Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------------------------------------

Cerita 156 – Gadis Gadis Kontrakan

Scene 1 – Prolog

Namanya Okta.. sebut saja begitu. Ia adalah salahsatu mahasiswi di universitas ternama di Jawa Barat.
Wajahnya tidak cantik.. tapi memiliki aura eksotis.

Badannya tidak tinggi.. tapi sintal berisi.. membuat siapapun yang melihatnya merasa gemas.
Gemas ingin menjamah tubuh montok itu.

Dengan payudara berukuran 36B.. Okta merupakan sosok gadis menggairahkan..
yang membuat siapapun ingin merasakan dan mencicipi tubuhnya.

Siang itu.. Okta sendirian di kontrakannya.
Ia menyewa sebuah rumah kontrakan besar bersama ketiga temannya: Eva.. Arina dan Hani.

Kedua temannya itu masih kuliah.. satu sudah bekerja. Ia sendiri tidak ada kuliah hari itu.
Dengan hanya menggunakan bra dan celana hotpants.. Okta terlihat asik melihat layar laptopnya.

”Main ke kontrakanku aja, yuk. Lagi sendiri juga nih aku..” ketiknya..
Saat itu ia sedang asik chatting dengan seseorang di sebuah aplikasi chatting.

”Serius, mbak.. boleh..? Deket sih kontrakan mbak dari kosanku.
Aku juga penasaran nih gimana aslinya. Hehehe..”
balas teman chatnya tersebut.

Di layar.. tampak foto Okta hanya dengan menggunakan bra.. dan foto lain dirinya..
yang tidak mengenakan bra.. hanya kedua telapak tangannya yang menutupi dada besarnya itu.
Sepertinya ia sedang bertukar foto seksi dengan lawan chattingnya itu.

”Boleh lah. Ini nomerku. Nanti kalo sudah sampai SMS saja..”
Balasnya sambil mengetik sebuah nomor handphone.

”Oke, mbaak. Aku ke sana yaa..” balas sang pria di ujung chatting.
Okta tersenyum simpul seraya bangkit dari kasurnya.

Ia melepas branya dan mematut diri di depan cermin di kamarnya.
”Masih bagus kok..” ujarnya sambil memegang buah dadanya yang montok.

Sejak kehilangan keperawanan di awal kuliah.. Okta seolah ketagihan dengan aktivitas seksual.
Hampir semua pacarnya pernah merasakan lubang di tubuh Okta.

Sadar organ vitalnya sering digunakan.. Okta benar-benar merawatnya..
sehingga dadanya tetap kencang dan vaginanya tetap rapat.
Hal ini membuat pacar-pacarnya semakin betah berlama-lama menggarap dirinya.

Tanpa menggunakan branya.. Okta keluar untuk mengambil handuk.
Ia hendak mandi sebelum kedatangan teman chattingnya itu.
Payudara besarnya dibiarkan terbuka.. sehingga bergoyang kesana kemari seiring langkahnya.

Teras kontrakannya adalah halaman parkir yang cukup luas untuk 3 mobil..
dengan pagar besar dan kanopi yang menutupinya..

Sehingga Okta tidak perlu khawatir ada yang melihatnya setengah telanjang..
saat ke teras untuk mengambil handuk di jemuran.

Sekitar kontrakannya pun tidak terlalu ramai..
sehingga membuatnya semakin tenang menuju teras dengan telanjang dada.

”Kamu masuk aja, mbak lagi mandi..”
Begitu balasannya saat sebuah pesan singkat masuk menanyakan kondisi kontrakannya.

Sambil menyabuni dan mencukur bulu vaginanya.. Okta mendengar derit pintu pagarnya dibuka.
”Datang juga dia..!!” Pekiknya lirih.. senang.

Seolah membayangkan kenikmatan yang akan segera ia dapatkan dari cowok yang baru dikenalnya..
Okta tersenyum sambil terus membersihkan vaginanya dari rambut-rambut tipis.

“Lama, dek..?” Tanyanya kepada seorang pemuda yang katanya baru berusia 18 tahun. Edwin namanya.
“Eh, ohh. Ehmm.. ngg.. nggak kok, mbak..” jawabnya gugup saat melihat kedatangan Okta.

Siapa yang tidak gugup.. saat melihat sesosok tubuh sintal dan montok..
hanya berbalut handuk tipis yang pendek.

Setengah payudara besarnya menyembul..
sehingga terlihatlah belahan dadanya yang membuat Edwin menelan ludah.

“Ini minum dulu..” ujar Okta sambil meletakkan segelas teh.
“Gimana, mau langsung apa gimana nih..? Kamu mau liat aslinya kaaan..?”

Tanya Okta genit sambil memegang bongkahan dadanya.
“Eh.. ohh.. ter-terserah mbak aja..”

“Hmm.. Kamu kok gugup gitu sih..? Padahal di chat tadi kamu semangat banget. Hehehe..
Nih mbak udah beres-beres sesuai kesukaan kamu..”
Ujarnya sambil memegang tangan Edwin dan menggiringnya ke area sensitifnya.

Edwin yang nampaknya baru pertamakali..
memegang benda bernama vagina langsung terlihat sangat gugup.

Walau begitu.. tangannya menikmati memegang daging tebal milik Okta.
Bahkan.. di tengah remasan-remasan itu.. Edwin iseng memasukkan jarinya ke dalam vagina Okta.

“Auw..!!” Pekik Okta.
“Sabar dong, dek. Nanti ada waktunya. Kamu suka yang gak ada rambutnya kan..?”

“I-iya, mbak..” jawab Edwin gugup. Ia bahkan tidak menyadari ada atau tidaknya rambut di sana..
Karena begitu menikmati memegang alat kelamin gadis berusia 21 tahun itu.

Tidak ingin menunggu lama.. Okta langsung mengajak Edwin masuk ke kamarnya.
Duduk berdua di tepi ranjang.. Okta hanya senyum-senyum melihat lawan chattingnya itu terlihat kikuk.

Edwin.. yang notabene masih perjaka.. tentu gugup dengan pengalaman pertamanya ini.
“Sebelum mulai, mbak mau kamu oral dulu dong..”
“O-oke.. mbak..”

Tidak lama-lama, Okta segera membuka handuk hijaunya.
Di depan Edwin.. Okta kini tidak mengenakan sehelai benang pun.

Dadanya yang montok dan vaginanya yang tebal menjadi santapan mata Edwin dengan bebasnya.
Putingnya yang bulat agak besar dengan warna agak hitam terlihat menantang di puncak bukit susu Okta.

“Kenapa, dek..? Kok diem aja..? Mau yaaa..?”
Tanya Okta genit sambil menyodor-nyodorkan buah dadanya ke Edwin.

Edwin hanya menelan ludah melihat tubuh telanjang Okta di depan matanya.
“Mbak, ge-gede banget..” pujinya.

“Iya dong. Cowok suka yang gede kan..?” Jawab Okta bangga sambil memilin-milin putingnya sendiri.
“Kamu buka baju juga dong. Masa aku doang yang bugil..” pinta Okta.

Tanpa disuruh lagi.. Edwin langsung membuka seluruh baju dan celananya.
Jadilah keduanya kini telanjang di kamar Okta.

“Punyamu gede juga ya, dek..” kata Okta.
“Iya dong. Cewek kan suka yang gede, mbak..” balas Edwin meniru ucapan Okta.

“Hahaha. Kamu bisa aja. Ya udah yuk.. mbak udah gak tahan nih. Kamu oral mbak dulu ya..”
“Siap, mbak..”

Okta langsung telentang di atas kasur.
Kakinya tetap terjulur ke bawah.. sehingga vaginanya terekspose sepenuhnya ke arah Edwin.

Hal ini dia sengaja.. agar Edwin mudah men-servis alat kelaminnya..
yang kini terlihat sudah menggembung karena nafsu.

“Shhh.. oohhh.. aahhhh.. enakkhhh dekk.. aaahhhhh..”
Desah Okta saat lidah Edwin mulai menyapu vaginanya.

Meski belum pernah.. Edwin sudah belajar dari film-film porno yang dimilikinya.
Lidahnya menyapu bagian luar vagina Okta yang tebal.

Sesekali menulusup ke dalam vaginanya..
membasahi liang kenikmatan yang sudah berkali-kali mencicipi rasa penis itu.

“Ahhhh.. terussshhh dekkk.. aaahhhh..” Desahan Okta semakin keras..
saat tangan Edwin mulai aktif menjamah payudaranya yang menganggur.

Jarinya asik memilin-milin.. memencet dan menarik-narik puting Okta yang bulat tebal.
Mendapat serangan di dua arah..
Okta semakin bergelinjang tidak tahan menahan gairah yang semakin memuncak.

Puas bermain dengan dada montok Okta.. Edwin menggunakan tangannya untuk melebarkan paha Okta..
membiarkan lidahnya semakin leluasa bermain di liang surgawi gadis itu.

“Slurrrrppppp..” Edwin coba mengisap memek tebal Okta kuat-kuat.
“Aaaaaaahhhhh.. ssshhh.. aaaahhhhh..” desah Okta semakin menjadi-jadi.

Edwin membuka vagina Okta dengan kedua jarinya.. sehingga merekah.
Terlihatlah isi memek Okta dengan lebih jelas.

Lidah Edwin pun merasuk lebih dalam.. bermain-main dengan klitorisnya.
Sesekali diemut dan digigit kecil biji sensitif Okta tersebut.

Serangan tersebut membuat Okta semakin bergelinjang ke sana kemarin..
membuat buah dadanya berguncang hebat seiring gerakan badan seksinya.

“Dekk.. aaaaahhhhhh.. ssshhhh.. mbaaakkkk.. mauuuuu.. keluaaarrrr.. aaaaaaaa..”
Croot.. croot.. crooot.. Cairan cinta Okta pun keluar membasahi mulut Edwin.

Slrupp.. slrupp.. Edwin mengisapnya kuat-kuat hingga semua cairan itu terminum semua olehnya.
“Ohhhhhh.. aaahhhhhhh..” desah Okta saat menyadari Edwin tidak mengendurkan serangannya.

Edwin tetap asik bermain di liang surgawi Okta meski tau gadis itu baru saja orgasme.
Ia tampak asyik mengisap.. mengemut dan menggigit kecil biji klitoris Okta.

“Woi..!!!” Sebuah suara yang dikenal.. tiba-tiba mengagetkan dua insan tersebut.
Edwin yang kaget membuatnya tidak sengaja mengigit klitoris Okta.

“Aww..!!!!” Pekik Okta saat area sensitifnya itu tergigit Edwin.
Dengan kaget.. Okta dan Edwin menoleh ke arah pintu kamar yang memang lupa mereka tutup.

Edwin yang panik langsung berusaha menutupi penisnya dengan tangan..
sedangkan Okta tampak santai-santai saja duduk.. dan membiarkan tubuh telanjangnya terbuka lebar.

“Ah.. gila lu, Han..! Lagi enak-enak juga.
Untung nggak pas tadi gue mau keluar.. jadi gak gantung..” kata Okta.

Rupanya itu Hani.. teman kontrakan Okta. Hani baru pulang kuliah saat mendapati Okta sedang diservis..
oleh cowok lain yang belum pernah dibawanya ke kontrakan sebelumnya.

“Biasa aja kali.. dek. Gue udah sering liat penis cowok. Hahaha. Ini juga udah sering nyobain nih..”
Tawa Hani saat melihat wajah kikuk Edwin sambil menunjuk vaginanya sendiri.

“Lagian elu.. mentang-mentang libur.. malah asik-asikan sendirian di kontrakan.
Siapa lagi nih cowok..?” Tanyanya pada Okta.

“Ada deh. Lagian gue sendirian di kontrakan. Daripada bête juga kan.
Mending kasih makan nih si tembem..” ujar Okta sambil mengelus vaginanya..
yang masih mengeluarkan lelehan cairan orgasmenya.

“Gila lo ah..! Haha. Ya udah.. sana lanjutin. Gue mau mandi dulu. Panas banget gila..”
“Sono-sono.. ganggu orang aja nih..”

“Yeee, makanya tutup tuh pintu. Ngablak amat.. gue dari pintu depan juga bisa ngeliat ke dalem..
kalo memek lo lagi diservis..” jawab Hani sambil ngeloyor.

Hani.. 21 tahun. Teman satu kampus Okta. Perawakannya sangat berbeda dengan Okta.
Kalo Okta tidak cantik tapi eksotis dan manis.. Hani tergolong cantik dan manis.

Badannya putih.. tapi kecil dengan buah dada yang juga kecil.. cuma 32B.
Meski begitu.. tidak sedikit pengalamannya soal ML. Karena Hani sudah merasakan namanya ML sejak SMP.

Ia sudah biasa melihat Okta bersetubuh dengan cowok di kontrakan.. pun sebaliknya.
Bahkan cowok yang dibawa Okta untuk bersetubuh kerap berbeda.

“Maaf ya, dek. Lanjut yuk. Sekarang terserah deh kamu mau ngapain.
Nih tubuh mbak hari ini punya kamu..” kata Okta pada Edwin.
“I-iya, mbak..” jawab Edwin singkat.

Setelah nafsunya naik kembali setelah terpotong karena kehadiran Hani.. Edwin langsung merangsek naik.
Bibirnya langsung diarahkan ke puting dada Okta yang bulat.

“Aaahhhh.. enakkk..” desah Okta menikmati kuluman Edwin di puting payudaranya.
Edwin sesekali mengisap, mengigit dan menarik puting Okta dengan gemasnya.

TING-TONG..!!”
“Mbaaak.. kiriman gas dan air, mbaaaak..!!!” Teriak seseorang dari luar.

“Iihh.. siapa lagi sih..?” Gumam Okta sebal.. karena kenikmatannya terpotong lagi.
“Hanii..! Ada orang tuh di luar..!” Teriaknya pada Hani.

“Pasti tuh anak lagi mandi..” dengusnya sebal saat tidak mendapat jawaban.
”Bentar ya dek..” Okta pun memakai handuknya kembali sambil meninggalkan Edwin..
yang terlihat kecewa karena eksplorasinya di bukit susu Okta harus terpotong.

“Iya, mbak..” jawab Edwin singkat sambil beranjak duduk di kasur..
menampakkan penisnya yang berukuran 20 cm yang sudah tegang..
siap menyodok liang memek Okta kapan pun.

Gila.. memeknya oke banget. Toketnya super. Duh.. nggak rugi deh ngerasain ML pertama sama mbak Okta.
Super banget bodinya..!!


Ujar Edwin dalam hati sambil memperhatikan Okta yang keluar kamar hanya dengan berbalut handuk.
----oOo----

“Eh, Bang Kiki. Pesenan galon sama gas ya, bang..? Masuk aja. Nggak dikunci kok..”
Ujar Okta kepada pengantar yang dikenal bernama Bang Kiki.

Bang Kiki berusia sekitar 28-an.. adalah pengantar di warung Bu Kosim..
yang sering mengantar barang-barang pesanan pembeli.

Tubuhnya agak jangkung dengan pipi tirus.. wajahnya mirip Wendi Cagur..
dengan kumis dan janggut tebal yang menempel di wajahnya.

“Duh alahhhh, neng Okta seksi banget dah ah..! Tau aja abang mau dateng. Mau kasih bonus nih, neng..?
Tuh toket makin mengkel aja. Udah ada susunya belom, neng..? Hehehe..”

Goda Bang Kiki mesum yang melihat tubuh molek Okta yang hanya berbalut handuk tipis.
Bang Kiki memang kerap mendapat bayaran berbeda kalau mengantar barang ke kontrakan ini.

“Iihh.. si abang mah.. gak ada bonus-bonusanlah. Tetep tergantung abang itu mah. Hehehe..”

Balas Okta tidak kalah genit. Ia yang sudah terbiasa dengan ulah Bang Kiki..
dan memang sering ’membayar’.. tidak merasa terganggu dengan godaan mesum laki-laki itu.

“Semua berapa, bang..?” Tanya Okta sambil mengeluarkan dompetnya.
“Harga lagi pada naik, Neng. Totalnya jadi Rp150.000,00 semuanya..”

“Ah.. serius, Bang..? Mahal banget..!” ujar Okta terkejut mendengar nominal yang disebutkan Bang Kiki.
“Yaaa, tapi kan neng gak perlu bayar pake duit semua. Hehehe..” jawab Bang Kiki sambil tersenyum mesum.

Matanya tidak lepas menatap bongkahan dada Okta seolah tidak sabar ingin 'dibayar' seperti biasa.
Okta terdiam. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Hmm.. kemaren Bang Kiki pada dibayar gimana sama yang lain..?” Tanya Okta..
yang ingat sebelum-sebelumnya bukan dia yang menghampiri kalo Bang Kiki datang mengantar pesanan barang.

“Beda-beda, neng. Tergantung kurangnya sih. Tapi terakhirkali kalo sama neng Hani..
burung abang diisep sama dia sampe peju abang keluar.
Habis, abang mau isep teteknya tapi kan neng Hani teteknya kecil.. nggak semontok neng Okta. Hehehe.
Kalo yang terakhir sama neng Eva sih.. dia mau abang masukin burung abang ke pantatnya. Hehehe..”

Jawab Bang Kiki senang.. karena sudah bisa mencicipi tubuh gadis-gadis penghuni kontrakan di sini.
“Hah..!? Kok Eva mau dianal..? Emang dia beli apa, Bang..? Kalo sama Arina..?”

Tanya Okta sambil menyebut Eva.. satu-satunya perawan di kontrakan dan Arina..
satu-satunya gadis berjilbab di kontrakan.. yang tetap saja sudah pernah mencicipi rasa penis di vaginanya.

“Sama kayak sekarang, neng. Gas sama galon air 4.. tapi neng Eva nggak bayar sama sekali.
Jadi gantinya ya full servis. Tapi tetep kan neng Eva gak mau dientot memeknya, Neng..”
Jawab Bang Kiki seolah paham kebiasaan Eva.. yang suka anal demi menjaga selaput dara di vaginanya.

“Kalo mbak Arina mah selalu bayar full, mbak. Abang belom pernah tuh cobain dia.
Padahal mah biar kerudungan jugaa.. keliatan toketnya montok atuh.. nggak kalah sama neng Okta.
Bulet pisan, euy. Mengkel..” Lanjut Bang Kiki sambil menceritakan Arina.. penghuni tertua di kontrakan tersebut.

“Ouhhh.. ya udah deh.. nih aku bayarnya Rp50.000,00 aja ya, bang. Sisanya biasaaa..” ujar Okta pada akhirnya.
“Walahhh.. gede atuh abang nomboknya ini, Neng..”

“Yeee.. mau nggak, bang..? Nanti aku kasih yang setara deh sama tombokan Bang Kiki..”
kata Okta sambil menjulurkan uang 50 ribuan.

“Bener ya, Neng..? Abang mau dong tombok-tombok memek Neng. Hehehe..”
Jawab Bang Kiki sambil mengeluarkan senyum mesum khasnya.

“Yeee.. si abang. Nggaklah, kan perjanjiannya tombok-tombok memek kalo gak bayar sama sekali..”
“Sekarang abang mau dibayar apa nih sisanya..?” Lanjut Okta sambil duduk di kursi teras.

“Abang mau minum susunya neng dong, kangen nih. Susu neng kan paling montok di antara temen-temen Neng. Hehehe.
Sama main-main di memek neng ya..? Tanggung tuh kayaknya, Neng. Hehehe..”
Pinta Bang Kiki yang melihat masih ada lelehan cairan cinta yang keluar dari vagina Okta.

Okta yang menyadari bahwa vaginanya masih memuntahkan lahar nikmat..
langsung refleks merapatkan pahanya. “Iihh.. abang ngintip-ngintip..!!”

“Ya udah dibuka atuh, Neng..” Sambil masih duduk di bangku teras, Okta membuka handuknya..
membiarkan tubuh moleknya menjadi santapan Bang Kiki yang terlihat seperti serigala yang siap menerkam mangsanya.

“Ya ampuuun.. makin montok aja si neng, mah. Teteknya gak nahan nih, Neng..
Beda bener sama punya neng Hani sama neng Eva..”
kagum Bang Kiki sambil mulai memilin-milin puting susu Okta.

“Shhhh.. aahhhh.. abangghh bisa ajaahhh.. belom pernah liat teteknya Arina kaannhhh.. aaahhh..”
Desah Okta pelan karena sadar mereka berada di teras.. yang walau tertutup dan jalanan memang sepi..
suaranya masih bisa terdengar kalau ada orang lewat.

“Belom, Neng. Belom kesampean nyusu di teteknya mbak Arina..”
Jawab Bang Kiki sambil terus memainkan puting besar Okta.

Setelah kedua putingnya mengeras, barulah Bang Kiki mulai menyodorkan bibirnya ke pentil tetek Okta.
“Aaahhh.. sshhh.. aaahhhhh..” desah Okta semakin menjadi..

Saat serangan Bang Kiki berubah menjadi isapan di bukit kembarnya.
“Bang.. aaaahhhh.. terussshhiiinnn.. aaaahhhhh..” Badan Okta langsung bergelinjang..

Saat Bang Kiki mengisap kuat-kuat putingnya dan tiba-tiba Bang Kiki menusuk vagina Okta dengan 2 jari sekaligus.
“Aaaaaaaaa..” pekik Okta saat mendapat serangan kedua di area kelaminnya.

Bang Kiki terus menusuk-nusuk vagina Okta yang sudah basah dengan 2 jari..
Menyebabkan tubuh molek itu berguncang kesana kemari.

Pergerakan badan Okta pun menyebabkan putingnya yang sedang digigit Bang Kiki tertarik sendiri..
sehingga menimbulkan sensasi geli dan sakit yang bercampur nikmat.

“Enak gak, Neng..? Abang terusin ya sampe neng keluar..”
“Enakkkhhh bangghhh.. aaaahhhh..”

Slup.. slup.. slup.. slup..
Bunyi celupan kedua jari tangan kanan Bang Kiki yang menusuk-nusuk vagina basah Okta.

Berganti ke payudara sebelahnya.. Bang Kiki menyiapkan serangan baru..
saat puting payudara Okta yang sebelah kanan mulai dicocor bibir birahi Bang Kiki..
sambil keempat jari tangan kanannya bersiap menghajar memek Okta.

“AAAAAAA..!!” Teriak Okta saat keempat jari itu mulai menusuk vaginanya bertubi-tubi.
Vagina Okta benar-benar dihajar sampai mengeluarkan cairan lebih banyak lagi.

“Enakkk.. aaahh.. terussshhhhhh bangggghh..” Sambil mengigit kecil puting Okta yang sebelah kanan..
Bang Kiki mengorek-ngorek vagina Okta dengan kedua tangan.

Tangan yang satu melebarkan kelamin Okta.. yang satu lagi masuk ke dalam vaginanya..
bermain di sana sambil sesekali menyentil biji klitorisnya yang belum lama tergigit Edwin..

Sehingga masih ada sedikit rasa perih di sana.. menggairahkannya.
“Aaahhh.. yeess bang.. aaahhhhhh..” Okta mendesah dan menjerit nikmat.

Merasa sudah menguasai Okta, Bang Kiki pun langsung meminta permintaan terlarang.
“Neng.. abang entot aja ya..? Biar cepet neng keluarnya..? Daritadi gak keluar-keluar sih si neng..”

Bisik Bang Kiki sambil terus menyerang vagina Okta.
“Shhhh.. aaahhhhh.. iiiyaaahhh bang.. terserahhh abanggg ajahhhh..”

Mendapat lampu hijau..
Bang Kiki langsung mengeluarkan penisnya dari balik celana pendeknya dengan tangan kanan..

Sedangkan tangan kirinya tetap bermain di dalam vagina Okta..
Untuk tetap memastikan tegangan birahi gadis itu tidak turun.

Penis berukuran 18 cm mengacung keras.. tegak terhunus..
Siap menggempur ke dalam memek Okta yang sudah cukup pemanasan sedaritadi.

“Hmmpphhhh.. hhmppphhh..” Okta kaget saat bibirnya tiba-tiba dicium Bang Kiki.
Lidahnya perlahan tapi pasti coba menyapu mulut Okta bagian dalam.

Terbawa birahi.. Okta pun membalas sapuan lidah Bang Kiki..
tanpa ia sadar ada benda tumpul yang sedang mendekati alat kelaminnya.

SLEBB..!! Dalam sekali hentak.. penis Bang Kiki menerobos masuk ke vagina Okta dengan mudah.
BLESSKKK..!! “Akkhhh..!!”

Pekik Okta tertahan.. saat tiba-tiba dirasakannya vaginanya penuh oleh penis Bang Kiki.
Jlebb.. jlebb.. jlebb.. “Akkhhh.. bangghhhh..” belum sempat melanjutkan ucapannya..

Okta kembali mendesah hebat saat Bang Kiki mulai memompa liang vaginanya.
“Akkkhhh.. aaahhhh..” Bang Kiki memompa kelamin Okta dengan tempo pelan..
membiarkan vagina mahasiswi itu terbiasa dengan penisnya.

Sambil meremas-remas payudara Okta..
Bang Kiki terlihat sudah dikuasai nafsu untuk menyetubuhi Okta.

“Tahan ya, Neng.. abang cepetin nihh.. aaaahhhh..”
ucap Bang Kiki sambil mempercepat genjotannya di kelamin Okta.

Okta yang sudah terjebak birahi hanya bisa mendesah nikmat mengikuti irama genjotan Bang Kiki.
“Ssshhh.. aaahhh.. terusshh banggghhh.. enakkkhhh.. ooohhhh..”

Plokk.. plokk.. plokk.. plokk.. begitu bunyi pertemuan kelamin dan pangkal paha dua insan itu..
seiring semakin cepatnya Bang Kiki menggenjot tubuh Okta.

Sudah hampir 30 menit sejak persetubuhan itu dimulai.. belum ada satu pun yang terlihat akan keluar.
“Ahhhh.. ahhhhh.. ahhhhh.. ahhhh..” tubuh Okta berguncang hebat karena genjotan Bang Kiki di vaginanya.

Dadanya berguncang hebat seiring gerakan tubuhnya.
“Ahhhh baaanngggghhhh.. akhuuu mauuu kheluarrr.. sshhhhh..”

“Ahhh.. iya Neng.. bareng atuhhhhh..” Crooott crooott crooott.. Sperma Bang Kiki muncrat..
Memenuhi liang senggama Okta.. yang juga kembali mengeluarkan cairan kenikmatannya.

“Ahhhhhh..” rintih Bang Kiki..
seolah berusaha mengeluarkan seluruh spermanya tanpa sisa ke dalam memek Okta.

“Ahhh baaannggg..” Okta tidak kalah bersuara..
saat merasakan liang vaginanya disiram cairan hangat yang sangat kental.

Selesai orgasme pertama.. Bang Kiki dan Okta seolah terdiam dengan kedua kelamin mereka masih menyatu.
Rasanya mereka masih berusaha menikmati gelombang orgasme yang baru saja terjadi.

“Duuhhh.. ini si abang nagihnya gak liat-liat tempat ya..!!”
Tiba-tiba terdengar sebuah suara menegur pasangan yang baru saja dilanda orgasme itu.

Ternyata itu Arina.. penghuni kontrakan yang lain.
Arina adalah penghuni kontrakan yang paling tua di antara yang lain.

Ia bekerja di salahsatu bank swasta.
Perawakannya yang berkerudung dan alim membuat siapa pun segan kepadanya.

Namun.. siapa yang menyangka bahwa pemilik buah dada berukuran 34B itu.. bukan orang baru..
dengan aktivitas seperti yang baru saja dilakukan Bang Kiki dan Okta.

“Eh.. mbak Arina. Hehehe. Biasa mbak..” jawab Bang Kiki tanpa canggung..
walau Arina jelas-jelas bisa melihat penisnya masih tertancap di vagina Okta yang masih berusaha mengatur nafas.

Okta sendiri tidak menyadari kedatangan Arina. Ia masih bersandar sambil memejamkan mata..
berusaha mengatur nafas dan menikmati gelombang orgasme yang baru saja terjadi.

“Mbak mau..?” Lanjut Bang Kiki tanpa sungkan.
Memang.. di antara semua penghuni kos.. hanya mbak Arina-lah yang belum pernah dicicipi tubuhnya.
Bahkan untuk sekadar melihat dadanya saja Bang Kiki belum pernah.

“Yeeee.. enak ajaaa. Aku kan selalu bayar full, Bang..”
Ujar Arina sambil sesekali melirik ke arah penis Bang Kiki yang tertancap di memek Okta.

“Ya sudah.. lanjutkan sana, Bang. Aku masuk dulu ya..”
Ujar Arina sambil masuk ke dalam.. meninggalkan Okta yang tubuhnya masih tertindih Bang Kiki.

“Oke.. mbak..” Mata Okta perlahan mulai terbuka, ia mulai menyadari apa yang baru saja terjadi.
Saat pandangannya mulai jelas.. dilihatnya Bang Kiki yang sedang asik menjilati putting susunya..

Ya.. sambil tetap membiarkan penisnya tertancap di liang vagina Okta.
“Ehh, Bang Kiki! Apaan nih..!?” Pekiknya kaget sambil mendorong tubuh Bang Kiki.

Plop..!!! Begitu bunyi saat batang penis Bang Kiki terlepas dari cepitan memek Okta.
Okta yang tersadar pun langsung mengambil handuknya dan memakainya.

“Lebih banget nih aku bayarnyaa..” tegas Okta.
“Hehehe. Neng Okta seneng juga kok waktu itu..” senyum mesum Bang Kiki mengembang..
sambil terus mengocok-ngocok penisnya yang perlahan bangkit kembali.

“Ihhh.. mana keluar di dalem lagi. Untung aku lagi gak subur tau, gak..?”
Ujar Okta setengah kesal saat meraba vaginanya penuh dengan lelehan peju Bang Kiki.

“Udah ya, Bang. Udah lebih tuh bayarnyaaa..”
“Iya, neng. Hehehe. Makasih yak bonusnya. Puas banget dah abang sama badan montok neng. Hehehe..”
Ujar Bang Kiki sambil memasukkan penisnya kembali ke dalam celana.

“Ihhh.. dasar..!! Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan nih si abang..”
Gerutu Okta sambil melihat Bang Kiki pergi meninggalkan kontrakannya.

Tidak lupa seulas senyum mesum ditebar pengantar barang itu..
sebelum pandangannya dari Okta yang hanya berlilitkan handuk menghilang.

Niatnya perjakain anak orang.. malah diperawanin Bang Kiki..!
Keluh Okta dalam hati..

Mengingat seharusnya penis pertama yang menghujam vaginanya hari ini adalah penis perjaka milik Edwin..
Tapi malah penis Bang Kiki yang pertama menerobos liang senggamanya hari ini.

Sambil melangkah ke dalam kontrakan.. Okta melihat Arina sedang makan di meja makan.
“Eh.. mbak Arina. Kapan pulang, mbak..?” Tanya Okta bingung melihat tiba-tiba Arina sudah di dalam.

“Baru aja.. tadi kamu nggak liat mbak masuk. Kamu kan lagi digenjot sama Bang Kiki tadi..” jawab Arina..
“Duhhh.. jadi malu. Mbak lihat ya..?” Tanya Okta. Mukanya memerah karena malu.

Meski sudah biasa dengan aktivitas tersebut..
tapi Okta masih merasa segan kalau melihat penampilan Arina yang masih rapi seperti sekarang.

“Pake malu segala.. kayak sama siapa aja sih. Keliatan bangetlah.
Wong kamu main di teras.. untung gak ada orang lain liat..”

“Habisnya Bang Kiki sih. Orang tadinya cuma ngasih ngisep-ngisep tetekku aja jadi kelewatan..”

“Ya iyalahhh. Siapa juga gak tahan kalo cuma dikasih isep tetekmu itu.. tapi kamunya telanjang.
Selain mbak.. di kontrakan ini yang teteknya besar ya kamu. Jelas Bang Kiki nafsu banget.
Dari kemarin dapetnya kecil-kecil..”

Jelas Arina sambil menyinggung Eva dan Hani yang payudaranya tidak seberapa besar.
“Hehehe. Iya sih, aku juga yang salah..”

“Yo wes, tuh udah ditunggu sama cowokmu di kamar. Tumben kamu suka yang kecil, Ta..?
Biasanya kan cowok-cowokmu dulu gede-gede penisnya. Sampe melar ini punya mbak kalo gak minum jamu..”

Tanya Arina sambil menggosok-gosok selangkangannya..
menyinggung tentang masa-masa saat Arina suka ‘meminjam’ pacar-pacar Okta.. Hani.. atau Eva..
untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.. mengingat Arina belum pernah pacaran lagi sejak lulus kuliah.

“Oh iya..! Oke deh. Aku tinggal dulu ya mbak. Itu bukan cowokku kok..” ujar Okta sambil berlalu.
Mahasiswi itu segera masuk ke kamarnya yang lupa ia tutup lagi.

Di meja makan.. Arina hampir tersedak saat mendengar kalimat terakhir Okta.
“Loh..!?”
Pekik Okta kaget saat melihat Edwin sedang tertidur di ranjangnya.. dengan penis mengkerut. (. ) ( .)
--------------------------------------------oOo--------------------------------------
 
Terakhir diubah:
---------------------------------------------------------------------------

Cerita 156 – Gadis Kontrakan

Scene 2 – Mau Tau

Hani namanya..
teman satu kontrakan Okta.
Tubuhnya tergolong kecil.. tapi putih. Waja
hnya cantik dan manis.

Walau wajahnya mengesankan seperti cewek nakal.. Hani benar-benar pandai menjaga citra dirinya di kampus..
walau entah sudah berapa penis hinggap dan menclok di vagina kecilnya.

Payudaranya kecil.. hanya 32B. Meski begitu.. kebiasaannya menggunakan baju seksi..
tetap membuatnya sering menjadi ‘santapan rohani’ mata-mata nakal cowok di kampusnya.

Hari itu begitu terik.. Hani baru saja pulang dari kampus..
saat didapatinya sebuah sepeda motor tak dikenal diparkir di teras kontrakannya.

“Pasti Okta. Bawa siapa lagi tuh anak. Gila. Lonte abis.. dasar si semok..!!”
Gumam Hani sambil memarkirkan mobilnya ke dalam.

Baru memasuki pintu depan.. Hani sudah dapat melihat dengan jelas..
apa yang sedang dilakukan Okta di kamarnya yang menghadap tepat ke pintu depan.

Lupa menutup pintu kamarnya.. Hani dapat melihat sesosok anak muda berperawakan kurus..
sedang asik menikmati lezatnya alat kelamin Okta.
Okta sendiri terlihat sesekali bergelinjang karena servis anak muda yang diketahui bernama Edwin tersebut.

Sambil mengendap-endap.. Hani mendekati kamar Okta yang terbuka.
“Woi..!!” Kejut Hani sambil memukul pintu. Kontan kedua insan yang sedang asik bergumul itu kaget.

“Aww..!!” Terdengar pekik Okta pelan.
Sepertinya si cowok tanpa sengaja menggigit alat vitalnya karena kaget.

“Ah.. gila lu Han..! Lagi enak-enak juga. Untung nggak pas tadi gue mau keluar.. jadi nggak gantung..”
Hani tertawa lepas sekali karena sukses mengerjai teman satu kontrakannya itu.

“Eh.. dek.. biasa aja kali. Pake ditutupin segala. Gue udah sering liat penis cowok.
Ini juga udah sering nyobain nih..”
Ujar Hani sambil menunjuk vaginanya.. saat melihat Edwin terlihat kikuk karena kedatangannya.

“Lagian elu.. mentang-mentang libur malah asik-asikan sendirian di kontrakan. Siapa lagi nih cowok..?”
Lanjut Hani.

“Ada deh.. Lagian gue sendirian di kontrakan. Daripada bête juga kan. Mending kasih makan nih si tembem..”
Jawab Okta sambil mengelus vaginanya yang mengeluarkan cairan cinta hasil orgasmenya.

“Gila lo ah..! Haha.. Ya udah.. sana lanjutin.. gue mau mandi dulu. Panas banget, gila..!!”
“Sono sono.. ganggu orang aja nih..”

“Yeee.. makanya tutup tuh pintu..! Ngablak amat.. gue dari pintu depan juga bisa ngeliat ke dalem..
kalo memek lo lagi diservis..” jawab Hani sambil ngeloyor ke kamarnya.

“Gila.. baru liat gitu aja udah gatel memek gue..” keluhnya di dalam kamar.
Ternyata.. pemandangan singkat yang dilihatnya membuat birahinya naik..

Sehingga tanpa sadar putingnya mengeras dan memeknya jadi kedat-kedut.
Merasa perlu pelampiasa segera.. Hani segera keluar kamar untuk mengambil vibrator milik Arina.

Di ruang tengah.. Hani melihat vibrator itu diletakkan begitu saja di sofa.
Tanpa lama lagi.. diambilnya vibrator tersebut dan dibawanya ke dalam kamar.
“Mbak.. pinjem ya..” bisiknya pelan sambil menutup pintu.

Merasa situasi sudah aman.. Hani segera membuka bajunya.. sehingga telanjanglah dia sekarang.
Vaginanya ternyata sudah basah melihat adegan Okta tadi.

Sambil telentang di ranjang merah mudanya..
Hani langsung menyalakan vibratornya dan langsung di arahkannya ke vaginanya.

“Aaaaaaaaa..!!” Pekiknya..
saat alat itu seolah menggali memeknya untuk terus masuk semakin dalam dan dalam.

“Sssshhh.. aaahhhh.. aaaahhhh..”
Desahnya sambil menggerakkan vibrator tersebut keluar masuk liang senggamanya.

Mencoba pose baru.. ia pun lantas memasukkan alat seks itu semakin dalam ke vaginanya.
Merasa vibrator tersebut tertancap kuat di memeknya..
Hani langsung menaikkan getarannya menjadi maksimal.

“AAAAAAAAHHHHHHH..!!” Hani memekik kencang..
saat vibrator yang tidak dipegangnya itu seolah semakin masuk ke dalam lubang surgawinya.

Vibrator tersebut disedot oleh memeknya sendiri.. sehingga masuk semakin dalam dan dalam.
Srrr.. srrrr.. srrr.. srrrrr..!! Vaginanya mulai memuncratkan cairan orgasme dari dalam memeknya.

Cairan tersebut tersembur dari celah-celah vibrator.. yang terus masuk menggarap alat kelamin Hani.
Vibrator tersebut sekarang seperti mesin bor.. yang sedang menggali tanah..

Dan sekarang tanah tersebut menyemburkan minyak.
Bedanya.. yang menyembur adalah cairan cinta dari memek Hani.

“Hanii..! Ada orang tuh di luar..!” Tiba-tiba suara Okta menggelegar memanggilnya.
Merasa nanggung.. Hani memutuskan untuk diam saja.

Hani sudah tau itu Bang Kiki yang mengantar pesanan.
Biar ah gentian.. minggu lalu gue udah keselek pejunya Bang Kiki.. sekarang biar dia yang bayar..
Ujarnya dalam hati.

Vagina Hani masih memuncratkan cairan orgasmenya..
seiring masuknya vibrator tersebut ke lubang pribadinya.

Setelah hampir 20 menit.. akhirnya memek Hani kering juga.
Waahhh.. gila dah nih vibratornya mbak Arina. Bikin gue tumpah-tumpah sampe kayak gitu..!
Ujarnya dalam hati.. agak lega juga rasanya.

Hani mengelap vibrator Arina sampai bersih.. ia tidak ingin Arina marah-marah..
karena menyisakan cairan memeknya di vibrator kesayangan wanita cantik itu.

“Mandi ah..” ujarnya kemudian.
Sebelumnya.. Hani harus mengambil handuk di teras dulu.

Berbeda dengan Okta yang berani telanjang dada ke teras..
Hani memilih untuk memakai tank top hitam dan celana dalam dulu sebelum ke teras.

Saat melewati kamar Okta.. ia pun penasaran untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Okta.
Perlahan.. ia berjinjit untuk mengintip ke dalam kamar yang pintunya terbuka tersebut.

Waw..!!! Matanya langsung terbelalak.. saat didapatinya cowok yang tadi sedang men-servis memek Okta..
kini sedang terbaring di kasur dengan kaki menjulur ke bawah.

Posisi tersebut membuat penis besarnya yang berukuran 20 cm mengacung dengan gagahnya.
Buset.. gede amat..!! Ujar Hani dalam hati gemas.

Setelah melihat dari jendela kalo Okta yang tengah berbalutkan handuk masih ngobrol sama Bang Kiki di luar..
Hani perlahan-lahan masuk ke kamar Okta.

Masih ngobrol.. belum digarap tuh lonte sama Bang Kiki. Pasti lama tuh lonte digarap..!!
Ujarnya dalam hati sambil perlahan masuk ke kamar Okta.

Hani lantas duduk.. tepat di depan penis Edwin.
Ia mengagumi alat kelamin milik cowok yang sama sekali belum dikenalnya tersebut.

Gila.. masih muda udah gede banget kontolnya..!! Ujarnya lagi dalam hati.
Ya. Dia belum pernah melihat atau merasakan penis sebesar itu.

Penis terbesar yang pernah disedot memeknya.. adalah milik pacar pertamanya yang berukuran 18 cm.
Selebihnya berukuran sedang.. hanya untuk sekadar memuaskan kebutuhan biologisnya.

Penasaran.. Hani coba iseng mengelus buah zakar Edwin.
Elusan tangan halusnya membuat penis besar itu bergerak-gerak semakin tegang.

Tanpa dia sadari.. kadang diremasnya pelan kantung pelir Edwin.
Sontak penis Edwin pun bereaksi.. dengan semakin menegang dan mengeras karena ulah Hani.

Tak lama kemudian.. tanpa sadar.. Hani pun terbawa birahi.
Puting teteknya menegang.. sehingga timbul dari balik tank top hitamnya tersebut.

Nyutt.. nyutt..! Vaginanya pun berkedut lagi tanda ia harus segera dipuaskan.

Melihat kepala penis Edwin yang merekah tegak seperti helm tentara..
Hani coba sedikit menjilatnya.

Slrupp..!! Kali ini.. bukan cuma penisnya yang bereaksi.

Jilatan kecil Hani di kepala penisnya.. membuat seluruh tubuh Edwin merinding..
seperti ada setrum yang mengaliri tubuhnya.

Tidak mau berlama-lama.. Hani segera memasukkan penis Edwin ke dalam mulutnya.
Penis besar itu terasa tidak muat di mulut Hani yang kecil.

Gila..!! Nggak muat mulut gue..!! Serunya dalam hati.

“Ssshhh.. aahhhh.. enak, mbak Okta..!!” Suara Edwin tiba-tiba terdengar.
Cowok itu mendesah keenakan.. saat penisnya diservis oleh Hani..
tanpa menyadari kalo yang sedang menjadikan penisnya lollipop bukanlah Okta.

Wahhh.. minta nih anak..! Ujar Hani lagi dalam hati.

Merasa vaginanya semakin basah.. ia pun melanjutkan kegiatannya.
Penis besar Edwin dikeluar-masukkan mulutnya dengan tempo pelan.

Kadang diisapnya buah zakar Edwin..
sampai membuat pemuda itu bergelinjang pelan karena nikmat.

Hani memang dikenal pandai melakukan blow-job.. Hampir semua cowoknya..
pernah merasakan hangatnya mulut Hani dalam memainkan penis-penis mereka.

Slurrpp.. sluuurrppp.. Hani mulai menikmati penis Edwin.
Isapan demi isapan yang dilakukannya.. membuat Edwin hanya bisa mendesah-desah keenakan.

Hani bahkan tidak segan melakukan deep throat..
untuk membuat seluruh penis Edwin masuk ke dalam mulut kecilnya itu.

Sambil terus mengisap penis Edwin.. Hani memainkan buah zakarnya..
sekalian dengan meremas atau mengocok-ngocoknya ringan.

“Ahhh.. iyaahhh mbaakkk.. terusshhhh..” desah Edwin menikmati layanan Hani.

Hani pun semakin cepat mengocok penis Edwin dengan mulutnya..
Sehingga ia bisa merasakan bahwa penis tersebut mulai menggembun.. tanda siap menyemburkan lahar kentalnya.

Wah, udah mau keluar nih..!! Bukannya dilepas..

Hani yang tau Edwin akan orgasme malah melakukan deep throat..
Sehingga penis besar itu justru tenggelam semakin dalam sampai ke tenggorokannya.

Crott..! Crott..! Crott..! “Aahhhhh..” Edwin mengerang tanda orgasme.
Penisnya yang tenggelam sepenuhnya di mulut Hani menyemburkan sperma kental yang sangat banyak.

Sperma Edwin mengalir dari sela-sela bibir Hani..
karena ia masih asik menikmati semburan sprema Edwin di dalam mulutnya.

“Uhuk.. uhuk..!!” Hani melepaskan penis Edwin.
Ia tersedak beberapa semburan sperma yang langsung meluncur ke tenggorokannya.

Glugg.. glugg..!! Ditelannya sisa sperma Edwin yang masih tersisa di mulutnya.
Tidak lupa juga.. Hani menuntaskan hasratnya..
dengan membersihkan penis Edwin dari sperma yang baru saja menghujami mulutnya.

Hebatnya.. setelah menyembur sperma begitu banyak.. penis Edwin tetap tegak menjulang.
Hani yang kagum dengan daya tahan penis Edwin..
jadi penasaran untuk memasukkan benda itu ke dalam memeknya.

“Ehh.. mbak..!?” Sebuah suara mengejutkan Hani yang masih terpana dengan torpedo raksasa itu.
Rupanya Edwin terbangun.. dan kaget bahwa yang baru saja menservis penisnya bukanlah Okta.

“Sssttt.. nama gue Hani. Okta lagi sibuk di luar. Sambil nungguin.. lo main sama gue dulu yak.
Kontol lo bikin gue nggak tahan, tau..”
Bisik Hani pelan.. sambil perlahan membuka tank top hitam dan celana dalamnya.

Dalam sekejap.. Hani telah telanjang bulat di depan Edwin.
Menampakkan dadanya yang tidak terlalu besar dan vaginanya yang kecil imut.

Wajah cantik Hanilah yang mengundang birahi Edwin.
Dilihatnya puting kecil Hani yang mulai tegang dan mengeras.. tanda Hani sudah siap untuk digarap.

“Ini lo.. harus tanggungjawab.. udah bikin pentil gue keras dan memek gue basah kayak gini..”
Ujar Hani sambil mencengkeram penis Edwin.

“Ahhh.. i-iya, mbak..” desah Edwin saat penisnya digenggam tangan mungil Hani.
Diarahkannya batang besar itu ke vagina gadis itu.. Slebbb.. Bleesskkk..!!

“Ahhhh..!!” Desahnya saat batang besar itu mulai membelah memek Hani yang kecil.
“Ohhhhh.. gilaaaa..!!” Hani memajukan badannya.. sehingga memeknya semakin terisi penis Edwin.

Ia berjalan pelan ke arah bocah itu.. membuat penis Edwin semakin mendorong masuk..
ke dalam memeknya yang sebenarnya sudah agak melar.

“Ahhhh.. gilaaaa..!! Melar deh memek gue..! Ohhhhh..”

Hani semakin kesulitan mendekati Edwin.. saat merasa penis pemuda itu sudah mentok di lorong rahimnya.
Padahal.. belum semua penis Edwin berhasil ditelan oleh memeknya.

“Ahhh.. uuuu.. udah mentok, mbaakk.. aaaahhhh..!!”
“Ssshhhh.. iyaaahhhhh.. aahhhh.. gue tauuuuu..!!”

Ujar Hani sambil memaju-mundurkan pinggulnya..
clokk.. clokk.. clobb.. mengocok penis Edwin dengan lubang surgawinya.

Sleph.. sleph.. sleph..
begitu bunyi gesekan setiap penis Edwin keluar dari vagina Hani.. lalu masuk lagi.

Edwin hanya berbaring.. menikmati aktivitas Hani..
yang kini sedang aktif memainkan penisnya di dalam memek mungilnya.
“Enakkhhh mbaakkk.. aaahhhhhh..!!” Lenguhnya keenakan.

Lagi menikmati goyangan pinggul Hani.. Edwin tiba-tiba mengapit tubuh Hani dengan kakinya.
Hani yang kaget karena tiba-tiba kaki Edwin menekan pantatnya.. kontan tersentak.

“Ehh..!!”
“Tahan ya, mbaaakk.. aaahhhhhh..” Edwin menekan tubuh Hani dengan kakinya.

Hani yang pasrah jadi terdorong maju..
Sehingga.. Jlebhh..! Penis Edwin yang sudah mentok terasa makin menekan rahimnya.

“Aakkhhhhhh.. aaaakkkhhhh..!!!” Jerit Hani pelan..
saat penis Edwin perlahan mendesak masuk semakin ke dalam.

“Akkkkkhhhhhhh..!!!” Seketika Hani mendongak..
ketika dirasakan rahimnya terdesak oleh penis Edwin yang akhirnya masuk seluruhnya.

Edwin menahan tubuh Hani agar tidak mundur..
Didiamkannya penisnya yang mulai berkedut tanda akan menyemburkan lahar kentalnya.

“Ahhhh.. tahhhaannn mbaaakkkk.. aaaaaaaaaah..!!!”
Teriak Edwin saat dirasakan penisnya mulai orgasme.

Crott..! Crott..! Crottttt..!! Spermanya menembak tepat di rahim Hani.
Hani yang merasakan cairan kental Edwin menghujam rahimnya spontan mendongak menahan semburan itu.

“Ohhhhhhh.. ohhhhhhhhhh.. aakkkkhhhh..!!!”
Lelehan sperma Edwin menetes dari celah vagina Hani.

Hani yang diserang dalam posisi berdiri..
merasa lemas saat penis Edwin masih semangat menembak rahimnya.

Kaki Edwin sesekali mendorong tubuh kecil Hani..
seolah meremas penisnya agar tidak ada sperma yang tersisa.

Setelah seluruh spermanya sudah memenuhi memek Hani..
penis Edwin perlahan menyusut di dalam vagina Hani.

“Hhh.. hhhh.. hhhh..”
Edwin yang baru saja menghajar memek kecil Hani terengah-engah seperti orang habis lari.

Hani sendiri langsung jatuh ke pelukannya..
badannya lemas serasa tulangnya dilolosi setelah pertempuran tersebut.

Merasa mendapat bidadari jatuh.. Edwin langsung membalik tubuh Hani..
sehingga telentang di atas tubuhnya.

Sambil mengarahkan penisnya yang sudah mengecil ke anus Hani..
Edwin pun mulai memilin-milin puting susu Hani yang kecil mungil.

Hani yang sudah sangat lemas.. hanya bisa diam sambil mengatur nafasnya.
Dibiarkannya penis Edwin mengaduk anus dan tangannya memainkan putingnya.

Merasa penisnya mulai menegang kembali.. Cluppp..! Edwin semakin menyodok anus Hani..
Sehingga penisnya mengembang di dalam anus gadis itu.

“Ohhhhhhh..!!” Desah mahasiswi itu saat merasa penis Edwin mulai menyesaki anusnya.
“Aaaahhhhhhhhh..!!” Hani menjerit saat penis Edwin sudah tegang maksimal.

Ukurannya yang luar biasa ternyata terlalu besar untuk lubang anus Hani yang kecil.
Meski pun sudah menjerit kesakitan.. Edwin rupanya masih kesetanan.

Sambil mengunci paha Hani dengan kakinya dan menjepit puting Hani hingga gepeng..
Edwin memaju mundurkan pinggulnya..
sehingga penis besarnya mengesek-gesek dinding anus gadis berambut panjang itu.

“Aaaawwww.. aaakkhhhh.. gilaaa..!! Aaaa.. sakittt..!!” Jerit Hani.
Edwin yang tidak peduli terus menyiksa lubang anus Hani.

Kali ini tangannya menarik puting tetek Hani sampai gadis itu menjerit kesakitan.
“Aaaaa.. udahhh..!! Aaaaaa.. tetek gueee.. sakitt..!!!” Jerit Hani pilu.

Tidak lama.. Edwin kembali menyemburkan lahar kentalnya.
Kali ini menyebabkan anus Hani penuh..
sehingga terlihat rembesan putih kental meleleh dari lubang pantat putih sekal tersebut.

“Aaaahhhhh..” desahnya lega.
Edwin terlihat puas sudah melepas keperjakaannya di dua lubang sekaligus.

Sementara Hani.. terlihat masih mengatur nafas karena baru saja dihajar di dua lubangnya sekaligus.
Setelah keduanya pulih.. Hani bangun perlahan..
tubuhnya masih terasa sangat lemas setelah dihajar bolak-balik oleh penis Edwin.

“Gila lo ya..!? Sakit tau nih lobang gue. Kena dua-duanya lagi..!!”
Semprot Hani sambil memegang memeknya yang masih melelehkan sisa sperma Edwin.

“Hehehe.. maaf mbak.. keasyikan. Lubang mbak sempit-sempit banget sih. Enak..”
Ujar Edwin sambil tersenyum kecil.

“Elo enak.. gue menderita. Nih lihat lobang gue sampe melar gini..!!”
Ujar Hani sambil memperlihatkan vaginanya yang terlihat semakin melebar karena terjangan penis Edwin.

“Puting gue jugaaa.. perih nih..” lanjutnya.
“Hehehe.. Iya, mbak. Maaf.. maaf..!”

“Udah ah.. lemes banget gue. Gue balik dulu ke kamar. Elo lagi.. nyemprot sembarangan di rahim gue.
Gue jadi harus minum obatnya mbak Arina biar nggak bunting..!”
Ketusnya sambil mengambil tank top dan celana dalamnya yang tercecer.

Ia pun lantas pergi meninggalkan kamar itu telanjang bulat.
Sambil tertatih-tatih.. sperma Edwin terlihat masih mengalir dari vagina dan anusnya.

Yaaa.. nggak jadi sama mbak Okta. Ya udahlah.. sama mbak Hani juga yahud jepitannya.
Nggak sabar nih mau nyicip toketnya mbak Okta.. Yang tadi kurang puas..

Ujar Edwin dalam hati sambil kembali tiduran.. menikmati apa yang baru saja terjadi.

Setelah minum obat punya Arina yang tergeletak begitu saja di dapur..
Hani yang masih telanjang masuk ke kamarnya.

“Ancur deh badan gue. Tapi enak gila.. kontol tuh anak..!”
Ujarnya sambil merebahkan badannya yang masih lemas..
membiarkan peju Edwin meleleh dari vaginanya melewati pahanya.

Gadis itu pun tertidur dan.. ia lupa mandi. (. ) ( .)
-------------------------------------oOo-------------------------------------
 
Terakhir diubah:
:mindik: .. malaM dooG
Eperibadi..

Noh di atas Nubi posting cerita 156..

Sialkan dikentoy.. :nenen: n KEEP SEMPROT..!!
 
Terakhir diubah:
Bimabet
---------------------------------------------------------------------------

Cerita 156 – Gadis Kontrakan

Scene 3 – Waktu Luang

Namanya Arina Syafarani Putri.
Tidak terlalu tinggi. 25 tahun.. cantik.
Berkerudung.. payudara 34B.. dengan puting bulat kecil berwa
rna coklat gelap.

Arina adalah penghuni kontrakan yang paling tua.
Paling disegani.. dan tentu saja.. paling pengalaman soal melayani penis cowok.

Sejak kehilangan keperawanan di acara kemping SMA-nya saat kelas 3..
Arina berjanji tidak akan melakukannya lagi.

Ironisnya.. pemerkosaan yang dialaminya di minggu pertamanya menggunakan jilbab..
oleh teman kampusnya di lab.. justru menjadi titik balik kebiasaannya.

Ia menjadi wanita berjilbab haus seks yang selalu ingin dipuaskan.
Meski hal itu dapat ditutupinya di lingkungan umum.

Di kontrakan.. Arina selalu menjadi tempat Hani.. Okta dan Eva untuk berkonsultasi mengenai seks.
Arina juga satu-satunya yang memiliki vibrator dan obat-obatan yang diperlukan..
jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

Seperti disemburkannya sperma tepat di rahim Hani saat masa suburnya oleh Edwin.
Arina sering meminjam pacar-pacar Hani.. Eva.. atau Okta untuk memuaskan hasrat seksnya.

Siang itu.. Arina baru saja akan pulang dari shift-nya di sebuah bank.
Ia mengenakan batik berbahan licin berwarna putih dengan beberapa aksen biru dan bunga.

Baju tersebut menonjolkan payudara besarnya dengan sempurna.
Hal ini tentu menjadi santapan teman-teman prianya di kantor..
yang melihatnya keluar dari WC setelah ganti baju.

“Susunya mbak Arina mantep bener ya. Gede..” bisik seorang office-boy kepada teman di sebelahnya.
Diikuti sebuah cubitan kecil seorang office-girl di belakang mereka.

“Gak gue kasih susu lagi nih..” ujar sang office-girl ketus sambil berlalu.
----oOo----

“As ..” Arina yang hendak mengucapkan salam tiba-tiba terhenti..
saat mendengar suara desahan dan lenguhan yang tidak asing baginya.

Ya.. tentu saja.. Okta dan Bang Kiki.. ujarnya dalam hati.

Melangkah pelan menuju teras.. Arina melihat pergumulan Bang Kiki dan Okta.
Okta yang terduduk pasrah.. sambil memejamkan mata dengan kepala mendongak..
sedang memangku Bang Kiki.. yang terlihat asik menikmati susu gadis itu.

Menjilat-jilat dan mengisap putingnya.
Sesekali digigit dan ditarik kuat-kuat hingga Okta melenguh panjang karena nikmatnya.

“Duhh.. ini si abang nagihnya nggak liat-liat tempat ya..?” Tegur Arina kepada kedua insan itu.
Bang Kiki yang mendengar langsung menoleh dan mendapati sosok Arina sedang berdiri di sampingnya.

“Eh, mbak Arina. Hehehe. Biasa, mbak..” jawab Bang Kiki sambil tangannya terus memainkan puting besar Okta.
Hal ini membuat Okta terus melayang dalam kenikmatan.. sehingga tidak menyadari kehadiran Arina di sana.

“Mbak mau..?” Lanjutnya.
Matanya langsung tertuju ke bongkahan buah dada Arina yang menonjol ketat dari balik pakaiannya.

“Yeee.. enak aja. Aku kan selalu bayar full, Bang..!”
Ujar Arina sambil sesekali melirik ke arah penis Bang Kiki yang tertancap di memek Okta.

“Ya sudah.. lanjutkan sana, Bang. Aku masuk dulu ya..”
Ujar Arina sambil masuk ke dalam.. meninggalkan Okta yang tubuhnya masih tertindih Bang Kiki.

“Oke, mbak..” jawab Bang Kiki singkat.. sambil tiba-tiba menggoyang-goyangkan pinggulnya ke memek Okta.
---oOo---

Wah, dasar. Lagi pada pesta rupanya..! Ujarnya dalam hati saat melihat Hani di kamar Okta..
tengah mengoral penis seorang cowok yang terbaring di sana dengan kaki menjulur ke lantai.

“Hufff.. semua pada asik. Aku makan dulu aja deh..”
ujarnya pelan kepada diri sendiri sambil menuju meja makan.

“Kamu sabar ya..” lanjutnya sambil mengelus vaginanya yang terasa mulai berkedut dan basah.
---oOo---

“Kenapa, Ta..?” Tanyanya sambil menghampiri Okta.
Okta tampak terkejut karena sebelum menghampiri Bang Kiki..
penis Edwin mengacung dengan tegak dan terlihat sangat besar.

Tapi, setelah pergumulannya selesai.. penis Edwin tiba-tiba tampak mengecil.
Hal tersebut tidak mungkin terjadi jika tidak ada yang menguras isi penis Edwin.

“Dia siapamu..?” Tanya Arina kepada Okta di sebelahnya.
“Temen chatting doang sih, mbak. Masih perjaka.. dia minta diajarin ML.
Ya.. aku suruh dateng..” jawabnya.

“Tapi kok penisnya mengecil. Tadi pas aku tinggal sebelum ke Bang Kiki tuh gede banget loh.
Mbak Arina ya yang habis mainin penis dia sampe isinya keluar..?” Lanjut Okta.

“Yee.. enak aja. Bukan mbaklah. Mbak kan selalu bilang-bilang kalo mau ML sama pasangan kalian..”
Arina melangkah memasuki kamar Okta.

“Mbak mau ngapain..?”
“Cari pelakunya..” jawab Arina singkat..
meski dia sudah tau bahwa Hanilah yang telah menggarap cowok itu.

Tanpa banyak bicara.. Arina langsung jongkok tepat di depan penis Edwin.
Membuka paha cowok itu dengan kedua tangan.. Clropp..!
Dan melahap penisnya langsung ke dalam mulutnya.

Edwin yang sedang terlelap langsung melenguh saat Arina tiba-tiba mengisap penisnya.
“Ohh.. mbak Haniiii.. aah.. hhh..” desah Edwin.

Arina langsung melepas emutannya dari penis Edwin yang baru saja akan ereksi.
Sambil menoleh ke arah Okta yang tampak terkejut dengan kejadian tiba-tiba tersebut..
ia berkata singkat.. “Maharani Dwi Putrantiwi.. alias Hani.”

“Wow.. mbak. Aku kaget tiba-tiba langsung masuk kamarku dan tau-tau oral penisnya..”
“Hmm.. yahh.. sebenernya aku udah tau kalo itu Hani. Cuma mau nyobain aja. Hehehe..”
Ujar Arina sambil tertawa genit.

“Dasar.. mbak ini. Udah lama ya, mbak..? Hehehe.. si Hani mah.. perjakain jatah orang..”
Dengus Okta sebal.. sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya..
yang membuatnya terangkat dan semakin membusung indah.

“Yahh.. hampir sebulanan. Hehehe.
Makanya vibrator mbak cepet habis baterenya belakangan ini. Hehehe..” Arina tertawa.

“Oh ya.. kamu mau langsung main lagi apa mandi dulu..? Bersihin itu tuh..!”
Tanya Arina sambil menunjuk selangkangan Okta yang masih meneteskan sperma segar..
dari penis Bang Kiki yang baru saja mencicipi lubang kenikmatannya.

“Duh.. iya nih. Masih lemes juga rasanya. Pengen mandi dulu. Mbak emang mau ngapain..?” Tanya Okta.
“Umm.. kalo boleh. Selagi kamu mandi, mbak pinjem cowoknya ya..” tanya Arina malu-malu.

Sebulan tidak mendapat pasangan pemuas birahi.. tentu membuat nafsunya bertumpuk.
Hal tersebut disebabkan putusnya Hani.. Eva dan Okta dari pacarnya masing-masing.

“Umm.. ya udah, mbak. Pake aja dulu. Udah diduluin Hani juga.. aku gak masalah nanti terakhir..”
“Wah.. oke.. Okta..! Makasih yaa..!!!” Arina kegirangan..

Krena akhirnya bisa memberi makan vaginanya dengan daging asli.
Bukan daging palsu berwarna putih yang hanya bisa menggali vaginanya tanpa variasi.

Arina langsung masuk ke kamar Okta dan menutup pintunya.
Ia terkagum-kagum melihat penis Edwin yang tadinya mengkerut..
sudah mulai mengembang ke ukuran normal karena isapannya tadi.

“Dek.. Dek..” Arina mencoba untuk membangunkan Edwin.
Tampaknya ia tidak tertarik untuk bermain di saat Edwin sedang tidur.. seperti yang dilakukan Hani.

Edwin perlahan membuka matanya..
Dilihatnya sosok Arina yang sedang duduk di tepi ranjang sambil tersenyum kepadanya.

Saat sepenuhnya sadar.. Edwin kaget dan refleks menutup kemaluannya.
“Eh.. oh.. I-iya. Mbak siapa ya..?”

“Kenalin.. nama mbak Arina. Mbak juga penghuni kos di sini. Kamu temennya Okta kan..?”
Tanyanya. Melihat Edwin yang terlihat gugup.. Arina berusaha menenangkannya.

“Udah.. buka aja. Santai aja kali. Mbak udah biasa lihat penis cowok kok..” lanjutnya.
Mendengar hal itu.. Edwin perlahan membuka tangan dari kemaluannya.

Dan.. Tuink..! Seperti sulap, penisnya menjadi lebih besar daripada saat sebelum ditutup tadi.
Jelas saja. Siapa tidak terangsang..
berduaan saja dengan gadis berkerudung cantik dan berdada montok seperti Arina.

“Gimana..?”
“Gimana apanya, mbak..?”

“Ah.. kamu. Itu.. ML sama Okta dan Hani..?” Tanya Arina penasaran.
“Owhh.. baru sama mbak Hani, mbak. Sama mbak Okta cuma baru sempet oral dia aja.
Belum sempet coba masukin penisku ke vaginanya..” jawab Edwin dengan lebih santai.

“Ohh.. Okta lagi mandi sekarang.. memeknya habis dipenetrasi sama orang tadi di teras.
Dia masih lemes.. jadi perlu jeda sebelum main sama kamu..”

“Hah..? Mbak Okta diperkosa orang, mbak..!?”
“Ummm.. yaa.. lebih tepatnya ada orang datang.. Okta tiba-tiba buka handuk..
tiba-tiba penis orang itu di dalam memeknya. Semua senang. Nggak diperkosa kok..” jelas Arina.

“Sambil nunggu Okta mandi.. kamu mau main sama mbak dulu ya..?”
“Eh..!?” Edwin tampak kaget dengan permintaan Arina yang tiba-tiba dan langsung ke poinnya.

“Iya.. sejak temen-temen mbak pada putus sama pacarnya.. mbak udah lama gak ML, nih.
Mumpung ada kamu, mau ya..? Ga papa kan sama kerudungan..?”

Edwin hanya melongo saat Arina menjelaskan keadaannya.
Ia sama sekali tidak menyangka akan bisa mencicipi tubuh gadis berkerudung..
yang selama ini cuma bisa menjadi fantasi seksnya.

“Kamu ga papa..?” Tanya Arina yang bingung melihat Edwin terdiam.

“Eh, oh, umm.. gak papa kok, mbak. Aku cuma keinget temen SMA-ku. Namanya Syifa.. dia kerudungan gitu deh.
Waktu study tour ke pantai.. aku nggak sengaja pegang dadanya waktu main games.
Entah kenapa dia ketagihan.. akhirnya kalo senggang dia selalu minta teteknya aku remes-remes.
Sampe lulus.. aku masih suka remes-remes payudaranya.. padahal waktu itu aku punya pacar.
Pas dia mau pindah kuliah di Sumatera.. dia bilang makasih karena udah bikin dadanya jadi tambah gede.
Dan di hari terakhir itu.. pertamakalinya dia ngebolehin aku ngisep dada hasil karyaku itu..”
Cerita Edwin tentang masa SMA-nya.

“Wow.. so sweet. Berarti kamu pengalaman sama cewek jilbab ya..?”
Tanya Arina setelah mendengar cerita Edwin.

“Yah.. tapi selama 3 tahun aku cuma remes-remes teteknya doang, mbak.
Gak ML.. nggak ciuman.. nggak ngapa-ngapain. Itu pun dari luar baju seragam doang..” jelas Edwin.

“Owhh.. kasiaaan. Ya udah.. kalo gitu sama mbak aja yuk..?
Kalo bisa kamu bikin tetek mbak tambah gede juga ya. Hehehe..”

“Ah.. punya mbak kan udah gede tuh. Hehehe..”
“Biarin.. biar lebih gede dari punya Okta. Haha..”

Tanpa lama, Arina langsung mengarahkan tangan kanannya ke penis Edwin.
Diremas-remasnya penis cowok itu dengan lembut..
dirasakannya penis itu mengembang sedikit demi sedikit seperti adonan kue.

Edwin sendiri menggeser duduknya.. sehingga kini mereka berdempetan.
Ditariknya dagu Arina.. sehingga kedua bibir mereka mulai beradu.

“Hmmpphhh.. hmmppphhhh..” sambil berciuman..
Edwin meremas-remas bongkahan dada Arina. Dipijatnya bukit kembar itu dengan lembut.

Arina sendiri tidak ketinggalan meremas penis Edwin..
sehingga batang itu semakin membesar dan tegang.

“Hmmpphh.. slurrrppp.. sluurrrrpppp..” lidah mereka saling berpagutan di dalam mulut masing-masing.
Edwin memejamkan mata.. berusaha menikmati bibir tipis Arina.

Dikenyotnya bibir merekah itu sambil terus meremas dada Arina..
yang tampak semakin besar karena terangsang.

Arina meremas-remas batang Edwin seperti sedang memerah susu sapi.
Dirasakannya batang itu semakin besar..
sehingga tangan mungilnya semakin kesulitan memerahnya.

Edwin hanya menikmati momen sensual bersama karyawati berjilbab itu..
seakan tidak ingin melepaskan kesempatan emas di depan mata untuk menikmati tubuh gadis berjilbab.

Keduanya saling melenguh.. menikmati bibir dan remasan satu sama lain.
Sudah hampir 20 menit mereka saling berpagut dan meremas.

Penis dan payudara keduanya sudah tampak menegang maksimal.. siap digarap lebih jauh lagi.
“Hhh.. hhh.. hhh.. Dek.. mbak mau tanya..” kata Arina sambil terengah-engah.

“Hhh.. hhh.. hhh.. a-apa, mbak..?”
“Kamu punya fantasi seksual..?”

Edwin tersenyum mendengar pertanyaan Arina
---oOo---

Edwin memegang sebuah pisau. Sambil telanjang.. ia berjalan pelan mengitari sebuah tubuh seksi..
berbungkus jilbab yang sedang duduk di sebuah kursi kayu.
Tangan dan kakinya terikat erat dengan tali tambang tipis.. sedangkan mulutnya tertutup.


Arina terbelalak melihat Edwin menyeringai kepadanya sambil memegang sebuah pisau.
Ia merasa sedikit takut..
takut karena permintaannya sendiri agar Edwin dapat merealisasikan fantasi seksualnya kepadanya.

Cowok itu mendekati tubuh Arina.. dibukanya satu per satu kancing baju gadis itu.
Dirasakannya desah nafas yang semakin cepat dari Arina saat Edwin semakin menuju kancing bawah.

“Wooww..!!” Takjub Edwin saat akhirnya ia disuguhkan kedua bongkahan dada Arina hanya dengan BH.
Begitu besar dan menggairahkan..
tampak dua gunung Arina mengeras karena sudah diisi birahi oleh jari jemari terampil Edwin.

BRETTT.. BRETTTT.. SERRRTTTT..!!”
Dengan gerakan pisau yang lihai.. Edwin merobek baju Arina..
Meninggalkan BH dan celana dalam melekat di tubuh gadis itu dan jilbab tentunya.

Edwin melongo melihat badan Arina yang kini setengah telanjang.. begitu putih dan mulus.
Tidak ada lipatan di perutnya, begitu rata dan menggairahkan.

Pinggang kecilnya membuat Arina tampak memiliki pantat dan payudara besar.
Edwin menelan ludah melihat tubuh indah itu terikat tak berdaya..
di depannya.. di kamar yang tidak ada siapa pun kecuali mereka.

SLURRRPPPPP..!!”
Arina mendongak.. ”Nghhhh.. ahhhh..” terdengar lenguhan pelan saat Edwin menjilat belahan dadanya.

Ia mencucuk dada besarnya yang hanya tertutup setengah oleh branya yang seksi.
Tanpa kesulitan.. Edwin melepas kait bra Arina yang berada di depan.

Tampaklah kedua gunung kembar gadis itu, begitu besar dan menantang.
Puting coklatnya menghias ujung dadanya seperti buah ceri di atas kue tart.

Tidak ingin melewatkan pesta.. Edwin pun langsung memasukkan ceri coklat itu ke dalam mulutnya..
Slrupp.. clrupp.. clrupp.. mengisapnya seperti anak kecil mengemut permen favoritnya.

Diisap.. diemut.. kadang digigit kecil dan ditarik.
Edwin membuat Arina bergelinjang dengan permainannya di puting susu gadis itu.

“Hmmphhhh.. hhhmmppphhhh..” Arina tiba-tiba tampak panik..
saat dilihatnya Edwin mendekatkan mata pisau yang dipegangnya ke puting susunya.

Edwin menyeringai kecil. Ditariknya puting susu Arina kuat-kuat dan didekatkannya pisau itu..
seolah ingin memisahkan puting kecil itu dari dada Arina.

Edwin mulai menggesekkan pisaunya di puting Arina. Arina tampak kesakitan..
Terlihat dari badannya yang terus bergerak.. seolah ingin melepaskan diri dari kursi yang mengikatnya tersebut.

Kepalanya mendongak.. melenguh panjang dan mulai terdengar isakan tangis di baliknya.
Edwin terus menikmati gesekan pisaunya dengan puting Arina..
gesekan sisi tumpul pisau dengan puting gadis itu benar-benar dinikmati Edwin.

Hal yang sama terjadi dengan puting sebelahnya..
sehingga tidak terbayang betapa sakitnya Arina karena perlakuan Edwin terhadap puting susunya.

Selesai bermain dengan kedua puting Arina..
Edwin mulai melirik ke arah organ intim gadis itu, satu-satunya yang masih tertutup.

BREEETTTT..!! Satu tarikan.. vagina Arina terbuka bebas.
Menampakkan gundukan daging tebal dengan balutan bulu tipis di sekitarnya.

Edwin terbelalak melihat indahnya vagina Arina.
Ia mengelusnya.. memasukkan jarinya ke dalam dan sesekali menarik rambut kelamin Arina.

“Mbaak, seksi banget sih..?” Ujar Edwin pelan sambil perlahan menjilat vagina gadis berjilbab itu.
Terus naik sampai ia menjilat kedua payudara Arina..
hingga kemudian berhenti dengan mencium hidung karyawati tersebut.

Arina menggelinjang karena geli oleh serangan lidah Edwin.
Edwin terus menyapu seluruh badan Arina tanpa tertinggal setitik pun.

Lidahnya berakhir di vagina. Dibukanya lebar-lebar vagina Arina dengan kedua tangannya..
sebelum lidahnya menyapu bagian dalam lubang pribadi gadis itu.

Dirasakannya vagina Arina sudah sangat basah oleh cairan kenikmatannya sendiri.
Edwin menjilat dan sesekali menggigit klitoris Arina yang ditemukannya.

Arina bergelinjang semakin kuat saat Edwin menggigit dan menarik biji kecil itu..
seolah ingin melepasnya dari vagina Arina.

Edwin menghentikan kegiatannya. Ia berdiri memandang Arina yang terengah-engah..
setelah tubuhnya dijamah habis-habisan oleh cowok itu.

Tampak sedikit air mata menitik dari tepi mata Arina..
hasil menahan sakit fantasi Edwin terhadap tubuh indah yang telanjang itu.

PLAKK..!!” Edwin mendapat tamparan keras..
saat ia memutuskan untuk melepas ikatan Arina dan mengakhiri fantasinya.

Arina langsung bangkit dan tanpa pikir panjang mendaratkan tangannya ke pipi Edwin.

“Kamu apa-apaan sih..!? Aku kira fantasi apa.. ternyata seperti itu..!
Kamu pikir gak sakit apa putingku kamu sayat kayak gitu.. klitorisku kamu tarik kayak gitu..!?
Kamu kira ..!!"

Jleghh..!! "AAAKKKHHHHH..!!” Arina yang sedang memarahi Edwin mendadak menjerit tertahan..
saat Edwin menusukkan sesuatu ke tubuh telanjang Arina.

Tubuh Arina bergetar.. kepalanya mendongak sambil mulutnya mengeluarkan lenguhan..
“Akkhhh.. aakkkhhhh..”

Dalam satu serangan tiba-tiba.. Edwin menusuk Arina tepat di alat kelaminnya.
Tusukan yang begitu dalam hingga mentok ke rahim karyawati bank itu.
Arina tidak berdaya di tangan Edwin.

Tangan yang saat ini sedang memegang kedua bongkahan pantatnya..
mendorong tubuhnya hingga tusukan penis cowok itu di vaginanya mencapai maksimal.

Edwin memastikan penis 20 cm-nya menusuk vagina Arina sepenuhnya..
seperti yang dilakukannya kepada vagina kecil Hani.

“Akkkhhhh.. aaakkkhhhhh..!”
Arina menjerit kecil karena kelaminnya dipaksa menelan seluruh penis besar Edwin.

Edwin terus menerus mendorong pantat Arina..
sambil ia sendiri menggoyangkan pinggulnya menusuk-nusuk liang surgawi Arina.

Jilbabnya sudah sangat berantakan.
Tubuhnya mulai bergetar tanda orgasme hebat akan datang melanda.

Edwin yang menyadari hal tersebut semakin cepat mengocok tubuh Arina.
Crebb-crebb-crebb-crebb-clekk-clekk-clekk-clekk-clebb-clebb-clebb-clebb..

“Sssshhhhhh.. aaakkkkkkkhhhh.. aaaaaaaakkkkkkhhhhh..!”
Pekik Arina saat dirasakannya penis Edwin mendesak rahimnya.

“S-siap.. mbak..? Akkhhhh..”
Edwin memperingatkan Arina bahwa mereka akan segera orgasme hebat.

CROOOT.. CROOOT.. CROOOOOTTTTT..!!” Edwin orgasme.
Penisnya menyemburkan sperma ke dalam rahim Arina seperti selang air.
Begitu banyak dan kencang.

Tubuh Arina bergetar hebat menerima tembakan peju itu.
Lelehan putih sperma tampak mengalir pelan dari celah vagina gadis itu..
mengalir turun melalui paha.. sebagian langsung menetes ke lantai.

Arina tampak terkulai. Tulangnya serasa dilolosi setelah dilanda orgasme hebat tersebut.
Nafasnya tersengal-sengal seolah ia baru saja melakukan olahraga

PLOP..! Begitu bunyi ketika Edwin melepas penisnya dari vagina Arina.
Dasar Edwin.. penisnya tidak mengecil sedikit pun meski sudah menyemburkan sperma seperti itu.

Edwin membopong tubuh lemas Arina ke ranjang.
Direbahkannya tubuh telanjang itu dengan kaki terjulur ke lantai.
Vagina Arina yang masih melelehkan peju tampak terekspose jelas.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan.. Edwin mengambil telepon genggamnya..
Lantas langsung memotret tubuh indah yang tergeletak hanya tertutup jilbab itu.

Dapet banyak nih gue..! Ujarnya dalam hati sambil terus mengabadikan tubuh Arina.
Duh..! Tadi gue lupa lagi ngambil foto mbak Hani habis ngentot sama dia..! Lanjutnya.

Beberapa diambilnya secara selfie.
Tampak ia tidur di samping Arina dan mengambil foto mereka berdua.

Ada juga pose Edwin sedang mengemut puting susunya..
Sampe pose di mana Edwin foto bersama vagina Arina yang masih mengeluarkan peju dari kelaminnya.

Edwin memang membuat semacam perjanjian dengan teman-temannya..
Siapa pun yang berhasil meniduri cewek selain pacarnya.. akan ditraktir teman-temannya yang lain.

Sampai saat ini.. baru Geri yang sukses mendapat makan dan nonton gratis..
setelah berhasil menembus memek Shela.. adik tingkatnya di kampus, saat diadakan kemping.

Shela sendiri memang terkenal binal dan sudah lama tidak perawan..
Jadi Geri beruntung saat berpasangan dengannya untuk mencari kayu bakar di hutan
.. karena tiba-tiba mahasiswi semester 3 itu menciumnya.

Sebagai cowok normal.. Geri tentu membalas ciuman tersebut..
hingga berlanjutlah hingga penisnya hinggap di vagina Shela.

Berbekal foto dirinya sedang memeluk Shela yang sedang topless dari belakang..
Geri langsung makmur saat pulang.

Walau melewatkan tubuh Hani.. Edwin tetap merasa menang..
setelah mendapat bukti fotonya bersama tubuh Arina yang masih tergeletak lemas.
Belum lagi setelah ini ia akan mencicipi Okta.. semakin makmurlah ia sepulang nanti.

Selain Farid.. itu pun pacarnya semua..
belum ada lagi temannya yang bisa meniduri 3 cewek sekaligus dalam satu hari.

Setelah melihat-lihat foto Arina yang telah diambilnya.. Edwin pun kembali bernafsu.
Arina yang masih terlihat lemas tidak tau bahwa akan ada bagian kedua yang diterimanya.

Edwin membalikkan tubuh Arina menjadi tertelungkup..
menampakkan bongkahan pantat yang begitu indah dan sekal.

“Hhh.. hhh.. hhh.. kamu mau apa lagi, Win..?” Tanya Arina tanpa bisa mengelak lagi.

Tanpa menjawab.. Edwin mengarahkan penisnya ke lubang anus Arina yang tampak masih perawan.
Dipegangnya dua bongkah pantat itu dan dibuka.. sehingga menampakkan lubang kecil anus gadis berjilbab itu.

Tanpa aba-aba dan tanpa belas kasih..
Edwin langsung menghujamkan penis besarnya dengan kekuatan penuh..

Seketika menembus anus Arina dalam sekali hentak. JLEBBBBB..!!!
“AAAAAAAAAA..!!!!” (. ) ( .)
---------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd