Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

------------------------------------------------------------------------

Cerita 136 – Susterku Tersayang

Part 5: Akhir yang Tiada Akhir..

Ada beberapakali pengalaman menarik yang berhubungan dengan ’seks radio’.
Aku dan Narsih masing-masing memiliki radio komunikasi handy-talky.. –HT..–

Di suatu siang.. setelah makan dan sholat, sambil bersarung tanpa baju, aku berbaring di tempat tidurku.
Aku melamun. Tiba-tiba muncul ide di benakku untuk bermain seks jarak-jauh dengan Narsih..
–jadi.. sejak dulu aku sudah memelopori semacam ‘cybersex’ itu.. jauh sebelum aktifitas ini populer..–

Kuhidupkan HT-ku. Aku menuju frekuensi tempatku biasa mojok dengan Narsih..
–pada frekuensi yang sangat rendah..– tanpa antena terpasang.

Kupanggil-panggil Narsih. Setelah beberapa lama, Narsih merespons panggilanku.
Aku tanya dia, apakah suaminya sudah datang. Ternyata belum.

Lalu kuminta Narsih membawa HT-nya ke kamarnya dan menguncinya dari dalam.
“Narsih, mau nggak kamu membuka pakaian sekarang sampai telanjang..?” Mintaku.
“He.. apa-apaan pa..? Sinting kamu pa..” sahutnya.

“Sudahlah.. mau apa enggak..? Kalau mau, ayo.. buka saja semua pakaianmu dan tiduran di ranjang..
sambil terus memonitorku. Aku di sini sudah telanjang lho..”
Kataku sambil melepas sarungku sampai aku telanjang bulat sendirian di tempat tidur.
“Iya deh, aku buka baju ya..” sahutnya lagi di seberang sana.

“Sudah pa, aku sudah telanjang bulat-lat.. Malu, ah, pa..” katanya genit..
“Terus ngapain..?”

“Nah, kalau sudah, raba dan remas susumu dengan tangan satumu.. seolah-olah yang meremas itu adalah tanganku.
Pokoknya anggap aku ada di sampingmu sekarang ini.. dan anggaplah aku lagi menggumuli kamu.
Aku juga anggap kamu ada di bawahku kutindih dan kugeluti. Ayo, Narsih. Hhh ssssshh hhhhehhhhh..”

Aku mulai mendesis sambil tanganku yang satu mengelus penisku sendiri.
“Yaaah paaaah.. aku sudah meremas susuku paaaah. Ssssshhh..” desah Narsih.

“Terus Siiih.. kalau mendesah, mendesahlah yang keras. Aaaah Siiiih, mulai eenaaak Siiih..”
“Aku juga paaah.. aakuu eenaak paaah.. sssshh. Aaakuu masukkan ke lubang Narsih yaaang.. Eeenaaak..”
Maka mulai terdengarlah rintih Narsih.

Walau tanpa melihat.. aku yakin Narsih mulai menggosokkan jarinya sendiri ke tempiknya..
sebab dulu sebelum ketemu aku, dia mengaku sering bermasturbasi.

Membayangkan hal itu dan membayangkan bagaimana tubuh bugil Narsih yang indah menggeliat, aku makin terangsang.
“Hhhhhh sssshhhh ssss Siiiih, aaakuuu terangsang Siiih.. teeeeruuuusss Siiih..”
“Iii iiiyaaaa paaaah .. aakuu teeerusss.. Kaamuu juugaaaa teeerusss paaaah.. aaaacchhhh..” sahutnya di sana.

“Teeeruuus Siiiih.. Penisku terasa eeenaaak Siiiih..”
“Aaaah papaaa, aakuu pingiin penismu paaah.. maasukkan paaah.. aakuu sudaaah basaah paaaah.. sssshhh.. paaaah..”

Narsih terus mengerang. Birahiku makin terangkat ke atas ubun-ubun..
“Siiiih.. akuu tambah eenaaak Siiiih.. Kumasukkan dalam-dalam ke lubangmu ya Siiiiih..”
“Iiyaaa paaaah.. Aaakuu .. akuu suuudaaah nggaaak taaahaaan paaaah.. masukkan paaaah..”

Aku membayangkan penisku mengocok liang vagina Narsih..
“Siiih, kukocok teruus ya Siiiih.. Kaamuuu eeenaaak Siiih..”

“Paaah.. kaaamuuu juuugaaa eenaaak paaaah.. Aaaargggghhhh paaaaah.. koooocoook paaaah..
Aaakuuu maaauuu saaampaaaai paaaah.. kooocoooooooook laagiiiiiii.. oooochhhh..” kudengar teriak Narsih di telingaku.

Mendengar desahan dan rintihan yang merangsang seperti itu.. aku sudah merasa nggak tahan..
aliran nikmat di ujung penisku mulai terasa memuncak.. “Aaaaah Siiiih.. aaakuuuu hampiiiir.. Siiih..”

Di seberang sana Narsih merintih juga..
“Aaaakuuu juugaaa paaaah.. aayoooo sama-samaa paaah.. oooochhh.. saaayaaang..”

“Aaaduuuh Siiiih.. aakuuu keeeluuuaaaar Siiiiih.. Hhhhhh ssssshhh hhhh..” Crott.. crott.. crott.. crott..
Tiba-tiba air maniku memuncrat-muncrat ke atas.. membasahi tanganku.. perutku..
sebagian juga ada yang memuncrat jauh ke seprei kasur.

“Ooooiiiiiccch yaaaaang.. Narsih juuugaaaa paaaah.. paaaaah eeenaaak.. akuuu saaampaaaiiii.. hhhhh ooooiiiccch..”
Dan, suara Narsih menghilang, rupanya HT-nya terlepas dari tangannya.

Tanganku terus mengocok dan memijat-mijat penisku yang masih berdenyut dan mengeluarkan sisa-sisa spermaku.
Aku puas.

Tiba-tiba, suara Narsih memanggil di HT-ku.. “
Pa, terimakasih, aku puas sampai lemes pa. Ini pengalaman pertama bagiku. Kamu juga puas pa..?”

“Iya.. Sih. Aku sangat puas. Kamu pintar merangsangku di HT ini Sih.
Tapi kamu pura-pura mainnya atau betulan Sih..?” Selidikku.. sambil masih terengah-engah.

“Ah.. papa koq nggak percaya sih, aku sampai lemes. Tanganku basah semua ini lho.
Kalau nggak percaya papa ke sini. Kalau perlu kita lanjutkan mainnya di tempat tidurku. Ayo ke sini..!”
Godanya centil.

“Kalau begitu, terimakasih ya Sih.. kapan-kapan kita coba lagi. Selamat tidur siang ya sayang..”
Aku tertidur kecapean.. masih telanjang bulat sendirian di ranjang.

Selama hampir lima tahun aku dinas di Puskesmas itu.. tak terbilang lagi sudah ratusan adegan cinta super panas antara aku dan Narsih.
Aku tak pernah bosan padanya.. Narsih selalu bisa menyediakan ‘menu baru’ dalam bermain seks.

Aku juga banyak mengkreasi berbagai posisi dalam bersetubuh.
Kami adalah tim yang kompak dan inovatif dalam bercinta. Aku selalu kangen dia.

Hubungan intim yang panas antar aku dan Narsih kekasihku yang kusayangi ini..
justru berhasil meningkatkan kualitas hubunganku dengan istri.

Dalam seminggu aku duakali pulang ke S berkumpul dengan keluargaku.
Kehidupan dalam keluargaku makin harmonis.

Aneh..? Aku berhasil menambah seorang bayi cantik yang lahir dari rahim istriku.
Sebaliknya Narsih tidak kunjung hamil.

Suatu hari.. menjelang masa dinasku habis di Puskesmas itu.. aku punya janji dengan Narsih..
tanpa sepengetahuan suaminya.. untuk mengantarkan salah seorang adik perempuannya.. Ningsih.
Yang akan mengikuti ujian masuk universitas di M.

Sabtu sore Narsih dengan adiknya kujemput di rumah teman adiknya.. dan kami bertiga langsung meluncur ke M.
Sampai di M sudah malam.. kami mencari hotel dan memesan satu kamar ber-AC..
dengan sebuah tempat tidur besar untuk kami gunakan bertiga.

Setelah makan, kami tidur. Besok kami harus berangkat mengantar Ningsih melihat tempat ujian.
Posisi tidur: Aku di sisi luar.. Narsih di tengah.. dan adiknya di sisi dalam dekat dinding.

Dinihari aku terbangun.. kulihat Narsih dan Ningsih sudah pulas membelakangiku.
Merasakan tubuh Narsih bersinggungan dengan tubuhku, birahiku timbul.

Tanganku kananku rupanya tadi secara sengaja ditaruh Narsih di bawah lehernya.. dan jari-jariku digenggamnya.
Jari-jari tangan itu kulepas dari genggamannya pelan-pelan.. lalu kurabakan ke permukaan dada Narsih yang tanpa BH.

Lehernya mulai kuciumi. Pelan-pelan bagian belakang baju tidurnya kusingkap ke atas sampai kelihatan pantatnya.
Astaga.. ternyata Narsih juga tak memakai celana dalamnya.

Rupanya aku dan dia sudah sehati.. seolah tau apa keinginan masing-masing.. sehingga selalu siap bertempur setiap ada peluang.
Srrrtt.. perlahan celana pendekku kupelorot, dan kukeluarkan penisku yang sudah menegang..
–aku sengaja tak bercelana dalam..– kutempelkan pada belahan pantat Narsih.

Mungkin karena kena gesekan benda hangat di pantatnya.. Narsih mulai menggeliat terbangun.
“Hayo.. papa mulai nakal..” katanya stengah berbisik dan masih terkantuk.
“Biarin, aku kepingin banget koq..” timpalku, sambil mulai meremas susunya dari luar baju tidurnya.

Narsih jadi betul-betul terbangun.
“Ssssstt.. hati-hati lho.. jangan sampai Ningsih terbangun. Kalau ketauan ‘kan malu..” katanya.

“Biarin ketahuan.. toh adikmu sudah tau kalau kita pacaran..” godaku..
Sementara jari tangan kiriku sudah menjelajah ke bibir vagina Narsih lewat sela-sela pantatnya.

“Aaaah paaah.. naaakaaal sekali kamuu paaah..” Narsih mulai merintih pelan.
Sambil terus mengorek liang vaginanya, aku melumat bibir Narsih dari samping.

Tangan kiri Narsih memijat-mijat dan mengelus penisku dengan halus..
dengan tetap tubuhnya masih membelakangiku untuk mengawasi adiknya.

Jari-jariku yang ada di dadanya.. langsung menyelusup ke dalam susunya melalui leher baju tidur Narsih yang rendah.
Putingnya kupilin-pilin dan kuputar-putar dengan lembut.

Sementara jari-jari tangan satunya mengubek-ubek liang tempiknya yang sudah licin basah..
sambil sekali-kali satu jari mengelus lubang anusnya.

Narsih mulai menggeliat dan mendesis sangat lirih..
“Oooooch yaaaang.. kaaamuuuu naaaakaaaaaal.. paaaah.. mmmmppphhhh hhhhh..”

Dia mencoba menahan desahannya, takut Ningsih terbangun.
Kelihatan Narsih agak kesukaran menahan diri.. sebab kalau sedang dirangsang atau disetubuhi dia biasa berteriak cukup keras.
Kasihan melihatnya. Tapi bagaimana lagi.. masa’ kami bercumbu dilihat adiknya sendiri. Nggak lucu dong.

Agar tidak kelamaan menahan birahi seperti itu, penisku yang sudah ngaceng lama itu..
Slepp.. kuselipkan ke bibir vaginanya dari belakang.. dan tangan kiriku berpindah ke depan..
mencari kelentitnya yang agak mengeras dan menggeseknya agar dia cepat orgasme.

Tanganku bergerak di bawah baju tidur yang bagian depannya tetap menutupi kemaluan Narsih..
agar bila sewaktu-waktu Ningsih terbangun tidak terlihat kemaluan kakaknya sedang dimasuki sebuah penis.

Kaki kiri Narsih agak diangkat.. lalu diletakkannya di atas sisi luar paha kiriku..
sehingga selangkangannya merenggang.. untuk memudahkan pergerakan penisku di dalam vaginanya.

Slebb.. slebb.. slebb.. slebbb.. Penisku kumaju-mundurkan dengan perlahan-lahan.
Ughhh.. Nikmat sekali rasanya.

Narsih makin mendesah lirih.. “Mmmmmfffhhh.. hhhhhehhhh.. shhhh.. Ayoooo paaaah..”
Pinggulnya pun mulai digoyangnya pelan. Asyik betul.

Inilah pengalaman pertamaku bersetubuh dalam situasi ‘berbahaya’ yang sewaktu-waktu bisa disaksikan orang ketiga.
Tetapi nafsu yang sudah memuncak seperti ini tidak banyak punya pertimbangan lain.

Terus secara teratur penis kukocok, maju-mundur, ke kanan-kiri, dan kuputar-putar.
Aku mulai merasakan denyutan otot vagina Narsih yang masih cukup ketat.

Vagina yang belum pernah dilewati kepala bayi. Vagina yang masih senikmat vagina perawan.
Vagina yang membuatku selalu ketagihan selama hampir lima tahun.

“Aaaarrgghhhh paaaah.. mmmmffffhhh.. hhhhh.. yaaaaaang..” Narsih terus merintih.
Dia mulai tak bisa mengendalikan diri. Erangannya mulai mengeras.

Tapi kulirik, Ningsih tak terbangun. Atau pura-pura tidur..? Mungkin saja.
Ah.. peduli amat. Biarin kalau Ningsih tau.
Nafsu yang sudah di ubun-ubun, ternyata sudah tak mengenal malu lagi.

Aku menahan diriku untuk tak mendesah. Narsihlah yang justru nggak bisa tahan.
Permainan ini kukendalikan sepenuhnya. Penisku masih bergerak teratur dan pelan.

Jariku terus mengorek bagian depan bibir vagina dan kelentit bergantian.. sedang dada Narsih terus kuremas dan kugosok.
Telinga belakangnya kujilati dengan lidahku.

Posisi terus kupertahankan seperti itu, sebab tak mungkin menerapkan posisi lain.
Narsih merintih agak keras..
“Paaaaah.. akuuuu suuuuudaaaah nggaaaak taaahaaaan.. mmmfhhh ssssh sshhhhh hhh.. Papaaah..”

Goyangan pinggulnya makin tak beraturan.
Narsih menggeliat, dengan tangan kirinya mencengkeram paha kiriku kuat-kuat.

Agar tak terlalu ribut. Ibu jari kiri ku kumasukkan ke mulut Narsih.
Seperti bayi, jempolku dikulumnya kuat-kuat, sambil mendesah terus.. “Mmmmmfffhh.. mmmmfhhh.. aaaacchhhh iiiichhhh..”

Penisku terus kukocok. Belum juga orgasme. Narsih makin liar. Kepalanya bergoyang-goyang seperti orang kesakitan.
Tangan kanannya menarik seprei.. sehingga tubuh Ningsih di sampingnya agak bergoyang sedikit terseret.

Gelinjang Narsih makin menghebat. Narsih betul-betul liar, rupanya dia tak terlalu peduli lagi ada adiknya di sampingnya.
“Aaaaachhhh paaaah.. mmmmmmfffh.. Hhhh..”

Melihat Narsih makin liar seperti itu, aku makin terangsang.
Gerakan penisku kupercepat, dan kuputar dan sekali-sekali kubenamkan dalam-dalam ke dasar vaginanya.

Aku mulai mendesis.. “Hhhhhhh.. hhhhh.. ssshhhhh..”
Mendadak, Narsih setengah berteriak melepaskan ibu jariku dari mulutnya..
“Paaaah.. aaakuuuu.. suuuudaaaaaah.. suuuudaaaaah.. Hhhhhhh sssshhhh.. paaaaah..”

Cepat-cepat mulutnya kubungkam dengan bibirku agar teriakannya tak berlanjut.
Paha kiriku dicakarnya kuat, dan.. astaga.. seprei tempat tidur dicengkeramnya kuat..

Sehingga tubuh adiknya tertarik sampai punggungnya bersentuhan dengan tanganku yang sudah kembali meremas susu Narsih.
Pikirku.. mustahil Ningsih tak terbangun.

Merasakan denyutan kuat tempik Narsih pada saat orgasme itu, aku hampir bersamaan mencapai saat yang paling nikmat itu.
Crott.. crott.. crott.. crott.. Air maniku menyemprot kuat di dalam vagina Narsih.

Jleghh..! Pantatnya kutarik kuat ke belakang.. sehingga penisku bisa betul-betul terbenam tandas di dalam tempiknya.
Aku pun sudah tak peduli kalau Ningsih ternyata tau apa yang kami lakukan.

Aku ikut melenguh.. “Aku keluuaaaar Siiiih.. aaah eenaaaak.. hhhhh..”
Narsih terengah-engah, masih di pelukanku.

Seperti biasanya setiap mengakhiri persetubuhan, kukulum bibir Narsih dengan rasa sayang.
Jari-jari tangan kanannya kugenggam mesra dengan jari-jari tangan kiriku.

Sejenak beristirahat, kukenakan lagi celana pendekku.
Kemudian kuambil tissue di meja, dan kubersihkan vagina Narsih dari lelehan spermaku.

Narsih mencubit tanganku dengan tersenyum sambil bergumam lirih.. “Kamu bener-bener nakal pa. Sinting..”
Aku tertawa kecil mendengarnya. Aku tidur kembali.

Paginya kami antar Ningsih ke kampus sebuah universitas di M untuk melihat tempat ujian masuk.
Ningsih kelihatan biasa saja, dan dia bisa ngobrol tanpa kikuk baik denganku mau pun kakaknya.
Aku merasa lega. Rupanya Ningsih tak tau apa yang kulakukan bersama kakaknya tadi malam.

Setelah dari kampus.. kami antar Narsih ke tempat kos adik perempuan lainnya.. Narti.. yang kuliah di M ini juga..
–Hebat Narsih.. karena dialah yang membiayai adik-adiknya belajar di perguruan tinggi..–
Ningsih ditinggal di sana.. agar bisa belajar dan besok akan diantar Narti ke tempat ujian.

Siang itu.. aku dan Narsih bebas dari ‘gangguan’ adiknya..
sehingga nanti bisa melanjutkan permainan cinta yang tak pernah membosankan itu.

Hari Minggu ini kami merencanakan menginap lagi.. dan besok Senin subuh kembali ke Puskesmas untuk bekerja.
Kemarin aku sudah menelpon istriku kalau akhir minggu ini aku nggak bisa pulang ke S..
dengan alasan ada suatu acara para dokter di hari Minggu.. dan aku janji untuk pulang ke S hari Senin sore besok.

Siang itu kuajak Narsih jalan-jalan mengelilingi kota M.. kemudian kembali ke hotel.
Sesampai di kamar hotel, Narsih tampak seperti kebingungan, dan berkali-kali kaya’ salah tingkah. Aku jadi heran.

“Mengapa Sih, kamu koq aneh, seperti bingung..?” Tanyaku.
“Ah, enggak. Aku cuma ngantuk pa..” jawabnya.

Lalu dia ke kamar mandi.. cukup lama, tapi kubiarkan saja. Dari kamar mandi, dia kemudian berbaring.
Agak aneh, bahwa dia nggak mencium aku seperti biasanya kalau mau tidur.
Tapi aku nggak terlalu memikirkannya. Kubiarkan dia tidur sampai sore. Aku menonton televisi, sampai tertidur juga.

Sekitar pukul 4 sore aku bangun, kulihat Narsih juga sudah bangun tetapi masih berbaring.
Dia kuganggu, dengan kujawil teteknya. “Jangan pa.. geli..” sambil memegang tanganku agar tidak melanjutkan pekerjaannya.

“Lho kenapa Sih, marah ya..?” Tanyaku.
“Jangan kecewa ya pa. Menstruasiku datang siang tadi. Coba papa pegang selangkanganku.. aku sedang pakai pembalut.
Bagaimana pa, apa kita pulang saja..? Soalnya ‘kan percuma di sini nggak bisa main..” katanya.

“Oooo, gitu toh.. Begitu saja koq nggak terus terang dari tadi sih..?
Ya nggak apa-apa toh, perempuan itu selalu menstruasi setiap bulan, itu ‘kan wajar.

Mengapa mesti pulang sekarang, apa tujuan kita ke sini cuma mau main..?”
Jawabku tenang, padahal dalam hatiku ya agak kecewa karena sisa waktu ini nggak bisa kugunakan untuk bercumbu seperti tadi malam.

“Nggak apa-apa ya pa. Aku memang nggak pingin pulang sekarang, aku masih ingin semalaman bersama papa.
Sebetulnya, meski pun aku sedang menstruasi, aku tetap pingin main koq pa.

Sungguh, aku masih kepingin. Tapi menurut kesehatan ‘kan dianjurkan nggak usah melakukannya.
Juga katanya menurut agama nggak boleh..” ujar Narsih lagi.

“Memang bener. Dusahakan menghindari main pada saat haid, kecuali kalau yakin penis dan vagina kita betul-betul bersih.
Tapi kalau soal agama.. kita ini sudah melanggar ajaran agama sejak lama Sih..” kataku sambil tersenyum kecut.

Sore itu Narsih kuajak nonton bioskop dan makan di restoran di dekat alun-alun.
Sejak di dalam gedung bioskop kami bermesraan terus.

Sepulang dari jalan-jalan kami kembali ke kamar hotel. Kulihat waktu sudah pukul 9 malam.
Sebelum tidur, bibir Narsih kukecup sayang, sambil mengucapkan selamat tidur.

Tapi, tak dinyana, Narsih memeluk leherku dan lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku dan dengan ganas lidahku dipilin-pilinnya.
Tentu saja aku terangsang dengan perlakuannya, kulakukan ciuman dalam.

Akibatnya Narsih mulai mendesah.. “Ooooch sayaaaang.. Aku dirangsang ya yaaang..”
Ajakan itu tak kusia-siakan. Tanganku mulai meraba teteknya, baju tidurnya kupelorot ke bawah..
melalui bahunya dan kedua tangannya.. sehingga telanjanglah bagian dadanya.

Puting susunya kusergap dengan ganas. Seluruh areola buah dadanya kuempot dan kujilat.
Lekukan di antara kedua tetek, kugigit-gigit ringan.

Narsih merintih cukup keras.. “Aaaaach paaaah.. Aku suudaaaah terangsang paaaah..”
Dia dengan sigap melepas kaosku. Lalu dijilatinya kedua dadaku.

Satu tangannya mencari penisku di bawah yang masih tertutup celana pendek berikat-tali.
Talinya dilepas, dan tangannya menerobos ke balik celana, dirabanya penisku, dan dipijatnya dengan lembut.

Dielusnya penisku memanjang dari buah pelir menuju glans di ujung penis.
Rabaannya bukan main nikmat.. “Aaah.. eenaaak Siiih..”

Celanaku kulepas saja, agar Narsih bisa lebih bebas memanipulir penisku..
dengan harapan aku bisa orgasme melalui manipulasi tangan atau mulutnya..
Karena kupikir aku nggak bakal orgasme melalui persetubuhan, sebab dia dalam keadaan menstruasi.

Agar aku lebih terangsang.. baju tidur Narsih kupelorot dan kulepas sama sekali melalui kakinya.
Tinggallah celana dalam yang masih dipakainya dengan di dalamnya terdapat pembalut wanita yang menutupi vaginanya.
Keadaan itu tak mengurangi keseksiannya.

Menurut pengamatanku dari waktu ke waktu tubuh Narsih makin indah saja.
Teteknya makin kencang dan agak membesar.. mungkin karena Narsih lebih gemuk dari sebelumnya..
sehingga lebih tubuhnya makin berisi. Betul-betul tubuh idaman lelaki.

Kakinya yang indah masih ditumbuhi bulu-bulu agak lebat yang tak pernah dicukurnya.. sehingga menambah birahi.
Apalagi melihat ketiaknya yang sedikit berbulu hitam halus, ah, sungguh merangsang darah lelakiku.

Perlahan mulutku menyusur ke bawah menuju pusarnya, dan kujilati lubang dangkal pusar itu.
Narsih mendesah.. “Oooocchhh yaaaang.. geeliiiii.. Oooooch..”

Mukaku terus turun ke bawah, kulewati saja selangkangannya yang tertutup pembalut dan kujilati sisi dalam pahanya.
Penisku kugesek-gesekkan ke kedua tetek Narsih. Enak rasanya.

Dibantu tangan Narsih.. sambil dielus-elus, ujung penisku digosok-gosokkannya ke pentil susunya.
Aku merasa nikmat, aku ingin orgasme dengan cara begitu. “Teeruuus Siiih.. gosok teruus seperti itu ya yaaang..” pintaku.

Sementara jilatan dan kenyotan ringanku pada paha mendekati lipatan selangkangannya juga makin menghebat.
Akibat perlakuanku itu, Narsih menjerit.. “Paaah.. Aaakuuu nggaaaak kuuaaat..”

Tak tahan karena manipulasiku lidahku di sekitar selangkangannya.
Narsih akhirnya minta.. “Paaah, aku ditindih sajaaa paaaah.. aaayooo paaaah.. Cepeeet..”

Kuturuti permintaannya, Narsih kutindih, dan selangkangannya kurenggangkan..
agar penisku bisa berada di lipatan paha atas itu.

Kucium Narsih dengan penuh nafsu.
Narsih menggeliat, dengan menggesek-gesekkan selangkangannya yang berpembalut itu ke penisku..
“Aaakuuu nggaaaak taaahaaan yaaaang..”

Birahiku sudah tak terkontrol lagi, penisku kucoba kumasukkan melalui sela-sela celana dalam Narsih..
agar bisa menyentuh bibir vaginanya. Agak sulit masuk ke sana.

Narsih rupanya juga ingin aku bertindak lebih dari itu.. tiba-tiba tangannya masuk ke celana dalamnya..
Lalu disingkirkannya pembalut wanita penutup vaginanya yang berfungsi mencegah mengalirnya darah menstruasi keluar.

“Ayoo paaaah, masuukkan saajaaa paaaah..” Begitu penghalang itu tak ada.
Celana dalam Narsih kusibak dari sisi kanan tanpa kulepas, dan kucoba masukkan penisku ke vagina Narsih.

Pelan tapi pasti dengan bantuan dorongan pinggulku, penisku masuk ke vaginanya.
Terasa agak becek memang, tetapi tetap enak.

“Nggaak apa-apa Siiiih..? Aku sudah masuk..”
“Teruuus saja paaaah.. nggak apa-apa.. Oooooochhhh..” jawabnya sambil mengerang.

Mendengar jawaban itu, kukayuh penisku dalam-dalam. Becek-becek enak.
Narsih makin meregang dan menggeliat. “Teeeruuuus paaah.. Gooooyaaaang.. Aaaarrrghhhhh.. ooooch..”

Lidahku menjilati bagian leher samping Narsih.. sehingga makin menggeliatlah dia tanpa beraturan.
“Aaaayooo paaaah.. Teeeeruuus.. sssshhhh.. Oooochhh.. aakuuu cintaaa paaaapaah Waaawaaaan.. ooooocchhh..”

Cukup sensasional juga rasa vagina yang becek seperti ini.
Denyutan otot dalam vagina Narsih mulai terasa. Ujung penisku seperti dipijat nikmat.

“Eeeenaaaak saaaayaang.. aaakuu saaaayaaaang kamuu Siiiih.. kaaamuuu eeenaaak..”
Lenguhku, sambil makin keras mengocok dan memutar penisku di dalam tempiknya.

Kedua jari tangannya yang berada di kasur kugenggam sayang.
Makin menghebatlah gerakan Narsih.. dadanya menggeliat membusung.. pantatnya diangkat-angkatnya..
sehingga ujung penisku makin terasa ditekan-tekan enak.

Satu tangannya melapas genggamanku dan ganti meremas seprei kasur..
matanya terpejam dengan mulut yang merekah komat-kamit sekali-sekali merintih.
Sungguh pemandangan yang menggairahkan darah lelaki mana pun.

Akhirnya waktunya tiba.. hampir bersamaan kami berdua meregang dan menggelinjang..
Dibarengi semprotan maniku berkali-kali ke dalam vagina Narsih yang basah oleh darah menstruasi.

“Aaah Siiiih.. aakuuu keeluuuuaar..”
“Oooooooch iiiiiichhhhh.. Paaaaaaaah.. aaaarggghhhhh..”
Teriak Narsih sembari tangan satunya mencakar punggungku kuat-kuat.. kemudian lemas terengah-engah.

Oh.. enaknya.. Terasa sekali denyutan ritmis otot tempik Narsih yang memijat-mijat penisku.
Kuciumi Narsih.. dari buah dadanya yang basah oleh peluh kami berdua, sampai leher dan seluruh wajahnya.

Seprei tempat tidur basah oleh darah menstruasi bercampur dengan air maniku yang meleleh keluar.
Juga celana dalamnya. Ah.. aku sayang kamu Narsih..

Itulah beberapa adegan persetubuhan liar yang mengesankan antara aku dan Narsih yang penuh kasih sayang.
Ratusan adegan lain yang pernah kami lakukan tentu tak mungkin cukup diceritakan di sini.

Sekarang aku sudah tak lagi pernah bertemu dengan Narsih.
Aku dengar akhirnya dia cerai dari Bakdi suaminya.. dan tetap tidak punya anak.

Ada kabar dari seorang teman.. bahwa Narsih telah menikah lagi dengan seorang duda yang beranak tiga.
Katanya.. Narsih hidup cukup berbahagia dengan suaminya yang sekarang.
Tempat dinasnya pun sudah pindah dari Puskesmas itu.

Sampai saat ini aku masih mengenangnya. Aku tetap merasa bahwa cinta Narsih tulus padaku.
Sebaliknya juga.. rasa sayangku tulus padanya. Sayang.. kami tak mungkin bersatu.

Di samping Narsih.. aku tetap mencintai istri dan anak-anakku dengan sepenuh hati. ( .) ( .)
----------------------------------------oOo-------------------------------------

End of Cerita 136 – Susterku Tersayang

Sampai Jumpa di Cerita Lainnya.. :bye:
 
Terakhir diubah:
Bimabet
----------------------------------------------------------------

Cerita 04 – Dulu Meronta.. Kini Meminta-minta

Heni


Setelah membaca tulisan yang berjudul ‘Rumput Tetangga Lebih Hijau & Lebih Nikmat’ ..
aku terilhami untuk menuliskan pengalamanku bermain seks dengan tetanggaku sendiri..
walaupun jalan ceritanya berbeda dengan yang diceriterakan oleh penulis ceritera tersebut.
Aku harus menjalani dulu perjuangan yang berat.

Aku.. sebut saja Riyans.. adalah seorang laki-laki yang sudah beristri dan mempunyai seorang anak yang sudah berumur 7 tahun..
dan sudah bersekolah di kelas 1 SD.

Karena anak kami masih kecil.. dan jarak antara rumah kami dengan SD tempat anak kami bersekolah cukup jauh..
maka setiap hari istriku mengantarkan anak kami ke sekolah.

Kami mempunyai tetangga.. suami istri.. yang sudah sangat akrab dengan kami.
Istrinya.. sebut saja Heni.. sangat akrab dengan istriku.. sehingga hampir setiap hari ia bermain ke rumah kami..

Dan kalau berkunjung ke rumah kami biasanya ia langsung masuk.. tanpa mengucapkan salam atau membunyikan bel.
Suaminya sendiri bekerja di perusahaan swasta yang seringkali pulang malam dan kebetulan mereka belum dikaruniai anak.

Heni biasa memanggil istriku dengan sebutan Teteh.. sedangkan kepadaku ia biasa memanggil Mas Ary.
Ia adalah seorang wanita yang cantik.. kulitnya putih mulus dan bodinya pun menggiurkan namun sangat bersahaja dan lugu..
tidak pernah neko-neko.. baik dalam cara berpakaian maupun cara bergaul.. pokoknya polos.

Kalau berkunjung ke rumah kami.. biasanya ia hanya memakai daster..
atau kadang-kadang memakai kain.. namun bagiku hal tersebut menjadikan dia sangat seksi.

Aku merasa sangat senang kalau ia berkunjung ke rumah kami dan berlama-lama mengobrol dengan istriku..
sebab aku bisa berlama-lama pula mengintipnya dari balik garden kamar.. memperhatikan tubuhnya yang sintal.

Kalau sudah tidak tahan.. aku pun melakukan onani sambil mengintipnya..
Membayangkan seandainya tubuh Heni itu bugil dan aku menggumulinya. Ahhh..

Bahkan tidak jarang.. ketika aku sedang menyetubuhi istriku.. pikiranku berfantasi seolah-olah aku sedang menyetubuhi Heni..
Dan memang dengan berfantasi seperti itu aku merasakan kenikmatan yang lebih dari biasanya.

Namun aku sering merasa kesal.. karena orang yang sering kubayangkan tersebut selalu bersikap acuh terhadap diriku.
Aku sering mencoba memancing ke arah pembicaraan yang agak menjurus.. namun ia tidak pernah menanggapinya..
Bahkan pura-pura tidak mendengarnya. Sikapnya tersebut jelas membuat diriku semakin merasa penasaran.

Pada suatu hari.. istriku minta izin kepadaku untuk pergi ke rumah saudaranya yang rumahnya agak jauh..
setelah pulang dari sekolah anak kami.. dan diperkirakan baru akan pulang ke rumah sore harinya.
Aku tidak berkeberatan.. karena aku pun tidak akan pergi ke mana-mana.. sehingga tidak khawatir dengan keadaan rumah kami.

Aku lalu bersantai-santai saja di rumah.. sambil menyetel Vcd porno..
yang tentu saja tidak berani kusetel bila anak kami sedang berada di rumah.

Kunikmati tontonan yang merangsang tersebut..
sambil membayangkan bahwa yang bermain di dalam film porno tersebut adalah aku dan Heni. Hehe..

Tak perlu waktu lama aku jadi terhanyut dalam bayangan bahwa diriku sedang menggumuli tubuh bugil Heni.
Kebetulan sudah seminggu kontolku tidak mendapat jatah.. karena istriku sedang berhalangan. Kontolku sudah sangat ngaceng.

Sedang asyik-asyiknya aku menonton sambil mempermainkan kontolku.. tiba-tiba pintu yang lupa aku kunci dibuka orang..
sehingga kontan kumatikan Vcd player yang sedang kusetel.

Ternyata yang membuka pintu tersebut adalah Heni.. yang langsung masuk sambil memanggil-manggil istriku: “Teh.. Teh..!”
Ia memakai kain dan baju atasannya agak terbuka atasnya.. sehingga pangkal buah dadanya yang putih mulus dan montok terlihat sedikit.

Kain yang dipakainya agak basah.. mungkin ia baru selesai mencuci.. sehingga pinggulnya tercetak dengan jelas..
aku juga tidak melihat garis segitiga di balik kain yang dikenakannya itu.. sehingga aku berkeyakinan bahwa ia tidak memakai celana dalam.
Hal itu menyebabkan aku semakin terangsang.

“Mas.. Tetehnya ke mana..?” Tanyanya cuek seperti biasanya.
“Ke rumah saudara.. pulangnya nanti sore..” jawabku.

“Memangnya mau apa sih Hen..?” Tanyaku lagi.
“Anu Mas.. mau pinjam seterikaan.. kepunyaan saya rusak..”

Maka.. dengan riangnya datanglah setan membisikkan ke dalam diriku ..
bahwa aku harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mewujudkan hal yang selama ini selalu menjadi fantasiku.

Aku berkata: “Biasanya sih di kamar tidur.. ambil saja sendiri..!”
Padahal aku tau bahwa seterikaan tersebut tidak disimpan di kamar tidur.

Ketika Heni pergi ke kamar tidur untuk mencari seterikaan.. aku segera mengunci pintu.. agar tidak ada orang lain yang mengganggu rencanaku.
Kontolku sudah sangat keras karena ingin segera mendapat jatah.

Dari dalam kamar tidur terdengar Heni berkata: “Kok enggak ada Mas.. di sebelah mana ya..!?”
Segera saja aku masuk ke kamar tidur dengan hanya mengenakan sarung tanpa memakai celana dalam..
supaya rencanaku tidak terhambat dengan CD.

Nampaknya Heni tidak menaruh curiga apa-apa. “Mungkin di bawah tempat tidur..” kataku pura-puranya.
Kemudian Heni pun melihat ke bawah tempat tidur.. tentu saja sambil menungging.

Ketika Heni menungging.. aku melihat sebuah pemandangan yang sangat indah dan sangat menggairahkan.
Betapa tidak.. pPantat Heni yang bahenol tercetak pada kain yang dikenakannya..
Dan sekali lagi aku yakin.. bahwa Heni tidak memakai celana dalam.. sebab aku tidak melihat garis segitiga pada pantatnya yang bahenol itu.

Karena sudah tidak tahan maka aku pun segera memeluk tubuh Heni dari belakang.
sambil menggesek-gesekkan kontolku pada pantatnya.

Ternyata Heni memberikan reaksi yang tidak kuharapkan.
Ia meronta-ronta.. berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukanku sambil memaki-maki diriku..

“Mas apa-apaan sih..!? Lepaskan..! Aku tidak mau melakukan ini.. kamu bajingan Mas.. Tidak kusangka..!”
Melihat reaksinya yang seperti itu pada mulanya aku pun merasa ragu untuk melanjutkan perbuatanku..

Namun rupanya bisikan setan lebih dahsyat daripada akal sehatku..
Sehingga.. walaupun Heni meronta-ronta sambil memaki-maki.. aku tidak peduli.. bahkan aku semakin bernafsu.

“Ampun Mas.. lepaskan aku.. aku tidak mau melakukan hal yang seperti ini..!”
Heni berkata sambil menangis dan meronta-ronta.

Aku semakin ganas.. kuhempaskan tubuh Heni ke atas tempat tidur sambil kutarik kainnya secara paksa..
sehingga kain tersebut lepas.. dan terlihatlah kemaluan Heni yang ditumbuhi bulu yang lebat.

Aku semakin bernafsu.. aku berusaha untuk membuka pakaian bagian atasnya..
Namun aku mendapat kesulitan.. karena Heni selalu mendekapkan tangannya erat-erat di dadanya sambil terus menangis..

Kakinyapun selalu dia rapatkan erat-erat sambil menendang-nendang..
sehingga aku mendapat kesulitan untuk memasukkan tubuhku di sela-sela pahanya.

Mungkin akibat sudah lelah atau karena lengah..
pada suatu kesempatan aku mendapat kesempatan untuk merenggangkan pahanya..
Hingga tubuhku berhasil masuk ke sela-sela pahanya.

Dari sana aku berusaha untuk melepaskan pakaian bagian atas Heni.. sekaligus bh-nya yang ia pertahankan dengan gigih..
sambil meronta-ronta.. menjerit-jerit.. memukul dan mencakari tubuhku.

Krekk.. Akhirnya aku berhasil menyobekkan pakaian bagian atasnya dan melepaskan bh-nya..
lantas aku pun berhasil mendaratkan bibirku pada susunya yang masih keras.. maklum.. belum dipakai menyusui.. kecuali suaminya.

Tak ayal lagi.. aku pun menciumi susunya dan sesekali mengulum putingnya dan menyedotnya.
Diperlakukan demikian Heni mendesah.. namun ia masih terus melakukan perlawanan dengan cara meronta-ronta sambil menangis..
walaupun rontaannya sudah agak melemah.. entah karena kecapekan entah karena mulai terangsang.

Sejalan dengan itu pertahanan pahanya pun mengendur.. sehingga lambat laun kontolku yang sudah super tegang..
berhasil menyentuh bagian luar memeknya.. Plepp.. slebb.. slepp.. slepp.. slepp..
Langsung saja kugesek-gesekkan kontolku untuk mencari lubang yang selama ini aku idam-idamkan.

Clebbh..! Akhirnya kepala kontolku berhasil menemukan lubang idaman tersebut.. perlahan membelah bibirnya.
Lalu.. Slebb.. secara perlahan tapi pasti.. aku pun memasukkan kontolku ke dalam lubang tersebut.

Ketika kontolku berhasil melakukan penetrasi ke dalam lubang memeknya.. serta merta terdengar mulut Heni mendesah dan merintih..
Badannya pun menjadi lemas.. perlawanannya mengendur..

Ketika penetrasi kontolku kusempurnakan dengan tekanan yang mantap ia pun menjerit tertahan.
“Aaaaaaahhhh..!! Maaaassssssss..!” Inilah reaksi yang sangat aku harapkan..

Ketika kontolku telah mantap terjepit di lepitan memeknya yang hangat.. mulailah aku naik-turunkan pantatku..
menyodok-nyodokkan kontolku dengan cepat.. pantat Heni pun mengimbanginya dengan gerakan sebaliknya.

Sekarang bibirku pun dengan leluasa tanpa hambatan bermain di puting susunya..
Sesekali aku bergerilya di ketiaknya yang ditumbuhi bulu yang lebat..
Uhmm.. aromanya yang agak bau keringat sangat aku senangi.. sehingga semakin meningkatkan gairahku.

Tangan Heni yang tadinya dipergunakan untuk memukuli dan mencakar tubuhku..
kini ia gunakan untuk memeluk dan mengelus-elus punggungku.

Tadinya ia menangis dan menjerit-jerit karena menolak..
kini ia menjerit-jerit dan mendesah serta mengerang karena gairah yang memuncak.
“Aahhh.. Eeemmhh.. Aduuhhhhh.. Ssshhh.. Ssshhhh.. ssshhh.. Hhhmmmhhh.. Masss.. Nikmaatttt..”

Heni meladeni semua permainanku dengan sangat agresif.. Kami berguling-guling di atas tempat tidur..
kadang aku di atas kadang Heni yang di atas.
Nampak sekali ia sangat menikmati permainan ini.. sama sekali tidak tampak bekas-bekas penolakannya.

Ketika aku suruh dia menungging untuk melakukan posisi dog-style ia menolak..
“Jangaan Masssss.. jangan dari dubuur.. aku tidak suka.. jijiikk..”

Rupanya ia mengira bahwa aku akan menyodominya..
sebab oleh suaminya ia tidak pernah disetubuhi dari arah belakang.

Dengan sedikit tekanan aku agak memaksanya untuk menungging..
Posisi yang sangat aku sukai ketika bersetubuh dengan istriku. Akhirnya.. dengan terpaksa Heni menuruti keinginanku.

Wuahhh..! Pemandangan yang aku lihat saat Heni menungging semakin meningkatkan birahiku..
Pantatnya yang putih dan bulat serta memek berbulu yang terjepit oleh pahanya.. Aaaahhhh.. sungguh menggairahkan.

Segera aku arahkan kontolku yang masih sangat tegang dan berlumuran lendir itu ke arah memeknya yang terjepit oleh paha mulus.
Clepp.. slebbh..! Ketika kontolku secara perlahan-lahan masuk ke dalam memeknya.. Heni menggelepar-gelepar.. sambil kelojotan..
Baru kali ini ia merasakan sensasi yang baru ia rasakan setelah beberapa tahun menikah.

“Aaww.. Maassss.. Enak sekaliii.. Terus Maasss jangan lepaskan kontolmuu..
Adduhh.. teruus tekan yang kerass.. kalau bisa dengan kanjutnyaaa (bijinya)..!

Tangannya menggapai-gapai ke belakang.. ingin menarik pantatku.. agar kontolku masuk lebih dalam lagi.
Dengan leluasa pula kedua tanganku mempermainkan susunya yang menggelantung dengan indah.

Maka erangan Heni pun semakin menjadi-jadi karena ia mendapat kenikmatan dari dua arah.
Clobb.. clepp.. clepp.. clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. clebb,, clebb,, crebb.. crebb..

Memeknya aku kocok terus dengan kontolku.. dan susunya yang terus aku permainkan dengan tanganku.
Heni pun menjerit dan mengerang dengan histeris.. mulutnya meracau mengeluarkan kata-kata jorok yang semakin merangsang diriku.

“Maasss.. jangan lepaskan kontolmu dari memekku.. puaskanlah memekku dengan kontolmuu.. Oghh.. oghhh..
Aku baru merasakan kenikmatan yang seperti ini.. kontooll.. Aawww.. Maasss.. aku ingin kontolmu dalam memekku.. Aahhh.. sshh.. ssshhh..”

Beberapa saat berselang kucabut kontolku dari memek Heni.. karena aku sudah merasa agak lelah dengan posisi tersebut.
Heni menyangka bahwa aku akan menyelesaikan eweanku terhadap dirinya..
sontak ia seperti marah-marah dan meminta agar aku segera memasukkan lagi kontolku ke dalam memeknya..

“Mas jangan dicabut dong kontolnya.. aku belum orgasme nih..! Ayo masukkan lagi..! Ahh.. masukun donk kontolmu Maasss..”

Namun aku mempunyai rencana lain. aku minta agar Heni berbaring telentang dengan kaki menekuk..
Aku segera mengarahkan mukaku ke memeknya.. mula-mula aku jilati bagian dalam pahanya..
kemudian aku jilati memeknya dan aku isap itilnya.

Diperlakukan demikian.. kontan Heni menjerit karena ia tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu..
dan memang ia tidak pernah diperlakukan demikian oleh suaminya. Suaminya sangat konvensional.

“Aaaww.. Maasss.. Geliiiiii.. tapi nikmaatt.. Terus Mas isap itilkuu.. jilat memekkkuu.. Agak ke bawah Masss..
Ya.. ya.. benar di situ Maassss .. Aaawwww.. Maasss.. mana kontolmu..? Ke sinikan.. aku ingin mengulumnya..”

Maka aku pun berputar untuk menyodorkan kontolku ke mulut Heni dan kami pun mempraktekkan posisi 69.
Kontolku dijilati oleh Heni.. kadang-kadang dikenyotnya dalam-dalam..
membuatku mengerang sambil terus mengisap memek Heni yang sudah dipenuhi oleh lendir.

Ketika aku merasa bahwa aku akan mencapai orgasme aku pun mencabut kontolku dari mulut Heni..
Blessebb.. segera memasukkannya ke dalam memeknya.. sambil terus digenjot.

Nampaknya Heni pun sama akan mencapai orgasme.. gerakan pantatnya semakin liar.. desahannya semakin kerap.
Dan ketika aku merasa ada yang mendesak di dalam kontolku aku pun menekankannya keras-keras ke dalam memek Heni..
sambil memeluk tubuhnya erat-erat..

Heni pun demikian pula.. ia memeluk tubuhku erat-erat sambil menahan tekanan kontolku.
Maka kami pun mengalami orgasme secara bersamaan..

Kami pun sama-sama mengeluarkan suara erangan yang panjang.. sebagai tanda bahwa kami berada pada puncak kepuasan.
“Aahhhh.. Maasss..” Srrr.. srrr.. srrr.. srrr..

“Sshhh.. Heennn..” crott.. crott.. crott.. crott..
Tubuh kami pun terkulai bermandikan keringat.. Heni memeluk erat-erat tubuhku seolah-olah tidak mau lepas selamanya.

Ia berbisik dengan manja sambil nafasnya terengah-engah.. “Mas maaf yah atas kelakuanku terhadap Mas Ary tadi..!
Tadinya Heni kira ngewe itu dengan siapa pun rasanya sama saja.. ternyata ngewe dengan Mas Ary itu beribu-ribukali lebih nikmat..
dibandingkan dengan ngewe bersama suami Heni.." ujarnya sambil mengatur napas.

"Terus terang saja.. kadang-kadang Heni merasa bosan ngewe dengan suami Heni.. karena ia hanya mementingkan diri sendiri.
Baru kali ini Heni mengalami yang namanya orgasme. Ah kontol Mas Ary sangat perkasa.. aahhh.. Kontool.. Kamu ini kok nikmat sekali..!”
Lanjutnya lagi sambil ia mempermainkan kontolku.. sehingga kontolku tegang kembali.

Melihat kontolku sudah ngaceng kembali Heni merengek meminta ngewe kembali.
“Mas.. ngewe lagi yu..? Tuh kan kontolnya sudah tegang juga..
Heni ladeni Mas Ary sampai kapan pun kontol Mas Ary sanggup menancap di dalam memek Heni..! Ayo dong Mas..!” Rengeknya.

Aku pura-pura tidak mau.. – padahal nafsu sih sudah sampai ke puncak ubun-ubun..–
“Enggak mau ah.. nanti suamimu keburu pulang.. lagipula Heni kan mau menyeterika.. kita cari saja seterikaan itu..” kataku menggodanya.

“Enggak Mas.. suamiku sedang pergi ke luar kota.. baru besok ia pulang. Soal seterikaan sekarang sudah menjadi.. nomor keberapa..
Jauh lebih penting kontolmu ini Mas dibanding dengan seterikaan. Menyeterika itu seringkali terasa membosankan..
tapi ngewe denganmu rasanya aku tidak akan pernah bosan mass..
Cepet doong.. coba raba memekku Mas.. sudah sangat basahh mass..Ayo doong.. kontoolll.. mass..”
Heni menjawab.. ia tetap merengek meminta agar aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya.. namun aku diam saja seperti tidak mau.

Karena aku tidak bereaksi maka Heni pun mengambil inisiatif.. ia segera naik ke atas tubuhku.. menciumi dadaku..
menyodorkan susunya ke mulutku agar kuisap.. menyodorkan ketiaknya agar aku menjilatnya dan menyodorkan memeknya ke mukaku..

“Mas.. jilat dong memekku.. isap itilnya sesukamu.. aku ingin mendapat kenikmatan lagi.. silakan dong Maaasssss..!”
Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang menggairahkan ini.. segera aku menjilati memeknya dan mengisap itilnya.. kadang-kadang menggigitnya.

Diperlakukan demikian Heni mendesah dan mengerang sambil pinggulnya tidak henti-hentinya menggelinjang..
“Aahh.. Maasss.. terus beri aku kenikmatan.. aaawww.. jangan terlalu keras menggigitnya dong Mas.. aahhh.. Ssshh.. ssshhh.. nikmaatt..”

Tidak lama kemudian ia mengarahkan lubang memeknya ke arah kontolku yang memang sudah ngaceng daritadi.. kontolku pun menyambutnya..
Slebb..! Melakukan penetrasi sambil terus kunaik-turunkan pantatku untuk mengimbangi goyangan pantat Heni.

“Ahhhh.. ssssshhhhhhh..” Heni menjerit karena merasa senang diperlakukan demikian..
“Aahh.. hmmhhh.. Massss.. terus tancapkan kontolmu ke dalam memekku.. ssshhh.. aku rela masss..
Maasss.. bulu kanjutmu menambah kenikmatan memekku masss.. aaahhh..! Kontoll..”

Setelah berlangsung agak lama Heni meminta aku mencabut kontolku dan menusuknya dari belakang..
“Massss.. cabut dulu kontolmuu.. tusuk lagi dari belakang mass.. ahhh..
Cepet masss.. tusuk memekku dari belakang masss.. aahh.. ssshh.. Maaassssss..”

Heni memang hebat.. kini ia sangat agresif dan pandai merangsang serta memuaskan lawan mainnya.
Ia langsung bisa mengimbangi permainanku dalam bersetubuh.
Kami pun melakukan berbagai variasi dan posisi dalam bersetubuh dan kami selalu mengalami orgasme secara bersamaan.

Sejak saat itu aku dan Heni sering melakukan persetubuhan..
tergantung siapa yang lebih dulu menginginkan maka dialah yang menghampiri lebih dulu.

Kadang-kadang Heni datang ke rumahku ketika istriku sedang tidak ada di rumah.
Kadang-kadang aku yang datang ke rumahnya ketika suaminya sudah pergi.

Tidak jarang ketika aku datang ke rumahnya Heni sedang mencuci pakaian di kamar mandi..
maka kami pun bersetubuh di kamar mandi.. kadang-kadang kami bersetubuh di dapur kalau kebetulan ia sedang memasak..

Kadang-kadang pula kami melakukannya dengan berbasah-basah di lantai bila ia sedang mengepel.
Dan setiap variasi persetubuhan yang kami lakukan selalu memberi sensasi baru kepada kami.

Heni semakin sering berkunjung ke rumahku.. walaupun sedang ada istriku.
Kalau ia berkunjung ke rumahku dan istriku sedang di kamar mandi atau sedang ke warung..
kami memanfaatkan waktu yang sebentar tersebut dengan seefektif mungkin untuk ngewe..
atau sekedar saling mempermainkan kemaluan kami masing-masing.

Atau kalau kami berpapasan.. maka tangan Heni tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk menjawil kontolku..
dan aku pun selalu mencubit memeknya yang memang seolah-olah ia sodorkan untuk kucubit atau kujawil dan kuremas susunya.

Kini.. setelah aku mempunyai lubang kenikmatan yang baru.. yaitu memek Heni.. aku pun tidak terlalu banyak menuntut kepada istriku..
Demikian juga Heni.. ia tidak lagi suka meminta jatah kepada suaminya.

Ah Heniiiiiii.. Heni.. dulu kamu meronta-ronta.. kini kamu meminta-minta..! Haha.. (. ) ( .)
----------------------------------------------
Biasanya emang gitu hu ,
Di awal ga Mao , setelah merasakan akhirnya Ketagihan 🤣
Lanjutkan hu , kalo bisa Buntingin
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd