Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Kyai Walang Sungsang

Status
Please reply by conversation.
Kiai Walang Sungsang

Part 47: Selamat jalan Romo

Pov 3rd

Pagi ini keluarga Bambanng Wijaya mempunyai Rencana rekreasi ke pantai Marina karena Bagas belum penah lihat pantai setelah mereka bersiap siap medadak tilpun Rangga bordering dan di lihatnya dari Dr. Moh Yusuf langsung diangkat

“Assalamualikum doter”kata Rangga

“Wallaikunsalam mas Rangga, mau memberi tahu kalau romo ki Sudibyo tadi pagi anval dan sekarang sudah berada di rumah sakit daerah di dikota Karesidenan” kata dr Yusup

“Bagai mana keadaannya” tanya Rangga

“Sangat mengkawatirkan mas” ucap dokter

“Ya udah saya dan rombongoan segera meluncur kebali ke kota kabupaten” kata Rangga

“Jangan ke kota kabupaten romo sekarang ada di RS Daerah di Karesidenan” kata doter

“Ok dok saya segera meluncur bersama keluarga saya juga” kata Rangga

“Ya di tunggu” kata dokter, lanjutnya “Bagai mana dengan putra putri romo udah di kabari belum” tanya Rangga

“Tadi udah di kabari kok tenang aja pokoknya mas Rangga segera meluncur ya” kata Dokter Yusus

“Okey dok, Assalamualaikum” kata Rangga

“Wallaikunsalam” jawab dokter di seberang sana

Rangga pelan pelan berdiri medekati Andin yang baru santai dengan ibunya dan bapaknya

“Jeng ada berita dari dokter Yusuf bahwa romo anval sekarang ada di RS daerah di Karesidenan” kata Rangga

“Ah, apa romo masuk rumah sakit” kata Andini terkejut

“Udah ngak usah kayak gitu juga kita harus tenang” kata Rangga, lanjutnya “Segera kita kembali ke kota Karesidenan itu tadi pesan Dr Yusuf”

“Ibu dan Bapak akan ikut juga ya nga” tanya Bapak

“Boleh ibu, bapak dik Wulan dan dik Sari boleh ikut juga sekalian berkenalan dengan keluarga ki Sudibyo” kata Rangga, lanjutnya “Sekarang siap siap dan ibu bagaimana warungnya kalau di tingga”

“Biasa aja nga mbak mbak itu sudah biasa buka warung sendiri kok” kata Sulastri, lanjutnya
“Ya nanti di kabari aja mau buka atau tutup terserah bahan bahan sih sudah ada semua tingga mereka mau buka atau ngak”

“Ya terserah ibu saja gima baiknya” jawab Rangga

Satu jam kemudin mereka sudah ada di dalam mobil kini pak Bambang Wijaya yang pegang mobilnya Rangga sedang Bagas ada di samping kiri pak Bambang sedang ibu, Andini dan Rangga ada di bangku tengah sedang Wulan dan Sari ada di Bangku belakang

Didalam mobil Rangga sempat bertanya pada Andini

“Jeng udah ngabari dik Astrit sama dik Arum” kata Rangga

“Udah mas tadi sebelum berangkat saya larang pergi kota Karesidenan jauh kan tapi dia akan menanti kabar selanjutnya di rumah masing masing setelah pagi tadi Astrit sempat mengantar Arum pulang kerumahnya dan mereka saling mengiyakan” kata Andini

“Ya udah kalau begitu” jawab Rangga

Perjalanan sangat lancar kira kira jam 3 Rangga dan rombongan sudah sampai di RS Daerah Karesidenan dan kami semua turun bertepatan dengan mobil mbak Dinda Ayuningtyas bersama suaminya mas Bagus Mahendra juga baru turun dari mobil langsung Andini mengmampiri mbak Dinda

“Mbak, romo” kata Andini

“Udah dik yang tabah ya, malu tu sama mas mu” jawab mbak Dinda

“Apa sih mbak” kata Andini

“Mbak kenali nih keluarhga dari mas Rangga dari kota propinsi dan mereka saling bersalaman dan saling bertegur sapa

“Mbak ini Bapak nya mas Rangga”kata Andini

“Dinda om” kata Dinda

“Bambang”jawab bapaknya Rangga sambil bersalaam

“Bagus Om” kata Bagus

“Bambang nak” kata Bambang

“Berturut turut mereka saling bersalaman dari bu Sulatri ibu dari Rangga dan ke dua adiknya Wulan dan Sari juga Rangga kemudian Bagas

“Bagas bu de” kata Bagas

“Lho kamu Bagas to” kata Dinda

“Ngak lelihatan ya bu de” kata Bagas

“Ia hehehe” kata Dinda

“Mana mas Dirga dan mbak Indah” kata Bagas

“Tadi pagi mas Dirga ada kegiatan di kampus sampai siang ini dan mereka akan berangkat juga naik trevel bersama mbak Indah yang akan bersama mas Dirga juga mukin sekarang udah dalam perjalanan” kata Dinda

“Mbak mas Dimas sudah di kabari” kata Andini

“Udah tadi malah sudah ngabari mbak mereka berangkat dari Jakarta naik pesawat langsung ke kota Karesidenan nanti jam 3 an ini pesawatnya baru berangkat nanti paling mahrib baru sampai juga” kata Dinda

“Ya syukurlah” jawab Dinda

Dan mereka pun beriringan masuk ruang rawat nginap VIP di RS tersebut di mana romo ki Sudibyo dirawat dan setelah masuk Rangga mendekati romo ki Sudibyo dan menyalimi tangan ki Sudibyo dan berturut turut di ikuti oleh Andini, Dinda, Bagus, Sulatri, Bambang dan berakhir dengan Wulan, Sari dan Bagas setelah semua salim Rangga medekat lagi ingin memberi kekuatan pada ki Sudibyo tapi di tolak sambil mengucap “Ini sudah saatnya nak Rangga ketiga istriku sudah menunggu cuma nanti sebentar tunggu anakku Dimas” kata ki Sudibyo

Rangga hanya mengagukkan kepala tanda setuju dan Rangga mendekati Andini dan membisikan sesuatu

“Mas Dimas gimana jeng” kata Rangga

“Kata mbak Dinda baru dalam perjalanan naik pesawat lari Jakarta langsung ke kota Karesidenan mungkin mahrib baru sampai” kata Andini

“Ya udah jeng, aku mau sholat ashar dulu di mosola rumah sakit” kata Rangga

“Ya” jawab Andini singkat

“Papa mau kemana” kata Bagas memenggil Rangga

“Papa mau sholat di musola mau ikut” kata Rangga

“Ikut dong, eyang mau sholat ngak” kata Bagas ke eyang kakungnya Bambang

“Mau dong” jawab Bambang

“Ayo pak de juga belum sholat ashar” kata Bagus

Dan mereka beremapat meninggalkan ruang rawat nginap menuju Musola yang berada di samping rumah sakit tersebut dan melakukan sholat Ashar dan Bapak menjadi iman dan Bagas, Rangga dan Bagus mnjadi makmum

Setelah selesai sholat ashar berjemaah Bapak, mas Bagus dan Bagas meninggalkan musola yang ada di rumah sakit itu, tinggal Rangga sendiri di di mushola tersebut, dalam di kir dengan tasbeh pemberian kyai Zaenal dari puncak lawu tiba tiba Rangga di kejutkan dengan suara wanita,

“Nak Rangga bangunlah” Rangga membuka matanya dan melihat 3 wanita cantik duduk depan dengan pakaian yang serupa yang membedakan adalah warna kebayak yang di kenakan

“Perkenalkan kami bertiga adalah istri istri romomu ki Sudibyo, kami datang ingin menjemput beliau tapi kami rasa masih harus menunggu putra diajeng Widuri dari Jakarta” kata perempuan memakai kebaya merah

Rangga terkejut tapi segera menguasai diri

“Perkenalkan dulu aku Sunarsih“ kata Wanita berbaju merah menyala

“Aku Widuri“ kata Wanita berbaju kuning

“Aku Rengganis“ kata Wanita berbaju biru

“Saya Rangga ibu, Rangga Dipati, menghaturkan sembah bekti kepada ibu bertiga”kata Rangga

“Ia nak Rangga sembah bektimu kami terima dengan suka cita, ketahuilah nak Rangga bahwa kami bertiga ingin sekali bertemu dengan istrimu Andini untuk mengcapkan terima kasih, boleh kah“ kata Ibu Sunarsih

“Boleh ibu, Sebentar“ kata Rangga

Rangga menghubungi Andini denga telepatinya dan langsung di terima okeh Andini di dalam hati sanubarinya

“Ada apa kangmas“ kata Andini di dalam batin

“Diajeng bisa menemui kangmas di musolha ada yang ingin bertemu diajeng“ kata Rangga di dalam batin

“Ah … Dini kira kangmas kangen Dini“ jawam Andini

“Cepetan ya udah di tunggu“ kata Rangga

“Ya ya…sirik“ ucap Andini setengah sewot

Andini pamit ke mbak Dinda dan menyusul Rangga di musolha, setibanya di musolha Rangga minta Andini untuk mengambil Air wudhu dam mengeangkan mukena yang sudah di siapkan oleh pihak musola, dan mengajaknya duduk di samping Rangga

“Pejamkan matamu diajeng dan lihat dengan mata hatimu apa yang kau lihat” kata Rangga

Andini menurut apa yang diperintahkan Rangga kepadanya dan ketika membuka mata Andini terkejut

“Selamat datang adik ku sayang Andini“ kata Sunarsih

Andini terkejut belum pernah Andini bertemu dengan ke tiga wanita itu

“Siapakah ibu ibu ini“ ucap Andini

“Ya … perkenalkan saya Sunarsih, dan disamping kiri ku adalah Widuri dan diamping kananku adalah Rengganis, kami bertiga adalah istri istri romo Sudibyo romomu, Andini“ kata Sunarsih

“Maaf ibu, Dini tak mengenali ibu bertiga“ jawab Andini

“Terima kasih Andini anakku kamu sudi mewakili kami bertiga mengurus kangmas Sidibyo dan melahirkan keturunan untuknya dan merawat nya sampai akhir hayatnya, restu ku kepadamu Andini dan kepadamu nak Rangga, tolong kamu lindungi keluarga kami semua dari mara bahaya bersama anak cucu kami semua hanya kepadamu kami bergantung nasip anak anak kami semua Dimas dan Dinda “ kata Sunarsih

“Anakku Andini dan Rangga ketahuilah hidup ini bagai sisi mata uang yang berbeda ada bahagia di sisi lain ada kesusahan ada siang ada malam ada panas ada hujan seperti dua sisi mata uang yang selalu berbeda, setiap masalah di dunia ini kalau dilihat dari sisi yang berbeda juga akan menghasilkan hasilyang berbeda seperti romo mu ki Sudibyo yang sekarang mendekati ajal kalau dilihat dari sisi manusiawi seorang yang meninggal sangat kasiahan dia akan sendiri di dunia sana ngak punya teman dan dan dan, tapi kalau di lihat dari sisi yang meninggal dunia dia akan merasa gembira sebab sudah tidak merasakan sakit yang berkepanjangan bebas dari penderitaan dunia jadi sebaiknya segala permasalahan itu di lihat dari 2 sisi yang berbeda dan kamu akan mengerti makna yang tersirat dari peristiwa itu” kata ibu Widuri

“Anakku Andini dan Rangga sebagai penerus pemegang kyai Walang Sungsang mempunyai tangung jawab yang besar terutama membina watak utama ialah harus selalu mengutaman kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, selalu sabar melihat situasi dan kondisi dan bisa menerima segala sesuatu dengan ke iklasan dan rela dan yang lebih penting lagi harus selalu bertakwa kepada Ilahi dzat pembawa kehidupan ini dan menjalankan perintah agama dengan benar Tahwa terhadap semua ajaran kebaikan selalu membela kepentingan yang lemah” kata Ibu Rengganis

“Terima kasih ibu bertiga Rangga dan Andini akan selalu mengingat semua wejanganmu ibu hari ini dan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu mengingatnya“ kata Rangga

“Secara pribadi Dini juga mengucapkan terima kasih telah memberikan yang terbaik untuk Dini, hanya kami mohon ingatkan lah kami berdua kalau kami menyimpang dari jalan yang sudah di gariskan kepada kami“ ucap Andini

“Baik Rangga dan Andini, waktu ku sudah habis bersiaplah sebab sebentar lagi anaku Dimas akan sampai kemari, Restuku bertiga selalu bersamamu Rangga dan Andini” kata Sunarsih mewakili mereka bertiga

Rangga dan Andini mendekapkan ke dua tangannya ke dada dan membungkukan badannya sampai menyentuh sajadha yang ia gunakan

“Ini eyang papa dan mama disini“ kata Bagas terdegar membangunkan kesadaran Rangga dan Andini, Andini berpaling ke arah putra semata wayangnya

“Emang Bagas cari mama dan papa“ kata Andini

“Iya ma….tu pak de Dimas udah datang ingin ketemu papa dan mama” kata Bagas

“Ya sebentar“ kata Andini sambil melepas mukena yang di kenakan melipatnya dan mengembalikan pada tempatnya segera Andini dan Rangga menuju kamar VIP yang di pakai merawat romo selama di opname

Rangga dan Andini masuk dalam ruangan sudah berkumpul semua keluarga termasuk kyai Burhanudin dan Dr Moh Yusup yang selalu mendampingi romo

“Sini Rangga, Andini menekatlah“ pinta romo ki Sudibyo, lanjutnya “Dimas dan Dinda mendekatlah“ Kyai Burhanudin dah Dr Moh Yusup memang sudah berada di dekat beliau

“Dimas dan Dinda Anakku, ini terakhir aku berpesan kepadamu bahwa semua itu sudah di gariskan oleh sang pencipta, dan romo ingin berpesan untuk terakhir kalinya, bahwa nak Rangga kini sudah menjadi suami dari ibumu Andini dan segala sesuatunya aku serahkan ke nak Rangga untuk menjadi penerus dan pewarisku, kalau kamu mendapat kesulitan apapun ceritakan pada nak Rangga pasti segala kesulitanmu akan terselasaikan dengan mudah, Kya, saya pamit titip anak anak ku, Assalamualaikum“ kata ki Sudibyo menarik nafas tiga kali dan menutupkan matanya dan Dr Moh Yusup memerisa denyut nadi membuka kelopak matanya dan memasang testokop di kupingnya dan menganggukan kepalanya ke kyai Burhanudin

“Innalilahi Wa inna illahi rojiun“ ucap kyai Burhanudin

Rangga bergeser ke belakang dan duduk bersila dan di ikuti oleh Andini, tanpa disadari semua ikut duduk di lantai dan menunduk termasuk Bapak Bambang dan ibu Sulastri, Dimas, Roro, Dinda, Bagus dan anak anak mereka hanya kyai Burhanunin dan Dr Moh Yusup tetap berdiri dengan menundukan kepalanya

“Ibu“ kata mas Dimas dan Mbak Dinda bersamaan

Dalam pengelihatan Rangga dan Andini terlihat Ibu Sunarsih, ibu Widuri dan ibu Rengganis menuntun seorang priya gagah dalam pakaian jawa dengan warna putih besinar, Rangga dan Andini secara bersamaan mengangkat kedua telapak tangan yang tertangkup ke dua jempol mereka di ciumnya melakukan sembah tiga kali dan terdengar oleh mereka sayup sayup lagu dandang gendis dalam alununan mocopat dan mereka berempat naik semacam kereta yang di tarik dengan 4 ekor kuda berbulu putih si sais duduk di depan setelah ki Sudibyo beserta ke 3 istrinya naik ke dalam kereta mereka meninggalan jasat romo yang terbujur kaku di tempat pembarinanganya.

Terdengar suara adhan mahrib berkumandang untuk mengirugi kepergian ki Sudibyo seorang Bapak, Guru, eyang eyang mereka, tiada tangisan hanya ada kesedihan menghantar ki Sudibyo pulang ke hari baan di sisi Tuhan yang maha kasih, semua itu kehendak semesta yang telah memanggil nya



SELAMAT JALAN ROMO



Satu jam kemudian iring iring mobil yang membawa jenasah romo ki Sudibyo pulang ke rumah dari rumah sakit modil ambulan di depan sendiri di belakangnya mobil lancuiser hitan di belakangnya lagi ada mobil mas Bagus Rangga dan andini berada di dalam mobil ambulan dan mas Dimas ada didepan bersama supir ambulan sedang mobil lancuiser nya di setir oleh Bambang Wijaya serta mobil yang mas Bagus di supiri oleh Raka Saputra putra dari mas Dimas yang pertama

Setengah jam perjalanan dari Rumah Sakit kembali ke rumah romo memecahkan keheninan malam melaju menembus kelenggangan jalan memeng sudah malan jalan nasional yang menghubukan antar antar propinsi ini tidak negitu ramai

Jam menunjukkan jam setengah delapan malam ketika iring iringan mobil jenasah sampai di rumah. Keadaan rumah memang cukup ramai para tetangga sudah mulai memperiapkam kedatangan jenasah, korsi korsi di ruang tamu sudah di keluarkan dan diganti dengan gelaran tikar dan ada tempat tidur kecil di gelari tikar pandan

Semetara jenasah di taruh di atas tempat tidur kecil di dalam ruang tamu Rangga langsung menghubungi persewaan tenda yang kemarin di sewa Rangga untuk memasang kembali tenda yang kemarin tapi tanpa hiasan tenda yang akan di pasang di kanan kiri pendopo dan 200 korsi lipat sementara wakil dari paguyuban pangrawit minta ijin mengeluarkan gamelan yang akan di pasang di panggung yang sudah dipersiapkan mereka Rangga mengiyakan jam 10 tenda sudah di pasang dan keputusan keluarga romo Sudibyo akan di kebumian di samping ke tiga istriya di makam keluarga malam itu juga Rangga berama sama mas Dimas menemui kuncen pemakaman keluarga itu dan langsung menentukan posisi makam di sebelah makam ibu Rengganis istri termuda dari ki Sudibyo malam itu juga di mulai pembuatan lubang untuk tempat kubur dari ki Sudibyo

===skip===



Pov: Kromo Widakdo

Siang itu setelah pulang dari tempat keluarga Dodi dan di temani oleh putra nomer dua Suwignyo dan memutuskan pertungan antara Astrit dan Dodi dan setelah sampai di rumah pak Kromo dan bu Kromo sempat bercerita dengan anak dan mamtunya tentang pertemuannya dengan Romo ki Sudibyo yang pada intinya ki Sudibyo melamar anaknya Astrit untuk anak murid sepiritual nya yang bernama Rangga dan lamaran itu belum terjawab sebab Astrit masih terikat pertunagana dengan Dodi dan ada kata sepakat akan menerima lamaran dari ki Sudibyo karena Rangga itu memang cinta pertama Astrit ketika kuliah di kota propinsi dan putranya Wignya juga sudah mengenal Rangga sudah beberapa kali bertemu dengan Rangga ketika dia ikut penataran dari kopertis yang diadakan di kota propinsi

Tapi baru saja membicarakan Rangga Astrit mendapat telpun dari Andini kalau romo ki Sudibyo anval sekarang di rawat di rumah sakit daerah di kota Karesidenan dan Astrit ngak usah pergi ke rumah sakit daerah Karesidenan tapi cukup menenti kabar selanjutnya dari Andini

Dari berita tadi keluarga Kromo Widakdo sampai kesimpulam kalau sampai romo ki Sudibyo wafat maka dia akan mengusulkan perkawinan Astrit dan Rangga di percepat saja di depan jenasah ki Sudibyo yang merupakan guru spiritual dari Rangga meski perkawinan hanya secara sirri dulu sebab keluarga Kromo Widakdo sudah tidak sanggup untuk menjaga Astrit karena ancamandari keluarga Margono apa lagi yang ada kaitannya dengan preman preman Bringharjo Yogya

Sehabis sholat magrib Astrit dapat berita lagi kalau ki Sudibyo sudah meninggal baru saja menjelang magrib dan sekarang baru proses membawa pulang jenasah ki Sudibyo ke rumah duka di kota Kabupaten

Dengan di antar dengan putra nomor dua Wigyo pak Kromo berserta ibu dan Astrit berangkat menuju rumah duka sampai disana jenasah belum datang dan persiapan sudah di mulai semua korsi sudah di keluarkan dan ruang tamu sudah di ganti dengan gelaran tikar dan beberapa tetangga saling bergotong royong menyiapkan kedatangan jenasah ki Sudibyo yang nerupakan sesepuh dari kampung dimana mereka tinggal

Ternyata keluarga Sasro Kartono juga baru sampai bersama dengan Arum dan ke dua keluarga tersebut saling bergabung sambil manati jenasah yang baru dalam perjalanan

Tak lama kemudian terdengar suara sirena yang meraung raung memecahkan kesunyian malam mobil Ambulan yang membawa jenasah ki Sudibyo memasuki pekarangan rumah dan semua orang yang ada disitu semua berdiri dan keluar dari pintu samping Andini dan Rangga dan disambut oleh Astrid an Arum dalam pelukam penuh kasih sayang dan mereka hanya bersalaman dengan Rangga dan ke dua gadis itu mencium biku biku tangan Rangga dan Rangga memberanikan diri untuk mencium kening kedua gadis itu di depan semua orang dan semua itu tidak lepas dari pengamatan bapak dan ibu Kromo Widakdo dan semua keluarga berkumpul semua putra mantu dan semua cucu ki Sudibyo berkumpul apa yang harus di perbuat dan mereka sepakat kalau pemakaman akan di lakukan sekitar jam 13 setelah sholat duhur dan tenda sudah di pesan sebentar lagi di pasang terdiri dari dua plong yang akan di pasang di kanan kiri pendopo besar

Rangga dan Bagus segera menentukan lokasi pemakamam kalau bisa di samping ibu Rengganis istri romo ki Sudibyo yang terakhir dan pada kesempatan itu di gunakan oleh pak Kromo Widakdo untuk bercerita ke semua yang hadir bahwa anak Astris minggu yang lalu di lamar oleh ki Sudibyo untuk murid sepiritualnya adalah Rangga tapi keluarga Widakdo belum memberi jawaban yang pasti kerena masih terikat oleh pertunagan antara Astrit dengan Dodi putra pak Margono tapi tadi malam ada peristiwa dimana tunagannya Dodi dan kawan kawannya preman dari kota Yogya akan memperkosa Astrit dan Arum dan akan di jadikan pelacur, ternyata keluarga Margono sangat dendam dengan keluarga ku sebab dia mengira kalau adik dari ibu Margono yang bernama Hasan masuk penjara karena koropsi dan dia merasa kalau tertanggkapnya Hasan karena aku yang melapor ke atasan di mana aku dan Hasan saat itu berada di satu departemen kesehatan

“Aku mau minta pendapat dari bapak ibu sekalian terutama dari kyai Burhanudin dan pak Bambang sebagai orang tua nak Rangga kalau aku akan menyerahkan anak ku Astrit kepada Rangga rencananya sih sebagai pertunagan dulu tapi dengan ancaman dari keluarga Margono kami ingin Astrit di nikah kan sekalian di depan jenasah ki Sudibyo sebagai guru speritualnya” kata pak Kromo Widakdo

“Aku setuju setuju aja dan itu juga baik kalau mau di laksanakan syah syah saja sekarang bagai mana pendapat dari nak Rangga dan nak Astrit yang akan melakukan pernikahan sirri ini” kata kyai Burhanudin

“Bagai mana pendapat bapak Bambang” kata pak Kromo

“Saya sih setuju setuju saja tapi aku jarang pulang ke Semarang yag lebih tau keadaan Rangga adalah ibunya aku serahkan pada ibunya untuk menjawab nya” kata pak Bambang

“Sebelum saya menjawab pertanyaan dari bapak Kromo aku ingin lebih dahulu bertanya kepada istri anakku dulu nak Andini dan putar putri almarhum” kata Sulastri ibu Rangga

“Baik bu” jawab Andini, lanjut “Sejak awal saya mengerti kalau mas Rangga akan mempuyai 3 istri mereka adalah dik Astrit dan dik Arum yang mempunyai tanda tanda seperti di gambarkan oleh romo ki Sudibyo tentang mas Rangga dan aku, dik Astrit dan dik Arum sudah saya angkat sebagai saudara dan aku akan sangat berysukur kalau mas Rangga dapat bersanding dengan dik Astrit dalam waktu dekat ini”

“Bagai mana pendapat dari putra putri dari Almarhum mogo siapa yang mau mewakili” kata Sulastri

“Baik tante aku yang akan mewakili putra putri almarhum aku setuju karena dik Rangga adalah murid spiritual romo dan kami aku dan mas Bagus sudah mengangap dik Rangga sebagai adik saya sendiri tante” jawab Dinda purti almarhum

“Pak Kromo aku sudah mengenal nak Astrit lama dan aku tau kesehariannya ketika nak Astrit menjadi teman Rangga dan nak Astrit sering mampir ke rumah dan dalam hati memang aku sudah setuju kalau Rangga menikah dengan nak Astrit sekarang tergantung anaknya sendiri aku dan suami aku akan selalu tut wuri handayani tentang jodoh dari anak anak ku” kata Sulastri

“Baik lah kita akan mendengar sendiri jawaban dari anakku Astrit tentang rencana perkawinan ini” kata pak Widakdo

“Baik bapak ibu semuanya sebagai seorang anak akan selalu menurut kata kata orang tuaku ketika aku di jodohka dengan mas Dodi walau dalan hati aku tidak srek banget tapi aku tetap mengikuti keinginan orang tua dan kata hati ku benar kalau pertunangan ku dengan mas Dodi membawa masalah besar dalam keluargaku dan ini membuka mata bapak dan ibu kalau perjodohan atas pilihan orang tua tidak semuanya baik dan sejak dulu aku selalu berharap jodoh ku adalah mas Rangga sehingga aku selalu menjaga silaturahmi denga keluarga mas Rangga dan terutama kepada ibu Sulastri adalah tempat jurhat saya selama saya berada di kota propinsi dan merupakan ibu kedua bagi aku” kata Astrit

“Maafkan lah bapak dan ibu ya Astrit memang bapak salah dalam hal menjodohkan mu dengan keluarga Margono sekali lagi maaf kan lah orang tuamu ya” kata pak Kromo

“Arum cucuku” kata eyang Sosro

“Apa eyang” Jawab Arum

“Apa kamu juga ingin seperti nak Astrit besok di nikahkan dengan nak Rangga” tanya eyang Sosro

“Arum mau sih yang, tapi nanti Arum dimarai ibu kepala sekolahku eyang takut ah” kata Arum, lanjutnya “Nanti saja kalau Arum udah sudah lulus minimal SMA dulu”

“Syukur kalau kamu mempunyai pendapat seperti itu” kata eyang Sosro lanjutnya “Nak Andini”

“Ya eyang” jawab Andini

“Eyang serahkan pengawasan cucuku kepadamu ya” kata eyang Sosro

“Baik eyang saya akan selalu diawasi selama 24 jam eyang” kata Andini

“Terima kasih” jawab eyang Sosro

Baru saja santai Rangga dan Bagus masuk Ruangan kemudian langsung ditanya oleh kyai Burhanudin

“Nak Rangga” kata kyai Burhanudin

“Ya kyai” jawab Rangga

“Duduk sini nak ada yang mau saya tanyakan” kata kyai Birhanudin

Setelah Rangga duduk disamping kyai Burhanudin

“Nak Rangga jawab yang jujur ya” kata Kyai Burhanudin

“Iya kyai” jawab Rangga

“Apa yang kamu lakukan sehingga pak Kromo menuntut kamu segera melakulan jiab kabul besok di depan jenasah gurumu ki Sudibyo” kata kyai Burhanudin

“Apa yang aku lakukan ke Astrit?” guman Rangga, mata Rangga penuh selidik ke semua orang yang ada di sekitar itu, ke bapaknya tapi hanya senyun, melihat ibunya juga demikian terus melihat Andini juga sama

“Rasanya aku ngak melakukan apa apa kok kyai yang melanggar hukum ke dik Astrit” kata Rangga

“Kalau tidak ada apa apa kok ada reaksi dari keluarga pak Kromo” kata kyai Burhanudin

Rangga tambah binggung juga

“Sebentar kyai, dua hari yang lalu dik Astrit menilpun aku ketika aku masih di kota Propinsi kalau tunagannya Dodi mengajak ketemuan dan aku cuma menjawab ya boleh nanti aku kan selelu mantau keadaan dik Atrit ternyata dik Astrit malah meminta di temani oleh dik Arum dan aku juga setuju, dan pada hari H malam minggu aku terus mantau dan tenyata Dodi tunagan Astrit malah mau menperkosa dik Astrit dan dik Arum tapi ketika aku datang yang akan memperkosanya sudah tersungkur oleh dik Astrit dan dik Arum dan aku pun mengantar pulang mereka berdua, apa coba kesalahan ku” kata Rangga

“Lha itulah kesalahan mu keluarga Kromo ingin menyerahkan perlindungan nya kepadamu sebab pak Kromo takut atas ancaman dari keluarga Dodi terutama melibatkan preman preman dari yogya” kata kyai Burhanudin, lanjutnya “Apa jawabanmu kalau pak Kromo dan keluarga menghendaki besok sebelum pemakaman pak Kromo mau menikahkan engkau dengan nak Astrit”

“Sebentar kyai, ini sudah di luar jalur aku harus dapat restu dari jeng Andini sebagai istri syahku saat ini kalau jeng Andini setuju baru bisa di kalukan tapi kalau jeng Andini tidak setuju yang ngak bisa di lakukan to kyai” kata Rangga

“Ya sudah kamu bicara dulu dengan istrimu Andini dan jangan lama lama sudah di nanti oleh bapak ibu Kromo dan juga bapak ibumu” kata kyai Burhanudin

“Ya kyai aku mohon diri dulu” kata Ranga dan berdiri dan menghampiri ke tempat Andini dan mengajak Andini untuk bicara secara pribadi

“Jeng ikut aku sebentar” kata Rangga ke Andini

Andini pun beranjak dari tempat duduk dan mengajak Astrit dan Arum untuk mengikutinya sehingga mereka berempat meninggalkan tempat pertemuan itu dan Rangga mengajak ke kamar Andini

Setelah sampai di kamar

“Jeng duduk disini dulu juga dik Asrtrit dan di Arum” kata Rangga dan mereka duduk di sofa panjang di dalan kamar Andini

Rangga duduk di tengah, Andini di sebelah kiri, Astrit di sebelah kanan dan Arum berada di pangkuan Rangga dan Rangga memberi ciuman di kening untuk ketiga kekasihnya

“Begini jeng tadi kyai meminta saya bertanggung jawab atas keselamatan dik Astrit dari tangan Dodi dan mereka merencanakan akan menikahkan aku dengan dik Astrit besok di depan jenasah romo ki Sudibyo” kata Rangga, lanjutnya “Kan aku sudah terikat perkawinan yang syah dengan jeng Andini, sebelum saya memberikan keputusan saya ingin mendengar pendapat dari pacar pacar ku terutama untuk Andini”

“Ya kangmas tadi ketika kangmas pergi dengan mas Bagus semua sudah di bahas tuntas dan diajeng sudah menyatakan persetujuannya di depan forum ini” kata Andini, lanjutnya “Dik Astrit juga sudah mau bosok siang sebelum acara pemakaman mau di adalan upacara ijab kabul antara Kangmas Rangga dan dik Astrit”

“Oh gitu ya, maaf mas ngak tau prosesnya tadi, maaf ya dik Astrit” kata Rangga sambil mencium kening Astrit

“Terima kasih mas” kata Astrit

“Dik Arum ngak sekalian” kata Rangga

“Maunya sih gitu, tapi nanti setelah ijab kabul Arum langsung di keluarkan dari sekolah olah ibu kepala sekolah mas mau bertanggung jawab” kata Arum

“Ia ia ha ha ha” kata Rangga sambil mencium kening Arum setelah mendengar jawaban Arum yang masih di pankuan Rangga

“Tapi kan tadi oleh eyang Sosro sendiri udah di serahkan ke aku mas jadi dik Arum juga menjadi tanggung jawab aku alisan juga menjadi tanggung jawab kangmas Rangga juga kan” kata Andini

“Terima kasih jeng Andini yang selalu ada untuk aku” kata Rangga sambil mencium bibir Andini selama 4 sampai 5 menit di depam Astrit dan Arum

“Terima kasih cinta pertamaku” kata Rangga smbil mencium bibir Astrit sekitar 5 menittan

“Terima kasih cita terakhirku” kata Rangga sambil mencium bibir Arum sekitar 5 menitan

Setelah itu Rangga keluar dan memberi jawaban ke forum yang hadir di sana dan di jawab secara serentak dengan ucapan syukur “Alhandulilah” bersama sama

Malam itu Rangga menghatar bapak dan ibu nya serta ke 2 adiknya untuk istirahat di rumah Andini yang satu nya lagi dengan mobil mbak Dinda yang muat banyak, sedang mobil Rangga untuk mengantar bapak ibu Kromo dan eyang Sosro sekalian yang di kemudikan oleh Raka putra mas Bagus sedang Bagas, Saka Dirga juga ikut duduk di nagjku belakang sedang Arum dan Astrit tidur di tempat Andini di kamar Andini.



Bersambung
Part 48

 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd