Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

----------------------------------------------------------------------------------

Cerita 17 – Malam Jum'at Bersama Alina

Alina

Kejadiannya
ketika aku sudah berkeluarga dan sudah memiliki 1 anak umur ±2 tahun.. usiaku kala itu 30 tahun.
Kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan di kota S yang masih sangat baru.

Belum banyak penghuni yang menempatinya.. malahan di gang rumahku –yang terdiri dari 12 rumah..–
Baru 2 rumah yang ditempati.. yaitu rumahku dan rumah Pras.

Pras juga sudah beristri.. namanya Alina.. tapi biasa dipanggil Lina.
Mereka belum punya anak sekalipun sudah menikah lebih dari 2 tahun.

Rumah Pras hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Karena tidak ada tetangga yang lain.. kami jadi cepat sekali akrab.
Aku dan Pras jadi seperti sahabat lama.. kebetulan kami seumuran dan hobi kami sama.. catur.

Lina.. yang berumur 26 tahun.. juga sangat dekat dengan istriku.. Winda.
Mereka hampir tiap hari saling curhat tentang apa saja dan soal seks juga sering mereka perbincangkan.
Biasa mereka berbincang di teras depan rumahku kalau sore sambil Winda menyuapi Aria.. anak kami.

Mereka sama sekali tidak tahu kalau aku sering ‘menguping rumpian’ mereka dari kamarku.
Aku jadi banyak tahu tentang kehidupan seks Lina dan suaminya.
Intinya Lina ‘kurang happy’ soal urusan ranjang ini dengan Pras.

Bukannya Pras ada kelainan.. tapi dia senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dahulu.. sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois.
Begitu sudah ejakulasi ya sudah.. dia tidak peduli dengan istrinya lagi.
Sehingga Lina sangat jarang mencapai kepuasan dengan Pras.

Sebaliknya istriku cerita ke Lina kalau dia sangat ‘happy’ dengan kehidupan seksnya.
Dan memang.. sekalipun aku bukan termasuk ‘pejantan tangguh’.. tapi aku hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istriku.

Mereka saling berbagi cerita dan kadang sangat mendetail malah.
Sering Lina secara terbuka menyatakan iri pada istriku dan hanya ditanggapi dengan tawa terkekeh-kekeh oleh Winda.

Wajah Lina cukup cantik.. sekalipun tidak secantik istriku memang.. tapi bodinya sungguh sempurna.. padat berisi.
Kulitnya yang putih juga sangat mulus.
Dan dalam berpakaian Lina termasuk wanita ‘yang berani’ sekalipun masih dalam batas-batas kesopanan.

Sering aku secara tak sadar menelan ludah mengagumi tubuh Lina.. di luar tahu istriku tentu saja.
Sayang sekali tubuh yang demikian menggiurkan jarang mendapat siraman kepuasan seksual.. sering aku berpikiran kotor begitu.
Tapi semuanya masih bisa aku tangkal dengan akal sehatku.

Jum’at petang itu kebetulan aku sendirian di rumah. Winda dan Aria tentu saja.. paginya pulang ke rumah orangtuanya di Malang.
Karena hari Minggunya adik bungsunya menikah. Rencananya Sabtu pagi akan akan menyusul ke M.

Kesepian di rumah sendirian.. setelah mandi aku melangkahkan kaki ke rumah Pras.
Maksud hati ingin mengajak dia main catur.. seperti yang sering kami lakukan kalau tidak ada kegiatan.
Rumah Pras sepi-sepi saja. Aku hampir mengurungkan niatku untuk mengetuk pintu.. karena aku pikir mereka sedang pergi.

Tapi lamat-lamat aku dengar ada suara TV. Kuketuk pintu sambil memanggil..
“Pras.. Pras..!!” Beberapa saat kemudian terdengar bunyi gerendel dan pintu terbuka.

Splass..! Aku sempat termangu sepersekian detik.
Di depanku berdiri sesosok perempuan cantik tanpa make-up dengan rambut yang masih basah tergerai sebahu.

Dia mengenakan daster batik mini warna hijau tua dengan belahan dada rendah.. tanpa lengan..
yang memerlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus.

“Eh.. Mas Benny. Masuk Mas..”
Sapaan ramah Lina menyadarkan aku bahwa yang membukakan pintu adalah Lina.

Sungguh aku belum pernah melihat Lina secantik ini.
Biasanya rambutnya selalu diikat dengan ikat rambut.. tak pernah dibiarkan tergerai seperti ini.

“Nnng.. Pras mana Lin..?”
“Wah, Mas Pras luar kota Mas..”

“Tumben Lin dia tugas luar kota. Kapan pulang..?”
“Iya Mas.. kebetulan ada acara promosi di Yogya.. jadi dia harus ikut.. sampai Minggu baru pulang. Mas Benny ada perlu ama Mas Pras..?”

“Enggak kok.. cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih.. Winda ama Aria ke M..”
“Wah kalo cuman main catur ama Lina aja Mas..”

Sebetulnya aku sudah ingin menolak dan balik kanan pulang ke rumah.
Tapi entah bisikan darimana yang membuat aku berani mengatakan.. “Emang Lina bisa catur..?”

“Eit.. jangan menghina Mas.. biar Lina cewek, belum tentu kalah lho ama Mas..” kata Lina sambil tersenyum yang menambah manis wajahnya.
“Ya bolehlah.. aku pengin menjajal Lina..” kataku dengan nada agak nakal. Lagi-lagi Lina tersenyum menjawab godaanku.

Dia membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan aku duduk di kursi tamu.
“Sebentar ya Mas.. Lina ambil minuman. Mas susun dulu caturnya..”

Lina melenggang ke ruang tengah. Aku semakin leluasa memperhatikannya dari belakang.
Kain daster yang longgar itu ternyata tak mampu menyembunyikan lekuk tubuh Lina yang begitu padat.

Goyangan kedua puncak pantatnya yang berisi tampak jelas ketika Lina melangkah.
Mataku terus melekat sampai Lina menghilang di pintu dapur.
Buru-buru aku ambil catur dari rak pajangan dan aku susun di atas meja tamu.

Pas ketika aku selesai menyusun biji catur.. Lina melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh..
dan sepiring kacang goreng kegemaran aku dan Pras kalau lagi main catur.

Ketika Lina membungkuk meletakkan baki di meja.. mau tak mau belahan dada dasternya terbuka..
dan menyingkap dua bukit payudara yang putih dan sangat padat.

Serr.. Seketika darahku berdesir kencang.. ternyata Lina tidak memakai bra..!
Tampaknya Lina tak sadar kalau sudah ‘menraktir’ aku dengan pemandangan yang menggiurkan itu.

Dengan wajar dia duduk di kursi sofa di seberang meja. “Siapa jalan duluan Mas..?”
“Lina kan putih.. ya jalan duluan dong..” kataku sambil masih berdebar-debar.

Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Ternyata memang benar.. Lina cukup menguasai permaian ini.
Beberapakali langkah Lina membuat aku harus berpikir keras. Lina pun tampakya kerepotan dengan langkah-langkahku.

Beberapakali dia tampak memutar otak.
Tanpa sadar kadang-kadang dia membungkuk di atas meja yang rendah itu dengan kedua tangannya bertumpu di pinggir meja.

Posisi ini tentu saja membuat belahan dasternya terbuka lebar..
Dan kedua payudaranya yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua mataku. Konsentrasiku mulai buyar.

Satu-duakali dalam posisi seperti itu Lina mengerling kepadaku dan memergoki aku sedang menikmati buah dadanya.
Entah memang dia begitu tenggelam dalam berpikir atau memang sengaja..
Dia sama sekali tidak mencoba menutup dasternya dengan tangannya.. seperti layaknya reaksi seorang wanita dalam kondisi ini.

Aku semakin berani menjelajah sekitar wilayah dadanya dengan sapuan pandanganku.
Aku betul-betul terpesona.. sehingga permainan caturku jadi kacau dan dengan mudah ditaklukkan oleh Lina.

“Cckk.. cckk.. cckk.. Lina memang hebat.. aku ngaku kalah deh..”
“Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas..” jawab Lina sambil tersenyum menggoda.

“Ayo main lagi.. Lina belum puas nih..” Ada sedikit nada genit di suara Lina.
Kami lantas main lagi.. tapi kali ini aku mencoba lebih konsentrasi.

Permainan berjalan lebih seru..
sehingga suatu saat ketika sedang berpikir.. tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yang sudah ‘mati’ ke lantai.

Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tersebut dari lantai dengan tangan kananku.
Rupa-rupanya Lina juga melakukan hal yang sama.. sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai.

Entah siapa yang memulainya.. tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing-masing.
Aku melihat ke arah Lina.. dia masih dalam posisi duduk membungkuk tapi matanya terpejam.
Jari-jari tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku.

Aku menjulurkan kepalaku dan mencium dahi Lina dengan sangat mesra.
Dia sedikit terperanjat dengan ‘langkahku’ ini.. tapi hanya sepersekian detik saja.

Matanya masih memejam dan bibirnya yang padat sedikit terbuka dan melenguh pelan.. “Ooohhh..”
Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku kulum lembut bibir Lina dengan bibirku..
Dia menyambutnya dengan mengulum balik bibirku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku.

Kami saling berciuman dengan posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja.
Kulumam bibir Lina ke bibirku beubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku.
Aku pun menyambutnya dengan permainan lidahku.

Merasa tidak nyaman dalam posisi ini.. dengan sangat terpaksa aku lepaskan ciuman Lina.
Aku bangkit berdiri.. berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri Lina.

Belum sedetik aku duduk Lina sudah memeluk aku dan bibirnya yang kelihatan jadi lebih sensual kembali melumat kedua bibirku.
Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yang bisa dia lakukan.

Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini ‘hot’.. bahkan dengan istriku sekalipun.
Rasanya seumur hidup kami berciuman begini.. sampai akhirnya Lina agak mengendurkan ‘serangannya’.

Kesempatan itu aku gunakan untuk mengubah arah seranganku. Aku ciumi sisi kiri leher Lina yang putih jenjang merangsang itu.
Rintih kegelian yang keluar dari mulut Lina dan aroma sabun yang harum semakin memompa semangatku.

Ciumanku aku geser ke belakang telinga Lina.. sambil sesekali menggigit lembut cuping telinganya.
Lina semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan.

“Aaaahhhh.. aaaahhhhh..” Rintihan pelan yang keluar dari mulut Lina yang terbuka lebar seakan musik nan merdu di telingaku.

Lengan kananku kemudian aku rangkulkan ke lehar Lina.
Tangan kananku mulai menelusup di balik dasternya dan merayap pelan.. menuju puncak buah dada Lina yang sebelah kanan.

Wow.. payudara Lina.. yang sedaritadi aku nikmati dengan sapuan mataku.. ternyata sangat padat.
Bentuknya sempurna.. ukurannya cukup besar karena tanganku tak mampu mengangkup seluruhnya.

Jari-jariku mulai menari di sekitar puting susu Lina yang sudah tegak menantang.
Dengan ibu jari dan telunjukku aku pelintir lembut puting yang mungil itu.
Lina kembali menggelinjang kegelian.. namun tanpa reaksi penolakan sedikitpun.

Dia menolehkan wajahnya ke kiri.. dengan mata yang masih terpejam dia melumat bibirku.
Kami kembali berciuman dengan panasnya sambil tanganku terus bergerilya di payudara kanannya.
Reaksi kenikmatan Lina dia salurkan melalui ciuman yang semakin ganas dan sesekali gigitan lembut di bibirku.

Tangan kiriku aku gerakkan ke paha kiri Lina. Srengg..
Darahku semakin mengalir deras ketika aku rasakan kelembutan kulit paha mulus Lina.

Lambat namun pasti.. usapan tanganku aku arahkan semakin ke atas mendekati pangkal pahanya.
Ketika jariku mulai menyentuh celana dalam Lina di sekitar bukit kemaluannya.. aku menghentikan gerakanku.

Tangan kiriku aku kembali turunkan.. aku usap lembut pahanya mulai dari atas lutut.
Gerakan ini aku ulang beberapakali sambil tangan kananku masih memelintir puting kanan Lina dan mulut kami masih saling berpagutan.

Ciuman Lina semakin mengganas.. pertanda dia mengharapkan lebih dari gerakan tangan kiriku.
Aku pun mulai meraba bukit kemaluannya yang masih terbalut celana dalam itu.

Entah hanya perasaanku atau memang demikian.. aku rasakan denyut lembut dari alat kemaluan Lina.
Dengan jari tengah tangan kiriku.. kutekan pelan tepat di tengah bukit nan empuk itu. Jdudd..!

Denyutan itu semakin terasa. Aku juga rasakan kehangatan di sana. "Aaahh.. Mas Ben.. aahhh.. iya.. iya..”
Lina melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tangannnya menyingkap daster mininya..
serta menurunkan celana dalamnya sampai ke lututnya.

Serta merta mataku bisa menatap leluasa kemaluan Lina.
Bukitnya menyembul indah.. bulu-bulunya cukup tebal sekalipun tidak panjang.. bergerombol hanya di bagian atas.
Di antara kedua gundukan daging mulus itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan.

Sedetik dua detik aku sempat terpana dengan pemandangan indah yang terhampar di depan mataku ini.
Kemudian jari-jari tangan kiriku mulai membelai semak-semak yang terasa sangat lembut itu.
Betul-betul lembut bulu-bulu Lina.. aku tak pernah mambayangkan ada bulu pubis selembut ini.. hampir selembut rambut bayi.

Lina mereaksi belaianku dengan menciumi leher dan telinga kananku. Kedua tangannya semakin erat memeluk tubuhku.
Tangan kananku daritadi tak berhenti meremas-remas buah dada Lina yang sangat berisi itu.

Jari-jariku mulai mengusap lembut bukit kemaluan Lina yang sangat halus itu.
Perlahan aku sisipkan jari tengah kiriku di celah sempit itu. Aku rasakan sediit lembab dan agak berlendir.

Jemari tanganku menyusup lebih dalam lagi.. sampai kutemukan klitoris Lina yang sangat mungil dengan ujung jariku.
Srett.. Dengan gerakan memutar lembut aku usap benda kecil yang nikmat itu. “Ahhhh.. iya.. Mas.. Ben.. ahhhh.. ahhhh..”

Clepp..! Jari tengahku aku tekan sedikit lebih kuat ke klitoris Lina.. sambil aku gosokkan naik-turun.
Lina meresponsnya dengan membuka lebar kedua pahanya..
Namun gerakannya terhalang celana dalam yang masih bertengger di kedua lututnya.

Sejenak aku hentikan gosokan jariku.. aku gunakan tangan kiriku untuk menurunkan benda yang menghalangi gerakan Lina itu.
Lina membantu dengan mengangkat kaki kirinya.. sehingga celana dalamnya terlepas dari kaki kirinya.

Sekarang benda itu hanya menggantung di lutut kanan Lina dan gerakan Lina sudah tak terhalang lagi.
Dengan leluasa Lina membuka lebar kedua pahanya.

Dari sudut pandang yang sangat sempit aku masih bisa mengintip bibir kemaluan Lina yang begitu tebal merangsang..
hampir sama tebal dan sensualnya dengan bibir atas Lina yang masih menciumi leherku.

Jariku sekarang makin leluasa menjelajah seluruh kemaluan Lina yang sudah sangat licin berlendir itu.
Penuh perasaan kugosok-gosok klitoris Lina dengan lebih kuat..
sambil sesekali mengusap ujung liang kenikmatannya dan aku gesek ke atas ke arah klitorisnya.

Aku tau ini bagian yang sangat sensitif dari tubuh wanita.. tak terkecuali wanita molek yang di sampingku ini.
Lina menggelinjang semakin hebat. “Aaaaaahhhhh.. Mas.. Mas.. ahhhhh.. terus.. ahhhhh..” pintanya sambil merintih.

Intensitas gosokanku semakin aku tingkatkan. Aku mulai mengorek bagian luar lubang senggama Lina.
“Iya.. ahhh.. iya.. Mas.. Mas.. Mas Ben..” Lina sudah lupa apa yang harus dia lakukan.

Dia hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalanya terdonggak ke belakang.. matanya tertutup rapat.
Mulutnya terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan.

Tangannya terkulai lemas di samping tubuhnya tak lagi memelukku.
Tangan kananku pun telah berhenti ‘bekerja..’ karena aku harus merangkul erat Lina agar dia tidak melorot ke bawah.

Daster Lina sudah terbuka sampai ke perutnya.. menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat.
Celana dalam Lina masih menggantung di lutut kanannya. Pahanya kini mengangkang maksimal.

Jariku masih menari-nari di seluruh bagian luar kemaluan perempuan cantik yang semakin aku pandang semakin indah itu.
Sengaja aku belum menyentuhi bagian dalam liang surganya tersebut.

Eksesnya.. Lina bereaksi kian ‘histeris’ .. sekarang kepalanya menggeleng-geleng kiri-kanan dengan liarnya.
Rambut basahnya yang sudah mulai kering tergerai acak-acakan.. malah menambah keayuan wajah Lina.

“Mas.. Mas.. ahhhhh.. enak.. ahhhh nggak tahaaann.. ahhhh..”
Hmm.. Lina sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahinya. Pikirku menganalisis.

Maka kemudian dengan lembut aku mulai tusukkan jari tengahku ke dalam lubang vaginanya yang kini telah sangat basah.
Kusorongkan sampai seluruh jariku tertelan lubang Lina yang cukup sempit itu.

Slebb.. kutarik perlahan sambil sedikit aku bengkokkan ke atas.. sehingga ujung jariku menggesek lembut dinding atas vagina Lina.
Gerakan ini aku lakukan berulangkali.. masuk lurus keluar bengkok.. masuk lurus keluar bengkok.. begitu seterusnya.

Hingga.. tak sampai 10 kali gerakan ini.. tiba-tiba Tubuh Lina menjadi kaku..
Kedua tangannnya mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalanya semakin mendonggak ke belakang. Mulutnya terbuka lebar.

Gerakanku aku percepat dan aku tekan lebih dalam lagi. Clepp.. clepp.. clepp.. clepp.. clepp..
“Aaahhhhh..” Lina melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhnya sedikit menggigil.

Aku bisa merasakan jari tanganku makin terjepit kontraksi otot vagina Lina.. dan
Dersamaan dengan itu Srrrr.. srrr.. srrr.. kurasakan kehangatan cairan yang menyiram jariku di lorong liang nikmatnya..
bersamaan dengan kedutan-kedutan dinding kemaluan perempuan cantik istri tetanggaku ini.

Hehe.. Lina telah mencapai orgasmenya.
Namun demikian aku tidak menghentikan gerakan jariku.. hanya sedikit mengurangi kecepatannya.

Tubuh Lina masih menggigil dan menegang. Mulutnya terbuka tapi tak ada suara yang keluar sepatahpun..
Hanya embusan nafas kuat dan pendek-pendek yang dia keluarkan lewat mulutnya.

Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat. Selang beberapa saat kemudian tubuh Lina berangsur melemas..
Aku pun memperlambat gerakan jariku sampai akhirnya dengan sangat perlahan kucabut dari liang kenikmatan Lina.

Kulihat mata Lina masih terpejam rapat.. bibirnya masih sedikit ternganga. Dengan lembut dan pelan aku dekatkan bibirku ke mulut Lina.
Aku cium mesra bibirnya yang sangat sensual itu. Lina pun menyambut dengan tak kalah mesranya.
Kami berciuman bak sepasang kekasih yang saling jatuh cinta. Agak berbeda dengan ciuman yang menggelora seperti sebelumnya.

“Nikmat Lin..?” Dengan lembut aku berbisik di telinga Lina.
“Mas Ben.. ah.. Lina belum pernah merasakan kenikmatan seperti tadi.. sungguh Mas. Mas Ben sangat pinter..
Makasih Mas.. Winda sungguh beruntung punya suami Mas..”

“Aku yang beruntung Lin.. bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu..”
“Ah Mas Ben bisa aja.. Lina jadi malu..”

Seluruh kejadian tadi sekalipun terasa sangat lama.. tapi aku tau sesungguhnya tak lebih dari 5 menit.
Oh.. ternyata Lina wanita yang cepat mencapai orgasme.. asal tahu bagaimana caranya.
Sungguh tolol dan egois Pras kalau sampai tidak bisa memuaskan istrinya ini.
Pikirku dalam hati.

Lina kemudian sadar akan kondisinya saat itu.
Dasternya awut-awutan.. kemaluannya masih terbuka lebar dan celana dalamnya tersangkut di lututnya.

Dia segera duduk tegak.. menurunkan dasternya.. sehingga menutup pangkal pahanya.
Gerakan yang sia-sia sebetulnya.. karena aku sudah melihat segalanya. Akhirnya dia bangkit berdiri.

“Lina mau cuci dulu Mas..”
“Aku ikut dong Lin.. ntar aku cuciin..” aku menggodanya.

“Ihhh Mas Ben genit..” Sambil berkata demikian dia menggamit tanganku dan menarikku ka kamarnya.
Aku tahu ada kamar mandi kecil di sana.. sama persis seperti rumahku.

Sampai di kamar Lina aku berkata.. “Aku copot pakaianku dulu ya Lin.. biar nggak basah..”
Lina tidak berkata apa-apa tetapi mendekati aku dan membantu melepas kancing celanaku sementara aku melepaskan kaosku.

Aku lepaskan juga celanaku dan aku hanya memakai celana dalam saja.
Lina melirik ke arah celana dalamku.. atau lebih tepatnya ke arah benjolan berbentuk batang yang ada di balik celana dalamku.

Aku maju selangkah dan mengangkat ujung bawah daster Lina sampai ke atas dan Lina mengangkat kedua tangannya..
Sehingga dasternya mudah terlepas. Baru sekarang aku bisa melihat dengan jelas tubuh mulus Lina.

Sungguh tubuh wanita yang sempurna.. semuanya begitu indah dan proporsional.. jauh melampaui khayalanku sebelumnya.
Payudara yang daritadi hanya aku intip dan raba sekarang terpampang dengan jelas di hadapanku.

Bentuknya bundar kencang.. cukup besar.. tapi masih proporsional dengan ukuran tubuh Lina yang seksi itu.
Putingnya sangat kecil bila dibanding ukuran bukit buah dadanya sendiri.
Warna putingnya coklat agak tua.. sungguh kontras dengan warna kulit Lina yang begitu putih.

Perut Lina sungguh kecil dan rata.. tak tampak sedikitpun timbunan lemak di sana.
Pinggulnya sungguh indah dan pantatnya sangat seksi.. padat dan sangat mulus.
Pahanya sangat mulus dan padat.. betisnya tidak terlampau besar dan pergelangan kakinya sangat kecil.

Rupa-rupa Lina sadar kalau aku sedang mengagumi tubuhnya.
Dengan agak malu-malu di berkata.. “Mas curang.. Lina udah telanjang tapi Mas belum buka celana dalamnya..”

Tanpa menunggu reaksiku.. Lina maju selangkah.. agak membungkuk dan memelorotkan celana dalamku.
Aku membantunya dengan melangkah keluar dari celanaku.

Tuink..!! Tongkat kejantananku yang sedaritadi sudah berdiri tegak langsung menyentak seperti mainan badut keluar dari kotaknya.
Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi.

Tak tahan aku hanya melihat tubuh molek Lina.. aku maju langsung aku peluk erat tubuh Lina.
Kulit tubuhku langsung bersentuhan dengan kulit halus tubuh Lina tanpa sehelai benangpun yang menghalangi.

“Kamu cantik dan seksi sekali Lin..”
“Ah Mas Ben ngeledek aja..”
“Bener kok Lin..” balasku tulus. Sambil berkata demikian aku rangkul Lina lalu aku bimbing masuk ke kamar mandi.

Aku semprotkan sedikit air dengan shower ke kemauluan Lina yang masih berlendir itu.
Kemudian tangan kananku aku lumuri dengan sabun.. aku peluk Lina dari belakang dan aku sabuni seluruh kemaluan Lina dengan lembut.

Rupanya Lina suka dengan apa yang aku lakukan.. dia merapatkan punggungnya ke tubuhku..
Sehingga penisku menempel rapat ke pantatnya.

Dengan gerakan lambat dan teratur aku menggosok selangkangan Lina dengan sabun.
Lina mengimbanginya dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan gerakanku.

Gesekan tubuhku dengan kulit halus mulus Lina seakan membawaku ke puncak surga dunia.
Akhirnya selesai juga aku membantu Lina mencuci selangkangannya dan mengeringkan diri dengan handuk.

Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur.
Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan.

Aku raba seluruh permukaan tubuh mulus Lina.. betul-betul halus dan sempurna.
Lina pun beraksi mengelus batang kejantananku yang semakin menegang itu.

Aku ingin memberikan Lina kepuasan sebanyak mungkin malam ini.
Aku ingin Lina merasakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dengan seorang pria.

Dan aku merasa sangat beruntung bisa melakukan itu karena dari cerita Lina ke Winda..
aku tau tak ada pria lain yang pernah menyentuhnya kecuali Pras.. dan sekarang aku.

Tubuh telanjang Lina aku telentangkan.. kemudian aku melorot mendekati kakinya.
Mulai kuciumi betisnya.. perlahan ke atas ke pahanya yang mulus.
Kunikmati betul setiap inci kulit paha mulus dan halusnya dengan sapuan bibir dan lidahku.

Akhirnya mulutku mulai mendekati pangkal pahanya.
“Ahhhhh Mas Ben.. ah.. jangan.. nanti Lina nggak tahan lagi.. ahh..”

Sekalipun mulutnya berkata ‘jangan’ namun Lina justru membuka kedua pahanya semakin lebar..
Seakan menyambut baik serangan mulutku itu.
“Nikmati saja Lin.. aku akan memberikan apa yang tidak pernah diberikan Pras padamu..”

Aku meneruskan jilatan dan ciumanku ke daerah selangkangan Lina yang sudah menganga lebar.
Kulihat jelas bibir vaginanya yang begitu tebal dan sensual. Perlahan aku katupkan kedua bibirku ke bibir bawah Lina.

Sambil ‘berciuman’ aku julurkan lidahku mengorek ujung liang senggama Lina yang merangsang dan wangi itu.
“Ahhhh.. Mas Ben.. aaaaahhh.. please.. please..” Begitu mudahnya kata-kata Lina berubah dari jangan’ menjadi ‘please.

Bibirku aku geser sedikit ke atas.. sehingga menyentuh klitorisnya yang berwarna pink itu.
Perlahan aku julurkan lidahku dan aku menjilatinya berkali-kali. Sekarang Lina bereaksi tepat seperti yang aku duga.

Dia membuka selangkangannya semakin lebar dan menekuk lututnya serta mengangkat pantatnya.
Aku segera memegang pantatnya sambil meremas-remasnya. Lidahku semakin leluasa menari di klitoris Lina.

“Aaaaaahhhhhh.. enak Mas.. enak.. ahhhh.. iya.. ahhhh ahhhhh..”
Hanya itu yang keluar dari mulut Lina menggambarkan apa yang sedang dia rasakan saat ini.

Aku semakin meningkatkan kegiatan mulutku.. aku katupkan kedua bibirku ke klitoris Lina yang begitu mungil..
Kusedot lambat-lambat benda sebesar kacang hijau itu dengan cerucupan keras. “Maaaaasss.. nggak tahaaaan.. ahhhhh.. Maassss..”

Dari pengalamanku tadi memasturbasi Lina dengan jari.. aku tahu pertahanan Lina tinggal setipis kertas.
Lalu aku ubah taktikku. Aku lepaskan tangan kananku dari pantat Lina.. kemudian jari tengahku kembali beraksi menggosok klitorisnya.

Lidahku aku julurkan mengorek seluruh lubang kenikmatan Lina sejauh yang aku bisa. Dan ternyata.. sungguh luar biasa respon Lina.
Tubuhnya menegang.. membuat pantat dan selangkangannya semakin terangkat.. kedua tangannya mencengkeram kain sprei.

“Aaaahhhhh.. maaaassss..” erangnya lepas.. bersama dorongan pinggulnya ke atas.. Srrr.. srrr.. srrrr..!
Bersamaan dengan erangan Lina aku rasakan ada cairan hangat dan agak asin yang keluar dari liang vaginanya.. langsung membasahi lidahku.
Aku julurkan lidahku semakin dalam dan semakin banyak cairan yang bisa aku rasakan.

Tiba-tiba Lina memberontak.. segera menarik aku mendekatinya. Tangan kananku dia pegang dan sentuhkan ke kemaluannya.
Sambil matanya masih terpejam.. dia memelukku dan langsung mencium bibirku yang masih belepotan dengan lendir kenikmatannya.

Aku tahu apa yang dia mau. Kubiarkan bibir dan lidahnya menari di mulutku menyapu semua sisa lendir yang ada di sana.
Jari tanganku kembali kubenamkan ke liang vaginanya dan aku gerakkan masuk-keluar dengan cepat.

Tubuh Lina kembali menggigil.. vaginanya mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmenya barusan.
Kami masih berciuman sampai tubuh Lina mulai melemas.

Perlahan kuangkat tangan kananku dari selangkangannya.. kupeluk dia dengan lembut.
Bibirku perlahan aku lepaskan dari cengkeraman mulut Lina.

Tubuh Lina tergolek lemas.. seakan tanpa tulang. Matanya sedikit terbuka menatap mesra ke arahku.
Bibirnya sedikit menyungging senyum penuh kepuasan.

“Mas.. itu tadi luar biasa Mas.. Lina belum pernah digituin.. Mas Ben hebat.. Makasih Mas.. Lina hutang banyak ama Mas Ben..”
Ujarnya dengan suara sedikit serak namun penuh kepuasan.

“Lin.. aku juga sangat senang kok bisa membuat Lina puas seperti itu..” Sambil aku kecup lembut keningnya.
Mata Lina berbinar penuh rasa terimakasih. Aku merasakan kenikmatan bathin yang luar biasa saat itu.

Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat.
Penisku masih tegang berdiri.. tapi aku tidak hiraukan karena nanti pasti akan dapat giliran juga.

Lina bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini aku biarkan di membersihkan dirinya sendiri.
Aku tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yang baru kualami barusan tadi.

Tak berapa lama Lina sudah kembali dan dia langsung berbaring di sampingku.
Matanya menatap lekat ke penisku seakan dia baru sadar ada benda itu di sana.

“Mas Ben pengin diapain..?” Lina bertanya manja.
“Terserah kamu Lin.. biasanya ama Pras gimana dong..?” Aku coba memancingnya.

“Biasa.. ya langsung dimasukin aja Mas. Lina jarang puas ama dia..” ungkapnya tanpa tedeng alinig-aling lagi.
“Oh.. terus Lina penginnya gimana..?”

“Ya.. kayak ama Mas Ben tadi.. Lina puas banget.. Lina pengin cium punya Mas Ben boleh nggak..?”
“Emang Lina belum pernah..?”

“Belum Mas..” agak jengah dia menjawab.. “Mas Pras nggak pernah mau..”
“Ya silakan kalau Lina mau..”

Tanpa menunggu komando Lina segera merangkak mengarahkan kepalanya mendekati selangkanganku.
Dia pegang batang penisku.. dia mengamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok. Sangat kaku dan canggung.

“Ayo Lin.. aku nggak apa-apa kok. Kalau Lina suka.. lakuin apa yang Lina mau..”

Dengan penuh keraguan Lina mendekatkan mulutnya ke kepala penisku.
Pelan-pelan dia buka bibirnya dan memasukkan helmku ke dalam mulutnya.
Hanya sampai sebatas leher kemudian dia sedot perlahan.

Dia tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa peubahan. Tentu saja aku tidak bisa merasakan sensasi yang seharusnya.
Rupanya dia benar-benar belum pernah melakukan oral ke penis lelaki.

Dengan lembut aku pegang tangan kiri Lina. Aku genggam jemarinya yang lentik dan aku tarik mendekat ke mulutku.
Aku pegang telunjuknya kemudian aku masukkan ke dalam mulutku.
Aku gerakkan masuk keluar dengan lambat.. sambil sesekali aku jilat dengan lidahku saat jari lentiknya masih dalam mulutku.

Lina segera paham bahwa aku sedang ‘memberi bimbingan’ bagaimana seharusnya yang dia lakukan.
Tanpa ragu dia mempraktekkan apa yang aku lakukan dengan jarinya.

Batang penisku dimasukkan ke dalam mulutnya.. kemudian kepalanya diangguk-anggukkan..
sehingga senjataku tergesek keluar masuk mulutnya yang sensual itu.

Sekalipun masih agak canggung tapi aku mulai bisa merasakan ‘pelayanan’ yang diberikan Lina kepadaku.
Semakin lama dia semakin tenang dan tidak kaku lagi. Kadang dia mainkan lidahnya di sekeliling kepala penisku dalam mulutnya.
Wow.. dalam sekejap Lina sudah mulai ahli dalam oral sex.

Sepertinya Lina sendiri mulai bisa merasakan sensasi dari apa yang dia lakukan dengan mulut dan lidahnya.
Dia mulai berani bereksperiman. Kadang dia keluarkan penisku dari mulutnya.. menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali.
Sesekali dia hanya mengisap kepalanya sambil mengocok batang kemaluanku.

Aku mulai merasakan rangsangan dan ikut menikmati permainan mulut Lina. “Gimana Lin rasanya..?”
“Mas.. Lina merasakan rangsangan yang luar biasa.. Penisnya Mas enak.. Lina suka..”

Aku bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang.
Lina langsung tahu harus bagaimana. Dia duduk bersimpuh di hadapanku dan kembali mengisap penisku.
Kepalanya tetap digerakkan maju-mundur.

Dan sekarang dia menemukan cara baru. Dia menjepit batang penisku di antara kedua bibirnya yang terkatup.
Kemudian dia mengangguk-anggukkan kepalanya. Wow.. sungguh Lina cepat belajar dalam hal beginian.

Batang dan kepala penisku dia gesek dengan bibir tebalnya yang terkatup.
Aku membantu dia dengan menggerakkan pantatku maju-mundur.

“Ohhh Lin.. mulutmu enak sekali.. terus Lin..”
“Mas Ben suka..? Winda sering ya giniin Mas Ben..?”

“Iya Lin.. tapi aku lebih suka kamu.. bibirmu seksi sekali.. ooohhh Lin.. Winda juga suka.. isep bolaku dan jilati semuanya Lin.. ohhh..”
Lina rupanya nggak mau kalah.. dia segera melepaskan batang penisku dari mulutnya dan mulai menjilati dan mengisap bola kembarku.

Tangannya sambil mengocok batang kelakianku. Oh sungguh nikmat. Aku belai rambut Lina dan aku usap kepalanya.
Lina suka sekali dan dia masih terus menggerayangi seluruh selangkanganku dengan lidahnya. Rasanya sungguh nikmat.

Kemudian kami berganti posisi. Aku kembali berbaring telentang..
Lina aku minta merangkak di atasku dengan posisi kepala terbalik. Kami di posisi 69 dan ini adalah salahsatu favoritku.

Lina sekarang sudah cukup mahir dalam oral sex. Dia segera mengulum batang penisku.. aku pun mulai menjilati vaginanya.
Dengan posisi ini liang kenikmatan Lina sangat terbuka di hadapanku dan aku lebih leluasa menikmati dengan bibir dan lidahku.

Aku jilat dan isap klitoris Lina yang sudah menantang dan jariku mengorek liang senggamanya.
Sesekali aku ciumi bibir vaginanya yang begitu merangsang.

Lina pun tak mau kalah.. dia melakukan segala cara yang dia tahu terhadap tongkat kejantananku.
Dia mainkan pakai lidah.. dia kocok sambil dia isap.. dia mainkan kepala penisku mengitari kedua bibirnya. Sungguh nikmat sekali.

Tak terlalu lama aku mulai merasakan bahwa Lina sudah tidak bisa menahan lagi.
Pantatnya mulai bergoyang limbung kegelian.. namun aku menjilati terus klitorisnya sambil jariku menusuk-nusuk liang kenikmatannya.

Hingga beberapa saat berselang akhirnya Lina sampai juga di puncak nikmatnya.. lagi..!
Tubuhnya menegang.. gerakan anggukan kepalanya sambil mengisap penisku semakin menggila.
Kurasakan tubuhnya yang gemetaran.. tapi dia tetap tak rela melepas penisku dari mulutnya.

Aku semakin giat mencium klitorisnya dan mengorek vaginanya dengan jariku.
Tubuh Lina tiba-tiba mematung dan kurasakan cairan hangat meleleh keluar dari liang senggamanya.

Aku langsung menutup lubang vagina Lina dengan mulutku dan membiarkan cairan kenikmatannya membasahi lidahku.
Rasanya asin.. tapi sama sekali tidak amis.. sehingga aku tak ragu menelan cairan itu sampai tandas.

Kemudian perlahan aku mulai lagi menciumi dan menjilati seluruh permukaan vagina Lina.
Otot Lina sudah agak mengendur juga. Dia mulai lagi melakukan segala eksperimen dengan mulut dan lidahnya ke penisku.

Kami mulai lagi dari awal. Perlahan namun pasti.. Lina mulai mendaki lagi puncak kenikmatan birahinya.
Aku tangkupkan kedua tanganku ke bukit pantat Lina dan mulai membelai dan meremas lembut.
Lina menanggapinya dengan sedotan panjang di penisku. Lidahku kembali menelusuri segala penjuru selangkangan Lina.

Beberapa saat kemudian aku mulai merasakan tubuh Lina kembali gemetaran.
Aku cium bibir bawahnya dan aku sorongkan lidahku sedalam mungkin ke dalam guanya yang merangsang.

Aku juga mulai merasa kalau pertahananku mulai goyah dan bendunganku akan segera ambrol.
Lina mempercepat gerakan kepalanya dan akupun mengisap makin kuat vaginanya.

Aku sudah tak kuat menahan amarah spermaku dan.. Crotts.. crotts.. crotts..! Lahar hangat spermaku menyembur di dalam mulut Lina.
Untuk sedetik Lina agak kaget tapi dia cepat tanggap. Dia segera mempercepat gerakan kepalanya sambil menelan seluruh air maniku.

Crotts.. crotts..! Sisa maniku kembali menyembur.. kali ini Lina menyambutnya dengan isapan kuat di penisku..
seakan ingin menyedot apa yang masih tersisa di dalam sana. Aku merasakan nikmat yang luar biasa.

Ekspresi kenikmatan ini aku lampiaskan dengan semakin gila menjilati dan menyedot vagina Lina.
Rupanya Lina juga sudah hampir mancapai klimaksnya.
Belaian lidahku di mulut vaginanya membuat puncak itu semakin cepat tercapai.

Akhirnya sekali lagi tubuh Lina menegang dan cairan hangat kembali meleleh dari kawahnya.
Lidahku kembali menerima siraman lendir kenikmatan itu yang segera aku telan.

Beberapa saat kemudian.. dengan enggan Lina bangkit dan berbaring telentang di sampingku.
Penisku.. walaupun masih berdiri.. tapi sudah tidak setegak tadi. Lina memelukku dengan manja dan kami berciuman dengan mesra.

“Lin.. gimana..? Puas..? Sorry tadi aku nggak tahan keluar di mulut kamu..” bisikku mesra di telinganya.
“Lina puas sekali Mas.. sampai duakali gitu lho.. Lina suka sperma Mas Ben.. asin-asin gimana gitu.
Kapan-kapan boleh minta lagi dong Mas..” Lina mulai keluar kenesnya.

“Boleh aja Lin.. asal disisain buat Winda.. hehehe..” balasku sembari mengelus payudara sekalnya.
Lina mencubit genit lenganku. “Iihhh.. Mas Ben.. paling bisa deh.. emang Mas sering gaya gituan dengan Winda..?”

Aku tahu Winda juga sering bercerita soal kegiatan seks kami ke Lina.. jadi aku yakin Lina sudah tahu juga.
“Enggaklah.. ini baru pertama dengan kamu Lin..”

“Ah Mas bohong.. Winda kan sering cerita ke Lina.. katanya Mas Ben pinter ngeseks. Makanya diam-diam Lina pengin main ama Mas..”
“Udah kesampaian kan keinginanmu Lin..?”

“Iya sih.. tapi Mas jangan marah ya.. Lina sering bayangin kita main bertiga dengan Winda.. Mas mau nggak..?”
Kaget juga kau mendengar keinginan Lina ini.

Jujur saja aku juga sering berfantasi membayangkan alangkah nikmatnya bercinta dengan Winda dan Lina sekaligus.
Tapi tentu saja aku tak pernah berani ngomong dengan Winda. Bisa pecah Perang Dunia III.. lagipula itu kan hanya fantasi liar saja.

“Mau sih Lin.. tapi kan nggak mungkin.. Winda pasti marah besar..”
“Iya ya.. Winda kan orangnya agak alim..”

Kami terus berbincang hal-hal demikian sampai kira-kira 10 menit.
Hingga beberapa saat kemudian dengan malas kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di kamar mandi kami saling menyabuni dan saling membersihkan tubuh kami. Aku jadi semakin mengagumi tubuh Lina.
Tak ada segumpal lemakpun di tubuhnya dan semuanya padat berisi.

Setelah mengeringkan diri kami kembali ke atas ranjang dan berpelukan mesra.
Sambil saling berciuman aku mulai menggerayangi tubuh molek Lina..
Tak bosan-bosannya aku meremas dan mengusap buah dadanya yang sangat segar itu.

Perlahan aku mulai menghujani leher dan pundak Lina dengan ciumanku.
Tak sampai di situ saja.. mulutku mulai aku arahkan ke dada Lina.

Buah dadanya yang tegak mulai aku cium dan aku gigit-gigit lembut. Lina sangat menyukai apa yang aku lakukan.
“Ahhhh.. iya Mas.. di situ Mas.. ahhhhh Lina terangsang Mas..” Lidahku menjilati puting susunya yang mungil dan keras itu.

Lina semakin menggelinjang. Tangannya menyusup ke bawah ke selangkanganku.
Dipegangnya batang kemaluanku yang masih agak lemas.

Dia permainkan penisku dengan jari-jarinya yang lentik.
Mau tak mau burungku mulai hidup kembali. Lina dengan lembut mengocok tongkat kelelakianku.

Sambil masih mengulum putingnya.. tangan kananku kembali bergerilya di daerah kemaluan Lina.
Jariku aku rapatkan dan aku tekan bukit kemaluan Lina sembari aku gerakkan memutar.

Dia juga menimpali dengan menggoyangkan pantatnya dengan gerakan memutar yang seirama.
“Mas.. aaahhhh Mas.. enak Mas.. ahhh terus.. iya..” Sambil mendesah dia menarik pantatku mendekat ke kepalanya.

Akhirnya aku terpaksa melepaskan isapanku di putingnya dan duduk berlutut di sisinya.
Lina terus menekan pantatku sampai akhirnya mulutnya mencapai batang kemaluanku yang sudah tegak menantang.

Tangan kiriku aku tampatkan di belakang kepalanya untuk menyangga kepalanya yang agak terangkat. Penisku kembali dia kulum dan jilati.
“Oooh Lin.. enak Lin.. aku suka Lin..” Aku pun menggerakkan pantatku maju-mundur.

Lina membuka lebar mulutnya dan menjulurkan lidahnya..
Sehingga batang penisku meluncur masuk keluar mulutnya tergesek-gesek lidahnya. Sungguh luar biasa apa yang aku rasakan saat itu.

Sementara itu tangan kananku terus menekan dan memutar bukit vagina Lina.
Kadang jariku aku selipkan ke celah sempit di antara kedua bukit itu dan mengusap klitoris Lina.

“Ahhh Mas.. Lina nggak tahan Mas.. ahhhhh.. iya.. aaahhhh..”
Aku segera mengubah posisi. Kedua tangan Lina aku letakkan di belakang lututnya dan membuka kedua lututnya.

Aku angkat pahanya.. sehingga liang vaginanya menganga menghadap ke atas.
Lina menahan dengan kedua tangan di belakang lututnya. Aku duduk bersimpuh di hadapan lubang kemaluan Lina.

Penisku aku arahkan ke lubang yang sudah menganga itu. Clebb..! Kutusukkan kepala penisku ke mulut lubang dan aku tahan di sana.
Kemudian.. srtt.. srtt.. dengan tangan kananku aku gerakkan penisku memutari mulut liang senggama Lina.

“Maassss.. ahhhhh.. nggak tahan.. ayo.. ahhhhhh..”
Aku sengaja tidak mau terlalu cepat menusukkan batang kejantananku ke gua kenikmatan Lina.

Aku gesek-gesekkan kepala penisku ke klitoris Lina. Akibatnya dia semakin menggelinjang menahan nikmat.
Akhirnya.. srrr.. srrr.. srrr.. tanggul Lina bobol juga.
Tak heran.. dengan gosokan jari saja dia tadi bisa mencapai orgasme apalagi ini dengan kepala penisku.. tentu rangsangannya lebih dahsyat.

“Aaahhh.. ahhhh.. Masss..” Rintihan itu sekaligus menandai melelehnya cairan bening dari liang vaginanya.
Lina kembali mengalami puncak orgasme hanya dengan gosokan di klitorisnya.

Blessepp..! Kali ini aku masukkan batang penisku seluruhnya ke dalam gua kenikmatannya.
Lantas aku berbaring telungkup di atas tubuh molek Lina sambil menumpukan berat badanku di kedua sikuku.

Kucium lembut mulutnya yang masih terbuka sedikit. Lina membalas ciumanku dan mengulum bibirku.
Aku biarkan senjataku terbenam dalam lendir kehangatannya. Di telinganya aku bisikkan.. “Lin.. nikmat ya..”

“Oh Mas.. Lina sampai nggak tahan.. nikmat Mas..”

Perlahan dengan gerakan yang sangat lembut aku mulai memompa batang penisku ke dalam liang senggama Lina yang kini sudah basah kuyup.
Aku tahu Lina pasti bisa orgasme lagi dan kali ini aku ingin merasakan semburan lumpur panas di batang kemaluanku.

“Ayo Lin.. nikmati lagi.. jangan ditahan.. aku akan pelan-pelan..” bisikku mesra.. memancing gairahnya kembali bangkit.
“Ahhhh.. iya Mas.. Lina pengin lagi.. ahhhhh..” balasnya disertai lenguhan dan erangan nikmat.

Masih dengan sangat pelan aku pompa terus tongkat kelakianku ke liang vagina Lina..
yang ternyata masih sempit untuk ukuran wanita yang sudah menikah 2 tahun.

Buah dada Lina yang menyembul tegak menggesek-gesek dadaku ketika aku turun-naik.
Sungguh sensasi yang luar biasa. Sengaja aku gesekkan dadaku ke payudaranya.

“Aahh.. aahh.. aahhh.. ahhhhhhh.. iya.. ahhhhh.. Lina terangsang lagi Mas.. iyahh.. hhh..”

Kali ini aku pompa sedikit lebih kuat dan cepat.
Lina menanggapinya dengan memutar pantatnya.. sehingga penisku rasanya seperti diperas-peras dalam liang vaginanya.

Gerakan Lina semakin liar.. Tangannya sudah tidak lagi menahan lutut tapi memegang pantatku dan menekannya dengan keras ke tubuhnya.
“Aaaaahhhhhh.. Mas.. aaaahhhhhhh..!”

Maka semakin kencang dan dalam kupompa pantatku menggasak..
menggesekkan batang penisku di liang nikmat perempuan cantik yang tengah megap-megap di bawah tindihan tubuhku ini.

Terlihat mata Lina sudah terpejam rapat.. kepalanya menggeleng-geleng liar ke kiri ke kanan.. seperti yang dia lakukan di sofa tadi.
Gerakannya semakin ganas dan.. “Aahhhh..!!” Dia melenguh panjang sambil menegangkan seluruh otot di tubuhnya.

Jleghh..!! Kutekan sedalam-dalamnya penisku ke lubang senggamanya.
Serr.. serr.. serr..! Jelas kurasakan aliran hangat di sekujur batang kemaluanku. Tubuh Lina masih terbujur kaku di bawah tindihanku.

Kuhentikan sejenak seluruh gerakanku sambil terus menekan liang vaginanya dengan penisku.
Beberapa saat sepertinya waktu terhenti. Tidak ada suara.. tidak ada gerakan dari kami berdua.
Aku memberi kesempatan kepada Lina untuk menikmati klimaks yang barusan dia dapatkan.

Beberapa saat berselang ketegangan tubuh Lina mulai mengendur. Tangannya membelai lembut kepalaku.
Bibirnya mencari bibirku untuk dihadiahi ciuman yang sangat lembut dan panjang.

“Mas.. Lina sungguh nikmat.. Mas Ben jago deh.. Mas belum keluar ya..?” Tanyanya serupa bisikan.
“Jangan pikirkan aku Lin.. yang penting Lina bisa menikmati kepuasan..” balasku pula.

Kemudian dengan lambat aku mulai memompa lagi. Liang senggama Lina terasa sangat licin dan agak sedikit longgar.
Selama beberapa saat aku terus memompa lambat-lambat. “Aaaahhhhhh.. iya.. iya.. Mas.. Lina mau lagi.. iya.. ahhhh..”

Lina kembali memutar pantatnya mengiringi irama pompaanku. Dia mulai mendesah-desah penuh kenikmatan.
Plopp..! Kucabut batang kemaluanku dari vagina Lina. Lantas aku berbaring telentang di sebelahnya.

“Kamu di atas Lin..” ujarku memberi arahan. Lina segera berjongkok di atas selangkanganku..
Aku arahkan kepala penisku ke lubangnya. Lina kemudian duduk di atas tubuhku dan bertumpu pada kedua lututnya.

Slebb.. Jlebb..! “Nghhh.. masshhh..” rintihnya penuh nikmat ketika batang penisku kembali menelusup.. membelah bibir kemaluannya.
Tak lama kemudian pantatnya mulai bergerak maju-mundur.

“Ayo Lin.. kamu sekarang yang atur.. ohhh iya nikmat Lin..” erangku tak kalah nikmat akibat gesekan padat batang penisku di belahan vaginanya.
Lina semakin bersemangat memaju-mundurkan pantatnya. Kedua payudaranya berguncang indah di hadapanku.

Secara refleks kedua tanganku meremas bukit daging yang mulus itu.
Tangan Lina dia letakkan di belakang pantatnya.. sehingga tubuhnya agak meliuk ke belakang membuat dadanya semakin membusung.

“Ohhh Lin.. susumu seksi sekali.. terus Lin.. ohhhh.. lebih keras Lin..”
“Aaaaahhhh Mas.. Lina sudah mau sampai lagi.. ahhhhh ahhhhhh Mas..”

“Ayo Lin.. terus Lin.. cepat.. ohhhhh iya.. iya Lin.. memekmu enak sekali..”
“Mas.. ahhhh.. Lina nggak tahan.. puasi Lina lagi mas.. ahhhh..”

Gerakan pantat Lina semakin cepat dan semakin cepat.
Aku merasa penisku tergesek-gesek dinding vagina Lina yang sempit dan licin itu.

Dengan sekuat tenaga aku mencoba menahan agar aku tidak ejakulasi. Pertahananku semakin rapuh.
“Lin.. oooohhhh Lin.. aku nggak tahan.. ohhh Lin.. enak.. enak..”

“Ahhhh.. ayo.. Mas.. Lina juga udah nggak tahan.. sekarang mas.. ahhh sekarang..”
Tepat pada detik itu bendunganku ambrol.. tak mampu menahan terjangan spermaku yang menyemprot kuat.

“Oooooooohhhhhhh Lin..!” Crotts.. crotts crotts..!
“Aaahhhhhh Mas.. ahhhhhhhhhhh..!!” Pekiknya melepas nikmat entah untuk keberapakalinya malam ini.

Kami mencapai puncak kenikmatan bersama-sama.
Penisku terasa hangat dan aku yakin Lina juga merasakan hal yang sama di dalam vaginanya.

Lina masih duduk di atas tubuhku tapi sudah badanya terkaku.. tak bergerak.
Vaginanya dihujamkan terhenyak dalam.. melahap seluruh batang kemaluanku di kerapatannya.
“Oooohhh Lin.. nikmat sekali.. makasih Lin.. kamu pinter membuat aku puas..” ujarku memujinya.

Aku gapai tubuh Lina dan aku tarik menelungkup di atas tubuhku.
Buah dadanya yang masih keras menghimpit dadaku. Aku ciumin seluruh wajahnya yang mulai ditetesi keringat.
“Mas.. ahhhhh.. Lina sungguh puas Mas..” balasnya serupa erangan dan bisikan mesra.

Kemudian kami berbaring sambil berpelukan. Badan kami mulai terasa penat tapi bathin kami sangat puas.
Hari sudah beranjak malam. Diselingi makan malam berdua.. kami memadu kasih beberapakali lagi.

Atau lebih tepatnya Lina mengalami orgasme beberapakali lagi.. sedangkan aku hanya sekali lagi ejakulasi..
Segala gaya kami coba.. bahkan aku sempat ‘membimbing’ Lina untuk memuaskan dirinya sendiri dengan jari-jarinya yang lentik itu.

Aku betul-betul puas dan senang bisa membuat wanita secantik Lina bisa mencapai sekiankali orgasme.
Tak terasa jarum jam terus bergeser dan jam setengah sebelas malam aku meninggalkan rumah Lina.

Sebetulnya Lina meminta aku bisa bermalam menemani dia..
Tetapi aku ingat keesokan harinya aku masih harus menyetir lebih dari 4 jam ke kota M menyusul istri dan anakku tercinta.

Maaf Winda.. aku telah mereguk madu kepuasan bersama sahabatmu.. Alina. (. ) ( .)
----------------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
------------------------------------------------------------------------

Cerita 18 – ‘Membantu’ Istri Tetangga Depan Rumah

Evi

KISAH
ini terjadi beberapa waktu lalu.. Memang sebenarnya cerita panas ini termasuk ga lazim..
Namun cerita seks semacam ini seru banget lo.

Karena awalnya hanya gurauan.. sekarang menjadi kisah panas yang sangat menarik.
Mungkin bagi anda para suami yang menginginkan hal panas maksudnya dalam seks bisa mencoba hal ini.

Cerita ini berawal dari istriku saat akan tidur.. yang mengatakan bahwa Evi..
tetangga depan rumahku ternyata mempunyai suami yang impoten..

Aku agak terkejut, tidak menyangka sama sekali.. karena dilihat dari postur suaminya yang tinggi tegap rasanya tidak mungkin.
Memang yang aku tau mereka telah berumah tangga sekitar 5 tahun.. tapi belum dikaruniai seorang anakpun.

“Bener pah.. tadi Evi cerita sendiri sama mama..” kata istriku seolah menjawab keraguanku.
“Wah.. kasian banget ya mah. Jadi dia gak bisa mencapai kepuasan dong mah..?” Pancingku.
“Iya..!” Sahut istriku singkat.

Pikiranku kembali menerawang ke sosok yang diceritakan istriku..
Tetangga depan rumahku yang menurutku sangat cantik dan seksi.

Aku suka melihatnya kala pagi dia sedang berolahraga di depan rumahku yang tentunya di depan rumahku juga..
Kebetulan tempat tinggal aku berada di cluster yang cukup elite..
sehingga tidak ada pagar di setiap rumah dan jalanan bisa dijadikan tempat olahraga.

Aku perkirakan tingginya 170an dan berat mungkin 60an.. tinggi dan berisi..
Kadang saat dia olahraga pagi aku sering mencuri pandang pahanya yang putih dan mulus..
Karena hanya mengenakan celana pendek. Pinggulnya yang besar sungguh kontras dengan pinggangnya yang ramping..

Dan yang sering bikin aku pusing adalah dia selalu mengenakan kaos tanpa lengan..
sehingga saat dia mengangkat tangan aku dapat melihat tonjolan buah dadanya..
yang keliatannya begitu padat bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya.

Satu hal lagi yang membuat aku betah memandangnya adalah bulu ketiaknya yang lebat..
Ya, lebat sekali.. aku sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak mencukur bulu ketiaknya..

Tapi jujur aja.. aku justru paling bernafsu saat melihat bulu ketiaknya yang hitam..
kontras dengan tonjoilan buah dadanya yang sangat putih mulus.

Tapi ya.. aku hanya bisa memandang saja..
karena bagaimanapun juga dia adalah tetanggaku dan suaminya adalah temanku.

Namun cerita istriku yang mengatakan suaminya impoten jelas membuat aku mengkhayal gak karuan.
Dan entah ide dari mana.. aku langsung bicara ke istriku yang keliatannya sudah mulai pulas.

“Mah..” panggilku pelan.
“Hmmm..” istriku hanya menggumam saja.

“Gimana kalau kita kerjain Evi..?”
“Hah..!?” Istriku terkejut dan membuka matanya. “Maksud papa..?”

Aku agak ragu juga menyampaikannya.. tapi karena udah terlanjur juga.. akhirnya aku ungkapkan juga ke istriku.
“Iya.. kita kerjain Evi.. sampai dia gak tahan menahan nafsunya..”

“Buat apa..? Dan gimana caranya..?” Uber istriku.
Lalu aku uraikan cara-cara memancing birahi Evi.. bisa dengan seolah-olah gak sengaja melihat.. baik melihat senjataku atau saat kami ML.

Mulanya Istriku agak terkejut juga.. apalagi setelah aku uraikan tujuan akhirnya aku menikmati tubuh Evi.
Dia marah dan tersinggung. “Papa sudah gila ya..!? Mentang-mentang mama sudah gak menarik lagi..!” Ambek istriku.

Tapi untunglah.. setelah aku beri penjelasan bahwa aku hanya sekedar fun aja dan aku hanya mengungkapkan saja..
tanpa bermaksud memaksa mengiyakan rencanaku.. istriku mulai melunak dan akhirnya kata-kata yang aku tunggu dari mulutnya terucap.

“Oke deh pah.. Kayanya sih seru juga. Tapi inget.. jangan sampai kecantol dan jangan ngurangin jatah mama..!” Ancam istriku.
Aku seneng banget dengernya.. Aku langsung cium kening istriku.

“So pasti dong mah.. Lagian selama ini kan mama sendiri yang gak mau tiap hari..?” Sahutku.
“Kan lumayan buat ngisi hari kosong saat mama gak mau main..” kataku bercanda.

Istriku hanya terdiam cemberut manja..
Mungkin juga membenarkan libidoku yang terlalu tinggi dan libidonya yang cenderung rendah.

Keesokan paginya.. kebetulan hari Sabtu. Hari libur kerja.
Setelah kompromi dengan istriku kami menjalankan rencana satu..

Pukul 5.30 pagi istriku keluar berolahraga dan tentunya bertemu dengan Evi..
Aku mengintip mereka dari jendela atas rumah aku dengan deg-degan..

Setelah aku melihat mereka ngobrol serius.. aku mulai menjalankan aksiku..
Aku yakin istriku sedang membicarakan bahwa aku bernafsu tinggi dan kadang tidak sanggup melayani.

Dan sesuai skenario.. aku harus berjalan di jendela.. sehingga mereka melihat aku dalam keadaan telanjang dengan senjata tegang.
Hal itu tidak sulit buatku.. karena sedaritadi melihat Evi berolahraga saja senjataku sudah menegang kaku.

Aku buka celana pendekku hingga telanjang.. senjataku berdiri menunjuk langit-langit..
Lalu aku berjalan melewati jendela sambil menyampirkan handuk di pundakku seolah-olah mau mandi.

Aku yakin mereka melihat dengan jelas.. karena suasana pagi yang belum begitu terang..
kontras dengan keadaan kamarku yang terang benderang.

Tapi untuk memastikannya.. aku balik kembali.. berpura-pura ada yang tertinggal dan lewat sekali lagi..
sesampai di kamar mandiku aku segera menyiram kepalaku yang panas akibat birahiku yang naik..
Hemm.. segarnya. ternyata siraman air dingin dapat menetralkan otakku yang panas.

Setelah mandi aku duduk di teras berteman secangkir kopi dan koran.. Aku melihat mereka berdua masih mengobrol.
Aku mengangguk ke Evi yang kebetulan melihat aku sebagai pertanda menyapa.
Sempat kulihat roma merah di wajahnya.. entah apa yang dibicarakan istriku saat itu.

Masih dengan peluh bercucuran.. istriku yang masih keliatan seksi juga memberikan jari jempolnya ke aku..
yang ‘sedang asik’ baca koran.. pasti pertanda bagus pikirku..

Aku segera menyusul istriku dan menanyakannya. “Gimana mah..?” Kejarku. Istriku cuma mesem aja..
”Kok jadi papa yang nafsu sih..!?” Candanya. Aku setengah malu juga.

Akhirnya istriku cerita juga. Katanya.. wajah Evi keliatan horny saat dengar bahwa nafsu aku berlebihan..
apalagi pas melihat aku lewat dengan senjata tegang di jendela.. roman mukanya berubah.

“Sepertinya Evi sangat bernafsu pah..” kata istriku.
“Malah dia bilang mama beruntung punya suami kaya papa, tidak seperti dia yang cuma dipuaskan oleh jari-jari suaminya aja..”

“Ooh..” aku cuma mengangguk setelah tahu begitu.
“Trus, selanjutnya gimana mah..?” Pancingku lagi.

“Yah.. terserah papa aja. Kan papa yang punya rencana..” aku terdiam dengan seribu khayalan indah.
“OK deh.. kita mikir dulu ya, mah..”

Aku kembali melanjutkan membaca koran yang sempat tertunda..
Baru saja duduk aku melihat suami Evi berangkat kerja dengan mobilnya dan sempat menyapaku.

“Pak, lagi santai nih..? Yuk berangkat pak..” sapanya akrab. Aku menjawab sapaannya dengan tersenyum dan lambaian tangan.
Pucuk dicinta ulam tiba.. pikirku. Ini adalah kesempatan besar.. Evi di rumah sendiri. Tapi gimana caranya..?

Aku memutar otak, konsentrasiku tidak pada koran.. tapi mencari cara untuk memancing gairah Evi dan menyetubuhinya.
Tapi gimana..? Gimana..? Gimana..?

Sedang asiknya mikir.. tau-tau orang yang aku khayalin ada di depan mataku.
“Wah.. lagi nyantai nih pak..? Mbak Yeni ada pak..?” Sapanya sambil menyebut nama istriku.

“Eh.. mbak Evi. Ada di dalam mbak.. masuk aja..” jawabku setengah gugup. Evi melangkah memasuki rumahku..
Aku cuma memperhatikan pantatnya yang bahenol bergoyang seolah memanggilku untuk meremasnya.

Aku kembali hanyut dengan pikiranku.. tapi keberadaan Evi di rumahku jelas membuat aku segera beranjak dari teras..
lalu masuk ke rumah juga.. aku ingin melihat mereka.

Ternyata mereka sedang asik ngobrol di ruang tamu.. obrolan mereka mendadak terhenti setelah aku masuk.
“Hayo, pagi-pagi sudah ngegosip..!? Pasti lagi ngobrolin yang seru-seru nih..” candaku.
Mereka berdua hanya tersenyum. Aku segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku..

Aku menatap langit-langit kamar dan akhirnya mataku tertuju pada jendela kamar yang hordengnya terbuka..
Tentunya mereka bisa melihat aku pikirku, karena di kamar posisinya lebih terang daripada di ruang tamu.
Pastinya mereka bisa melihat aku, meskipun aku tidak bisa melihat mereka mengobrol..?

Refleks aku bangkit dari tempat tidur dan menggeser sofa ke sudut yang aku perkirakan mereka dapat melihat..
lalu aku lepas celana pendekku dan mulai mengocok senjataku. Ehmm.. sungguh nikmat.

Aku bayangkan Evi sedang melihatku ngocok dan sedang horny.. senjataku langsung kaku.
Tapi tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka.. istriku masuk dan langsung menutup kembali pintu kamar.

“Pa.. apa-apaan sih pagi-pagi udah ngocok..!? Dari ruang tamu kan kelihatan..!” Semprot istriku.
“Hah..? Masa iya..?” Tanyaku pura-pura bego.

“Evi sampai malu dan pulang tuh..” cerocosnya lagi. Aku hanya terdiam.
Mendengar Evi pulang, mendadak gairahku jadi drop. Aku kenakan kembali celanaku.

Sampai siang aku sama sekali belum menemukan cara untuk memancingnya..
sampai istriku pergi mau arisan aku cuma rebahan di kamar memikirkan cara untuk menikmati tubuh Evi..

”Pasti lagi mikirin Evi nih.. bengong terus. Awas ya bertindak sendiri tanpa mama..!” Ancam istriku.
“Mama mau arisan dulu sebentar..” aku cuma mengangguk aja.

5 menit setelah istriku pergi.. aku terbangun karena di depan rumah terdengar suara gaduh.
Aku keluar dan melihat anakku yang laki bersama teman-temannya ada di teras rumah Evi dengan wajah ketakutan.

Segera kuhampirinya ingin mengetahui apa yang terjadi..
Nah.. ternyata bola yang dimainkan anakku dan teman-temannya mengenai lampu taman rumah Evi hingga pecah..

Aku segera minta maaf ke Evi dan berjanji akan menggantinya.
Sementara anakku dan teman-temannya kusuruh bermain di lapangan yang agak jauh dari rumah.

“Mbak Evi, aku pamit dulu ya, mau beli lampu buat gantiin..” pamitku.
“Eh.. gak usah pak. Biar aja, namanya juga anak-anak. Lagian aku ada lampu bekasnya yang dari developer di gudang.
Kalau gak keberatan nanti tolong dipasang yang bekasnya aja..”

Aku lihat memang lampu yang pecah sudah bukan standar dr developer.
Tapi otakku jadi panas melihat cara bicaranya dengan senyumnya dan membuat aku horny sendiri.

“Kalau gitu.. mbak tolong ambil lampunya, nanti aku pasang..” kataku.
“Wah.. aku gak sampe pak, tolong diambilin di dalam..” senyumnya.

Hmm.. kesempatan datang tanpa direncanakan.. aku mengangguk mengikuti langkahnya.
Lalu Evi menunjukkan gudang di atas kamar mandinya.

Ternyata dia memanfaatkan ruang kosong di atas kamar mandinya untuk gudang.
“Wah.. tinggi mbak, aku gak sampe. Mbak ada tangga..?” Tanyaku.

“Gak ada pak.. kalau pake bangku sampe gak..?” usulnya balik bertanya.
“Coba aja..” kataku menyetujui.

Evi lalu berjalan ke dapur mengambil bangku.
Lambaian pinggulnya yang bulat seolah memanggilku untuk segera menikmatinya.
Meskipun tertutup rapat.. namun aku bisa membayangkan kenikmatan di dalam dasternya.

Lamunanku terputus setelah Evi menaruh bangku tepat di depanku.. aku segera naik..
Tapi ternyata tanganku masih tak sampai meraih handle pintu gudang.

“Gak sampe mba..” kataku. Aku lihat Evi agak kebingungan.
“Dulu naruhnya gimana mbak..?” Tanyaku.

“Dulu kan ada tukang yang naruh, mereka punya tangga..”
“Kalau gitu aku pinjem tangga dulu ya mba sama tetangga..”

Aku segera keluar mencari pinjaman tangga.. Tapi aku sudah merencanakan hal gila.
Setelah dapat pinjaman tangga aluminium, aku ke rumah dulu.
Aku lepaskan celana dalamku.. hingga aku hanya mengenakan celana pendek berbahan kaos.

Aku kembali ke rumah Evi dengan membawa tangga. Akhirnya aku berhasil mengambil lampunya.. dan langsung memasangnya.
Tapi ternyata dudukan lampunya berbeda. Lampu yang lama lebih besar.

Aku kembali ke dalam rumah dan mencari dudukan lampu yang lamanya..
Tapi sudah aku acak-acak semua tetapi tidak ketemu juga.

Akhirnya aku terpaksa turun dan memanggil Evi.. namun aku sama sekali tak melihatnya atau sahutannya saat kupanggil.
Pasti ada di kamar.. pikirku menebak-nebak. Wah.. bisa gagal rencanaku memancingnya jika Evi di kamar terus.. batinku lagi

Segera aku menuju kamarnya.. namun sebelum mengetuknya niat isengku timbul.
Kucoba mengintip apa yang ada di dalam kamarnya.. pingin tau yang ada di sebalik pintu dari lubang kunci..

Dan ternyata.. Jreng..! Aku dapat pemandangan bagus..
Di dalam sana kulihat Evi sedang telanjang bulat di atas tempat tidurnya..
Jari-jarinya meremas buah dadanya sendiri.. sedangkan tangan yang satunya menggesek-gesek klitorisnya.

Sontak tubuhku gemetar menahan nafsu,..senjataku langsung membesar dan mengeras.
Andai saja tangan aku yang meremas buah dadanya..

Sedang asik-asiknya mengkhayal tiba-tiba Evi beranjak dari tempat tidurnya dan mengenakan pakaian kembali.. mungkin dia inget ada tamu.
Aku segera lari.. dan pura-pura mencari ke gudang..
Senjataku yang masih tegang aku biarkan menonjol jelas di celana pendekku yang tanpa CD.

“Loh, nyari apalagi pak..?” Kulihat muka Evi memerah. Ia pasti melihat tonjolan besar di celanaku.
“Ini mbak.. dudukannya lain dengan lampu yang pecah..” jelasku sedikit gemetar menahan nafsu.

Aku turun dari tangga dan menunjukan kepadanya.
Aku pura-pura tidak tau keadaan celanaku. Evi tampak sedikit resah saat bicara.

“Jadi gimana ya pak..? Mesti beli baru dong..” suara Evi terdengar serak..
Mungkin ia juga menahan nafsu melihat senjataku di balik celana pendekku.. apalagi dia tadi sedang masturbasi.

Aku pura-pura berpikir, padahal dalam hati aku bersorak.. karena sudah 60% Evi aku kuasai.
Tapi bener sih.. aku lagi mikir, tapi mikir gimana cara supaya masuk dalam kamarnya dan menikmati tubuhnya yang begitu sempurna..!

“Kayanya dulu ada pak. Coba aku yang cari..” suara Evi mengagetkan lamunanku.
Lalu ia menaiki tangga dan sepertinya Evi sengaja memancingku..

Aku yang di bawah jelas dapat melihat paha gempalnya yang putih mulus tak bercela..
Wuihh.. ternyata Evi sama sekali tidak mengenakan celana dalam. Tapi sepertinya Evi cuek aja.

Semakin lama dia di atas aku semakin tak tahan..
Senjataku sudah basah oleh pelumas.. pertanda siap melaksanakan tugasnya.

Setelah beberapa menit mencari dan tidak ada juga, Evi turun dari tangga..
Tapi naas, buat dia –Atau malah sengaja..– ia tergelincir dari anak tangga pertama.. tidak tinggi..
tapi lumayan membuatnya hilang keseimbangan..

Refleks aku menangkap tubuhnya dan langsung memeluknya dari belakang..
Hemmm.. sungguh nikmat sekali.. meskipun masih terhalang celana dalamku dan dasternya..
tapi senjataku dapat merasakan kenyalnya pantat Evi.. dan aku yakin Evi pun merasakan denyutan hangat di pantatnya.

“Eh.. uhm.. makasih pak..” Evi tersipu malu dan akupun berkata maaf berbarengan dengan ucapan makasihnya.
“Gak papa kok.. tapi kok tadi seperti ada yang ngeganjel di pantatku ya..?” Sepertinya Evi mulai berani.

Akupun membalasnya dengan gurauan.. “Ooh.. itu pertanda senjata siap melaksanakan tugas..”
“Tugas apa nih..?” Evi semakin terpancing.

Aku pun sudah lupa janji dengan istriku yang ga boleh bertindak tanpa sepengetahuannya. Aku sudah dikuasai nafsu.
“Tugas ini mbak..!” Kataku langsung merangkulnya dalam pelukanku aku langsung melumat bibirnya dengan nafsu..

Ternyata Evipun dengan buas melumat bibirku juga.. mungkin iapun menunggu keberanianku.
Ciuman kami panas membara, lidah kami saling melilit seperti ular..

Tangan Evi langsung meremas senjataku, mungkin baru ini dia melihat senjata yang tegang, sehingga Evi begitu liar meremasnya.
Aku balas meremas buah dadanya yang negitu kenyal, meskipun dari luar tapi bisa dipastiin bahwa Evi tidak mengenakan bra.
Putingnya langsung mencuat.. aku pilin pelan putingnya.

Tanganku yang satu meremas bongkahan pantatnya yang mulus..
cumbuan kami semakin panas bergelora.. tapi tiba-tiba melepaskan tautan tubuh kami.

“Sebentar pak..!” Evi berlari ke depan ternyata ia mengunci pintu depan..
Aku cuma melongo dipanggil dengan mas yang menunjukkan keakraban.

“Sini pak..!” Ia memanggilku masuk ke kamarnya.
Aku segera berlari kecil menuju kamarnya.. Evi langsung melepas dasternya.

Dia telah bugil tanpa sehelai benangpun di depan mataku.
Sungguh keindahan yang benar-benar luar biasa.

Aku terpana sejenak melihat putih mulusnya badan Evi.
Bulu kemaluannya yang lebat menghitam kontras dengan kulitnya yang bersih. Lekuk pinggangnya sungguh indah.

Tapi hanya sekejab saja aku terpana.. aku langsung melepas kaos dan celana pendekku.
Senjataku yang daritadi mengeras menunjuk ke atas..

Tapi ternyata aku kalah buas dengan Evi.
Dia langsung berjongkok di depanku yang masih berdiri dan melumat senjataku dengan rakusnya.

Lidahnya yang lembut terasa hangat menggelitik penisku.. mataku terpejam menikmati cumbuannya, sungguh benar-benar liar..
Mungkin karena Evi selama ini tidak pernah melihat senjata yang kaku dan keras..

Kadang ia mengocoknya dengan cepat, aliran kenikmatan menjalari seluruh tubuhku.
Aku segera menariknya ke atas lalu mencium bibirnya, nafasnya yang terasa wangi memompa semangatku untuk terus melumat bibirnya.

Kudorong tubuhnya yang aduhai ke ranjangnya.. mulai kukeluarkan jurus-jurus andalanku..
Lidahku kini menjalari lehernya yang jenjang dan putih tanganku aktif meremas-remas buah dadanya lembut.

Putingnya yang masih kecil dan agak memerah aku pillin-pillin kini dari mataku hanya berjarak sekian cm ke bulu ketiaknya yang begitu lebat..
Uhhmm.. aku hirup aromanya yang khas, sungguh wangi.

Lidahku mulai menjalar ke ketiak dan melingkari buah dadanya yang benar-benar kenyal.
Dan saat lidahku yang hangat melumat putingnya Evi semakin mendesah tak karuan..
rambutku habis dijambaknya, kepalaku terus ditekan ke buah dadanya.

Aku semakin semangat, tidak ada sejengkal tubuh Evi yang luput dari sapuan lidahku..
bahkan pinggul pantat dan pahanya juga.. apalagi saat lidahku sampai di kemaluannya yang berbulu lebat..

Setelah bersusah payah meminggirkan bulunya yang lebat, lidahku sampai juga ke klitorisnya..
Kemaluannya sudah basah, aku lumat klitnya dengan lembut..

Evi semakin hanyut.. tangannya meremas sprey pertanda menahan nikmat yang aku berikan..
Lidahku kini masuk ke dalam lubang kemaluannya..

Aku semakin asik dengan aroma kewanitaan Evi yang begitu wangi dan menambah birahiku.
Tapi sedang asik-asiknya aku mencumbu vaginanya.. Evi tiba-tiba bangun dan langsung mendorongku terlentang..
Lalu dengan sekali sentakan pantatnya yang bulat dan mulus langsung berada di atas perutku..

Tangannya langsung menuntun senjataku.. lalu perlahan pantatnya turun.. Slebbh..
“Ngghhhh.. hhhh..” erangnya seketika keluar dari bibirnya.

“Ergghhh..” geramku menahan nikmat pertemuan kelamin kami.. hampir bersamaan.
Kepala kemaluanku mulai menyeruak masuk ke dalam kemaluannya yang basah..

Namun meskipun basah aku merasakan jepitan kemaluannya sangat ketat.
Mungkin karena selama ini hanya jari saja yang masuk ke dalam vaginanya.

Sleppp.. Rrbbb.. rrrbbb.. Centi demi centi senjataku memasuki vaginanya.. berbarengan dengan pantat Evi yang turun..
Jleggh..! Sampai akhirnya aku merasakan seluruh batang senjataku tertanam dalam vaginanya.

Wuuhhh..! Sungguh pengalaman indah..
Aku merasakan nikmat yang luar biasa dengan ketatnya vaginanya meremas otot-otot senjataku.

Evi terdiam sejenak menikmati penuhnya senjataku dalam kemaluannya.. tapi itu tak lama.
Pantatnya yang bahenol dan mulus mulai bergoyang.. kadang ke depan ke belakang.. kadang ke atas ke bawah..
Peluh sudah bercucuran di tubuh kami..

Tanganku tidak tinggal diam memberikan rangsangan pada dua buah dadanya yang besar..
Dan goyangan pinggul Evi semakin lama semakin cepat dan tak beraturan, senjataku seperti diurut dengan lembut.

Aku mencoba menahan ejakulasiku sekuat mungkin dan tak lama berselang..
aku merasakan denyutan-denyutan vagina Evi di batang senjataku semakin menguat dan akhirnya Evi berteriak keras melepas orgasmenya..

Giginya menancap keras d ibahuku.. Evi orgasme, aku merasakan hangat di batang senjataku..
Akhirnya tubuhnya yang sintal terlungkup di atas tubuhku, senjataku masih terbenam di dalam kemaluannya.

Aku biarkan dia sejenak menikmati sisa-sisa orgasmenya setelah beberapa menit aku berbisik di telinganya..
“Mba, langsung lanjut ya..? Aku tanggung nih..”

Evi tersenyum dan bangkit dari atas tubuhku, ia duduk dipinggir ranjang..
“Makasih ya mas, baru kali ini aku mengalami orgasme yang luar biasa..” ia kembali melumat bibirku.

Aku yang masih terlentang menerima cumbuan Evi yang semakin liar.. benar-benar liar..
Seluruh tubuhku dijilatin dengan rakusnya.. bahkan lidahnya yang nakal menyedot dan menjilat putingku..
Sungguh nikmat.. aliran daraku seperti mengalir dengan cepat, akhirnya aku ambil kendali,

Slebb.. Dengan gaya konvensional aku kembali memasukkan senjataku dalam kemaluannya..
Sudah agak mudah tapi tetap masih ketat menjepit senjataku..

Pantatku bergerak turun naik, sambil lidahku mengisap buah dadanya bergantian.
Kulihat wajah Evi yang cantik memerah pertanda birahinya kembali naik.

Maka mulailah kuatur tempo permainan.. aku ingin sebisa mungkin memberikan kepuasan lebih kepadanya.
Entah sudah berapa gaya yang aku lakukan dan entah sudah berapakali Evi orgasme.. aku tidak menghitungnya,

Aku hanya inget terakhir aku pake gaya doggy yang benar-benar luar biasa..
pantatnya yang besar memberikan sensasi tersendiri saat aku menggerakkan senjataku keluar masuk.

Dan memang aku benar-benar tak sanggup lagi menahan spermaku saat doggy, aku pacu sekencang mungkin,
Pantat Evi yang kenyal bergoyang seirama dengan hentakanku.. tapi aku masih ingat satu kesadaran.

“Mbak.. di luar atau di dalam..?” Tanyaku parau terbawa nafsu sambil terus memompa senjataku di liang kemaluannya.
Evipun menjawab dengan serak akibat nafsunya.
”Di-dalam ajahh mas.. akkhuu lag-ghii gakkh sub-buurhh..” balasnya di tengah desahannya.

Tak perlu waktu lama.. selang beberapa detik setelah Evi menjawab.. kuhentakan keras senjataku dalam vaginanya..
Jleghh..! “Erghhh..!” Crrtt.. crett.. crett.. crett..! Seluruh tubuhku meregang kaku..

Aliran kenikmatan menuju penisku dan memuntahkan laharnya dalam vagina Evi.
Ada mungkin sekitar tujuh hingga sepuluh kedutan nikmat aku tumpahkan ke dalam vaginanya..

Sementara Evi.. kulihat menggigit sprei di hadapannya.. mungkin iapun mengalami orgasme yang kesekiankalinya. Ahhh.. nikmatnya.. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd