Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Konten gagal tayang

Bimabet
Terimakasih atas apresiasi para suhu semua. Lanjutan ceritanya sedang saya persiapkan. Mohon maaf kalau lama belum update. Saya tidak bisa asal update. Takut feelnya malah nggak nyampe. Semoga hari ini saya bisa update lagi. Terimakasih
 
Rasa lelah mulai mendera. Bagaimana tidak, sehari dua kali aku tempur dengan dua wanita berbeda. Yang keren, yang terakhir aku malah tidak keluar uang. Entah dia terlalu terpesona sama aku atau dia tidak mau mikir. Ya tapi aku masih siapkan dana sih, kalau saja dia minta. Jujur aku lebih suka keluar uang daripada harus ribet ini dan itu. Apalagi baru saja aku dapat transferan dari om iwan. Tidak tanggung - tanggung jumlahnya. Tiga bulan gajiku hanya untuk titip mobil.

"Hahaha"

Aku tertawa sendiri kalau ingat pertempuran tadi. Bisa - bisanya dia mau dipakai tanpa mendapat apa - apa. Tapi benar - benar menjadikan dia boneka seks outdoor, sepertinya menarik. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, bagaimana membuat video yang meyakinkan kalau aku sudah membuat ayu menderita? Ah, sudahlah, pikir nanti saja. Toh masih ada segepok uang ini, masa dia mau menolak uang. Mentari sudah hampir sampai ke peraduannya. Dan aku sudah sampai lebih dulu di halaman rumahku.

"Tok tok tok" pintu depan aku ketuk

"Ya" terdengar jawaban dari dalam.

"Ceklek" pintu dibuka.

"Eh, yank, udah di sini?" Seruku heboh. Jujur aku terkejut melihat ayu yang membukakan pintu. Aku pikir hari ini baru perkenalan, terus pulang lagi.

"Cie, baru ketemu kemarin udah sayang - sayangan" sebuah suara menggodaku. Kita menengok ke arah suara itu. Ayu terlihat salah tingkah.

"Ah, aldi wae, semua cewek dipanggil sayang, ma. Sapi pak harun aja dipanggil sayang" sebuah suara menimpali. Jelas, itu kak vela.

"Hus, kakak, nggak boleh gitu ih" tegur mama

"Hahaha" ada suara bas di belakang mama. Itu papa.

"Loh, kan itu penghargaan aldi buat semua orang, dan semua mahluk. Atas kebaikan dan kejujuran mereka" jawabku.

"Halah, bisa ae kantong kresek"

"Busyet, item putih dong"

"Hahaha... " Mereka tertawa, termasuk ayu.

"Mana ada sapi jujur? Tahu darimana juga sapi boong?"

"Ya kemarin itu kan aku bilang sayang karena dia jawab pertanyaanku kak, dan dia jawab apa adanya"

"Hmm, mulai deh, ngelantur. Nanya apa emang?"

"Pi sapi, kak vela cantik nggak?" Kataku bercerita.

"Enggaaaaakkkk" lanjutku menirukan suara sapi.

"Hahaha... " Mereka semua tertawa.

"Suek lu"

"Malah kambing si abdul ikut jawab, Jeleeeeeekkk" lanjutku menirukan suara kambing.

"Hahahaha..."

Mereka tambah kencang tertawa. Aku berjalan ke dalam setengah berlari.

"Sueeekk"

"Wuuus" sesuatu terbang

"Bletaakk" dan jatuh dekat kakiku.

"Weh" seruku terkejut.

"MAAAA" seruku sambil memperlihatkan apa yang jatuh di dekatku.

"Ngadu... Ngadu. Huu... Liat tuh yu, masih bocah ternyata. Hahaha" kilah kak vela.

"Busyet deh, wedges ini"

"TAK TAK TAK"

"Noh, keras ini. Kena kepala benjol, kak"

"Hahaha"

"Malah ketawa lagi" gerutuku sambil bersiap pergi.

"Eh itu plafon kenapa pa?" Tanyaku pada papa.

"Benerin genteng tadi" jawab papa.

"Sendiri? Masih gesit aja papa"

"Ya dong, papa gitu loh" sahut papa. Aku melihat ke atas lagi, lalu melihat ayu. Aku tersenyum saat itu.

"Eh, kenapa lu senyam - senyum sendiri?" Tegur kak vela.

"Wuuuss" wedges kak vela alu lempar ke atas.

"DAKK" mendarat di plafon.

"Yess" kataku kegirangan.

"ALDIIII" teriak kak vela gemes.

"Hihihi... Wleekk" ledekku. Aku berlari menuju kamar, dan aku tutup pintunya.

"ODEK ODEK ODEK" pintuku dibuka orang dari luar, tapi tidak bisa, aku kunci.

"ALDIII... BALIKIN WEDGES KAKAK... MAU DIPAKE DII" teriak kak vela dari luar.

"Di plafon" jawabku enteng.

"AMBILIIIIIN"

"ALDI TIDUURR" teriakku mengompori.

"DIIH" gerutu kak vela sambil menggebrak pintuku.

"Hahahaha"

aku tertawa geli dengan tingkahnya. Aku rebahan di ranjang. Mataku berat, berat, berat. Dan entah apa yang terjadi. Rasa penat tubuhku membuat kasur ini sangat nyaman.

"Tok tok tok"

"Kak, nggak mandi?" Sebuah suara membangunkanku. Entah berapa lama aku tertidur. Oh, baru satu jam. Baru jam enam petang. Aku menguap sejenak, meregangkan tubuhku.

"Klek... Klek... Ceklek" pintu kubuka.

"Eh, ayu" sapaku.

"Mandi dulu kak, biar seger" saran ayu.

"Pada kemana, kok sepi?"

"Papa sama mama kakak, pergi kondangan" jawab ayu.

"Kak vela?"

"Sama, dia yang nyetir"

"Haha, baguslah. Biar tahu rasanya jadi sopir"

"Dasar kak aldi. Kakak sendiri dikerjain"

"Hahaha, siapa yang ngambilin tadi?"

"Ya aku lah, siapa lagi"

"Waduh, hehehe... Maaf deh, jadi ayu yang repot nih"

"Hmm... Ya udah, kakak mandi dulu gih. Ayu mau... "

"Oh iya" jawabku.

Aku paham apa maksud gerakan tangannya, ibadah. Aku balik ke dalam kamar mengambil handuk, lalu pergi mandi. Segar rasanya saat bersentuhan dengan air. Saat aku keluar dari kamar mandi, aku lihat ayu sedang membuat segelas teh. Aku mendekatinya dengan langkah pelan.

"AAAWW"

pekiknya terkejut. Wajar sih, karena aku langsung memeluk dan meremas payudaranya.

"KAKAAAK"

serunya setelah tahu aku yang memeluknya.

"ADUUUHHH... AMPUUNN"

gantian aku yang terkejut. Ayu langsung membetot batang penisku.

"Salah sendiri, siapa suruh nakal? Wlek" gerutu ayu. Aku tertawa melihat dia memeletkan lidahnya.

"Terimakasih" kataku saat disodorkannya teh itu padaku.

"Ke meja makan yuk kak, biar ayu siapin makannya" ajak ayu. Aku mengangguk setuju.

"Gimana hari pertamamu di sini yu?" Tanyaku setibanya di meja makan.

Ayu tampak mengeluarkan bakul nasi dan baskom kecil stainless steel, berisi sayur lodeh, dan piring berisi ikan goreng. Di hidangkannya manakan itu di depanku. Dia tersenyum memandang padaku.

"Rame kak. Apalagi tadi pas kakak datang" jawab ayu.

"Hahaha... Terus, gimana kesannya pertama kali ketemu ibu vela?"

"Ngeledek"

"Hahaha"

"Ternyata orangnya ramah ya. Nggak kaya kalo lagi disekolahan"

"Ya begitulah, kalo udah kenal sih, receh dia orangnya. Cuman, buat sampe akrab, memang butuh mental kuat"

"Hmm?"

"Ya, harus tahan semprot. Kalo baru disemprot sekali udah lembek, lah, mental krupuk namanya" jawabku.

"Kakak bisa aja"

"Ayu nggak makan?"

"Udah tadi sebelum bangunin kakak" jawabnya.

"Oh"

komentarku pendek. Rasa lapar di perut membuatku lebih fokus pada makanan yang terhidang di meja.

"Kayaknya ada yang menang banyak nih, sampe kelaperan" celetuk ayu.

"Hmm?" Tanyaku bingung.

"Tadi pagi driver online nya cewek" kata ayu datar.

Aku belum mengerti arti dari tatapan matanya. Apakah itu cemburu, atau apa aku belum pasti.

"Oh, iya. Namanya keren, kaya mobil balap. Saingannya yang aku bawa itu" jawabku sedikit melenceng.

"Terus, denger - denger, ada yang abis ketemu sama gea. Janjian apa disosor?" Lanjut ayu.

Aku terkesiap, kok dia bisa tahu ya? Dia memperlihatkan layar ponselnya padaku. Ada foto gea keluar dari aventador yang aku bawa. Rupanya kejadian itu menarik perhatian banyak orang.

"Oh, iya. Disosor. Hehe" jawabku salah tingkah.

"Dia bilang apa kak tentang aku?"

"Emm, ayu udah bisa nebaklah" jawabku diplomatis.

Aku tahu dia cemburu, nada suaranya lebih condong pada ketidaksukaan, mendengar aku jalan dengan gea.

"Berapa ronde kak?" Tanyanya lagi.

Kali ini aku bingung harus menjawab apa. Hal yang selama ini bukan merupakan beban, saat ini terasa menjadi beban. Belum ada satu kata pun keluar dari bibirku. Hanya mataku yang terus beradu pandang dengan matanya.

"Emm... Sepertinya ayu tidak pantas bertanya seperti itu. Maaf kak" lanjutnya menyikapi kediamanku. Aku masih terdiam tak tahu harus bilang apa.

"Kalau video kita, tembus berapa kak?" Lanjutnya lagi.

"Hmm?" Responku pendek.

Belum juga aku bisa menjawab pertanyaan sebelumnya. Sudah ada lagi pertanyaan yang aku semakin bingung untuk menjawabnya. Tapi aku sadar, wajar jika ayu bertanya begitu. Dia pernah masuk di website itu. Dia juga pernah dm aku, jadi dia pasti sudah tahu bagaimana trikku mendapatkan wanita yang akan kujadikan bahan video. Meski kaget juga, tapi dari awal aku yakin, dia pasti tahu niatanku. Tapi pertanyaan itu, sungguh aku tidak menduga akan mendengarnya sevulgar ini. Bagaikan terkena headshot, kepalaku pusing seketika.

"Emmm... Aku nggak posting" jawabku singkat.

Kulanjutkan makanku untuk menghindari tatapan matanya. Aneh, disini aku kan tuan rumah, dia asisten, kok jadi aku jiper ya. Haha, auranya ayu memang kuat. Aku saja bisa sampai salah tingkah begini.

"Kenapa kak, kan bagus? Sayang kali nggak diposting" lanjutnya. Biasanya aku langsung marah dicecar begini. Tapi entah mengapa aku masih santai, dan terkesan merendah.

"Enggak... Aku nggak posting" itu saja jawabanku.

"Ehh... Maafin ayu kak, ayu lancang. Nggak seharusnya ayu selancang itu. Tapi, ayu sudah lancang. Maafin ayu ya kak" lanjutnya menyadari posisinya.

"Hei hei... Siapa yang lancang? Ayu nggak lancang kok. Tenang aja ya". Hiburku. Gantian ayu yang terdiam. Untuk beberapa lama, kita saling memandang.

"Abis ini, aku mau beresin kerjaan. Ada beberapa progress yang mesti aku follow up. Tolong beresin ya" kataku kemudian.


"Oh, eh... Ya, ayu beresin. Kakak tenang saja, sudah tugas ayu beresin ini" jawabnya tergagap.

"Makasih. Eh, ayu udah belajar belum?"

"Udah sih, sebagian. Ada satu pr yang belum"

"Oh, ya udah, abis ini belajar aja"

"Emang, kakak butuh apa?"

"Nggak, pengen ditemenin aja. Hahaha... Tapi pr itu lebih penting. Jadi, belajar aja deh" jawabku.

"Oh, oke deh kak. Ayu beresin dulu ya"

"Oh, iya. Makasih ya. Kakak ke kamar dulu. Oh ya, aku bakal stay di ruang tamu. Kalo butuh bantuan, ada yang susah, nanya aja. Kali aku bisa bantu"

"Siap bos" jawab ayu. Senyumnya menambah semangatku malam ini.

Aku berdiri dan berjalan ke kamarku. Kuambil tas punggung dan laptopku. Bukan baju bukan apa, tasku isinya berkas pekerjaan. Beginilah nasib seorang pekerja, semakin tinggi gajinya, semakin tinggi tuntutannya. Tak banyak yang bisa diceritakan tentang pekerjaanku. Pastinya bosan mendengarnya. Aku saja yang menjalani sampai berkali - kali menguap. Entah di kali keberapa aku lantas tertidur. Dan entah berapa lama aku tertidur di ruang tamu. Sampai kurasakan ada yang mengelus kepalaku. Aku terjaga, tapi kutahan posisiku agar terlihat masih tertidur.

"Kamu ganteng sekalipun udah tertidur kak" sebuah suara lembut memecah keheningan.

"Makasih ya udah bantuin ayu" lanjut suara itu. Siapa lagi lalau bukan ayu. Dia membelai wajahku.

"Ayu seneng, ayu nggak jadi merendahkan diri demi uang. Ayu bisa bantu bapak - ibu dengan cara terhormat" lanjutnya. Aku terkesiap, apa maksudnya berkata begitu? Apakah tadinya ayu bermaksud melacurkan diri?

"Ayu juga seneng kak, ayu merasa dihargai di keluarga ini. Sekalipun ayu cuman pembantu, tapi ayu merasa di 'orang' kan" aku yakin dia memandangku sambil tersenyum.

"Tapi ayu juga merasa aneh. Padahal, sudah dari dulu ayu tahu kakak. Entah berapa video kakak udah ayu tonton. Tapi entah kenapa, ayu nggak ngerasa jijik. Malah ayu penasaran. Makanya ayu pernah DM kakak" aku masih pura - pura tidur.

"Pas kakak ngajakin ketemuan, ayu yakin, kakak nggak semata - mata pengen kenal ayu. Pasti kakak bawa kamera yang entah dimana tempatnya. Ayu sih nggak masalah, toh ayu udah nggak perawan ini. Itung - itung ayu dapet sesuatu buat makan malam. Secara, ayu kan nggak secantik mereka. Tapi, aku nggak nyangka kakak bakal ngasih segitu banyaknya. Padahal kakak belum kenal ayu. Kalo aja ayu orang jahat, rugi banyak kemarin tuh" aku tersenyum mendengar celotehnya. Pastinya dia tidak melihat senyumku.

"Jujur kak, seharian kemarin aku ngerasa bingung. Kakak yang aku kenal gampang mendominasi cewek, kok bisa lembek ya, sama ayu. Masa bisa takut ayu marah. Ayu nggak yakin itu bagian dari skenario kakak" lanjutnya sambil tertawa kecil.

"Seharian ini pun ayu juga ngerasa bingung. Entah kenapa, denger kakak jalan sama driver cewek, ayu langsung cemburu. Ayu bisa nebak, apa yang bisa kakak lakukan dengan driver itu. Apalagi waktu denger kabar gea pulang dianterin cowok pake mobil mewah. Dan mobil itu sama persis sama yang kakak bawa pulang. Platnya pun sama" nada suaranya berubah drastis. Penuh penekanan.

"Iya sih, ayu sadar siapa ayu. Ayu cuman pembantu di sini kak. Apa hak ayu nyampurin urusan kakak. Mau kakak jalan sama cewek mana juga, itu hak kakak. Tapi ayu nggak bisa bohongin hati ayu sendiri kak. Ayu ngerasa nyaman dan berharga di depan kakak. Terlepas apakah perlakuan kakak juga begitu sama yang lain atau enggak, tapi ayu ngerasa berharga. Ibarat kata nih, kakak juga suka sama ayu, ayu mau kok menjadi bagian dari kehidupan kakak. Maksud ayu, kalo nih, kakak mau jadiin ayu istri kakak, ayu nggak bakal ngelarang kok kalo kakak mau ngewek sama cewek lain. Karena ayu bisa baca dari sikap kakak. Cinta teteplah cinta. Dan nafsu teteplah nafsu. Ya itu sih kalo kakak mau. Hahaha.... Ngarep banget sih. Ah, udah ah. Ayu mau istirahat dulu. Mumpung belum pada pulang. Lumayan bisa selonjoran" lanjut ayu.

Setelahnya, tak ada lagi suara. Ternyata dia duduk selonjoran di sampingku, dengan punggung bersandar di sofa. Kulihat matanya terpejam. Nafasnya naik turun dengan teratur. Sungguh, aku tidak menyangka kalau ayu akan mengatakan hal itu. Belum ada yang berani mengatakan itu padaku. Kalaupun ada yang mau jadi cewekku, itu karena dia tidak tahu siapa aku. Kalaupun ada yang mau dan diapun tahu siapa aku, tetap, dia tidak rela saat aku bilang akan mencari target untuk videoku.

Tiga dari lima cewek selalu menyarankan untuk buat video dengan mereka saja. Dua lainnya langsung memberi pilihan, mereka atau yang lain. Ya aku pilih yang lain lah. Dan pernyataan ayu tadi, sudah keluar dari pakem. Sudah keluar dari kodratnya seorang cewek. Kalau kata om iwan, ini bentuk dasar kepasrahan cewek yang mau dipoligami. Tapi itu kan resmi, sedangkan aku, ilegal. Ah sudahlah, buat apa dipikir sekarang. Mending dinikmati saja.
 
Nggak banyak yang ingin saya komentari di dalam karya ini, hanya menurut saya plot nya terlalu monoton tanpa ada bagian - bagian yang mendebarkan (sure, the sex scene is wonderfull) but, mungkin karena masih dalam tahap membangun cerita jadi masih bisa di maklumi.
Namun dari segi penulisan dan pendalaman karakter utama, saya akui ini karya yang sangat bagus.
Tetap sehat suhu, semoga murah rejeki.
 
Nggak banyak yang ingin saya komentari di dalam karya ini, hanya menurut saya plot nya terlalu monoton tanpa ada bagian - bagian yang mendebarkan (sure, the sex scene is wonderfull) but, mungkin karena masih dalam tahap membangun cerita jadi masih bisa di maklumi.
Namun dari segi penulisan dan pendalaman karakter utama, saya akui ini karya yang sangat bagus.
Tetap sehat suhu, semoga murah rejeki.
Teimakasih suhu, saran yang sangat saya nantikan. Untuk konfliknya, memang sedang saya bangun. Karena awalnya, saya tidak ada rencana untuk memanjangkan cerita ini. Alias sekali upload, habis. Ditunggu saja ya hu, konfliknya. Semoga saya bisa memberikan konflik yang cukup menghibur. Terimakasih
 
Teimakasih suhu, saran yang sangat saya nantikan. Untuk konfliknya, memang sedang saya bangun. Karena awalnya, saya tidak ada rencana untuk memanjangkan cerita ini. Alias sekali upload, habis. Ditunggu saja ya hu, konfliknya. Semoga saya bisa memberikan konflik yang cukup menghibur. Terimakasih
Wow... Untuk sebuah cerita pendek yg tidak berencana untuk dipanjangkan, menurut ane alur dan build up nya ngga kalah dgn cerita2 bersambung yg lain suhu.. Antara satu part dgn lainnya bisa saling melengkapi dan ngga terkesan dipaksakan..

Lanjutkan terus sampe tamat suhu :semangat:
 
Ane tidak bisa memberikan komentar apa-apa om, cuman bisa memberikan sedikit semangat supaya selalu update.
Genre model baru, yang baru ane temuin di forum ini. Sedikit usul ya om, bolehlah anak kuliahan/ spg/ anak hits (kecuali ayu) yang jadi target. Tapi coba ambil TO seperti penjaga toko, gadis pabrik atau mahmud.
Maaf om kalau ide/ usul ane kelewatan. Oiya, pindahin ke cerbung aja kalau emang konsep ceritanya masih panjang.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd