------------------------------------------------------------------------
Cerita 18 – ‘Membantu’ Istri Tetangga Depan Rumah
Evi
KISAH ini terjadi beberapa waktu lalu.. Memang sebenarnya cerita panas ini termasuk ga lazim..
Namun cerita seks semacam ini seru banget lo.
Karena awalnya hanya gurauan.. sekarang menjadi kisah panas yang sangat menarik.
Mungkin bagi anda para suami yang menginginkan hal panas maksudnya dalam seks bisa mencoba hal ini.
Cerita ini berawal dari istriku saat akan tidur.. yang mengatakan bahwa Evi..
tetangga depan rumahku ternyata mempunyai suami yang impoten..
Aku agak terkejut, tidak menyangka sama sekali.. karena dilihat dari postur suaminya yang tinggi tegap rasanya tidak mungkin.
Memang yang aku tau mereka telah berumah tangga sekitar 5 tahun.. tapi belum dikaruniai seorang anakpun.
“Bener pah.. tadi Evi cerita sendiri sama mama..” kata istriku seolah menjawab keraguanku.
“Wah.. kasian banget ya mah. Jadi dia gak bisa mencapai kepuasan dong mah..?” Pancingku.
“Iya..!” Sahut istriku singkat.
Pikiranku kembali menerawang ke sosok yang diceritakan istriku..
Tetangga depan rumahku yang menurutku sangat cantik dan seksi.
Aku suka melihatnya kala pagi dia sedang berolahraga di depan rumahku yang tentunya di depan rumahku juga..
Kebetulan tempat tinggal aku berada di cluster yang cukup elite..
sehingga tidak ada pagar di setiap rumah dan jalanan bisa dijadikan tempat olahraga.
Aku perkirakan tingginya 170an dan berat mungkin 60an.. tinggi dan berisi..
Kadang saat dia olahraga pagi aku sering mencuri pandang pahanya yang putih dan mulus..
Karena hanya mengenakan celana pendek. Pinggulnya yang besar sungguh kontras dengan pinggangnya yang ramping..
Dan yang sering bikin aku pusing adalah dia selalu mengenakan kaos tanpa lengan..
sehingga saat dia mengangkat tangan aku dapat melihat tonjolan buah dadanya..
yang keliatannya begitu padat bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya.
Satu hal lagi yang membuat aku betah memandangnya adalah bulu ketiaknya yang lebat..
Ya, lebat sekali.. aku sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak mencukur bulu ketiaknya..
Tapi jujur aja.. aku justru paling bernafsu saat melihat bulu ketiaknya yang hitam..
kontras dengan tonjoilan buah dadanya yang sangat putih mulus.
Tapi ya.. aku hanya bisa memandang saja..
karena bagaimanapun juga dia adalah tetanggaku dan suaminya adalah temanku.
Namun cerita istriku yang mengatakan suaminya impoten jelas membuat aku mengkhayal gak karuan.
Dan entah ide dari mana.. aku langsung bicara ke istriku yang keliatannya sudah mulai pulas.
“Mah..” panggilku pelan.
“Hmmm..” istriku hanya menggumam saja.
“Gimana kalau kita kerjain Evi..?”
“Hah..!?” Istriku terkejut dan membuka matanya. “Maksud papa..?”
Aku agak ragu juga menyampaikannya.. tapi karena udah terlanjur juga.. akhirnya aku ungkapkan juga ke istriku.
“Iya.. kita kerjain Evi.. sampai dia gak tahan menahan nafsunya..”
“Buat apa..? Dan gimana caranya..?” Uber istriku.
Lalu aku uraikan cara-cara memancing birahi Evi.. bisa dengan seolah-olah gak sengaja melihat.. baik melihat senjataku atau saat kami ML.
Mulanya Istriku agak terkejut juga.. apalagi setelah aku uraikan tujuan akhirnya aku menikmati tubuh Evi.
Dia marah dan tersinggung. “Papa sudah gila ya..!? Mentang-mentang mama sudah gak menarik lagi..!” Ambek istriku.
Tapi untunglah.. setelah aku beri penjelasan bahwa aku hanya sekedar fun aja dan aku hanya mengungkapkan saja..
tanpa bermaksud memaksa mengiyakan rencanaku.. istriku mulai melunak dan akhirnya kata-kata yang aku tunggu dari mulutnya terucap.
“Oke deh pah.. Kayanya sih seru juga. Tapi inget.. jangan sampai kecantol dan jangan ngurangin jatah mama..!” Ancam istriku.
Aku seneng banget dengernya.. Aku langsung cium kening istriku.
“So pasti dong mah.. Lagian selama ini kan mama sendiri yang gak mau tiap hari..?” Sahutku.
“Kan lumayan buat ngisi hari kosong saat mama gak mau main..” kataku bercanda.
Istriku hanya terdiam cemberut manja..
Mungkin juga membenarkan libidoku yang terlalu tinggi dan libidonya yang cenderung rendah.
Keesokan paginya.. kebetulan hari Sabtu. Hari libur kerja.
Setelah kompromi dengan istriku kami menjalankan rencana satu..
Pukul 5.30 pagi istriku keluar berolahraga dan tentunya bertemu dengan Evi..
Aku mengintip mereka dari jendela atas rumah aku dengan deg-degan..
Setelah aku melihat mereka ngobrol serius.. aku mulai menjalankan aksiku..
Aku yakin istriku sedang membicarakan bahwa aku bernafsu tinggi dan kadang tidak sanggup melayani.
Dan sesuai skenario.. aku harus berjalan di jendela.. sehingga mereka melihat aku dalam keadaan telanjang dengan senjata tegang.
Hal itu tidak sulit buatku.. karena sedaritadi melihat Evi berolahraga saja senjataku sudah menegang kaku.
Aku buka celana pendekku hingga telanjang.. senjataku berdiri menunjuk langit-langit..
Lalu aku berjalan melewati jendela sambil menyampirkan handuk di pundakku seolah-olah mau mandi.
Aku yakin mereka melihat dengan jelas.. karena suasana pagi yang belum begitu terang..
kontras dengan keadaan kamarku yang terang benderang.
Tapi untuk memastikannya.. aku balik kembali.. berpura-pura ada yang tertinggal dan lewat sekali lagi..
sesampai di kamar mandiku aku segera menyiram kepalaku yang panas akibat birahiku yang naik..
Hemm.. segarnya. ternyata siraman air dingin dapat menetralkan otakku yang panas.
Setelah mandi aku duduk di teras berteman secangkir kopi dan koran.. Aku melihat mereka berdua masih mengobrol.
Aku mengangguk ke Evi yang kebetulan melihat aku sebagai pertanda menyapa.
Sempat kulihat roma merah di wajahnya.. entah apa yang dibicarakan istriku saat itu.
Masih dengan peluh bercucuran.. istriku yang masih keliatan seksi juga memberikan jari jempolnya ke aku..
yang ‘sedang asik’ baca koran.. pasti pertanda bagus pikirku..
Aku segera menyusul istriku dan menanyakannya. “Gimana mah..?” Kejarku. Istriku cuma mesem aja..
”Kok jadi papa yang nafsu sih..!?” Candanya. Aku setengah malu juga.
Akhirnya istriku cerita juga. Katanya.. wajah Evi keliatan horny saat dengar bahwa nafsu aku berlebihan..
apalagi pas melihat aku lewat dengan senjata tegang di jendela.. roman mukanya berubah.
“Sepertinya Evi sangat bernafsu pah..” kata istriku.
“Malah dia bilang mama beruntung punya suami kaya papa, tidak seperti dia yang cuma dipuaskan oleh jari-jari suaminya aja..”
“Ooh..” aku cuma mengangguk setelah tahu begitu.
“Trus, selanjutnya gimana mah..?” Pancingku lagi.
“Yah.. terserah papa aja. Kan papa yang punya rencana..” aku terdiam dengan seribu khayalan indah.
“OK deh.. kita mikir dulu ya, mah..”
Aku kembali melanjutkan membaca koran yang sempat tertunda..
Baru saja duduk aku melihat suami Evi berangkat kerja dengan mobilnya dan sempat menyapaku.
“Pak, lagi santai nih..? Yuk berangkat pak..” sapanya akrab. Aku menjawab sapaannya dengan tersenyum dan lambaian tangan.
“Pucuk dicinta ulam tiba.. pikirku. Ini adalah kesempatan besar.. Evi di rumah sendiri. Tapi gimana caranya..?
Aku memutar otak, konsentrasiku tidak pada koran.. tapi mencari cara untuk memancing gairah Evi dan menyetubuhinya.
Tapi gimana..? Gimana..? Gimana..?
Sedang asiknya mikir.. tau-tau orang yang aku khayalin ada di depan mataku.
“Wah.. lagi nyantai nih pak..? Mbak Yeni ada pak..?” Sapanya sambil menyebut nama istriku.
“Eh.. mbak Evi. Ada di dalam mbak.. masuk aja..” jawabku setengah gugup. Evi melangkah memasuki rumahku..
Aku cuma memperhatikan pantatnya yang bahenol bergoyang seolah memanggilku untuk meremasnya.
Aku kembali hanyut dengan pikiranku.. tapi keberadaan Evi di rumahku jelas membuat aku segera beranjak dari teras..
lalu masuk ke rumah juga.. aku ingin melihat mereka.
Ternyata mereka sedang asik ngobrol di ruang tamu.. obrolan mereka mendadak terhenti setelah aku masuk.
“Hayo, pagi-pagi sudah ngegosip..!? Pasti lagi ngobrolin yang seru-seru nih..” candaku.
Mereka berdua hanya tersenyum. Aku segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku..
Aku menatap langit-langit kamar dan akhirnya mataku tertuju pada jendela kamar yang hordengnya terbuka..
Tentunya mereka bisa melihat aku pikirku, karena di kamar posisinya lebih terang daripada di ruang tamu.
Pastinya mereka bisa melihat aku, meskipun aku tidak bisa melihat mereka mengobrol..?
Refleks aku bangkit dari tempat tidur dan menggeser sofa ke sudut yang aku perkirakan mereka dapat melihat..
lalu aku lepas celana pendekku dan mulai mengocok senjataku. Ehmm.. sungguh nikmat.
Aku bayangkan Evi sedang melihatku ngocok dan sedang horny.. senjataku langsung kaku.
Tapi tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka.. istriku masuk dan langsung menutup kembali pintu kamar.
“Pa.. apa-apaan sih pagi-pagi udah ngocok..!? Dari ruang tamu kan kelihatan..!” Semprot istriku.
“Hah..? Masa iya..?” Tanyaku pura-pura bego.
“Evi sampai malu dan pulang tuh..” cerocosnya lagi. Aku hanya terdiam.
Mendengar Evi pulang, mendadak gairahku jadi drop. Aku kenakan kembali celanaku.
Sampai siang aku sama sekali belum menemukan cara untuk memancingnya..
sampai istriku pergi mau arisan aku cuma rebahan di kamar memikirkan cara untuk menikmati tubuh Evi..
”Pasti lagi mikirin Evi nih.. bengong terus. Awas ya bertindak sendiri tanpa mama..!” Ancam istriku.
“Mama mau arisan dulu sebentar..” aku cuma mengangguk aja.
5 menit setelah istriku pergi.. aku terbangun karena di depan rumah terdengar suara gaduh.
Aku keluar dan melihat anakku yang laki bersama teman-temannya ada di teras rumah Evi dengan wajah ketakutan.
Segera kuhampirinya ingin mengetahui apa yang terjadi..
Nah.. ternyata bola yang dimainkan anakku dan teman-temannya mengenai lampu taman rumah Evi hingga pecah..
Aku segera minta maaf ke Evi dan berjanji akan menggantinya.
Sementara anakku dan teman-temannya kusuruh bermain di lapangan yang agak jauh dari rumah.
“Mbak Evi, aku pamit dulu ya, mau beli lampu buat gantiin..” pamitku.
“Eh.. gak usah pak. Biar aja, namanya juga anak-anak. Lagian aku ada lampu bekasnya yang dari developer di gudang.
Kalau gak keberatan nanti tolong dipasang yang bekasnya aja..”
Aku lihat memang lampu yang pecah sudah bukan standar dr developer.
Tapi otakku jadi panas melihat cara bicaranya dengan senyumnya dan membuat aku horny sendiri.
“Kalau gitu.. mbak tolong ambil lampunya, nanti aku pasang..” kataku.
“Wah.. aku gak sampe pak, tolong diambilin di dalam..” senyumnya.
Hmm.. kesempatan datang tanpa direncanakan.. aku mengangguk mengikuti langkahnya.
Lalu Evi menunjukkan gudang di atas kamar mandinya.
Ternyata dia memanfaatkan ruang kosong di atas kamar mandinya untuk gudang.
“Wah.. tinggi mbak, aku gak sampe. Mbak ada tangga..?” Tanyaku.
“Gak ada pak.. kalau pake bangku sampe gak..?” usulnya balik bertanya.
“Coba aja..” kataku menyetujui.
Evi lalu berjalan ke dapur mengambil bangku.
Lambaian pinggulnya yang bulat seolah memanggilku untuk segera menikmatinya.
Meskipun tertutup rapat.. namun aku bisa membayangkan kenikmatan di dalam dasternya.
Lamunanku terputus setelah Evi menaruh bangku tepat di depanku.. aku segera naik..
Tapi ternyata tanganku masih tak sampai meraih handle pintu gudang.
“Gak sampe mba..” kataku. Aku lihat Evi agak kebingungan.
“Dulu naruhnya gimana mbak..?” Tanyaku.
“Dulu kan ada tukang yang naruh, mereka punya tangga..”
“Kalau gitu aku pinjem tangga dulu ya mba sama tetangga..”
Aku segera keluar mencari pinjaman tangga.. Tapi aku sudah merencanakan hal gila.
Setelah dapat pinjaman tangga aluminium, aku ke rumah dulu.
Aku lepaskan celana dalamku.. hingga aku hanya mengenakan celana pendek berbahan kaos.
Aku kembali ke rumah Evi dengan membawa tangga. Akhirnya aku berhasil mengambil lampunya.. dan langsung memasangnya.
Tapi ternyata dudukan lampunya berbeda. Lampu yang lama lebih besar.
Aku kembali ke dalam rumah dan mencari dudukan lampu yang lamanya..
Tapi sudah aku acak-acak semua tetapi tidak ketemu juga.
Akhirnya aku terpaksa turun dan memanggil Evi.. namun aku sama sekali tak melihatnya atau sahutannya saat kupanggil.
Pasti ada di kamar.. pikirku menebak-nebak. Wah.. bisa gagal rencanaku memancingnya jika Evi di kamar terus.. batinku lagi
Segera aku menuju kamarnya.. namun sebelum mengetuknya niat isengku timbul.
Kucoba mengintip apa yang ada di dalam kamarnya.. pingin tau yang ada di sebalik pintu dari lubang kunci..
Dan ternyata.. Jreng..! Aku dapat pemandangan bagus..
Di dalam sana kulihat Evi sedang telanjang bulat di atas tempat tidurnya..
Jari-jarinya meremas buah dadanya sendiri.. sedangkan tangan yang satunya menggesek-gesek klitorisnya.
Sontak tubuhku gemetar menahan nafsu,..senjataku langsung membesar dan mengeras.
Andai saja tangan aku yang meremas buah dadanya..
Sedang asik-asiknya mengkhayal tiba-tiba Evi beranjak dari tempat tidurnya dan mengenakan pakaian kembali.. mungkin dia inget ada tamu.
Aku segera lari.. dan pura-pura mencari ke gudang..
Senjataku yang masih tegang aku biarkan menonjol jelas di celana pendekku yang tanpa CD.
“Loh, nyari apalagi pak..?” Kulihat muka Evi memerah. Ia pasti melihat tonjolan besar di celanaku.
“Ini mbak.. dudukannya lain dengan lampu yang pecah..” jelasku sedikit gemetar menahan nafsu.
Aku turun dari tangga dan menunjukan kepadanya.
Aku pura-pura tidak tau keadaan celanaku. Evi tampak sedikit resah saat bicara.
“Jadi gimana ya pak..? Mesti beli baru dong..” suara Evi terdengar serak..
Mungkin ia juga menahan nafsu melihat senjataku di balik celana pendekku.. apalagi dia tadi sedang masturbasi.
Aku pura-pura berpikir, padahal dalam hati aku bersorak.. karena sudah 60% Evi aku kuasai.
Tapi bener sih.. aku lagi mikir, tapi mikir gimana cara supaya masuk dalam kamarnya dan menikmati tubuhnya yang begitu sempurna..!
“Kayanya dulu ada pak. Coba aku yang cari..” suara Evi mengagetkan lamunanku.
Lalu ia menaiki tangga dan sepertinya Evi sengaja memancingku..
Aku yang di bawah jelas dapat melihat paha gempalnya yang putih mulus tak bercela..
Wuihh.. ternyata Evi sama sekali tidak mengenakan celana dalam. Tapi sepertinya Evi cuek aja.
Semakin lama dia di atas aku semakin tak tahan..
Senjataku sudah basah oleh pelumas.. pertanda siap melaksanakan tugasnya.
Setelah beberapa menit mencari dan tidak ada juga, Evi turun dari tangga..
Tapi naas, buat dia –Atau malah sengaja..– ia tergelincir dari anak tangga pertama.. tidak tinggi..
tapi lumayan membuatnya hilang keseimbangan..
Refleks aku menangkap tubuhnya dan langsung memeluknya dari belakang..
Hemmm.. sungguh nikmat sekali.. meskipun masih terhalang celana dalamku dan dasternya..
tapi senjataku dapat merasakan kenyalnya pantat Evi.. dan aku yakin Evi pun merasakan denyutan hangat di pantatnya.
“Eh.. uhm.. makasih pak..” Evi tersipu malu dan akupun berkata maaf berbarengan dengan ucapan makasihnya.
“Gak papa kok.. tapi kok tadi seperti ada yang ngeganjel di pantatku ya..?” Sepertinya Evi mulai berani.
Akupun membalasnya dengan gurauan.. “Ooh.. itu pertanda senjata siap melaksanakan tugas..”
“Tugas apa nih..?” Evi semakin terpancing.
Aku pun sudah lupa janji dengan istriku yang ga boleh bertindak tanpa sepengetahuannya. Aku sudah dikuasai nafsu.
“Tugas ini mbak..!” Kataku langsung merangkulnya dalam pelukanku aku langsung melumat bibirnya dengan nafsu..
Ternyata Evipun dengan buas melumat bibirku juga.. mungkin iapun menunggu keberanianku.
Ciuman kami panas membara, lidah kami saling melilit seperti ular..
Tangan Evi langsung meremas senjataku, mungkin baru ini dia melihat senjata yang tegang, sehingga Evi begitu liar meremasnya.
Aku balas meremas buah dadanya yang negitu kenyal, meskipun dari luar tapi bisa dipastiin bahwa Evi tidak mengenakan bra.
Putingnya langsung mencuat.. aku pilin pelan putingnya.
Tanganku yang satu meremas bongkahan pantatnya yang mulus..
cumbuan kami semakin panas bergelora.. tapi tiba-tiba melepaskan tautan tubuh kami.
“Sebentar pak..!” Evi berlari ke depan ternyata ia mengunci pintu depan..
Aku cuma melongo dipanggil dengan mas yang menunjukkan keakraban.
“Sini pak..!” Ia memanggilku masuk ke kamarnya.
Aku segera berlari kecil menuju kamarnya.. Evi langsung melepas dasternya.
Dia telah bugil tanpa sehelai benangpun di depan mataku.
Sungguh keindahan yang benar-benar luar biasa.
Aku terpana sejenak melihat putih mulusnya badan Evi.
Bulu kemaluannya yang lebat menghitam kontras dengan kulitnya yang bersih. Lekuk pinggangnya sungguh indah.
Tapi hanya sekejab saja aku terpana.. aku langsung melepas kaos dan celana pendekku.
Senjataku yang daritadi mengeras menunjuk ke atas..
Tapi ternyata aku kalah buas dengan Evi.
Dia langsung berjongkok di depanku yang masih berdiri dan melumat senjataku dengan rakusnya.
Lidahnya yang lembut terasa hangat menggelitik penisku.. mataku terpejam menikmati cumbuannya, sungguh benar-benar liar..
Mungkin karena Evi selama ini tidak pernah melihat senjata yang kaku dan keras..
Kadang ia mengocoknya dengan cepat, aliran kenikmatan menjalari seluruh tubuhku.
Aku segera menariknya ke atas lalu mencium bibirnya, nafasnya yang terasa wangi memompa semangatku untuk terus melumat bibirnya.
Kudorong tubuhnya yang aduhai ke ranjangnya.. mulai kukeluarkan jurus-jurus andalanku..
Lidahku kini menjalari lehernya yang jenjang dan putih tanganku aktif meremas-remas buah dadanya lembut.
Putingnya yang masih kecil dan agak memerah aku pillin-pillin kini dari mataku hanya berjarak sekian cm ke bulu ketiaknya yang begitu lebat..
Uhhmm.. aku hirup aromanya yang khas, sungguh wangi.
Lidahku mulai menjalar ke ketiak dan melingkari buah dadanya yang benar-benar kenyal.
Dan saat lidahku yang hangat melumat putingnya Evi semakin mendesah tak karuan..
rambutku habis dijambaknya, kepalaku terus ditekan ke buah dadanya.
Aku semakin semangat, tidak ada sejengkal tubuh Evi yang luput dari sapuan lidahku..
bahkan pinggul pantat dan pahanya juga.. apalagi saat lidahku sampai di kemaluannya yang berbulu lebat..
Setelah bersusah payah meminggirkan bulunya yang lebat, lidahku sampai juga ke klitorisnya..
Kemaluannya sudah basah, aku lumat klitnya dengan lembut..
Evi semakin hanyut.. tangannya meremas sprey pertanda menahan nikmat yang aku berikan..
Lidahku kini masuk ke dalam lubang kemaluannya..
Aku semakin asik dengan aroma kewanitaan Evi yang begitu wangi dan menambah birahiku.
Tapi sedang asik-asiknya aku mencumbu vaginanya.. Evi tiba-tiba bangun dan langsung mendorongku terlentang..
Lalu dengan sekali sentakan pantatnya yang bulat dan mulus langsung berada di atas perutku..
Tangannya langsung menuntun senjataku.. lalu perlahan pantatnya turun.. Slebbh..
“Ngghhhh.. hhhh..” erangnya seketika keluar dari bibirnya.
“Ergghhh..” geramku menahan nikmat pertemuan kelamin kami.. hampir bersamaan.
Kepala kemaluanku mulai menyeruak masuk ke dalam kemaluannya yang basah..
Namun meskipun basah aku merasakan jepitan kemaluannya sangat ketat.
Mungkin karena selama ini hanya jari saja yang masuk ke dalam vaginanya.
Sleppp.. Rrbbb.. rrrbbb.. Centi demi centi senjataku memasuki vaginanya.. berbarengan dengan pantat Evi yang turun..
Jleggh..! Sampai akhirnya aku merasakan seluruh batang senjataku tertanam dalam vaginanya.
Wuuhhh..! Sungguh pengalaman indah..
Aku merasakan nikmat yang luar biasa dengan ketatnya vaginanya meremas otot-otot senjataku.
Evi terdiam sejenak menikmati penuhnya senjataku dalam kemaluannya.. tapi itu tak lama.
Pantatnya yang bahenol dan mulus mulai bergoyang.. kadang ke depan ke belakang.. kadang ke atas ke bawah..
Peluh sudah bercucuran di tubuh kami..
Tanganku tidak tinggal diam memberikan rangsangan pada dua buah dadanya yang besar..
Dan goyangan pinggul Evi semakin lama semakin cepat dan tak beraturan, senjataku seperti diurut dengan lembut.
Aku mencoba menahan ejakulasiku sekuat mungkin dan tak lama berselang..
aku merasakan denyutan-denyutan vagina Evi di batang senjataku semakin menguat dan akhirnya Evi berteriak keras melepas orgasmenya..
Giginya menancap keras d ibahuku.. Evi orgasme, aku merasakan hangat di batang senjataku..
Akhirnya tubuhnya yang sintal terlungkup di atas tubuhku, senjataku masih terbenam di dalam kemaluannya.
Aku biarkan dia sejenak menikmati sisa-sisa orgasmenya setelah beberapa menit aku berbisik di telinganya..
“Mba, langsung lanjut ya..? Aku tanggung nih..”
Evi tersenyum dan bangkit dari atas tubuhku, ia duduk dipinggir ranjang..
“Makasih ya mas, baru kali ini aku mengalami orgasme yang luar biasa..” ia kembali melumat bibirku.
Aku yang masih terlentang menerima cumbuan Evi yang semakin liar.. benar-benar liar..
Seluruh tubuhku dijilatin dengan rakusnya.. bahkan lidahnya yang nakal menyedot dan menjilat putingku..
Sungguh nikmat.. aliran daraku seperti mengalir dengan cepat, akhirnya aku ambil kendali,
Slebb.. Dengan gaya konvensional aku kembali memasukkan senjataku dalam kemaluannya..
Sudah agak mudah tapi tetap masih ketat menjepit senjataku..
Pantatku bergerak turun naik, sambil lidahku mengisap buah dadanya bergantian.
Kulihat wajah Evi yang cantik memerah pertanda birahinya kembali naik.
Maka mulailah kuatur tempo permainan.. aku ingin sebisa mungkin memberikan kepuasan lebih kepadanya.
Entah sudah berapa gaya yang aku lakukan dan entah sudah berapakali Evi orgasme.. aku tidak menghitungnya,
Aku hanya inget terakhir aku pake gaya doggy yang benar-benar luar biasa..
pantatnya yang besar memberikan sensasi tersendiri saat aku menggerakkan senjataku keluar masuk.
Dan memang aku benar-benar tak sanggup lagi menahan spermaku saat doggy, aku pacu sekencang mungkin,
Pantat Evi yang kenyal bergoyang seirama dengan hentakanku.. tapi aku masih ingat satu kesadaran.
“Mbak.. di luar atau di dalam..?” Tanyaku parau terbawa nafsu sambil terus memompa senjataku di liang kemaluannya.
Evipun menjawab dengan serak akibat nafsunya.
”Di-dalam ajahh mas.. akkhuu lag-ghii gakkh sub-buurhh..” balasnya di tengah desahannya.
Tak perlu waktu lama.. selang beberapa detik setelah Evi menjawab.. kuhentakan keras senjataku dalam vaginanya..
Jleghh..! “Erghhh..!” Crrtt.. crett.. crett.. crett..! Seluruh tubuhku meregang kaku..
Aliran kenikmatan menuju penisku dan memuntahkan laharnya dalam vagina Evi.
Ada mungkin sekitar tujuh hingga sepuluh kedutan nikmat aku tumpahkan ke dalam vaginanya..
Sementara Evi.. kulihat menggigit sprei di hadapannya.. mungkin iapun mengalami orgasme yang kesekiankalinya. Ahhh.. nikmatnya.. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------------------