Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Boleh juga stamina pak Bowo hu

:papi: Hehehe.. secara PL alias profesional lendir brada..

Sebenernya ada satu episode lagi yang sama pak Bowo..
3S si Mila ngajak temennya.. Ngeroyok pak Bowo..

Masih Nubi pertimbangin plus edit..
Cocok atau enggaknya dimasukkan ke trit ini..
 
Ah ane kurang cerita ini...
Ane demennya yang lakinya sedikit ada usaha :D

:Peace: Haaaaaaa.. sepertinya sama seleranya dengan Nubi, brada..

Nubi juga 'kurang demen' ama yang 'mudah'.
Terasa kurang 'perjuangannya' .. hehe..

Cuma memang karena trit ini Nubi spesifikkan pada 'Rumput Tetangga'..
ya.. mau nggak mau Nubi harus masukkan..
 
Ah ane kurang cerita ini...
Ane demennya yang lakinya sedikit ada usaha :D

:Peace: Haaaaaaa.. sepertinya sama seleranya dengan Nubi, brada..

Nubi juga 'kurang demen' ama yang 'mudah'.
Terasa kurang 'perjuangannya' sih .. hehe..

Cuma memang karena trit ini Nubi spesifikkan pada 'Rumput Tetangga'..
ya.. mau nggak mau Nubi harus masukkan..

Ntar deh.. Nubi juga sedang ngedit Cerita yang -mungkin- brada n nubi demenin..
Klo dah kelar pasti Nubi posting.
Sebab 'agak lumayan panjang'.. Jadi terpaksa Nubi bagi ada sekitar 3-4 part.
 
Cerita 60 – Bertukar Suami

Tentu tak seorangpun di dunia ini yang ingin rumah tangganya hancur.. dan tiada pula yang bersedia untuk saling tukar suami dengan tetangganya.. tetapi semua ini kualami sendiri.

Dua tahun lamanya aku hidup dengan suami yang lain dan kedua suamiku itu masih bersaudara. Namaku Sri.. saat kejadian itu usiaku belum genap 25 tahun dan baru memiliki anak satu yang duduk di TK.

Sebagai ibu rumah tangga yang ingin membantu suami.. aku mencari tambahan penghasilan dengan menerima jahitan dari ibu-ibu tetangga dan para remaja putri.

Semula memang hanya beberapa orang yang datang.. namun belum genap satu tahun usaha itu sudah berkembang pesat.. sehingga aku perlu merekrut tiga orang tenaga penjahit.

Aku hanya membuatkan polanya sedang mereka tinggal menjahitnya.
Dan pelangganku semakin hari semakin bertambah banyak.. karena aku selalu berusaha menjaga mutu hasil kerjaku.

Suamiku bernama Rusdi.. orangnya ganteng seperti Dede Yusuf dan seorang pekerja keras.
Ia seringkali dimintai oleh orang untuk memborong bangunan rumah dan kadang diminta oleh perusahaan kontraktor hingga ke luar daerah.

Kehidupan kami berjalan dengan harmonis, tak pernah terjadi cekcok yang berarti.
Setiap masalah dapat kami selesaikan dengan baik, tanpa menimbulkan kericuhan.

Selain itu suamiku juga memiliki saudara misan yang rumahnya berdekatan dengan rumahku.. namanya Pajang.
Orangnya sangat baik dan penuh perhatian kepada saudara.. usianya sebaya suamiku.

Ia telah memperistri seorang wanita cantik dan berkulit putih bersih.. namanya Maryamah dan juga baru mempunyai seorang anak yang sebaya pula dengan anakku.

Mas Pajang merupakan sosok yang dihormati oleh masyarakat karena kemampuan yang dimilikinya maupun status sosial yang disandangnnya.
Lebih dari itu ia juga merupakan seorang lelaki yang kharismatik dan dapat menimbulkan kekaguman.

Di tempat tinggalnya.. hanya suamikulah satu-satunya kerabat dekatnya..
sehingga tak jarang ia bertandang ke rumah.. meski suamiku sedang tak di rumah.
Dan entah mengapa setiap ia ke rumah aku seringkali mencuri pandang kepadanya.

Suamiku memang seorang yang tampan.. namun bagiku Mas Pajang memiliki kelebihan lagi.
Selain ganteng dan bentuk tubuhnya yang atletis.. juga wajahnya menyinarkan kewibawaan..
sehingga menatapnya berlama-lama dapat membuat hatiku berdebar-debar.

Suamiku memang jarang di rumah.. sebagai pasangan muda aku memang sering kesepian..
terutama jika ia sedang berada di luar daerah sampai berminggu-minggu.
Sehingga kehadiran Mas Pajang dapat menjadi hiburan tersendiri bagiku.

Lelaki ini kalau sedang berbicara seakan-akan aku dibawanya mengarungi khayalannya.
Kepandaiannya bercerita dan membuat suasana menjadi segar.. memang merupakan salahsatu kekagumanku kepadanya.

Istrinya hampir sepanjang siang hari berada di pasar.. berjualan di tokonya..
Maka sepulang dari dinas ia akan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumahku..
sambil membawa anaknya yang langsung bermain dengan anakku.

Barangkali, karena seringnya pertemuan itu semakin lama jika sehari saja ia tidak mengunjungiku timbul perasaan kangen yang tak tertahankan.
Namun tentu perasaan semacam ini kusimpan rapat rapat di hatiku, dan kukira ia juga merasakan hal yang sama..
karena aku dapat menangkap sinar matanya yang seperti mengharapkan sesuatu dariku.

Dan ia seringkali mengeluhkan dirinya. "Rumah tanggaku ini aneh, seharian tak pernah ketemu, kalau malam sudah sama sama mengantuk..
Jadi ya.. lantas tidur sendiri-sendiri.. Dua tahun belakangan ini kami jadi jarang berbincang-bincang.
Ibunya Novi sudah sibuk dalam dunianya sendiri, ia terlalu asyik mencari uang, seakan akan uang lebih penting dari rumah tangganya..”

Jika sudah demikian aku akan bersikap sebagai pendengar yang baik..
selain memperhatikan apa yang dikeluhkan dan aku seringkali malah memberi nasehat kepadanya.

Hubunganku dengan Mas Pajang semakin terasa aneh..
Kami seakan-akan sudah saling membutuhkan.. namun tak pernah terucap hal-hal yang menjurus ke arah itu.

Sampai suatu hari aku sedang ke pasar naik motor sendiri.. sepulang dari belanja kulihat di perempatan terjadi sebuah kecelakaan.
Ternyata.. setelah aku melihatnya.. korban kecelakaan adalah Mas Pajang .
Motornya menabrak beca yang sedang diparkir.. dalam usahanya menghindari benturan dengan truk yang melaju kencang.

Melihat kenyataan itu aku jadi panik sendiri.. cepat-cepat aku memberikan pertolongan.
Dibantu orang lain aku menggotong tubuhnya ke pinggir jalan raya.
Saat itu aku tak dapat menahan airmataku dan kuguncang-guncang tubuhnya sambil terus-menerus memanggil namanya.

Tak lama ia membuka mata dan merintih.. mengetahui aku masih merangkul lehernya Mas Pajang malah memelukku.
Meski dalam keadaan demikian.. hatiku berdesir saat terasa tangannya memilin-milin lenganku.

Untung saja tak ada orang yang memperhatikan adegan yang hanya berlangsung beberapa detik itu..
tetapi karuan saja telah membuat wajahku menjadi jengah.

Maka segera aku membawanya ke rumah sakit dengan menyewa mobil angkutan yang kebetulan lewat.
Sepanjang jalan kepalanya berada di pangkuanku.. sehingga darah yang meleleh dari luka di siku dan kepalanya mengotori rok spanku.

Biasanya aku sangat ngeri melihat darah..
Namun entah mengapa saat itu malah sebentar-sebentar aku menghapus darah menggunakan sapu tanganku dengan perasaan kasih sayang.
Seakan apa yang selama ini kurasakan kepadanya seperti telah mendapatkan salurannya.

Sesekali tanpa sadar aku malah membelai rambutnya.. dan rintihan yang keluar dari bibirnya semakin membuat hatiku terpaku kepadanya.

Tangannya memegangi lenganku erat-erat.. dan kadang kurasakah kepalanya didesakkan ke dadaku.
Saat itu aku hanya dapat berkata.. "Bertahanlah.. sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit..”

"Aku tidak memikirkan rumah sakit.. aku hanya memikirkan dirimu..” ujarnya pelahan sekali.. seperti sebuah bisikan.
Aku hanya meremas jari tangannya sebagai ungkapan perasaanku saat itu.

Saat di rumah sakit.. dokter menyatakan kondisi Mas Pajang tidak terlalu berbahaya.. dan dapat berobat jalan.
Tapi yang mengherankan.. ia malah minta rawat tinggal saja.

Alasannya.. ia masih ketakutan dan jika terjadi apa-apa.. di rumah sakit lebih cepat ditangani daripada di rumah.
Tentu saja pihak rumah sakit langsung setuju karena mendapatkan tambahan pasien.

Aku hanya diam saja tak mengerti.. namun saat telah berada di Zal aku bertanya.
"Bagaimana sih..? Orang dokter bilang boleh pulang.. kok malah ingin diopname..?”

Kulihat ia hanya tersenyum dan kemudian meraih tanganku. "Kapan lagi aku dapat berdua seperti ini kalau tidak di rumah sakit..?
Anggap saja aku tidak sedang berada di rumah sakit.. namun di hotel..” katanya dengan nada mesra.

Meski akupun mempunyai perasaan sama seperti dirinya..
namun menyadari cara yang dipergunakan ini sungguh membuatku jadi tersenyum sendiri.

Ia benar.. di rumah sakit ini memang seperti hotel.. karena ia dirawat di kelas VIP yang hanya dipakai oleh satu orang pasien saja..
dan di ruangan ber-AC ini juga disediakan sebuah pesawat TV berikut VCD-nya..

Tiba-tiba Ia meraih leherku dan melumat bibirku mesra dan lama sekali..
Tak pelak langsung kubalas dengan tidak kalah dashsyatnya.. sehingga aku seperti tak sanggup berdiri lagi..
Ciuman kami baru berakhir ketika perawat mengetuk pintu kamar mengantarkan obat.

"Aku harus pergi dulu mengurusi motormu dan memberitahu kepada mbak Mar..”
kataku saat Suster meletakkan obat di meja kecil di dekat bednya.

Ia hanya mengangguk. "Nanti malam kau harus datang menjengukku..” pintanya dengan mata memancarkan pengharapan.
"Ngg.. Tentu..” balasku seraya tersenyum.

Aku melangkah di koridor dengan perasaan bercampur aduk tak karuan.
Kejadian barusan ini sangat mengesankan sekali.. meski aku tak dapat mengusir perasaan khawatir yang tetap berada di sudut hatiku.

Seperti pada umumnya seorang perempuan.. saat kuberitahu Maryamah langsung panik.
Tokonya segera ditutup.. akupun membantunya sambil menjawab setiap pertanyaannya yang berhubungan dengan keadaan suaminya.

"Untung kau sedang lewat.. jika tidak siapa yang mengurus suamiku..?
Terimakasih ya dik.. aku sangat berhutang budi kepadamu..” cerocosnya sembari berberes barang dagangannya.

"Sudahlah.. Jangan bicara saja.. kau harus segera ke rumah sakit..” ujarku mengingatkan.

Kupandangi wajah perempuan cantik ini dengan berbagai perasaan.
Entah mengapa Mas Pajang tertarik kepadaku..? Padahal istrinya wajahnya lebih manis dan juga cantik.

Memang sih.. aku lebih ceria.. dan postur tubuhku tinggi semampai dibanding dengan Maryamah yang lebih gemukan.
Siang itu Maryamah ke rumah sakit sendirian dan aku langsung pulang.

Di rumah aku jadi aku tak dapat memincingkan mata.. seperti orang bingung..
Rumah yang berantakan aku biarkan.. karena aku tak berselera lagi melakukan apa-apa.

Oleh karenanya aku hanya tidur-tiduran saja di kamar.. semua pekerjaan kuserahkan kepada anak buahku.
Berkali-kali aku ingin mengusir bayangan demi bayangan kejadian yang kualami.

Namun yang terjadi justru sebaliknya.. dan rasanya tak sabar lagi aku ingin segera berangkat ke rumah sakit.
Hanya saja aku masih dihantui pertimbangan-pertimbangan lain yang juga sangat kuat.. yaitu aku melanggar norma-norma kesusilaan.

Ternyata nasib berkata lain.. alangkah beruntungnya aku.. rupanya setan memuluskan kehendak nafsuku.
Belum jam 5 sore Maryamah ke rumahku.. ia minta aku mau menemani menunggu suaminya nanti malam.

Tentu bagiku hal itu seperti pucuk di cinta ulam tiba.. Tak perlu duakali ia memintaku.. langsung aku berkemas-kemas..
setelah menitipkan anakku kepada anak buahku dan berpesan agar mereka tidur di rumahku saja.. aku langsung ke rumah sakit.

Hampir semalam suntuk aku tidur di tikar.. karena hanya tersedia sebuah ranjang untuk seorang penunggu.
Hatiku sungguh tersiksa jika pandangan mataku beradu dengan Mas Pajang .

Ia seperti mengundangku agar mendekat.. tetapi apa daya aku tak berani mendekat.. meski istrinya telah mendengkur sejak jam sepuluh.
Dan malam itu tak terjadi apa apa.. kecuali kami hanya melempar senyum penuh arti.

Namun sebelum jam 4 Maryamah membangunkan aku.. padahal aku baru mau tertidur..
“Dik Sri.. aku mau ke pasar dulu.. karena ada dagangan yang dikirimkan nanti jam 5. Jika kesiangan sedikit mobilnya tak bisa masuk.
Kamu di sini dulu ya.. nanti kalau dokter perintah apa-apa cepat hubungi saya. Dan ini kutinggali uang sedikit untuk keperluan apa-apa nanti..” pesannya sebelum ia pergi.

Aku pura-pura tertidur lagi setelah ia menyerahkan uang ke tanganku dan Maryamah segera meninggalkan aku.
Aku merasa perlu melihat Istri Mas Pajang itu apakah benar-benar telah meninggalkan rumah sakit.

Setelah aku yakin benar.. cepat-cepat cepat aku masuk ke ruangan lagi. “Kuncilah pintunya..” kata Mas Pajang saat aku menutup pintu kembali.

“Memangnya kenapa..?” Tanyaku pura-pura dan terus memutar kunci pintu.

Kulihat ia bangkit dari tidumya dan tangannya mengembang.. aku segera menghambur ke pelukannya.
“Iih bau..!” Ujarku menghindari ciumannya. Ia hanya tertawa saja sambil terus mengusap punggungku.

Meski dalam keadaan setengah mengantuk.. namun rangsangan itu cepat menjalar ke seluruh tubuhku.
Tangannya meraba pinggul.. terus menyusup ke balik daster.. dan tanpa basa basi lagi jari tangannya menyusup ke pangkal pahaku.

Ugghh.. langsung menimbulkan geletaran nikmat yang luar biasa.
Apalagi hampir sebulan terakhir ini suamiku tak pemah menyentuhku karena harus ke luar daerah mengerjakan proyek.

Mulutku meracau seperti kesetanan.. dan kurasakan dorongan dalam tubuhku untuk segera ingin mencari jalan pelepasan.
Tanpa kesulitan ia melepas segi tiga pengamanku dan aku membantu dengan menggerakkan pantatku untuk memudahkan usahanya.

Badan mas Pajang merapat ke badanku dan penisnya menempel di belahan pantatku yang montok.
Jemarinya semakin nakal memainkan puting buah dadaku.
Terus mengelus turun ke sela-sela pahaku.. tak lama kurasakan jari-jarinya memainkan vaginaku.

“Ssshhh.. maasss..” desahku lirih sambil memejamkan mata.. menikmati sentuhan jarinya pada bibir vaginaku..
kurenggangkan pahaku agar tangannya lebih leluasa merambahi wilayah kewanitaanku.

Kurasakan jarinya mulai masuk ke dalam.. satu jari.. lalu disusul satu jari lagi..
Uuhhh.. nikmatnya. Aku menyukai gayanya yang lembut ditambah lagi gelora cinta di antara kami berdua.

“Hmm.. cepet banget basahnya dik Sri..” kata Mas Pajang sambil tersenyum menatap wajahku yang sudah memerah sayu dibakar gairah.

Setelah 5 menit.. tampak tubuhku mulai bergetar.. tanda-tanda bahwa aku sangat terangsang.
Mas Pajang bangkit dari pembaringan lalu mendorongku agar berbaring di ranjang satunya.
Tubuhku menelentang.. melintang serta kaki tetap tergantung di tepinya dengan semua letupan birahi yang semakin tidak tertahankan.

Setelah membaringkan tubuhku.. Mas Pajang meneruskan rangsangannya.
Bibirnya terus mencium seluruh tubuhku. Bau parfum yang kupakai rupanya membuat nafsunya semakin tidak tertahankan lagi.

Bibir dan lidahnya menyerbu bibir vaginaku.
Sepertinya mas Pajang terkesan sekali dengan jembutku yang tertata rapi dan berbau wangi setelah melihat vagina ku mulai terangsang hebat.

Tubuhku menggeliat-geliat setiap sapuan lidah mas Pajang memutar-mutar klitorisnya.
Pantatku naik-turun seakan ingin lidah Mas Pajang tertancap lebih dalam di liang vaginaku.

“Eeeemmm..” Desahku penuh kenikmatan menikmati rangsangan yang diberikan mas Pajang pada titik-titik sensitif di tubuhku itu.

“Ini saatnya..” desis mas Pajang. Dengan terburu-buru ia lalu naik ke atas ranjang.. mengambil posisi di sela pahaku.

Selanjutnya ia mengkonsentrasinya pada penisnya yang sudah berdiri tegak.
Urat-urat penisnya terlihat semakin membesar.. pertanda sudah sangat siap untuk melakukan penetrasi.

Kepala penis Mas Pajang yang mirip jamur raksasa berwarna hitam itu kini sudah berada di bibir vaginaku.
Slebb..! Bibir vaginaku yang sudah basah karena cairan merekah saat kepala penis Mas Pajang mulai membelah masuk.

“Ehhmmm..” Mas Pajang mengatur napasnya.

Ternyata perjuangannya untuk menembus vaginaku satu ini ternyata cukup sulit. Diameter penisnya terlalu besar untuk vaginaku.
Ughhh.. Terasa baru kepala penisnya yang mampu masuk dan terbenam di bibir vaginaku.

Lalu dengan satu hentakan keras.. dibantu tekanan tangannya.. Jlebh..!
Penis mas Pajang melesak masuk.. menerobos liang vaginaku yang telah berkedut-kedut.

“Ooohhh yaaahh Mas..” erangku parau mengiringi proses penetrasi.
Rasanya begitu hangat.. kenyal.. namun keras saat batang penis mas Pajang memenuhi liang senggamaku.

“Heegghh..!” Geram mas Pajang menghentak batang penisnya.
“Eeeeemmmphmm.. mm..mm.. hhhh..” desahku sambil merem melek keenakan.

Hentakan tadi rupanya membuat sensasi luar biasa. Mas Pajang pun merasa nikmat luar biasa.
Dibanding milik istrinya.. –menurut pengakuannya..– milikku masih lebih legit dan lebih rapat.
Mungkin karena aku pandai merawat diri dan kewanitaanku.. entahlah.

Selanjutnya.. sambil tetap meremas-remas payudara kiriku mas Pajang mendorong batang penisnya hingga benda itu menancap terbenam seluruhnya di liang vaginaku.
Kedua alat kelamin kami pun akhirnya menyatu dan saling mengisi satu sama lain.

“Aaaaah.. seret juga milikmu, sayang. Penis suamimu payah rupanya.
Nghhh.. tahan sedikit ya.. aku akan beri kenikmatan hebat padamu..” bisik mas Pajang pada telingaku.

Dilingkarkannya tangan gempal mas Pajang pada pantat montokku.. sementara dadanya bersandar pada dua payudaraku.

“Ughhh..” aku mendesah pelan sambil memejamkan mata rapat-rapat.

Karena belum terbiasa dengan ukuran diameter penisnya..
ada sedikit rasa nyeri yang timbul di vaginaku ketika berkedut meremas batang penisnya.

Namun aku berusaha mengabaikannya..
Rasa nyeri itu akan segera berubah menjadi rasa nikmat kalau Mas Pajang sudah menggenjotku nanti.. batinku.

Ia menggeser-geser posisi tubuhnya, berusaha mencari posisi yang paling nikmat dalam persetubuhan kami pagi itu.
Slebb.. Clebb.. Perlahan.. batang penisnya mulai ia gerakkan maju-mundur.

Denyut-denyut kejantanan Mas Pajang dapat kurasakan.. sehingga membuat organ kewanitaanku semakin membanjir..
sebagian cairan kewanitaanku bahkan mulai meleleh membasahi tempat tidur.. saking banjirnya.

Tak peduli dengan semua itu.. Mas Pajang terus menggerakkan pinggulnya maju-mundur.. bahkan ia terlihat begitu menikmatinya.
Malah semakin lama tusukannya menjadi kian cepat dan dalam..
hingga terdengar bunyi berdecak akibat tumbukan alat kelamin kami ditambah beceknya vaginaku..
Clekk.. crekk.. pyekk. pyekk.. pyekk.. pyekk..

“Enak gak sayang..?” Tanya Mas Pajang sambil terus menggenjot vaginaku.

Oughhh
.. Saking enaknya.. aku hanya bisa menggigit bibir bawahku. Aku tersenyum mendesis sambil berusaha menganggukkan kepala.
Aku hanya bisa melenguh keenakan saat gelombang kenikmatan itu perlahan datang..
membuat jantungku berdetak semakin cepat dengan nafas menderu tak kalah berat.

“Hhhhssss.. aku mau mashh .. Arrghh.. ayo.. tusuk lagghhii lebih dalam..” desahku menyemangatinya.

Tanpa harus disuruh lagi.. Mas Pajang semakin mempercepat sodokan penisnya.
Begitu cepatnya hingga tubuhku jadi terhentak-hentak karenanya.

“Aaahhh.. aahhhh.. terusss.. mas terusss.. enak gitu..!!” Mulutku makin menceracau tak karuan

Plok.. plok.. plok.. plak.. plak.. plak..! Bunyi pangkal paha dan kemaluan mas Pajang bertemu kulit selangkanganku.

Sesekali Mas Pajang menelan ludahnya sendiri melihat batang besarnya yang hitam pekat keluar-masuk vaginaku yang putih mulus.
Sangat kontras dan menimbulkan sensasi yang luar biasa.

“Ooooh.. Mashh..” aku mengeluh panjang.
Aku mendongakkan kepalaku ke atas dan membusungkan dadaku. Nikmatnya sungguh tidak terkatakan..!

Mas Pajang makin ganas menyetubuhiku. Aku makin mendesah-desah dengan penuh gairah saat mas Pajang menggenjotku penuh gairah. Tubuhnya bersimbah peluh. Begitu pula dengan tubuhku. Kuraba-raba dadanya yang bidang dan gagah itu.
Saat itu aku sudah tidak bisa mendengarkan nuraniku lagi.. aku pun larut dalam nikmatnya birahi.

Tiba-tiba tubuhku mengejang hebat. Orgasme pertama melandaku hanya dalam beberapa menit saja.
Srrrr.. srrr.. srrr.. srrr.. Terasa cairan hangat mengalir deras dari lubuk vaginaku.. membasahi batang penis mas Pajang.
Mas Pajang mengejamkan matanya menikmati sensasi hebat ini. Ia sengaja membiarkan aku menggelinjang dalam orgasmenya.

“Sekarang saatnya sayang. Jurus entotan mautku. Isteriku sendiri tidak bisa tahan..”
bisik mas Pajang sambil tersenyum setelah melihat orgasmeku sudah reda.

Mas Pajang mulai mempercepat genjotannya. Naik-turun tanpa lelah.
Di bawahnya.. pantat dan pinggulku pun mengikuti irama genjotan batang penis mas Pajang di liang vaginaku.

Sesekali sengaja dia tarik penisnya hingga hanya menyisakan kepalanya.
Itu membuat pantatku terangkat.. seakan tidak rela barang kekar itu keluar dari bekapan vaginaku.

Beberapa saat kemudian mas Pajang menarik tubuhku.. hingga mengubah posisi menjadi duduk.
Sambil memeluk pinggulku mas Pajang meneruskan sodokannya.

Aku pun tak mau kalah mengimbangi dengan meliuk-liukkan pinggulku.
Gerakan pantatku membuat penis mas Pajang itu seperti diremas-remas dan liang vaginaku serasa diobok-obok.

Karena hasratku yang sudah makin memuncak.. aku mendorong mas Pajang rebah.
Dan kini aku mengambil kendali persenggamaan kami dengan liarnya.
Rambut panjangku terurai berkibar-kibar. Peluhnya membuat kulit putihku seakan mengkilap.

Mas Pajang tersenyum dan menikmati itu sebagai pemandangan yang begitu erotis.
Dua tangannya meraih dua payudaraku yang terayun turun-naik. Meremasnya dengan gemas.

Sesekali pula tubuhnya terangkat untuk memberi kesempatan bibirnya mengulum dua putingku yang menggodanya itu.
Aku mengerang dengan hebatnya. Sebuah percumbuan yang hebat ini mungkin baru kali ini aku alami seumur hidupku

“Ooooohh.. ooohh.. uuuggh.. Mas.. aaaaah.. Mas .. aaaah..” aku semakin meracau tak karuan.
Tubuhku mulai tak kuasa kembali menahan entotan dahsyat ini.

Aku terus meliuk di atas tubuh mas Pajang. Pantatku mengayun dengan irama yang semakin kacau.
Dan kedua tangan mas Pajang memegang rambut panjangku.

“Bagus sayang.. terus goyang.. aaah.. aaaah..kita sampai bareng.. sayangku.. hhhhmmpphh..”

Beberapa saat kemudian mas Pajang pun sepertinya merasakan penisnya mulai berkedut.
Sambil mencengkram keras pinggulku. Mas Pajang membantu mempercepat kocokan dari bawah.
Tubuh Mas Pajang mulai menegang. Dan sambil bangkit mendekapku mas Pajang mengeluh keras sambil tetap memeluk diriku,

“Sedikit lagi.. sedikit lagihhh.. ayoo..!!” Aku terus menyerocos. Aku mulai mendekati puncak kenikmatan.
Belum pernah aku merasakan proses yang demikian hebat itu.. sebab selama ini mas Rusdi tidak mampu mengimbangiku.

Tiba-tiba mas Pajang merengkuh tubuhku.. lalu melumat bibirku.
Salahsatu tangannya memainkan dadaku yang putih dan padat itu dengan kasar.

Segera kubalas ciumannya dengan tidak kalah ganas pula.
Aku mengisap-isap lidah mas Pajang.. lalu menelan ludahnya yang masuk ke dalam mulutku.
Sementara itu mas Pajang menggenjotku dari bawah dalam gerakan yang cepat.

“Oouh.. ouhh.. aku mau keluar, Mas..” kataku di sela-sela ciuman panas yang kami lakukan.

Mas Pajang membalas ucapanku dengan mempercepat gerakannya. Vaginaku terasa seperti mau meledak. Tubuhku menegang kuat.
Kedua tanganku memeluk mas Pajang dengan erat, seolah tidak mau lepas.
Aku sudah benar-benar lupa bahwa dia adalah sepupu suamiku yang kini bertetangga bersebelahan rumah.

Tidak lama kemudian.. “AAAaaaaaah..!!” Aku menjerit tertahan melepas derita nikmatku.

Kepalaku mendongak ke atas.. dan mataku sayu. Aku serasa terbang ke awang-awang.
Waktu seolah-olah berhenti. Aku telah mencapai orgasme kedua dalam posisi woman on top.

Aku telah meraih kenikmatan yang luar biasa..! Kenikmatan yang belum pernah aku rasakan.
Aghhh.. terasa benar-benar menerbangkanku ke puncak kenikmatan dunia.

Tubuh mas Pajang juga terasa bergetar. Rupanya kami orgasme bersama-bersama.
Crott.. crott.. crott.. crott.. Sperma milik sepupu suami sekaligus tetanggaku itu memancar dengan kuat dan membanjiri liang kehormatanku.
Aku telah membiarkan cairan lelakinya masuk ke dalam vaginaku.

Kemudian semua berlangsung dalam kebisuan.. hanya napas yang terputus putus dan rintihan kenikmatan yang terdengar.
Tubuhku masih terguncang kecil oleh sisa gelombang birahi yang menggelora.

Mas Pajang tetap dalam posisi di bawahku sambil terus meremasi pinggulku yang bergoyang dengan dahsyatnya.
Hingga semua menjadi senyap.. dan membeku dalam kelelahan yang memabukkan.

“Kita telah berbuat dosa.. Bagaimana jika suamiku mengetahui hal ini..?”
Tanyaku tiba-tiba aku menyesali perbuatan yang seharusnya tidak boleh terjadi ini.

Mas Pajang hanya memandangiku dengan tajam.. “Aku akan menikahimu..”

“Bagaimana dengan istrimu..?” Balasku ragu.

"Itu soal nanti, sekarang kita lakukan saja apa yang kita mau..”

Kemudian ia melakukan lagi setelah beristirahat hanya lima menit. Inilah yang bagiku sangat luar biasa..
karena Mas Pajang benar-benar seperti seekor banteng ketaton. Diriku dibuatnya tidak berkutik untuk melakukan perlawanan..
sebab aku telah terkulai saat ia masih beringas dan buas menerkam tubuhku.. seakan-akan hendak mencabik-cabik seluruh dagingku.

Selanjutnya kejadian seperti itu berlanjut terus hingga beberapa bulan lamanya.
Karena rumah kami saling berdekatan.. maka tak ada orang yang curiga. Apalagi setiap hari istrinya berada di pasar..
Maka aku dapat leluasa ke rumahnya kemudian melakukan permainan yang amat mengasikkan itu di rumahnya.

Tetapi sepandai-pandai menyimpan bau busuk.. akhimya aromanya akan tercium pula.
Bisik-bisik tetangga mulai terdengar.. menyaksikan ketidakwajaran hubungan kami.
Maka untuk menghindari segala kemungkinan buruk yang mungkin akan terjadi.. kami berkencan di hotel yang agak terpencil letaknya.

Sementara itu suamiku juga jarang di rurnah.. menurutnya mendapatkan pekerjaan di sebuah tempat yang agak jauh dari rumah..
sehingga ia sering menginap.
Tentu saja hal ini malah menjadikan diriku semakin tenggelam dalam perselingkuhan dengan saudara misannya sendiri.

Hingga suatu hari aku dibuat terkejut.. saat baru keluar dari hotel dengan Mas Pajang.. seorang familiku menyongsongku di pinggir jalan..
Selain ia menyesalkan apa yang telah kuperbuat dengan Mas Pajang..
ia juga memberitahu bahwa suamiku juga sedang berada di hotel sebelah.. bersama dengan Maryamah..!

Tak ada kata-kata yang dapat mewakili perasaanku pada waktu itu. Dan singkat cerita kasus ini langsung menjadi masalah besar.
Keributan tak dapat dihindari lagi.. dan ternyata suamiku dan Maryamah telah mengetahui perselingkuhanku sejak beberapa waktu lamanya.

Hal ini sengaja dilakukan oleh Maryamah dan suamiku guna membalas sakit hatinya..
Maryamah pula yang menunjukkan kepada suamiku di mana kami biasa melakukan perselingkuhan.

Akhirnya kami sepakat untuk bercerai.. Maryamah menikah dengan mantan suamiku dan aku menikah dengan Mas Pajang .
Semula hal ini ternyata dapat menyelesaikan masalah dan menyenangkan hatiku. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------
 
Next on Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. Cerita 61 – Pemuas Nafsu Tetangga


Kali ini aku kembali berada di bawah.. sementara Cakra menggenjotku dari atas sambil mengamati wajahku yang terlihat memerah karena keenakan.

Aku merasa malu sekali dipandangi dalam keadaan seperti itu.
Tapi aku sudah tidak peduli lagi. Aku hampir keluar.. dan Cakra masih terus menggenjotku.

“Lebih cepat lagi, Mas.. lebih cepat lagi..” ujarku, lirih.. dan nyaris tak mau kudengar sendiri.

“Tolong nanti.. aahh.. dikeluarin di luar, Mashh..” lanjutku lagi terbata menahan gairah.

Tak disangka.. Cakra malah memperlambat genjotannya. Hal ini membuatku blingsatan.

“Ayo Mas, dicepetin lagi..” aku menatap Cakra dengan pandangan sayu sambil memohon kepadanya, sungguh aku benar-benar merendahkan harga diriku sendiri.

“Aku mau ngeluarin di dalem. Boleh, kan..? Aku mau menghamili kamu..” kata Cakra sambil menyeringai.

Aku tersentak kaget. Ucapannya benar-benar kurang ajar.

“Jangan, Mas.. Aku mohon, keluarin di luar aja..” ucapku sambil berusaha menggoyang-goyangkan pinggulku sendiri.. sebab genjotan Cakra menjadi sangat lambat dan semakin melambat.

Cakra diam saja.. lalu benar-benar menghentikan genjotannya.

“Mas, ayo mas.. plis..” aku benar-benar memohon kepadanya supaya dia melanjutkan genjotannya. Seperti ada sesuatu yang mau meledak di dalam vaginaku.. tapi tertahan sehingga membuatku gelisah.

Cakra masih diam. Aku sudah tidak tahan lagi.. lalu berkata dengan lirih dan pasrah kepadanya..

“Ya udah Mas, keluarin di dalem..”

“Apanya..? Ngomong yang jelas..!” Seru Cakra memaksa.

“Keluarin di dalem aja supaya aku hamil..! Mas Cakra boleh menghamiliku..! Ayo Mas, hamili aku..!” Jeritku setengah berteriak..

Splass..! Aku kaget mendengar ucapanku sendiri. Rupanya aku benar-benar sudah dikuasai nafsu.. sehingga mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh itu.. ahh.. betapa murahannya aku menyadari diriku menjadi seperti ini.

Cakra tersenyum penuh kemenangan, lalu kembali menggenjotku.
Kembali aku mendesah-desah tak karuan. Tanganku menggapai-gapai benda apa pun yang bisa kugenggam.

“Sedikit lagi.. sedikit lagi.. ayoo..!!” Aku terus menyerocos. Aku mulai mendekati puncak kenikmatan. Belum pernah aku merasakan proses yang demikian hebat itu, sebab selama ini Mas Hendra tidak mampu mengimbangiku.

Sepertinya Cakra juga mau keluar. Ia memelukku dari atas, lalu melumat bibirku.
Aku membalas ciumannya dengan panas. Aku pun memeluk punggungnya dengan erat.
Dadaku menempel dengan erat di dadanya yang kekar.

Cakra semakin mempercepat genjotannya. Desahanku semakin keras, tapi tidak terdengar jelas karena bibirku sedang dilumat oleh Cakra.

Beberapa detik kemudian.. “AAAaaahhhh..!!!” Aku menjerit sambil membusungkan dada.
Tubuhku melengkung ke atas. Pangkal pahaku bergetar hebat. Jari-jari tanganku mencengkeram punggung Cakra dengan kuat.

Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan yang belum pernah aku rasakan.
Aku benar-benar terbang ke puncak kenikmatan dunia.

Tubuh Cakra juga terasa bergetar. Rupanya kami orgasme bersama-bersama. Crott.. crott.. crott..crott..!

(. ) ( .)
--------------------------------------------------------

Tapi harap bersabar..
Masih dalam proses editing..
:ampun:
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd