Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-------------------------------------------------------------------------------

Cerita 20 – Tetangga Cantik

Bagian 2

“Sayang..
aku harus kasih tau kamu, aku baru naik jabatan..” kata Leily pagi besoknya. Restian tersenyum dan memberi selamat.
“Gajimu naik dong..?” komentar Restian.

“Iya, tapi kelihatannya tanggungjawabku nambah. Aku bakal lebih sering pulang malam..”
“Nggak apa-apa, demi kemajuan karier kamu..”

Dan begitulah, pada hari-hari berikutnya jam kerja Leily makin panjang. Waktu sendirian di rumah bagi Restian makin panjang juga.
-----oOo-----

“Eh, tungguuu..! Kenapa nggak sekalian dibawa masuk dan dirakit..!?”
Seru Kamalia di depan rumahnya kepada dua orang pengantar barang yang beranjak masuk ke mobil boks mereka.

“Maaf Bu, tugas kami cuma mengirim. Kalau perakitan tidak termasuk. Permisi, kami masih ada pesanan lain yang harus dikirim..”

“Iiiihhh..!” Kamalia mengeluh kesal ketika melihat mobil boks itu pergi saja..
sementara di depan rumahnya tergeletak kardus besar berisi bagian-bagian lemari pakaian.

Kebetulan Restian mendengarnya, dan dia keluar melihat apa yang terjadi.
“Ada apa..?” Tanya Restian.

“Aku beli lemari..” kata Kamalia, menyebut nama toko perabotan terkenal, “tapi ternyata nggak termasuk pemasangan..
sudah begitu ini cuma ditaruh saja di depan rumah, bukan sekalian dibawa masuk. Mas.. Bantuin aku..”

Restian tersenyum dan langsung bergerak. Tapi karena kardus berisi bagian-bagian lemari itu memang berat, dia mengangkutnya berdua Kamalia.
Keduanya mengangkut kardus masuk rumah, lalu naik tangga ke kamar Kamalia untuk membongkar kardus.

Restian lalu mengambil peralatan dan merakit lemari baru itu di dalam kamar Kamalia, dibantu si pemilik kamar.
Kamalia dengan antusias memegangi bagian-bagian lemari selagi Restian menyekrup dan memasang.
Beberapakali keduanya saling sentuh selagi bekerja.

“Selesai..!” Seru Restian sesudah lemari itu akhirnya kelar dirakit.
“Yayyyy..!” Kamalia berteriak kesenangan.

“Eh, ternyata seru juga ya ngerakit lemari. Makasiiiih banget, Mas..” Sadar tak sadar, Kamalia merangkul Restian. Restian kaget, tapi senang.
“Mas pasti haus. Aku ambilin minum ya..” kata Kamalia.

Di atas tempat tidur Kamalia, baju-baju bertebaran. Rupanya Kamalia habis mengosongkan lemari lamanya.
Restian melihat-lihat baju-baju itu. Banyak yang berkesan seksi. Kaos ketat, berleher rendah, rok pendek, legging.

Dia ingat Leily sebenarnya punya baju-baju yang mirip. Tapi sekarang Leily jarang sekali memakainya.. sejak gaya berpakaiannya berubah.
“Ini..” Kamalia datang kembali membawa dua gelas es teh.

Keduanya lalu duduk di lantai sambil minum dan ngobrol ringan. Karena minum sesudah aktivitas fisik, keringat Restian mengucur deras.
Kamalia mengambil tisu dari atas meja riasnya, lalu mulai menyeka keringat Restian.

Wajah keduanya berdekatan. Dan Restian menyadari bahwa ketika di rumah pun Kamalia tetap berdandan..
dia melihat lapisan tipis bedak di pipi dan lip gloss di bibir Kamalia.

Bibir indah itu begitu dekat dengan bibirnya. Restian ingin menciumnya..
“Umh..” Restian menggumam, menahan keinginan yang sebenarnya.

Kamalia tersenyum, entah mengerti atau tidak. Namun memang senyumnya selalu bernuansa genit; akibatnya nafsu Restian terpancing.
Dan ternyata gumamannya itu ditafsirkan begini oleh Kamalia, “Mas capek ya..?”

“Iya, lumayan berat juga itu lemari. Kalau aku sendirian pasti nggak kuat..”

Kamalia berdiri lalu berjalan ke belakangnya. Lalu Restian merasakan tangan-tangan Kamalia memijat bahunya.
“Ahhh.. enak nih..” kata Restian senang.

Sekitar lima menit dia menikmati pijatan Kamalia di leher, pundak, dan punggungnya.

Tapi kemudian Kamalia berhenti.

“Su-sudah kan..? Aku m.. mau balik ke rumah ya..” kata Restian sesudah melongo beberapa lama memandangi kecantikan tetangganya.
Kamalia mengangguk. Keduanya berdiri, lalu turun.

“Mas sudah sering bantu aku. Kalau ada perlu apa-apa, bilang saja ke aku, Mas. Makasih yaa..”
Kamalia memegangi tangan Restian sebelum Restian keluar pintu.

Malam itu Restian kerepotan sendiri mengatasi nafsu dan fantasinya.
Ditambah lagi, Leily pulang malam dan mengaku capek.. sehingga tidak mau diajak berhubungan seks..
***

Besok sorenya Restian melihat Kamalia pergi naik taksi. Sambil menunggu Leily dia mengurus bisnisnya sampai malam.
Menjelang malam Restian mendengar ada taksi berhenti di depan rumahnya.
Lalu pintu rumahnya diketok. Restian turun, membukakan pintu. Ternyata sopir taksi.

“Malam Pak. Pak saya ngantar mbak ini, tapi dia ketiduran di dalam taksi saya. Rumahnya di sini kan..?”
Leily..? Restian mendekati taksi. Ternyata bukan Leily, melainkan Kamalia.
Si supir taksi salah berhenti dan mengira Kamalia tinggal di alamat Restian.

Kamalia terhenyak di kursi belakang, mata setengah terbuka. Dia langsung bertindak.
Pertama membayarkan taksi, lalu dia mengeluarkan Kamalia dari taksi dan memapah Kamalia ke arah pintu rumahnya.
Dia sempat bertanya ke sopir taksi, dari mana Kamalia. Sopir taksi menyebutkan nama satu klub malam cukup terkenal di kota.

Kamalia setengah sadar. Ketika dipapah ke pintu, dia mengoceh tak jelas.
Restian mencium bau alkohol; tetangganya itu rupanya bukan ketiduran, tapi mabuk.

Dia mencari-cari kunci rumah di tas Kamalia;
sesudah ketemu, dia membukakan pintu rumah, menyalakan lampu, lalu menaruh Kamalia di sofa ruang tamu.

Kamalia menggeletak, berbaring miring, entah sadar atau tidak dengan keadaannya. Meski demikian Restian harus mengakui, dia tetap menawan.
Restian sudah tahu tetangganya itu habis dari mana; dandanannya memang seperti orang mau clubbing.

Eyeliner biru elektrik di sekeliling mata, bedak ber-glitter, anting besar.
Rambut kemerahannya yang dikuncir agak berantakan, sebagian terjuntai menutupi sisi wajah, ujung-ujungnya yang dibuat ikal tetap menarik.

Gaun pendek merah ketat dengan aksen renda sepanjang sisinya, di balik cardigan lengan panjang putih.
Sepatu platform hak tinggi dengan ujung terbuka yang memamerkan kuku jari kakinya yang bercat merah.

“Air..” Restian mendengar ucapan itu keluar dari bibir Kamalia.

Dia pun menuju ke belakang, ke arah kulkas, mencari air minum. Dituangnya air ke dalam gelas.
Tapi ketika kembali, dilihatnya Kamalia berdiri terhuyung menuju tangga, berusaha naik.
Restian takut Kamalia tersandung, jadi dia langsung menaruh gelas dan membantu Kamalia naik tangga, sampai ke kamar tidur.

Dia membaringkan Kamalia di ranjang. Dilihatnya Kamalia sudah tak memakai cardigan;
Dia turun untuk mengambil gelas, naik lagi, berusaha memberi minum Kamalia.

Agak repot: dia harus menegakkan Kamalia, meminumkan air, sambil memastikan Kamalia menelan air itu agar tidak tersedak.
Airnya bahkan sampai tumpah-tumpah ke baju dan tubuh Kamalia.

Restian menyingkirkan gelas dan membaringkan lagi Kamalia. Tapi ketika dia mau pergi, Kamalia malah tiba-tiba merangkulnya..!
Tubuhnya jadi merapat ke tubuh Kamalia, kepalanya menempel ke dada Kamalia.

Jantung Restian berdebar keras ketika tubuhnya kontak langsung dengan tubuh Kamalia.
Segala sensasi dari tubuh tetangganya yang cantik itu menyerbu: wangi parfumnya..
desah nafasnya, lembut dan hangat kulitnya, sekal payudaranya.

Dalam film atau karya fiksi biasanya kejadian seperti itu akan berujung keintiman bagi mereka berdua.
Memang, Restian sebenarnya senang dipeluk seperti itu oleh Kamalia..
sekaligus gugup karena Leily bisa pulang kapan saja sementara dia sedang ada di rumah –kamar tidur..– Kamalia.

Susah payah dia berusaha melepaskan diri dari rangkulan Kamalia..
dengan sangat berat hati karena sebenarnya dia sangat ingin mencumbui tetangga cantiknya itu.
Dan tanpa sengaja pula beberapakali dia mencolek sampai menggenggam payudara Kamalia selagi melepaskan diri.

Akhirnya Restian lolos dari rangkulan Kamalia, dia berdiri dengan nafas memburu, wajah merah, dan kejantanan keras frustrasi.
Tetangganya itu seolah tak peduli dengan godaan tingkat tinggi yang baru dia lancarkan dalam keadaan setengah sadar..

Tergeletak di ranjang dengan baju bagian bawah tersingkap sampai celana dalamnya kelihatan..
baju bagian atas agak basah terkena cipratan air minum, dan ekspresi yang terlihat seksi--mata sayu dan bibir merekah.

Restian terpaku, tidak mau melewatkan kesempatan memandangi pose seksi di depannya, tapi lama-lama dia ingat harus segera pulang.
Sebelum meninggalkan tetangganya.. dia memberi bantuan kecil terakhir..
dengan membereskan gaun Kamalia yang tersingkap dan melepas sepatu Kamalia.

Lalu dengan kepala panas dingin dia buru-buru kembali ke rumahnya sendiri.
Untung Leily belum datang. Leily sendiri baru sejam kemudian muncul.
-----oOo-----

Pagi besoknya..
Restian membawakan tas besar buat Leily dan memasukkannya ke bagasi mobil, sambil berkomentar..
“Kamu sepertinya bekerja keras banget, sayang. Habis ini kamu cuti saja ya.
Kamu sudah pulang malam terus dan sekarang mau lembur sampai nginap di kantor juga. Ingat badan kamu..”

“Makasih perhatiannya ya, sayang..” Leily mengecup pipi suaminya.
Ketika dia mau masuk ke mobil, pintu rumah tetangga sebelah terbuka.
Kamalia muncul, memandang ke arah mereka berdua, lalu tersenyum malu-malu sambil melambai dan menyapa.

“Pagi, Mas, Mbak..” Restian balas melambai, sementara Leily melengos dan buang muka.
Sesudah duduk di balik kemudi mobil Leily berseru ke arah Restian. “Aku pergi dulu ya! Sampai besok, sayang..”

Leily mengeluarkan mobil dari garasi dan berbelok ke arah depan rumah Kamalia..
lalu berhenti di sana, membuka kaca mobil, dan menatap tajam Kamalia yang saling pandang dengan suaminya.

Dia tidak beranjak sampai Kamalia sadar dipelototi dan dengan malu-malu mundur lagi kembali masuk rumahnya.
Barulah Leily menjalankan mobilnya.

Sekitar seperempat jam kemudian Restian menerima serangkaian SMS dari istrinya.
Apa-apaan si lonte itu. Berani banget mandangin kamu kyk gitu.
Tumben tu mukanya kucel. Biasanya menor, bedaknya lima senti. Pasti abis pulang pagi, dipake semalaman sama om om.
Dia emang cewe gatel, kalo dia berani godain kamu awas aja kulabrak dia di rumahnya.


Restian, yang tahu kejadian sebenarnya, berusaha tidak menanggapi, dan membalas dengan mengingatkan.
Sayang, kalo nyetir jangan sambil sms, bahaya lho

Dan Leily membalas: Macet gila. Aaaaah.
-----oOo-----


Sesungguhnya Restian juga penasaran mengenai keadaan Kamalia sesudah dia tolong kemarin malam..
Jadi dia mengirim SMS ke Kamalia –mereka sudah saling bertukar kontak sejak Restian meminjamkan printer..–
Gimana kabarnya..?

Agak lama, baru Kamalia menjawab. Mas, aku boleh ke sana..?
Silakan
, jawab Restian.

Tapi aku takut, Mbak Leily marah ya sama aku..?
Dia udah ke kantor kok. Tenang aja
.

Iya Mas, tapi nanti aja ya. Disambung beberapa menit kemudian. Mas udah ada buat makan siang..? Kalau belum aku bikinin deh.
Restian menjawab belum.. sambil penasaran mengapa Kamalia mau membikinkannya makan siang.
Mungkin dia mau balas pertolongannya kemarin malam.

Pagi berlalu tanpa banyak peristiwa buat Restian, dia sibuk menerima dan mengurus order bisnisnya.
Dia sampai hampir lupa Kamalia mau datang ketika menjelang siang dia mendengar pintu rumahnya diketok.
oOo

Restian benar-benar ingin tahu kenapa Kamalia ingin selalu tampil dengan dandanan lengkap..
bahkan ketika sekadar bertamu ke rumah sebelah.

Siang itu Kamalia tampil dengan gaun babydoll kotak-kotak pink-putih.
Biarpun tidak sampai memakai ‘bedak lima senti’ seperti dituduhkan Leily paginya..
terlihat bahwa Kamalia sempat memulas alisnya.. memerahkan bibir dan pipinya.
Eh, bukan. Sepertinya warna merah di pipinya bukan karena kosmetik.

Kamalia membawa wadah berisi sesuatu, yang disodorkan ke Restian.
“Rendang..?” Restian melihat isinya. Inikah makan siang yang dia janjikan..?
“Iya, Mas. Aku coba bikin ini tadi pagi..”

Kamalia nyengir-nyengir konyol sambil berkomentar.. “Katanya bagus buat ngilangin hangover.. tapi pas bikin ini sakit kepalanya hilang sendiri..
jadi ya nggak apa-apa deh, buat makan siang aja. Cuma kalau rasanya mengecewakan maafin ya, soalnya pake bumbu instan..”

“Masuk, masuk..” Restian mempersilakan Kamalia masuk..
sambil bertanya-tanya dari mana tetangganya itu dapat teori bahwa rendang cocok buat mengatasi hangover.

Kamalia masuk dan membawa rendangnya ke ruang makan.
Restian mengambilkan piring, lalu mengajak Kamalia makan siang bersama. Sambil makan, mereka mengobrol.

Kamalia dengan malu-malu menjelaskan bahwa kemarin malamnya dia memang terlalu banyak minum di klub.
Dia ke sana bertemu teman-teman kuliahnya.
Restian jadi tahu bahwa Kamalia memang ikut pergaulan hedonis khas kampusnya.

Tapi kemudian pembicaraan jadi lebih serius ketika Kamalia mengungkapkan alasan mengapa dia minum.
“Aku berantem sama temanku di sana..” kata Kamalia, wajahnya berubah murung.

“Dia bawa pacarnya, yang aku kenal juga. Nggak tau kenapa, pacarnya malah jadi lebih banyak ngobrol sama aku..
terus temanku cemburu, udah gitu dia juga minum, jadinya dia ngamuk, bilang aku mau ngerebut pacarnya.
Jadinya aku nyingkir. Tapi aku sedih soalnya dia ngata-ngatain aku kasar, makanya aku jadi beli minum lagi. Eh, malah kebablasan..”

“Kamu emm.. nggak biasa minum..?” tanya Restian dengan hati-hati.
“Emh.. sebenarnya jarang. Malah biasanya enggak. Biasanya teman-teman minum, aku pesan soft drink aja. Sekali-sekali aja ikutan..”

Keduanya menghabiskan makanan. Rendangnya kurang enak menurut Restian, tapi dia tidak bilang itu.
Dia mengambil piring-piring bekas makan dan menaruhnya di bak cuci.

“Duduk dulu yuk. Kalau mau nerusin ngobrolnya..” ajak Restian.
Kamalia setuju. Toh dia juga sedang tak ada acara.
Mereka duduk di ruang tengah rumah Restian, di sofa.

Restian terus memandangi wajah Kamalia yang masih murung.
“Mas kok lihatin aku terus kayak gitu..” sindir Kamalia.

Restian merasa sudah waktunya dia lebih terbuka kepada tetangganya.
“Ah.. Gimana ya, habis kamu.. Emm, kalau laki-laki pasti bakal lihatin kamu terus..”

“.. Cantik..?” Kamalia memancing. Restian mengangguk malu-malu.

Kamalia meneruskan.. “Pacar temanku juga lihatin aku terus kemarin malam seperti Mas..
Makanya temanku marah. Cuma omongannya itu Mas, kasar banget ke aku jadinya. Dibilang sok cakep.. kegatelan.. genit..”

Bukan cuma temanmu yang pernah bilang begitu.. kata Restian dalam hati. Leily dan ibu-ibu tetangga juga.

“Heuhhh.. serba salah ya jadi cewek Mas. Pengen tampil sempurna, eh disirikin sesama cewek.
Padahal kan itu buat aku sendiri, bukan maksudnya mau macam-macam..” Kamalia memberi alasan.

Tapi perempuan memang begitu kan..? kata Restian dalam hati lagi. Sering iri dengan sesamanya, apalagi yang lebih cantik.
Di sisi lain, yang dimaksudkan Kamalia juga pasti bukan seperti yang dia katakan saja.

Restian memberanikan diri memegang tangan Kamalia untuk menenangkannya. Kamalia tak menolak.
Kamalia melanjutkan curhatnya. Temannya itu rupanya sahabat baiknya, makanya dia sakit hati ketika temannya menuduh dia menggoda si pacar.

Terbawa emosi, di ujung curhatnya Kamalia terisak sedih. Restian merangkulnya. Kamalia menyandarkan kepalanya ke bahu Restian.
Lalu percakapan bergeser karena Kamalia tidak mau lagi membahas temannya.

“Mas, aku mau tanya, kemarin malam itu kejadiannya gimana..? Aku nggak begitu ingat..”
Restian menjelaskan semua yang terjadi. Sampai ketika dia selesai memberi minum dan..
“Waktu aku mau tinggalin, kamu emmm.. ngerangkul aku..”

Kamalia membelalak, wajahnya memerah karena malu. “Terus Mas.. ngapain..?”
“Emm.. Tenang, aku nggak berbuat aneh-aneh sama kamu.. aku ngelepasin diri aja dari pelukan kamu. Terus kutinggalin kamu..”
Teringat kejadian itu, tanpa sadar Restian memandang ke arah dada Kamalia, yang terlihat karena potongan leher baju yang cukup rendah.

Kamalia memperhatikan ini. “Mas baik banget ya, nggak curi-curi kesempatan pas aku nggak berdaya..” katanya..
lalu dia merapikan bajunya, menutup belahan dadanya yang tersingkap.

Tanpa bisa ditahan, ekspresi Restian berubah kecewa, dan lagi-lagi itu disadari Kamalia.

“Lagi lihatin itu-ku ya..?” Sindir Kamalia. Restian nyengir, ketahuan. Kamalia bilang, dengan nada lirih..
“Nggak apa-apa kok.. kalau Mas.. ah, aku ngerepotin Mas terus, jarang bisa ngebalasnya..” Kamalia melanjutkan.

“Hari ini aja, aku bawain makan siang, eh jadinya ngebikin Mas mesti dengar curhatku. Maafin ya Mas kalau aku ngerusak mood Mas..
Aku mestinya bisa balas semua kebaikan Mas..” Dia menengok ke wajah Restian yang begitu dekat..

Tak lama kemudian, yang ditunggu-tunggu pun terjadilah. Awalnya adalah kenekatan Restian mencium bibir Kamalia.
Disodori bibir merah yang empuk dan membangkitkan nafsu itu, mana bisa dia tahan..?
Apalagi dia sudah tergoda selama berminggu-minggu, dan susah payah menahan semua godaan itu.

Ketahanan ada batasnya. Ditambah lagi pernyataan Kamalia yang pasrah dan seolah menawarkan diri.
Dan Restian juga sudah terpengaruh prasangka Leily, bahwa Kamalia ini gampangan.

Tubuhnya memepet tubuh Kamalia. Tak ditolak. Payudara Kamalia mendesak dadanya.
Bibir Kamalia menyambut bibir Restian, lidahnya pun ikut bermain.

“Mas.. Mau pegang..?” Lirih suara Kamalia menawarkan, melihat tangan Restian bergerak ke arah buah dadanya yang besar.

Kamalia mengangguk membolehkan, dan Restian pun menyatroni dada indah itu. Nafas Kamalia memburu.

Restian mulai berani, menyelipkan tangan ke balik baju Kamalia untuk menggenggam langsung payudaranya.
Berikutnya dia memelorotkan kedua tali bahu gaun itu sehingga tubuh atas Kamalia terbuka.

Sambil berciuman, dia bahkan melepas BH Kamalia.

Akhirnya Restian bisa juga melihat jelas sepasang payudara Kamalia yang selalu menggoda.
Bundar semok, dengan puting coklat muda, lebih besar daripada payudara Leily.

Selagi Kamalia mendesah-desah terbawa nafsu, payudaranya berguncang pelan dalam genggaman Restian.
Tangan Kamalia juga menyelip ke balik kaos Restian, berusaha melepasnya.

Payudara Kamalia segera jadi pusat perhatian Restian. Dia menjilat bibir lalu menciumi bagian samping kedua payudara Kamalia.
Kamalia merebahkan diri di sofa, pasrah menerima foreplay. Perlahan-lahan ciuman-ciuman Restian mendekat ke puting.
Lidahnya menjulur menelusuri bagian samping areola, lalu menowel-nowel puting, sebelum akhirnya puting itu dilahapnya.

Ketika Restian menyedot puting Kamalia sambil lidahnya bermain dalam mulut.. Kamalia menjerit enak.
Payudara sebelahnya tak dianggurkan, diremas-remas juga.

Lalu Restian berpindah, mengisap puting sebelahnya dan meremas yang tak diisap.
Desah dan gelinjang Kamalia menunjukkan bahwa si tetangga cantik itu menyukai perlakuan Restian.
Jari Restian memilin-milin satu puting, mulutnya menyedot-nyedot sebelahnya.

Mereka lalu berubah posisi, Kamalia duduk tegak memunggungi Restian, Restian meremas-remas kedua payudara dari belakang.
Restian mengangkat-angkat sepasang gunung kembar itu, membuatnya berguncang-guncang.

Kamalia mengangkat lengannya, merangkul ke belakang, merangkul kepala Restian. Restian juga menciumi tengkuk Kamalia.
“Ahh.. Mass.. enak.. susuku enak digituin Mas..” kata Kamalia sambil meremas rambut Restian.

“Anghh ga tahan, Masss..” Payudara besarnya ternyata sensitif..
menanggapi dengan baik semua sentuhan tangan Restian. Kamalia tak bisa menahan diri dan mendesah makin liar.
Restian merasakan kedua tangan Kamalia pindah dari belakang kepalanya ke punggung kedua tangannya yang sedang sibuk di dada.

Ekspresi si tetangga cantik berubah kaget. “Ohh.. Mass..!!” Kamalia terkesiap.. matanya membelalak.. mulutnya menganga membentuk huruf O..
Lalu mengulang-ulang.. “Oh.. Oh.. Oh..” kemudian menutup rapat selagi dia mengalami orgasme.

Restian merasakan kedua tangannya ditekan keras-keras, seolah Kamalia menyuruhnya mencengkeram sekuat mungkin.
“Ohh.. Mass.. aku keluarr..” kata Kamalia, sambil terengah seperti habis lari.

“Padahal cuma diremes-remes.. Kok bisa ya, Mas..?”
Restian sendiri baru tahu ada perempuan yang bisa dibikin orgasme hanya dengan dirangsang payudaranya.

“Mas.. tadi enak banget..” Kamalia bersandar di dada Restian, dadanya sendiri naik-turun tersengal-sengal, matanya menatap nanar.
“Ah, kann.. lagi-lagi Mas yang ngasih sama aku.. aku kali ini mau balas Mas..”

Kamalia berlutut di karpet di depan Restian yang duduk di sofa. Dia mengelus-elus bagian depan selangkangan celana Restian.
Restian memelorotkan celananya. Kamalia terus membelai-belai organ keras di balik celana dalam Restian.

Restian melanjutkan dengan melepas celana dalamnya. Penisnya mengacung di depan muka Kamalia.
Restian ingin tahu apa yang akan dilakukan Kamalia dengan kejantanannya.

Kamalia memandangi dan menggenggamnya dengan kedua tangan, mengelus-elusnya.
Restian mengira Kamalia akan menggunakan mulut dan lidahnya..
tapi Kamalia hanya membasahi tangannya dengan liur lalu mengusap-usapkannya ke batang kemaluan Restian.

“Mas suka ini kan..” Kamalia lalu menggenggam kedua payudaranya dari kanan kiri.
Kedua payudaranya diposisikan memeluk batang Restian. Lalu dia menghimpit batang itu dengan kedua payudaranya.

Tiba-tiba Restian merasakan hangat empuk meliputi kejantanannya. Sensasinya luar biasa dan Restian sampai hampir kehilangan kendali.
Penisnya terbenam di belahan dada subur tetangganya.

Kamalia mulai menggerakkan tubuhnya naik-turun, memijat ereksi Restian dengan buah dadanya.
Sesekali dia menunduk menatap kepala burung Restian, lalu menoleh menatap Restian dengan tatapan bernafsu.
Dia juga mendesah-desah, agaknya terangsang sendiri.

“Mas, ahh.. enak gak kupijet batangnya, Mas..?” Kamalia bertanya dengan nada genit.

Restian hanya menggumam.. “Ya..” Godaannya membuat Restian makin tak tahan.

“Eugh.. anunya Mas keras.. kenceng banget.. ngedesak-desak susuku..” Kamalia terus menggoda.

Restian sudah tidak peduli lagi kalau tahu-tahu Leily pulang atau ada tamu datang. Dia sudah siap membuang isi buah pelirnya.
Dia mengerang ketika semburan pertama sperma terlontar dari senjatanya.
Cratt.. cratt.. cratt.. cratt.. Tembakannya kena bagian bawah dagu tetangga cantiknya.

Semburan kedua lebih deras, menumpahkan seciprat cairan putih lengket di dada Kamalia.
Berkali-kali, peju tumpah di sepasang payudara yang cantik itu, juga di leher.

Sambil tersenyum dan menatap Restian.. Kamalia berkomentar.. “Mass.. aku disembur banyak banget.. pasti enak ya, Mas..?”
Restian balas tersenyum, sambil menggeletak lega di sofa.

Kamalia bersandar ke bagian dalam paha Restian.. dadanya belepotan mani.. rambutnya sedikit awut-awutan.
Keduanya terdiam untuk beberapa lama. Kemudian suatu bunyi memecah kesunyian.

Dering HP Kamalia.
Kamalia melihatnya.. lalu melotot. “Suamiku..” katanya lirih.. lalu menjawab telepon itu.

Ganti Restian yang melotot.
***

Dua gelas es teh setengah kosong terletak di depan meja makan.
Kamalia dan Restian kembali ke ruang makan, berbicara, awalnya canggung dan malu-malu, tapi kemudian keduanya sama-sama tersipu.
Keduanya sudah berpakaian lengkap lagi dan Kamalia sudah membersihkan dadanya.

“Tapi yang paling penting, kita jangan khilaf seperti tadi lagi ya, Mas..” kata Kamalia.

“Untung belum sampai.. hmm, hihihi..” Dia tertawa kecil, tidak berani menyebut apa yang bisa saja terjadi tadi kalau mereka melanjutkan.

Kamalia menjelaskan semuanya. Dia sebenarnya sudah menikah.
Suaminya, seumuran dengan Restian, sedang kuliah pascasarjana di luar negeri.

Dia sendiri tidak ikut karena kuliah juga. Keluarganya cukup kaya..
sehingga dia bisa hidup nyaman tanpa perlu bekerja, tapi dia memilih untuk tinggal di rumah itu sendiri karena merasa butuh kebebasan.

“Mobil Mercy yang waktu itu halangin mobil istrinya Mas, itu mobil ayahku, dibawa sopirnya..” Kamalia menjelaskan.
“Ayahku juga kadang mampir ke rumah, menengok..”

“Iya ingat. Waktu itu kamu dandan cantik banget..” kata Restian.
“Itu mau ke acara nikahan saudara. Ehm, tapi makasih pujiannya ya, Mas..”

“Suami kamu pasti senang, istrinya selalu tampil cantik. Sayang dia jarang ngelihatnya..”
“Oh, dia selalu lihat kok.. Biasanya tiap hari aku selalu selfie habis dandan, terus kukirim ke dia. Video call juga sering..” Kamalia menjelaskan.
Restian manggut-manggut.

Kamalia melanjutkan.. “Tapi memang orang suka salah paham sih. Mas.. Apa Mbak Leily nggak suka sama aku..?”
Restian bingung menjawabnya. “Gimana ya..? Emm dia.. ya dia belum tahu aslinya kamu gimana sih. Mungkin dia salah paham..”

“Nggak usah sungkan, Mas, terbuka aja. Aku sudah tau kok gosip tetangga sini tentang aku.
Mereka nggak sadar tapi sebenarnya aku ada di grup chat mereka juga.. Cuma nggak pernah ikut nimbrung..” kata Kamalia.

“Aku tau Mbak Leily memandang aku ini kayak gimana. Mas bantu aku lurusin salah pahamnya ya. Aku bukan cewek bookingan.
Kalau istri simpanan.. Aku emang istri orang, tapi resmi, bukan simpanan. Aku kadang keluar malam ya bergaul sama teman-teman..
sebenarnya nggak ganggu tetangga kan. Nah kalau soal penampilan.. mmm aku memang sukanya tampil begini, suamiku juga..”

“Jujur, Leily itu dulu gayanya mirip kamu sekarang..” kata Restian.
“Aku rada kangen gaya dia yang dulu. Sekarang penampilannya rada.. membosankan..”

“Bilang langsung aja sama Mbak Leily, Mas. Kan dia istri Mas sendiri. Kalau istri nggak menarik di mata suami nanti bisa bahaya lho..”
“Nanti suaminya ngelirik tetangga cantik di sebelah rumah ya..?” Ujar Restian.

Keduanya tertawa.
oOo

“Ohh.. ahh.. kontolmu enak Mas.. gede banget..”
Tubuh perempuan itu bergerak-gerak di atas pasangannya.. menghujamkan penis makin dalam.

Bibir merahnya meracaukan kata-kata jorok..
“Aku suka kontolmu, Mas.. gedean kontolmu daripada punya suamiku.. memekku enak diacak-acak kontol gede Mas..”

Mereka bersebadan dengan binal, sama-sama bergairah.
Penis itu berkali-kali menyodok titik kenikmatan, sampai akhirnya menimbulkan klimaks.

“Aku keluarr Maaass.. anghhhh.. aaaahhhggg..!” Kedut-kedutan vagina yang orgasme..
pada gilirannya memancing kejantanan itu menyemprot berkali-kali di relung vagina sampai sperma meluber keluar.
Keduanya terkapar dihantam klimaks berbarengan.

“Mas, kamu jago banget.. udah bikin aku dapat empatkali..”
“Kamu juga, Leil..”

Di suatu hotel.. Leily yang mengaku kerja lembur kepada suaminya sebenarnya sedang menginap bersama bosnya..
seorang laki-laki tua botak berumur 50-an.

“Sekarang kita jadi lebih gampang ketemuan ya, Mas..” kata Leily sambil bersandar di dada selingkuhannya.
“Suamiku nggak tanya-tanya kalau aku pulang malam atau nggak pulang. Makasih ya Mas sudah promosiin aku..”

“Yang penting kamu tetap kerja sebaik-baiknya ya..” kata si bos.. menatap wajah Leily.
Leily tersenyum nakal sambil mengelus-elus kejantanan si bos yang masih lemas.

“Siap, Pak.. Ayo kita terusin kerja lemburnya..?” (. ) ( .)
-------------------------------------------------------------------------
Lanjutan leily ama bos nya ada ga gan?
 
------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 158 – Skandal Terlarang

---------------------------------------------------------------

Episode 4 : Petualangan Bertiga Dimulai
---------------------------------------------------------------

Setelah kami bertiga melanjutkan permainan di kamar mandi..
Kemudian kami mengakhiri dengan mandi bersama.

Setelah mandi.. kami bertiga melanjutkan makan siang.
Marissa membantu Kinanti menyiapkan makan siang di dapur.


Pada saat makan siang, awal-awalnya Marissa banyak diam..
Mungkin dia masih ngga percaya dengan apa yang terjadi barusan.

Sebenarnya aku pun juga begitu..
Aku ngga nyangka istri ku tiba-tiba nekat mengajak adiknya untuk bercinta bersama kami.

Namun sampai sejauh ini.. aku dan Marissa belum ada bicara banyak.
Dan aku rasa Marissa sepakat agar kejadian di luar rumah yang sering kami lakukan..
akan tetap kami rahasiakan kepada orang lain.. termasuk Kinanti.

Lanjut kepada cerita..
sepertinya Kinanti paham Marissa dan aku masih kagok dan kaget dengan kejadian barusan.

Tiba-tiba di saat makan Kinanti nyeletuk.. “Napa sih pada diam..? Kayak orang lagi musuhan aja..!”
Aku dan Marissa tersenyum mendengar kata-kata Kinanti.

Akhirnya kubalas.. “Habisnya.. masih ngga percaya mah.
Mimpi apa papa semalam dapat dua bidadari sekaligus, adik kakak lagi..” Marissa masih tetap diam.

“Gimana Ca.. kamu udah agak segeran ngga..? Tadi uni sengaja ngajakin kamu ML bertiga dengan abang..
habisnya uni kasihan liat kamu selama ini. Udah suaminya cuek.. ngga bisa muasin lagi.
Papah tau ngga.. Ica ngga pernah dapat klimaks loh selama dia merit, coba pah.. kasian kan.

Sekarang kamu ngga usah pikirin macem-macem deh. Uni rela dan ikhlas membagi kebahagian sama kamu.
Uni kan sayang kamu.. dan uni yakin abang juga sayang kamu, ya kan pah..!?” Seru Kinanti.

”Iya.. walau masih kaget.. tapi ya udahlah.
Buat kami.. yang penting kamu senang dan bisa tenang..” kataku pada Marissa.

Ia mengganggukkan kepala. “Makasih Bang.. Ni. aku ngga percaya yang barusan terjadi..
Tapi benar-benar makasih. Aku juga sangat sayang abang dan uni..” jawab Marissa.

Kemudian Marissa bergerak menghampiri aku dan Kinanti yang duduk berdampingan..
berada di tengah-tengah kami dan memeluk kami dari belakang sambil berujar.. “Love U..”

Kinanti dan aku sama sama membalas dengan mengatakan.. “Love U too..”
Setelah makan siang.. Marissa membantu Kinanti merapikan meja makan..
sedangkan aku bergerak menuju ruang tengah menonton berita di televisi.

Tak lama, Kinanti dan Marissa juga mengikuti ku di ruang tengah menonton televisi.
Kinanti duduk di sebelah ku sedangkan Marissa duduk dibangku berbeda di sebelah Kinanti.

Sejenak kami terlibat pembicaraan mengenai masalah Marissa.
Akhirnya kami sepakat sesuai pembicaraan kami tadi pagi..
agar untuk sementara Marissa dan anaknya tinggal di rumahku.

Kami akan sampaikan juga masalah ini pada kedua mertuaku.
Selain itu aku juga akan bicara dengan Ikhsan untuk menasehatinya.
----oOo----

Ngga terasa jam udah menunjukkan pukul 15.30 sore.. aku menyuruh Kinanti menemani Marissa ke rumahnya..
untuk mengambil beberapa pakaian dan perlengkapan Marissa serta anaknya selama tinggal di rumah kami.

Sementara Kinanti dan Marissa bersiap..
aku langsung ke kamar mandi untuk cuci muka karena aku hendak menemui Ikhsan.

Keluar dari kamar mandi.. ternyata Kinanti dan Marissa ada di kamar.
Aku keluar dari kamar mandi menuju kamar hanya dengan celana dalam berbalut handuk di pinggangku.

“Wah.. si papah menggoda lagi tuh Ca..!”
Ledekan Kinanti yang tengah asyik memasang dan memakai make up padaku.
Marissa hanya tersenyum.

Kinanti lalu meminta Marissa mengambilkan baju, celana dan celana dalam yang akan aku kenakan pergi.
Sejenak Marissa berdiri dan menuju lemari, sedangkan aku duduk di tepi ranjang.

Tak lama Marissa menghampiriku dan memberikan baju, celana dan celana dalamnya kepadaku.
Tiba-tiba Kinanti berkata.. “Ca.. bantuin abang.. pakein donk.. uni blom selesai make-upnya nih..”

“Udah.. ngga usah mah.. biar papah sendiri aja..” balasku masih agak segan.
“Yee.. si papa pake malu-malu segala. Ca.. bantuin abang gih..!” Suruh Kinanti lagi.

Akhirnya Marissa mendekatiku.. kemudian aku berdiri dan Marissa melepaskan handukku..
lalu meletakkannya di atas tempat tidur.

Saat ini aku hanya memakai celana dalam.. Marissa tersenyum lalu bergerak menurunkan celana dalamku..
hingga akhirnya penisku menyembul keluar.

Posisi penisku sekarang berada tepat di depan wajah Marissa yang sedang menurunkan celana dalamku.
Kemudian Kinanti berkata.. “Ca.. usap-usap dulu burung si abang pake handuk biar bersih..
habis itu baru pakein yang baru ya..”

Marissa tersenyum.. kemudian dia mengambil handuk..
selanjutnya memulai mengusap-usap penisku dan selangkanganku.

Hal ini memang sering dilakukan istriku.. namun tatkala Marissa yang melakukan..
aku jadi belum terbiasa.. sehingga tanpa kusadari penisku jadi menegang dan membesar.

Kinanti yang udah selesai make up datang menghampiriku.. “Itu kenapa tuh pah.. kok jadi perkasa gitu..?
Wah.. gawat nih Ca.. kasian abang kalo burung nya ngaceng terus.. kan dia mo jalan. Mo dikeluarin dulu pah..?”

Aku yang memang udah mulai horny berkata “terserah mama aja deh..”
Sejenak Kinanti melirik pada Marissa.
“Ca.. bantuin abang keluarin ya, uni udah make up nih, ntar luntur lagi..”

Marissa nampak kagok.. “Emm.. dikeluarin.. caranya gimana Ni..?”
Kinanti tersenyum..

“Pah.. pake mulut aja biar cepat ya..? Kalo dimasukin ntar lama.. takut ntar makin sore..”
Aku hanya mengangguk saja.

Tak lama kemudian aku duduk di tepi tempat tidur dan Marissa mulai mengusap-usap penisku..
sambil menatap dan tersenyum padaku..
sedangkan Kinanti duduk didekat sambil memencet-mencet tobol remote tv.

Kinanti Nampak cuek aja menonton tv dan seolah-olah ini hal yang sudah biasa.
Dari tadi aku ngga melihat perasaan sedih pada diri Kinanti..
karena membagi suaminya sendiri dengan adik kandungnya.

Sementara itu.. Marissa udah mulai memasukkan penis ku ke dalam mulutnya.
Marissa mengulum dan memainkan penisku..
sambil tangannya memijat-mijat telur penisku.. uhhh.. nikmat sekali.

Sementara itu aku menikmati sambil mengusap-usap rambut Marissa dengan lembut.
Nikmat sekali permainan mulut Marissa hingga akhirnya aku nyerah..

“Ca.. abang mau keluar nih..!!”
Mengetahui hal itu Marissa semakin ganas memainkan penisku..

“Keluarin di mulut Ica aja bang..” Hingga akhirnya croooott.. crooooott.. croooooottt..!!
Aku mengalami orgasme.. Semua cairan air maniku tumpah dalam mulut Marissa.

Marissa menelan semua air mani ku sambil menutup matanya menikmati air maniku.
Setelah semua air mani ku tumpah, Marissa masih menjilati seluruh bagian penisku.

”Udah keluar ya pah..? Marissa bersihin sekalian biar burung si abang ngga lengket-lengket..”
Marissa mengangguk dan meneruskan membersihkan penis ku.

Tak lama Marissa menghentikan permainannya di penisku dan mengusap mulutnya dengan handukku.

“Wuih.. habis semua ya Ca, punya abang enak kan..?
Makanya uni suka banget tuh, sayang dibuang percuma..” ledek Kinanti sambil senyum, sementara itu

“Iya.. punya bang Wildan enak ni, uni kasih apa ya..?” Tanya Marissa pingin tau.
“Ada deh. Ya udah.. buruan pasangin baju dan celana abang, biar kita pergi..
ntar kesorean papa mama dan anak-anak terlajur pulang..”

Akhirnya setelah Marissa memakaikan pakaianku..
termasuk menyarungkan penisku ke dalam celana dalam.
Kinanti dan Marissa pamit untuk pergi duluan menuju rumah Marissa.

Sebelum pergi.. seperti biasa Kinanti mengecup bibirku. “Pergi dulu ya sayang..”
Sedangkan Marissa yang tadinya hanya mengatakan “Pergi dulu bang..” kemudian diledek Kinanti.

“Masa’ cuma bilang pergi doank..? Cium seperti uni donk.
Kan kasihan abang yang tadi udah ngasih air maninya..!”

Akhirnya Marissa mendekatiku dan ikut mengecup bibirku sambil berkata..
“Pergi dulu ya sayang..”

Aku ikut mengantar mereka berdua ke depan pintu keluar.. sebelum sampai pintu aku masih sempat iseng..
meraba dan meremas kedua pantat adik kakak ini.. hingga Kinanti terkejut..

“Auuuww..!? Si papah genit amat.. mentang-mentang udah punya 2..”
Sedangkan Marissa hanya tersenyum.

Mereka kemudian pergi dan aku juga bergegas untuk pergi menemui Ikhsan..
di tempat dia biasa ngumpul bareng teman-temannya.
----oOo----

Aku memasuki mobil kesayanganku. Sebelum menghidupkan mesin mobil..
aku teringat kalau ada baiknya menghubungi Ikhsan terlebih dahulu untuk membuat janji bertemu.

Setelah beberapakali menelpon, Ikhsan tak kunjung juga mengangkat teleponnya..
akhirnya aku meninggalkan sebuah SMS untuknya..
menanyakan keberadaannya dan keinginanku untuk bertemu Ikhsan.

Mesin mobil kunyalakan.
Sekitar 15 menit menyetir mobil aku sampai di tempat Ikhsan dan kawan-kawannya biasa kumpul..
Namun aku tidak melihat mobil parker di sana.

Mungkinkah Ikhsan tidak ada di sana..? Pikirku dalam hati.
Kulihat hape tidak ada satupunSMS/panggilan masuk dari Ikhsan.

Akhirnya aku memberanikan keluar mobil..
karena kulihat ada beberapa teman Ikhsan yang kebetulan juga kukenal..

Mungkin dari mereka aku bisa mendapatkan informasi mengenai keberadaan Ikhsan..
atau apa yang terjadi dengan Ikhsan.

Aku menghampiri teman-temannya tersebut dan salahsatu kukenal.. namanya Toni.
Lama aku ngobrol dengan Toni.. hingga ngga terasa udah jam 19.45 WIB dan keadaan juga sudah gelap.

Dari Toni aku mengetahui kalau dia juga heran dengan tingkah laku Ikhsan akhir-akhir ini.
Namun dia pernah beberapakali memergoki Ikhsan..
tengah jalan dan masuk hotel dengan cewek muda.. mungkin mahasiswi.

Sekitar jam 19.00 WIB pembicaraan kami terhenti..
karena ada SMS masuk ke hapeku, yang ternyata itu dari Ikhsan.

Ia bersedia bertemu denganku setengah jam lagi di hotel P.
Aku menyanggupinya dan kami sepakat bertemu di lobby hotel.

Tanpa menunggu lama.. aku pamit dengan Toni..
lalu langsung menuju hotel P tempat aku dan Ikhsan janjian untuk ketemu.

Sesampainya di sana, aku langsung menuju lobi hotel dan ternyata Ikhsan sudah ada di sana.
Kemudian Ikhsan mengajakku menuju café hotel.

Setelah memesan minuman dan beberapa cemilan, aku membuka pembicaraan.
Ikhsan tidak langsung menjawab..
melainkan mengambil berkas dalam tasnya dan kemudian menyerahkan ke aku.

Aku membuka map dan membaca isi dari berkas tersebut.
Ternyata itu merupakan surat kuasa Ikhsan kepada pengacaranya..
untuk mengurus perceraiannya dengan Marissa.

Aku terdiam dan ngga menyangka Ikhsan sudah mengambil tindakan sejauh ini.
Aku kemudian bertanya alasannya menceraikan Marissa.

Namun Ikhsan hanya menyampaikan kalo dia akan menikah dengan wanita lain..
dan dia tidak bersedia menyampaikan alasan lainnya.

Aku berusaha membujuk dan menasehatinya.. namun ternyata itu mustahil..
karena Ikhsan sudah bulat pada keinginannya untuk menceraikan Marissa.

Aku ngga bisa berkata apa-apa lagi.. hingga akhirnya pertemuan kami berakhir..
karena Ikhsan minta pamit karena ada urusan lainnya.
Aku lantas balik ke mobil dan langsung menuju rumahku.

Dalam perjalanan aku terus berpikir..
bagaimana aku harus menyikapinya, senangkah..? Atau seperti apa..?

Sebab terus terang.. apa yang terjadi hari ini membuatku bahagia..
karena aku akhirnya bisa mendapatkan kedua-duanya.

Apalagi aku sama-sama mencintai dan menyayangi mereka.
Aku pasrah saja apa yang akan terjadi kelak.

Sekitar 25 menit aku sampai di rumah. Di rumah aku disambut anak dan istriku..
sedangkan Marissa hanya melirik dan tersenyum dari jauh.

Mungkin karena ada anak-anak dan mertua.. jadi tidak mungkin Marissa menyambutku..
seperti halnya dia pamit dari rumah tadi sore bersama istriku.

Aku langsung menuju kamar ku dan kemudian membersihkan diri.
Selesai mandi, istri ku datang membantu menyiapkan pakaian ku.

Setelah aku berpakaian, Kinanti bertanya hasil pertemuan ku dengan Ikhsan.
Aku menyampaikan apa adanya saja.

Istriku kaget dan berkata.. “Kasihan Marissa dan anaknya pah. Kalo mereka nanti jadi cerai..
kita ajak aja mereka tinggal sama kita, kan bulan depan kita pindah ke rumah baru kita pah..”
–kebetulan ane lagi menyiapkan sebuah rumah baru yang lebih besar..–

Aku menggangguk tanda setuju.. lagian rumah ku itu memang terdapat 7 kamar dan lebih luas..
jadi ngga ada masalah juga buat ku.
Istriku tersenyum dan menciumku. “Makasih ya pah, love U..”

Tak lama kemudian kami bergerak ke ruang makan..
karena Mertuaku.. anak-anak dan Marissa sudah menunggu di meja makan.

Sebelum makan.. mertuaku bertanya mengenai Ikhsan..
namun aku mengatakan nanti habis makan saja dibicarakan..

Karena selain ada anak-anak aku juga ngga mau merusak selera makan kami.
Akhirnya kami makan bersama.

Setelah makan.. aku bergerak ke ruang tengah ditemani mertua laki-lakiku sambil menyalakan tv.
Kami menonton tv.

Tak lama, mertua perempuanku dan Marissa datang menghampiri di ruang tengah..
sedangkan istriku ke kamar untuk menidurkan anak-anak.

Akhirnya pembicaraan ini aku mulai dan aku bicara apa adanya di hadapan mereka.
Mertuaku dan Marissa nampak sedih..
namun aku cuma bisa mengatakan bahwa dari sekarang Marissa sudah harus siap mental.

Tak lama istriku keluar kamar dan ikut bergabung dengan kami.
Istriku mengatakan bahwa untuk sementara ada baiknya Marissa ikut kami tinggal bersama.
Apalagi sebentar lagi kami mau pindah ke rumah yang lebih besar.

Bahkan istri juga mengatakan kalo perlu setelah cerai nanti Marissa tinggal dengan kami saja..
sampai dia menemukan jodoh lagi.
Baik Marissa mau pun mertuaku setuju dengan pendapat istriku.

Aku masih bisa liat raut sedih pada Marissa..
namun aku yakin dia tau bahwa aku juga sangat mencintainya.

Dan aku yakin dia juga tau aku akan selalu ada buat dia.
Apalagi sekarang ini istriku mulai menyetujui walau belum memberikan restu.

Akhirnya percakapan malam ini berakhir.
Kedua mertua ku bergerak menuju kamar yang letaknya di bagian belakang rumah kami.

Sedangkan aku.. istriku dan Marissa masih tetap di ruang tengah meneruskan menonton tv.
Istriku berusaha menghibur Marissa yang Nampak masih sedikit sedih.

“Udahlah.. ngga usah sedih, kamu kan punya uni dan abang. Kami sayang Ica kok.
Mulai sekarang kamu tinggal di sini dan uni dengan senang hati membagi abang dengan Marissa.
Namun uni ngga mau kalian main tanpa uni ya.
Pah.. mulai saat ini papah juga anggap Ica sebagai istri papah ya. Sayangi dia..”

Aku dan Marissa hanya tercengang dengan perkatan istriku.
“Sebagai istri gimana nih mah..? Maksudnya ngawinin Ica juga nanti setelah dia cerai..?” Balasku.

“Ya ngga pa.. kan ngga mungkin juga papa ngawinin Ica.. lagian papa dan mama..
–maksudnya kedua mertuaku..– pasti tidak akan setuju.
Maksud mamah itu.. papah anggap Ica juga sebagai istri. Tapi kalau dekat papa dan mama.. –mertua..–
kalian biasa aja. Kamu mau kan, Ca..? Kamu sayang ngga sama bang Wildan, Ca..?” Tanya istriku.

Perlahan Marissa mengangguk dan berkata..
“Iya Ni. Tapi uni rela bagi bang Wildan dengan aku..? Uni ikhlas..?”

“Uni ikhlas kok. Asalkan kalian selalu mengajak uni. Uni sayang kalian berdua, okey..! okeh pah..!?”
Kami berdua mengangguk dan serempak berkata.. “Oke..!!”

Begitulah pembicaraan malam ini kami tutup dengan balik ke kamar masing-masing..
karena selain capek kami juga ngga mau sampai ketahuan oleh kedua mertuaku.

Akhirnya aku dan istri ku ke kamar dan Marissa ke kamarnya.
Sebelum berpisah.. istriku yang sedang menggandeng tanganku menghampiri Marissa..

“Sayang.. sini dulu donk. Malam ini abang sama uni ya. Kamu tidur sendiri.. kamu ngga apa-apa, kan..?”
Marissa tersenyum.. “Iya.. ngga apa-apa Ni..”

“Oke deh.. met tidur ya sayang.. jangan sedih-sedih lagi..” isteriku berkata sambil mencium bibirnya Marissa.
Marissa Nampak kaget.. namun istriku tersenyum.

“Ya udah.. sana bobok. Paahh.. istri mudanya dicium juga donk.. ngga adil nih si papah..!”
Aku hanya senyum dan kemudian mendekati Marissa sambil mengecup bibir Marissa.

Setelah itu Kinanti berkata.. “Ya udah.. sana tidur..”
Plookk..!! Kinanti berkata sambil menepok pantat Marissa dengan tangan kirinya..
sedangkan tangan kanannya meremas pantatku.

Kemudian kami ke kamar. Sesampai di kamar kami langsung tidur. (. ) ( .)
-------------------------------------------oOo--------------------------------------
 
Terakhir diubah:
----------------------------------------------------------------------------

Cerita 158 – Skandal Terlarang

------------------------------------------------------------
Episode 5 : Aku dan Kedua Istriku

------------------------------------------------------------

Begitulah awal keh
idupan Marissa selanjutnya.. beberapa hari semenjak itu ada panggilan..
dari pengadilan agama sehubungan dengan gugatan cerai dari Ikhsan.

Kami sekeluarga juga meyiapkan pengacara untuk Marissa.
Namun karena kedua belah pihak sudah sama-sama setuju untuk cerai..
Akhirnya pengadilan agama mengabulkan permohonan Ikhsan menceraikan Marissa.

Setelah resmi menyandang statusnya sebagai janda..
Marissa ikut tinggal bersama kami di rumah baru kami.

Tak berapa lama kemudian kedua mertuaku pun kembali ke kampung..
karena memang sudah lama meninggalkan rumah di sana.

Akhirnya di rumah tinggallah kami berlima. Aku.. istriku.. Marissa.. anakku dan anak Marissa.
Istriku memilih tidak memakai pembantu.. walau rumah kami besar..
Dengan alasan ada dia dan Marissa yang akan mengurus rumah kelak.

Marissa pun kuminta berhenti dari pekerjaannya sebagai direktur keuangan di perusahaanku.
Aku meminta dia membantu Kinanti untuk mengurus anak-anak.. rumah dan yayasan pendidikan kami.

Aku ingin kedua mereka kompak dan selalu bersama. Kinanti dan Marissa sama-sama setuju dengan usulanku.
Malam itu.. setelah kepulangan kedua mertuaku ke kampung.. kami berkumpul di meja makan bersama anak-anak.

Perlu agan dan aganwati semua ketahui..
Aku dan Marissa sama-sama sepakat menutup rapat-rapat kisah skandal kami sebelumnya..
Karena kami tidak ingin melukai perasaan Kinanti.

Selesai makan.. Kinanti dan Marissa menemani anak-anak belajar dan aku melanjutkan dengan menonton tv.
Sekitar jam 10, istriku dan Marissa menghampiriku..

Wuihh.. mereka mengenakan lingerie yang sama yang menurutku sangat sexy sekali.
Mereka berdua tersenyum kepadaku..

“Kenapa pah..? Takjub melihat kami berdua ya..!?” Goda istriku Kinanti.
Kemudian mereka duduk mengapitku bersebelahan denganku.. –aku di tengah..–
Marissa mulai tidak malu-malu lagi seperti awal-awal kami ML bertiga.

“Pah, mulai saat ini, Ica manggil papa juga dengan papa ya..
Dan papa manggil Ica juga dengan sebutan mama. Mulai saat ini, papa miliki 2 istri..
walau pun yang resmi cuma satu.." Kinanti membuka obrolan.

"O iya.. Tadi mamah udah sepakat dengan Ica untuk berbagai kebahagian.
Mama ikhlas dan juga sangat bahagia kok pah kalau kita selamanya seperti ini.. ya kan mamah Ica..?”

Marissa tersenyum.. “Iya pah.. mulai saat ini mamah jadi istri papah juga.. dan papah mesti adil ya.
Mamah ngga mau papah ngga adil, oke pah..?” Ujarnya lagi.

Aku tersenyum bahagia.. “Iya sayang.. mulai saat ini kalian berdua jadi istri papah.
Papah sayang kalian berdua.. dan papa janji akan adil dengan kalian..”
Kemudian aku mencium bibir Kinanti dan Marissa secara bergantian.

Tak lama, Kinanti berkata..
“Sekarang papah tenang dan nikmati aja istri-istri papa tercinta ini memuaskan papa ya..”

Kinanti kemudian mencium bibirku.. sedangkan Marissa mulai membuka celanaku.
Aku menikmati ciuman bersama Kinanti.. sementara Marissa masih membuka celana dalamku.

Tak lama celana dalamku terbuka dan Marissa mulai melumat penisku kedalam mulutnya.
Permainanku dengan Kinanti semakin ganas, kami saling memainkan lidah kami..

Selanjutnya aku mulai meraba payudara Kinanti yang masih berbalut lingerie.
Sesekali aku meremas payudara Kinanti dan memainkan putingnya dari luar.

Tak lama ciumanku beralih ke leher Kinanti dan kemudian turun ke arah payudaranya.
Aku berusaha membuka bagian atas lingerie Kinanti..
sehingga aku bisa dengan leluasa memainkan payudaranya.

Sementara itu Marissa masih asyik memainkan penisku dengan ganasnya.
Aku mengulum payudara Kinanti dan memainkan putingnya. Nampak Kinanti makin bernafsu.

Setelah beberapa lama, aku mengajak kedua bidadariku ini beralih ke kamar kami..
–anak-anak tidur di kamar mereka sendiri..–

Kami berjalan bergandengan sambil sesekali aku cium keduanya secara bergantian
Sesampai di kamar, Kinanti naik ke ranjang diikuti oleh Marissa, kemudian aku.

Aku minta Kinanti tiduran telentang.. kemudian aku membuka sisa lingerienya..
hingga Kinanti sekarang bertelanjang bulat.

Kemudian aku menghampirinya memeknya dalam posisi doggie..
dan tak lama Marissa menyelinap di selangkanganku.

Marissa meraih penisku dan kemudian mulai memainkannya.
Aku pun kemudian mulai memainkan memeknya Kinanti.

Aku mulai menjilat liang memeknya, mengisap klitorisnya.
Kinanti Nampak melenguh dan meremas sendiri kedua payudaranya.

Tak lama aku mencoba menusukkan jariku ke dalam memek Kinanti.
Sontak Kinanti terperanjat.. “Ouuuggghh papahh.. enak pahh..“

Crepp..!! Aku tusukkan 2 jariku dan kemudian mengocokkannya dalam memeknya Kinanti.
Kinanti mengeluarkan lenguhan hingga tak berapa lama kemudian dia mengepit kedua pahanya..
menandakan dia mencapai orgasme pertamanya.

“Oougghh papah nikmat pah.. Gantian sekarang Ica sayang..”
Aku kemudian beranjak dan meminta Kinanti dan Marissa bertukar posisi..

Sekarang giliran memek Marissa yang aku mainkan.. sedangkan Kinanti memainkan penisku.
Sebelum memainkan memek Marissa.. clrupp.. crupp.. aku menciumnya.

Kami saling memainkan mulut dan lidah kami. Marissa keliatan sangat cantik sekali.
Setelah beberapa lama aku mulai memainkan memek Marissa. aku menjilat dan mengisap klitorisnya.

Namun sayang sepertinya Marissa nampak sangat bernafsu.. sehingga dia mendapatkan orgasmenya..
sebelum aku memasukkan jariku ke memeknya.. ”Ougghh papah..” desahnya nikmat.

Sejenak kami beristirahat. Kinanti berdiri dan mengambilkan segelas air putih dan memberikannya kepadaku.
Marissa nampak masih tergolek kelelahan di tempat tidur.

Setelah minum segelas air putih aku ikut tiduran telentang di samping Marissa..
sedangkan Kinanti kemudian juga ikut nimbrung..
sambil kembali meraih penisku dan memainkan dengan mulutnya.

Penisku yang tadi sempat agak mengecil kembali tegang karena dimainkan oleh Kinanti.
Aku melihat Marissa yang masih teletang di sampingku..
kemudian aku bergerak menuju wajahnya dan kemudian mencium bibirnya.

Marissa membalas ciumanku dan kami terlibat pergumulan.
Marissa mulai terbakar kembali.. suara lenguhan dan desahan kembali keluar dari mulutnya.

Tak beberapa lama.. Kinanti bangkit dan mulai bergerak. Dia mengambil posisi WOT..
Kinanti mulai meraih penisku lalu mulai memasukkannya ke dalam memeknya..

”Ouuugghhh..” Blessskk..!! Akhirnya semua batang penisku masuk ke dalam memeknya
“Ouuuuuggghhhh..” Ia melenguh dan mulai memainkan iramanya..
sambil meremas sendiri kedua payudaranya.

Sementara aku masih tetap asyik berciuman dengan Marissa sambil sesekali memainkan lidah kami.
Tanganku pun udah mulai mengelu-elus memeknya Marissa. Marissa semakin bergairah.

Semakin lama nampak Kinanti semakin bergairah. Dia terus mempercepat goyangan pantatnya.
Beberapa saat kemudian Marissa bergerak dan merebahkan badannya ke arah badanku.

Aku yang masih bermain bersama Marissa..
akhirnya menghentikan permainan kami dan kemudian memeluk Kinanti.

Tak lama Kinanti mencium bibirku dan kami terlibat permainan lidah.
Kinanti nampak mendekati orgasmenya.

Kinanti terus mempercepat irama permainannya himngga akhirnya..
“Oouugghhh papa..” ia mendesah panjang.. tubuhnya berkejat beberapakali.

Setelah itu Kinanti menghentikan ciumannya dan memelukku dengan erat..
menandakan bahwa ia sudah mendapatkan orgasmenya.

Sejenak ia masih berada di atas tubuhku dan nampak ia masih kelelahan.
Tak berapa lama ia menggulingkan badannya ke sebelah kananku.. lalu bersandar di bahuku.

Kinanti dan aku berciuman.. “Makasih pah.. nikmat banget..” katanya lemas.. namun bahagia.
Setelah itu Kinanti meraih tangan Marissa dan dia menarik Marissa menaiki tubuhku.

Sambil tetap bersandar di tubuhku.. Kinanti membantu mengarahkan penisku..
menuju liang memek Marissa.. hingga akhirnyaa.. bleesskk..!!

Batang penisku pun tertanam dalam memeknya Marissa..
Ouuugghhh.. nikmatnya..!!
Marissa nampak tersentak saat semua batang penisku masuk ke dalam memeknya.

Beberapa saat berselang.. Marissa pun memulai goyangan pantatnya..
sementara itu sambil tiduran Kinanti meraih payudaranya Marissa..
kemudian meremas dan memainkan putingnya.

Marissa yang semakin bernafsu.. terus mempercepat irama giyangan pantatnya..
aku pun membantunya dengan mencengkram kedua buah pantat Marissa.

Marissa nampak menutup kedua matanya menandakan dia sangat menikmati permainan ini.
Semakin lama irama permainan terus naik..
Aku pun ikut menggoyangkan badanku mengikuti irama permainan Marissa.

Kinanti yang berada di sampingku kemudian bangkit.. lalu bergerak menuju arah Marissa.
Sekarang posisi Kinanti berada tepat di belakang Marissa.

Dari belakang kemudian Kinanti memeluk Marissa dan memalingkan wajah Marissa.
Kinanti meremas kedua payudara Marissa dari arah belakang..
sementara kedua bibir mereka berciuman dan saling memainkan lidah.

Aku ngga tau mereka tau posisi ini dari mana..
tapi yang jelas aku semakin terbakar dan terus mempercepat irama permainan.

Marissa nampak semakin bernafsu dan akhirnya..
”Ouuugghhh papa.. Uni.. Ouuughhhh..” pekiknya sembari menekan pinggulnya.

Marissa mendesah tidak jelas karena mulutnya masih bermain dengan Kinanti..
”Oouuuuggghhhh..” Marissa tersentak menandakan dia orgasme.

Sejenak permainan berhenti.
Marissa masih berada di atas tubuh dalam posisi rebahan di dadaku.

Penisku pun masih di dalam memeknya Marissa..
sementara Kinanti juga tiduran di sampingku.. sambil memeluk aku dan Marissa.

Kinanti mencium aku.. sedangkan Marissa masih terlihat kecapen.
Sesekali aku mengelus rambutnya Marissa.

Tidak lama kemudian Kinanti nyeletuk pada Marissa..
“Kita keroyok burungnya abang yuk Ca.. kasihan dia belum meler..” serunya bergairah.

Marissa kemudian bangkit dan tersenyum.
Perlahan ia melepaskan penisku yang masih tegang dari dalam memeknya..
Plop..!! Akhirnya penisku keluar dari sarangnya.

Kinanti langsung meraih penisku.. kemudian mengocoknya..
Tak lama Marissa ikut menghampiri penisku

Lalu.. slrupp.. ia menjilat kepala penisku yang masih dikocok oleh Kinanti.
Kinanti pun memainkan telur penisku.
Dia memijat mijat telur tersebut dan kemudian mengisapnya.. ouughhh nikmatnya.

Kemudian Kinanti menghentikan kocokannya.. lalu memasukkan penisku ke dalam mulutnya..
sedangkan Marissa menjilat bagian bawah penisku.

Tak menunggu lama.. penisku segera bereaksi dan kembali menegang..
Ughh.. tak dapat kuceritakan dengan kata-kata betapa nikmatnya.

Ketegangan batang penisku semakin full.. hingga nampak urat-uratnya keluar.
Marissa terus menjilat bagian bawah penis.. tak lama jilatannya naik ke arah batang penisku.

Sekarang kedua bidadari ini menjilat batang penisku dari sisi berbeda.
Marissa dari sebelah kiri dan Kinanti dari sebelah kanan.

Sesekali aku lihat kedua lidah mereka berada..
sesekali berusaha melumat batang penisku secara bersamaaan.. sehingga kedua bibir mereka beradu..

Oouuugghhh.. aku terus terbakar dengan pemandangan permainan mereka..
Hingga akhirnya aku merasakan air maniku mulai bergerak ke arah kepala penisku kemudian.

Crrroootttttt..! Air maniku menyembur ke arah atas. Kinanti dan Marissa nampak kaget..
Clropp..!! Marissa memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya..

Sedangkan Kinanti menjilat sisa air maniku yang ada di sekitar penis dan perut.
Slllrruuupppsss.. sssllllllrrrruuuuuppsss.. Terdengar jilatan kedua bidadariku ini.

Ouuughhh nikmattnyaaaa..!! Makasih bidadariku..!!

Setelah selesai menjilat semua sisa air maniku.. aku menarik Kinanti dan Marissa ke arahku.
Kucium bibir mereka bergantian.. dan kemudian menarik mereka masing-masing ke arah sisiku.

Sekarang Kinanti berada di sebelah kiri ku dan Marissa berada di sebelah kananku.
Aku rangkul mereka berdua dan Marissa dan Kinanti meletakkan kepalanya di dadaku.

Aku menarik selimut karena suhu ruangan mulai terasa dingin.
Aku menyelimuti tubuh kami bertiga dan kami bertiga terlelap.

Makasih Mama Kinanti.. makasih Mama Marissa.. Love U All..!! Mmmuuacchh..!!
----oOo----

Sepeninggal perceraian Marissa.. sebagaimana aku ceritakan sebelumnya..
bahwa Marissa dan anaknya tinggal bersama kami di rumah baru kami.

Inilah awal kehidupan cinta kami. Sejak saat itu aku bisa dikatakan telah mempunyai 2 istri..
–Kinanti dan Marissa..– yang tinggal serumah bersama kami.

Walau pun hingga saat cerita ini saya tulis aku dan Marissa tidak terikat pernikahan secara agama mau pun hukum.
Boleh dikatakan kami mengadakan perkimpoian. Tapi begitulah hidup.

Kinanti merelakan adiknya sendiri.. –Marissa..– menjadi madu bagi dirinya.
Dan merelakan aku sebagai suaminya untuk dibagi dengan adik kandungnya sendiri.

Beberapa hari setelah permainan panas kami –baca bagian sebelumnya..–
aku dan Kinanti sempat berbicara berdua mengenai masalah ini.

Sebagai seorang suami.. aku sangat mencintai Kinanti.
Dan aku ngga mau menyakiti hatinya dengan perkimpoian kami ini..
walau pun di mulutnya selalu mengatakan bahwa dia senang-senang saja.

Kinanti menuturkan sangat mencintai Marissa adiknya..
dan sebagai istri dia juga sangat mencintai aku.

Ternyata Marissa telah lama berkeluh kesah tentang kehidupan pribadinya pada istriku.
Dan itu membuat istriku sedih.. karena sebagai kakak dia sangat menginginkan adiknya bahagia.

Istriku menuturkan bahwa dia sudah lama terpukul melihat kondisi rumah tangga Marissa dengan Ikhsan.
Namun dia sama sekali ngga bisa berbuat apa-apa.

Kinanti menuturkan bahwa sebenarnya sudah sejak lama..
dia ingin minta Marissa untuk bercerai dan tinggal bersama kami.

Kinanti juga menuturkan bahwa sejak 2010 sebenarnya dia sudah ingin membagi aku pada adiknya..
tapi dia ngga ingin kami ada masalah.

Kinanti sedih terhadap yang dialami Marissa.. termasuk permasalahan seksualnya..
sejak awal pernikahan dengan Ikhsan.

Aku hanya bisa senyum mendengar perkataan istriku ini,
Aku tau bahwa Kinanti sangat menyayangi adik satu-satunya ini.

Dalam pembicaraan kami tersebut.. aku juga bertanya apakah Kinanti benar-benar ikhlas..
telah membagi aku dengan Marissa..
karena aku sama sekali tidak ingin menyakiti perasaannya dengan perkimpoian ini.

Kinanti menjawab bahwa dia sangat ikhlas dan sangat bahagia..
bisa bersama-sama dengan adik yang disayanginya membahagiakan aku sebagai suami.

Dia juga menuturkan bahwa kalo saja bisa.. Kinanti ingin sekali agar aku menikahi Marissa..
dan kemudian juga mempunyai keturunan dariku.
Namun setauku itu ngga mungkin terjadi. Akhirnya aku lega dengan pernyataan istriku ini.

Setelah pembicaraan kami ini.. Marissa datang..
dan Kinanti langsung mengajak kami mengobrol bersama..

Istriku menyampaikan pembicaraan kami tadi. Marissa juga nampaknya menyimak dengan serius.
istriku meminta agar Marissa mulai hari ini menganggap aku sebagai suaminya..
walau tidak terikat secara syah.

Kinanti meminta agar Marissa bersikap seperti seorang istri pada suaminya.
Dia ngga mau Marissa canggung-canggung lagi.. dan Kinanti meyakinkan dia sangat bahagia dengan semua ini.

Pembicaraan kami pun terus berlanjut. Kinanti meminta kami saling terbuka tentang apa yang telah terjadi..
–untung Kinanti ngga minta agar kami jujur tentang perselingkuhan aku dan Marissa selama ini..–

Istriku ingin mendengar penuturan kami dari hati..
setelah yang terjadi sekitar 1-2 bulan terakhir pada kami bertiga dan juga anak-anak.

Marissa menjawab dan menuturkan bahwa dia bahagia sekaligus bingung.
Marissa menuturkan bahwa dia sebenarnya tidak ingin melukai perasaan Kinanti sebagai kakaknya sendiri..
Namun dia menurut saja karena hingga sejauh ini Marissa yang selalu aktif ’mengajak’. –dalam hal apapun..–

Kemudian Kinanti berkata.. "Ca.. kamu sayang ngga sama bang W..? Kamu jujur saja sama uni.
Uni ngga mau kamu bohong. Dan uni tadi juga sudah jujur..
bahwa Uni mengikhlaskan semua dan bahagia kita bisa bersama.."

Marissa mengangguk dan berkata.. "iya ni. Aku sayang bang Wildan.."

Kinanti tersenyum lalu berkata..
"Kamu sayang sebagai apa..? Sebagai abangkah atau sebagai pendamping kamu..?"
Marissa diam dan hanya dia menunduk.. mungkin dia masih ragu untuk jujur.

Kinanti berkata lagi.. "Sudahlah.. kamu jujur saja sama uni.. Uni ngga akan marah kok, Ca.."

"Hmm.. sebenarnya sejak dahulu aku udah suka sama bang Wildan..
bahkan sejak sebelum uni dan abang nikah. Namun aku pendam saja Ni. Maaf ya Ni.."
jawab Marissa jujur.

Kinanti tersenyum.. "Wah.. jadi cinta terpendam donk say..?"
Kinanti tertawa memecah keseriusan perbincangan kami.

Wajah Marissa nampak memerah menahan malu.
Dan sejurus dia mencubit Kinanti yang ada di sampingnya.

"Ngga apa-apa kok Ca.. uni ngga marah. Trus perasaan kamu ke abang sekarang bagaimana..?”
Tanya Kinanti lagi.

Marissa menghela nafas sejenak..
"Sejak kejadin pertama kita ML bertiga.. aku semakin sayang sama bang Wildan.
Aku mencintai bang Wildan sebagai suami..
bahkan melebihi rasa cinta pada Ikhsan pada awal-awal menikah dulu.
Tapi aku bingung juga sama uni.. dan ngga mau uni tersakiti.."

Kinanti tersenyum dan kemudian merangkul adiknya tersebut.
"Kan uni udah bilang, uni ikhlas dengan semua ini. uni sayang kamu dan uni sayang abang.
Kebahagian uni bertambah karena sekarang kedua-duanya jadi milik uni.
Sekarang bang Wildan dan Marissa selalu ada sama uni. uni bahagia banget.."

Kinanti memeluk adiknya dan melayangkn ciuman di bibir adiknya tersebut.
Marissa nampak membalasnya.

Setelah itu Kinanti kembali bertanya pada Marissa.. "Kamu sayang uni dan N –anak ku..– ngga..?”
Marissa mengangguk. Ia kemudian menjawab.. "Iya Ni..”

"Kalo kamu sayang uni, bang Wildan dan N.. kamu haru penuhi permintaan uni.."
Nampak dahi Marissa berkerut mendengar omongan istriku.
"Permintaan apa Uni..?" Tanya Marissa belum ngerti.

Kinanti melanjutkan..
"Maukah kamu jadi istri dari bang Wildan suami uni.. sekaligus jadi ibu bagi Nino anak kami..?"

Marissa tersenyum bahagia. "Iya Ni.. aku bersedia. Tapi uni bersedia juga kan jadi ibu bagi Vira..?
–anaknya Marissa..–

Istriku tersenyum dan menjawab..
"Iya tentu saja bersedia donk sayang. Trus kamu bersedia hidup ikatan seperti ini selamanya..?"
Marissa mengangguk.. "Bersedia Ni.." jawabnya dengan yakin.

Kinanti kemudian memeluk Marissa.. "Makasih sayang, uni sayang kamu Ca.
Mulai hari ini kamu jadi istri bang Wildan juga.. sama seperti uni. Kamu ngga boleh canggung lagi.
Hak kamu sama dengan uni di rumah ini. Perlakukan bang Wildan dengan baik.. selayaknya istri kepada suaminya.
Bahagiakan dia dan tentunya bahagiakan juga uni..” ujar istriku panjang lebar.

”O iya.. Mulai hari ini uni dan bang Wildan jadi milik kamu, Ca. Bukan hanya abang.
Uni akan bahagiakan kamu.. tapi kamu janji juga akan bahagiakan uni, Ca.
Mulai hari ini kita akan jadi istri yang baik untuk suami kita dan juga anak-anak kita..” tambah Kinanti.

”Ngg.. sebenarnya uni ingin sekali kamu bisa mendapatkan keturunan dari abang, Ca..
Tapi kamu sabar dulu ya.. biarkan ini jalan dulu. Kita liat ke depannya seperti apa, okey.."

Kata Kinanti istriku.. dengan tenang namun juga terlihat senang dengan keputusannya. (. ) ( .)
-----------------------------------------------oOo--------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Kalau bisa ada anaknya bakal keren banget.
Ane ikutin koleksi suhu aja. Haha ..
Mantul!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd