Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Kyai Walang Sungsang

Status
Please reply by conversation.
Kiai Walang Sungsang

Part 48: Perkawinan Astrit


Pov 3rd

Pagi hari ini sesuai dengan rencana jam 7 acara memandikan jenasah dengan petugas Rangga, Bagus dan Dimas mereka bertiga mengambil posisi duduk di bangku panjang dan dipimpin langsung dengan kyai Burhanudin sendiri dan secara bersamaan rombongan para santri dari Beringan kembar datang dengan di jemput dengan 2 bis yang tengah malam mereka berangkat dan setelah sholat subuh mereka langsung ke rumah duka yang nantinya kan membawakan bacaan ayat ayat suci untuk menghantar kepergian romo ki Sudibyo

Kedatangan rombongan santri dan santriwati di kediaman romo ki Sudibyo membawa suasana yang lain dari biasanya ini membawa nuansa islamik yang sangat kental lagi

Andini, Astrit dan Arum mereka pada pamit untuk membeli keperluan untuk upacara ijab kabul nanti dengan menggunakan mobil Andini dan di kemudikan oleh Andini sendiri mereka ke toko swalayan untuk membeli pakaian hitan hitam dalan suasana berkabunng ini dan membeli titipan Rangga seperangkat alat sholat untuk mahar ijab kabul tersebut

Raka sendiri mondar mandir dengan mobil Rangga menjemput bapak ibu Kromo dan eyang Sosro sekalian setelah itu baru menjemput bapak dan ibu dari Rangga yang semalan tidur di rumah Andini yang lain

Jam 09.30 mereka sudah siap di dalam rumah dan banyak juga teman teman guru yang sudah datang kala mendengar berita siaran radio setempat kalau ki Sudibyo seorang dalang dari Kabupaten tersebut melinggal dunia kemari sore bahkan beberapa siswa ada juga ikut melayat walau hari itu hari libur

Para tetangga pun dari semalam membuat semacam dapur umum untuk memasakan orang orang yang ikut melayat terutama yang dari luar kota yang di tangani oleh Andini sendiri dan di bantu oleh Sutini istri Parjo sebagai pembatu rumah tangga dari keluarga ki Sudibyo

Setelah semua berkumpul di depan jenasah ki Sudibyo Rangga dan Astrit duduk berdampingan di depan ada kyai Burhanudin dan di samping kiri duduk pak Bambang dan pak Kromo dan di samping yang lain duduk pak DR Moch Yusup dan eyang Sosro Kartono sebagai saksi pernikahan dari Rangga dan Astrit

Disekitar jenasah juga duduk Andin, Arum, ibu Sulastri ibunda dari Rangga, ibu Kromo ibunda dari Astrit dan mas Dimas di dampingi Roro Astuti dan juga mbak Dinda di dampingi oleh mas Bagus.

Banyak teman teman Astrit dan Rangga yang hadir pada acara pernikahan Rangga dan Astrit semakin terbengong sendiri dan tak mengira akan terjadi peristiwa penikahan di depan Jenasah ki Sudibyo antara Rangga sebagai murid ki Sidibyo serta putra dari Bapak Bambang Wijaya dan Astrit putri bapak Kromo Widakdo

Kyai Burhanudin bertindak sebagai penghulu dalam acara pernikahan Rangga dan Astrit dan sedikit kata pengantar dari kyai Burhanudin bawah pernikahan ini sudah mendapat persetujuan dari istri nak Rangga Dipati iyalah nak Andini Murtiningsih

Kemudian kyai Burhanidin mengambil tangan Rangga dan mengucapkan ijab kabul

“Aku nikahkan anak mas Rangga Adipati bin Bambang Wijata dengan anak ayu Astrit Maharani binti Kromo Widakdo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan sebuah kitab suci AlQuran di bayar tunai” kata kyai Birhanudin

“Saya terima nikahnya Astrit Maharani binti Kromo Widakdo dengan mas kawin tersebut di atas dengan Tunai” jawab Rangga dengan tegas

“Bagai mana saksi” ucap kyai Burhanudin

“Syah, Syah” jawab Dr Moch Yusup dan eyang Sosro hampir bersamaan

Sedikit ular ular atau wejangan dari kyai Burhanidin kepada Rangga dan Astrit tentang pentingnya keterbukaan dalan hidup berumah tangga semoga menjadi keluargga yang Sakinah, Warohmah, Wawardhah ….

Setelah Rangga dan Astrit berdiri langsung mendapat ucapan selamat dari Kyai Burhanudin Andini, Arum kemudian Bapak dan Ibu Bambang Wijaya bapak ibunya Rangga, bapak ibu Kromo Widakdo bapak ibunya Astrit, pak dr Moch Yusup, bapak ibu Sosro Kartono, mas Dimas dan mbak Roro serta mas Bagus dan mbak Dinda dan juga ngak ketinggalan mas Wignyo kakak kandung Astrit juga adik adik Rangga Wulan, Sari dan Raka, Tias dan Saka serta Dirga Indah dan Bagas

Setelah semua yang ada dalam ruangan itu memberi selamat dan kini Rangga dan Astrit keluar ruangan menemui semua teman teman guru yang sempat hardir pada acara itu sehingga banyak desas desus mengenai Rangga dan Rangga hanya tersenyum menanggapi mereka

Jam 10 han setelah upacara perkawinan Rangga dan Astrit teman teman pangkrawit mulai membunyikan gamelan dan dengan lagu yang pelan di tambah dengan untuk mengiringi sholawat nabi yang di tembangkan oleh rombongan santri dan santriwati dari pondok pesantren Beringin Kembar suasana berkabung semakin terasa terasa ketika bapak bupati dan rombongan muspika datang melayat disambut oleh Rangga, Andini dan putra putri romo ki Sudibyo mas Dimas dan mbak Dinda

jam 12 menjelang sholat duhur di gunakan untuk menyolati jenasah di musalla di depan rumah ki Sudubyo setelah sholat duhur persiapan pemberangkatan jenasah ki Sudibyo ke makam jang berjarak kurang lebih 1 km dan Rangga menyediakan Transpotasi berupa 2 bis disamping juga mobil pribadi dan dan kendaraan roda dua

Jam 12.30 acara pemakaman di mulai sambutan dari pihak keluarga yang di wakili oleh mas Dimas putra sulung dari ki Sudibyo dan pihak pemeritah di wakili oleh bapak bupati sendiri setelahnya pemberangkatan jenasah di iringi lagu kebogiro yang bisanya untuk mengiringi temantem menuju ke paminan hal ini di lakukam atas permintaan terakhir ki Sudibyo kepada para waranggono di bawah asuhanya upacara pemakaman jenash almarhum ki Sudibyo berjalan lancar dan jam 2 nan pelayat sudah pada pulang tinggal pada santri dan santriwati para pengkrawit dan keluarga makan bersama yang di siapkan oleh para tetangga kampung ki Sudibyo

Rangga, Andini dan Astrir makan bersama dengan mbak Dinda sedang Arum makan bersama sama saudara saudara Rangga Wulan dan Sari bersama ibu Sulastri

“Dik Rangga” kata mbak Dinda

“Apa mbak” jawab Rangga

“Mbak mau tanya apakah mungkin mbak bisa bertemu dengan ibu Rengganis mbak betul betuk kangen sama ibu mbak” kata Mbak Dinda

“Kalau itu si aku ngak tau juga si mbak soalnya alam kita sudah berbeda kita berada di alam nyata dan ibu Rengganis berada di alam kelanggengan, tapi nanti di coba saya akan bertemu dulu sama romo untuk menyatakan itu” kata Rangga

“Kalau bisa aku sangat senang sekali tapi kalau ngak bisa ya gimana ya ya ngak papa sebab alam kita memang berbeda” Jawab mbak Dinda

“Jeng gimana persiapan untuk tahlillan malam nanti” tanya Rangga ke Andini

“Udah rapi kok mas tadi aku sudah menghubungi ketering yang kemarin di pakai untuk syukuran kata nya bisa saya pesan 100 dos” kata Andini

“Aku juga sudah pesan buku panduan tahlil juga 100 ex melalui pesanan on line jeng nanti sebentar lagi datang dan sudah saya bayar lunas” kata Rangga

“Dik Astrit bagaimana perasaan mu kali ini” kata Andini sambil tersenyum

“Ya amat senang lah mbak permohonanku terkabul selama ini aku melaukan tahajut setiap malam dengan permohonan dekatkan aku dengan Rangga dan jauhkan lah aku dari Dodi” kata Astrit

“Itulah kekuatan doa dik Astrit, sebenarnya tidak ada doa yang tak terkabulkan yang ada permohonan nya yang tertunda jadi jangan bosan bosan untuk memohon walaupun permohonan itu datangnya pelan” kata mbak Dinda

“He he he makasih mbak Dinda atas penjelasnnya” kata Astrit

Sementara itu di sekitar Arum yang baru makan bersama ibu Sulastri, Wulan dan Sari juga ada eyang putri Soaro dan ibu Kromo

“Bu bu mbak Arum cantik ya imut lagi” kata Wulan ke ibunya Sulastri

“Pastilah mantu ibu harus cantik cantik” kata Sulastri

“Ah ibu bisa aja” kata Arum sambil tersenyum dan pipinya semu merah karena tersanjung atas pujian ibu Sulastri calon mertuanya

“Mbak Arum kita tu seumuran aku baru satu bulan yang lalu genap 18 tahun dan mbak Arum 2 bulan lagi” kata Sari

“Lho dik Sari kok tau sih” kata Arum

“Ya dari siapa lagi kalau bukan dari mas Rangga” kata Sari

“Mbak kemarin kan mas Rangga pulang ke kota propinsi besama dengan mbak Andini kemarin kok ngak ikut sekalian” kata Wulam

“Aku malu dan ngak pede juga sih lagian hari Sabtu aku kan masuk sekolah juga nanti aku di marahi oleh mbak Andini kalu sering ngak masuk” kata Arum, lanjutnya “Nanti kalau liburan semester aku akan ke kota propinsi aku kan belum pernah ke kota propinsi juga”

“Awas ya kalau bohong” kata Sari sambil tersenyum

“Nanti bareng bareng sama mbak Andini dan mbak Astrit kan enak rame rame” kata Arum

“Nak Arum kelas berapa sih” tanya bu Kromo

“Kelas XI bu atau kels 2 SMA” kata Arum

“Lha kok sudah berusia 18 tahun” tanya bu Kromo

“Iya jeng, Arum pernah ngak naik kelas ketika kelas 2 SMP ketika itu ibunya Arum meninggal dunia di tambah lagi ayahnya kawin lagi tanpa memperhatika keadaan Arum anak nya, ketika aku ambil dari Ciamis jawa barat dalam keadaan stress berat dan hampir setaun memulihkan keadaan jiwa nya jeng” jawab eyang putri Sosro, lanjutnya “Setelah setahun kesehatan pulih dan sifat manja nya kembali dan ketika lulus SMP mendapt ranking 1 sekabupalen sehingga mendapat preoritas masuk sekolah SMA manapum pasti di terima dan kebetulan putra tetangga di depan rumah di terima di mana nak Andini sebagai kepala Sekolahnya sehingga Arum masuk sekolah tersebut dengan maksud ada temannya kalau berangkat dan belajar”

“Oh begitu ya ceritanya” kata bu Kromo dan mereka bercerita sambil melanjutkam makan siangnya

Sore harinya di gunakan untuk persiapan tahlillan sesudah mahrib dengan maksut para Santri pulang ke Kediri tidak telalu malam pada malam hari tahlilan digelasr dengan banyak yang hadir bukan saja dari orang orang se kampung juga banyak yang datang banyak juga teman teman Andini, Rangga dan Astrit ikut mendoakan dan ikut tahlilan hampir pendopo penuh dan dan meluber ke samping kiri dan kanan pendopo yang masih terpasng tenda tenda

Setelah selesai acara tahlilan Rombongan santri kembali ke pesantrn yang diantar dengan 2 bis sedang untuk kyai Burhanudin di antar oleh Parjo dengan mobil Andin dan bapak dan ibu Kromo dan eyang Sosro bersama Arum pulang ke rumah masing masing dan Astrit tinggal ngak ikut pulang kerumah sebab sekarang udah menjadi istri Rangga dan Bapak dan ibu nya Rangga akan tidur di kamar romo yang kearin malam di pakai oleh kyai Burhanudin dan Dr Yosup sedang sari dan wulan bergabung dengan tidur bersama Tias putri mas Bagus dan Indah putri mbak Rini

Kini semua keluarga baru santap malam bersama sebelum pak Kromo dan eyang Sosoro pulang kerumah masing masing secara kebetulan Rangga duduk berdekatan dengan mas Bagus

“Eh dik Rangga aku dengar dari dik Dinda dik Rangga mau mengusahkan pertemu dengan ibu Rangganis ya” kata Bagsus

“Ia mas saya akan bilang ke Romo apabila semuanya mungkin” kata Rangga

“Ya kalau mungkin juga aku juga kangen sama ibu Widuri udah lama Bangt sih” kata Bagus penuh permohonan

“Baiklah mas nanti setelah makam ini aku akam menemui romo dulu untuk menyatakan keingina mas Bagus damn mbak Dinda tapi aku ngak janji ya mas kan kita berada di alam yang berbeda” kata Rangga

“Ya dik aku tau kalau itu” kata Bagus

Setelah selesai makan Rangga pamit ke Andini dan Astrit untuk semedi sebentar di ruang semedi untuk bertemu dengan romo atas permintaan mas Bagus dan mbak Dinda

Setengah jam kemudian Rangga menemui mas Bagus dan mbak Dinda yan mengabarkan romo dan para warongkonya siap menerima putra putri nanti tepat tengah malam

===skip===



Tepat jam 12 malam Rangga, Andini, Astrit bersama mas Bagus dan mbak Roro juga mbak Dinda dengan mas Dimas serta ibu Bapak Bambang mereka sudah ada di ruang semedi Rangga duduk ditengah di apit oleh ke dua istrinya Andini dan Astrit di sebebelah kanan Ranga dan ke dua istrinaya duduk mas Bagus bersama mbak Roro di selah kiri duduk mas Dimas dengan mbak Dinda sedang ibu dan bapak Bambang duduk di belakang Rangga, Andini dan Astrit

Ranggapun mengajak semua yang hadir supaya menyatukan pikir dan hati seraya berdoa untuk kebesaran Ilahi dan dalam keadaan hening hening eleng ini suasana dipecahkan denga suara kereta dan rengek kuda yang baru menarik sebuah kereta tiba tiba di depan mereka muncul empat orang seorang laki laki duduk di sebuah korsi dan tiga puteri yang cantik cantik yang di tengah sudah tidak asing lagi bagi mereka dengan memakai beskap warna putih bersinar dia adalah ki Sudibyo tampak gagah dan segar jauh berbeda dengan keadaan ki Sudibyo yang masih di alam nyata dibelakang ki Sudibyo berdiri seorang wanita cantik dengan memakai pakain kebaya merah sedang di sebelah kiri dan kanan juga terlihat duduk 2 perempuan yang tak kalah cantiknya yang kiri menggunakan kebayak kuning dan sebelah kanan memakai kebayak biru

“Maaf romo kami berkumpul disini menghaturkan sembah bekti kepada romo dan ibu ibu sukalian karena permintaan mas Bagus putra ibu Widuri dan mbak Dinda putri ibu Rengganis” kata Rangga setelah mengangkat tangannya dengan menyatukan nya di depan hidungnya

“Ya anak ku Rangga aku terima sembah sujut ku kepadamu dan terimalah sih karunia ku untuk mu” jawab ki Sudibyo sambil mengangkat tangannya

“Aku juga menghatur kan sembah romo” ucap Andini dan Astrit bersamaan dengan mengangkat tangan yang di satukan di depan hidung mereka

“Aku terima sembah mu Andini dan Astrit dan restuku untuk kalian berdua dan untuk Astrit aku mengucapkan selamat kamu sudah menjadi bagian dari kami semenjak siang tadi ijab kabul mu di terima oleh semesta” jawab ki Sudibyo

“Terima kasih romo” kata Astrit

“Romo aku dan diajeng Roro Astuti menghaturkan sembah” kata Bagus dan melakukan sembah seperti Rangga dan Andini perbuat

“Ya anakku Bagus sembah betkimu aku terima dan restuku aku berikan kepadamu” kata ki Sudibyo

“Romo aku dan kangmas Dimas Mahendra menghaturkan sembah bekti” kata Dinda

“Ya cah ayu anakku Dinda sembah bektimu aku terma dam restuku aku berikan kepadamu anakku” kata ki Sudibyo, lanjutnya “Bapak Bambag sekalian, apa kabar”

“Baik Romo” jawab pak Bambang ayah Rangga

“Ha ha ha jangan kamu memanggilku dengan sebutan romo, kamu bukan mantu aku tapi besan aku sebab Andini sudah manjadi anak angkatku” kata ki Sudibyo

”Ba … baik ki” jawab pak Bambang

“Aku berteima kasih kepada mu istrimu juga yang tak lelah lelahnya membimbing muritku sampai seperti ini kalau tidak ada campur tangan kalian berdua belum tentu nak Rangga lulus dari tirakar 3 hari itu” kata ki Sudibyo

“Ibu bertiga, ibu Sunarsih, ibu Widuri dan ibu Rengganis, aku mewalili putra putri ibu bertiga menghaturkan sembah” kata Rangga

“Sembah bektimu aku terima dan dan restu ku aku berikan kepadamu untuk senua anak anak ku” kata ibu Suarsih yang berdiri di belakang ki Sudibyo dan berjalan ke depan, lanjutnya “Anakku Bagus dan Dinda aku bersama Widuri dan Rengganis selalu memantau kehidupanmu dan aku tau terutama untuk Bagus hadapilah masalahmu dengan dada terbuka dan ceritakan kepada nak Rangga pasti ada jalan keluar dari masalah bisnismu ini juga berlaku untuk kamu Dinda kalau ada persoalan tentang apa saja jangan segan segan minta pendapat dari nak Rangga pasti masalah mu segera tuntas”

“Terima kasih bunda Sunarsih atas wejanganya sehingga membuat kami lelebih pecaya diri” kata Bagus

“Demikian juga dengan aku bunda aku sangat berterima kasih atas segala nasehatnya kepada keluarga kami” kata Dinda

Setelah ibu Sunarsih kembali ke tempat duduknya, Wanita yang berada di sebelah kiri ki Sudibyo bunda Widuri berdiri

“Anakku Bagus kamu ngak ngenakin istrimu yang cantik ini dengan bunda” kata Widuri

“Ia bunda Widuri perkenalkan ini istri Bagus yang bernama Roro Astuti” kata Bagus

“Mohon maaf bunda aku Roro Astuti mohon doa restu dalam aku mendampingi mas Bagus juga sambah sujut dari cucu bunda Raka Tias dan Saka” kata Roro

“Oh jadi cucu bunda udah tiga ya sebentar lagi kamu mau mantu ya” kata Widuri

“Ia bunda 5 bulan lagi mohon doa restu” kata Roro

”Eh dengan siapa” tanya Widuri

“Dengan Novi Siregar dari Batak tapi ibunya juga dari jawa bunda” kata Roro

“Bunda hanya bisa mendoakan saja supaya Raka dan Novi menjadi keluarga yang Sakinah, Warwardah dan Warohmah

“Terima kasih Bunda” kata Roro

Kemudian ibu Widuri kembali duduk di tempat semula kemudian bunda Rengganis berdiri menghampiri Dinda

“Hallo anakku yang cantik bagaimana kabarmu” Kata Rengganis

“Baik ibu” jawab Dinda

“Ini suami mu ya, siapa namanya”kata Rengganis

“Dimas Mahendra ibu” kata Dinda

“Sembah bekti aku haturkan ke ibu Rengganis” kata Dimas

“Sebah bektimu aku terima nak Dimas restu ku berikan kepadamu” kata Rengganis, lajutnya “Udah ngak kangen ke ibu kan sekarangkan Dinda sayang” kata

“Masih sih ibu” kata Dinda

“Ngak boleh begitu cah ayu, ibu ngak bisa lama disini sebab alam kita sudah lain, teruskanlah kehidupan mu cah ayu dan bimbinglah anak anak ku supaya menjadi orang yang berguna untuk Nusa Bangsa, Agama dan Keluarga, sekian dulu ya ibu ngak mau lelihat anak anak inu menangis lagi semua peristiwa pasti mempunyai hikmah sendiri sendiri anakku” kata Rengganis

Setelah Rengganis duduk di tempat semula

“Sudah semua ini, kalu begitu romo dan ibu ibu kalian mohon pamit hayu hayu rahayu lir sambeloko” kata ki Sudibyo dan merekapun menghilang dari pandangan mata mereka

Rangga melihat jam sudah jam 1 malam lebih

“Mas Bagus dan mbak Dinda itu yang bisa saya kerjakan semoga membuat keluarga mas Bagus dan mbak Dinda lebih giat lagi” kata Rangga

Dan mereka kembali ke kamar masing masing unruk beristirahat Rangga Amdini dan Astrit masuk kamar Andini yang kini untuk sementara menjadi kamar mereka bertiga

Bersambung
Part 49
Wah ternyata bapak nya Arum orang Ciamis ya...
Salam buat Arum sebagai sesama trah parahyangan...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd