Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Chapter 8: Terhasut Hasrat

____________________________________________

Imun dan iman adalah kombinasi yang diperlukan manusia, imun diperlukan untuk kekebalan jasmani dan iman untuk kebal secara rohani.

Bila seseorang memiliki dua pilar tersebut maka kehidupannya akan baik-baik saja, apapun yang ia hadapi, masalah yang menyapa tak menciutkan nyali begitu pun ketika nikmat yang ia terima tak menjadikannya lupa diri.


• • •

"Djiaaaancuk, mosok cuma gara-gara kontol biadap dari manusia tak berlabel good looking dan good rekening ini, bisa meruntuhkan pertahanan iman sih?" gerutu Muidah dalam kalbunya, menyesalkan dirinya yang terlanjur kebablasan, bahkan hingga nekad melorotkan sedikit celana yang dipakai Gianto, demi melihat kontol ngaceng tak terkontrol dari pemiliknya yang masih lelap tertidur dengan dengkuran halus.

Rasa penasaran wanita itu terobati, diiringi rasa penyesalan yang juga datang menghampiri. Sebagai bagian dari sejatinya dia yang seorang wanita yang mampu menjaga diri, kok bisa-bisanya tergoda oleh seorang durjana.

Padahal selama menjanda, sudah banyak yang mencoba peruntungan, bahkan tidak main-main, yang didominasi oleh pria-pria golongan berkecukupan dan terhormat, mulai dari pejabat daerah, pengusaha bahkan pak lurah di desanya pun ikut unjuk keberuntungan namun nyatanya tak membuat Muidah goyah untuk kemudian kembali menjalin hubungan pernikahan.

Rasa traumanya masih menghantui sehingga menahannya agar berpikir dua kali dan sangat selektif untuk urusan menambatkan hati pada lekaki.

Dia juga tidak pernah punya pikiran macam-macam, untuk menggoda lawan jenis, bahkan untuk urusan masturbasi saat dirinya terundung birahi, hanya Subeki sebagai mantan suaminya yang ia jadikan bahan fantasi, tak terlintas membayangkan pria lainnya, pun sekelas lelaki fiksi dari drama-drama Korea.

Akan tetapi kini, hanya oleh hamba jelata yang tak memiliki sisi keistimewaan yang luar biasa, ganteng enggak, kaya juga enggak, gimana mau kaya, orang kerjaannya nganggur dan ngelantur. Ngalor ngidul gak jelas, kadang sendiri kadang bareng dua sohib durjananya.

Gamang dan dilema oleh manusia durjana? uniknya hidup, kadang yang tak berarti apa-apa bisa sangat menarik perhatian hanya karena satu sisi kelebihan.

"Anjiiir, tapi ini beneran gede banget" Muidah masih hanyut dalam perasaan terkagum dan takjub. Pun demikian dengan vaginanya yang juga setuju dan selaras dengan pemikiran hasrat manusiawinya. Becek.

Iya, dia merasa benar-benar mulai semakin becek dan bahkan sebagian cairan kewanitaannya melumer meski tidak begitu banyak. Nafsu? Sange? bisa jadi, wanita juga manusia normal, bahkan kalau soal nafsu birahi, malah lebih besar daripada lelaki, hanya saja umumnya wanita mampu menutupi dengan topeng yang bernamakan rasa malu.

Tapi apa yang terjadi pada Muidah sekarang ini, sudah menerjang rasa malunya.
"Persetan" batin Muidah, seperti sudah tak lagi peduli dengan benteng terakhir untuk menundukkan gejolak hasratnya.

Kini tangan wanita itu, perlahan mendekat ke arah batang kemaluan yang masih berdiri kokoh bak tugu, kian pongah karena gaya tegaknya benar-benar lurus vertikal, tidak membengkok ke arah perutnya.

Lalu, HAP. Tangan kanannya sukses mencengkeram lembut penis si durjana yang masih terlelap, sembari wanita cantik itu tetap dalam status siaga bin waspada. Merinding, gemas dan cemas menjadi satu, namun sensasi tersebut semakin menyulut nafsu Muidah, janda cantik nan kaya raya yang kini terpesona oleh senjata balistik sang tuna asmara, jejaka kepala tiga yang bahkan seumur hidup belum sempat mengendus ketiak wanita apalagi sampai mencium pipi.

Benar-benar murni orisinil, onderdilnya belum dipakai lawan jenis, kalaupun dipakai ya secara swalayan, eh tapi udah dijamah tante ding. Tante Sandi, Tangan tengen (kanan) sabun mandi.

"ANGET" ujar si wanita itu tegas namun lirih.

Kini perlahan naik turun gerakan tangan wanita yang tengah menggenggam lembut batang kemaluan nan besar itu, dikocok pelan, dan amat pelan sembari mengawasi ekspresi muka sang durjana. Takut-takut tiba-tiba bangun, bisa mati gaya dan keki sejuta rasa, bayangkan saja dia yang selama ini dihormati tapi kini benar-benar di bawah kendali hasrat hewaninya.

"Buset, kok aku rasa-rasain kok makin terasa menggemuk gini ya? apa ini belum maksimal?" dalam batin Muidah tercengang oleh keperkasaan benda tak bertulang yang sedang ia genggam dan kocok perlahan.

"Seret ah, gak luwes" masih dalam batinnya, lalu "Cuuuh" diludahi tangan kanannya sesaat setelah melepas genggaman pada penis Gianto, lalu kembali wanita itu bermanuver dengan pelan nan gentle, agar si bangsat yang beruntung ini tidak bangun tiba-tiba.

Dilanjutkan adegan mengocoknya, disertai rasa penasaran dan harapan akan adanya kejutan, harapan dimana Muidah ingin tahu, penetrasi maksimal dari batang penis yang ia urut itu, akan sebesar apa nantinya.

Clooook clooook cloook, meski pelan dalam mengurutnya, namun karena telah berpadu dengan ludahnya sehingga menghasilkan noise, meski tidak begitu kentara.

Croook croook, "WAW" seru lirih Muidah "Sialan, beneran makin gede dong" dilanjutkan dalam seruan hatinya.

"Diaaaampuuut, bikin makin basah aja" seketika suasana tubuh Muidah semakin memanas, ketika tangan kirinya meraba kemaluannya yang masih tertutup daster beserta celana dalamnya, untuk memastikan lebih lanjut, ia pun mengangkang sedikit dari posisi bersimpuhnya lalu disingkapnya daster yang ia pakai, dan tangan kirinya meraba tepat di area sentral celana dalamnya.

"Semakin basah". ujarnya lirih.

Sementara diluar fokus tentang hasrat dan birahi, bau semerbak wangi yang sejatinya terendus oleh hidung Muidah semenjak ia memutuskan untuk mendekat ke jasad pemuda tua keparat yang masih terlelap dalam buaian entah mimpi indah atau buruk.

"Oalah bedes anggora, kamu pakai seberapa banyak sabun cairnya? dari yang bau bangkai Salamander jadi wangi gini?" gerutu Muidah namun diutarakan dalam hati, yang sekaligus senang karena tidak ada bau-bau tempat pembuangan akhir yang dihasilkan oleh keringat biadap Gianto, si pemuda setengah baya.

Bau wangi sabun cair kesukaan dan andalannya itu malah membuatnya kian terjerumus, semakin mengompori untuk berbuat lebih jauh.

Apalagi ketika wanita itu merasa mantab, jika si kunyuk memang benar-benar masih terlelap, pikirnya mungkin karena kelelahan, akibat aktivitasnya yang super sibuk itu, sibuk dalam ketidak-produktif-an serta kegiatan yang sama sekali tidak perlu digiati.
Nganggur, ngawur dan ngelantur.

Kini, Muidah beranjak dari bersimpuhnya kemudian dia berdiri, mengangkangi Gianto, ia singkap dasternya sedikit ke atas, lalu.
Ia tepatkan vaginanya tepat di ujung palkon (pala kontol) Gianto yang masih berdiri pongah nan angkuh itu.

Rupanya Muidah berinisiasi untuk melakukan penetrasi, meski tidak bersentuhan secara langsung antara penis durjana dan vaginanya, karena masih ada satu pertahanan berupa celana dalamnya.

Muidah dengan perlahan melakukan gerakan maju mundur, ia gesek perlahan-lahan sembari matanya fokus ke muka biadap yang lagi mujur meski dalam kondisi mendengkur.

Seeet seeeet seeeet.
Pelan tapi pasti, maju mundur manjaaah, demi hasrat seksualnya yang sudah menggebu-gebu meminta penuntasan. Seeet seeeettttthhh.

"Uuuuuh"
"Aaaahhh"
"Shhhhhhhh" lirih nada-nada sendu sembilu, isyarat birahi menggebu yang keluar dari bibir manis janda cantik yang eksotik. Tak terbendung cairan kewanitaannya ikut unjuk rasa sebagai dukungan secara kongkrit, bahwa birahinya harus dituntaskan.

Basah, kian basah celana dalamnya, lalu hal itu menggiring inisiatif lebih intensif ketika gejolak nafsunya menggerakkan tangannya untuk menyingkap kesamping celana dalamnya, memberikan udara segar bagi vaginanya yang tengah mual mual, perlahan tapi pasti memuntahkan lahar birahi.

Saat, ujung penis Gianto terasa nyata menyentuh ujung vaginanya, gemetar hebat terasa yang membuat Muidah terasa kehilangan akal sehatnya. Terbuai indahnya rayuan nafsu yang menuntut pelampiasan.

"Ayooo lanjut, ayooo jangan ragu dan sungkan, ini peluang, kapan lagi kau akan mendapati kenikmatan yang telah lama kau rindukan ini?" Seru bujuk rayu dari hasrat yang telah lama tertambat.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Chapter 9: Kurowo Kesekso

_________________________________________________

PLAAAAK, BUUGGGGH, PLAAAAK PLAAK

Tabuh perkusi yang menghasilkan suara, bukan perkusi dari piranti musikalisasi akan tetapi dari tubuh manusia yang tidak berguna, Sukasmin. Menjadi ajang pelampiasan emosi yang berapi-api, tamparan tendangan bahkan diludahi dan dimaki-maki oleh para janda, khususnya Sumini dan Sofiatun yang paling antusias dalam rangka menganiaya Sukasmin, si manusia tak berlabel daya guna.

"Pancen bajingan asu edan".
"Nyoooh nyoooh"
masih dengan jemari yang seusai mendulit-dulit silit lalu dioleskan ke mulut Sukasmin.

Colek lagi oleskan lagi
Colek lagi oleskan lagi

Begitu niatnya merogoh silit, Sumini janda yang sejatinya juga cantik eksentrik tapi kemproh bin jorok naudzubile.

Saat akan berontak, tangan dan kakinya ditahan, Sofiatun bahkan masih menduduki perut lelaki malang yang super guoblok itu.

Pun Karsini dan Pujinah yang juga ikut andil, memegang erat kedua kaki Sukasmin, namun sembari tetap fokus berdiskusi soal ukuran kontol yang mereka sandingkan dengan milik pak RT yang dilihat oleh Pujinah sebelumnya.

Tindak aniaya tak sampai disitu, Sumini berdiri, iya turunkan celana dalam di balik dasternya yang membuat tiga rekannya terkejut.

"MAU APA MBAKYU?" seru ketiganya spontan bebarengan karena kaget dengan aksi tiba-tiba Sumini.

"Dah diam dan lihat saja" tukas Sumini dan kemudian, waduuuuuooooh.
Betapa ini lebih tak manusiawi lagi, wanita itu mengarahkan lubang anusnya tepat di hidung Sukasmin, yang menyadari gelagat kian memprihatinkan itu, ia berusaha berontak namun tak sanggup, meskipun wanita, namun para janda yang menahannya adalah orang-orang yang terbiasa dengan aktivitas berat, khas wanita desa.

Jadi tidak mengherankan kalau cengkraman mereka sangat kuat, sehingga membuat Sukasmin tak berkutik, di tengah itu Sumini mengoles-oleskan lubang anusnya ke mulut dan hidung lelaki apes itu. "Nyoooh pangano, nyoooh untalen silitku, jilat dan rasakan sensasi dan aroma terapinya, HUAHAHAHAHA MANTAB KAN?" seloroh Sumini dengan intimidasi menghina, merasa puas bisa membully lelaki durjana.

Tak cukup disitu, ekspresi Sumini tampak mengejan, lalu. "BRUOOOOOTTTT"

"WUAHAHAHAHAHAHAHA"
suara kentut yang sangat keras yang disambut tawa dari ketiga temannya, kentut itu tepat menghantam telak di hidung Sukasmin, yang mau tak mau bau busuk luar biadap, harus ia hirup, transfer nafas buatan tapi ini nafas jiancooooook.

Karena kentut yang bernada falsetto itu memicu tawa membuat cengkraman mereka lengah, hal itu dimanfaatkan oleh Sukasmin untuk berkilah, sekuat tenaga ia berusaha melepaskan diri, menghempaskan tubuh Sofiatun yang duduk di atas perut Sukasmin sembari menggenggam pergelangan tangannya.

Menjejakkan kaki yang dipegangi Pujinah dan Karsini.
Lalu mengguling kesamping, sukses dari itu dia lekas berdiri dan menaikkan celana kolor lusuhnya yang menjadi penghalang satu-satunya bagi alat vitalnya yang tidak vital sama sekali itu.

Sederhananya dia tidak memakai sempak, gimana mau pakai sempak, untuk pakai otak yang gratis aja dia nggak mampu, perihal itu tertuang jelas dari perbuatan-perbuatannya yang di luar logika. Ra masooook.

Namun siaga lain menundukkan niatnya yang ingin melakukan gertakan yang disadari oleh Sumini, sehingga wanita itu pun mengambil sabit yang memang sebelumnya dipakai untuk mencari pakan kambing, lalu ditodongkannya ke arah Sukasmin.

Keempatnya memang sedang bersama-sama ke kebun dalam berbagai keperluan. "Hayooo mau apa sampean? mau ngamuk HAAAA? tak babat ndasmu kalau macam-macam".

Melihat raut Sumini yang tampak penuh amarah, matanya melotot tajam seperti ingin mengoyak tubuh Sukasmin menggunakan sabit yang ia genggam.
Sumini memang yang paling gregetan, karena wajar saja dia yang terhantam tubuh durjana saat nggelinding dari bukit di atasnya.

Nyali Sukasmin ciut dibuatnya, lalu seperti sedang merapal sebuah jurus dan ……

Ngibrit, lari tunggang langgang, Sumini sempat seolah mengejarnya sembari mengayun-ayunkan sabitnya, makin kenceng itu rotasi otot-otot kakinya sehingga membuatnya semakin ngacir, dalam kondisinya yang serba awut-awutan Sukasmin akhirnya sukses kabur dari zona penyiksaan.

Sumini yang memang hanya pura-pura mengejar pun berbalik badan menuju ke arah ketiga rekannya. Lalu: HAHAHAAHAHAHAHAH entah bagaimana bisa, ketiganya kompak tertawa lepas, ya bisa jadi karena baru saja menganiaya dan membully manusia durjana.

"Tapi gegerku lorrrooooo" seru Sumini kemudian, sambil iya urut punggungnya yang tertumbuk oleh tubuh Sukasmin.

"Tapi kan sudah lega, sudah kamu plekoto sedemikian rupa bahkan diluar batas, sampai kamu cokolin silit segala HAHAHAHA" timpal Karsini, diakhiri dengan tawa yang juga disambut gelak tawa yang lainnya.

Sementara di lain tempat -----

Miyadi, berjalan sambil cekikikan menyaksikan apa yang tersaji dilayar hapenya, mulai dari saat merekam adegan rekan sejembutnya coli sembari mengintip para janda yang sedang ngerumpi. Lalu iya lanjutkan merekam scene setelah temannya nggelundung akibat ulah isengnya, masih sempat iya mendapatkan momen hingga Sumini mengoles-oleskan silitnya ke mulut Sukasmin.

Tumbuhan ilalang yang tinggi, cukup menyamarkan dirinya untuk bersembunyi, sementara iya bisa dengan leluasa mengabadikan momen yang sama sekali tidak layak konsumsi itu.

Dari tayangan ulang hasil rekamannya itu, Miyadi tak bisa berhenti tertawa, sudah semacam orang gila saja, ya memang kalau dinalar sih perilakunya mendekati orang gila, sama sekali diluar perikemanusiaan dan perikehewanan.

Dikala sibuk menatap layar smartphone-nya, Miyadi tak menyadari jika di belakangnya ada beberapa orang yang mengendap-endap menguntitnya, sejurus kemudian, salah satu dari mereka.

SWIIIINGGG CEPRAAAAAK.

Dari arah belakang, tengkuk Miyadi dihantam sangat kencang menggunakan bambu, namun hal itu tak lantas membuatnya pingsan seketika, iya hanya terhuyung sembelum kemudian dari arah samping, BUAAAGGHHHH.

Sebujur kaki melesat melayangkan tendangan ke arah perutnya, "ARGHHHHHH" iya mengerang kesakitan karena serangan dadakan itu. Disaat dirinya sedang menikmati rasa sakit akibat tendangan diperutnya, dari arah depan, salah seorang melompat ke arahnya dan menghempaskan sebilah bambu.

BLUUUUGGGGGHHHHHHH


Bersambung
 
Terakhir diubah:
Chapter 10: Puyeng Gayeng

______________________________________________

Sebujur kaki melesat melayangkan tendangan ke arah perut Miyadi "ARGHHHHHH" iya mengerang kesakitan karena serangan dadakan itu. Disaat dirinya sedang menikmati rasa sakit akibat tendangan di perutnya, dari arah depan, salah seorang melompat ke arahnya dan menghempaskan sebilah bambu.

BLUUUUGGGGGHHHHHHH

Namun rupanya, justru menjadi serangan balik bagi si penyerang, Miyadi berhasil mendaratkan kakinya tepat pada kemaluan pria di depannya yang berusaha menghantamkan bambu itu.

ARGHHHHHH, ADUUUUH. Kesakitan? tentu saja bloook, orang ditendang kontolnya.

Sejurus kemudian Miyadi setelah sukses melemahkan sejenak orang di depannya, ia tak menyia-nyiakan waktu, ia pun berkilah dan berusaha menghantam pria lainnya yang ada kedua sisinya. Duaagh, satu tendangan menghantam perut, lalu SEKLAAAAK, tak hanya disitu, putaran tubuh Miyadi dengan cepat melesat ke arah lainnya, dan menghadiahkan Upper Cut pada yang lainnya, artinya dalam sekali serangan berhasil menghantam tiga orang sekaligus.

Tiga orang tak dikenal yang tiba-tiba menyerang Miyadi, masih kesakitan, namun tak diberi kesempatan, Miyadi memungut beberapa batu yang besarnya sekitar satu kepalan tangannya, lalu BUUUUGH BUUUUG BUGGGH.

Satu per satu dari ketiganya, terhantam telak oleh batu-batu yang ia lemparkan, satu di kepala, pelipis dan yang lain terkena pada dagunya.

Belum cukup, Miyadi mengambil sebilah bambu yang sebelumnya mereka bawa, dan PRAAAAK PRAAAAK DUAAAGGH, PRAAAAK.

Pukulan bambu dan tendangan, bertubi-tubi Miyadi lakukan kepada tiga penyerangnya itu, membuat mereka kewalahan, bahkan satu di antaranya tumbang, saat tumbang pun tak lantas mengurangi amarah Miyadi, dengan keji ia injak lehernya sehingga muncratlah darah dari mulut pria yang tumbang, dan masih dengan menggenggam bambu, ia hantamkan ke pria satunya dan alhasil pingsan dibuatnya.

Rupanya masih tersisa satu, yang masih mampu berdiri, dia menyadari keadaannya yang tak mungkin melanjutkannya pertarungan, pria itu lantas berusaha melarikan diri, akan tetapi Miyadi paham akan muslihat dan rencana langkah seribu (kabut) itu, diambilnya batu dan BUGHHHHHH.

Lemparannya tepat sasaran, terhantam telak di tengkuk pria yang berusaha lari itu, dan akibatnya pria tersebut tersungkur, momen itu tak disia-siakan oleh Miyadi.
Iya segera beranjak mendekatinya, melalui rambut panjang pria yang tersungkur itu, dijambaknya agar kepalanya mendongak.

"HEHHHH ASUUUU" geram Miyadi.
"Saya tak kenal siapa kalian, dan kalian tampaknya bukan warga sini, tapi kenapa tiba-tiba menyerang saya, salah saya apa HAAAA? apakah kalian punya dendam dengan saya? atas perbuatan yang tidak mengenakkan?"

"Ti tidak om ARGGGHHH ampun om"
"Ampun ampun matamu njeblug"

"ARGHHHHH" kuatnya jambakan dan disertai cekikan pada leher, membuat pria itu mengaduh kesakitan.

"PASTI ADA YANG MENYURUH KALIAN UNTUK MELAKUKAN SERANGAN INI KAN BANGSAT?"

Dengan geram penuh amarah, jambakan Miyadi kian kuat, namun pria itu tak kunjung memberikan jawaban, lalu. CEKRAAAAK, dipuntirnya tangan pria yang sudah tak berdaya itu. "AAAAAAHHHHHH" erang kesakitan keluar dari mulut pria berambut panjang itu.

"SEKALI LAGI KU TANYA, SIAPA YANG MENYURUH KALIAN UNTUK MELAKUKAN HAL INI?"
"ATAU KU PATAHKAN LEHERMU".


"Ben, - Beno Lintang".
"BENO LINTANG?"

"Iiii, iya, pak lurah, Beno Lintang".
"BAJINGAAAAN TUA ITUUUUUUU" seringai Miyadi, tampak aura penuh kemarahan terpancar dari wajahnya.

Sejurus kemudian BLAAAAAAKK, puas mendapatkan jawaban, kepala pria itu dihantamkan ke tanah apakah hal itu cukup? tidak, Miyadi mendapati ada sebilah pisau kecil yang terselip di sabuk pria yang sudah klenger dibuatnya.

"Bajingan Beno, rupanya dia menyewa preman murahan untuk menyingkirkanku" batin Miyadi penuh amarah.

Diambilnya pisau itu, lalu SREEET SREEET, dirobek-robek seluruh pakaian dari pria di depannya, dibuat telanjang, kemudian dia seret tubuh pria berambut panjang itu, tempat yang dipijak merupakan tengah hutan, namun sisi kanan ada jurang yang di bawahnya adalah aliran sungai utama yang menghubungkan beberapa desa.

Alirannya cukup deras, memahami fakta dari tempat yang tentu ia kenali. Setelah berada ditepi jurang, dilemparkannya tubuh pria itu.

Lalu pandangannya berbalik ke arah dua pria yang lainnya, yang satu bertubuh tinggi kerempeng berambut ikal yang satu pendek namun kekar berambut belah tengah, namun keduanya sudah tak berdaya bersimbah darah akibat serangan balik yang dilancarkan secara bertubi-tubi dan membabi buta dari Miyadi.

Perihal yang sama Miyadi lakukan selayaknya pria yang sudah entah bagaimana nasibnya di bawah derasnya aliran air sungai itu, dirobek-robeklah pakaian keduanya hingga hanya tersisa celana dalamnya.

Lalu dia juga menyeretnya ke tepi jurang sebelum akhirnya keduanya dilemparkan ke jurang yang di bawahnya aliran air yang cukup kuat untuk menghanyutkan tubuh orang dewasa sekalipun.

"Biarkan air yang membawa kalian, entah sekarat atau selamat, atau bahkan ditemukan warga dalam keadaan menjadi mayat, itu balasan karena tiba-tiba menyerang dan berusaha melukai, kalian orang bayaran kan?! dan ini adalah bayaran tambahan dariku, selamat menikmati pertemuan dengan sang malaikat maut atau juru selamat." dalam batin Miyadi, lalu seringai wajahnya berubah.

"Keparat Gianto itu, seharusnya menjadi prioritas untuk ku cari dan ku habisi, tapi rupanya rencana berubah, Beno, lurah ngacengan sialan itu, hmmmmm, rupanya kau tak paham berhadapan dengan siapa?! sampai mati akan ku jadikan target seumur hidup" desir amarah melalui suara hati, geram penuh dendam, terekspresikan dari raut wajah Miyadi.

"Sekarang.…." gumamnya terputus.

Sorot matanya tertuju pada pakaian-pakaian robek yang berserakan akibat ulahnya, satu per satu dia pungut, lalu inisiatif muncul, dicari saku per saku, barang kali ada uang atau semacamnya dan ya, dompet, smartphone, rokok dan korek.

Masing-masing dompet berisi uang yang lumayan juga, beberapa lembaran merah, hijau, di antara yang biru-biru.

"Waaaw, totalnya 1.7 juta, banyak juga duit manusia-manusia bayaran murahan itu"
"Lumayan"

Kemudian, dengan korek yang ia dapatkan dari salah satu saku, ia bakar semua barang bukti di TKP tanpa terkecuali bahkan hingga smartphone pun tak luput dari rencana peleburan, Miyadi kumpulkan bersama timbunan dedaunan yang berserakan, semakin memudahkan prosesi pembakaran dan penghilangan barang bukti.

BLUUUUUUK.
Tak butuh waktu lama untuk membuat kobaran api, dari perpaduan dedaunan kering, pakaian, dompet serta isinya kecuali duit yang tentu sudah diamankan oleh Miyadi, yang menjadi satu-satunya yang tidak diikutsertakan dalam pemusnahan.

Ya segoblok-gobloknya orang, tentu tetap fasih dan pintar kalau soal uang.

Fiuuuuuhhh.

Tarik nafasnya seperti merasa lega "Tapi ndasku ngelu dancooook" erangnya yang kemudian tersadar akan rasa pusing di kepalanya akibat di hantam bambu oleh orang-orang suruhan yang ternyata dari Lurah desa tempat ia tinggal, desa Cenggur Sari. Mereka berjumlah tiga orang yang kini ketiganya entah bagaimana nasibnya setelah dihanyutkan ke dalam derasnya aliran hulu sungai.

Bagaimana ketiga preman suruhan itu bisa kalah?

Perlu diketahui, Miyadi, Sukasmin dan Gianto dulunya adalah anggota paguyuban seni bela diri. Sejak dini mereka telah berlatih, bahkan kerap mewakili saat ada ajang kompetisi, dari tingkat kecamatan hingga kota.

Dulu saat mereka masih muda, namanya begitu tersohor namun saat usia mereka telah menginjak kepala empat, langkah yang mereka tapaki adalah jalan sesat, sehingga nelangsa dan tidak jelas arah tujuannya.

Di tengah mentari mulai meninggi, dan udara panas menyelimuti, di pematang hutan sunyi Miyadi harus menghadapi nasib sial, mungkin ini adalah bentuk instan karma.

Ketika sebelumnya dia berbuat iseng yang berlebihan terhadap rekan sejembutnya, dia mendapatkan balasannya seketika.
Secepat itu mendapatkan respon dari karma, gak kayak respon gebetan yang di chat sekarang, balesnya tahun depan.

Apalagi kalau yang memulai chat itu dari kalangan manusia tidak good looking, waahahaha alamat disepelekan. Ini dalam rangka mewakili curhat kalian para pembaca budiman.

Ketika kepala Miyadi puyeng, sedang di lain tempat ada kemaluan dari manusia memalukan yang sedang gayeng, karena digoyang.

Muidah, janda cantik nan eksentrik sedang berkutat dengan penetrasi satu pihak, sebab pihak lawannya hanya tergeletak setengah tak bernyawa, terbuai mimpi atau memang gladi bersih mati, lha wong kalau tidur kayak mayit. Kaku, pun kontolnya juga, tapi itu yang justru membuat Muidah terhipnotis dan lupa diri.

"Asshhhhh, sialan lu kampret anggora, bikin makin becek memek gua aja nyet monyet" meski mendesah dan menikmati, tapi rasa gengsinya menggiring untuk juga menghina. Ya wajar, orang secantik dia kok bisa tunduk dan takluk hanya demi melihat kontol besar si durjana.

"AHHHHHH"
"UUUHHHH"

"SHHHH ESHHHHH ESSHHH" lirih namun tegas, menjelaskan bahwa dia sedang terbuai nikmat, tapi tak lantas mengendurkan fokusnya, ia tetap waspada, jaga-jaga jika kunyuk anggora di depannya itu tiba-tiba MAKJEGAGIK bangun.

Wasallam sudah urusan.

Pelan tapi pasti, pasti tapi tetap hati-hati akan tetapi tak disadari oleh Muidah, bahwa shift pagi akan berganti siang, ketika dirinya masih tengah dimabuk kepayang, ia masih tetap menggoyang pelan maju mundur, maju mundur, gesek tipis tipis hingga semakin banjir cairan yang keluar dari lubang pipis.

Dan SERRRRRRR SERRRRRRR

"UGHHHHHHHHH" tiba-tiba tubuhnya mengejan hebat, getaran-getaran pencapaian klimaks terasa menguat, hal itu tergambar dari ekspresinya dan diperjelas oleh cairan kewanitaannya yang meluber keluar, meski bukan kategori squirt namun hal itu seakan memberi tahu bentuk hasrat yang lama terpendam dan akhirnya terlampiaskan.

Meski belum seutuhnya melalui adegan penetrasi bersetubuh, namun sukses membuat gejolak birahinya runtuh.

"HAAAAH HAAAAHHH, mppphhhhh" terengah dan lepas kendali, agak kencang Muidah mendesah sebelum akhirnya sadar lalu ditutuplah mulutnya, pandangan matanya juga tertuju ke arah wajah Gianto, berharap bahwa lelaki durjana itu tak bangun.

Diantara kewaspadaan sembari menikmati fase orgasme dahsyat yang ia alami. Hanya dengan menggesek meki ke ujung kontol guwediiii milik Gianto, manusia paling beruntung di muka bumi meski tanpa dia sadari, coba sadar, waaah bagaimana membayangkan betapa bahagia dan sumringah muka bangsatnya.

Meski kondisi diluar menjelang siang dan matahari kian menjulang, namun di ruangan tempat Muidah dan Gianto itu berada masih tampak gelap, karena gordennya belum dibuka. Ini merupakan ruang tengah tempat biasa Muidah bersantai sembari nonton tivi atau semacamnya.

Kini mendadak menjadi ruang birahi, akibat terhasut hasrat, menyeretnya pada tindakan nista, tapi mau bagaimana lagi, lha wong sudah terlanjur njegur, basah basah sekalian. Begitulah iblis, jika menjerumuskan tidak tanggung-tanggung, ibarat sudah jatuh terperosok pun masih dilempari batu besar, sampai modar juga tak ada ampun.

"Huuufff" terengah-engah setelah menikmati orgasme yang cukup kuat itu, baginya masturbasi memang nikmat tapi jika ada media dari lawan jenis seperti ini, tentu tak munafik jika dia mengakui lebih nikmat daripada saat swalayan memakai jemarinya. Pun dia tak punya sex tools seperti dildo, vibrator atau lainnya karena baginya itu tabu dan nggak perlu.

Muidah lalu beranjak sejenak, saat dia sadari ternyata Gianto masih tampak halus mendengkur, ia langkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil air minum sembari menarik nafas. Ada timbul rasa penyesalan, timbul rasa ingin mengutuk diri, tapi rupanya gejolak manusiawinya menahan rasa sesal itu. Toh kamu menikmati, lihat itu vaginamu banjir, nggak kayak biasanya saat melakukannya sendirian kan? jujur kamu kangen dikontoli kan?.

Ditengah perdebatan batinnya, Muidah sudah melangkah, kembali ke tempat dimana tergeletak pria yang baru saja memberikannya kenikmatan itu.
Dan saat fokus matanya tertuju pada kontol besar itu. "Jiaaaampuuut ini manusia, kok bisa tetep ngaceng kokoh gitu sih?" seru lirihnya tegas dibalut rasa kagum.

Lalu matanya tertuju pada jam dinding yang ada di ruangan itu. "Buseeeet sudah setengah sepuluh, artinya gue nggesekin meki tadi 1 jam lebih, aaah masak sih? apa karena saking nikmatnya sampai lupa waktu?! masak gini doang sampe bikin lupa diri." timbul tanda tanya serta rasa tak habis pikir dari batinnya.

Saat mata kembali teralihkan ke arah kontol menjulang itu. "Sialan lu Gi" umpat Muidah namun tubuhnya secara otomatis malah mendekati, dan HAP.

Kembali lagi, tangannya secara halus namun pasti, menggenggam kontol besar itu.
"Anjiiir, cairan memek gua masih menyelimuti". Akibat dari itu justru memudahkannya untuk melakukan aksi mengocok-ngocok pelan kontol yang baru saja memberikan kenikmatan yang luar biasa.

"Raimu su asu, kok ya nggak bangun bangun padahal kontolmu udah bangun dari tadi" terdengar pelan, seloroh umpatan yang keluar dari mulut Muidah tapi disertai sunggingan senyum, senyum simpul dan perasaan kagum. Sejurus kemudian.

HAPPPHHHHHH

BERCROTBUNG
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd