Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

-------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------

Cerita 100 – Pesta di Akhir Pekan

-------------------------------------------------
Chapter 5: Belajar dan Bermain Bersama
-------------------------------------------------

Asep hanya bisa mematung.
Bisikan Dita sungguh di luar dugaan;
Butuh waktu lama buat Asep untuk merespon. “A-ah.. s-saya mah.. s-saya..”

Asep tak bisa merangkai kata, apalagi dengan Dita yang terus menatapnya sambil tersenyum
“Sssst..” Dita menaruh telunjuk di atas bibr tipisnya “Di sana aja yuk, Mas Asep..”

Asep menurut saja ketika Dita menuntun tangannya ke tempat yang agak jauh dari yang lain.
Sepanjang jalan pikiran Asep berkecamuk, bagaimanapun mungkin Dita tahu..?

Asep tak pernah cerita ke siapapun. Atau dia hanya menebak-nebak saja..?
Mengingat Dita dekat dengan Eci, bahaya kalau dia sampai bilang-bilang ke Eci.
Asep harus mencoba menyangkal.

Dua manusia berlainan jenis yang telanjang bulat itu sampai di tempat yang diinginkan Dita.
Dengan santainya Dita berbaring..

Kemudian Dita mengangkangkan kakinya.. hingga terlihat memek pink dengan jembut tipisnya.
“Ayo.. Mas Asep, di atas yaa..!?” Rajuknya

Dengan ragu, Asep mengikuti perintah Dita.
Pelan.. Asep memposisikan tubuhnya di atas tubuh Dita yang terlentang.

Lalu dia menurunkan tubuhnya untuk menindih Dita.. tapi tiba-tiba Dita memeluk Asep dengan erat..
Sehingga dada kurus Asep langsung menempel di dua bukit empuk gadis berjilbab itu.

Dalam posisi itu kepala mereka berdekatan, dan Dita kembali berbisik di telinga Asep.
“Aku perhatiin dari dulu kok Mas Asep.. Aku bisa liat Mas Asep ada rasa sama Dinda..”

“Nggak Mbak, saya mah gak ada rasa sama Dinda..” sangkal Asep..
Sama-sama berbisik.. walaupun mereka sudah cukup jauh dari yang lain.

“Masa’..?”
“Iyalah Mbak.. kan Dinda mah udah punya pacar..”

“Apa hubungannya..?”
“Eh..?” Asep mengangkat kepalanya.

Dita lagi-lagi menatapnya dengan senyuman manis yang akan membuat siapapun meleleh.
Kecuali pria yang otaknya sedang dipenuhi wanita lain, seperti Asep.

“Justru Mas Asep gak cerita ke siapa-siapa.. gak berani mulai PDKT karena Dinda udah ada yang punya kan..?
Tapi aku bisa liat kalo orang nyimpen perasaan terpendam..”

Asep terdiam, dia ingin menyangkal tapi tak tau harus berkata apa.

“Tenang aja Mas Asep, aku gak akan bilang-bilang ke si Mpok Eci..” ujar Dita memutus lamunan Asep
“M-maksudnya..?” Asep bingung

“Iiya.. Rahasia Mas Asep aman kok sama aku..”
Asep langsung sumringah “Wah.. Makasih Mbak..!”

“Berarti bener kan..?”
“Hah..?” Senyum Asep langsung hilang.

“Hehehe.. tadi Mas Asep gak langsung ngakuin sendiri..” ujar Dita santai sambil tertawa kecil.
Ah, sial..! Kena jebakan deh gue.. batin Asep.

“Yaa.. asal jangan bilang siapa-siapa lagi ya Mbak. Bukan masalah aturan pesta ini aja..
tapi juga sayah gak enak sama Dinda sama yang lain.. apalagi pacarnya, si Anto..”
Asep yang sudah lega mulai tak sungkan curhat.

“Iiya, aku ngerti kok.. Mas Asep bisa cerita sama aku.. eh tapi ngomong-ngomong ..”
“Apa Mbak..?”
“Masukin dong”
Dita melepas pelukannya.. hingga Asep bisa mengangkat badannya

“Oh.. I-iya Mbak..” Asep bergegas mengecek kontolnya..
Dan hebatnya.. si kontol itu sudah mengeras tanpa dia sadari. Amejing..!

Hanya dengan ditempel tubuh Dita, batang itu bisa tegak dengan sendirinya.
Kalau sudah begini, siapa yang butuh foreplay..?

Bukan Asep, bukan juga Dita.. karena begitu Asep menusukkan pedangnya ke lubang nikmat Dita..
gua nikmat itu sudah cukup basah dan merekah.

“Mmmmmhhhh..” Dita melenguh dengan mata terpejam, menikmati sensasi birahi yang menjalar tubuhnya.
Begitu juga Asep yang kembali merasakan kedutan memek ajaib Dita. Sensasinya benar-benar luar biasa.

“Mas Aseeep..” Dita merajuk dengan lembut “Aku punya request tapinya yaaa..”
“Rikues..?”

“Iiya, gantinya aku pegang rahasia Mas Asep, aku minta Mas Asep menuhin penginnya aku..”
Wah sial nih.. ternyata ada bayarannya juga.. batin Asep.

“Gak susah kok requestnya hehe. Aku cuma pengen ..” Dita sengaja tidak melanjutkan ucapannya
“Pengen apa Mbak..?”

“Aku pengen Mas Asep ngentotin aku kayak Mas Asep sama Dinda tadi pagi..
Kayaknya mesra banget deh hehe..” pinta Dita dengan suara manja.

“Ah Mbak.. saya mah pelan-pelan waktu itu soalnya kita baru bangun..” elak Asep.
“Hmm.. tapi Mas Asep maennya pake perasaan kan..?”

Asep menggaruk-garuk kepalanya..” Iya deh Mbak, saya coba..”
“Nah gitu dong, aku juga bantu kok..”

Dita tersenyum lalu menarik kepala Asep dan mencium bibirnya. Mau tak mau Asep membalasnya.
Ciuman Dita begitu lembut.. seperti ciuman dari seorang kekasih.

Beda dengan pagutan penuh nafsu Eci tadi malam, juga sewaktu dengan Dinda pertamakali.
Asep seolah diajari Dita cara menyampaikan perasaan lewat ciuman..
Sesuatu yang dia lupakan di pesta asal coblos ini.

Sementara di bagian bawah.. Asep mencoba menyeimbangkan kecepatan dengan intensitas.
Daripada mengejar jumlah tusukan per menit.. Asep lebih memilih untuk memompa lubang nikmat Dita..
dengan tusukan-tusukan panjang dengan sedikit gerakan memutar.

Aksinya ini dibantu oleh Dita yang juga menggerakkan pinggulnya sesuai ritme genjotan Asep.
Bahkan gerakan dinding memek Dita yang mengagetkan Asep tadi malam juga lebih lembut..
seperti memeluk dan memijat-mijat batang keras Asep yang bertandang ke sana.

Ketika bibir mereka terlepas selesai berciuman mesra..
bibir tipis Dita mengeluarkan desahan manja dengan matanya terus menatap mata Asep.

“Ahhhmhhhhh.. Mas Aseeeepppp..” Dita memanggil nama Asep dengan suara semesra mungkin.
“Mbak Ditaaaa..” Asep membalas.

Asep tau betul Dita berusaha untuk berperan sebagai kekasih di sesi persetubuhan ini.
Memang tak mungkin Asep melupakan Dinda begitu saja..
Pun tak mungkin Asep akan memperlakukan Dita seperti Dinda. Perasaan tak bisa dibohongi.

Baik Asep dan Dita tau itu. Maka Asep berusaha memainkan perannya..
Mencoba memperlakukan Dita selembut dan semesra mungkin.

Berharap kejadian tadi malam terulang.. ketika Asep bisa fokus menyetubuhi Irma..
membiarkan instingnya bekerja.. terisolir dari pikiran lain yang mengganggu.

Dan tampaknya Dita tau itu dan membantu dengan mengajak Asep bercinta di tempat yang agak jauh dari yang lain.
Agar Asep tidak terganggu dengan Dinda yang sedang asyik masyuk disetubuhi Reza.

Dan sepertinya usaha mereka berhasil. Asep mulai membiarkan instingnya mengambil alih.
Dia terus menumbuk memek Dita tanpa perlu berpikir.. dengan tempo natural mengimbangi gerakan pinggul Dita.

Jelas.. sensasi lubang basah Dita yang memijat batang kerasnya adalah yang paling nikmat.
Tapi kehangatan badan Dita juga membangkitkan birahi Asep ke awang-awang.

Posisi misionaris adalah posisi yang memungkinkan..
kedua orang yang terlibat menyentuhkan kulit mereka semaksimal mungkin.
Buah dada Dita yang empuk terhimpit dada Asep yang kurus.

Puting susunya yang kenyal bergesekan dengan kulit dada Asep yang kasar dan sedikit berbulu..
memberi sensasi nikmat bagi keduanya.

Sementara kaki Dita sudah naik mengunci kaki Asep..
seolah tak rela melepas pria yang sedang menyetubuhinya itu.

Tangan Dita juga tak tinggal diam..
sesekali dia merabai punggung Asep yang membuat pria berkulit gelap itu menggelinjang..

Kadang tangan Dita mencengkram erat lengan Asep yang kurus namun berotot.
Saking nikmatnya.. keduanya sesekali memejamkan mata meresapi kenikmatan birahi.

Tapi ketika mata mereka terbuka, mereka saling menatap dan memanggil nama masing-masing.
“Mas Asseeeppphhhh..”
“Mbak Ditaaaahhhh..”
Kalau sudah begitu mereka lalu berciuman mesra. Begitu nikmatnya..

Sesekali Asep merasa cengkraman tangan Dita tiba-tiba menguat.. kakinya semakin memeluk erat..
Begitu juga dinding kelamin Dita yang mencengkram lebih erat diiring erangan lirih.

Asep semakin takjub dengan Dita; Gadis itu bisa berekspresi dengan liar seperti tadi malam..
sewaktu disetubuhi Jejen.. tapi juga bisa mengekspresikan puncak birahinya dengan elegan seperti ini.

Di balik wajah kalem dan imej alimnya, Dita seperti mesin seks yang sempurna.
Selain tubuhnya Dita punya skill yang lebih dari yang lain.

Memang yang lain juga tidak kalah.. terutama soal agresivitas dan stamina.. Eci adalah yang paling ganas.
Tapi Dita seolah-olah yang paling berpengalaman daripada yang lain.

Sementara Dita sukses menggapai orgasmenya berkali-kali.. Asep juga hampir mencapai puncak.
Sekarang tangan mereka saling berpegangan erat seperti sepasang kekasih.

Memek Dita semakin intens memijat kontol Asep yang menggenjotnya.
“Mas Aseep.. Mas Aseeppp.. Ahhh Mas Aseeppppp..!!!”
Dan Dita memanggil-manggil namanya, terus mendorong birahi Asep ke puncak tertinggi.

Akhirnya Asep serasa melihat sekelebat sinar..
Rasa nikmat menjalar dari tulang belakang ke kelaminnya, dan.. “Arrghhhhh.. Mbak Ditaaaaaaaaaa..!”

CROTT CROTT CROTT..!! Tubuh Asep gemetar saat air maninya memancar menemprot rahim Dita.
Gadis itu juga ikut tersentak, matanya terpejam.

Rasa hangat di organ intimnya memberi rasa damai di benak Dita.
Keduanya terdiam, saling menindih mengatur nafas masing-masing.

Ketika rasa itu reda, Asep menggulingkan tubuhnya berbaring di samping Dita.
“Enak.. huff.. huff.. gak.. Mas Asep..?” Tanya Dita yang masih ngos-ngosan.
“Iyah.. haahhh.. Mbak gimana..?”
“Banget.. Aku dapet banyak.. Gak keitung hahaha..”

Asep bangkit untuk duduk.. diikuti Dita.
“Makasih ya Mbak pelajarannya..” cetus Asep tiba-tiba.
“Iihh.. emang aku ngajarin apa..?” Tanya Dita heran

“Banyak deh Mbak.. saya belajar banyak tadi..”
“Ah Mas Asep.. tadi Mas Asep itu pake insting sendiri.. Yakin deh, Mas Asep punya potensi alami..”

Asep manggut-manggut. Tapi dia masih punya pertanyaan di benaknya.
“Eh Mbak.. maaf ya.. tapi ngeliat semalam sama Jejen saya kira Mbak seneng rada kasar gitu, hehe..”

“Oooh.. aku sih emang biasa maen kayak gitu.. tapi aku juga pengen dong nyoba yang rada lembut dikit.
Tuh cowok-cowok itu gak pada bisa diajak slow dikit. Yah.. bukannya aku gak seneng..
Aku juga pengen ngerasain seks yang kayak tadi..” jawab Dita cuek.

Asep kembali manggut-manggut ketika Dita menggumam dengan suara pelan.. “Kan aku juga cewek..”
“Hmm..? Tadi ngomong apa Mbak..?”
“Mmm.. Bukan apa-apa kok.. Yuk ah balik ke yang lain, udah pada nungguin pasti..”

Dita berdiri, melangkahkan tubuh bugilnya yang putih mulus di bawah sinar mentari sore.
Asep dan Dita berjalan beriringan ke tengah halaman.

Di sana Reza, Dinda, dan Irma sedang duduk-duduk sambil mengobrol.
Jejen sedang merokok di pojokan. Tampaknya acara gulat birahi mereka juga sudah selesai.

Dengan santainya.. masih dalam kondisi bugil mereka bercengkrama tanpa beban.
Asep sedikit iri melihatnya. Asep juga sebenarnya ingin menikmati pesta ini tanpa dibebani apapun.

“Beres Sep..?” Tanya Reza begitu Asep duduk
“Ya iyalah.. kalo belum ngapain gua balik sini..!?” Jawab Asep

“Hehehe.. lo juga kemarin malem belom sempet ngecrot di dalem Mbak Dita kan..?
Gua juga baru hari ini bisa puas ngecrotin memek si Dinceu..”
Dinda hanya tertawa mendengar perkataan Reza.. tak tau bahwa hati Asep tak menentu mendengarnya.

“Eh Asep ngapain tadi maennya jauh amat..?” Tanya Dinda tiba-tiba.
“Oh..? I-itu..”

“Biar gak keganggu si Irma, suka berisik tuh anak kalo lagi maen..” jawab Dita cepat membantu Asep.
Mata bulat Irma melotot..
“Iihh.. enak aja, emang aku segitu berisiknya.. nggak kan Reza..?”

“Dih, tadi aja dia teriak-teriak ‘aduh memek aku Mas Jejen’ kenceng banget dah..” goda Reza menirukan Irma.
Kontan Irma yang kesal memukul-mukul tangan Reza.. sambil tergelak Reza menambahkan..

“Si Jejen sampe panik nyuruh si Irma diem.. takut kedengeran orang, beneran Mbak..!”
Mereka tertawa-tawa sambil saling meledek.. sampai Dita teringat sesuatu.

“Eh.. jadi ini gimana nih gamesnya..?” Tanya Dita.
“Lah Mbak Eci-nya mana..? Yuk kita susul aja..” usul Dinda.
“Jangan-jangan belum beres maennya tuh berdua..” Irma menimpali.

Dan memang.. Eci dan Ari masih belum selesai.
Eci masih bergoyang dengan intens di atas badan Ari yang terlentang.

Nafas Eci memburu bersahutan dengan erangan erotisnya.
Tangan Eci mencengkram payudaranya sendiri dan meremasnya dengan liar seperti kesetanan.

Sementara Ari hanya diam terlentang tak bergerak.
Tampak mukanya meringis seperti menahan sesuatu.. membuat Asep merasa kasihan melihatnya.

“Hey Mpoook..!!” Tegur Dita.
Eci yang daritadi terus menengadah sambil terpejam.. membuka matanya dan menengok ke arah rombongan.

“Ohh.. Udah pada beres yahh..!? Bentarr.. aku dikit lagi ahhhh..!!”
“Huu malah yang paling lama maen..” gerutu Reza.

Tapi Eci cuek aja, sambil terus mengerang dia memberi Ari instruksi terakhir..
“Ariii keluarin ajjah.. Ahh.. Gak usah.. Ditahan lagi.. Ahhhh..!!”
“I-iya Mbak.. Gaaahhhh..!!” Ari pun ikut mengerang

Gerakan keduanya terhenti.. hanya sesekali tubuh Eci tersentak-sentak.
Eci yang disembur air mani Ari orgasme di depan mata teman-temannya.
Melihat betapa agresifnya Eci, Asep jadi sedikit takut.

“Haahhh.. Puas deh guee.. Oke guys, rehat bentar 10 menit yah, aku mau minum dulu..”
Setelah beberapa detik terdiam menikmati orgasmenya,

Eci dengan santainya berdiri mencabut memeknya dari kontol Ari yang sudah layu.
Dengan agak sempoyongan Eci berjalan ke arah dapur..
dengan cairan kental menetes-netes dari selangkangannya.

”Ri.. kok kalo sama aku kemaren kok keluarnya cepet sih, gak kayak tadi..?” Irma bertanya sambil manyun.
Ari yang masih terlentang kelelahan di karpet hanya nyengir.

“Gua diancam Ir, katanya.. ‘awas aja kalo keluar duluan sebelum aku suruh’. Takut gua..”
“Yaelah si Mpok..” Dita hanya geleng-geleng kepala.

Memang Ari adalah yang paling pasif di antara mereka.. jadi cocok buat Eci yang dominan.
Reza dan Dinda tertawa.. tapi Asep jadi kepikiran. Wew.. serem juga si Mbak Eci.

Diliriknya Dita di sebelahnya. Jangan sampe rahasia gua bocor deh.. pikir Asep sambil menelan ludah.
Jejen yang baru bergabung cengar-cengir dengan muka bloon..

“Ada apah ini teh rame-rame..?”
-------ooOoo-------

Ternyata lomba yang direncanakan Eci adalah.. balap karung. Dengan para cewek sebagai karungnya.
Lomba yang aneh.. tapi Asep ikut saja. Lumayan buat break dari persetubuhan tanpa henti hari itu.

Jadi di halaman belakang yang luas itu para cowok akan berlari ke arah para cewek yang sudah menunggu.
Lalu para cowok harus menggendong pasangannya kembali ke posisi start.. kemudian balik lagi ke finish.

Dan karena ini pesta seks.. tentu bukan digendong biasa.
Tapi posisi di mana para cewek memeluk pasangannya dari depan..

Kemudian menggantungkan kakinya di pinggang para cowok..
Yang harus menahan beban tubuh pasangannya dengan tangan mereka.

“Jangan asal gendong dan lari. Kontol kalian harus masuk ke memek kita-kita.
Terus biar ceweknya ada peran.. harus ngegerakin pinggulnya.. mompain kontol pasangannya.
Biar adil kan.. gak cuman cowoknya aja yang kebagian capek..” Eci memimpin briefing.

“Wah.. kalo gitu mah susah atuh sambil lari..” protes Jejen.
“Ya jangan lari aja.. secepet-cepetnya kalian bisa gerak. Yang ngelanggar didiskualifikasi Oke..?”

Asep mengangkat tangan.. ”Kalo kita semua ikut, atuh siapa yang nanti mastiin gak ada yang curang..?”
“Hmm.. bener juga ya..” Eci tampak berpikir..

“Aku sih pikirannya semua bakal main fair tapi ..”
Giliran Ari yang mengangkat tangan.. ”Saya ajah Mbak, saya jadi wasit..! Masih cape nih..”

“Trus kurang dong orangnya..?” Protes Irma.
“Yah udah.. kalo gitu aku juga gak ikut, pas kan. Aku ngawasin aja..”
Eci memberi solusi, yang membuat Ari lega karena sebelumnya dia khawatir bakal dimarahi Eci.

Beberapa lama kemudian.. persiapan dimulai.
Para cowok yang jadi peserta sebelumnya dikocok dan disepong dulu oleh para cewek..
Ini agar kontol mereka kembali tegak.. sambil sekalian pemanasan.

“Oke.. para cowok ngambil undian nentuin pasangannya.
Kalo gak, semua pasti bakal milih Dinda yang paling ringan..”
Perintah Eci sambil menunjuk Dinda yang mulutnya sedang dipenuhi kontol Jejen.

Nampaknya kali ini bukan hanya Asep yang menginginkan Dinda.
Bergiliran Reza.. Asep.. dan Jejen mengambil lintingan kertas yang dibuat Dita.

Asep agak terbelah dua soal ini. Di satu sisi.. kalau dia dapat Dinda..
Asep bisa berpasangan dengan gadis pujaannya itu di lomba ini.
Tapi nantinya sulit baginya untuk mengambil Dinda lagi.. setelah ini tanpa terlihat dia ingin memonopoli.

.. Dan Asep pun mendapat Dinda sebagai pasangannya.
“Selamat yaa Mas Asep..” ucapan selamat Dita.. oleh yang lain dianggap biasa saja..
karena Asep jadi unggulan dengan mendapat beban paling ringan.

Tapi melihat senyum dan tatapan mata Dita, Asep tau Dita punya makna lain.
Jejen mendapat Irma.. jadi Reza dapat Dita.

Irma memang langsing, tapi tubuhnya tinggi..
sehingga agak sulit buat digendong Jejen.. kedua terpendek setelah Ari.

Dita memang tidak terlalu gemuk sebenarnya.. tapi Reza adalah yang paling kurus di antara yang lain.
Sementara Dinda.. tubuhnya setinggi Dita.. tapi selangsing Irma. Cocok buat Asep.
Hmm, memang tubuh kita paling kompatibel.. batin Asep.

Lomba absurd ini segera dimulai. Ari mengawasi di garis start.
Sedangkan Eci di garis finish.. tempat para gadis menunggu.

“Ayooo semangat semuanya..!!” Teriak Eci menyemangati. Para peserta pria bersiap di garis start.
Bedanya dengan lomba biasa.. selain telanjang, mereka juga sibuk mengocok kontol masing-masing..
agar tetap tegak waktu sampai ke tempat pasangan mereka.

“Siaaaap.. Mulai..!" PRITTTTT..!!! Ari meniup peluit yang dia dapat entah dari mana.
Asep.. Reza.. dan Jejen berlari sekencang yang mereka bisa. Reza memimpin, diikuti Asep.

Begitu sampai.. dengan sigap Dita memeluk Reza dan meloncat ke pangkuannya.
Agak susah.. Reza mencoba memasukkan kontolnya ke memek Dita.

Sebenarnya trik untuk posisi ekiben dari berdiri adalah:
Penetrasi dilakukan sewaktu sebelah kaki si wanita masih menjejak tanah..
Sehingga minimal ada satu tangan si pria yang bisa membantu mengarahkan.

Bila kedua kaki si wanita sudah terangkat.. kedua tangan si pria sudah sibuk menopang paha pasangannya.
Reza kehilangan sedikit waktu.. karena usaha penetrasi pertamanya gagal.

Sementara Asep dan Jejen memilih untuk pelan-pelan yang penting berhasil.
Eci hilir mudik mengawasi para peserta. “Ayo masukin..! Itu udah tuh Mas Jejen..! Ayo..!”

Jejen mulai bergerak.. tapi kaki Irma yang panjang agak menyulitkannya.
Irma sendiri berusaha menggerakkan pinggulnya sesuai aturan.. yang membuat Jejen tambah kesulitan.

“Kalo ceweknya gak gerak.. cowoknya juga gak boleh gerak..!” Seru Eci mengingatkan.
Dinda melenguh saat kontol Asep menembus memeknya.

Tangan gadis itu sudah melingkar di leher Asep.. tinggal menunggu Asep mengangkat kakinya.
“Ahhh.. Udah masuk Sep..”

“Iyah, siniin kakinya..” sekarang Dinda sudah menggantungkan tubuhnya di pelukan Asep.
Inginnya Asep sih Dinda juga menggantungkan hatinya –ngarep–

Momen ini seharusnya indah.. tapi kondisinya tidak memungkinkan untuk Asep menikmati.
“Ayo Sep, mulai.. kita bisa menang nih..!” Seru Dinda

Mendengarnya Asep berpikir..
Bila mereka menang.. Dinda akan senang karena sepertinya dia semangat sekali di lomba ini.

Yup.. Asep memantapkan hatinya.
Mungkin ini bukan apa-apa.. tapi kalo dia bisa membahagiakan Dinda sekecil apapun, akan dia lakukan.

Asep dan Dinda memimpin.. tak jauh Reza dan Dita semakin mempertipis jarak.
Jejen dan Irma juga tak mau kalah.

Jarak yang ditempuh memang tak terlalu jauh.. tapi karena mereka tak bisa bergerak terlalu cepat..
Maka lomba itu jadi lebih lama dari yang mereka duga.

Para gadis mendesah dan sesekali menjerit.. bukan hanya karena sedang menjepit kontol dengan lubang mereka..
Namun juga karena takut jatuh setiapkali pasangannya melangkah.

“Ahhahh.. ahh.. haaa.. hhhaa.. Asep.. bentarrr.. ahh.. iiya ayo terus..!”
Dinda meracau.. sementara Asep berusaha keras untuk melangkah lebih cepat dari yang lain.

Biar menang, demi Dinda. Akhirnya Asep mencapai garis yang dijaga Ari..
Tapi tak lama setelah memutar balik, dia harus berhenti sebentar..
Karena Dinda juga menghentikan gerakan pinggulnya.

Tak lama, karena Dinda hanya mengambil nafas.
Tapi momen itu dimanfaatkan pasangan Reza-Dita untuk menyusul Asep-Dinda.

Pertarungan sengit terjadi. Jejen-Irma berusaha sekeras mungkin.. tapi tetap tertinggal di belakang.

“Mas Jejeeennn ayo cepetannn..! Aku udah gerak terus nih..!” protes Irma.
“Beurat siah..! Aduhh suku aing..!” gerutu Jejen tak mau kalah.

Akhirnya di pertengahan lintasan, Jejen tak kuat lagi. Dia terjatuh sambil mengaduh.
Irma yang dipeluknya menjerit.. untungnya mereka tidak terjatuh dalam posisi berbahaya.

Eci dan Ari menertawakan mereka.. tapi dua pasangan lain yang masih berlomba tak punya waktu untuk itu.
Asep-Dinda dan Reza-Dita sudah ¾ menuju garis finish.

Asep mulai kehilangan tenaga..
membuatnya hampir disalip oleh Reza yang lebih kurus dan membawa beban lebih berat.
Gawat..! Reza sudah sejajar dengan Asep, sedangkan Asep semakin melambat.

Padahal Dinda juga sudah berusaha sekuat tenaga terus bergerak agar Asep tidak perlu berhenti.
Tapi kaki Asep sudah hampir tidak kuat.

Persaingan keduanya terus berlangsung sampai menjelang garis finish.
Perlahan Reza mulai sedikit lebih maju dari Asep. Butuh keajaiban buat Asep untuk menang..

Dan tiba-tiba Reza berhenti. Reza tampak meringis dengan sebelah mata terpejam.
Dita masih terus menggerakkan badannya di pelukan Reza.
“Mmmmbb-mbak stoop.. Stoop dulu bentar.. ini ngejepitnya.. aduh..!” Teriak Reza.

Asep tak menyia-nyiakan peluang. Dikerahkannya semua tenaganya yang tersisa, untuk menyusul Reza.
Dan akhirnya mencapai garis finish pertama.

“Yeey..! Selamat buat Asep dan Dinda..!” Eci meloncat-loncat kegirangan.
Begitu Dinda lepas dari pelukannya, Asep pun ambruk berbaring di karpet mengatur nafasnya.

Dinda menyusul di sebelahnya. “Capek Sep..?”
Tanya Dinda, juga ngos-ngosan tapi matanya berbinar bahagia. “Ya pastilah..”

“Sori ya aku berat, hehe..” hilang sudah capek Asep melihat senyuman Dinda.
“Ah, nggak kok.. gua aja yang kurang stamina..”

Dinda bangkit berdiri.. tapi sebelumnya dia mencium bibir Asep..” Mmmuah.. Makasih ya Sep..”
Asep terus berbaring dengan rasa bahagia. Tak jauh dari situ Reza terduduk kelelahan.

“Kok lo berhenti Za..? Padahal tinggal dikit lagi menang..” tanya Ari.
“Itu tadi.. tiba-tiba memeknya si Mbak Dita ngejepit kontol gua keras banget, sakit banget dah..”

“Maaf ya Mas Reza, aku juga gak tau kenapa kok bisa gitu..”
Ujar Dita yang juga duduk dekat situ memasang tampang bersalah.

Mendengarnya Asep langsung terduduk.
Kemampuan unik dari Dita adalah dia bisa mengontrol gerakan dinding memeknya.

Jadi.. jangan-jangan.. Dita tadi sengaja menghambat Reza agar Asep bisa menang..?
Masa’ sih..? Asep menengok ke arah Dita.

Dan sepintas dilihatnya gadis yang memegang rahasianya itu tersenyum penuh arti kepadanya.
Hmm.. kalau benar.. Asep harus berterimakasih nanti.

“Yupz..! Pemenang games ini adalah Asep dan Dinda..! Keduanya berhak mendapatkan reward..!” Seru Eci
“Yeeeyyyy..!” yang lain bertepuk tangan.

“Dan reward untuk mereka adalah ..”

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------

Cerita 100 – Pesta di Akhir Pekan

--------------------------------
Chapter 6: Hadiah
--------------------------------

“Sebagai pemenang..
Mas Asep bakal dilayanin sama kita bertiga dan Dinda dapat tiga cowok sekaligus..!”
Seru Eci sambil bertepuk tangan.

“Asik, sama tiga orang sekaligus, akhirnya ngerasain juga..!” sorak Dinda bahagia.
“Beuh, malah seneng dia.. Hayu Jen.. Ri.. kita hajar sama-sama si Dinceu..!” balas Reza.

Dinda dan para cowok lalu sibuk berbalas ledekan. Sementara Asep tentu kecewa.
Kalo gini ceritanya mending gak usah menang deh tadi,, pikirnya.

Tapi kalau mereka kalah pun, ya tetap saja mereka tidak akan berpasangan lagi.
Yah, sudahlah. Mungkin memang takdirnya.

“Mas Asep gak usah tampang grogi gitu kalee..” ujar Dita memecah lamunan Asep.
“Hmm..? O-oh iya Mbak, kaget saya nih sama tiga cewek sekaligus haha..”
Asep mencoba menutupi kekecewaannya,

“Tenang aja Mas Asep.. kita bakal melayani Mas Asep sepenuh hati..” goda Eci dengan mata berbinar
“Cieee.. Mas Asep jadi raja sehari nih..” timpal Irma.

Reza yang menggamit tangan Dinda berteriak dari pintu belakang..
“Mbak Eci, gak harus maen di situ kan..!? Kita mau ngegarap si Dinda di kamar atas..!!”
“Yoooooo..!” Balas Eci tanpa menengok..

Dan Dinda beserta ketiga pria yang siap mengganyang tubuhnya itu pun menghilang di balik pintu.
Asep sedikit lega dia tidak harus melihat eksekusi Dinda di depan matanya.. tapi tetap saja dia merasa cemburu.

Dan Asep semakin dongkol ketika dia sadar bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa..
karena dia tidak punya hak apapun untuk protes.

“Mas Asep gak usah pikirin macem-macem, nikmatin aja..” saran Dita.
“I-iya Mbak, hehe, grogi saya..” Asep tau yang dimaksud Dita adalah tentang Dinda.

“Ya udah.. kalo Mas Asep belum panas kita aja yang mulai, oke gals..? Aku punya ide..”
Ujar Eci sambil berbisik bergantian ke telinga Dita dan Irma. Asep hanya bisa garuk-garuk kepala.

Asep kemudian dibimbing para gadis ke arah kursi panjang di teras belakang.
Matahari sudah mulai condong ke barat saat Asep duduk menghadap halaman belakang yang luas.

Seperti seorang raja minyak dengan haremnya, Asep diapit oleh Dita dan Irma di kanan kirinya.
Oleh kedua gadis itu, tangan Asep diarahkan untuk merangkul bahu mereka.

Dengan binal keduanya mulai menciumi leher Asep, membuat pria beruntung itu kegelian.
Ditambah lagi gesekan empuk pabrik susu Irma dan Dita..
beserta puting mereka yang sudah menegang di kanan-kiri dada Asep.

Tangan mereka membimbing tangan Asep yang sedang merangkul mereka..
untuk meremas payudara keduanya yang tidak sedang menempel di dada Asep.

Puas mencumbui leher Asep, Dita dan Irma bergantian mencium mesra bibir Asep..
mengajari pria lugu itu french kiss yang panas.
Saat salahsatunya mencium bibir Asep, yang lain turun mencumbui dada Asep.

Kontolnya tak disentuh sama sekali.. tapi perlakuan kedua gadis di bagian tubuh lainnya..
cukup untuk membuat senjata Asep terkokang siap untuk ditembakkan.

“Mas Asep susah panasnya.. tapi kalo udah mood maennya mantep gila.. hmmmhh.. cuupphh..”
Goda Irma di sela-sela cumbuannya.

Tentu ada alasannya kontol Asep tidak mereka sentuh sama sekali.
Karena benda yang mereka puja itu adalah jatahnya Eci sekarang.

Asep tidak percaya ketika melihat Eci dengan binalnya merangkak ke arah selangkangannya.
Di balik kacamata bingkai tebalnya..
Mata Eci tampak begitu fokus memandangi pedang Asep yang terhunus tegak.

Begitu sampai.. Eci langsung membenamkan kepalanya yang terbungkus jilbab di selangkangan Asep.
Gadis bertubuh mungil itu menggesekkan wajahnya di batang Asep..
Persis seperti kucing yang merajuk minta makan dengan cara menggesekkan kepalanya di kaki majikannya.

Embusan nafas Eci begitu terasa di kulit kontol Asep yang sensitif, membuat Asep semakin geli-geli nikmat.
Dan itu belum seberapa..
Karena kemudian Eci mulai menjilati peler Asep dengan lidahnya yang lembut.. basah, dan hangat.

Jilatan Eci di kulit peler Asep yang tipis begitu nikmat..
Lalu gadis itu semakin naik.. dari pangkal kontol.. ke bagian tengah.. hingga ke ujung.

Dirangsang seperti itu.. Asep ingin bersuara mengekspresikan kenikmatannya.. tapi tak bisa..
Karena sekarang Dita dan Irma bergantian menyumpal mulut Asep dengan payudara mereka.
Asep pun hanya bisa pasrah menyusu bergantian kanan-kiri.

Bibir Eci yang lembut sudah di ujung kontol Asep sekarang.
Bergantian mencium dan menjilati kepala kontol itu seperti es krim.

Lalu HAP..!! Rahang Eci terbuka menelan kontol Asep..
Dan dalam sekejap batang sakti itu sudah terbenam seluruhnya.

Karena mulut Eci yang mungil.. kontol Asep sampai menyentuh ujung tenggorokan Eci yang lunak dan basah.
Sensasi deepthroat ini sungguh membuat Asep yang masih terjepit gunung empuk semakin panas dingin..

Apalagi kemudian Eci menggerakkan kepalanya maju-mundur..
Menyedot kontol Asep dengan syahdu dari pangkal hingga ke ujung.

Bagai burung pelatuk.. Eci menggerakkan kepalanya dengan cepat tanpa ampun.
Bunyi sedotan dan isapan mulut Eci memenuhi tempat itu. “Sluuurrrpp.. Phuaahh..!”

Eci akhirnya melepas mulutnya dari kontol Asep.. air liur menetes-netes dari sudut bibirnya..
bercampur dengan beberapa helai jembut Asep yang tercabut saking buasnya sepongan Eci.

“Ahh gila.. sampe masuk ke tenggorokan gue..” gumam Eci sambil mengusap-ngusap lehernya.
Lalu gadis berkacamata itu berdiri dan menaikkan tubuhnya ke pangkuan Asep.

Saatnya penetrasi. “Ahhh..” lenguhnya saat kepala kontol Asep menyentuh bibir memeknya.
“Hnngghhh..” Eci mengerang sambil memejamkan mata..
ketika kontol Asep mulai melesak masuk ke memeknya yang mungil dan sempit itu

“Oooohhhh.. Oohhhh..” Eci mendesah lega ketika kontol Asep amblas seluruhnya.
“Baru masuk ajah, udah enak ginih..” racaunya sambil gemetar. Tampaknya Eci orgasme ringan dipenetrasi Asep.

Kontol Asep sudah dirangsang setengah mati.. dan bagian atasnya pun tak mau kalah.
Dua bukit susu menjepit Asep dari kanan-kiri.

Bila salahsatunya masuk di mulut.. yang lain digesek-gesek ke wajahnya..
seolah ingin melukis pipi Asep dengan puting susu sebagai kuasnya.

Diserang gencar seperti itu, akhirnya mesin Asep panas juga.
Ah.. bodo amat sama si Dinda.. mending hajar yang di depan mata ajah..!
Pikir Asep yang akal sehatnya sudah ditendang jauh-jauh oleh nafsu.

Dan inilah yang diharapkan Dita.. Irma dan Eci. Tangan Asep yang tadinya pasif, mulai bergerak.
Mulanya dia mengelus-elus punggung Dita dan Irma yang membuat kedua gadis itu menggelinjang.

Lalu turun ke bawah.. meremas pantat empuk mereka..
Tak lupa menepuk-nepuk buntalan lemak menggiurkan itu. Dan tangan Asep semakin turun..
Hingga akhirnya sukses mencucuk memek Dita dan Irma secara bersamaan dengan jarinya.

“Ahhh..!!” Irma mengerang ketika jari Asep menembus belahan memeknya yang sudah sangat basah.
“Akhirnyaa.. Ahhh.. Sukseess kita Ir..!!” Racau Dita.
“Iiyaahhh.. Ahhh..!! Kalo udah gini Mas Asep mantep dehh..” timpal Irma.

Menggencarkan serangan..
Irma dan Dita saling mendekat dan kedua sahabat itu pun berciuman mesra tanpa tanggung.

Ini membuat kepala Asep semakin terjepit payudara mereka. Susu Dita yang montok dan empuk di kanan.
Dan susu Irma yang sedikit lebih kecil tapi padat dan sekal di kiri.

Asep balas menyerang dengan semakin gencar mengobel memek keduanya dengan dua jari.
Irma yang paling gampang orgasme pun bobol pertahanannya.

“Aduhh.. Ahhh.. Gua keluar.. Ahh.. Ditaaaa..!” Irma menggelinjang..
Membuat payudaranya yang masih menempel di wajah Asep bergerak liar.

Anjrit.. seumur idup belom pernah gua mimpi nih mata nyaris kecolok pentil.. pikir Asep.

Sementara Irma sedang di awang-awang.. Dita menurunkan tubuhnya agar bisa mencium bibir Asep.
Sambutan ciuman Asep meyakinkannya bahwa keraguan Asep sudah hilang.

Di bawah sana. Eci dengan khidmat menggerakkan tubuh mungilnya di atas kontol Asep.
Naik-turun.. maju-mundur.. diputar.. digoyang.. dikocok semuanya dia kerahkan.

Dengan memek mungilnya gerakan apapun terhadap kontol Asep memberi Eci kenikmatan tiada tara.
Bahkan dengan hanya diam pun..
Desakan kontol Asep yang sampai menyentuh bibir rahimnya sudah terasa nikmat..

Tapi Eci ingin lebih dan lebih. Gerakan tubuhnya yang liar membuat buah dadanya memantul-mantul liar.
Keringat mengalir deras di tubuhnya walau cuaca mulai sejuk sore itu.

Dan suasana sore yang damai itu pun dipenuhi bunyi kecipak memek banjir Eci yang sedang menggesek kontol Asep..
Diiringi lenguhan.. erangan.. desahan.. dan pekikan nikmat ketiga gadis berjilbab itu.

Eci terus mengejar kenikmatannya.. hingga akhirnya tubuh mungilnya tersentak..
Matanya terpejam dengan erangan nikmat keluar dari mulutnya.

“Gaahhhhhh.. Ahhhhh..!” Erangnya sambil mengejang di atas pangkuan Asep.
Asep sukses mengantar gadis mungil itu ke puncak kenikmatannya..
Tapi hebatnya.. gempuran dahsyat mulut dan memek Eci tidak cukup untuk membuatnya muncrat.

Eci menarik tubuhnya.. melepas memek hangatnya yang banjir bandang dari kontol Asep yang masih sangat keras.
Masih ngos-ngosan.. dia merebahkan tubuhnya di sebelah Dita, menggumam tak jelas.

“Mas Asep giliran aku yaaa..” bisik Irma manja di telinga Asep
Irma lalu berdiri dan menarik tangan Asep agar ikut berdiri.

Sekilas Asep melirik ke arah Dita..
Terlihat olehnya gadis itu sedang memeluk dan menggerayangi Eci yang masih lemas.

Setelah saling berciuman dalam posisi berdiri.. Irma berlutut di depan Asep.
“Hmmhhhm cupphh..” lidah Irma menjelajahi sekujur batang Asep.

Irma masih merasakan cairan memek Eci di kontol Asep, dan bukannya jijik, Irma justru tampak senang.
Seperti sedang menjilati es krim batangan.. Irma terlihat begitu menikmati mengulum batang kemaluan asep.
Sesekali mata bulatnya menatap binal ke mata Asep, membuat Asep semakin bergairah.

“Ahhh.. Uhhh.. Enakh bangethh Mbakkhh..” erang Asep yang merasa nikmat luar biasa.
“Slurrphh.. Puahh.. nih udah aku bersihin ya Maaas..” ujar Irma dengan manja.

Gadis jangkung itu berdiri kembali.. memeluk Asep dan melingkarkan tangannya di leher Asep.
Saat Asep meremas-remas pantat sekalnya.. Irma menaikkan salahsatu kakinya..
hingga lubang memeknya yang basah total merekah, siap untuk ditusuk.

Seperti lomba Ekiben tadi..
Asep menggunakan sebelah tangannya untuk mengarahkan kontolnya ke lubang nikmat Irma.
BLESH..! “Auhhhh.. Mas Aseeppphhh..!” Irma melenguh nikmat dengan suara serak-serak basahnya.

Asep mengira Irma ingin disetubuhi seperti ini..
Jadi mulai menggerakkan pinggulnya untuk menggenjot memek Irma.

Tapi tanpa disangkanya.. Irma meloncat secara tiba-tiba..
hingga tubuh Irma nemplok di pangkuannya.. persis seperti posisi lomba tadi.

Untung saja waktu itu Asep sedang meremas pantat bulat Irma..
hingga dia bisa menangkap tubuh semampai gadis itu.

Belum lama tadi Asep mengerahkan tenaganya hingga kelelahan bolak-balik halaman sambil menggendong Dinda..
tapi Asep tidak keberatan harus kembali mengambil posisi ini.

Instingnya yang sudah ‘on’ langsung menggempur memek Irma dengan gencar bagai piston.
Irma yang menggantungkan tubuhnya di badan Asep pun terlonjak-lonjak seiring pompaan kontol Asep yang ganas.

Irma terus mengerang-erang ‘ah’ dan ‘oh’ tanpa henti sambil menengadah.
Dalam posisi seperti ini.. Irma memasrahkan tubuhnya sepenuhnya di tangan Asep.

Sekarang dia bagai hanya sebuah boneka yang terlempar-lempar oleh sodokan brutal kontol Asep di memeknya.
Irma sangat menikmati posisinya yang tak berdaya.. takluk.. dan pasrah dikuasai oleh seorang pejantan..
yang tengah mengobrak-abrik tubuhnya tanpa bisa melawan.

Sedangkan Asep begitu menikmati dominasinya. Egonya sebagai seorang lelaki terpuaskan..
saat dia bisa menguasai tubuh gadis cantik berjilbab seperti Irma sepenuhnya.

“Ahhh.. Oohhhh.. Ahhh..!” Irma terus mendesah, mengerang, dengan penuh kepasrahan dan kenikmatan.
Tubuhnya yang indah seperti model bermandikan keringat.

Apalagi Asep.. tanpa harus berjalan bolak-balik seperti lomba tadi dan hanya diam di tempat..
Sambil menggenjot pun posisi ini sudah melelahkan. Tapi Asep sudah di puncak birahinya sekarang.

Nafsunya untuk menyikat tubuh gadis-gadis yang memancing birahinya sudah menguasai akal sehatnya.
Tadi sempat terkekang karena Eci mengambil kendali sementara dia ‘disandera’ Dita dan Irma, sekarang dia bebas.
Asep akan memberi pelajaran kepada mereka yang sudah memancing birahinya hingga nyaris gila.

Dan tiba-tiba terdengar pekikan Eci..
Asep yang melirik ke arahnya kaget melihat Dita sudah membenamkan kepalanya di selangkangan Eci.

Tampaknya Dita sedang asyik menyedot cairan cinta rekan kerja seniornya itu..
Karena bunyi seruput yang erotis terdengar sampai ke telinga Asep.

Melihat pemandangan permainan sesama jenis itu, Asep semakin bernafsu.
Cewek-cewek binal ini harus dihukum..! Tekad Asep dalam hati.

Sambil terus menggendong dan menggenjot Irma.. Asep melangkah mendekati dinding tembok tak jauh dari situ.
Begitu sampai, Asep langsung memepet tubuh ke tembok.
Irma memekik saat tubuhnya dengan seenaknya dihempas Asep ke tembok. Pekikan kaget, sakit, tapi juga nikmat.

Sekarang Irma dijepit tubuh Asep dan tembok..
membuat Asep bisa semakin leluasa dan gencar menyodok kontolnya dalam memek Irma.
Ibarat ditindih dalam posisi misionaris.. tapi dalam posisi vertikal.

“Ahh Mas Asephhh yang kencenggg.. Terusss.. Ahhh..!!” Irma memohon..
Merengek agar Asep terus menyetubuhinya semakin cepat.. semakin kasar.. semakin tidak manusiawi.

Kaki Irma sudah tidak memijak tanah.. tubuhnya hanya ditopang oleh kontol Asep.
Perasaan tidak berdaya ini membuai angan gadis modis berjilbab itu, membuatnya ketagihan.
Kepasrahan Irma adalah kenikmatan buat Asep.

Irma yang tak berdaya jadi sasaran empuk bagi kontol kerasnya. Irma hanya megap-megap..
Merem-melek tak berdaya memeknya dihujam habis-habisan oleh kontol perkasa Asep.

“Ahhhhh.. Ohhhh..!” Keduanya terus macu birahi dengan liar..
Tak peduli dengan keringat yang mengucur membanjiri tubuh mereka.

Sementara Irma juga semakin banjir di liang nikmatnya.. bersiap untuk orgasme super dahsyat yang segera tiba.
“Hhhaaaahhhhh.. Mas Aseppppphhhh..!!”
Irma berteriak keras memanggil namanya.. dan insting Asep pun langsung bekerja mendeteksi datangnya orgasme Irma.

Dia mengganti tusukan-tusukan pendeknya yang seperti piston dengan tusukan-tusukan panjang dengan hentakan kuat.
Tusukan Asep yang begitu dalam memicu gelombang kenikmatan di pusat syaraf Irma.

“Oooouuhhhhhhhhh..!” Irma melolong merasakan orgasme maksimalnya. Tubuhnya menggelepar dalam pelukan Asep.
Begitu seluruh otot di tubuhnya selesai berkontraksi, Irma merasa tubuh dan pikirannya begitu damai dan ringan.

“Hahhh.. hahh.. hahh..” Dengan nafas masih memburu.. Irma menatap mata Asep dengan matanya yang bulat indah.
Dia memandangi sang pejantan..
Yang sudah mempecundangi tubuhnya itu dengan pandangan antara mesra, takjub, dan pasrah.

Tak terpikirkan sekalipun pacarnya sendiri.. saat ini insting primitif liar Irma sebagai seorang wanita..
lebih tergila-gila dengan pemilik kontol perkasa yang memberinya kenikmatan duniawi.
Apalagi kontol itu masih menancap keras dalam memeknya.

Sang pejantan sendiri begitu lega melihat betinanya takluk di pelukannya. Ego Asep melambung tinggi.
Ditatap dengan penuh kepasrahan oleh Irma..
Asep tersenyum sombong sambil sesekali menyundul-nyundul memek Irma dengan kontolnya.

“Iihh Mas Aseeeepp..” desah Irma sambil terus menatap mata Asep dengan pasrah
Tapi Asep si pejantan tak punya waktu untuk terus bermesraan dengan Irma.
Dia masih punya satu target lagi untuk dihukum.

Irma melenguh kecewa ketika kontol Asep tercabut dari lubang memeknya. Gadis itu terduduk lemas..
Bersandar di dinding melihat Asep mendekati Dita yang saat itu sedang ber-69 dengan Eci.

Dita berada di atas, asyik menjilati memek dan kelentit Eci di bawahnya..
Sehingga dia tidak menyadari kedatangan Asep.

Dibiarkannya pantatnya menungging membelakangi Asep dan Irma..
memperlihatkan pantat dan belahan memeknya yang sedang dijilati Eci.

Hingga tiba-tiba.. “Ahhhh..!!!” Dita memekik seketika..
Saat memeknya tiba-tiba tertusuk benda kejal keras nan panjang milik Asep.

PLAK..! PLAK..! Asep lalu menampar pantat putih dan montok Dita..
menghukum gadis yang terlihat alim tapi sebenarnya super binal itu.

Tadi siang.. atas permintaan Dita, Asep menyetubuhinya dengan pelan-pelan dan mesra.
Tapi sekarang dia ingin mencoba kebalikannya.. seperti yang dilakukan Jejen di malam pertama.

Toh, Dita sendiri bilang dia suka main kasar.
Asep ingin melihat sebinal apa gadis yang sudah mengetahui rahasianya itu.

Dita menjerit-jerit nikmat ketika Asep semakin gencar menggenjot memeknya.
Bunyi kecipak dari memek basah Dita yang dipompa oleh kontol Asep mengiringi jeritannya.

Sibuk menikmati genjotan Asep, Dita melupakan memek Eci yang tadi dilahapnya.
Tapi Eci tak keberatan, karena dia disuguhi pemandangan fantastis.

Tepat di depan mukanya, dia bisa melihat dari dekat kontol Asep yang keluar-masuk memek tembem Dita.
Cairan cinta Dita yang melimpah memercik di setiap tusukan kontol Asep..
membasahi wajah dan kacamata Eci seperti hujan.

Dengan lahap Eci menjilat dan menelan setiap percikan cairan memek Dita yang kebetulan hinggap di mulutnya.
Lalu Eci mendongakkan kepalanya dan mengulurkan lidahnya sepanjang mungkin.. hingga mencapai kelentit Dita.

Sehingga Dita semakin histeris saat merasakan kelentitnya dijilat Eci..
padahal memeknya sendiri sedang digenjot kontol Asep.

Dita yang kelabakan.. ambruk menindih tubuh Eci. Kepalanya terbenam dalam jembut Eci.
Tapi Asep tidak memberinya ampun.
Dia ingin menaklukkan Dita sebelum gadis itu bisa membalas dengan kekuatan kedutan memek khasnya.

Jlebb-jlebb-jlebb-jlebb-jlebb..!! Asep terus menghantam kemaluan Dita dari belakang.
Sesekali dia menepuk.. menampar.. meremas.. dan mempermainkan pantat empuk Dita..
Hingga yang tadinya putih mulus menjadi kemerahan.

“Ngghhhahhhhh Mas Aseeppp..” Dita melenguh setelah berhasil mengangkat kepalanya dari selangkangan Eci.
Dita memang tidak bohong.. dia sangat menikmati percintaan mesra dengan Asep tadi siang.

Dia senang memegang kendali.. tapi dia juga seperti Irma..
Ketagihan dengan nikmatnya memasrahkan tubuhnya untuk didominasi oleh para pria.

Apalagi oleh para pria di bawah mereka seperti Asep, Reza, dan yang lainnya..
Yang sehari-hari biasa mereka suruh-suruh.
Membayangkannya saja sudah membuat memek Dita basah.

Dirinya yang dibesarkan dengan nilai-nilai agama oleh keluarganya.. dirinya yang tidak pernah pacaran..
Dirinya yang selalu berbusana sopan, dirinya yang selalu menjaga pandangan..

Perbedaan yang begitu mencolok antara kesehariannya dengan Dita yang saat ini telanjang bulat..
Menungging di atas memek wanita lain.. sedangkan alat kelaminnya yang mestinya suci itu..
Tengah dihajar habis-habisan oleh kontol pria yang posisinya lebih rendah darinya.

Perbedaan yang begitu kontras, tapi inilah yang dicari dan diinginkan Dita.
Mendominasi atau didominasi tak masalah, yang penting Dita bisa lari dari kehidupannya yang biasa.

Dita kembali memekik ketika Asep menarik pinggangnya dengan tiba-tiba.
Asep membawa gadis yang memeknya masih menancap di kontolnya itu agak jauh dari Eci.

Dia lalu merebahkan Dita dengan posisi miring..
Rupanya Asep ingin mencoba posisi baru yang belum pernah dicobanya.

Meniru Ari malam tadi yang menyetubuhi Dinda dengan posisi menyamping..
Asep lalu mulai menggerakkan pinggulnya untuk kembali menggenjot memek Dita.

Tangannya memeluk Dita erat sambil meremas pabrik susu gadis itu.
Dita bisa merasakan embusan nafas Asep yang memburu di dekat telinganya yang masih terbungkus jilbab.

Disetubuhi sambil dipeluk erat seperti ini, insting alami Dita sebagai wanita bangkit.
Kenikmatan tiada tara didapatnya justru saat dia dalam posisi tak berdaya.

Apapun yang pejantannya akan lakukan, Dita akan terima.
Karena dia adalah wanita.. yang ingin disetubuhi dan dibuahi.

Asep juga saat itu sudah dikuasai oleh instingnya sebagai seorang pria. Klop sudah.
Asep menggagahi Dita dalam posisi ini cukup lama, sebelum dia kembali mengganti posisi.

Keringat Dita bercucuran saat Asep menyeret tubuhnya yang sudah lemas bangun.
Kali ini Asep bersimpuh.. dengan Dita juga ikut bersimpuh di depannya dengan posisi membelakangi Asep.

Tubuh Dita miring ke depan.. sehingga Asep bebas merojok lubang memeknya dari belakang.
Agar tak jatuh ke depan.. tubuh Dita ditahan tangan Asep yang sedang mencengkram kedua payudaranya.

Nampaknya Asep ingin total menyetubuhi Dita dari belakang dengan brutal dalam sesi ini..
Setelah sebelumnya siang tadi mereka saling berhadapan dan bercinta dengan mesra.

Dita yang sudah digenjot daritadi mulai kewalahan.
Kulit tubuh dan wajahnya yang biasanya putih mulus tampak memerah..
akibat aktivitas fisik dan rangsangan seksual yang intens.

Tampang kalemnya nampak kusut.. jilbabnya sudah acak-acakan dan lepek oleh keringat.
Keringat yang mengucur di tubuhnya tidak usah ditanya lagi. Asep tak peduli.

Dia mulai menggenjot memek Dita dengan brutal.. sementara tangannya meremas-remas bukit susu Dita.
Dita mengerang pasrah.. merasakan kenikmatan yang terakumulasi dalam dirinya.

Sesaat lagi.. kenikmatan itu akan meledak dahsyat, melemparakannya ke langit ke tujuh.
Memek Dita mulai berkontraksi tanpa kendali, pikirannya sudah tak fokus..

Ssehingga dia tidak bisa mengendalikan kemampuan khususnya itu.
“Ahhh..! Mas Asep.. Mas Aseeep.. Mas Aseeeeppp..!!” Dita berteriak histeris

Dan Asep pun paham. Seperti Irma tadi..
Asep mengganti tusukan-tusukan cepat tapi dangkalnya dengan tusukan panjang dengan hentakan kuat.

Dan di ujung hentakan kontol Asep itu, Dita pun meledak. “Ahhhhhrrgghhhhhhhhhhhhhhhh..!!”
Dita menjerit kencang, tubuhnya tersentak-sentak. Otaknya serasa kosong.
Cahaya menyilaukan seolah menutupi semuanya.

Seperti Irma.. Dita pun merasakan dirinya begitu damai selepas orgasme.
“Nghhhhh..” Dita melenguh lirih menikmati sisa-sisa orgasmenya.

Memeknya terus berkedut tanpa henti, membasahi kontol Asep yang masih betah di sana dengan cairan cinta.
Dita terjerembab pasrah saat Asep melepas cengkraman di payudaranya.
Ini membuat kontol Asep terlepas keluar dari memeknya.

Selesai dengan Dita, Asep memandang sekeliling. Hampir tak percaya..
Asep sadar dia sukses memuaskan tiga wanita sekaligus..

Memporak-porandakan tubuh mereka hingga pasrah tak berdaya.
Dan hebatnya Asep sendiri belum keluar sekalipun. Gila.. Manteb banget gue.. batinnya.
Kontolnya yang masih berlumur lendir Dita terus mengacung tegak.

Sebenarnya pertahanan Asep sudah hampir jebol tadi.. setelah bersetubuh dengan tiga gadis berurutan.
Apalagi saat memek Dita mulai berkedut-kedut liar. Tapi untungnya Dita orgasme duluan.

Nah sekarang di mana Asep akan menumpahkan benihnya..?
Asep memandang Dita yang tertelungkup di lantai. Baru aja tadi siang buang pejuh di situ, pikirnya.

Lalu ke Irma yang terduduk lemas bersandar di dinding. Boleh nih, tapi tadi malem juga udah, timbang Asep.
Dan pandangan Asep kemudian tertuju ke Eci yang berbaring sambil mengangkang.

Belahan memeknya tampak mengkilat, penuh oleh cairan cinta.
Asep baru ingat, dia belum pernah crot di dalam memek Eci.

“Nggahhhh..!” Eci memekik kaget ketika Asep tiba-tiba menindih tubuh mungilnya.
Tanpa basa-basi Asep pun menusukkan kontolnya ke dalam memek sempit Eci.

Jleghh..!! Dalam satu tusukan kuat yang langsung menyundul bibir rahim gadis berkacamata itu.
Memek Eci yang banjir memudahkan penetrasi Asep..
Sehingga dia tidak kesulitan dalam menembus lubang sempit Eci.

Tapi buat Eci.. ditusuk benda sebesar kontol Asep dalam satu tusukan..!?
Wuahhhh..!! Sensasinya begitu luar biasa dan meng-overload syaraf nikmatnya.

Hingga Eci pun kembali orgasme – hanya dengan satu tusukan.
“Nggrrhhhhhhhhaahhhhhh..! Mas Aseeeppppp..!!”

Asep yang mengejar kenikmatannya sendiri tak peduli.
Dia terus menggenjot Eci saat gadis itu masih menggelinjang memekik-mekik nikmat.

Terus menusuk-nusuk memek Eci tanpa ampun.. sambil menindih tubuh gadis itu..
yang membuat puting susu Eci menggesek-gesek dada Asep.

Dan tak lama.. Asep merasa tubuhnya mulai menghangat..
Sesuatu menjalar dari tulang belakang ke seluruh tubuhnya..

Dan rasa nikmat luar biasa memenuhi kontolnya yang terbenam dalam memek Eci.
Rasa nikmat itu mengalir ke semua bagian tubuh yang lain, mengisi kepala Asep dengan rasa damai tak terkira.

CROT CROT CROT..! “Hngggrhkkkk..!!” Asep menggeram.. diiringi jeritan histeris Eci.
Gadis itu masih orgasme saat Asep menyemprot rahimnya dengan cairan kental hangat..
Membuat orgasme gadis itu semakin menjadi-jadi.

Asep tidak menyadari hal itu. Karena dia masih tenggelam dalam sisa kenikmatan orgasmenya.
Setelah rasa itu hilang dan nafasnya mulai tenang dia mencabut kontolnya dari memek Eci.
Tubuh gadis itu masih tersentak-sentak saat lubang nikmatnya sudah tak disumbat kontol Asep lagi.

Asep kembali berdiri dan memandang sekeliling. Lengkap sudah..!!
Dia sudah membuang pejunya sembarangan dalam memek keempat gadis itu.
Dinda.. Irma.. Dita.. dan terakhir tadi Eci.

Egonya sebagai lelaki melambung tinggi.
Sangat puas dengan pencapaiannya walaupun dia hanya keluar sekali.
Tubuhnya serasa jauh lebih lemas dibandingkan lomba tadi siang.

Dengan sempoyongan, Asep mendekati Irma untuk menuntaskan hasratnya yang terakhir.
“Mbak, bersihin lagi dong..” perintahnya. Irma menuruti tanpa protes.

Dia mengulum kontol Asep yang mulai melemas ke pangkalnya.. menggunakan mulut dan lidahnya..
untuk membersihkan kontol Asep dari berbagai cairan, termasuk miliknya sendiri.

Asep ingin menunjukkan dominasinya yang terakhir..
dengan menyuruh gadis itu membersihkan kontolnya yang sudah memperbudak mereka.

“.. Udah Mas Asep..” gumam Irma lirih saat kontol Asep terlepas dari mulutnya.
“Makasih Mbak..” katanya lemas.

Asep dengan sempoyongan meninggalkan Irma lalu mendudukkan tubuhnya yang lelah di kursi teras.
Manteb banget gue,, pikirnya memuji diri sendiri.

Sampai saat ini Dinda tak terbersit sekalipun dalam pikirannya. Bahkan dia tidak sadar..
Sebagai pemenang lomba:
Sebenarnya dia bisa menggunakan haknya untuk menyuruh ketiga gadis itu yang memegang kendali.
Dia tinggal diam dan menikmati.

Tapi rangsangan ketiga gadis itu telah membuat akal sehatnya ditendang keluar oleh insting dan nafsu binatangnya.
Lelah dan puas.. Asep pun tertidur.
Samar-samar Asep mendengar Eci meracau.. “Rencana kita berhasil.. Gals..”
-------ooOoo-------

“Woi Sep, bangun..! Udah Maghrib noh..” Asep terbangun oleh suara Reza.
Langit sudah gelap dengan semburat kuning tua sedikit tersisa di barat.

“Mandi sono gih.. kita lagi nunggu Mbak Eci sama si Jejen nyari makan..”
“Lo udah mandi Za....?”
“Udah lah, gua udah pake baju nih..” jawab Reza.

Dengan gontai Asep berjalan kamar mandi.
Masih bugil sambil menenteng bajunya yang dia lepas di teras siang tadi.

Di ruang tengah Asep mendapati Dinda duduk sendirian di sofa sambil mengutak-atik HPnya.
Gadis itu sudah berpakaian rapi dengan pakaian santai.

Asep bahkan bisa samar-samar mencium bau shampo dan body lotion khas cewek.
Di depan Dinda yang berpakaian, entah kenapa Asep merasa malu dan jengah bertelanjang.
Padahal sewaktu mereka bugil sama-sama, rasa itu tidak ada.

“Cieeee.. yang abis maen sama tigaan baru bangun nih..” goda Dinda tanpa rasa bersalah.
“Iye nih.. situ udah rapi ajah..” jawab Asep berbasa-basi.
“Iiya.. abis badan aku lengket disemburin peju tiga orang barbar itu..” ujar Dinda cuek.

Sial.. gua gak pengen denger detilnya.. rutuk Asep dalam hati.
“Udah.. sono mandi gih. Anduknya ambil yang dilipet di meja depan pintu kamar mandi..”
“Iya iya..”

Siraman air dingin perlahan mengembalikan akal sehat Asep yang sempat hilang.
Dia mengingat-ingat reward yang dia dapat.

Bisa menggarap tiga orang cewek sekaligus, benar-benar luar biasa.
Apalagi kalo Dinda juga ikut berempat. Wih.. mantap.. lamunnya.

Tapi Asep tiba-tiba teringat sesuatu. Tadi dia menyetubuhi Dita dengan kasar..
Langsung colok tanpa sepengetahuan Dita dan sampai menampar-nampar pantatnya.
Padahal Dita sudah cukup baik mau menyimpan rahasianya dan mendukung perasaannya terhadap Dinda.

Asep merasa bersalah.. memang sih dia ingat kalau Dita bilang dia juga suka dikasarin.
Tapi kalau yang tadi terlalu berlebihan, bisa jadi Dita sakit hati dan melaporkan rahasianya ke Eci.

Dan ngomong-ngomong soal Eci.. tadi siang dia merasa sedikit takut dengan Eci mendengar cerita Ari;
Tapi tadi dengan seenaknya Asep buang peju ke dalam rahim Eci tanpa permisi.

Bagaimana kalau dia marah..?
Asep mengutuk dirinya yang selalu kehilangan akal sehat sewaktu nafsu mengambil alih.
Gawat ini mah.. pikir Asep.

Bunyi ketukan di pintu mengagetkannya.. “Woi Sep..! Cepetan siah, mules nih..!” Teriak Ari di balik pintu.
Asep adalah yang terakhir mandi. Saat Eci dan Jejen berangkat mencari makan malam.. yang lain segera beristirahat.
Mandi.. membasuh semua keringat dan cairan lain yang menempel di tubuh mereka.

Dinda dan Irma lalu sibuk dengan HP mereka, berbalas pesan dengan pacar masing-masing.
Reza dan Ari duduk di ruang tengah menyaksikan pertandingan sepakbola di TV.

Sementara Asep nongkrong di halaman belakang sambil merokok.
Dia memandang halaman luas yang jadi tempat pesta gila mereka tadi siang.
Derik jangkrik menggantikan erangan dan lenguhan penuh nafsu di tempat itu.

“Mas Asep..” Asep menengok ke arah suara yang memanggilnya.
Dita tampak manis dengan piyama putih lengan panjang dan jilbab warna pink muda.

Gadis itu lalu duduk di sebelah Asep yang segera mematikan rokoknya.
“Mbak, m-maaf ya yang tadi sore..” ujar Asep dengan muka serius.
“Kok minta maaf..?”

“Abis.. Setelah sayah pikir-pikir lagi kok kayaknya saya kasar banget yah maennya sama kalian bertiga..”
Dita malah tertawa mendengar pengakuan Asep.

“Ya ampun Mas Asep ini kayak punya kepribadian ganda, beda banget sama yang tadi ngabisin kita..”
“Yah apalah.. pokoknya saya.. Trus tadi juga crot di dalem Mbak Eci gak bilang-bilang.. Takut sayah..”

“Iihh.. Mas Asep udah ah.. kita udah berkali-kali maen..
Udah tau luar dalam.. masa’ masih ga enakan sih..? Lagian kita seneng..
Kita bisa ngeliat sisi liarnya Mas Asep hehe.. Sukses deh rencana si Mpok..” potong Dita sambil tertawa.

“Kalo soal si Mpok Eci.. masa' Mas Asep belom tau tuh anak maniaknya kayak gimana..” sambungnya
Asep menggaruk-garuk kepalanya.. ”Iya juga ya..” Beneran gua dimanfaatin mereka kalo gini.. pikir Asep.

Dia pikir dia sudah menaklukkan mereka.. tak taunya malah dia yang sengaja dipancing oleh para gadis itu.
Dan dia pun menyambar umpan mereka dengan lahap.

“Mas Asep kenapa gak ikut nonton bola sama Reza & Ari..?” Dita mengalihkan pembicaraan
“Gak suka liga lokal saya mah.. Mbak Dita gak ngumpul sama yang lain..?”
“Si Irma ama Dinda lagi sibuk BBM-an sama pacarnya kali.. aku ya pasti dikacangin..”
“Ooh..”

“Gimana Mas Asep, udah mulai biasa..?” Tanya Dita.
“Yah.. masih sulit sih Mbak.. saya masih grogi nih. Bener kata Mbak Irma.. sayah susah panasnya hehe..”

“Karena ada Dinda..?” Tanya Dita dengan suara pelan dan sedikit menengok ke belakang..
memastikan tidak ada yang mencuri dengar

“Yaa.. itu salahsatunya Mbak. Saya jadi rada malu.. yang lain rela bagi-bagi..
Tapi saya egois gini pengen dia buat saya seorang..” Asep curhat dengan polosnya

“Aku ngerti kok, Mas Asep kan sukanya udah dari dulu kan sebelum di sini.
Tapi ada alasannya Mbak Eci bikin peraturan gak boleh bawa perasaan, buat kenyamanan kita juga..” jelas Dita.
“Biar gak ada yang rebutan dan monopoli kayak sayah gitu Mbak..?”

Dita tampak berpikir.. ”Iya.. itu juga. Tapi lebih ke arah ngebentuk mindset kita para cewek.
Tanpa ngebawa perasaan kita nganggap acara ini cuman permainan fisik.. hepi-hepi buat ngelepas stres.
Jadi aku gak perlu mikir ‘emang aku rela ya dijamah sama Mas Jejen’ misalnya.
Atau Dinda dan Irma ngerasa bersalah karena ngentotin cowok selain pacar mereka gitu..”

Asep manggut-manggut.. sekarang dia mendapat jawaban kenapa para gadis itu dengan rela dan cueknya..
membiarkan tubuh mereka dimainkan Asep dan yang lain.. biarpun masih tidak masuk di akal bagi Asep.

Entahlah.. mungkin dia sendiri masih lugu dan kampungan, pikir Asep.
Pikirannya yang polos tidak bisa connect dengan para gadis kota itu.

Masih ada pertanyaan soal pandangan mereka soal konsekuensi dosa dan moral..
Tapi Asep memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh.
Kalo soal dosa dan moral mah itu pandangan pribadi.. batin Asep.

“Jadi kalo saya gak sampe bikin gak nyaman yang lain..
Trus gak ngemonopoli Dinda, gak papa kan saya punya rasa..?” Tanya Asep memastikan.
“Ya kalo Mas Asep rela cemburu terus dan nanggung beban sendiri mikirin dia terus..”

“Ya jadi sayah harus gimana Mbak..?” Asep garuk-garuk kepala.
“Hmm..? Aku gak bilang itu gak baik Mas Asep.. Aku .. Udah lama gak ngerasain cemburu..
dan rasanya kepikiran terus sama orang yang aku suka..” jawab Dita dengan ekspresi hampa.

Lho lho lho.. kok malah dia yang curhat..?

CONTIECROTT..!!

-------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------

Cerita 100 – Pesta di Akhir Pekan

---------------------------------------------------
Chapter 7: Tebak-tebakan di Malam Minggu
---------------------------------------------------


“Ah.. masa' sih Mbak gak ada yang pernah naksir..?” Ujar Asep
“Yang ngedeketin ada sih beberapa.. tapi aku kan pemalu hehe..” jawab Dita sambil tersenyum tipis..
tapi masih memandang halaman belakang dengan hampa.

Dua hari lalu Asep masih percaya kalau gadis manis itu memang pemalu.
Tapi sekarang, yah.. kontolnya sudah bersarang di memek gadis itu berkali-kali tanpa malu-malu.

“Kalo naksir cowok..?”
“Hmm.. Aku ngefans sama beberapa artis cowok juga sih..”
“Yee bukan itu maksud sayah, mbak..”

“Hehe.. iiya aku tau.. Yaa aku juga kan cewek Mas Asep, wajarlah kalo pernah..”
“Oohh..”
Asep meraih gelas berisi kopi di sebelahnya. Merokok sambil ngopi, memang kebiasaan favorit Asep.

“Aku waktu kuliah diperkosa sama temen seangkatan yang udah aku anggap kakak sendiri..”
PFFFFTTT..!! Asep langsung menyemburkan kopi dalam mulutnya mendengar perkataan Dita yang begitu tiba-tiba.

Dita tak mempedulikan Asep yang gelagapan dan sibuk menyeka mulut. Dia melanjutkan ceritanya dengan muka kalem.
“Padahal aku rada-rada naksir dia.. eh ternyata penjahat kelamin juga biarpun tampangnya alim..”

“Jadi.. mmm, pertama sama dia Mbak..?” Tanya Asep yang masih menyeka mulutnya
“Iiya.. Dan parahnya abis dia, temen-temenya langsung ngegilir aku.
Bayangin coba Mas Asep.. udah ilang perawan.. digilir pula. Pada keluar di dalem lagi..”
Jelas Dita.. masih dengan wajah tenang. Sementara Asep malah melongo mendengar cerita Dita.

“Mas Asep pasti penasaran kan gimana ceritanya kita bisa kayak gini..?” Tanya Dita sambil tersenyum.
Asep hanya bisa mengangguk.
Sekali lagi Dita bisa menebak isi hatinya. Memang yang diam yang paling menghanyutkan.

Dita pun melanjutkan ceritanya.. “Kampus aku itu biarpun gak terkenal ternyata punya rahasia.
Cowok-cowoknya punya tradisi buat merawanin dan ngejadiin cewek-cewek di sana jadi budak seks mereka..
Gak peduli apa itu cewek gaul atau yang jilbaban kayak aku..”

“Masa' gak ketauan..? Gak ada yang lapor polisi gituh Mbak..?”
“Mereka punya sistem, aku sendiri gak tau gimana, yang pasti efektif banget. Aku gak bisa bilang siapa-siapa..
Cuman bisa pasrah.. tau-tau semua cowok seangkatan udah ngerasain badan aku.
Dan temen-temen cewek aku juga akhirnya kena semua..”
“Wew..” Asep tak tau harus berkata apa.

Dita melanjutkan ceritanya. Betapa dia sering digilir dan digangbang oleh teman-teman kuliahnya.
Ataupun ikut orgy berkedok rapat organisasi kampus.
Asep semakin melongo ketika dia mendengar Dita dioper seperti barang oleh teman-teman kuliahnya.

Dan puncaknya di acara perpisahan sebelum wisuda..
Angkatan Dita menggelar pesta seks massal di sebuah bumi perkemahan.
Dita menceritakan semua itu dengan muka datar tanpa raut sedih sedikitpun.

“Abis lulus aku langsung kerja di tempat sekarang..
Rada jauh dari rumah sih.. tapi untungnya jadi jarang ketemu mereka..”

“Temen-temen kuliah Mbak maksudnya..?”
“Iiya.. Aku bisa lepas dari mereka, jadi bisa mulai hidup baru..”

“Wah.. saya mah gak tau apa-apa soal pesiko-logi, tapi saya kagum..
liat Mbak yang gak trauma abis pengalaman kayak gitu..” cetus Asep.
“Yakin aku gak trauma..?”
“Eh..?”

“Mas Asep udah berapakali ngentotin aku coba..? Liatin aku digilir sama yang lain..?”
Asep hanya bisa garuk-garuk kepala tak mengerti.

“Aku rencananya pingin mulai dari nol, mulai hidup baru. Tapi.. kayaknya otak aku udah terlanjur konslet deh.
Kalo ada temen atau keluarga ngejodoh-jodohin aku ama cowok yang katanya mapan.. akhlaknya bagus, dan lain-lain..
Tapi aku malah kepikiran kontolnya kayak gimana ya..? Maennya kuat gak ya hahaha..
Ngeliat cowok.. yang ada di pikiran malah gimana rasanya dientotin mereka.. Jadi maaf ya Mas Asep..
Waktu kenalan dulu aku kayak yang sombong jarang ngajak ngomong hahaha..”
Dita tertawa tapi Asep bisa mendengar kehampaan dalam tawanya.

“Yah.. akhirnya aku gak tahan dan cerita ke si Mpok Eci. Eh bukannya nasehatin, dia malah ikutan curhat sambil nangis.
Katanya gak kuat nahan nafsu juga kayak aku..”
“Oohh..” Asep mulai paham.

“Jadi kalian semua kayak begini karena pengalaman masa lalu gitu yah..?”
“Nggak kok, cuman aku..” tukas Dita cuek.
“Eh..!?”

“Yang pengalamannya bombastis kayak gitu cuman aku doang kok. Yang lain biasa aja..”
“Masa' sih Mbak..?” Asep semakin bingung.

“Si Mpok waktu kuliahnya rada badung.. jadi dia pacaran bebas gitu deh sama beberapa cowok.
Pas kerja katanya mau tobat tapi malah ketemu aku hehehe.. Udah nasib kali ya..”

“Kalo.. Mbak Irma..?”
“Dia sih awalnya baik-baik pas kuliah, tapi pacarnya yang sekarang - yang gak direstuin Ortunya itu..
merawanin dia dan ngenalin dia ama seks. Susah juga sih ngeyakinin dia biar ikut pesta ini, tapi akhirnya mau juga.
Pas awal-awal dia malu-malu banget, eh sekarang jadi doyan kontol juga kayak kita. Emang bakat kali tuh anak..”

Asep terdiam, otaknya tak mampu memproses informasi absurd dari mulut gadis berpenampilan alim di sebelahnya.

“Mas Asep gak nanya soal Dinda..?” Tanya Dita yang menohok hati Asep.
“I-itu.. Yah saya juga.. Iyah Mbak saya pengen tau..” Asep menyerah.

“Mau tau apa mau tau banget..?”
“Banget Mbak..!” Dita tertawa melihat Asep begitu desperate.

“Jadi Dinda.. Mmmm, dulu sih kita gak ada niatan buat ngajak Dinda. Kita juga liatnya dia cewek polos dan baik-baik.
Tapi kemudian Reza gak sengaja ngeliat Dinda lagi ngentot sama pacarnya di kosan Dinda..”

“.. Pacarnya yang si Anto itu..?” Hati Asep tak karuan mendengarnya.
“Iiya. Mas Asep patah hati..?” Goda Dita.
“Ah, gimana lagi Mbak, emang mereka udah pacaran dari dulu, sayah bisa apa..”

“Intinya.. kita tau Dinda gak sepolos yang kita duga.. jadi yah.. kayak Irma kita undang juga.
Dan sama kayak Irma akhirnya dia ketagihan juga..”

Asep menggeleng-gelengkan kepalanya.. “Saya gak ngerti Mbak. Terus terang saya gak ngerti.
Mungkin kasusnya Mbak Dita.. –maaf ya Mbak- atau juga Mbak Eci, saya bisa paham kenapa jadi beginih.
Tapi saya gak abis pikir soal Mbak Irma sama Dinda.
Okelah kalo mereka gak perawan karena udah dijamah pacar masing-masing.
Segitu mah menurut sayah yang orang kampung ini udah gak aneh di jaman modern sekarang.
Tapi sampe mau digilir sama kita-kita yang bukan pacar mereka..
Di pesta gila kayak gini menurut sayah gak masuk akal Mbak..”

Dita tersenyum melihat wajah Asep yang begitu serius.
“Kadang.. Banyak hal di dunia ini yang kita gak ngerti, kita anggap gak masuk akal, tapi terjadi juga.
Dulu waktu aku digilir bolak-balik sana-sini aku anggap itu gak masuk akal banget..
kayak cerita-cerita panas di internet gitu.. tapi aku ngalamin sendiri. Aku bisa lulus..
dan dapet kerja tanpa trauma abis digituin selama kuliah juga sebenarnya ajaib banget, tapi kejadian juga.
Terus aku dapet temen kerja yang keliatannya baik-baik.. tapi ternyata senasib sama aku..
kayaknya kebetulan banget. Tapi beneran lho..”

“Jadi, ini semacam takdir gitu.. empat cewek kayak kalian bisa ngumpul bareng di satu tempat dan bikin grup ini..?”

Dita mengangkat bahu.. “Yah, kalau memang ini udah takdir kita-kita yang diem-diem punya kelainan soal seks..
atau hanya kebetulan kita bisa ketemu ya anggap aja begitu..”

Asep menggaruk-garuk kepalanya.
Kalo cerita ini gua tulis di internet, yang baca pasti protes karena beneran gak masuk akal.. batinnya.

“Dan mungkin, takdir juga Mas Asep bisa gabung di grup ini. Mas Asep nyesel setelah ngeliat kita kayak gini..?”
Tanya Dita pada Asep yang masih kalut.

“Yah.. Saya gak munafik Mbak. Saya juga punya nafsu, saya juga butuh pelampiasan..
Jadi yah saya sih seneng-seneng aja. Tapi saya mah kaget aja Mbak, dunia yang sayah kenal serasa runtuh..”

“Trus, ngeliat Dinda kayak gini perasaan Mas Asep gimana..?”
Asep hanya diam tak mampu menjawab pertanyaan Dita yang menohok hatinya.

Dia masih berpikir keras ketika terdengar suara ramai dari ruang tengah.
“Eh.. itu suaranya si Mpok Eci. Udah pulang mereka..” potong Dita.

“Yuk, kita ke dalem aja..” tambahnya sambil bangkit dan berjalan ke arah pintu.
Asep tak punya pilihan selain mengikuti Dita, walau masih banyak pertanyaan di kepalanya.

Di ruang tengah Eci membagikan makan malam mereka. Di sudut ruang tampak Ari, Reza, dan Jejen berkumpul.
“Sep..! Makannya di sini aja, kita mo ngebahas games berikutnya..!” panggil Ari. Asep menurut saja.

Cerita Dita barusan dilupakannya sejenak ketika Ari mengumumkan konsep games berikutnya.
-------ooOoo-------

“Oke, tadi kita para cowok udah dites fisik sama permainan hasil ide kalian..
Sekarang giliran kita yang ngetes kalian-kalian para cewek..” Reza berpidato seusai makan malam.

“Tapi kita gak akan ngetes fisik, kita mau ngetes daya ingat kalian..” tambah Reza yang disambut anggukan Ari.
“Maksudnya..? Jangan yang susah-susah ah, Reza..” tanya Irma dengan khawatir..
karena dia yang memang paling lemot di antara yang lain.

“Tenang aja Ir, paling lo kalah lagi..” ledek Dita.
“Ah gak mau gua.. dari kemarin kalah terus.. Masa’ yang punya rumah gak pernah menang..?”
Rajuk Irma sambil manyun.

“Udah udah.. dengerin dulu nih. Kita mau ngetes seberapa familiar kalian sama kontol kita-kita..”
Potong Ari menenangkan suasana.
“Hah..!?” serempak para gadis heran

“Yap.. dengan ini lomba tebak kontol dibuka..!” Seru Reza tak mempedulikan reaksi para cewek
“Ayo ayo mulai.. buka bajunya semua..” perintah Ari pada para gadis yang masih berdiri keheranan.

Mereka saling memandang, tapi akhirnya menurut saja melepas pakaian mereka.
Ternyata di balik piyama dan baju santai yang mereka kenakan sehabis mandi..
mereka tidak mengenakan pakaian dalam.

Dengan menyisakan jilbab seperti sebelumnya.. para gadis sudah bugil total dan berdiri berjajar.
Asep mestinya sudah terbiasa..
Namun pemandangan absurd tapi erotis seperti ini selalu berhasil memancing pedang Asep untuk naik.

“Sep, ayo..!” Ajak Jejen
“Oh.. iya hayu..” Asep dan Jejen melaksanakan tugasnya seperti yang direncanakan.

Mereka bertugas menutup mata para gadis dengan kain yang sudah disediakan.
“Permisi ya Mbak..” Asep melingkarkan kain penutup mata di kepala Eci.

“Duh.. maksudnya apaan nih Sep..? Gak ngerti aku mah..” protes Dinda yang masih bingung di sebelah Eci
“Ntar liat aja deh..”

Sementara Jejen dan Asep melaksanakan tugas masing-masing..
Reza menjelaskan aturan main dari lomba tebak kontol ini.

Intinya.. para cewek dengan mata tertutup akan digilir oleh keempat cowok itu..
Dengan urutan yang nantinya para cewek harus tebak. Misalnya.. Asep-Reza-Jejen-Ari.

Yang bisa menebak semuanya dengan benar adalah pemenangnya..
Dan yang paling banyak salah menebak adalah yang kalah.

“Ari udah mikirin reward-nya belum..?” Tanya Eci.
“Tadi kan yang menang dapet hadiah.. sementara yang kalah gak dihukum apa-apa.
Nah.. sekarang gantian. Yang kalah bakal kena hukuman..” jelas Ari.

“Hagh siah Irma..” ledek Jejen menakut-nakuti Irma yang matanya sedang dia tutup dengan kain
“Ah.. aku gak mau kalah lagi pokoknya..!” Rengek Irma putus asa.

“Waduh.. kayaknya aku bisa kalah nih..” gumam Dinda yang matanya sedang ditutup oleh Asep.
“Ah gampang kok.. gak usah takut gitu.. Eh terlalu kenceng gak ngiketnya..?”

Asep mencoba menenangkan Dinda, curi-curi kesempatan.
“Gak kok.. Hehe, iya juga ya mungkin gak bakalan susah..” jawab Dinda sambil tersenyum.

Reza meneruskan penjelasannya:
"Nanti para cewek akan dapat kesempatan menyepong tiap kontol selama 3 menit..
Kemudian penetrasi juga 3 menit per kontol. Dan terakhir penetrasi 30 detik per kontol.
Jadi para gadis punya 3 kesempatan untuk merasakan dan mengira-ngira..
Kontol siapa saja yang masuk ke mulut dan memek mereka.
Dan setelah semuanya selesai.. barulah mereka akan menebak urutan yang benar.

Sebenarnya ronde terakhir.. saat waktu kontak antara kontol dan memek sangat singkat adalah bonus..
Sekaligus rintangan yang disiapkan Ari dkk buat para cewek.. tetapi mereka masih belum menyadarinya.

Sekarang Irma.. Dita.. Eci.. dan Dinda berjejer rapi dengan mata tertutup kain.
Mereka berlutut.. dengan tangan di balik punggung sesuai perintah Reza.
Mereka terlihat seperti tawanan perang yang siap dieksekusi.

Melihat para gadis itu dalam kondisi pasrah.. tak ayal Asep dan yang lain terpacu birahinya.
Walaupun Reza.. Ari.. dan Jejen sudah sering menyetubuhi mereka.. bahkan sebelum pesta ini..

Tapi jarang mereka bisa mengambil kendali seperti ini.
Karena biasanya merekalah yang didominasi oleh para cewek.. tak jauh beda seperti waktu di kantor.

“Untung lo ikut Sep, kita bisa bikin mereka kayak gini..” bisik Reza.
“Emang gak pernah games kayak gini atau tadi siang..?” Tanya Asep heran.
“Susah Sep, kan cowoknya kurang..”

Asep hanya manggut-manggut.. sementara Ari mem-briefing team cowok sekali lagi.
“Inget yah.. jangan terlalu banyak pegang-pegang kalo gak perlu, trus jangan bersuara.

Si Reza yang pegang pluit sama stopwatch. Inget kan urutannya..?”
“Sip, hayolah..” jawab Jejen.

PRIIIITTTT..! Reza meniup peluit.
Serempak Asep dkk mendekati para cewek tanpa bersuara dengan kontol menghunus tegak.
Untung tinggi mereka tak terlalu beda jauh.. jadi sulit untuk menebak dari tinggi badan.

Dinda tersentak kaget ketika ada kepala kontol menyentuh bibirnya. Lalu tanpa bisa melihat..
Dinda dengan hati-hati mengecup dan merasakan benda keras panjang yang ada di depan mulutnya.

Di sebelah Dinda.. Eci mengulum kontol jatahnya dengan pelan..
Mencoba mengenali karakteristik kontol di mulut mungilnya dengan menggerakkan kepalanya perlahan.

Lain dengan Dita.. gadis itu menelan kontol di depannya sampai ke pangkal..
Tak peduli sampai harus menelan jembut si pemilik kontol.

Beda dengan Eci.. mulut Dita tidak bergerak sama sekali.
Sepertinya dia sedang mengukur panjang dan diameter dari kontol jatahnya.

Sementara Irma hanya memasukkan ujung kontol dalam bibirnya.. sambil sesekali dijilat seperti es krim.
Irma lebih memilih strategi mengenali kontol dari karakteristik kepalanya yang khas.

Bunyi seruputan dan jilatan memenuhi ruangan itu. Tak ada bunyi lain atau secercah suara..
Karena para cowok harus menahan suaranya..

Walaupun rasanya nikmat luar biasa disepong dengan penuh konsentrasi oleh para gadis.
Hingga akhirnya bunyi peluit memecah keheningan. PRITTT..!!

“Duh, tadi siapa yaaa..?” Irma menggumam cemas.
“Iih.. aku sampe ngeces gini..” Dita mengusap liurnya yang tumpah..
sebelum kembali menyimpan tangannya di balik badan.
“Hmm, susah juga yaaa..” timpal Eci, sementara Dinda diam saja.. tapi tampak sibuk berpikir.

Masih tanpa suara.. para cowok bertukar posisi dengan urutan yang sudah disepakati sebelumnya.
Kembali keempat gadis berjilbab itu mengisi mulut mereka dengan kemaluan pria tanpa segan.

Pemandangannya sungguh sangat erotis..
Para wanita yang berlutut dengan mata tertutup dan tangan di belakang badan..

Nampak seperti sekelompok budak seks. Para pria yang sedang menyumpal mulut mereka dengan kontol..
Berkacak pinggang tanpa suara bagaikan tuan dari para budak seks itu.

PRITTT..!! Bunyi peluit kembali terdengar setelah 3 menit. Dinda dan yang lain langsung mengambil nafas..
Sebelum kontol urutan ketiga mengisi mulut mereka yang seharusnya suci itu.

“Hmmpphhh.. cplkcleppppkkkcleppeeep.. sluurrrrpppp..”
Cercap.. decak.. dan bebunyian seruputan yang erotis kembali menggema.

Asep adalah urutan ketiga buat Dinda.
Melihat ke bawah.. Dinda tampak begitu semangat menyedot kontol Asep.

Lidah gadis manis itu mempermainkan batang Asep..
Mencoba mengenali siapa pemilik kontol yang mengisi rongga mulutnya.

Melihat binalnya Dinda saat itu, Asep teringat apa yang dijelaskan Dita.
Hatinya masih belum bisa menerima. Apa sesimpel itu..?

Masa’ dengan mudahnya Dinda, yang tidak punya masa lalu sewarna-warni Dita, bisa jadi seperti sekarang..?
Tapi bagaimanapun.. itulah kenyataannya.

Dinda yang dulu Asep anggap gadis biasa saja.. sekarang sedang berlutut dengan mata tertutup.
Telanjang bulat.. dan tanpa malu-malu menelan kontol Asep.

Asep sendiri tidak bisa munafik, dia sudah mencicipi tubuh gadis itu..
dan dia sudah melihat teman-temannya ikut menikmati.
Sekali lagi.. syarat yang diajukan Eci agar Asep bersikap biasa setelah semuanya selesai terasa semakin sulit.

PRITTT..! Lamunan Asep buyar oleh bunyi peluit. Serempak para pria menarik kontol masing-masing..
dari lubang tempat mereka bersarang selama tiga menit ke belakang.

“Hmm kayaknya aku tau deh yang tadi..” Dinda menggumam..
Yang membuat Asep berbunga-bunga mendengarnya. Dia hapal kontol gue..!

Sesi keempat pun dimulai. Tampaknya semua sudah tidak kebingungan lagi dengan peran masing-masing.
Hanya saja bila di awal para cewek bisa menebak lewat bau khas kontol setiap pria..
Sekarang setelah dikulum berkali-kali tentu baunya sudah hilang.

Reza dan yang lain juga harus menjaga agar tidak ejakulasi. Mereka harus bertahan sampai permainan selesai.
PRITTT..! PRITTT..! PRITTT..! Reza meniup peluit tigakali, tanda sesi blowjob selesai.

Semuanya menarik nafas lega, rehat sebentar mengambil nafas.
“Kayaknya aku ada gambaran deh, tapi ada yang aku gak yakin..” ujar Irma.
“Inget-inget sekarang Ir.. nanti lupa..” saran Eci.

Tak lama, Ari memberi komando.
“Oke.. cewek-cewek.. semuanya nungging, kakinya direnggangin dikit.. yak gitu..!”

Sekarang pantat Irma.. Dita.. Eci.. dan Dinda menghadap ke arah para cowok.
Tampak lubang memek mereka yang sudah merekah basah..
Terangsang oleh kontak antara kontol dengan mulut mereka sebelumnya.

Jejen menyikut Reza sambil nyengir tanpa suara. Asep sudah tidak mau berpikir lagi.
Sebagai teman yang baik, Asep ikut saja dengan kemauan mereka.
Sebagai anggota baru dari klub gila ini.

PRITTT..!! Peluit tanda mulai sudah ditiup oleh Reza.
Sebelumnya Ari mengingatkan teman-temannya:
Agar jangan sampai ejakulasi.. dan meminimalisir rabaan dan gerayangan yang tidak perlu.

Bagaimana cara mereka menggenjot memek jatah masing-masing, itu terserah mereka.
Tentu, masih tanpa suara yang bisa mengungkap identitas mereka.

“Ah kok aku jadi deg-degan ya..” ujar Eci yang merasakan pantatnya dipegang sepasang tangan misterius.
“Iiya Mbak.. gak pernah ya kita maen sambil ditutup mata gini..” balas Dinda.

“Jadi khawatir memek kita malah dimasukin yang lain ya Mpok..?” Ledek Dita.
“Ah elu Dit.. bisa aj-AHH..! Udah masuk aja iiihhhh..” erang Eci yang dicoblos tiba-tiba.

“Ahhh.. Ini beneran kontol..” desah Dita.. sementara di sebelahnya Irma hanya melenguh lirih.
Memek keempat gadis berjilbab yang sedang nungging itu lalu dipompa dengan tempo dan gaya berbeda-beda.

Memang sulit untuk mengukur dimensi dan bentuk dari kontol dengan memek..
Apalagi buat Eci.. kontol apapun akan mentok dalam memeknya yang sempit.

Jadi mereka diberi kemudahan:
Dengan membiarkan para cowok menggenjot sesuai gaya dan ritme khas masing-masing..

Sehingga setidaknya para cewek bisa menebak dari situ.
Dipadukan dengan data yang mereka dapat dari mulut mereka saat sesi blowjob tadi.

Setidaknya itu teorinya. Namun yang namanya kelamin bertemu..?
Pasti rasa nikmat mulai perlahan menggantikan kemampuan berpikir dan mengolah informasi.

Keempat gadis berjilbab itu mulai mendesah-desah erotis saat memek mereka digenjot bersamaan.
Payudara mereka yang bergantung mengayun-ayun indah.

Keringat mulai membasahi tubuh mereka..
Gaya gravitasi mengarahkan bulir-bulir keringat mereka ke titik paling rendah:

Puting susu mereka yang sudah mengacung tegak.
Yang kemudian jatuh memercik seiring ayunan bukit susu keempat gadis itu.

“Ahhh.. Bener ini yang aku tebak..” lenguh Dita.
“Mmmhh.. Ahhh.. Yang ini juga..” balas Dinda sambil megap-megap.

PRITTT..!!
"Aiiihhhh..!!"
"Iiiccchhh..!!"
"Uggghhhhh..!!"
"Ouwhhhh..!!"
Keempat gadis itu hampir serempak memekik terkejut..
Saat kontol di memek masing-masing tercabut tiba-tiba seiring bunyi peluit.

Pekikan kembali terdengar sesaat kemudian.. saat lubang nikmat mereka kembali tersumpal kontol.
“Ahhhh.. susah ih ini nebaknya..!!” Racau Irma yang tampak sudah kepayahan menahan kenikmatannya

Mendengarnya.. pria di belakang Irma malah semakin cepat menggenjot memek gadis tinggi semampai itu.
Membuat Irma semakin berteriak nikmat. “Ahh.. bodo amat ahh.. Ahh.. Yang penting.. Nghhh enakkk..!”

Sementara yang lain sibuk berpikir.. siapa yang sedang mengaduk-aduk lubang kenikmatan mereka saat ini.
Mencocokkan dengan tebakan mereka sementara dari sesi sebelumnya.

PRITTT..! “Yaaahhhhh..!” Irma melenguh kecewa..
Ketika kontol di memeknya lepas.. padahal dia hampir mencapai puncak kenikmatan.

Begitu kontol yang lain mulai masuk.. dia malah mendorong pantatnya ke belakang dengan agresif.
Seandainya yang lain bisa melihat.. tentu mereka akan menasihati Irma agar konsentrasi.
Tapi masing-masing masih sibuk sendiri.

Seperti tadi.. urutan ketiga untuk Dinda adalah Asep. Melihat punggung tipis nan mulus Dinda..
Pantat bulatnya.. dan tentu lubang memeknya yang merekah.. Asep menelan ludah.
Dia bingung.. seperti apa dia harus memompa memek Dinda..?

Tak mau kehilangan waktu 3 menitnya yang berharga.. Asep mulai memasukkan kontolnya dalam memek Dinda.
Masih tak yakin.. Asep hanya menggenjot Dinda dengan tempo standar.
Mestinya dia bisa menikmati.. tapi kondisinya tidak memungkinkan.

Selama tiga menit itu pikiran Asep kembali melayang.
Selama ini diam-diam dia sudah mengumpulkan informasi tentang Dinda.

Gadis itu berasal dari kota kecil di Jawa Barat. Ayahnya adalah mantri desa.. ibunya ibu rumah tangga.
Punya beberapa kakak yang sebagian sudah menikah. Tak ada yang aneh.
Mulai berpacaran dengan Anto tak lama setelah diterima bekerja di kantornya yang sekarang.

Asep sudah beberapakali melihat Anto dan Dinda bersama.
Anto walaupun beda departemen cukup akrab dengan Jejen dkk..

Mereka sering main futsal atau konvoi jalan-jalan bersama.
Walau cemburu.. harus diakuinya dirinya memang kalah dengan Anto.

Dan melihat gaya pacaran mereka, masih tampak normal buat Asep..
walaupun tadi Dita bilang Antolah yang pertama memerawani Dinda.

Apakah pria itu yang mengubah Dinda jadi gadis maniak seks seperti ini..?
Mungkin Anto bukanlah pria yang benar-benar alim..

Toh dia sudah berani berhubungan suami-istri dengan pacarnya sebelum menikah.
Tapi rasanya tidak mungkin hanya satu pria bisa mengubah gadis seperti Dinda jadi begini.

PRITTT..!! Ah sial.. kebanyakan mikir malah gak bisa nikmatin.. rutuk Asep kesal.

Dicabutnya kontol miliknya dari memek Dinda yang diiring lenguhan manja gadis itu.
Sementara terdengar protes Irma yang lagi-lagi nyaris meraih orgasme tapi gagal.

Para cowok sebisa mungkin menahan tawa melihat Irma yang frustrasi.
Termasuk Asep yang segera mulai berpindah posisi ke jatahnya saat ini.

Tak lama kemudian suara-suara erotis kembali memenuhi ruangan itu.
Memek para gadis semakin basah..
Sehingga bunyi kocokan kontol yang menerjang-nerjang memek yang banjir semakin keras.

Begitupun erangan dan lenguhan keempat gadis berjilbab itu.
Irma terus berusaha menggapai kenikmatannya hingga akhirnya ia memekik nikmat..

Dan tubuhnya tersentak-sentak liar. “Ahhh akhirnyaaa..!!” Erang Irma puas.
“Iiih Ir.. lo keluar ya..!?” Tanya Dita mendengar kehebohan Irma.
“Iyaa Dit.. Gila enak banget..”

“Ah elo emang gampangan.. Nnghhh..” ledek Dita yang juga sudah mulai didera nikmat.
“Diem lo.. Ahh masih gerak aja nih yang ngentotin gue..”
Eci dan Dinda pun mulai kehilangan konsentrasi.. mereka terus mengerang dan mendesah nikmat.

PRITT..!! PRITTT..!! PRITTT..!!
Peluit berbunyi.. menandakan selesainya ronde kedua.. dan saatnya ronde terakhir dimulai.

Sebenarnya ronde ini tidak terlalu perlu.
Tapi Ari merancang ronde ini untuk menambah keseruan permainan.

“Ini apa bedanya sama yang tadi..?” Tanya Eci.
Tak ada yang menjawab.. karena para cowok sibuk bertukar posisi kembali ke urutan awal.

PRITTT..!! Peluit berbunyi.. dan serempak Irma.. Dita.. Eci.. dan Dinda memekik kaget..
Ketika memek mereka langsung dicoblos dengan tiba-tiba.. dan langsung dihajar dengan kecepatan tinggi.

Memang perintah Ari untuk menggenjot dengan tempo seganas mungkin selama 30 detik.
Para gadis protes diantara lenguhan nikmat dan pasrah mereka.

“Ahh pelan-pelan iihhh..! Aduhh..!”
“Mhhhh bisa nyampe lagi akuuu..!”

PRITTT..!! “Eh..? Kok cepet ama- Ahhhhh..!”
Kembali memek mereka ditusuk oleh kontol tak lama setelah kontol sebelumnya lepas.

Dicoblos bergantian dengan genjotan brutal.. tak ayal membuat pertahanan mereka roboh.
“Oooohhhh..!!!” Dinda melolong dan ambruk.. tak kuasa menahan nikmat orgasmenya.
Tapi memeknya terus dihajar tanpa ampun membuat gadis itu belingsatan.

Eci sudah di ambang puncak ketika peluit berbunyi. PRITTT..!!
“Nggaaaahhhhh..! Ampuunnnn..!!” Jerit Eci saat gelombang orgasmenya datang..
Bersamaan dengan masuknya kontol gelombang ketiga yang menggasak memek sempitnya.

Dita menyusul dengan pekikan membahana tak lama kemudian..
Dan terakhir Irma yang histeris.. saat orgasme keduanya menerpa. PRITTT..!!!

Tak ayal.. setelah tumbang di sesi sebelumnya.. para gadis hanya bisa mengerang lirih..
Ketika memek mereka dibombardir di 30 detik terakhir.

Inilah bonus dari Ari.. memberi kesempatan bagi mereka untuk bisa meraih orgasme.
Tapi sekaligus juga rintangan. Karena orgasme dahsyat mereka bisa jadi membuyarkan konsentrasi..
Dan membuat mereka lupa dengan jawaban yang sudah disusun di kepala mereka.

PRITT..! PRITTT..! PRITTT..! "Ngghhhkkk..!!"
Para cewek mengejang ketika semua kontol tercabut dari memek mereka bersamaan.
“Hahh..!” Para cowok pun sudah kelelahan sebenarnya. Mereka langsung terduduk mengambil nafas.

“Anjirr, ampir bucat urang tadi..” ujar Jejen.
“Hehe.. mantep pan yang terakhir..” Ari nyengir memuji idenya sendiri.

“Gila.. seru tapi cape yang terakhir..” timpal Asep.
“Heueuh.. rame euy pindah-pindah memek siga tadi, kapan-kapan lagi atuh euy..”

Sementara Reza menunjuk kontolnya sendiri.
“Ampir gak tahan gue.. kalo keluar pasti banyak banget nih..”

“Tahan dulu Za sampe kita nentuin siapa yang bakal dihukum, pasti nanti puas deh..” saran Ari.
“Siplah..!” Reza mengacungkan jempolnya. Lalu dia berdiri dan memberi pengumuman.

“Oke.. cewek-cewek silakan buka penutup matanya dan mendekat sini. Saatnya kalian ngasih jawaban..”
Reza menggosok-gosokkan tangannya dan menyeringai lebar.

“Heheheh.. siapa nih yang bakal kena hukuman..” gumamnya.

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
----------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------

Cerita 100 – Pesta di Akhir Pekan


--------------------------------------------------------------------------
Bonus Chapter: Eksekusi Dinda –Part 1: Foreplay–
--------------------------------------------------------------------------


“Sebagai pemenang.. Mas Asep bakal dilayanin sama kita bertiga dan Dinda dapat tiga cowok sekaligus..!!”
Seru Eci yang membuat jantung Dinda berdetak lebih kencang. Antara senang, penasaran, dan khawatir.

Bagaimana tidak, selama ini Dinda belum pernah bermain seks segila itu.
Sebelum Asep bergabung,, jumlah cowok di grup itu lebih sedikit dari ceweknya.

Dan Dinda kalah bersaing dengan Eci atau Dita yang lebih agresif.
Jadi paling gila dia hanya pernah dihajar dua orang sekaligus.. itu pun tidak full.

“Asik.. sama tiga orang sekaligus, akhirnya ngerasain juga..!” Dinda bersorak memasang tampang pede.
“Beuh, malah seneng dia.. Hayu Jen.. Ri.. kita hajar sama-sama si Dinceu..!!” Ledek Reza.

“Hayoh siah mun kuat mah..” tantang Dinda membalas ledekannya, berpura-pura tegar.
“Anjirr, nantang ieu awewe teh” timpal Jejen
“Hayulah, hajar..!” Ari yang biasanya diam ikut-ikutan.

Sekilas Dinda memandang Asep. Dilihatnya pria itu hanya terdiam sementara gadis yang lain heboh.
Pikir Dinda.. pasti Asep juga bingung disuguhi tiga memek sekaligus.
Dan Dinda sendiri tak tau seperti apa nantinya tiga kontol itu akan mengaduk-aduk tubuhnya.

Reza adalah yang paling senang mendapat kesempatan mengeroyok Dinda.
Pria bergigi tongos itu memang paling senang menggoda Dinda.
Dia sering menyebut-nyebut nama pacar Dinda di depan gadis itu, yang sering membuat Dinda manyun.

Sekarang dengan bantuan Jejen dan Ari, dia akan membuat gadis manis itu takluk dengan keperkasaan mereka.
Lumayan buat bahan ledekan mereka nanti.

“Eh gimana kalo kita maen di kamar atas aja yuk..!?” Saran Reza sambil nyengir lebar.
“Hayulah.. nyeri bujur aing yeuh, hayang maen di kasur..” Jejen setuju.

“Emang boleh yah..?” Tanya Dinda ragu.
“Pasti bolehlah..” Reza menggamit tangan Dinda lalu berjalan ke arah pintu belakang.

Ketika sampai di sana Reza berteriak..
“Mbak Eci, gak harus maen di situ kan..!? Kita mau ngegarap si Dinda di kamar atas..!!”
“Yoooooo..!!” balas Eci tanpa menengok.

Dinda menurut saja membiarkan dirinya digiring Reza masuk.
Sepanjang jalan Jejen dan Ari iseng mencubiti pantatnya..
membuat Dinda harus menepis tangan-tangan jahil mereka.

Tapi tampang cemberut Dinda malah membuat keusilan Jejen dan Ari menjadi-jadi.
Dinda sendiri semakin masuk ke dalam rumah..
semakin jauh dari cewek yang lain jantungnya semakin berdebar.

Dia merasa menjadi satu-satunya perempuan di vila itu, hanya dengan tiga laki-laki yang siap memangsanya.
Dan memang itulah tujuan Reza mengisolir Dinda dari yang lain.

Bila tiga gadis yang lain masih dalam pandangan.. Dinda akan merasa aman.
Tapi sekarang.. sendirian terpisah dari yang lain Dinda akan merasakan ketegangan tambahan.

Dia akan merasakan sensasi baru yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Darah Dinda berdesir.

Sejuta kemungkinan yang akan terjadi nanti berseliweran di kepalanya yang masih tertutup jilbab.
Tapi segala ketidakpastian itu malah membangkitkan birahinya.

Perlahan memeknya mulai basah.. puting susunya yang berwarna coklat muda kembali mengeras.
Tubuh bugilnya serasa menghangat.. seluruh kulitnya terasa lebih sensitif.

Mereka pun sampai di kamar di lantai 2. Gulp. Dinda menelan ludah. Inilah saatnya.
“Ceu.. duduk di situ..” Reza mengarahkan Dinda untuk duduk di ujung ranjang.

Dinda menurut. Mencoba menenangkan dirinya, tapi diamnya Dinda jadi perhatian para pria.
“Ieu awewe naha diem wae..?” goda Jejen yang mendekati dari kanan.

“Deg-degan pasti..” timpal Ari dari kiri.
“Nggak kalee..” tukas Dinda cepat pura-pura tenang.

Reza mengeluarkan jurus andalannya.. ”Serasa waktu mau diperawanin si Anto ya Ceu..?”
Dinda langsung merengut.. ”Enak aja..!” Tak suka nama pacarnya disebut-sebut.

Reza yang daritadi berdiri di depan Dinda nyengir lebar.. lalu dengan tiba-tiba Reza mengangkangkan kaki Dinda,.
Kemudian dengan satu gerakan langsung mencaplok selangkangan pacar Anto itu dengan bibir tongosnya.

“Kyaaaaa..!” Dinda memekik kaget..
Dan di saat bersamaan Jejen dan Ari menyerbu dari kanan-kiri membuat gadis itu tak bisa bergerak.
Tangan Jejen dan Ari langsung menjelajahi tubuh Dinda, membuatnya menggelinjang geli-geli nikmat.

Payudara mungilnya yang sensitif diremas-remas tanpa ampun.
Putingnya yang sudah mengeras daritadi dicubit, dipilin, digesek, dipelintir, ditarik sesuka hati.

Sementara lidah Reza menjilat-jilat bibir memek Dinda..
menyapu lubang kawin gadis berjilbab dengan bibir kasarnya.

Liur Reza bercampur cairan cinta Dinda yang terus melimpah akibat dirangsang dari semua sisi.
Tak dipedulikannya helaian jembut Dinda..
yang ikut tercabut saat Reza asyik menyantap kerang mentah basah yang nikmat itu.

Dinda yang kelabakan hanya bisa terpejam dan mendesah-desah menikmati serbuan dari ketiga lelaki.
Dia hanya bisa pasrah ketika salahsatu pria di sampingnya menarik wajahnya dan mencium bibirnya.

Di saat yang bersamaan di sisi lain, Dinda merasakan sensasi bibir tebal penuh liur di salahsatu puting susunya.
“Hmmmhhpppphhhmmm..” lenguhan nikmat Dinda tertahan oleh bibir Jejen yang melumat bibirnya penuh nafsu.
Lidah Jejen menari-nari dalam mulut Dinda, memaksa gadis itu menurut untuk bertukar liur dengan Jejen.

Di bawah sana, lidah Reza semakin masuk ke dalam celah sempit Dinda..
Sementara bibir atasnya sesekali menyapu kelentit Dinda.
Reza menyedot lubang basah Dinda bagai vacuum cleaner.

Pria itu memang ahli dalam urusan menyantap memek. Irma saja sudah dibuatnya ketagihan.
Walaupun dilarang tapi Irma sering mencuri waktu di kantor, menyediakan memeknya untuk dilahap oleh Reza.
Sekarang selain serangan lidah maut Reza, Dinda dikeroyok kanan kiri.

Giliran Ari yang mencumbui bibirnya sedangkan Jejen dengan brutal..
mengenyot salahsatu bukit susu Dinda dengan tangannya seenaknya memilin puting susu bukit yang lain.

Dinda yang sering bercinta dengan pacarnya dan berkali-kali ikut pesta liar itu..
baru pertamakali merasakan memeknya begitu banjir.

Serangan bertubi-tubi dari segala arah..
membuat tubuhnya tak mampu menahan gelombang kenikmatan yang mendera pusat syarafnya.

Niatnya untuk menjaga imej agar tidak jadi bahan ledekan di kemudian hari oleh para cowok terlupakan.
Akhirnya bendungan itu jebol juga. “Mmmppnnghhhhaaaaaahhhhhhhhhh..!”

Dinda sampai harus melepas bibirnya dari pagutan Ari agar bisa berteriak mengekspresikan orgasme dahsyatnya.
Air bah mengalir deras dari lubang memeknya yang langsung diseruput oleh Reza dengan kuat bagai lintah.

Tubuh Dinda tersentak-sentak dalam pelukan Jejen dan Ari merasakan sisa kenikmatan.
“Enak eta memek Za..?” Tanya Jejen.
“Segerrr..!” jawab Reza sambil menyeringai lebar.

Dinda yang bersandar tak berdaya di tubuh Jejen dan Ari diam saja, mengatur nafas dan detak jantungnya.
Dibiarkannya kakinya tetap mengangkang walaupun kepala Reza sudah tak di situ.
Selangkangan Dinda benar-benar banjir, dengan cairan cintanya sendiri dan juga liur Reza.

“Jiah.. masa gini doang udah KO..? Mana tadi yang nantangin kita..?”
Goda Reza melihat wajah sayu Dinda yang habis didera nikmatnya orgasme.

“Licik ih kalian mah, aku dikeroyok gini..” Dinda menatap Reza dengan mata indahnya mencoba membela diri.
“Ya masa kita maen satu-satu giliran, gak rame atuh..” protes Ari sambil membelai payudara Dinda pelan.

“Heu-euh, sasakali dikeroyok atuh ngarasakeun..”
Timpal Jejen sambil menjawil puting Dinda yang masih mengacung tegak.

Dalam hati sebenarnya Dinda merasakan excitement luar biasa. Sensasi orgasmenya tadi benar-benar luar biasa.
Jantungnya masih berdebar, walau rasa takutnya sudah hilang.

Diganti rasa penasaran dengan kenikmatan apalagi yang akan dia dapat nanti.
Tapi dia masih jual mahal. Gengsi dong kalau langsung pasrah.

“Udah ah, terus ngapain..?” Tanyanya.
“Tadi kita udah bikin lo nikmat, sekarang gantian dong..”

“Owhh, mau pada disepong nih, ya udah hayu atuh..” Dinda mencoba memegang kendali.
Bangkit dari tempat tidur, Dinda berjongkok di karpet di sebelah ranjang.

Ketiga cowok jatahnya sore itu bergerak mendekatinya. Dinda kembali menelan ludah..
ketika tiga kontol yang sudah mengacung tegak mengelilingi kepalanya.
Bau khas lelaki yang sangat kuat membuatnya pusing sekaligus terbuai.

Dengan kedua tangan halusnya, dua kontol di kanan-kirinya dikocok pelan.
Dinda lalu menciumi ujung kontol Jejen yang berada di depan mukanya, dan menjilati batangnya bagai es krim.

Dinda melakukan servis mulutnya sambil memandang ke atas, menatap wajah Jejen dengan binal..
tak keberatan wajah Jejen yang buruk rupa dan jelas jauh dengan pacarnya.

Dilanjutkan dengan masuknya kontol Jejen seluruhnya dalam mulut Dinda yang mungil.
“Mmmmhhhh.. Slurrrrppp.. Cppllkcpllkkk..”

Bunyi kecipak dari mulut Dinda mengiringi servisnya pada kontol Jejen.
Kontol Reza dan Ari di kanan kirinya dikocok dengan kedua tangan halusnya.

Tubuh atas Dinda yang sibuk melayani ketiga lelaki mulai kembali berkeringat..
bukit susunya ikut bergoyang seiring gerakan tubuhnya.

Sementara di bawah, cairan memek Dinda menetes-netes ke karpet tempat ia jongkok.
“Happpp.. Mmmmhhhh..” Dinda melepas kontol Jejen dan beralih ke kontol Ari.

Kontol Jejen dia ganti dengan tangannya.
Tanpa sungkan dan ragu mengulum dan menyedot-nyedot batang Ari dengan nikmat.

Si pemilik kontol hanya bisa memejamkan mata menikmati sepongan mulut Dinda.
“Anjirr, tambah edun wae si Dinda nyepongna..” racau Ari.

“Sering latihan sama si Anto yah Ceu..?” Ledek Reza.
“Happpp.. Berisik ah.. Mmmhhhppp..!!" Sluurrppp..!!!
Tukas Dinda sambil melepas kontol Ari dan melahap kontol Reza

Ingin membalas ledekan Reza.. Dinda menyedot kontol pria kurus itu dengan lebih kuat dari yang lain.
Lidahnya lebih agresif menyapu batang Reza, yang membuat pria itu meringis.

Bukan hanya karena nikmat, tapi juga puas pancingannya berhasil. Dan sekarang saatnya serangan balasan.
Kedua tangan Reza lalu mencengkram kepala Dinda yang terbungkus jilbab hitam.

Dengan kasar digerakkannya kepala Dinda..
sementara pinggulnya bergerak berlawanan arah.. yang membuat Dinda terbeliak kelabakan.

“Mmmrrhhrhrhrhhgurhkkkmmmmmmhhhhhrrppp..!”
“Ahhhh bangkeeee..! Enak banget ngentotin mulut ceweknya si Anto..!” teriak Reza.
“Hrrnnnnggghhh..!!”

Dinda mencoba melawan, tapi tak bisa karena kepalanya dipegang erat oleh Reza.
Sementara Jejen dan Ari memegang tangannya.
Dinda hanya bisa pasrah merelakan mulutnya diperkosa oleh kontol Reza.

Face-fuck brutal itu berlangsung beberapa lama hingga akhirnya pinggul Reza berhenti bergerak.
Begitupun kepala Dinda yang ditahan di posisi diam oleh tangan Reza.

Mata Dinda membelalak ketika dirasakannya..
ada cairan kental hangat yang langsung menyemprot ke tenggorokkannya. “Hrrnghhhhhhhhh.. Guulllpp..!”

Setelah momen yang terasa sangat lama buat Dinda, akhirnya Reza melepas kepala Dinda dari cengkramannya.
Dinda langsung terbatuk-batuk, liur mengalir dari sudut mulutnya dengan beberapa helai jembut menempel di sana.

“Uhukkk-uhuuukk.. Puahhhh.. Uhukk.. Rekaaa sesek tauuu..!”
Protesnya sambil mengusap mulutnya dan menatap tajam ke arah Reza yang nyengir kuda.

“Dinceu lu tambah cakep deh kalo lagi marah, apalagi kalo ada jembut gue di mulut lu..”
“Gak bisa nafas akuuuu..” sungut Dinda.

“Peju gua lo telen Ceu..?”
“Yaa gimana lagi atuh Reza, keselek aku iih..” protesnya sambil memegang lehernya yang tertutup jilbab

Dinda terlalu sibuk marah-marah.. sehingga tak disadarinya seseorang yang mendekatinya.
“Eh jiga nu enak euy, cobaan ah..!!” Tukas Jejen yang tiba-tiba langsung menghampiri Dinda..
memegang kepalanya dan dengan paksa memghujamkan kontolnya dalam mulut Dinda.

“Mas Jejen ap-grrggghhghghghghghhhhhhhhhhhh..!!”
Refleks Dinda membuka mulutnya dan menelan kontol Jejen.

Seperti Reza, Jejen dengan brutal menghentakkan pinggulnya..
mendorong-dorong kontol hitamnya ke mulut Dinda..
Seolah-olah mulut mungil gadis manis itu hanyalah sebuah lubang milik boneka seks.

Kepala Dinda ikut digerakkannya maju-mundur tanpa belas kasihan.
Lagi-lagi gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan jeritannya pun tertahan kontol dalam mulut..

Sehingga yang terdengar hanyalah suara seperti orang berkumur.
“Grrrggghhhhhhhnnnkkggggghhhhh..!!”

Ketika Dinda mulai kepayahan, Jejen melepas cengkramannya di kepala berjilbab Dinda.
Gadis itu langsung terbatuk-batuk, seperti sebelumnya.

“Kyaaa..!” Dinda memekik kaget ketika peju kental Jejen menyemprot muka mulusnya..
meleleh di alis tebal dan hidung bangirnya.

Selain belepotan air mani Jejen, tampak wajah Dinda sudah memerah, matanya mulai basah oleh air mata.
Tapi Dinda sudah tak punya tenaga untuk protes lagi, dia hanya bisa mengatur nafasnya yang memburu.

“Giliran gua yah..”
“Eh..?”
Ari tak mau kalah. Sekarang dia yang mengklaim mulut Dinda untuk kontolnya.

Lagi-lagi Dinda digenjot dengan brutal di mulutnya, dan lagi-lagi Dinda hanya bisa menjerit tertahan.
Tapi entah kenapa, dikasari seperti itu birahi Dinda malah semakin naik, nafsu primitifnya mulai bangkit.

Pacarnya Anto bukan tipe yang akan memperlakukan Dinda seperti ini..
Dan bagaimanapun tentu cowok itu hanya punya satu kontol.

Sensasi digilir tiga cowok yang memperlakukan dirinya seenak jidat hanya akan Dinda rasakan sekarang di tempat ini.
Tanpa dia sadari, banjir di memeknya semakin menjadi-jadi.

“Puahhhhh.. Uhukk.. Haahhhh hosh hosshhh..!!” Dengan wajah memerah dan mata sembab..
Dinda tersengal-sengal mengambil nafas setelah kontol Ari lepas dari mulutnya..
Yang untung tak selama dengan Reza atau Jejen tadi.

Tak dipedulikannya semprotan peju Ari yang mengarah ke jilbabnya..
membuat jilbab hitam yang sudah basah dari dalam oleh keringat..
sekarang dipenuhi bercak dari cairan kental dan hangat milik lelaki.

“Anjir.. lebih enakan dari disepong biasa euy..!!” Seru Ari setelah kontolnya berhenti muntah.
“Bener kan, apalagi pake mulut si Dinceu yang hobinya nyerewetin kita di kantor..” balas Reza.

Dinda hanya memandang tajam dengan mulut manyun ke arah mereka.
“Gila ih kalian mah..” protesnya pelan.

“Kapan lagi coba bisa digituin Ceu, lo dapet rezeki nomplok tiga kontol sekaligus hahaha..” goda Reza.
“Emang jarang si Anto maen kasar kitu..?” Tanya Jejen dengan muka tengil.
“Diem ah Mas Jejen..!”

Melihat tampang Dinda yang kesal dan berantakan.. ketiga cowok itu bukannya kasihan..
Ekspresi mereka malah semakin tampak menyebalkan.

"Cup cup cup.. udah.. jangan nangis neng Dinda Fitriani Anjani.. sekarang gantian kita lagi yang ngasih enak.
Eneng diem aja yah.. biar akang-akang ini yang nyervis..” goda Reza.

Dinda hanya diam saja ketika dia diarahkan untuk duduk di pangkuan Jejen yang bersandar di tepi ranjang.
Kontol Jejen yang setengah keras serasa menempel di pantatnya.

Jejen memeluk pinggang Dinda sehingga gadis itu bersandar di dadanya.
“Ri, keluarin jurus lo..” perintah Reza
“Siap..!” Ari mengacungkan jari tengah dan telunjuknya berdampingan.

Dinda tau apa yang akan Ari lakukan.. sehingga tanpa diperintah dia mengangkangkan pahanya..
Menyajikan memek pinknya yang merekah dengan jembut tak terlalu lebat.

Walaupun menurut, Dinda masih diam dan memasang tampang cemberut.
Tapi tak ayal bibir manisnya sedikit terbuka saat mendesah..
ketika merasakan ujung jari Ari yang dengan nakal merabai bibir memeknya.

Tangan Jejen juga mulai merabai payudaranya dan memainkan puting susunya..
Yang sudah keras sempurna dan sangat sensitif.

“Mmmmhhhhh..” Dinda mendesah sambil sesekali memejamkan mata..
Sesekali memandang ke arah Ari yang menatapnya sambil nyengir menyebalkan.

Dinda tak mau kalah.. dia memasang tampang galak..
Tapi apa daya.. permainan jari Ari di bibir memeknya membuat ekspresinya melunak.

Walaupun baru hanya di bibir.. banjirnya memek Dinda membuat bunyi kecipak terdengar jelas.
“Mmmmm.. Ahhhh..!” Desahan Dinda semakin keras ketika sepertiga dari dua jari Ari masuk..
menerobos memeknya tapi seketika Ari menarik jarinya sambil tertawa.

Dinda blingsatan.. dia ingin sekali jari Ari masuk sepenuhnya dalam memeknya..
Menggaruk bagian dalam lubang nikmatnya yang sudah gatal. Tapi Dinda masih gengsi.

Dia masih marah dengan perlakuan ketiga cowok yang sudah memperkosa mulutnya tanpa ampun tadi.
Reza yang duduk di samping mereka..
melihat dilema Dinda tergambar jelas di wajah gadis itu yang masih blepotan air mani Jejen.

Kesempatan baginya untuk semakin menjatuhkan gadis itu dalam perangkap birahi mereka.
“Kenapa Dong.. pengen dimasukin..? Bilang aja ke si Ari..” ujar Reza santai..
Sambil meremas salahsatu susu Dinda yang bebas dari tangan Jejen

“Nggak.. Ahhh, ng.. Nghhhh..” Dinda mati-matian menahan diri.
“Yahh Ri, si Dinda gak mau tuh lo kobel..”
“Owh gitu yah.. Ya udah.. weh di luar aja, kayak gini terus yah..?” Goda Ari menggesek jarinya di bibir memek Dinda.

Dinda semakin blingsatan.. ”Ya kalo mau masuk mah masuk aja atuh.. Ahhh..!”
Dinda mengerang lirih.. ekspresinya semakin campur aduk tak karuan.
Sementara ekspresi ketiga lelaki yang sedang mengerubutinya semakin tengil.

“Kayak gini..?” Ari menusukkan dua jarinya perlahan.
“Iiyaaaaaa..! Ahhhhh..!” Dinda mengerang dengan kepala mendongak dan mata terpejam.
“Hahahaha..! Takluk juga nih cewek..!” tawa mengejek Reza sudah tak dipedulikan Dinda.

SLRPPHHHH..! Bunyi becek terdengar..
ketika dua jari Ari sudah masuk sepenuhnya dalam gua berair Dinda dan mulai bergerak maju-mundur.
Dinda sekarang hanya bisa mendesah dan mengerang dengan mata terpejam dalam pelukan Jejen.

“Anjir.. ini memek basah banget siah..!!” Seru Ari
“Hayoh Ri.. kobel langsung weh..!” saran Jejen

Dan sekarang saatnya jurus andalan Ari. Seperti teknik ‘goldfinger’ milik aktor porno legendaris dari Jepang..
Taka Kato.. Ari melengkungkan kedua jarinya yang berada dalam memek Dinda bagaikan cakar elang.

Memang, bagaimanapun dikobel dengan jari sensasinya tidak akan sama dengan dipenetrasi oleh kontol.
Tapi jari karena sifatnya yang prehensile bisa menggaruk bagian-bagian tertentu dalam dinding memek..
Yang akan membuat pemilik memek itu mabuk kepayang.

“Nggghhhhhhaaahhhhh..!” Dinda mulai histeris ketika ujung jari Ari menggaruk titik sensitifnya.
Ari meraba-raba dinding memek Dinda dengan jarinya..
mencoba mencari titik paling sensitif berdasarkan reaksi gadis itu.

“Lo bukannya udah nemu dulu..?”
“Lupa gua Za.. Eh bentar, kayaknya di sebelah sini deh..”
“Nghhh.. Ariiiii.. Ahhh.. Iiiya di situuuu..!”
“Nah, ini dia..!”

Cakar elang milik Ari langsung bergerak menggaruk dinding memek Dinda dengan liar begitu menemukan tempatnya.
Bila Reza jagonya melahap memek, Ari jagonya mengobel memek. Jari kasarnya bisa bergerak dengan cepat tanpa kenal lelah.

Dinda yang jadi korbannya sekarang hanya bisa pasrah. Tubuhnya menegang..
Tangannya mencengkram erat lengan Jejen yang memeluk pinggangnya.
Kepalanya terdongak jauh.. bila tidak tertutup jilbab pastilah terlihat urat-urat di lehernya yang menegang.

KCPAKCPAKCPAK..! Cairan bening memercik keluar dari lubang memek Dinda seolah-olah sedang diserok oleh jari Ari.
Jumlahnya semakin banyak dan suara kecipaknya semakin keras.

“Ooouuuuuhhhhhh..!!” Dinda hanya bisa melenguh sambil menggelinjang.
Kakinya yang tadi hanya diam mengangkang sekarang mulai bergerak tak beraturan.

“Ggggrhhhh..!” Ari menggeretakkan giginya saat memfokuskan tenaga ke kedua ujung jarinya.
Karpet di bawah tubuh Dinda sudah basah kuyup oleh cairan memek yang diserok keluar oleh Ari.

Tubuh Dinda semakin menggelinjang ketika akhirnya gadis berjilbab itu memekik keras..
“Nnnnnngggggghhhhhhhhhhaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhkkkkkkk..!!!”

SPLRRT..! Ari menarik tangannya dan seketika SERRRRRRRRRRRR..!!
Bagai air mancur cairan bening memancar dari lubang nikmat Dinda.
Tubuh gadis itu tersentak-sentak liar saat orgasme dahsyat dengan squirtnya tiba.

Jejen.. Reza.. dan Ari tertawa-tawa melihat usaha mereka membuat Dinda pipis nikmat berhasil.
Sementara Dinda, pelan-pelan membuka matanya setelah kelebat sinar putih dari orgasmenya tadi mulai menghilang.

“Hahhhh.. Hahhh.. Ampun gilaa.. Lemes aku..” gumamnya lirih.
“Enak Ceu..?” Goda Reza.
“Iiya..” Dinda menjawab pasrah, tak ingin lagi melawan.

“Belum juga dimasukin kontol tuh memek..”
“Hah..? Oh.. Iiya yaa..” Dinda terhenyak ketika dia baru sadar.

Belum ada satupun dari tiga kontol itu yang masuk ke dalam memeknya.
Sementara dia sudah takluk duakali.

Melihat ke sekeliling.. tiga kontol milik Jejen.. Reza.. dan Ari sudah kembali mengacung tegak.
Siap mengobrak-abrik tubuh Dinda.

Membayangkan apa yang akan terjadi nanti, Dinda merasa lemas tapi sekaligus bergairah.
Dia sudah tak berminat lagi untuk menjaga harga dirinya. Biarlah dia diejek terus-terusan habis ini.

“Ceu, masih kuat..?”
“.. Masih”
“Mau dimasukin kontol kita ke memek situ..?”

Dinda yang masih tersengal-sengal tersenyum dengan mata berbinar.. lalu mengangguk pelan.
“Mau..”

CONTIECROTT..!!
----------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd