Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kumpulan Cerita Pendek 4

begawan_cinta

Guru Semprot
Daftar
27 Oct 2023
Post
618
Like diterima
10.807
Bimabet
1. Ibu Mertua Temanku
(kasus-kasus seperti ini sering tidak terungkap di depan publik karena dianggap perselingkuhan, bukan pemerkosaan)


SAYA sudah menikah dan sudah punya satu orang anak yang berumur dua tahun. Sekarang saya berumur duapuluhtujuh tahun. Saya menikah muda pada umur duapuluhlima tahun, istri saya duapuluhdua tahun. Sekarang istri saya berumur duapuluhempat tahun. Orangnya pendek, tetapi teteknya besar.

Ia cukup pandai mengelola seks, sehingga setiap bersanggama dengannya saya selalu dibikinnya puas. Akan tetapi, kenapa saya sampai berselingkuh?

Inilah kisah saya...

Saya punya seorang teman kerja di pabrik. Setiap pulang kerja, ia selalu ikut sepeda motor saya. Sudah pasti saya akan mengantarnya sampai di rumah, tidak mungkin menurunkannya di tengah jalan.

Sesampai di rumahnya, atau lebih tepat di kontrakannya, saya tidak buru-buru pulang, karena ibu mertua teman saya ini cukup kreatif orangnya, seolah-olah menunggu kami pulang kerja.

Duduk sebentar pasti dua gelas kopi dan kue dibawa keluar oleh ibu mertua teman saya ini ke tempat duduk kami. Selalu begitu, setiap sore, hingga saya menjadi akrab dengan ibu mertuanya.

Saya perkirakan ibu mertua teman saya ini belum limapuluh tahun. Wajahnya kelihatan masih cukup segar walaupun payudaranya sudah turun. Kelihatan kalau ia tidak memakai BH, dan ia anggap itu biasa-biasa saja, karena terkadang ia juga ikut nimbung ngobrol dengan saya dan Farhad tanpa memakai BH.

Pada suatu hari Farhad tidak masuk kerja. Entah kenapa, karena ia tidak memberitahukan pada saya, dan hari itu saya juga tidak sempat menelepon Farhad karena saya sibuk dan sewaktu Nina, teman kerja Farhad datang menitipkan uang arisan Farhad pada saya, saya baru sadar dan kemudian pulang kerja saya antar uang arisan itu ke kontrakan Farhad.
"Farhad pulang..." kata ibu mertuanya keluar menemui saya. "Ibunya sakit, maka itu ia ajak bininya pulang sekalian."

"O... ya, sudah kalau gitu, Bu..." kata saya menyodorkan amplop berwarna coklat pada ibu mertua Farhad. "Ini uang arisan Farhad, Farhad yang dapat..."

Setelah ibu mertua Farhad mengambil amplop uang arisan Farhad, saya berkata padanya, "Saya langsung pulang ya, Bu..."

"Duduk dulu..." kata ibu mertua Farhad menarik tangan saya. Entah kenapa darah saya berdesir merasakan kehangatan tangan ibu mertua Farhad di tangan saya. "Ibu punya singkong rebus yang enaaa...aakkkk... banget... ayo, masuk..." ajaknya.

Sayapun melepaskan sepatu saya ikut ibu mertua Farhad masuk ke rumah. Mula-mula saya duduk di depan pintu bersandar di dinding saat menikmati kopi panas dan singkong rebus. Tapi sambil menikmati kopi panas dan singkong rebus, ibu mertua Farhad yang duduk di depan saya ngobrol seolah-olah pandangan mata saya tidak mau lepas darinya, sehingga saya begitu sering melirik ibu mertua Farhad sambil berkhayal kalau tubuhnya itu bisa saya peluk dan saya kencani.

Mungkin sudah jodoh saya, tiba-tiba hujan deras. Lalu ibu mertua Farhad bangun dari duduknya menutup pintu karena air hujan masuk ke rumah.

"Sepeda motormu di luar gak apa-apa, Kib...?" tanyanya.

"Nggak papa Bu, sudah sering kehujanan kok..." jawab saya.

Setelah itu ia berbaring di tikar. Ia memegang handphonenya dan pada saat yang sama saya bisa melihat di ujung celana legging ketat yang dipakainya terdapat bongkahan padat yang cukup montok.

Saya tidak ngomong posisinya berbaring seperti itu ia memancing saya. Tidak!

"Bongkahan di paha Ibu masih montok gitu, masih haid ya, Ibu...?" tanya saya berani.

"He.. he..." ia tertawa sambil satu tangannya ia letakkan dibongkahannya itu dan dielus-elusnya membuat saya semakin horny saja. "Masih, tapi sudah gak lancar..."

"Berarti Ibu masih bisa hamil, dong..."

"Apa kata dunia?" jawabnya. "...sudah 48 tahun masih hamil... ha.. haa..."

"Maksud saya, kalau Ibu masih bisa hamil, kita buat anak untuk Farhad..."

"Uhhhmm... nanti memek ibu robek dimasuki kontol kamu... sudah berapa tahun Ibu nggak bersebadan sama suami..."

"Kenapa Bu..."

"Bapak itu punya penyakit gula yang sudah parah... kalau Ibu nggak jaga makanannya, ia sudah suntik insulin..."

"O..."

"Sudah ah, jangan ngomong-ngomong gituan..."

Saat ia menjauhkan tangannya, sayapun menyusupkan kepala saya ke pahanya dan mencium bongkahan daging di selangkangannya itu.

"Mmmm... Akib... oohhh..." rintihnya menjulurkan tangan mencengkeram rambut saya. "Kenapa sih pengen ngentot Ibu, apa istrimu nggak pernah memberikan padamu...?"

Bau gundukannya itu membuat saya tidak sanggup lagi menjawab ibu mertua Farhad. Saya lumat gundukannya itu dengan mulut dan hidung.

"Ahhh... ahh.. ahh..." rintihnya. "Sudah, kalau kamu mau beneran, Ibu lepaskan celana..."

"Ibu rela...?" tanya saya.

"Tapi jangan sampe kesebar di luar, ya..." jawabnya sambil berbaring ia melepaskan celana lenggingnya bersama celana dalamnya.

Saya juga melepaskan pakaian saya. Setelah saya telanjang, saya melepaskan kaos dan BH-nya hingga kita sama-sama telanjang, saya memeluknya, saya mencium bibirnya.

"Ohhh... mmmh... oohhh..." desahnya memberikan teteknya yang lembut kenyal itu saya remas-remas kiri dan kanan sambil saya menggeluti bibirnya.

Saya tidak memikirkan lagi ia lebih tua dari saya sampai duapuluhsatu tahun dan ia layak menjadi ibu saya, malah saya kencani.

Dari bibir, saya mencium dan menjilat lehernya, sementara 2 jari saya menusuk lubang pe-mpeknya yang kering. Setelah itu saya rogoh rahimnya.

"Aaaaahhhh...." ia mengerang sampai kepalanya mendongak.

Saya hisap puting teteknya membuat ia semakin mengerang, tetapi sewaktu saya keluarkan jari saya dari lubang pe-mpeknya, jari saya jadi bau amis.

Sungguh bau, seperti bau terasi.

Saya tidak mau menunggu lama lagi. Saya segera memasang penis saya yang tegang di depan lubang pe-mpeknya. Lantas saya pun mendorong penis saya yang keras itu, srrett... srreett... sreett... seret lubang itu, saya tidak berani dorong terus, saya ayunkan penis saya maju-mundur seolah penis saya membuka jalan di lorong sempit itu, hingga akhirnya penis saya terkubur di dalam lubang pe-mpek ibu mertua Farhad.

Saya mendiamkan penis saya sejenak sambil saya mencium bibirnya, baru kemudian pelan-pelan saya menaik penis saya ke belakang, lalu memasukkannya lagi. Demikian seterusnya, bertubi-tubi, kemudian semakin cepat sehingga penis saya yang tergesek dinding pe-mpek yang agak menggerinjel itu rasanya sangat nikmat.

Tak ayal lagi, beberapa menit kemudian saya pun mengejang. Saya mencium bibir ibu mertua Farhad sambil saya loncrotkan sperma saya yang kental hangat itu di dalam pe-mpeknya.

Crroott... crroott... crroott..

"Ahhh..." desahnya.

"Nikmat...?"

"Iya..." jawabnya pelan.

"Mau sekali lagi...?"

Ibu mertua Farhad memeluk saya erat-erat. Entah sampai kapan ia baru akan melepaskan saya karena sampai hari ini kami masih melakukannya. (20052024)
 
2. Tetangga Baru



KAKAKKU menyuruh aku melihat sedikit tanah yang masih kosong di bagian belakang rumahnya. Tanah kosong itu ingin ditutupinya dengan atap supaya dapurnya bisa dimundurkan ke belakang, sehingga rumahnya kelihatan lebih luas, atau bisa jadi ia ingin membangun satu kamar lagi supaya kalau saudara-saudaranya datang bisa punya kamar tidur.

Rumah kakakku berada di sebuah perumahan yang masih baru dan belum ditempati oleh kakakku.

Sesuai dengan perintahnya, akupun datang ke rumahnya. Aku mengambil tangga yang sudah disediakan untuk memeriksa rumah di sebelah rumah kakakku bagaimana kondisinya supaya saat aku menyuruh tukang untuk mengatap tanah kosong di rumah baru kakakku ini bisa kuatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu rumah sebelah.

Sepertinya rumah sebelah belum di tempati, masih sepi. Tetapi setelah aku sampai di bagian atas perbatasan dinding rumah kakakku dengan rumah sebelah, oh... astaga...!

Buru-buru kuturunkan kepalaku dengan jantung berdebar, bukan karena aku melihat setan, tetapi aku melihat wanita cantik sedang telanjang bulat menggantung pakaian basah di tali jemuran.

Benar-benar telanjang, juragan!

Sebagai anak muda yang baru berumur 22 tahun hormon testosteronku juga sedang aktif-aktifnya mana aku tidak penasaran melihatnya, Bro...

LIVE ini... lagi LIVE... bener-bener lagi LIVE, karena sewaktu aku mengintip lagi, ternyata ia lagi asyik ngaca di depan layar hapenya. Tadi ia berdiri membelakangiku, sekarang ia berdiri menghadap aku.

Teteknya... uugh... mantap, besar, Bro... memeknya tidak ditutupi bulu, sehingga... wawww, sudahlah... bener-bener rejeki nomplok buat aku pagi ini... pagi-pagi sudah disuguhi tontonan syuu..uurrr...

---------------------------------------------------------------------

Selesai aku dengan urusan rumah kakakku, sewaktu aku keluar ke teras ingin mengunci pintu, "Eh... ngg.. ngg... Tante... Cik..." kataku tergagap bertemu dengan wanita yang tadi telanjang itu, apalagi kulihat seorang laki-laki sedang duduk di kursi roda berjemur matahari...

"Iya... lagi melihat rumah ya, kapan ditempati..."

"Nggak tau, Cik... eh, Tante... ini rumah kakakku, bagian belakang mau diatap dulu... sekalian Tante, berhubung sudah ketemu Tante dan Om, atas nama kakakku, aku minta maaf ya, jika nanti suara tukang berisik..."

"Nggak papa, Dek..."

"Saya permisi dulu ya, Tante... Om..."

--------------------------------------------------------------------

Pekerjaan mengatap dimulai...

Aku disuruh oleh kakakku untuk menjaga tukang yang bekerja. Mungkin perlu bahan-bahan yang belum lengkap ingin dibeli, jadi aku bisa membelikannya.

Aku tentu saja senang sekali karena bisa bertemu dengan Tante Lian yang kalau menemani suaminya berjemur rambutnya masih basah dan bisa kelihatan dua biji yang cukup besar dari buah dadanya menonjol di kaos tanpa lengan yang dipakainya. Pahanya juga mulus...

Aku berusaha untuk menginap di rumah kakakku supaya aku bisa lebih dekat dengan Tante Lian.

"Kalo pengen nonton televisi di sini aja, Hendro..." tawar Tante Lian sudah tidak memanggil aku 'Dek' lagi, tetapi namaku, berarti ia sudah cukup dekat denganku.

Ya... iyalah, setiap hari ketemu, setiap hari ngobrol...

"Belum punya pacar kamu...?"

"Belum, Tan..."

"Ya... ngapainlah cepet-cepet pacaran ya, nanti kalau kamu sudah nikah, kamu sudah terikat lho... nggak bisa ngobrol sebebas gini lagi dengan Tante, nanti kamu dicurigai..."

"Anak Tante... ada berapa yang sudah nikah...?"

"Anak Tante hanya satu... belum nikah, baru umur berapa... Tante juga baru umur berapa... berhubung ngurus suami yang sudah gak bisa apa-apa hanya duduk-baring-duduk-baring, Tante jadi kelihatan tua, ya..."

"He... he... gak juga, Tan..."

--------------------------------------------------------------------

Siang, Tante Lian minta tolong aku menelepon tukang AC, karena katanya AC di kamarnya kurang dungin.

Setelah aku telepon, rupanya aku lupa memberitahukan pada Tante Lian bahwa tukang AC langganan di rumah kami itu baru bisa datang besok pagi, sehingga selesai tukang yang mengerjakan bagian belakang rumah kakakku pergi, baru aku ingat.

Selesai mandi dan hanya memakai celana pendek bersama kaos lengan buntung, aku pergi ke rumah Tante Lian. Karena pintu rumahnya terbuka, saat kakiku melangkah sampai di depan teras rumahnya, ohh...

Tante Lian yang sudah mandi hanya memakai handuk duduk di kursi ruang tamunya dengan satu kaki terangkat di tempat duduk kursi, Tante Lian menggunting kuku kakinya. Tante Lian tidak memakai celana dalam dan duduknya menghadap ke pintu pula...

"Eh... Hendro..." Tante Lian buru-buru menurunkan kakinya, tapi bagaimana pun ia sudah membuat jantungku berdebar.

"Itu Tante... mmm.. mmm..." kataku tergagap. "Tukang AC..."

"Tukang AC, kenapa?"

Suaranya mendayu dan menggoda, waduh...

"Besok pagi baru bisa.."

"Besok nggak papa, sini duduk, Tante pengen ngomong..."

Aku melepaskan sandalku masuk ke ruang tamu, Tante Lian beranjak bangun dari duduknya pergi menutup pintu kamar, karena kulihat suaminya sedang berbaring di tempat tidur.

Setelah itu Tante Lian duduk di sampingku di bangku panjang, dan ah... ia mencium pipiku, "Sudah mandi, ya... pakai sabun apa, kok wangi sekali...?"

Kalau sudah begitu, masih bisa lo jawab, Bro... apalagi tadi sempat kulihat memeknya... dan apa pula tujuannya menutup pintu, kalau bukan...

Segera kurangkul lehernya, menarik wajahnya yang cukup cantik itu mendekat dan mencium bibirnya...

-------------------------------------------------------------------

Rumah sepi, kondisi mengizinkan bibir kami berduapun saling bertautan dan bergelut satu dengan yang lain. Panas, menggairahkan dan yang sudah pasti tangan Tante Lian segera merogoh keluar penisku yang tegang dari celana pendekku, terus digenggam, diremas dan dikocoknya.

Lha... masa aku diam saja? Nggaklah, Bro...

Segera kulepaskan handuknya. Dan sewaktu tubuh Tante Lian sudah telanjang bulat di depanku, bibirku dari bibir Tante Lian segera turun ke puting payudaranya, lalu kumasukkan puting besar berwarna hitam itu ke mulutku, segera kukenyot seperti anak kecil mengenyot puting susu ibunya.

"Sseesstthh... ooouuggg... oouuugghh... oouughh..." desah Tante Lian. "Trus, Hendrah... aahh.. ahh.. enak, Draahh..." racaunya saat jariku ikut berkarya di dalam lubang memeknya yang basah.

Tapi tak lama kemudian, penisku yang masih dikocoknya itu, air maninya meloncat keluar.... crraatt... crraattt... crroottt... crrooottt.... croott...

"He... he... masih kuat, sayang... spermamu gitu banyak... sudah berapa hari gak dikeluarkan, nech..." kata Tante Lian membersihkan penisku dengan handuknya. "Kentel lagi, iihhhh......"

............ loncrot dulu Bro... aku tunggu, sudah...? ..........

Tante Lian mengulum penisku, dan di atas kursi panjang itu kita ber-69. Wawww... kuterkam memeknya dan kuhisap.... memek Tante Lian wangi, pasti sering dibersihkan dengan ekstrak daun sirih biar terus sepet lobangnya, walau sudah tidak dipakai... tapi siapa tau suatu hari... seperti sore ini...

Supaya tidak membuang-buang waktu, akupun mengajak Tante Lian ngentot.

Tante Lian duduk bersandar di kursi sedangkan pantatnya kutarik ke pinggir kursi, sehingga penisku gampang mengeksekusi lobang memeknya.

Sambil berdiri di depan selangkangannya yang sedang mengangkang lebar, aku menusukkan penisku yang mengacung tegang itu ke lobang memek Tante Lian.

Slurrppp... blleesss...

Waawww... seruku sewaktu penisku terjepit di lubang sepet tapi basah itu... kucium bibir Tante Lian sambil kubisiki kata-kata mesra ke telinganya, baru kemudian penisku bergerak keluar-masuk mengocok dan memompa...

Namanya juga memek masih nikmat, apalagi yang empunya memek juga cantik dan nafsuin, hanya sepuluh menit kira-kira kugenjot lubang memek Tante Lian...

Bukan hanya sekali itu saja di sore hari itu kugenjot...

Beruntung Tante Lian belum dikenal oleh tetangga, sehingga sewaktu ia hamil, dikira kehamilannya berasal dari sperma suaminya, ternyata.... (22052024)



------------------------------- e.n.d. ----------------------------
 
Terakhir diubah:

3. B i b i



SAYA terperangah dengan padangan tidak percaya. Satu tamparan telak dari Paman mengenai pipi Bibi. Saya buru-buru masuk ke kamar saya sebelum Paman dan Bibi mengetahui saya melihat mereka bertengkar pagi hari itu sewaktu saya keluar dari kamar saya hendak pergi ke kamar mandi.

Pipi Bibi pasti sakit sekali ditampar begitu keras oleh Paman, tetapi saya melihat Bibi sama sekali tidak melawan Paman. Sejak 6 bulan yang lalu saya tinggal di rumah Paman dan Bibi saya, baru pagi ini saya melihat mereka berdua bertengkar. Sadis juga Paman memukul pipi Bibi sampai begitu keras. Sungguh tidak berperi kemanusiaan dan melanggar hak asasi manusia.

Di dalam kamar, hati saya sangat sedih dan gelisah. Tadi sebenarnya saya ingin menolong Bibi, tetapi Paman dalam keadaan emosi begitu, bisa-bisa saya ikut dipukul oleh Paman.

Sesaat kemudian saya mendengar suara sepeda motor Paman meninggalkan halaman rumah.

Perlahan-lahan saya beranjak dari kamar saya keluar mengintip Bibi. Bibi sedang menangis di kamarnya.

"Sudah sering Yat, Pamanmu memukul Bibi seperti tadi." Bibi berkata pada saya dengan sedih.

"Kenapa Bibi tidak melawan Paman? Dilawan dong Bi, jangan didiemin." kata saya emosi.

"Percuma Bibi melawan Pamanmu, Yat. Bisa-bisa ia tambah emosi."

"Kalau Dayat boleh tau, masalah apa sih sampai Paman tega memukul Bibi begitu?"

"Jika Pamanmu nggak puas di tempat tidur dengan Bibi~~~ ya gitu, Yat."

"Maksud Bibi~~~ masalah seks, gitu?"

"Iya, kadang-kadang Bibi bisa capek kan Yat? Bibi bisa nggak ada napsu~~~ apalagi Pamanmu habis nonton film porno, mending cukup sekali~~~ selesai main depan minta main belakang, Yat! Bibi mana tahan dibegituin sampai berkali-kali semalam?"

"Dayat ikut prihatin, Bi. Bibi sabar, ya." kata saya duduk di samping Bibi mengusap punggungnya dengan telapak tangan.

Saya tidak pernah duduk dekat-dekat dengan Bibi seperti ini selama saya tinggal di rumahnya, baru sekarang karena saya kasihan padanya. Bibi merebahkan kepalanya di bahu saya. "Bibi mau minum nggak, Dayat ambilkan ya?"

"Paha Bibi sakit, Yat." jawab Bibi.

"Paha Bibi dipukul sama Paman juga?"

"Disudut dengan rokok, Yat."

"Apa, Bi~~~??"

"Nanti agak siangan tolong Bibi pergi ke apotik beli obat ya, Yat."

"Kalau Paman pulang nanti akan Dayat bunuh, Bi~~~!!!"

"Jangan emosi dilawan dengan emosi, Yat! Kan kamu tadi minta Bibi sabar ya, kan? Kalau kamu bunuh Paman kamu, nanti Bibi juga susah, nggak ada suami, anak-anak bagaimana, kamu masuk penjara pula~~~"

"Ya Bi, Dayat minta maaf~~~"

"Sekarang kamu tolong Bibi lihat luka di paha Bibi parah nggak ya, Yat."

"Ya Bi~~~" jawab saya kasihan dengan Bibi.

Paman saya adalah kakak dari Ibu saya. Pekerjaan Paman dari dulu sejak ia belum menikah memang tidak ada yang benar. Sabung ayam, judi, pelihara burung dan saya pernah dengar dari Ibu bahwa Paman juga suka main perempuan. Sekarang, ia siksa bininya sendiri gara-gara napsu seksnya yang besar tidak bisa dipenuhi oleh Bibi. Padahal anaknya sudah 3, Bibi juga cantik, wajahnya mirip Ayu Azhari. Kulitnya sawo matang, hidungnya mancung, badannya juga masih sexy dan awet muda diusianya yang sudah hampir 40 tahun. Mau apa lagi Paman coba? Masa bini dipukul sampai begitu parah?

Bibi menaikkan dasternya membuat saya kaget setengah mati melihatnya dan malu. "Maaf Yat, Bibi nggak bisa pakai celana dalam. Nggak apa-apa, nggak usah malu, dilihat saja, Bibi sudah tua ini~~~" kata Bibi sadar akan kecanggungan saya, karena memeknya berada di depan mata saya.

Saya maklum karena luka bekas disudut rokok oleh Paman berada di lipatan paha Bibi. Namun setelah saya melihat lukanya, ternyata lukanya tidak parah. Kulit di lipatan pahanya hanya memerah sebesar ujung jari kelingking, dan menurut penglihatan saya lukanya itu sudah beberapa hari yang lalu kejadiannya. Mungkin~~~ ini hanya mungkin lho ya, Bibi ingin memancing birahi saya.

Memek Bibi berwarna gelap. Bibir memek Bibi sudah layu dan keriput. Barangkali Bibi mencukur bulu kemaluannya, memek Bibi tidak ada bulunya. "Jadi, Bibi pengen dibelikan obat apa? Sekarang Dayat berangkat ke apotik saja." kata saya lebih baik cepat pergi dari kamar Bibi.

"Bibi ikut saja Yat, tapi tunggu Bibi mandi sebentar, ya?" jawab Bibi.

"Oke, Bi." balas saya. "Dayat mau panaskan sepeda motor dulu."

Sewaktu saya mau keluar dari kamar Bibi, Bibi memanggil saya. "Dayat~~~"

Oo~~~ astagaaaa~~~ seru saya dalam hati terbengong-bengong beberapa saat ketika saya melihat Bibi. Benar nggak apa kata saya tadi?

Saat saya masih terbengong-bengong, Bibi yang telanjang bulat itu langsung memeluk saya. "Yat, puaskan Bibi, ya?" katanya mencium pipi saya. Mmhhh... aaggg... Bibi juga melumat bibir saya dan telapak tangan saya ditelungkupkan ke gumpalan teteknya yang masih padat.

Saya jadi serba salah. Kalau saya nolak, pasti Bibi akan membuat laporan palsu pada Paman bahwa saya mau memperkosanya. Kalau saya layani, saya membayangkan Ibu yang sudah janda. Tujuan Ibu adalah supaya saya sekolah yang tinggi, ternyata saya berbuat mesum dengan istri paman saya sendiri.

Tapi merasakan gumpalan tetek Bibi yang hangat, mulus dan kenyal dengan putingnya yang besar mencuat keras itu membuat laki-laki saya berdenyut-denyut bangun. Tidak bisa saya tolak, apalagi memikirkan Ibu yang berada nun jauh di seberang samudra sana, jari tangan saya langsung memelintir puting Bibi. Napas Bibi langsung tersendat-sendat seperti disengat ribuan tawon diimbangi oleh lumatan bibir saya pada bibirnya. Tubuh kami roboh bergelimpangan di atas kasur.

Bibi melucuti pakaian saya satu persatu hingga saya telanjang bulat sama seperti dengannya. Setelah itu, ia merangkak naik ke atas tubuh saya. Memeknya ia sodorkan ke mulut saya, sedangkan kontol saya dimasukkannya ke dalam mulut. Tapi memek Bibi sangat bau, bau amis dan lendirnya banyak sampai lubang memeknya tergenang. Tetapi melihat lubang memek Bibi yang berwarna kemerah-merahan itu membuat saya lupa akan daratan dan darah muda saya menggelegak-gelegak terbakar.

Memek Bibi pun saya telan panjang-panjang di dalam mulut saya. Saya hisap dan saya sedot apa yang ada di sana, lubangnya saya lilit-lilit dengan lidah sampai membuat Bibi menggelinjang-gelinjang hebat. "Hooaaahhh~~~ hoaahhh~~~ hoaahhh~~~~" teriak Bibi sambil mengulum batang kontol saya di dalam mulutnya yang hangat.

Saya semakin tidak tahan, demikian juga Bibi. Kami pun kawin. Kontol saya masuk ke dalam memek Bibi. Setelah itu Bibi meliuk-liukkan pinggulnya. Kontol saya rasanya sangat nikmat diremas-remas dan dipelintir-pelintir oleh memek Bibi. Akhirnya lendir kental dari kontol saya menembak kencang di dalam lubang memek Bibi.

"Ooohhhh~~~ enak sekaliiii~~~ Biii~~~ memek Bibi~~~" erang saya.

Setelah lendir kontol saya dikuras habis oleh memek Bibi, saya benar-benar lemas. "Air manimu nendang banget Yat~~~ enakkk~~~" kata Bibi. Saking lemasnya saya, saya tidak cabut kontol saya dari memek Bibi, saya biarkan kontol saya keluar sendiri dari memek Bibi yang penuh dengan air mani saya.

Bibi mengajak saya mandi dan Bibi memandikan saya. Selesai mandi, kami tidak jadi ke apotik, malah kami bersetubuh lagi. Selesai bersetubuh kami makan, lalu bersetubuh lagi. Sampai menjelang siang, saya dan Bibi sudah bersetubuh sebanyak 3 kali. Belum sore dan malam.

Saya benar-benar sudah termakan godaan Bibi. Entah sampai kapan berakhirnya sementara Paman acuh saja melihat hubungan saya dengan istrinya. Di kampus saya juga tidak pernah mencari cewek padahal di kampus saya banyak cewek yang cantik-cantik dan seksi-seksi. Tinggal dipilih, mau yang kerudungan atau yang tidak, mau yang kurus ceking atau yang bahenol, mau yang tetek montoknya atau dadanya rata.

Hati dan pikiran saya sudah terpaut pada Bibi. Saya pulang kuliah, Bibi sudah ngangkang di tempat tidur siap melayani saya.

Di umur Bibi yang ke-41, Bibi hamil. Untung Paman mau mengakui benih di dalam rahim Bibi adalah anaknya. Mungkin Paman mau saya menyelesaikan kuliah saya dan tidak mau mengecewakan adiknya, Ibu saya.

Sejak saat itu, saya bertobat, saya berhenti berhubungan intim dengan Bibi. (19052020)
 
4. Salah Lihat Folder



AKU seorang wanita berumur empatpuluhlima tahun mempunyai suami berumur empatpuluh sembilan tahun dan satu anak laki laki berusia duapuluh tahun.

Menurut temanku, aku cukup awet muda karena aku rutin minum jamu.

......

Seperti sudah tradisi setiap tahunnya, keluarga aku dan keluarga adiknya suamiku merayakan tahun baru bersama.

Adiknya suamiku bernama Ijal. Ia berumur kisaran tigapuluh tahun dan menikah dengan wanita pilihannya bernama Maya yang umurnya tak beda jauh dengan Ijal.

.....

“Ayoo Mih buruuu.” teriak suamiku dari dalam mobil.

Aku berjalan cepat dari rumah ke mobil dan masuk ke dalam. “Kamu beneran gak mau ikut Yu.” ucapku yang menurunkan jendela mobil berbicara dengan anakku yang sedang berdiri di teras.

“Wahyu ada acara Mah sama anak kampus.” balas dia yang memang sifatnya susah diajak berbaur dengan keluarga.

“Biarin aja toh Mih, Wahyu juga udah gede.” potong suamiku yang segera menancap gas mobil.

Wahyu melambaikan tangan ke arah kami.

Kami menuju rumah Ijal, aku dan suami berangkat pagi.

Ya memang sudah tradisi.

......

Perjalanan pun sekitar satu jam karena kami melewati tol.

Di depan teras rumah Ijal, dia dan istrinya sudah menunggu sembari duduk.

“Macet toh Mbak?” tanya Ijal kepadaku dan Salim.

Istrinya pun salim, “Nngga toh lewat tol.”

“Lah Wahyu gak ikut Mas?” tanya Ijal kepada suamiku yang baru saja keluar mobil.

“Biasa toh Jal wong anak muda.” balas suamiku.

Ijal membawa tas kami yang berisi pakaian karena kami akan menginap sampe besok sore.

Dan kami pun masuk ke rumahnya Ijal dan anaknya Ijal yang berusia empat tahun pun berlari kita semua. “Wess jangan lari larian toh Mas.” Ijal menasehati Dimas anaknya.

“Halo Tante halo Om.” ucap Dimas yang salim kepada aku dan suami.

“Dimas udah sekolah belom.“ tanyaku yang menggendong dia.

“Belom.” jawab dia polos.

Kami pun berbincang dan mengobrol santai di ruang tamu rumah Ijal. Rumahnya cukup besar untuk ditempati bertiga, maklum Ijal menjabat sebagai manajer di bank swasta sedangkan Maya juga usaha online di rumah.

.....

Di ruang tamu,

Ijal : “Yo Wahyu jangan dibiarkan terlalu bebas loh Mas. Takutnya aneh aneh.”

Suamiku : “Aku juga udah wanti wanti dia untuk gak jaga diri.”

Aku yang tau karakter suamiku pun berkata : “Alah toh Pak, Bapak mah diam saja kalo Wahyu keluyuran main.”

Istri Ijal baru datang dengan beberapa gelas teh dan makanan ringan, lalu duduk di samping Ijal.

“Yang penting nggak macem-macem toh Bu anaknya.” balas suamiku menengok ke arahku.

“Terserah Bapak wae.” jawabku mengambil gelas teh.

Kami pun lanjut berbincang seputar kerjaan atau obrolan tentang kehidupan keluarga masing masing.

“Mbak Sukma kok badannya masih bagus toh Mbak, rajin olahraga ya Mbak?” tanya Maya dari seberang hadapanku.

Aku yang tersenyum hanya menjawab, “Iya May sama rutin minum jamu aku tuh.” dia hanya memujiku.

“Keliatan muda terus ya May.” ucap Ijal tersenyum ke arah maya.

“Iya Mas.” kata Maya yang juga tersenyum.

Suamiku hanya mesem-mesem aja, “Diet juga kamu Mih.” ujar dia yang duduk melebarkan tangannya di atas sofa.

“Itu juga Pih.” balasku tersenyum.

.....

Aku dan suamiku bermain dengan Dimas lalu sekitar jam 11 siang. Kami istirahat di kamar yang disediakan.

Pukul 2 siang, aku terbangun. Kulihat suamiku masih lelap tertidur.

Aku memutuskan untuk keluar kamar dan mendapati Maya yang lagi masak di dapur, aku pun menghampiri berniat membantu.

“Masak apa nih May?” tanyaku yang sudah berdiri di seberangnya.

Maya yang melihat aku, “Masak opor ayam Mbak.”

“Sini sini ta bantu.” tawarku yang bergabung di sampingnya.

.....

“Mas Suroto masih tidur Mbak?” tanya dia yang lagi menyiapkan piring.

“Iya, Ijal juga toh May?” tanyaku yang lagi fokus dengan masakan opor di panci.

“Engga Mbak, lagi sibuk sama laptopnya di kamarnya.” balas Maya.

Aku menanggapi dengan singkat, “Oalah.”

.....

Makanan jadi, aku mengajak suamiku untuk makan begitu juga dengan Maya dan Ijal.

Kami pun makan di meja makan, sambil suamiku yang terus berbincang dengan Ijal.

Ketika acara makan sudah selesai, aku dan Maya membereskan piring dan yang lainnya lalu kami cuci.

“Mbak.” ucap Maya didapur.

“Iya May.” balasku yang asyik mencuci piring..

“Mau nanya tentang jamu Mbak.” balas dia yang berdiri di samping aku.

“Jamu yang buat tahan lama begituan sama suami ada toh Mbak?” sambung dia kembali.

Aku melirik dia dan tersenyum, “Ada-ada aja kamu May, buat laki-laki adanya toh.”

“Emmm, aku soalnya sering kecapean mba sama Mas Ijal he..he..he..he. Aku bingung dia kalo begituan lama banget keluarnya.” timpal Maya yang duduk di kursi dapur.

“Ijal pake obat kali May.” sambungku yang masih mencuci piring.

“Ndak Mbak setiap aku tanya ndak katanya.” Maya menopah dagu dengan tangan kirinya.

Dengan tersenyum dan tetap fokus mencuci aku tak berkata, setelah sudah selesai mencuci aku duduk di sampingnya dan menepuk bahunya. “Ya kamu harus kuat kuat May.” saranku.

Dia tak menjawab hanya asik main hapenya.

.....

Sorenya aku meminjam laptop pada Ijal untuk melihat laporan keuangan usaha butikku.

“Yo Mbak pake wae.” dia menyerahkan laptopnya saat kami sedang asyik mengobrol.

Aku pun ijin ke kamar untuk melihat laporan keuangan, meninggalkan suamiku, Ijal, Maya dan Dimas di ruang tamu.

Saat sedang asyik mencari folder download Excel laporan keuanganku. Tak sengaja aku menemukan folder bertuliskan “vulgar banget.”

Rasa penasaran membuatku tak kuasa membuka folder tersebut saat aku klik, terlihat satu video di dalamnya.

Aku segera menurunkan volume agar saat kuputar tak terdengar.

Betapa terkejutnya aku ketika membuka video tersebut, memperlihatkan video Maya dan Ijal sedang bersetubuh.

Di video yang berdurasi 30 menit lebih, “...ngapaiin sih Mas di videoin.” kata Maya di video tersebut.

“Nanti aku apus, May.” kata Ijal.

Yang bikin aku lebih kaget adalah ukuran kontol Ijal yang gedeee banget mungkin sekitar ”18 sentimeter” dimana pala kontol itu sangat bengkak.

Aku percepat menit demi menit sambil memainkan memekku dari luar celana panjang.

“Mbaaak... Mbaaaak laptopnya sudahkah?” tanya Ijal dar luar kamarku.

Aku segera mengeluarkan video tersebut dan mematikan laptopnya.

Lalu aku membuka pintu dan tersenyum, “Udah jal makasih toh.”

Dia tersenyum dan mengambil laptop itu dan berjalan.

.....

Selepas maghrib aku mandi, tapi di kamar mandi aku mengingat kontolnya Ijal yang super besar, dibandingkan punya suamiku yang hanya 10-11 sentimeter. Walaupun umurku sudah tak muda lagi, tapi napsuku masih ada.

Di kamar mandi aku memainkan jemariku di klitoris memekku sambil meremas toketku yang berukuran 36B.

Toketku bisa dibilang masih lumayan kencang karena jamu dan olahraga dan aku juga jarang bercinta dengan suamiku.

“Emmm... emmm...” melenguh saat akan keluar cairan dari dalam vaginaku. Dan cairan itupun keluar.

......

Kami pun menyiapkan malam tahun baru dengan cukup mewah.

Sekitar pukul 9 malam, suamiku berjalan keluar rumah dengan anaknya Ijal untuk membeli petasan tembak dan beberapa perlengkapan lainnya.

Aku, Ijal dan Maya sibuk mengipas sate ayam, sosis dan yang lain.

Aku dan Maya duduk sampingan sedangkan Ijal nampak merapihkan bara api dari seberang duduk kami.

Timbul pikiranku untuk menggoda Ijal, aku yang memakai g-string kutarik atasnya agar keluar sedikit dari celana pendek yang kupakai. Aku pakai celana pendek hitam dan baju pendek hitam.

“Aku ngambil alat-alat dulu ya di dapur.” ucapku yang berdiri berkata pada mereka.

Setelah itu aku berjalan masuk ke rumah dengan langkah santai dengan harapan Ijal bisa melihat sedikit g-stringku yang keluar dari celana pendek.

Aku membawa piring, garpu dan sendok. Lalu kembali dan bergabung dengan mereka. Aku yang di seberang Ijal tanpa sepengetahuan Maya melihat ke arah selangkangannya ijal. Aku membayangkan isinya.

“Mbaaak...” suara ijal membuyarkan lamunanku.

“Iya.” balasku melihat ke arah Ijal.

“Ko bengong.” kata Ijal yang menundukkan kepalanya.

Kulihat Maya sudah tak ada.

Aku : “Maya kemana Jal?”

Ijal : “Emm... anu Mbak Naya lagi nyusulin Dimas sama Mas Suroto.” jawab dia.

Aku hanya diam saja memikirkan apakah Ijal tau kalo aku udah liat videonya, mungkin dia mengecek “recycle bin.

Suasana hening untuk beberapa menit.

Aku mencoba berani bersuara, “Jal maap yo bukannya Mbak tak sopan. Tapi pas tadi liat laptop kamu tak sengaja Mbak liat video anu.” ucapku sedikit canggung.

“Gapa..pa Mbaaak. Lagian udah aku hapus Mbak videonya.” balas dia yang menundukkan kepalanya.

Tiba-tiba datanglah Maya, suamiku dan Dimas dengan berbagai barang yang dibawanya.

.......

Saat pesta tahun baru udah usai, kulihat jam di kamar menunjukkan jam 2 pagi. Aku yang tak bisa tidur segera keluar untuk mengambil air minum dan malah mendapati Ijal yang duduk termenung di dekat dapur.

“Lagi ngapain Jal?” tanyaku yang berdiri dihadapannya.

Dia kaget dengan kedatanganku dan memandangiku yang memakai kimono putih selutut.

“Ehhhh... enggak Mbaak.” jawab dia sedikit menunduk.

“Maya tidur Jal?” tanyaku.

“Emm... iya Mbak.” balas dia

Aku yang masih memikirkan kontol Ijal melihat sekitar yang memang hening dan meraba kontol ijal dari luar boxernya.

“Kamu abis begituan sama Maya ya? Pasti Maya gak kuat.” bisikku di kupingnya dan terus meraba kontolnya dari luar yang perlahan mulai mengembang.

Ijal hanya memandangiku, “Iyaa Mbak.” dia berbisik pelan sekali.

Aku yang sudah membayangkan kontol Ijal dari sore segera meloloskan boxernya dan kontoll itu pun mengacung tegang ke arahku. Aku segera duduk berlutut di hadapan Ijal, “Mbak pengen banget ngisep ini.” seruku yang berlutut melirik Ijal sambil tersenyum.

Dia diam seribu bahasa.

Aku masukan kontoll itu dan kuisep setengah batang itu, “Slrrppppp... plokkkk...” suara kontol itu ketika keluar dari mulutku.

Dengan sedikit ganas aku mengemut kontol itu, dia hanya menadahkan Wajahnya ke atas.

Segera bangkit aku dan mendekati ke kupingnya, “Mau dimasukin ke itunya Mbak gak Jal?” bisikku dan memandang dia tersenyum.

“Maaauuuu Mbak.” balas dia yang memandangku.

“Yaudahhh Mbak ga pake celana dalam kok.” balasku yang memutarkan badan dan menungging di hadapannya.

Dia menaikkan kimononya hingga pantatku terlihat olehnya dan dia memegang pantatku dan berusaha memasukkan kontolnya yang besar itu.

Baru masuk kepalanya saja, darahku sudah mengalir dengan cepat. “Pelannn pelannnn... Jal, punyaaaa... kamuuu... gedeee... emmmm...” bisikku menoleh dengan posisi menungging.

Ijal memasukkan kontolnya dengan pelan dimana hanya setengah saja dia memompa kontolnya di memekku.

“Mbaaaaak... kok sempitttt...” ucap dia yang memaju-mundurkan kontolnya di memekku yang sudah basah.

“Ouhhhhh... Jal. Terusssss... genjottttt... Mbaaak.. pengennnnnn...” ucapku yang kututup mulutku dengan tangan kiriku agar aku tak teriak.

“Plokkk... plokkkk...” saat pantatku beradu dengan penisnya.

“Enaakkkk... Mbaaak...” dengus dia yang menyibakkan rambutku ke samping.

“Jalll.. uhhhhhhh... emmmmmm... puasssssssinn....” keluhku panjang menikmati goyangan kontolnya.

Tak lama.

“Ohhhhhhhhhh... yeeeehhhh... uhhhhhhh...” hampir saja aku teriak saat cairan keluar dari liang vaginaku.

Ijal masih membenamkan kontolnya di dalam. Lalu dia menarik keluar dan memutar badanku menghadap dia dan kaki kiriku diangkat ke kursi, lalu dia mengarahkan kontolnya ke memekku dan memasukkan perlahan. “Kamuuuu gilaaa... hebattt... Jal.” ujarku di hadapannya.

Dia tersenyum dan melumat bibirku dengan buas, ternyata beginilah muka sange Ijal saat bernafsu.

Lidahnya menyapu pipi serta idungku juga.

“Ohhhhhh... Mbaaak... gakk... kuatttt... Jal.” saat dia memompa kontolnya dengan sedikit sodokan kencang yang membuat beberapa kali hampir seluruh kontolnya masuk ke memekku.

“Plokkkkkk”

“Plokk”

“Blepppp...”

Saat hentakan keras kontolnya dengan satu sodokan. Tangannya masuk ke kimonoku dan memainkan putingku yang sudah keras.

“Jaaalll... Mbakkkkk... achhhhh... lagiiiii... uhhhhhhhhh... keluarrr...” ucapku yang ditutupi oleh tangan kiri Ijal.

Cairan pun keluar lagi dari dalam memekku.

Aku yang segera duduk di kursi karena lemas.

“Kenapaaa Mbak?” tanya Ijal.

Aku hanya melirik dengan lemas, “Mbaak capek.”

Dia segera menarik tubuhku dan merebahkan di lantai, “Biar akuuu yang goyang Mbaaa..ak.”

Dia memasukkan batang perkasanya, aku hanya menggigit lenganku agar aku tak berteriak.

“Uhhhhhh... uhhhhh...” sesekali suara keluar dari mulutku saat dia pompa.

Dan tiba-tiba dia memompa sedikit kencang, segeraku tutup mulutku dengan tangan kiri, “emppppp... emppppp...“ keluh panjangku keluar dan tiba-tiba sperma dia muncrat di dalam memekku.

Crrroottt... crrooottt... crrooottt...

Angee...ettttt sekaliiii....

Dia tak berucap apa-apa dan mengambil boxernya lalu memakainya dan berjalan cepat masuk ke kamarnya. Meninggalkanku sendirian dengan tubuh yang tak bertenaga (*)(*)
 
Naaah... Yang model beginian ini yang ditunggu-tunggu.... Nggak pake mikir nggak pake lama.... Yang penting crot
 
Bimabet
always excited stories
•⌣»̶·̵̭̌✽̤̈🐡 Terima Kasih 🐡✽̤̈·̵̭̌«̶⌣•
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd