Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Konten gagal tayang

Aku ajak dia keluar, menuju bagian belakang vila ini. Wajahnya masih memerah, dan sangat terlihat dia masih menahan birahi. Dia masih terdiam saat aku mulai berjalan meninggalkannya. Aku tahu matanya mengikuti langkahku sampai hilang di balik pintu. Aku berjalan sampai tiba di pepohonan. Bagian belakang vila om gatot memang alam bebas. Cukup luas untuk dibilang halaman belakang. Aku pernah mendengar, luasnya saja sampai dua hektar. Memanjang ke belakang. Jadi wajar saja kalau dari sini tidak terlihat pagar pembatas. Tapi ada, dan tinggi. Siapapun takkan bisa mudah masuk ke dalam sini. Bahkan untuk mengintippun, bukan perkara mudah.


aku berdiri sekarang letaknya lebih tinggi dari letak bangunan vila. Jadi aku bisa dengan mudah melihat kedatangan gea. Sebelum sampai di sini, aku sempat sempat meletakkan bawaanku tadi di pinggir jalan. Tepatnya di sebelah batu besar, lima meteran dari sini. Aku menyalakan lagi kamera di tanganku.

"Cepret"

Suara kamera mulai terdengar saat aku tekan tombol shutter. Satu gambar kuperoleh. Gea tampak belum menyadari kalau ada yang mengambil gambarnya saat dia berjalan. Atau dia cuek saja, dia lebih fokus pada pemandangan di sekitarnya. Dia sibuk memandangi kolam renang, kebun bunga tante dona, apotek hidupnya om gatot, dan entah apa lagi yang menarik perhatiannya.

"Cepret"

Tanpa script, tanpa sekenario, alami, tanpa beban. Anak ini sepertinya punya potensi untuk menjadi model. Coba saja dia punya attitude yang baik, aku mau mempromosikannya dengan beberapa rekan fotografer. Yang pernah aku rekomendasikan saja, tak butuh waktu lama untuk bisa melanglang nusantara. Pancaran sinar mentari masih terlalu kuat di sore ini. Kulitnya terlihat bercahaya karena memantulkan sinar mentari. Tapi aku tahu, dari mata dan keningnya, aku bisa membaca kalau dia masih menyimpan hasrat untuk dipuaskan.

"Coba kamu bersandar nyamping di batu itu ge" pintaku. Gea terkejut mendengar suaraku. Lamunannya pasti buyar seketika.

"Begini kak?" Tanyanya.

"Aww"

dia memekik ketika kulit lengannya bersentuhan dengan batu itu. Seketika posisinya berubah. Dia malah memandangi batu itu, mencari apa yang menyakiti lengan kirinya. Di saat yang sama ada seekor kupu-kupu terbang di dekatnya. Spontan dia dekatkan tangan kanannya, bermaksud untuk menyentuh kupu-kupu itu.

"Cepreet"

gerakan spontan itu malah terlihat indah. Dan aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Walaupun niat awal hanya iseng, tapi lumayan sebagai teaser.

"Cepreet"

Kupu-kupu itu terbang ke atas kepalanya gea. Gea tersenyum manis, seolah - olah kupu - kupu itu sanggup meredakan gejolak dalam tubuhnya.

"Kak, kan gea belum siap" komentar gea. Akhirnya dia sadar kalau dia sedang diabadikan.

"Nggak papa, malah bagus kok. Natural" jawabku.

"Terus gimana lagi kak?" Tanyanya.

"Coba kamu duduk di batu kecil itu" jawabku.

Dia menurut saja. Dia duduk di batu kecil tepat di samping batu besar tadi. Dia tumpangkan kaki kirinya di atas kaki kanannya. Tangan kanannya dia pakai untuk bersandar agak ke belakang. Dia sentuh bibirnya dengan telunjuk kiri. Dan dia menoleh ke kiri, ke arahku. Senyumnya sempat membuatku terpukau. Tapi hanya sejenak.

"Ceprett"

"Ceprett"

"Yah, baterainya habis ge" keluhku setelah beberapa jepretan.

"Yah, udahan nih ceritanya?" Keluh gea juga. Dalam hati aku tertawa, ini hanya akal-akalanku saja.

"Emm, gini. Seingetku ada kamera lain di kamar. Kamu tunggu aja di sini" jawabku.

"Oh, oke. Eh kak, di sana itu apa?" Tanyanya menunjuk suatu arah.

"Mana, sana? Itu hutan jati. Ada air terjun juga"

"Wah, nanti kita ke sana yuk"

"Boleh. Tapi banyak jin di sana, jin laki kebanyakannya" jawabku.

"Hahaha... Itu kata siapa kak?"

"Yeh, nggak percaya. Dikota aja banyak demit, apa lagi di hutan"

"Hehe... iya juga sih. Malah penasaran aku. Ganteng nggak ya?"

"Dih, malah penasaran. Ganteng - ganteng sih, kata tante. Tapi sangean"

"Ha?"

"Ya tahu sendiri, bangsa jin kan aslinya jelek. Makanya banyak yang suka sama bangsa manusia. Kalo lihat ada cewek jalan ke sana sama cowoknya. Jin - jin itu suka ngerasuk ke tubuh cowoknya. Terus godain biar sampe ngentod. Otomatis, jin itu ikut ngerasain ngentodnya" jawabku ngawur.

"Masuk akal sih" komentarnya

"Masuk akal?"

"Iya, banyak tahu kak cerita kaya gitu. Tapi gea malah penasaran sama wujud jin itu sendiri"

"Hahaha... Ada ada aja"

"Beneran. Kata temen gea, itunya gede"

"Masa?"

"Iya"

"Oh, kata tante sih, ada caranya"

"Gimana kak?"

"Ya, ke sananya sambil bugil. Nggak boleh pake penutup apapun"

"Itu doang?"

"Iya. Tapi ya untung-untungan. Sekalinya dia muncul, gea harus siap. Gea nggak bakal bisa lepas sebelum dia puas. Karena kata tante, yang muncul itu, udah pasti jin yang kuat banget"

"Emang tante kak aldi udah pernah dientod jin di sana?" Tanya gea penasaran.

"Katanya sih pernah. Makanya bisa kaya begini" jawabku semakin ngawur.

"Pengen kaak" rajuknya.

"Hah, serius?"

"Iya. Eh tapi kalo jinnya nggak keluar gimana?"

"Ya ngentod sama aku aja. Lumayan dapet jajan. Hahaha" jawabku asal sambil berlalu pergi.

Aku sempat balik kanan, kulihat gea berkacak pinggang. Dia tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Saat kita berbincang tadi, dia tidak menyadari kalau aku meletakkan sesuatu di dekatnya. Di tempat yang dia tidak menyadarinya. Apa itu? Ya, aku meletakkan ponselku. Sudah aku set selama perbincangan tadi. Deringnya aku matikan, dan aku set untuk jawab otomatis.Aku segera naik ke lantai atas, tak lupa aku bawa telepon rumah wireless milik om gatot. Tripod kamera juga tak lupa aku bawa serta.

"Wow"

Ternyata lebih cepat dari dugaanku. Kini gea sudah menemukan benda yang aku taruh di dekat batu besar. Segera saja aku mengatur kameraku sedemikian rupa. Mode video langsung aku jalankan.

"Haha"

Aku tertawa kecil melihat gea mulai mengambil benda itu. Dia tampak bingung, benda apa kiranya itu. Sejenak kemudian dia mulai paham. Karena benda itu bergetar saat remot kecil di tangannya dia tekan. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Mungkin dia berpikir, kondisi aman. Dia langsung berdiri dan melepas kancing celana jeansnya. Tanpa buang waktu, dia langsung nenarik celananya turun sampai sepaha.

"Tuuut... Tuuttt"

aku mulai menelpon ponselku sendiri. Aku atur posisi wireless phone itu agar posisi speakernya sejajar dengan microphone pada kamera.

"Sssttt... Aaaahhh... Eemmhhh"

dengan headset kecil, aku memonitor setiap suara yang masuk ke kamera. Dan suara pertama yang muncul adalah desahan dan lenguhan gea. Benda bernama vibrator itu sukses masuk ke liang peraduannya. Gea berdiri bersandar batu besar di belakangnya. Dia sempat berputar - putar di tempat, mengawasi sekitarnya. Untuk beberapa saat aku bisa melihat bagian bawah perutnya sampai pahanya. Putih mulus bersinar di terpa mentari. Pinggangnya ramping, dan pahanya terlihat padat. Aku arahan kameraku untuk memantau selangkangannya. Tak cukup jelas penampakannya. Terhalang kupu - kupu ungu. Hanya ada sebaris bulu kemaluan yang terlihat rapi.

"Teeeerrtt"

"Aaahhh.... "

Gea melenguh lagi. Vibrator kupu-kupu itu bekerja menggetarkan liang kenikmatannya. Tak hanya itu, kelentit yang tadi dia kobel sendiri, sekarang juga ikut dimanjakan. Tubuhnya menggeliat seperti ada sengatan listrik tegangan rendah. Kakinya mengengkang lebar, meski sesekali pahanya menutup.

"Gilaaa... Mainan gilaaa... Eemmhhh"

Gea menutupi mulutnya, mungkin bermaksud agar suaranya tidak terdengar oleh orang lain. Sesekali telunjuknya dia gigit sendiri. Tangan kirinya tidak terlihat. Tapi aku bisa menebak apa yang dia lakukan. Itu terlihat dari gembungan payudaranya yabg tidak sama. Payudara kirinya terlihat lebih besar. Bukan membesar, tapi lebih karena tahgan kirinya sedang bermain-main di area sensitif itu.

"Ah ah ah ah... Aduuhh... Siapa lagi yang abis ngiclik di sini... Eemmhh..... Ssttt.. enggak... Enggak.... Nggak mungkin ngiclik... Ssstt... Ini pasti punya tantenya kak aldi... Oohh... Berarti... Berarti... Dia pake ini di memek... Terus kontol suaminya, nusuk silitnya.... Oohhh"

Pemikiran yang masuk akal. Aku malah tidak terpikirkan apa yang gea pikirkan. Liar juga tanteku ya, kalau sampai imajinasi gea itu ternyata benar. Kesannya seperti main bertiga. Tak cukup dengan satu tangan, gea ikut memasukkan tangan kanannya ke balik kaosnya. Berdua, tangan itu kompak memberi rangsangan lebih pada payudara gea sendiri.

"Ooohh... Sstt... Aduuuhh.... "

"TEEERRRRTTT"

"Aduh ngentoooooottt... "

Tanpa sengaja gea menginjak remot yang dia geletakkan di tanah. Seketika vibrator di vaginanya bergetar lebih brutal.

"Aduuuhhh.... Ooohhh.... Kak aldiii... Kontooooolll" aku terkesiap namaku dia sebut.

"Aku bonekamu kak... Aku bonekamu... Memek ini mainanmu kaakk... Kontoli aku kak... Kontoli aku... Aduh aduh aduh... Pengen ngetooooooodddd.... Aaahhh"

"Srroooootttt..."

"PLOP... " Luar biasa, vibrator itu bisa lepas hanya karena terdorong lendir orgasmenya.

"Ooooohhh... Muncraaattt.... "

"Seeerrt"

"Ngentooooodddd.... "

Gea bergetar hebat sampai tak mampu berdiri. Tubuhnya menggelosor ke tanah. Tak dia pedulikan dedaunan dan entah ada kotoran apa di bawahnya. Dia duduk masih dengan telanjang pantat. Jujur, aku terangsang melihat semburan lendir birahi yang sangat deras. Rasanya yang tadi lebih kuat daripada semprotannya ayu. Dia terdiam dalam duduknya. Kedua tangannya kompak menutupi wajahnya. Entah apa yang dia pikirkan saat ini. Kusudahi rekaman kali ini, aku bereskan lagi peralatanku dan aku kembalikan pada tempatnya.

"Ceklek"

aku yakin suara pintu belakang yang aku buka bisa didengar oleh gea. Dari pantulan kaca, sekilas aku bisa melihat dia bangkit dengan tergesa-gesa. Meski aku pura - pura memainkan kameraku, tapi dari ujung mataku aku bisa sedikit melihat gea menaikkan celananya. Membuang vibrator tadi ke semak-semak, dan mengaburkan jejak semprotan orgasme dengan kakinya.

"Aduh, maaf ya kelamaan. Pake nyari dulu" ujarku saat sudah sampai di tempat gea berdiri.

"I.. iya... Nggak papa kok" jawabnya tergagap.

"Kamu kenapa ge?" Tanyaku sok tidak tahu.

"Nggak... Nggak papa kak. Kaget aja kakak dateng. Ketiduran gea" jawabnya.

"Ketiduran? Baru juga berapa menit" komentarku.

"Abis enak sih hawanya, jadi ngantuk deh" jawab gea masih pura-pura.

"Hahaha. Iya sih, aku juga suka begitu dulu. Terus gimana nih, lanjut apa udahan?"

"Udahan?"

"Ya kan gea ngantuk, masa aku fotoin cewek ileran" candaku.

"Ha?" Gea mengusap - usap wajahnya, meski aku tahu dia pura - pura.

"Ya terserah kak aldi sih, gea ikut aja. Tapi gea penasaran sama hutan sana" lanjut gea.

"Hahaha... Penasaran sama penunggu air terjunnya?"

"Iya"

"Ati-ati dientod lho" bisikku menggoda.

"Biarin. Kalo bisa sekaya ini sih, gea mau muasin jin penunggu itu"

"Wuih, gokil. Tapi aku nggak ikut - ikut ya. Dan ini pun cuman katanya. Tahu bener apa enggak"

"Iya, tenang aja kak. Kalo pun penunggunya nggak muncul, gea pasti dapet entod entar di sana"

"Siapa yang mau ngentotin?"

"Kak aldi" jawabnya singkat.

"Pede bener"

"Ya masa kakak nggak tergoda" bisiknya di telingaku.

Sehabis itu gea mulai memegang karet kaosnya bagian bawah. Sambil menatap lekat mataku, dia menarik kaosnya ke atas. Reflek, mataku melirik ke bawah. Perut yang tadi sempat mengintip kembali terlihat. Senti demi senti penutup tubuhnya semakin ke atas.

"Wow" gumamku.

Sebuah pemandangan indah, yang membuatku terpaku. Tepat saat karet kaosnya sudah berada di atas kepala. Kedua tangan yang terangkat ke atas kepala, wajah yang tertutupi kaosnya sendiri. Payudara kecil yang sedari tadi dia mainkan, kini terpampang di depan mataku. Masih terbalut sport bra berwarna hitam. Ketiaknya bersih, tanpa bulu sehelaipun. Putih mulus, tampak kalau gea merawat ketiak itu. Ada rasa ingin menghirup dan menjilat ketiak itu. Namun aku berusaha untuk tidak menjamahnya. Dia tersenyum manis saat kaosnya telah terlucuti dengan sempurna. Beberapa saat saling memandang, gea kemudian tertawa kecil menggodaku, sembari balik kanan memunggungiku.


dia menarik sport bra nya ke atas. Bebaslah sudah payudara kecil itu tanpa pelindung. Tapi aku tak bisa melihatnya. Gea melempar penutup payudaranya ke wajahku. Usil juga ternyata. Tanpa membuang waktu lagi, gea lantas membuka kaitan kancing celananya. Dan melepas celana itu sambil membungkuk memantatiku. Karena celana dalam hitamnya juga sekalian ditarik turun, otomatis terpampanglah apa yang tadi ingin aku lihat. Serumpun bulu kemaluan seolah tersenyum melambai. Mengundangku untuk menjamahnya. Bulu - bulu itu terpotong rapi membentuk segitiga terbalik. Di bawahnya, ada seonggok daging yang tak kalah menggoda. Aromanya yang khas tercium di hidungku. Sisa - sisa lendir birahi tadi masih terlihat dan ingin rasanya aku seruput.

"Hayu kak" ajaknya kemudian.

Aku tersentak dari lamunan. Celaa jeans tadi sudah tergeletak di batu kecil bersama kaosnya. Dis tersenyum bangga saat mengetahui aku terpesona dengan kemolekan tubuhnya. Dia berjalan menyusuri jalan yang aku tunjuk tadi. Dia biarkan aku berjalan di belakangnya. Dari sini aku bisa melihat bokong kecil tapi padat dan bulat, berlenggak - lenggok seirama dengan langkah kakinya. Aku nyalakan kameraku dan merekam setiap langkah gea dari belakang. Tampaknya dia tidak menyadari perbuatanku. Dia masih asyik berjalan sambil melihat pemandangan alam sekitarnya.

"BEERRRSSSHHHH"

"Yee... Sampeee"

gea bersorak kegirangan. Suara air terjun terdengar menentramkan. Selintas aku teringat masa-masa sekolah, kalau lagi suntuk atau marahan sama papa, aku pasti lari ke sini. Tak ada pekerja di sini yang berani melarangku. Adem, tenteram rasa hati setiap datang ke sini.

"Kak, mana penunggunya?" Tanya gea menegurku. Aku tersentak dari memori masa laluku.

"Ya nggak tahu. Aku nggak pernah lihat"

"Hmm, beneran apa mitos doang ya?" Tanyanya seolah bicara sendiri.

"Tapi pemandangannya bagus kak" lanjutnya.

Dia memutar tubuhnya, menikmati sekelilingnya. Lalu dia berlari kecil menghampiri sesuatu. Rumpun mawar, aku tahu itu punya tante dona. Dia tampak senang menghirup aroma wanginya. Kunyalakan lagi kameraku. Kuambil sebanyak mungkin gambar pada setiap langkahnya. Sebuah pemandangan langka. Tak berapa lama dia berlari menuju ujung kiri. Sebuah bukit yang membatasi tempat ini dengan dunia luar. Lebarnya sekitar dua puluh meter, dan masih kepunyaan om gatot. Ada sebuah gubuk kecil yang dulu dibangun om gatot. Tempat untuk bersantai bersama tante dona. Terkadang mereka juga bermalam di gubuk itu.

Aku terlintas sebuah ide. Aku lucuti semua pakaianku. Sehingga aku bugil sama sekali. Tentunya tanpa sepengetahuan gea. Aku ingin tahu apa reaksinya saat melihat aku polos tanpa sehelai benangpun. Dan benar, saat dia tampak hendak memanggilku, dia terkesiap. Tangannya sudah siap melambai, tapi suaranya tak pernah keluar. Dia datang menghampiriku. Pandangannya nanar memandangiku. Bola matanya bergerak ke atas ke bawah. Seolah meindaiku dari ujung rambut sampai ujung selangkangan. Karena aku tak melihat matanya bergerak lebih rendah lagi. Kuabadikan momen dia terpana ini dengan kamera. Semakin dekat pandangannya semakin fokus. Bola matanya seperti punya gyro stabilizer. Bagaimanapun kontur jalan yang dia injak, matanya tetap pada satu titik, selangkanganku.

"Kak"
 
Wah suhu keren nih cerita nya, smpe ga sadar jonson ane berlendir parah 🤪🤪

Lanjutkan suhu :coli:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd