
"Ohh.. s-sudah, ampun..! A-aku tidak tahan lagi.. aku akan.. ohh..!! Ahhhhhh..!!”
Amelia memekik saat tubuhnya tertutup oleh kenikmatan..
Penis panjang Franky terasa mentok menusuk hingga ke dasar lubangnya. Srrr.. srrr.. srrr.. srrr..
Amelia perlahan menyemburkan klimaksnya..
Namun Franky terus saja menarik keluar dan dengan cepat mendorong kembali.
Amelia yang tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, karena Rama, suaminya..
selalu memberi kesempatan baginya untuk menarik napas, hanya bisa terus bergetar dan kembali klimaks serta orgasme lagi.
Franky ternyata adalah seorang master dalam bercinta.
Dengan pintar ia menggunakan penisnya yang besar serta panjang seperti tongkat baja..
untuk membawa Amelia dari satu klimaks ke klimaks berikutnya.. tanpa ada tanda-tanda akan berhenti.
Franky terus menyetubuhi Amelia selama lebih dari satu jam.. sebelum dia mulai menegang dan mengerang pelan.
Amelia bisa merasakannya.. dan dia tebak Franky akan menembakkan cairan sperma ke kedalaman liang vaginanya.
Bayangan itu bukannya membuat Amelia takut.. tetapi malah membuatnya klimaks dan klimaks lagi.
Tubuhnya menegang dan dia merasakan vaginanya mengejang.. seperti melumat..
dan menghimpit penis panjang Franky yang kini turut mengalirkan sperma ke dalam dirinya.
“Hhh.. ahhhh...” Amelia mengerang.. merasakan cairan vaginanya melimpah ruah bercampur dengan sperma Franky.
Dia bisa merasakan cairan itu bergerak keluar membasahi pahanya..
saat Franky mundur dan duduk kelelahan di kursi belakang.
Amelia meluncur dari meja dan duduk meringkuk memeluk lutut.
Dilihatnya Franky masih bernapas terengah-engah dengan mata tertutup rapat.
Ceceran sperma nampak membasahi penis laki-laki itu.
Tanpa bicara.. Amelia membungkuk ke depan dan mengambil penis panjang Franky..
yang kini sudah mulai melunak kemudian memasukkannya ke dalam mulut.
“Bagus..” Franky menatapnya sambil tersenyum. “Bersihkan semuanya..”
Dengan penuh nafsu Amelia membersihkan semua jejak sperma pada batang itu..
sebelum meletakkannya kembali ke dalam celana.
Amelia tidak berharap Franky akan berubah menjadi lembut..
Tetapi dia terkejut juga saat laki-laki itu mencondongkan tubuh ke depan untuk mencium bibirnya.
Itu adalah ciuman pertama mereka.
Amelia membiarkan bibir dan lidah Franky perlahan-lahan membelai mulutnya, seperti yang biasa dilakukan oleh Rama, suaminya.
Hati Amelia mulai berpacu lagi saat lidah mereka berduel. Ketika Franky menarik diri, ada kelembutan di mata laki-laki itu.
"Sebaiknya kau pulang, suamimu pasti kuatir..” bisik Franky, tak rela melepaskan.
Amelia hanya mengangguk dan lekas mengumpulkan underwear-nya yang berceceran..
sambil berusaha menahan blusnya yang robek, menampakkan kedua payudaranya yang indah telanjang.
"Ingat apa yang kukatakan.. mulai besok jangan memakai bra ataupun celana dalam.
Dan pastikan rokmu cukup pendek untuk bisa kulihat..” kata Franky saat Amelia sudah berniat beranjak pergi.
“O ya, satu lagi.. cukur rambut di memekmu. Aku ingin menjilatinya besok, dan aku lebih suka yang bersih..”
Tambahnya sambil sedikit tersenyum. Amelia hanya bisa mengangguk mengiyakan.
Untungnya kantor sudah sepi jadi ia bisa berjalan ke lift dengan aman.
Saat duduk di dalam mobil, Amelia mengecek ponselnya.
Ada dua panggilan; dari Hitomi.. sepupunya yang hari ini datang dari Jepang.
Ah.. dia sampai lupa kalau harus menjemput gadis itu di bandara.
Tapi untunglah ada satu SMS dari Rama yang menyatakan kalau gadis itu sudah tiba di rumah sore tadi.
Pantat yang sakit membawa Amelia pada realitas yang barusan terjadi.
Dia bisa merasakan payudaranya berdesir dingin di bawah blusnya yang terbuka.
Lebih penting lagi..
Ia merasa sperma Franky terus meleleh keluar dari liang vaginanya, seperti tiada pernah ada habis-habisnya.
Amelia menyalakan mobil dan pulang ke rumah dalam keadaan linglung.
Dia khawatir tentang banyak hal: Bagaimana caranya masuk ke rumah tanpa terlihat..?
Apa yang akan dia katakan kepada Rama..?
Dan.. akankah dia hamil oleh perbuatan Franky..? Ahhhh..!! Dia menjerit dalam hati. -end- (. ) ( .)
-----------------------------------------------------ooOOO-------------------------------------------------