Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
---------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------

Cerita 098 – The Office Girl..

Rina

Sore itu.. seorang gadis
tampak masih sibuk di depan meja kantornya..
sementara teman-temannya sudah pulang meninggalkannya terlebih dahulu.

Wajahnya yang cantik tampak kelelahan. Ia menghela nafas panjang..
kemudian mulai membereskan kertas-kertas yang berserakan di atas meja..
Tubuhnya menggeliat-geliat ke sana ke mari untuk menghilangkan rasa pegal dan penat akibat bekerja seharian.

Rina nama gadis itu. Seorang gadis yang cantik jelita dengan tubuh yang seksi.
Umurnya mungkin baru berusia 24-26 tahunan.

Buah dadanya tidak terlalu besar.. namun tampak keras tercetak.. dari balik pakaian kerjanya.
Tubuhnya ramping berlekuk.. kulitnya halus.. putih dan mulus.

“Sudah selesai Non..?” Pak Amin Satpam di kantornya bertanya ketika Rina bangkit dari kursinya
“Ehhhh..!!” Rina terperanjat sambil menoleh ke belakang
“Sudah Pakk.. mari..” tanpa banyak basa basi Rina mohon diri.

Pak Amin tersenyum ramah.. matanya memandangi goyangan pinggul Rina dari belakang.
Goyangan indah yang menggoda mata laki-laki normal.

“Ckk Ckk Ck.. udah cantik.. rajin.. he he he.. jangan-jangan rajin juga di atas ranjang..” gumamnya.
Senyum nakal menghiasi wajah Pak Amin..
kemudian tangannya mematikan lampu di ruangan itu.. kemudian melangkah menyusul langkah Rina.

Mata Pak Amin memandangi Rina dengan tatapan matanya yang tajam.
Sesuatu di selangkangannya berontak.. dan membuat permukaan celana Satpamnya menggembung.

Pak Amin bekerja sebagai Satpam di sebuah perusahaan swasta.
Wajahnya garang.. tubuhnya tinggi besar.. dengan kepalanya yang botak pelontos mirip banget kayak telur dinosaurus..

Ia selalu setia menjaga asset perusahaan dari incaran para maling di malam hari.
Dukkkkkkkk..!! “Whuaduuhhhhh..!!” Pak Amin menabrak kaca..

Rupanya tanpa sadar Pak Amin melangkahkan kakinya terus-maju dan maju tergoda oleh goyangan pinggul Rina.
“Sialannnn..!!” Pak Amin mengusap-ngusap jidatnya..
Kemudian setelah menghela nafas panjang Pak Amin kembali ke pos jaganya.

Sesekali telapak tangannya mengelus dan meremas sesuatu yang menggembung di permukaan celananya..
tepat di bagian sebelah selangkangan.. sambil membayangkan perbuatan-perbuatan terlarang bersama Rina..
yang semakin lama semakin liar dan sulit untuk dibendung.

Semakin sering Rina bekerja lembur..
semakin sering pula Pak Amin memperoleh kesempatan untuk mencuri-curi pandang.

Menatap tubuh Rina dari belakang..
Mengintip pangkal paha Rina yang kadang-kadang tersibak dari balik rok mini ketat yang dikenakannya.

Tuingggggg..!! Batang kemaluan Pak Amin kembali tegang ketika mengintip pangkal paha Rina dari balik kaca jendela..
ketika gadis itu sedang bekerja lembur.
------ooOoo------

Pada suatu hari.. ketika gadis itu lembur di ruangannya.. “Toloooonnnnngggg..!!!”
Tiba–tiba terdengar teriakan Rina.. dengan terburu-buru Pak Amin berlari ke arah ruangan kantor Rina.

Brakkkkk..!! Pak Amin membuka pintu ruangan itu dengan kasar.
Matanya seketika langsung melotot melihat Rina yang naik ke atas meja.

Tapi yang membuat Pak Amin lebih melotot adalah: posisi kedua kaki Rina yang sedikit terbuka..
menampakkan selangkangan gadis itu yang masih terlindungi oleh kain berbentuk segitiga.

“Ada apa..!? Ada apa..!?“ Pak Amir memasang kuda-kuda siap untuk bertempur..
bahkan melawan 10 orang penjahat sekaligus demi membela Rina yang cantik dan putih mulus.

“Iii.. ituuu Pakkkk..”! Rina menunjuk ke arah tumit Pak Amin.
Secara refleks Pak Amin menekuk kepalanya dan berteriak keras

“MAMPUSSSSS DAHHHH..!!!! Ihhhhhhhhhh..!!” Pak Amin terkejut dan ikut melompat naik ke atas meja..
Sementara seekor tikus besar berlari ketakutan ketika mendengar teriakan pak Amin yang keras..
bahkan lebih keras dari bunyi geledek sekalipun.

Nafas Pak Amin tiba-tiba tertahan ketika kesadarannya mulai pulih akibat terkejut tadi..
kedua tangannya berpegangan pada sesuatu yang kenyal dan hangat,

Perlahan-lahan Pak Amin menolehkan kepalanya..
Mata Pak Amin melotot ketika menyadari kedua tangannya berpegangan pada gundukan buah dada Rina.

Wajah Rina bersemu kemerahan.. sementara mulutnya terbuka lebar tanpa dapat mengucapkan sebuah katapun.
(Red: Please Don’t Try This At Office.. .^^, )

Rina menarik tubuhnya mundur.. sehingga ia hampir terpelanting dari atas meja. “Ehhhh.. Awww..!!“
“Awassss..!! Heuppp..!!” Pak Amin buru-buru merengkuh pinggang Rina.

Kini posisi mereka berdua bertambah parah. Wajah Pak Amin menempel di depan payudara Rina.
Sementara Rina mengalungkan kedua lengannya pada leher pak Amin.. karena takut terjatuh dari atas meja.

“Ehhhh.. jangan pakkk.. jangannnn..!” Rina berusaha berontak dengan sekuat tenaga..
Namun tangan Pak Amin malah semakin erat membelit pinggang Rina yang ramping.

“Lepaskan..!!” Kedua tangan Rina yang mungil berusaha mendorong bahu Pak Amin..
ketika laki-laki itu berusaha menindih tubuhnya.. Rina mendorongkan tangannya sekuat tenaga.

“Weittttt..” Gubrakkkkk..!!! Pak Amin berteriak kaget.
Siapa sangka tenaga Rina cukup besar untuk mendorong tubuh Pak Amin..
sehingga pak Amin terpelanting dari atas meja, dalam keadaan terlungkup,

“Nga Hakk..!!” Pak Amin melotot ketika batang kemaluannya menyetubuhi Lantai kantor yang keras.
“Wadawwwww..!!” Pak Amin kembali berteriak keras.. karena Rina menjadikan bokongnya sebagai pijakan..
sehingga batang kemaluannya semakin dalam melesak menyetubuhi lantai kantor..

Sambil mengaduh-ngaduh Pak Amin perlahan-lahan merangkak dan kemudian berusaha berdiri.
Pak Amin gagal memerawani lantai kantor yang terlalu keras untuk ditembus oleh batang kemaluannya.

(Red: WAhhh..!!) Pak Amin melangkahkan kakinya keluar.. matanya mencari-cari si cantik Rina.
Eh itu dia.. koq jalannya tertatih-tatih..? Dengan semangat Pak Amin berlari kecil menghampiri gadis itu.

Rina tampak ketakutan ketika pak Amin mencegatnya..
sementara dirinya tidak mungkin untuk berlari menghindari pak Amin.. pergelangan kakinya terkilir dan terasa sakit.

“Jangan.. pakkk..!! Awww..!!” Rina terkejut ketika Pak Amin begitu sigap membopong tubuh mungilnya..
Dengan bersemangat Pak Amin membopong tubuh Rina masuk kembali ke dalam ruangan kantornya..
kemudian mendudukkan Rina di sisi meja.

Setelah mengunci pintu ruangan Pak Amin mendekati Rina.. kemudian Pak Amin berlutut di hadapan Rina.
Lalu terdengarlah suara rintihan-rintihan keras.. “Owwww..!! Aduhhhhhh.. Ahhhh.. Ahhhhh..!!”

“Jangan.. Pakkkkkk.. Jangannnn Aduhhhh..!!”
“Aduhhhhh..!! Duuuuuuhhhhh..”
“Owwwwwww..!!”

“Nahhhhh.. Coba sekarang berdiri..”
“Yakkk bagus.. betul begitu..”

“Coba.. digoyang-goyangkan.. jangan diam begitu.. Sipppppp..!!”
“Ya udahh.. kalo udah ngak sakit, coba digerak-gerakkan..”

Tidak berapa lama pintu ruangan kantor itu terbuka.. Pak Amin melangkah keluar dari dalam ruangan kantor itu.
Dan Rina keluar mengikuti langkah Pak Amin.. dengan telapak tangannya gadis itu mengusap keningnya yang berpeluh.
Baju kerjanya terlihat sedikit basah.

“Pakkk.. makasih yahhhh.. udah diurut.. sekarang kaki Rina ngak sakit lagi..” Rina berterimakasih pada Pak Amin.
“Iya, ngak apa.. apa Non.. tapi jangan terlalu sering jalan-jalan dulu yah..
Besok kan hari Minggu.. istirahat yang baik ya..” Pak Amin menasihati Rina.

(Red: Hayoooooo ngaku, pada mikirin apa..??? Jangan mikir ke mana–mana dulu.. he he he he.
Untuk sementara Pak Amin Cuma ngurut pergelangan kaki Rina yang terkilir koqqq ^^ )
------ooOoo------

Senin pagi
– “Met Pagi, Pak Aminnn..!” Rina menyapa pak Amin dengan ramah.
“Pagi, Non Rina..” Pak Amin balas menyapa Rina. Deg-deg-deg.. jantung pak Amin berdetak semakin kencang..
ketika Rina melemparkan senyuman manisnya.. kemudian melangkahkan kakinya dengan santai.

Sudah berhari-hari Pak Amin kecewa.. gadis itu selalu pulang lebih cepat bersama teman-teman sekantornya.
Senin-Selasa-Rabu-Kamis-Jumat.. bahkan sampai Hari Sabtu.. si cantik Rina tidak lagi lembur di ruangan kantornya.
Pak Amin merasa kecewa.. sangat teramat kecewa.

Hari Minggu pagi Pak Amin manyun di pos jaganya.. cemberut..
Karena sudah seminggu Pak Amin tidak mendapatkan jatahnya mengintip sepasang kaki mulus Rina..
dari balik jendela kantor di ruangan di mana gadis itu bekerja.

“Pagiii, Pak Aminnnn..!” Pak Amin menolehkan kepalanya.. wajahnya pucat karena kaget bercampur gembira.
Rina.. si cantik yang sexy berdiri di hadapannya.

Gadis itu tampak sangat menggiurkan hari ini..
dengan memakai kaos ketat berwarna pink dan bawahan rok mini ketat berwarna hitam.

“Mau lembur Nonnn..? ” Pak Amin bertanya sambil menatap wajah Rina.
“Iya nih Pak.. kerjaan kemarin belum selesai..” Rina mengangguk kemudian menjawab sejujurnya,
“Saya masuk duluan yah pak..” Rina mengakhiri pembicaraan mereka.

Oo jangan..!! Itu tugas saya untuk memasukkan kontol saya ke dalam memek.. Non Rina..
Tugas Non Rina sih cuma ngangkang dan dimasukin.. aja koqq.. he he he..

Pak Amin tersenyum ramah sambil menganggukkan kepalanya,

Andai saja Rina tau betapa kotornya pikiran Pak Amin.. dan betapa berbahayanya Pak Amin saat ini..
yang memandangi tubuh gadis itu dari belakang dengan senyuman liciknya..
yang kini mulai berkembang semakin lebar di wajah Pak Amin.
-------ooOoo-------

“Hhhhhh..!!” Rina menghela nafas panjang. Akhirnya selesai juga pekerjaannya yang menumpuk..
Walau harus dibayar dengan bekerja lembur di hari Minggu. Matanya terasa berat dan mengantuk..

Setelah menguap lebar.. Rina menyandarkan punggungnya ke belakang.. Tanpa sadar..
Rina tertidur pulas dalam posisi kedua kakinya yang mengangkang dan kedua tangannya terkulai ke samping.

Seseorang masuk ke dalam ruangan kantor tempat Rina bekerja.. lalu menghampiri Rina..
yang sedang tertidur pulas di atas kursi.
Pak Amin tersenyum.. kemudian setelah mengunci pintu.. pak Amin kembali menghampiri gadis itu.

Perlahan-lahan Pak Amin mengikat kedua kaki Rina dalam posisi mengangkang pada kaki kursi..
kemudian menarik kedua tangan Rina dan mengikatnya ke belakang.. pada sandaran kursi.
Tidak lupa ia memplester mulut Rina dengan lakban berwarna hitam.

Pak Amin mendekatkan wajahnya pada wajah Rina.. kemudian mengendus-ngendus rambut Rina yang wangi..
Sambil menatap wajah caantik Rina.. perlahan-lahan kedua tangan pak Amin merayap..
mengelusi kedua paha Rina yang mengangkang.

Tak pelak.. gerakan-gerakan tangan Pak Amin mulai mengusik tidur Rina yang pulas.
"Wmmmmhh..” Rina menggeliatkan tubuhnya, perlahan-lahan gadis itu membuka kedua matanya.

Tubuh Rina meronta-ronta.. matanya menatap wajah Pak Amin.. gadis itu tampak ketakutan..
menyadari kondisi tubuhnya yang terikat erat pada kursi dalam posisi kedua kakinya yang mengangkang.

“Wmmmhhhh.. wmmmmmhhff..!!” Rina menggeleng-gelengkan kepalanya..
ketika tangan pak Amin menyibakkan rok mininya ke atas sampai tersangkut di pinggul gadis itu.

“He he he he he..” Mata Pak Amin menatap selangkangan Rina..
yang masih ditutupi oleh secarik kain segitiga berwarna putih.

Jari telunjuk pak Amin bergerak menyusuri permukaan celana dalam Rina..
seolah-olah sedang menggoda dan mempermainkan gadis itu..

Kemudian menekan-nekan permukaan celana dalam gadis itu dalam gerakan teratur.
Tepat di bagian bibir vaginanya yang membelah..
Sesekali jari telunjuk Pak Amin bergerak menekan-nekan dengan lembut.

“Gimana rasanya..? Enak ya..? Sampai basah gini..!”
Pak Amin mengusap permukaan celana Rina yang mulai dibasahi oleh cairan kewanitaannya.
Sesekali Rina memejamkan matanya ketika tangan Pak Amin meremas lembut selangkangannya.

Mata Rina tampak sayu ketika Pak Amin menarik baju kaosnya ke atas..
sampai tersangkut di atas buah dada Rina yang berukuran sedang.

Nafas Rina memburu kencang ketika Pak Amin menarik cup branya ke bawah. “Mmmmmhhhhhh..!!”
Kepala Rina tergolek lemas ke kanan ketika merasakan telapak tangan laki-laki tua itu yang terasa kasar..

Kini mulai merayapi bulatan buah dadanya yang halus dan lembut.
Tubuh Rina terperanjat ketika merasakan telapak tangan Pak Amin meremas Bongkahan buah Susunya.

“Lohh..? Kenapa..? Kaget ya..? Pasti kamu belum pernah ngerasain susu kamu diremas-remas oleh laki-laki.
Santai aja.. jangan terlalu tegang.. ha ha ha ha..” Pak Amin tertawa..
Sambil kembali meremas-remas payudara Rina dalam gerakan-gerakan yang teratur.

Jari jempol Pak Amin menekan-nekan puting Rina dan kemudian memijiti benda itu yang makin meruncing dan mengeras.
“Wmmmmmmhhh.. Mmmmmmmmm..!!” Entah kenapa.. tiba-tiba Rina berani menatap mata Pak Amin.

Sesekali Mata Rina mengerjap-ngerjap.. menikmati remasan–remasan Pak Amin di buah dadanya.
Mata Rina terlihat semakin sayu.. seperti orang sedang mengantuk.

Pak Amin menjepit putting susu Rina dengan jari tangannya.. kemudian dipilin-pilinnya puting itu..
Lalu ditarik-tariknya dalam gerakan-gerakan yang lembut.

Brettt.. Bretttt.. Bretttt..!! Sambil menatap wajah Rina.. tangan Pak Amin bergerak merobek dan merenggut celana dalam Rina.
Sama sekali tidak tampak lagi ekspresi ketakutan di wajah gadis itu.. Pak Amin tersenyum lebar.

Perlahan-lahan tangan Pak Amin membuka lakban yang memplester mulut Rina.
“Hahhh.. Ahhhhhhh..!!” Mulut Rina terbuka lebar.. berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya.

Mata Pak Amin menatap buah dada Rina yang bergerak-gerak seirama dengan tarikan nafas gadis itu.
Bibir laki-laki tua itu langsung mengejar bibir Rina yang mendesah-desah.

Sekrtika tubuh Rina tersentak ketika bibirnya bersentuhan dengan bibir Pak Amin.
Tubuhnya bergetar hebat ketika tangan Pak Amin menyelinap melalui celana dalamnya di bagian atas..

Kemudian meremas–remas lembut gundukan bukit kecil yang terbelah selangkangan Rina.
“Ahhhhh.. Pak Aminnnnhh..!! Ahhhhhh Mmmmmmhhhh..”

Pak Amin mengulum bibir Rina yang terus mendesah-desah sambil sesekali memanggil nama laki-laki tua itu.
“Ohhhhhh..” Rina semakin gelisah ketika ciuman Pak Amin menggeluti lehernya.

“Shhhh.. Shhhhh.. Geli.. Shhhh.. Ahhhhhhh..” Rina semakin sering mendesah-desah.
Suara desahan gadis itu sesekali di sela oleh suara tawa Pak Amin yang terkekeh-kekeh.

Laki-laki tua itu mengendus–ngendus payudara Rina.. kemudian.. clopp..!!
Mulutnya mencaplok puncak payudara Rina.. sampai gadis itu memekik kecil..
merasakan kenyotan-kenyotan mulut Pak Amir di puncak payudaranya sebelah kiri.

Sambil meremas-remas induk payudara Rina.. lidah Pak Amin bergerak mengeliat-geliat..
menggelitiki putting susu gadis itu.. sesekali mulut Pak Amir mengenyot-ngenyot puncak puting Rina

“He he he.. susu kamu tambah asik neh..” Pak Amin semakin senang memainkan buah dada Rina yang semakin kencang.
Membuntal padat dan keras kenyal.. sesekali mulut Pak Amir menggeluti payudara Rina bergantian..
diawali dari yang kiri kemudian terus pindah ke sebelah kanan.

“Ahhhhh..!!” Rina memalingkan wajahnya ketika Pak Amin melepaskan celana dalamnya yang dekil.
Sebuah benda besar menggantung di selangkangan Pak Amin.
Tampaknya benda besar itu sudah siap untuk merenggut keperawanan Rina.

Rina memejamkan matanya rapat-rapat.. ketika merasakan kepala kemaluan Pak Amin menempel di bibir vaginanya.
Ughhh..!! Geli sekali rasanya.. ketika kepala kemaluan Pak Amin mengesek-gesek belahan vaginanya..

Yang kini semakin lama semakin merekah.. akibat ditekan-tekan oleh kepala penis Pak Amin.
Slebbb.. clebb.. blesskk.!! “AHHHHH..!!” Sebuah jeritan keras terdengar dari mulut Rina..

Gadis itu mengigit bibirnya ketika merasakan lubang vaginanya seperti dibelah dua.
Sebuah benda besar merobek-robek selaput daranya tanpa ampun. Gadis itu terisak menangis.

Kepalanya terkulai lemas menyadari laki-laki tua yang tengah mengayunkan batang kemaluannya telah merenggut kegadisannya.
Cleppp.. Clepp.. Clepp..!! Berulangkali batang kemaluan Pak Amin bergerak keluar masuk di jepitan vagina Rina.

“Saya suka memek kamu.. peret.. seret he he he he.. enak banget buat dientot..!”
Pak Amin cengengesan sambil menyodok-nyodok lubang vagina Rina dengan gerakan yang lembut.

Pak Amin menengokkan kepalanya ke bawah..
matanya menatap tajam pada batang penisnya yang dilumasi oleh cairan kemerahan.

“Waduhhh..!!, darah perawan.. Ha Ha Ha.. !!” Pak Amin tertawa senang..
ketika menyadari dirinya adalah laki-laki pertama di dunia ini yang menancapkan batang kemaluannya ke dalam vagina Rina.

Clebb-clebb-clebb-crebb-crebb..!! Rina meringis kesakitan ketika Pak Amin menaikkan tempo tusukannya.
“Eihhhhh..! Masih sakit ya..??”
Pak Amin tiba-tiba menghentikan gerakannya yang semakin cepat mengocok-ngocok lubang vagina Rina..

Sambil tersenyum Pak Amin membelai rambut Rina dan kembali mengayunkan batang kemaluannya perlahan-lahan.
“Ya.. namanya juga maen sama perawan.. harus yang lembut kayak gini.. Diayun-ayun..” Pak Amin berceloteh panjang lebar.

“Terus dikocok-kocok, pelan-pelan aja supaya jangan terlalu sakit.. He he he..”
“Ahhhh..!! Crrr Crrrrr.. "Hhhsssshhhhh..” Rina mendesis panjang.. lubang vaginanya berkedut nikmat.

Tubuhnya saat itu seperti tersengat aliran kenikmatan yang berdenyut-denyut.
“Waaaaahh..!! Ha HA HA, akhirnya kamu ngecrot juga ya..? Nikmat banget bukan..??”

“Hemmm.. duh kasihan kamu pasti pegal ya....” Plop..! Pak Amin mencabut batang kemaluannya..
kemudian tangan Pak Amin melepaskan ikatan di kaki dan tangan Rina.

Rina menuruti keinginan Pak Amir yang menyuruhnya berdiri sambil bertumpu pada meja..
Gadis itu menolehkan kepalanya ke belakang.. menatap Pak Amin yang menarik pinggulnya agar menungging.

Sesekali mata Rina terpejam ketika Pak Amin mengusapi dan meremasi buah pantatnya yang mulus, halus dan padat.
“AHHHHHHHHHHHHHH..!!” Rina mendesah Panjang..
ketika merasakan batang kemaluan Pak Amin kembali menyodok lubang vaginanya.

Tubuh Rina terdorong-dorong oleh penis pak Amin yang bergerak memacu lubang vaginanya..
“Arrrhhhh.. Arhhhhhhhhh..!!“ Rina mengerang semakin keras.. Tubuhnya semakin kuat tersentak-sentak maju mundur.

Plokkkk.. Plokkkk.. Plokkkkk..!! Bunyi benturan buah pantat Rina dan selangkangan Pak Amin terdengar keras..
diiringi oleh rintihan–rintihan kecil Rina..
Yang membuat pak Amin semakin bersemangat menghentak-hentakkan batang kemaluannya.

Kepala Rina berkali-kali terangkat ke atas sambil mendesah kuat..
ketika merasakan sodokan-sodokan batang kemaluan Pak Amin yang terasa semakin nikmat..
menyodok-nyodok dan menggasak lubang vaginanya dari belakang.

Sesekali Pak Amin menekankan batang kemaluannya dalam-dalam..
kemudian mengaduk-aduk isi vagina gadis itu sampai Rina berulang kali merintih–rintih keenakan.

“AAAA.. ADUHHH PAKKKK..!!” Rina menggeliat resah.. kemudian.. Crrr Crrrrr.. Crrrr..!
“Glekkkk..” gadis itu menelan ludah..
ketika kenikmatan itu kembali membenamkan dirinya untuk semakin pasrah digenjot-genjot oleh Pak Amin.

“Aduhhhh.. ngecrot lagi.. jadi makin basah memeknya.. tapi nggak apa.. saya suka yang basah-basah..
Makin licin makin asikk.. makin lancar ngentotnya.. makin enakkkkk.. sedappppp..“

Pak Amin mendekap pinggul Rina kemudian kembali membombardir vagina Rina dengan lebih keras dan kencang.
Clebb..plokkkk..clebb..plokkkk..clebb..plakkk..crebb..plakkkk..crebb..plokkkkk..!!
Bunyi benturan paha dan pantat dan decak gesekan dua kelamin itu begitu mengasikkan untuk didengar,

“Ahhhh.. Ahhhh.. Pakkk Aminnnn.. Owwwww.. Aaaaawww..!!” Rina memekik-mekik semakin keras..
ketika Pak Amin semakin keras menghantamkan batang kemaluannya.
Punggung gadis itu yang basah berulangkali diusap oleh Pak Amin,

Sambil terkekeh-kekeh Pak Amin merayapkan kedua tangannya ke depan..
kemudian menggenggam induk payudara Rina yang sudah basah oleh lelehan cairan keringatnya.

Untuk sementara batang kemaluannya diam tidak bergerak dalam jepitan vagina Rina yang sempit.
Menikmati remasan-remasan dinding vagina Rina yang hangat.. ketika dinding vagina gadis itu berkontraksi..
meremas benda asing yang masuk ke dalamnya.

Tangan Pak Amir mengelus-ngelus.. meresapi kelembutan payudara Rina sebelah bawah..
kemudian meremas-remas induk payudara gadis itu.

Beberapa saat kemudian.. Plop..!! Pak Amin mencabut batang kemaluannya kemudian duduk di kursi.
“Rina sini.. kamu coba deh.. belajar ngentot..” Rina menatap batang kemaluan Pak Amin..

Perlahan-lahan Rina mencoba untuk mengangkangi batang kemaluan Pak Amin.
Pak Amin menarik pinggang Rina untuk turun.. ketika melihat Rina seperti serba salah.
Tampaknya Rina masih ragu-ragu untuk memasukkan kembali batang kemaluan Pak Amin ke dalam lubang vaginanya.

Slebbb.. Clebb..! “Ahhhhssshhhh.. Ahhhhhhh..!!” Rina mendesah-desah..
ketika kepala penis Pak Amin kembali menekan belahan vaginanya.

Rina merasakan lubang vaginanya kembali melar..
dan disesaki oleh kepala kemaluan Pak Amin yang bentuknya mirip 'helm Full Face'.

Nafas Rina terengah-engah ketika berhasil menduduki batang kemaluan Pak Amin.
Vaginanya yang mungil kini seperti 'dipanggang' oleh batang kemaluan laki-laki tua itu.

“Ha Ha Ha Ha.. bagus, bagus..! Sekarang coba kamu ayunkan pinggul kamu..!”
Pak Amin menurunkan instruksi lebih lanjut. Setelah berpegangan pada bahu Pak Amin..
Rina mulai mencoba untuk mengayunkan pinggulnya.

“Aaaaaa.. Aaaaaa.. Aaaaaah..!!” Rina mendesah hebat sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya.
Pinggulnya bergerak terayun-ayun.. berkali-kali Rina mendesis sambil menengadahkan kepalanya k eatas.

“Ayoo.. Rina.. Kamu bisaaaaa..!! Terusss.. Ayooooo..!!” Pak Amin menyemangati Rina..
agar gadis itu lebih hebat mengayunkan pinggulnya.

Plakkkk.. Plakkkkk..!! "Lebih cepat.. lebih cepat.. lebih cepattttt..!!”
Pak Amir menampari pantat Rina agar gadis itu lebih cepat dan kuat mengayunkan pinggulnya.

“Ohhhh, Pakk Aminnn.. rrr.. Enakkk.. Pakkkk Enakkkk Esssshhhhhhh..!!” Rina berteriak liar.
Gadis itu seperti ditarik tanpa daya ke dalam sebuah dunia baru..
Sebuah dunia yang dipenuhi oleh rintihan kenikmatan yang mengurungnya dalam sebuah penjara.

Batang kemaluan Pak Amir membuatnya tidak dapat lagi keluar dari dalam penjara kenikmatan..
Yang membuatnya semakin terlena.. dan semakin terbuai oleh belaian nafsu birahi.

“Awwww..!!" Crrr Crrrrr.. Blukkk..!! Mendadak tubuh Rina roboh terhempas ke pelukan Pak Amin..
yang terkekeh-kekeh memeluk erat-erat tubuh gadis itu. Nafas sang gadis seperti terputus-putus..
Sesekali Rina merintih lirih ketika Tangan Pak Amin meremas-remas bongkahan buah pantatnya.

Setelah berkali-kali mengecupi bibir gadis itu barulah Pak Amin mendorong pinggul Rina..
agar Batang kemaluannya terlepas dari jepitan vagina Rina.

Pak Amin mendudukkan Rina di pinggiran meja..
kemudian kedua tangannya mencekal pergelangan kaki gadis itu dan mengangkangkannya keatas.
Brukkk..!! Punggung Rina tergeletak ke belakang.

Jlebb..!! “AHHHHH..!!” Tubuh Rina tersentak kuat.. ketika lubang vaginanya kembali disodok keras..
Kembali dimasuki oleh batang kemaluan Pak Amin yang masih keras perkasa.

Rina menyilangkan kedua tangannya di depan dada..
berusaha melindungi buah dadanya yang terguncang-guncang dari tatapan mata pak Amin.

“Aduhhh..!! Rina kamu makin nafsuin dehh..“ Pak Amin menggenjot-ngenjotkan batang kemaluannya dalam-dalam.
Laki-laki tua itu cengengesan.. kemudian setelah melepaskan pergelangan kaki Rina..

Sehingga kedua kaki gadis itu terjuntai di pinggiran meja..
Kedua tangan Pak Amin mencekal pergelangan tangan gadis itu.. dan menekankannya ke atas meja.

Kini mata Pak Amin dapat menatap dengan jelas buah dada Rina yang tergoncang-goncang kencang..
ketika Pak Amin menggenjot-ngejot, memompa vagina gadis itu kuat-kuat.

“Ennnnhhh Ennhhh Enhhhh Owwwwww..!!" Crrr Crrrr.. Rengekan-rengekan Rina diakhiri oleh lolongan panjangnya.
Lubang vagina Rina kembali berdenyut-denyut dengan nikmat.

Jlebb.. jlebb.. jlebb..!! “He he he..” Pak Amir menggenjotkan batang kemaluannya kuat-kuat..
Kemudian tangan Pak Amir menyelinap mendekap buah pantat Rina.

“Hupppp..!!” Pak Amin menggendong tubuh Rina dari sebelah depan.
Rina mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Amir kemudian..

“Ahhhhh.. Awwww.. Pakk.. Aduhhhhhh.. ahhhh.. ahhhh.. oohhhh..”
Tubuh Rina terayun-ayun ketika Pak Amir mengayunkan Batang kemaluannya.

Cleppp Cleppppp.. Cleppppp..!! Decak bebunyian becek itu semakin keras terdengar..
ketika Pak Amin menghentak-hentakkan batang kemaluannya dengan kasar.

Menyodok-nyodok lubang bagina Rina tanpa memberi kesempatan sedikitpun bagi Rina untuk melawan.
Pak Amir terus mengocokkan batang kemaluannya kuat kuat.. berusaha mengalahkan benteng pertahanan Rina.

Pak Amin mengeram sambil mengerahkan seluruh kemampuannya hingga..
“Owwwwwww.. Aaaaaaaaaaa..!!" Crrr Crrrrr Crrrrr..!! Kepala Rina terangkat ke atas..
Kedua kaki mulus Rina yang menjepit pinggang Pak Amin mendadak terlepas dan tergantung tanpa daya.

Pak Amir mengecupi bibir Rina yang merekah.. dikulumnya bibir mungil gadis itu kuat-kuat.
Pria itu lalu menarik tubuh Rina.. dan kemudian mengatur posisi gadis itu dalam posisi doggy style di atas lantai.

Pak Amin asik berkutat dengan batang kemaluannya.. berusaha menaklukkan lubang dubur Rina yang membandel.
Drrrttt.. blesseekk..!! “Jebollll..!! Hihhhhh..!!” Pak Amir menhentakkan kepala kemaluannya kuat-kuat.

“Unnnnggghhhhhh..” Rina mengeluh panjang..
ketika merasakan lubang duburnya dijebol dengan paksa oleh batang kemaluan Pak Amin

Berkali-kali tubuh Rina terdorong kuat ketika Pak Amin menghentak-hentakan batang kemaluannya dengan kasar.
“Ahhh Ahhhh.. Ahhh Sakit.. pak Sakittt.. aduhhh ampunnn..!!” Teriak Rina kesakitan..
ketika Pak Amin menggerakkan batang kemaluannya dengan kasar memompa lubang anus Rina

Plokk Plokkk Plokkk.. Plok..!! Bunyi benturan buah pantat Rina kini diiringi erangan kesakitan gadis itu.
Laki-laki tua dengan jabatan Satpam menyodominya dengan kasar dan liar.

Semakin keras Rina mengerang.. semakin keras pula Pak Amin menghajar..
dan menggenjoti lubang anus Rina dengan batang kemaluannya.

“Awwww.. Ampunnn Akkhhh Ampun pakkkk..!!” Rina menjerit–jerit kesakitan.
Pak Amin hanya terkekeh-kekeh sambil mengaduk-ngaduk lubang dubur Rina..
Kemudian kembali mengayunkan batang kemaluannya menyodomi Rina.

“Ampun Rina.. Ampunnnn.. Awwwww.. Ohhhhh Rina bo'ol kamu seret amat kekekekeke..”
Pak Amin malah mengejek Rina yang memohon ampunan darinya..
sambil berkali-kali menyentakkan batang kemaluannya kuat-kuat

Pak Amin membungkukkan punggungnya meneduhi punggung Rina..
kedua tangannya merayap ke depan.. meremas-remas buah dada Rina.

Telinga Pak Amin mendengar suara erangan Rina..
yang justru membuatnya semakin bergairah menyodomi lubang anus Rina yang seret.

“Huahhhhggggg..!!" Kecrottttt.. Crotttttttt..!! Pak Amin meremas-remas susu Rina kuat-kuat..
sambil menghujamkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya ke dalam lubang dubur Rina.

Setelah terengah-engah beberapa saat kemudian..
barulah Pak Amin mencabut batang kemaluannya dari dalam lubang anus gadis Rina.
Gadis cantik itu terkulai lemas di atas lantai.

Setelah mengecup-ngecup bahu Rina.. Pak Amin mengangkat tubuh Rina..
lalu dibaringkannya gadis itu terlentang di atas meja..
dalam posisi kedua kakinya yang sengaja dibuat tertekuk mengangkang lebar-lebar oleh laki-laki tua itu.

Kemudian Pak Amin menarik sebuah kursi.. dan duduk dengan santai.
Berulangkali tangannya menjelajahi tubuh Rina yang sudah tergeletak tanpa daya.

Meremas payudaranya.. mengelusi dan mempermainkan vagina Rina. Telapak tangan Pak Amin yang kasar..
tidak pernah merasa bosan untuk mengusap-ngusap pangkal paha Rina yang lembut.

Hari masih siang. Pak Amin berusaha secepat mungkin mengumpulkan tenaganya.
Agar dapat segera menyetubuhi gadis itu kembali.
Dan merengkuh kenikmatan dari tubuh Rina yang terlentang dengan pasrah di atas meja. -end- (. )( .)
---------------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------------
 
-----------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------

Cerita 099 – Sebuah Kerinduan

Eline

Aku bergegas
mengejar salahsatu pintu lift yang terbuka dari sederetan lift yang ada.
Pagi itu agak sepi hanya ada beberapa orang di dalam lift.

Sampai di lantai 6 tinggal aku dan seorang gadis.. dari tombol lift kuketahui dia akan turun di lantai 8.
Kulirik gadis itu.. wajahnya tirus hidung kecil mancung.. bibir tipis dan mata agak sipit.. rambutnya lurus sebahu.

Kulitnya putih halus khas gadis keturunan chinesse. Tubuhnya sedang.
Tinggi sekitar 161 cm dengan berat proporsional.. mungkin 51 kg.

Mengenakan setelan blazer dan rok mini warna kuning gading kontras dengan kulitnya yang putih bersih.
Gadis yang menarik.. kutaksir umurnya sekitar 26 tahun. Kucoba mengajak tersenyum yang disambutnya ramah.

Dengan singkat kami saling berkenalan. Namanya Eline. Bekerja di kantor consultant management di lantai 8.
Aku sendiri bekerja di lantai 10. Kami terlibat obrolan basa-basi sampai dia turun di lantai 8.

Aku terus menuju lantai 10 ke kantorku. Sesampai di kantor aku segera tenggelam dalam pekerjaan..
mengecek report-report yang masuk sampai menjelang istirahat siang.

Aku teringat Eline dan ingin meneleponnya.
Dari pengelola gedung.. dengan mudah kudapatkan nomor telepon kantornya.

Kutelepon dia yang disambutnya dengan ramah. Kami ngobrol sampai sekitar 15 menit.
"Eh, Lin.. makan siang bareng yuk..!?” Ajakku. "Aku tau tempat makan yang enak.." lanjutku.

"Makasih Fer, kayaknya nggak bisa deh..” tolaknya halus.
"Aku ada janji sama temen, tuh sudah nungguin orangnya..” sambungnya lagi.

"Wah, sayang sekali.. gimana kalau besok..?” Kejarku.
"Lihat besok aja deh..” elaknya.

Demikianlah.. Eline selalu menolak dengan halus setiapkali kuajak makan siang.
Sampai hampir dua minggu kemudian aku baru bisa mengajaknya makan siang kembali.
Selama itu setiap hari kami saling menelepon.

Oh ya aku lupa mengenalkan diri. Namaku Ferdy seorang pribumi.
Umur 30 tahun.. dengan postur sedang tinggi 175 berat 66. Lulusan sebuah institut teknologi ternama di negeri ini.

Dan sekarang bekerja di sebuah perusahaan kontraktor pertambangan minyak..
sebagai asisten manager.. berkantor di kawasan bisnis Jakarta.

Aku sudah beristeri.. Miranda namanya. Umur 28 tahun..
Istriku lulusan Fakultas Ekonomi dari universitas swasta terkemuka di Jakarta.

Saat ini Miranda bekerja di sebuah perusahaan akuntan publik..
Dan karena keinginannya bekerja demikian tinggi.. hingga sekarang belum ingin punya anak.
Hubunganku dengan isteri baik-baik saja bahkan bisa dibilang harmonis.

Setelah dua bulan sejak perkenalanku dengan Eline.. kucoba mengajaknya nonton film di bioskop.
Kebetulan hari Minggu siang isteriku berangkat ke Balikpapan untuk mengaudit sebuah perusahaan di sana.

Eline menerima ajakanku nonton dan minta dijemput di tempat kostnya.
Eline ini orangtuanya tinggal di Bandung.. jadi dia kost di Jakarta di daerah Kuningan.

Pada jam yang ditentukan.. aku meluncur menuju kost Eline.. tepat pukul 17.15 aku sampai.
Rupanya dia sudah menunggu di ruang tamu.

Sejenak aku tertegun melihatnya..
Saat itu ia mengenakan T-shirt Armani biru tua ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.

Hmm.. Dadanya tampak menonjol kencang walau tidak terlalu besar.
Dipadu dengan celana jins yang juga ketat sungguh menarik penampilannya.

"Ehh, kok malah bengong sih..? Ayo berangkat..!” Serunya dengan muka memerah.
"Oke..! Ke mana nih..?” Tanyaku.

"Lho.. bukannya kamu yang punya acara..?” Sergah Eline.
"Oke.. Oke.. ke planet Holywood saja ya..?” Aku memotong cepat.
"Terserah..” jawabnya pendek.

Tidak terlalu tergesa.. aku mengemudikan mobil sambil mengobrol menuju ke planet Holywood.
Aku tidak terlalu memusingkan mau menonton film apa.. yang penting bisa mengajak Eline keluar.

Sesampai tujuan.. ternyata antrean loket sangat panjang.
"Wah.. kayaknya harus antre nih..” kataku.
"Iya.. jadi males nih..” sambung Eline.

"Nggak usah nonton saja ya..?” Tanyaku minta pertimbangan.
"Iya deh.. makan saja yuk, aku agak lapar nih..” jawab Eline.
Kami batal nonton.. akhirnya makan di sebuah restoran yang ada di situ.

Kami mengobrol agak lama sampai pukul 20.30.. sampai akhirnya dia mengajak pulang.
“Obrolannya diteruskan di tempat kost saja..” katanya. Wahh..!! Tentu saja aku sangat setuju.

Segera kami meninggalkan restoran tersebut menuju kost Eline.
Sesampai di kostnya suasananya sepi, teman-teman kostnya masih pada keluar.

Eline mengajaku langsung masuk ke kamarnya.
"Ngobrol di dalam saja Fer..” ajak Eline. Aku mengangguk senang.

"Tapi.. nggak apa-apa nih..?” Tanyaku pura-pura ragu.
"Ah kamu.. di sini orang dewasa semua kok, santai saja..” jawabnya.

Kamarnya cukup luas dan tertata rapi, khas kamar seorang gadis.
Kami duduk berhadapan di atas spring bed yang digelar di lantai.
Eline menyandarkan punggungnya ke dinding.

Kami segera terlibat obrolan ringan.. sampai akhirnya matanya memandang cincin di jariku.
"Kamu sudah married, Fer.. atau tunangan..?” Tanyanya.
"Married..!" Jawabku singkat.

Dia terdiam cukup lama. Sebenarnya dia sudah melihat cincin itu agak lama.
Tapi baru sekarang dia mempertanyakannya. Suasana jadi agak kaku.. aku jadi serba salah.

Akhirnya aku pindah ke sebelahnya agak merapat. Kuraih tangannya dan kugenggam.
"Eline, sejak kita ketemu aku selalu memikirkanmu.. aku ingin dekat denganmu..” kataku perlahan.

Dia diam saja dengan mata menatap kosong ke depan. Kucoba mengelus rambutnya.
"Apa yang kau harapkan dariku..?” Tanyanya agak ketus.

"Aku hanya ingin dekat, itu saja..” jawabku cepat.
"Hanya pelarian dari masalah dengan isterimu, begitukah..!?” Sergah Eline.

"Tidak.." jawabku. "Hubungan kami OK-OK saja..” lanjutku. "Aku hanya ingin berada dekat kamu.."
Eline terdiam sambil tercenung. Memang benar.
Meskipun isteriku sebenarnya cantik.. tapi sejak bertemu Eline aku sangat terobsesi.

Dalam pergaulanku sekarang ini aku banyak bertemu wanita cantik..
Tapi sebelum-sebelumnya tidak ada ketertarikan. Berbeda dengan Eline.. begitu melihatnya aku sangat tertarik.

Memang sebenarnya aku selalu tertarik melihat wanita keturunan. Tionghoa.. atau amoi khususnya.
Menurutku mereka sangat cute.. lembut dan punya daya tarik yang lebih.
Walau menurutku mereka sangat menarik.. tak tau kenapa dulu aku tidak mengawini mereka saja.

Padahal dengan pergaulanku yang luas semasa kuliah dulu sebagai aktivis kampus..
teman-temanku tidak terbatas di lingkungan kampusku saja..
tapi juga dari berbagai kampus di Jakarta maupun Bandung.

Dengan penampilanku yang sampai sekarangpun masih sering dilirik para wanita.
Sebenarnya tentu tidak sulit buatku untuk memperistri gadis chinese.
Entah kenapa.. yang jelas isteriku adalah juga seorang pribumi sepertiku.

Eline masih terdiam cukup lama. Perlahan kuelus rambutnya.
Tanganku bergeser mengelus pipinya yang halus, Eline masih diam.

Dari pipi tanganku bergeser menuju lehernya yang putih, mengelus-elus leher.
Eline agak merosot duduknya setengah rebah.. matanya terpejam. Bibirku mulai mendekati mulutnya.

Paling aku kena tampar kalau dia marah nanti.. pikirku. Cup..! Pelan kukecup sekilas. Eline tidak bereaksi.
Kuberanikan lagi kembali mengecup kali ini agak lama, masih tidak ada reaksi. Matanya tetap terpejam.

Aku merasa tidak mendapat penolakan. Maka kembali bibirku mendarat di bibirnya kali ini dengan lumatan halus.
"Mmmhh..” Eline melenguh pelan. Aku seperti mendapat persetujuan saja. Segera bibirnya kulumat dengan panas.

Lidahku menyusup ke dalam mulutnya yang agak terbuka, mengais-ngais lidah dan rongga mulutnya.
Mulutnya mulai bereaksi membalas lumatanku.. cukup lama lidahku bermain dalam mulutnya.

Tanganku yang mengelusi lehernya mulai turun menyusuri leher ke bawah menuju dada.
Dari luar T-shirtnya tanganku menggapai.. meraba dada kananya.

Perlahan tanganku mulai meremas lembut bukit dadanya.
"Mmmhh.. hhhh..” Eline kembali melenguh pelan.

Sementara mulut dan lidahku kembali menyerang dengan ganasnya.
Tanganku mulai menarik lepas ujung T-shirtnya dari dalam celana dan menyusup ke balik pakaian atasnya.

Terus bergerak bergerilya merayapi perut yang halus terus ke atas menuju dada kanan.
Beberapa saat kemudian kembali meremas-remas dada dari luar BH.

Sementara itu di atas Eline dengan panas mengimbangi kulumanku.
Lidahnya tak mau kalah menyelusup ke dalam mulutku. Lidah kami saling membelit dengan mulut mengisap kuat.

Tanganku mulai menyusup dari celah cup BH masuk menyentuh langsung bukit dadanya.
Jariku mencari-cari puting payudaranya. Putingnya terasa mungil namun tegang mencuat.

Kuelus-elus dengan jari sambil sesekali kupilin pelan. Lenguhan Eline semakin keras.
Kualihkan serangan bibir dan lidahku ke lehernya yang halus. "Oouuhh.. Fer..” erang Eline.

Perlahan aku mengangkat T-shirtnya ke atas sampai melewati dada. Terlihat dadanya yang putih.
T-shirt itu terus kuangkat sampai akhirnya melewati kepalanya, lepas. Sekarang dadanya sudah terbuka.
Dadanya putih sekali.. tertutup Triumph ukuran 32 B warna soft cream menutupi bukit dada yang tidak begitu besar.

Kembali mulutku mengecupi leher dan belakang telinga, sementara tanganku sudah menyusup ke balik BH..
Lembut meremasi secara langsung bukit dada yang sudah mengembang tegang.

Jariku memilin putingnya yang mungil. "Oouuhh..” Eline melenguh sambil menggelinjang.
Tubuhnya sekarang sudah rebah sepenuhnya.

Tanganku terus bermain di bukit dadanya sebelah kanan kemudian berpindah ke dada kiri.
Mulutku bergerak menyusuri leher, dengan jilatan panas dan basah terus menuju bawah.

Sementara tanganku keluar dari dalam cup BH dan mengelus-elus punggungnya yang halus.
Kubuka kaitan BH-nya di punggung, lepas sudah.

Lidahku menyusuri leher menuju bahunya sebelah kanan, terhalang tali BH.
Sesampai pada tali BH di bahu tersebut kugigit tali itu sambil kugeser turun melewati ujung bahu kanannya.

Karena kaitan BH di punggung sudah lepas maka tali BH di bahu kanan itupun akhirnya terlepas.
Mulutku kembali ke atas.. bergerak menyeberangi dada menuju sebelah kiri.

Dengan cara yang sama aku melepaskan tali BH dari bahu kirinya. Terlepas sudah BH tersebut.
Tapi karena posisi Eline telentang.. maka meskipun sudah lepas, BH tersebut masih menutupi dada.

Sementara itu tanganku sudah menyusup ke balik celana jinsnya terus masuk di balik CD.
Sambil mengelus-elus tanganku bergerak terus ke bawah.

Kurasakan tanganku menyentuh bulu-bulu halus yang tidak terlalu lebat.
Terus bergerak ke bawah menuju pusat kewanitaannya. Hmmm.. basah.. lembab.

Srepp.. slepp.. slepp.. srepp..! Jariku menggesek-gesek di mulut kewanitaannya.
"Ouughh.. Fer..rr..!!” Eline mengerang. Kupandangi wajahnya, matanya terpejam.

Mulutku segera mengambil inisiatif menggigit BH-nya dan menariknya lepas dari tubuh bagian atas.
Kini terpampanglah sudah sebuah keindahan yang benar-benar elok.

Bukit dadanya sangat putih kencang.. dihiasi puting kecil mungil berwarna kemerahan di kedua ujungnya.
Tidak terlalu besar.. bahkan cenderung kecil. Bagai buah apel muda. Tapi justru itulah keindahannya.

Buah dada yang tidak besar namun kencang.. seperti yang umumnya dimiliki gadis chinese..
Ahhhh.. sungguh mendatangkan pesona bagai sihir yang tak pernah habis.

Perutnya rata.. putih halus tanpa noda dihiasi dengan pusar yang indah.
Clrupp..!! Mulutku segera mendarat di perut.. lidahku menjilati pusarnya..

Kemudian bergerak terus ke atas dengan jilatan hangat menyusuri perut menuju dada kirinya.
Sesampai di dada.. tidak langsung menuju pusat.. tapi mengitari lereng bukit dadanya dengan jilatan basah.

Di bawah.. tanganku tetap menggesek-gesek mulut kemaluannya.. sehingga menjadi semakin basah.
"Oohh.. Ferr..!!” Eline kembali mengerang.. tubuhnya menggeliat-geliat resah.

Puas menyusuri lereng dadanya mulutku menuju puncak dada, lidahku menjilati putingnya.
Kemudian mulutku pun langsung mengulum bukit dadanya tersebut.

Clropph..! Bukit dada kiri itu segera hilang dalam mulutku. 'Kukunyah' perlahan putiknya.
Mulutku langsung menyedot kuat sambil lidahku mengais-ngais putingnya.

Di bawah.. jariku sudah masuk ke dalam kemaluannya. Clepp.. clepp.. crick.. click.. click..!!
Kugerakkan maju mundur perlahan.. erghh.. terasa lubang itu semakin basah.

"Ouugghh.. hh..” Eline mengerang semakin keras. Tubuhnya kembali menggeliat perlahan.
Aku semakin bersemangat menyedot-nyedot buah dadanya..
Sedangkan jariku semakin cepat bergerak keluar masuk di kemaluannya.

Ada sekitar 5 menit aku mempermainkan buah dada dan kemaluannya.
Sampai akhirnya tiba-tiba tubuhnya menegang. Kakinya kaku, lurus mengarah ke bawah.
Pangkal pahanya menjepit tanganku. Tubuh Eline mengejang beberapa saat.

"Aarrgghh.. Ouuhh..” Eline mengerang keras sekali. Srrrr.. srrr.. srrr.. srrrr..
Kurasakan ada aliran hangat meleleh dari lubang kemaluannya.
Ah.. Eline sudah mendapatkan orgasmenya yang pertama.. pikirku.

Eline tergolek lemas dengan mata terpejam. Kukeluarkan tanganku dari dalam celananya yang basah.
Kucoba menarik turun celana jins sekaligus dengan CD-nya, tetapi agak sulit.

Akhirnya Eline sedikit mengangkat pinggulnya ke atas.. untuk membantuku melepaskan celananya.
Kutarik turun jins berikut CD itu melewati paha terus sampai lutut.. tidak ada hambatan..
Sreettt.. terus melewati mata kaki.. hingga akhirnya terlepas seluruhnya.

Auwhhh..!! Kini terpampanglah pemandangan indah yang lain.
Sepasang paha yang putih mulus dengan bulu-bulu halus..

Di atas pangkalnya dihiasi rambut halus yang tidak terlalu lebat.. melindungi pusat kewanitaanya.
Kemaluannya tampak membentuk parit kecil.. dengan bibir kemerahan agak membentuk gundukan.

Sejenak kupandangi tubuh Eline. Yang terlihat adalah sosok seorang dewi.
Tubuhnya yang sedang dengan dada yang indah dibalut kulit putih halus..
Fiuhhh.. sungguh merupakan perpaduan yang luar biasa.

Aku kembali mencium bibirnya.. memagut dengan lumatan-lumatan panas.
Eline menyambutnya dengan bergairah. Tanganku meremasi bukit dadanya kiri dan kanan bergantian.
Sementara itu Eline memagutku.. menyedot mulutku kuat-kuat.

Sambil tetap menciumnya aku melepas kemeja sport yang kukenakan.
Kemudian menyusul celana jins sekaligus CD-ku.

Penisku yang sudah tegang sedaritadi segera mengacung ke depan.
Kini aku menempatkan tubuhku di atasnya. Tubuhku sepenuhnya menindih tubuhnya.

Dengan tangan kanan kutempatkan batang penisku tepat mengganjal di depan mulut kemaluannya.
Tanganku kembali meremasi bukit dadanya bergantian kiri dan kanan.
Sementara mulutku masih terus menyedot-nyedot mulutnya dengan lidah saling membelit.

Sejenak kuhentikan remasan tanganku di dadanya.. Aku memeluk erat-erat tubuhnya.
Kunikmati sentuhan kulitnya di tubuhku.. terasa bukit dadanya yang mengganjal di dadaku.

Hmmmm..! Putingnya terasa tegang mengeras.. terasa sangat nikmat.
Gesekan kulit telanjang yang halus sungguh mendatangkan sensasi luar biasa.

Setelah berdiam sejenak.. aku mulai menggerakkan pinggulku.. slepp.. slepp.. slepp..
Sesekali kuhentikan menggesek-gesekan batang penisku di mulut kemaluannya.
Sementara tanganku meremasi bukit dadanya lagi.

"Oohh.. mmppffhh..” mulut Eline mencari-cari mulutku.
Setelah ketemu.. lidahnya langsung menyerbu masuk ke rongga mulutku.

Dengan goyangan berirama aku terus menggesekan-geselkan penisku.
"Oouuhh.. Ferr..!!” Eline kembali mengerang.

Mulutnya menyedot sangat kuat.. Eline tampak sudah kehilangan kendali.
Aku sendiri juga sudah tak tahan.. sudah terbakar.

Segera tanganku mencari penisku yang sudah mengembang sangat tegang dan keras.
Plepp..! Kuarahkan ujungnya ke lubang kemaluannya.

Walau kemaluannya sudah sangat basah.. tapi aku tidak langsung memasukkanya.
Kugeser-geserkan di mulut kemaluannya beberapa saat.. kemudian.. slebb.. perlahan kutekan masuk.

Plepp.. sedikit masuk ujungnya. Pelan-pelan kugoyang-goyang sambil kudorong masuk.
"Aahh.. ouuhh..” Eline mengerang sambil menggelinjang.

Slebbb..!! Pelan tapi pasti.. penisku masuk semakin ke dalam lepitan hangat kemaluannya.
Mata Eline terpejam rapat.. tidak ada kesakitan di sana.. yang ada hanya nikmat.

Penisku sudah masuk lebih separuhnya.. slebb.. slebb.. clebb.. clebb.. clebb..
Sambil kugoyang terus maju.. sampai akhirnya tenggelam ditelan kemaluannya.

Kugoyang keluar-masuk penisku pelan-pelan makin lama makin cepat.
Mulutku bergeser dari bibir ke rahang bawahnya.. menjilati dengan dengan lidahku terus bergeser ke arah leher.

Tanganku tetap meremasi kedua bukit dadanya sambil memilin putingnya.
"Aaahh.. ouuhh.. ahh..” erangan Eline semakin sering dan keras.
Lidahku menjilati leher, belakang telinga dan masuk ke dalam lubang telinganya.

Ada sekitar limabelas menit tubuh Eline kugoyang terus..
yang diimbanginya dengan menggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri ke kanan..
Sambil sesekali dia desakkan ke atas. Sampai akhirnya tubuhnya mulai menegang.

Clebb-clebb-clebb-clebb..!! Makin kupercepat gerakan penisku keluar-masuk di kemaluannya.
Plepp.. pleep.. plepp.. terdengar bunyi gesekan penis dengan lubang kemaluan yang sudah sangat basah.

"Aaahh.. hhhhh..” tiba-tiba tubuh Eline mengejang.. sambil tangannya mencengkeram pangkal lenganku.
"Ouuhh.. Ferr..!!” matanya terkatup rapat. Seerr.. Serrr.. terasa aliran hangat membasahi ujung dan batang penisku.

Eline mengejang sampai beberapa saat kemudian akhirnya tubuhnya terkulai lemas.
Aku sendiri sudah mulai mendaki ke puncak. Tanpa memberi waktu Eline beristirahat, segera aku tancap gas.

Clebb-crebb-clebb-clebb-clebb-clebb-clebb-crebb-crebb-crebb..!!
Goyanganku makin kupercepat sambil mulutku kembali memagut mulutnya.

Setelah berdiam beberapa waktu Eline kembali naik. Lumatanku dibalasnya dengan ganas.
Sementara tangannya meremas-remas rambutku.
Dengan penuh perasaan tanganku meremas dan memilin dadanya.

Pplepp.. plopp.. pplepp.. terdengar bunyi kecipak basah di dalam liang nikmatnya sana.
Erghhhh..!! Batangku terasa penuh menyesaki lubang kemaluannya.

Gesekan kemaluan kami sungguh terasa nikmat. Akhirnya tubuh Eline kembali menegang.
Aku sendiri merasakan ada aliran hangat mengaliri batang kemaluanku menuju ujungnya.

"Ahh.. Ferr.. Ouhh..!!” Eline mengejang sambil menggigit bibirnya.. tangannya memelukku erat.
Serr.. seerr.. terasa aliran hangat kembali berdesir di dalam kemaluannya.

Jlegh..!! Kutekan penisku dalam-dalam sampai pangkalnya. "Arrgghh.. hhhh..!!” Croott.. croott.. crroott..
Tubuhku mengejang-ngejang.. beberapakali penisku menyemburkan lahar panas di rongga kemaluannya.

"Aaaahh..!!" Badanku terasa lemas.. masih kupeluk tubuh Elin dengan mesra.
Aku berdiam diri beberapa saat di atas tubuhnya.. menuntaskan kedutan kecil dari kelamin kami.

Kubiarkan beberapa saat batang penis masih tetap menancap di dalam kemaluannya.
Kami nikmati sensasi pasca orgasme yang terasa tak kalah nikmatnya.

Suasana terasa hening.. sepi. Eline membuka matanya dan kemudian melihat ke dalam mataku.
Kukecup lembut bibirnya.. kemudian dahinya.

Aku lalu berguling turun ke sampingnya. Kami berbaring bersisian dengan berdiam diri agak lama.
Aku beringsut dan memandanginya, kutatap wajahnya. Terlihat ada butiran airmata.

"Kamu menyesal..?” Tanyaku.
"Wanita keberapa aku ini dalam petualanganmu, Fer..!?” Eline tidak menjawab malah balik bertanya.
Aku diam saja tidak berusaha menjawab. Suasana jadi hening.

"Sudahlah, nggak usah dijawab..!” Sambungnya lagi tiba-tiba.
"Sudah malam Fer, pulanglah..!” Lanjut Eline sambil bangkit menuju lemari pakaian.

Kulirik jam dinding, sudah pukul 11.45. Wah, cukup lama juga kami bercinta.
Aku segera bangkit dan mengenakan pakaianku.

Sementara Eline sudah mengenakan daster tidurnya kemudian berdiri menyandar dinding..
sambil memandangiku yang masih memasang sepatu.

Selesai berpakaian kuhampiri Eline.
"Barusan tadi sangat berarti buatku..” kataku sambil memegang tangannya.

Eline tidak menjawab dan memalingkan mukanya dengan mulut terkatup rapat.
Akhirnya kukecup lembut bibirnya. Dia diam saja tidak bereaksi.

Aku pamit padanya dan bergegas meninggalkan kamarnya.
Pelan-pelan aku menyusuri jalanan Jakarta yang masih ramai.
-------ooOoo-------

Semenjak kejadian itu hubunganku dengan Eline terus berlanjut.
Kami mengulanginya setiap ada kesempatan.. dan itu terjadinya hampir seminggu duakali.

Kami melakukanya di hotel.. di kostnya.. bahkan pernah juga di ruangan kerjaku di kantor.
Tapi yang paling sering di hotel saat makan siang.

Selama delapan bulan kami masih tetap berhubungan. Sampai akhirnya Eline melanjutkan S-2 nya keluar negeri.
Kadang-kadang aku masih menerima emailnya sampai sekarang.. yang menceritakan kerinduannya. Ehm.. e.n.d. (. )( .)
-----------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------
 
Bimabet
:hore: Hehehe.. bentaran lagi Nubi mo posting Cerita ke 100 di Trit ini..
Sebelumnya Nubi mohon mangap .. sekalian mohon izinnya dari Suhu @reinweiss
Nubi mo posting karya Masterpiece-nya di Trit ini..

Awalnya Nubi nggak tau siapa Author - Penulis Asli dari Cerita yang bakal Nubi sharing di mari.
Namun setelah Nubi search dan cek.. ternyata Cerita-nya ada di Sub Cerbung.

Sooo.. sekalli lagi Nubi mohon Izinnya. Trims buat Cerita yang menurut Nubi Asikk bangetss..!!!
Moga di lain kesempatan bisa ngobrol dan tukar pendapat (bukan tuker pikiran) lebih akrab lagi.

Trims..
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd