Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Kyai Walang Sungsang

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Kiai Walang Sungsang

Part 49: Rencana Rangga



Kartika Arum Sari


Astrit Maharani, S.Pd


Drs. Andini Murtiningsih, M.Pd

Pov 3rd

Pagi hari Astrit terbangun dengan sangat terkejut sebab bangun dengan kecupan di bibir dan Astrit baru sadar bahwa dia tidak tidur di kamarnya sendiri disebelahnya masih tertidur dengan pulasnya mbak Andini yang mungkin sangat kecapaian demikinan juga dengan aku mas Rangga membangunkan Astrit dengan sangat istimewa sekali dengan mencium bibir Astrit dengan hangat dan ketika kesadaran Astrit pulih segera merain tubuh Rangga dan menariknya ke dalam pelukannya

“Dik bangun waktu subuh akan segera habis” kata mas Rangga

“Ya ia mas aku bangun” kata Astrit sambil bangun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk ambil air wudhu

Rangga mendekati tubuh Andini yang masih tertidur dengan pulasnya dan mencium keningnya tapi tak ada bereaksi sama sekali mengeliat pun tidak di pandangnya wajah ayu Andini sambil mengecup bibirnya

“Jeng Dini bangun jeng waktu subuh hampir habis” kata Rangga

“Masih ngantuk masss” jawab Andini manja dan masih memejamkan matanya

“Ayo jeng waktu subuh sudah hampir habis nanti setelah subuh boleh tidur lagi kok” kata Rangga sambil membelai wajah ayu Andini

“Jam berapa sekarang” kata Andini

“Udah jam 5 lewat jeng” kata Rangga

“Ok aku bangun, gendong” ucap andini manja

“Kok manjan banget sih” kata Rangga sambil menarih tubuh Andini supaya duduk dan menggotongnya ke arah kamar mandi dan papasan dengan Astrit di depan pintu kamar mandi dan Astrit tersenyum melihat Rangga menggendong tubuh Andini

“Asik nih mbak” kata Astrit membuat Andini terkejut dan minta di turun dari gendongan Rangga

“Udah mas aku malu sama dik Astrit” kata Andini dengan gerakan mimta di turunin

“Ya udah” kata Rangga sambil menurunkan tubuh Andini di depan pintu kamar mandi

Rangga segera menyusun tempat untuk subuhan mereka bertiga dan Rangga sebagai iman sedang Atrit dan Andini sebagai mukmin berdiri di belakang Rangga Astrit di kanan Rangga dan Andini di kiri Rangga

Tak lama kemudian mereka bertiga sudah selesai melakukan ritual pagi dengan mengucap syukur atas segala nikmat yang di berikan untuk keluarga itu

“Jeng kalau masih ngantuk tidur lagi aja ngak papa” kata Rangga ke Andini

“Ngak ah … masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan untuk menyiapkan makan pagi untuk para tamu dan menyipkam segala sesuatunya untuk persiapan pulang juga untuk mbak Dinda dan mas Bagus dan aku ngak tau kapan Bapak mau pulang apa ngak” kata Andini

:”Oh ia to mas Bagus dan mbak Dinda juga pulang hari ini coba nanti aku tak tanya bapak kapan mau pulang ke kota Propinsi” kata Rangga

“Ayo dik Astrit bantu aku menyiapkan sarapan untuk mereka” kata Andini sambil mengandeng tangan Astrit

“Lupa ya sekarang” kata Rangga sambil menunjuk ke bibirnya

“Oh lupa” kata Andini dan melangkah mendekati Rangga dan masih menggandeng Astrit dan Rangga langsung meraih tubuh Andini dan memeluknya dan mencium bibir Andini dan Andinipun membalas ciuman Rangga sementara itu Astrit tersebyum melihat Andini berciuman dengan Rangga, tapi tak lama Rangga melepaskan pelukannya dan kini meraih tubuh Astrit dan membenamkan dalam pelukannya dan mencium bibir AStrit dengan masra dan Astrit pun membalas ciuman Rangga dengan mesra dan mereka saling mencium setelahnya Rangga melepas pelukannya dan segera Andini menarik tangan Astrit diajaknya keluar ruangan

Andini dan Astrit langsung ke dapur langsung menyiapkam sarapan untuk semua penghuni rumah tersebut kemudian menyusul ibu Sulastri juga ikut ke dapur Astrit menyiapkam mimuan utuk semua pengguni berupa kopi dan teh manis dan pisang gorengan yang sudah di siapkan oleh Sutini pembantu keluarga Andini istri dari Parjo supir keluarga Andini

Sementara Rangga duduk santai di teras bersama dengan Bapaknya, Mas Dimas dan mas Bagus

“Mas Dimas dan mas Bagus jadi hari ini pulang ke Jakarta dan ke kota Propinsi” tanya Rangga

“Ia dik ngak enak juga ninggalin pekerjaan terlalu lama” kata mas Bagus

“Mas Bagus di kota Propinsi tinggal di mana ya” kata Rangga

“Di derah Ketileng dik” kata mas Bagus

“Dengan rumah sakit sebelah mananya mas” kata Rangga

“Sebelum rumah sakit itu ada pom bensin lah rumah mas di belakang pom bensin itu si samping itu ada gang masuk jadi lewat samping pom bensin” kata Mas Bagus

“Kapan kapan mau mampir ke rumah ah mau konsultasi dengan mbak Dinda tentang Salon dan Butik kan sama tu aku juga punya Salon dan Butik peninggalan romo semoga bisa di kembangkan juga he he he” kata Rangga

“Oh kalau tempat Butik dan Salon nya ada di Jln Erlangga dik mungkin lebih dekat kesana dari pada ke rumah yang selelu kosong kalau hari kerja dik” kata mas Bagus

“Kalau mas Dimas di Jakertanya di mana” kata Rangga

“Di Jalan Rawamangun dik” kata mas Dimas

“Aku juga mau konsultasi tentang pengembangakan bisnis peninggalan romo juga nih” kata Rangga

“Ya nanti kalau udah yakin boleh lah mau bikin apa to dik” kata mas Bagus

“Rencana sih mau bikin pabrik pakaian jadi sebab menurut pendapatku pakaian jadi salah satu jenis bisnis yang selalu in gitu mas” kata Rangga

“Apa ngak eman dik mengajarnya di tinggalkan” kata mas Dimas

“Lha dari pari pada kena PP 10 kan sama saja di keluarkan to mas lebih baik aku keluar dulu sebelum di keluarkan ya kan mas” kata Rangga

“PP 10 apaan to dik” kata mas Bagus

“PP 10 itu aturan pemerintah untuk mengatur pegawai pemerintah tidak boleh berpoligami mas” kata Rangga

“Ya pantas dik Bagus ngak mengenal PP 10 sebab kerjanya di Univ Swasta ya” kata mas Dimas

dan masih banyak obrolan tentang hidup dan kehidupan sampai suatu saat

“Bapak rencana pulang ke nota Propinsi kapan” kata Rangga ke bapak nya

“Kalau Bapak si santai nga tapi ibu dan adik adik mu ngak bisa santai nih ibumu harus buka warung kembali dan adik adik mu juga sekolah kan” kata pak Bambang

“Ya udah nanti pakai mobilnya jeng Andini saja pak untuk mengantar ibu ke kota Propinsi dan setelah bapak resen dari pekerjaan bapak akan segera saya serahi untuk mengurus PO Bima Sakti pak” kata Rangga

“Begitu ya, Okey lah bapak ikut” kata pak Bambang

“Atau Bapak mau buka bengkel Mobil dan Montor pak” kata Rangga

“Ya nanti lah di pikir dulu Nga” jawab pak Bambang

“Ha ha ha ternyata jiwa wirausahamu muncul juga dik Rangga” kata Dimas, lanjutnya “Untuk permulaan di daerah dulu boleh tapi untuk masa depan kamu harus masuk ke bisnis Nasional dik kalau bisa malah multi Nasionak dik tidak mengelola satu macam bisnis saja tapi beberapa bisnis di gabung menjadi satu” kata mas Dimas

“Amin mas atas doanya” kata Rangga

Semantara itu dari dalam rumah Andini mengajak mereka sapapan seadanya dan segera mereka pindah di ke dalam rumah mengambil makanan dan di malan di ruang keluarga soalnya ruang makannya ngak mencukupi untuk mereka makan bersama

Sementara itu di kelompok laim Wulan Sari bersama Tias dan Indah mengelompok sendiri cewek cewek kumpul sendiri dan para cowok cowok juga ngumpul sendiri Raka, Dirga, Saka dan Bagas membuat kelompok sendiri

Ternyata Sari dan Indah satu sekolahan di SMA kota Propinsi sama sama kelas XII tapi beda kelas sehingga mereka cepat dapat menyesuaikan diri sedang Wulan dan Tias juga seumuran sama sama semester 6

Setelah sarapan bersama Rangga, Andini, Astrit pergi hendak membeli oleh oleh khas makanan Kabupaten untuk di bawa oleh mas Bagus, mbak Dinda dan bu Sulastri dan Wulan, Tias, Indah dan Sari ikut dalam rombongan mereka dengan mobil Rangga

Rangga sebagai pengemudi di sebelahya duduk Andimi\sedang di bangku tengah ada Astrit, Tias dan Wulan sedang di bangku belakang asa Sari dan Indah dan sebentar kemudian mereka sudah sampai di toko penjual makanan khusus utuk oleh oleh khas kabupaten tersebut

“Jeng bapak dan ibu kan akan pulang ke kota pripinsi dan tadi aku menawarkan memakai mobil diajeng ngak papa ya” kata Rangga

“Ngak papa mas disini juga ngangur kok ngak ada yang pakai” kata Andini

“Dan bapak juga aku tawari untuk mengelola PO Bima sakti sekalian rencanaku akan membuka menservis bis bis milik PO Bima sakti untuk selalu ready berangkat setiap saat dan hal ini bisa menekan cost untuk servis yang saya lihat kemarin pengeluaran untuk servis cukup besar juga jeng, selain untuk servis sendiri juga di buka untuk umum kedepannya akan aku kembangkan sebagai karoseri membuat body mobil jeng dan semua itu akan aku serahkan pengelolanya bapak sebab dalam segi mentenent bapak sunggung mumpuni” kata Rangga

“Oke aku setuju dengan pikiran mas Rangga yang ternyata punya jiwa wira usaha yang mandiri aku percaya kok usaha mas akan berhasil di dukung oleh keberadaan kyai Walang Sungsang” kata Andini

Sementara itu mobil Rangga sudah sampai di tempat parkir tempat penjual oleh oleh khas makanan Kabupaten dam mereka semua turun dari mobil Rangga dan Ranggapun memarkir mobilnya di tempat parkir yang aman dan setelahnya menyusul ke dalam toko tersebut

Satu jam kemudian mereka bertujuh sudah selesai dan kembali ke rumah sudah jam 11 lebih dan mas Bagus dan keluarga di antar ke bandara dengan Rangga dan di temani oleh Bagas dan mbak Dinda bersama keluarga menggunakan mobilnya sendiri sedang pak Bambang bapaknya Rangga dan kelarga menggunakan mobil Andini pulang ke kota Propnsi

Jam 14 pesawat terbang yang di tumpangi oleh mas Bagus dan keluarga tinggal landas dari bandara Adi Sumarmo

Rangga dan Bagas pulang ke rumah untuk mempersapkan tahlilan untuk sore hari ini yang di gelar setelah sembanyan isha di pendopo rumah ki Sudibyo dan kali ini tidak semeriah hari kemarin hanya tetangga dekat rumah Rangga dan beberapa teman teman guru serata teman teman warangono juga beberapa karyawan dari PP Bima Sakti dan Butik dan salon Arimbi

Sedang Arum begitu pulang sekolah langsung ke rumah ki Sudibyo untuk ikut membantu mempersiapkan acara tahlil tersebut

Tahlil hari ini adalah hari ke tiga dalam memperingati wafat nya romo ki Sudibyo persiapan sudah di mulai selepas Ashar dengan menata tempat yang ada di pendopo dan mengatur hantara yang sudah di pesan oleh Andini dan tahlil pun berlangsung sukses dan sekitar jan 8.30 acara selesai dan Rangga, Andini, Astrit dan Arum berkumpul di meja makan sambil makan malam

“Jeng Andini, dik Astrit dan dik Arum, mas akan menyampaikan mengenai masa depan kita bersama setelah kemarin aku dan dik Astrit melangsungkan pernikahan walau pun masih secara sirri belum seratus persen juga dengan status aku juga menjadi suami jeng Andini walau masih berststus sirri juga tapi kedepannya dalam waktu yang tidak lama tergantung persiapan kita pasti aku akan meresmikan perkawinan ku baik dengan jeng Andinin ataupun dengan dik Astrit” kata Rangga

“Ini soal apa to mas” tanya Andini

“Ya soal kita semua dan pernikahan kita juga sebab aku merencanakan paling lama 3 bulan lagi aku akan meresmikan pernikahan dengan jeng Andini dan dik Astrit sekalian bagai mana pendapat jeng Andini dan dik Astrit juga mungkin juga pendapat pacar mas yang peling imut ini” kata Rangga sambil mengusap rambit Arum dengan mesra

“Kebiasaan mas Rangga” kata Arum sambil cemberut dan Rangga hanya tersenyum meihat tingkah Arum

“Aku setuju mas” kata Andini

“Aku juga setuju” kata Astrit

“Aku idem” kata Arum sambil tertawa

“Kalau boleh usul setelah ujian Negara aja jadi semua free gitu mas” kata Andini

“Kecuali aku mas masa persiapan ulanga kenaikan kelas tu” kata Arum, lanjutnya “Memang sih aku ngak terlinat langsung atas pernikahan mbak Dini dan mbak Astrit”

“Nanti ya cari hari yang paling bagus rencananya gimana mau di barengin aja atau sendiri sendiri” kata Rangga

“Kalau ijab kabul nya sendiri sendiri mas sedang resepsinya baru di barengin juga ngak papa” kata Astrit

“Bagai mana jeng” kata Rangga

“Aku setuju juga bagus kok usulnya dik Astrit” kata Andini

“Tapi ada masalah baru ini tentang pp no 10 tentang kepegawaian” kata Rangga, lanjutnya “Dalam pp tersebut menyebutkan antara lain seorag pegawai pemerintah tidak boleh poligami atau poliandri itu garis besarnya”

“Dengan sangat terpaksa aku akan mengundurkan diri dari PNS dan akan melanjutkan usaha romo kalau mungkin mengembangkannya” kata Rangga

“Lalu apa rencana mas untuk mengembangkan usaha ini” kata Arum

“Begini adik adik ku semua romo tu punya 3 usaha yang saat ini sangat baik perkembanganya di PO mas akan mengembangkan kearah bengkel dengan bantuan bapak tentunya, di bidang butik dan salon mas akan mengembangkan dengan melibatkan mbak Dinda yang lebih berpengalaman untuk bidang butik dan salon sedang untuk bidang kawawitan mas akan mengembangkan dengan persewaan alat alat keperluan pesta disamping persewaan tentang gamelan dan bisa bekerja sama dengan karawitan yang di bentuk oleh romo di samping untuk melestarikan kebudayaan jawa tentunya nanti Parjo yang akan menangani tentang persewaan ini” kata Rangga, lanjutnya “Untuk jangka panjangnya akan mengembangkan kearak karoseri dan pabrik pakaian jadi”

“Diajeng setuju kalau itu sudah menjadi ketetapan mas Rangga” kata Andini

“Aku juga mas” kata Astrit, lanjutnya “Sebagai istri mas Rangga siap mendukung semua keputusan mas Rangga”

“Aku juga idem” kata Arum yang masih di pangkuan Rangga

“Oh ia dik Arum bagaimana rencana LDK nya kurang beberapa hari juga lho sekarang sudah hari Selasa dan besok hari Rabu jadi kurang 3 hari lagi jadi kan hari Jumat sore berangkat ya kan tapi kan hari Sabtu ada tahlil romo yang ke 7 hari jadi ada dua acara nih” kata Rangga

“Kan rencananya LDK sudah jauh hari sebelumnya dan persiapan teman teman juga sudah sangat matang dan besok siang ada chek terakhir tinggal kendaraan pengangkut yang belum dapat mas” kata Arum dengan manja

“Okey tinggal transpotasi aja ya saya sumbang 2 bis untuk mengangkut peserta pulang pergi gratis” kata Rangga, lanjutnya “Jadi siapa saja dari guru guru yang di rugaskan untuk itu jeng” kata Rangga ke Andini sambil mencium kening Andidi yang berada di sebelah kiri Rangga

“Ya tentunya kita semua berangkat dan hari Sabtu siang aku dan mas Rangga pulang untuk menyelenggarankan tahlil yang ke 7 hari dan malamnya kami berdua ke arena LDK kembali begitu mas dan dik Astrit tetap mendampingi dik Arum selama LDK berlangsung di tambah 3 guru perempuan dan 3 guru kali kali ditambah 2 orang satpam selama LDK berlangsung terus mendampingi anak anak yang ikut LDK” kata Andini

“Nanti mbak Andini yang membuka LDK nya ya pada Jumat malam jam 7 nan lah LDK di buka di lanjut dengan jurit malam yang sudah dirancang dengan kakak alumi yang sekarang sudah menjadi mahasiwa di berbagai universitas negeri dan suasta mereka dengan suka rela menyediakan waktu tenaga dan pikiran untuk suksesenya LDK ini selanjutnya materi tentang kepemimpinan dari Pembina OSIS dan pengurus OSIS tentunya nanti saya minta mas Rangga juga mengisi ruang pengalaman pada hari Minggu pagi di samping pesan dan kesan dari peserta ataupun panitia juga mungkin kritik dan saran untuk penyelenggaraan LDK selanjutnya dan penutupan di lakukan oleh pembina OSIS dan waka kesiswaan” kata Arum ketua OSIS

“Wah acaranya padat juga ya” kata Rangga yang baru tau acara LDK secara rinci, lanjutnya “Jadi aku juga ikut mengisi acara nih sebelum penutupan ya”

“Ya mas kan mas Rangga pernah jadi ketua BEM di Universitas mas ketika jadi mahasiswa kan jadi kan pas kalau mas Rangga mengisi ruang pengalaman sebagai mantan ketua BEM ya kan” kata Arum

“Pasti nih dik Astrit yang cerita ke dik Arum” kata Rangga dan Astrit hanya tesenyum saja

“Mas udah malem nih udah jan 9.30 juga kata Arum” kata Arum

“Lho dik Arum ngak tidur diseni aja” kata Andini

“Ngak mbak kan belum minta ijin ke eyang juga dan besok pagi kan harus sekolah juga belum persiapan, buku pelajaran dan pakaian seragan juga” kata Arum

“Ya udah dik Arum di antar dulu pulang mas” kata Andini

“Dik Astrit dan jeng Andini mau ikut apa” kata Rangga

“Ngak ah, mas saja sendiri yang nganter di Arum” kata Astrit

“Ya udah, udah siap dik Arum” kata Rangga

“Udah mas” kata Arum, lanjutnya “Mbak Dini Arum pulang dulu ya” sambil mencium tangan Andini tapi oleh Andini malah di cium pipi kanan dan kirinya kemudian Arum mendekati Astrit dan “Mbak Arum pulang dulu ya” Sambil mencium tangan Astrit tapi segera di cegahnya dan di ciumnya pipi kanan dan kiri nya

Kemudian mereka ber empat mengantar Arum ke depan sampai mobil yang di kendarai oleh Rangga sampai di jalan Raya

Seperempat jam kemudian Rangga dsn Arum sudah sampai di depan rumah Arum

“Mas Arum turun ya” kata Arum sambil mecium bibir Rangga dan Rangga meresponya denga melumat bibir Arum dan tak lupa Rangga sampat tanggannya memegang buah dada Arum dan meremasnya denga embut

“Udah ah” kata Arum sambil meraih hendel pintu untuk keluar dari mobil dan Rangga mengikuti Arum keluar dari dalam mobil

“Eyang Arum pulang” teriak Arum setelah sampai di dalam Rumah

“Sama siapa nduk” kata Eyang putri

“Diantar mas Rangga yang” jawab Arum

“Assalamualikum eyang” kata Rangga sambil menyodorkan tangannya ke tangan eyang putri seraya mencium biu biku tangannya

“Walaikumsalam” jawab eyang putri

“Mau menghantar dik Arum eyang” kata Rangga

“Saya mohon diri eyang udah malam juga dan dik Arum kecapekan tadi bantu saya menyiapkan tahlil romo hari ke 3”kata Rangga

“Lho ngak duduk dulu” kata eyang putri

“Terima kasuh eyang lain kali aja” kata Rangga, lanjutnya “Dik mas pulang dulu ya” kata Rangga ke Arum

“Ia mas ati ati, kalau udah sampai kabari arum ya” kata Arum

“Ya” jawab Rangga, lanjutnya “Assalamualaikum”

“Wallaikumsalam” jawab eyang putri dan Arum hampir bersamaan

===skip===
Pov Astrit

Aku sungguh bahagia setelah peristiwa keterpurukan ku dengan tunanganku Dodi yang bisa membahayakan diriku dan tentunya juga mambahayakan dik Arum, kalau sampai itu terjadi aku ngak akan bisa memaafkan diriku sendiri dimana aku melibatkan adik ku yang cantik dan cenil ini tapi itu sudah berlalu dan aku dan dik Arum selamat ngak terjadi apa apa terima kasih semesta atas semua yang kau berikan padaku ini

Setelah malam pemerkosaan yang gagal itu mambuat bapak sadar dan malam itu juga aku diserahkan ke pada mas Rangga tentang segala sesuatunya tentu saja dengan ikatan pertunaganku dengan mas Rangga Dipati betapa hatiku sangat riang gembira dan ini juga berimbas dengan adik ku Arum yang saat ini masih berstatus pacar dari mas Rangga dan ucapan selamat pertama aku dapatkan dari dik Arum yang menyatakan kegembiraannya mendengar aku dan mas Rangga sudah di pertunangkan.

Satu kegembiraan muncul silih berganti dengan ke sedihan hari minggu nya aku mendapat kabar dari mbak Andini kalau romo ki Sudibyo sakit kini di rawat di RS kota Karesidenan yang kira kira bejarak 30 km dari kota Kabupaten ini dan ketika aku menyatakan kesedianku untuk menengok romo tapi di larang oleh mbak Andini sebab kini mereka segera pulang ke kota kabupaten bersama sama semua keluarga mas Rangga dan aku di suruh menunggu berita dari mbak Andini saya

Jam 06.30 malam aku mendapat kabar dari mbak Andini bahwa romo sudah di wafat tepatnya sebelum adhan mahrib berkumandang dan kini mereka bersiap siap untuk membawa jenasah untuk di bawa pulang ke kediamannya romo ki Sudibyo di Kabupaten

Aku pun bersiap siap bersama dengan bapak dan ibu dan diantar oleh mas Wigyo yang rencananya akan tidur dirumah ke rumah ki Sudibyo dan sesampainya di rumah ki Sudibyo hampir besamaan dengan ke datanganya dik Arum bersama dengan eyang kakung dan eyang putri Sosro Kartono sekalian dan aku melihat persiapan para tetangga ki Sudibyo mempersiapkan kedatangan ki Sudibyo semua korsi di ruang tamu dan keluarga sudah di keluarkan dan diganti dengan gelaran tikar dan ada dipan dari kayu yang di gelari kikar pandan berada di tengah tengah ruangan itu untuk menempatkan jenasuh ki Sudibyo nantinya

Setengah jam kemudian rombongan pembawa jenasah tiba dan di dahului dengan tanda sirene dari ambulan RS kota Karesidenan begitu mobil jenasah di buka aku melihat mbak Andini dan mas Rangga keluar dari pitu belakang dan aku segera menarik tangam dik Arum untuk mendekati mbak Andini mas Rangga hanya tersenyum kearah aku dan dik Arum karena banyak orang aku yakin kalu sepi mulut nas Rangga pasti sudah nyosor ke kening aku dan Arum dan aku dan Dik Arum segera mencium biku biku tangan mas Rangga mas Rangga hanya membalasnya dengan elusan lembut di kepala kami berdua kemudian aku dan di Arum mendekati mbak Andini dan kami segera cipika cipiki di kanan kiri pipi kami masing masing

“Udah dik romo udah tenang di sana bersama dengan istri istri romo” kata Andini dan aku juga Arum hanya tersenyum melihat ketabahan hati mbak Andini sebagai mantan istri ki Sudibyo dan kami segera mengikuti mbak andini ke belakang menyiapkan minuman yang di perlukan untuk para tamu di bantu oleh Sutini pembantu mbak Andini istri dari pak Parjo supir dari romo ki Sudibyo

Aku masih melihat mas Rangga paling sibuk telpun sana telpun sini entah apa yang di kerjakan sebentar kemudian keluarga pada kumpul di samping jenasah aku melihat kyai Burhanudin, Dr Yusup, mas Rangga, mbak Dinda didampingi oleh mas Dimas sedang mas Bagus di sampingi oleh mbak Roro demikinan juga juga mbak Dini, Aku dan dik Arum selalu mendampingi mbak Andini juga aku melihat bapak, eyang Sosro kakung dan seorang priya kayaknya bapaknya mas Rangga aku ngak begitu jelas karena jarang ketemu dengan beliau, rapat keluarga ini di pimpin oleh kyai Burhanidin dari pondok pesantren Beringan Kembar asal Kediri dan malam itu juga di pustuskan pemakaman besok jam 13 setelah luhur dan mas Rangga dan mas Bagus menyiapkan tempat pemakaman di pemakaman keluarga dan sudah di sepakati akan di kebumikan di samping istri ke tiganya ibu Rengganis ibu dari mbak Dinda

Ketika mas Rangga dan mas Bagus mengurus pemakaman pada malam hari itu juga di adakam pengukuran dan penggalian lubang untuk pemakaman

Rapat yang tadinya sudah selesai dengan berangkatnya mas Rangga dan mas Dimas tapi bapak menginterupsi peserta rapat dan menyatakan ke inginannya untuk segera menikahkan aku dengan mas Rangga di depan jenasah romo sebab bapak ketakutan akan keselamatan aku dan usulan bapak itu diterima dengan berbagi masukan terutama dari mbak Adini dan ibu Sulastri yang memang sudah aku anggap pengganti ibu aku sendiri ketika aku harus kuliah di kota propinsi ini tempat aku jurhat, tempat aku mengeluh pokoknya tempat aku mengadu dengan seorang ibu sehingga aku di anggapnya putri beliau juga selain dik Wulan dan dik Sari yang memeng sudah akrap dengan aku tapi keputsan itu di tunda dulu untuk mendengarkan keterangan dari Rangga

Setelah Rangga sampai langsung di tanya kesiapannya menjadi suami aku dan Rangga minta ijin dulu untuk bicara dengan mbak Andini yang sudah resmi menurut agama yang kami anut menjadi istri mas Rangga walau masih sirri juga

Mas Rangga mengajak mbak Andini masuk kamar dan mbak Andini menggandeng aku dan dik Arum supaya mengikutinya masuk dalam kamar di dalam kamar mbak Andini menyatakan persetujuannya untuk mas Rangga menikahi aku dan aku sendiri merasa plong walau sudah sejak bapak mengutarakan keinginannya untuk menikahkan aku dengan mas Rangga di depan jenasah romo ki Sidibyo

Perasaan haru aku curahkan ketika mas Rangga mencium bibir aku dan aku membalasnya dengan kasih tak mau kalah mesranya saat mas Rangga mencium mbak Andini didepan aku dan dik Arum demikian juga ketika mas Rangga mencium bibir di Arum di depan aku dan mbak Dini

Esok harinya aku dan mas Rangga bersanding sebagai mempelai dan di nilahkan dengan kyai Burhanudin pinpinan pondok pesantren Beringin Kembar di depan jenasah romo ki Sudibyo

Malam harinya aku dan semua keluarga terutama mbak Dinda dan mas Bagus ingin bertemu dengan ibunda Widuri dan ibunda Rengganis sampai jam 2 pagi lebih baru selesai dan hari ini aku masih menanti mas Rangga menghantar dik Arum pulang dan kini aku dengan mbak Andini masih di dalam kamar

“Nanti dik Astrit tidur berdua dengan mas Rangga ya” kata mbak Andini

“Malu aku bertiga aja aku, mbak Dini dan Mas Rangga” kata ku

“Hus ngak lah ini kan malam petama atau di katakan malam penganten ngak eties lah kalau mbak ikut di dalamnya” kata Mbak Andini

“Ngak papa mbak” kata ku

“Ngak lah dik, besol mas Rangga tidur dengan aku sekarang tidur dengan dik Astrit dulu” kata mbak Andini, lanjutnya “Kata Orang malah malam penganten itu yang paling berkesan memadu cinta dengan orang yang sangat di cintainya dan akan di ingat sampai akhir hayatnya sebagai kenagan yang terindah dalam hidupnya gitu dik”

“Tapi aku kan malu mbak” kataku lagi

“Ya ini pertama juga malu kok ketika malam pertama ku dengan romo dulu malah aku ngak begitu mengenalnya pada malam pertama itu lah aku berusaha mengenal romo dengan sepenuh hati dengan penyerahan jiwa raga secara total dan semain lama hubungan ku yang semula sebagai saudara berubah menjadi kekasih hati dengan perlakuan romo dengan lembut ke aku banyak kesan hingga saat ini masih terkesan juga” kata Mbak Andini

“Kalau dengan mas Rangga ada kesan ngak” kata ku

“Ada dik kan aju kembali perawan lagi jadi ya sakit lah ketika penis mas Rangga masuk vagina mbak Andini” kata ku, lanjyrnya “Ya iya lah kan aku menjadi perawan lagi lagi ada benda yang robek begitu rasanya seperti orang di silet begitu tapi hanya sebentar dik setelahnya kita bisa melayang lagi bahkan mukin sampai langit sap ke 7 lagi ini lebih enak dik coba dan rasakan setelahnya pasti akan selelu ketagihan seperti mbak juga setiap bertemu dan tidur selelu ingin merasakan lagi nanti deh setelah itu kita keroyok aja mas Rangga mau” kata Andini, lanjutnya “Tapi setelah hari pertama di lalui dulu penuh kesan kalau aku ikut jadi mengurangi kesan itu dik”

“Begitu ya” kata ku sambil tersenyum malu malu

“Udah ngak usah malu malu gitu kan namanya sudah menjadi suami istri yang juga kan” kata Andini, lanjutnya “Kemarin kan kita beli pakain tidur yang seksi gitu nanti di pakai ya itu salah satu kesan petama untuk mas Rangga dan dik Astrit juga dan nanti malam pertamanya di kamar romo aja dulu biar bebas dan kamar itu selanjutnya untuk kamar dik Astrit nanti kamar tamu di ubah untuk kamar nya mas Rangga sebab seseorang itu butuh prevasi juga kan kalau nanti dik Arum sudah menjadi istri mas Rangga juga kita buatkan kamar baru di ruang makan di jadikan kamar tidur dan ruang makan digeser kearah dapur sehingga daput dan ruang makan menjdi satu” kata mbak Andini

“Mbak sudah berpikir sanpai ke situ” kata ku penuh kagum ternyata mbak Andini begitu pengertiannya terhadap mas Rangga, aku dan dik Arum tentunya

Setelah cuci mula aku dan mbak Andini berganti memakai pakaian yang kemarin aku beli sebelum akad nikah aku di selenggarakan aku membeli lingerie model baby doll warna kuning gading sangat mini hanya menutupi pantatku saja di padu dengan celana dalam g sting juga tanpak mini hanya menutupi memekku saja dan di ikat dengan tali yang melingkar di perut dengan warna senada dengan lingerie yang aku pakai dan sudah tanpa bra sehingga payudaraku tercetak lamat lamat dengan putting warna coklat muda mrnghiasi ke dua buah dadaku yang masih sangat kencang sama juga dengan mbak Andini juga memakai lingerie yang sama tapi warna merah dan dari bawah buah dadanya ada belahan terpisah sampai bawah dengan di padu dengan g sting dengan warna senada tampak mbak Andini bertambah ayu dan sangat seksi lalu kali berdua duduk di sofa menunggu pengantin laki lakiku datang menjemput aku dan akan di bawa ke kamar temanten aku persaanmu ta karuan ada sedikit senang ada sediit tegang sampai telapak tangan berkeringat

“Nanti kalau mau pindah kamar pakai kimono aja” kata mbak Andini

Seperempat jam kemudian mas Rangga datang setelah berbincang sebentar dengan Parjo untuk menutup semua pintu dan memadamkan lampu lampu yang ada di dalam dan menghidupkan lampu lampu untuk penerangan luar dan ketika mas Rangga masuk aku dan mbak Andini baru duduk di sofa dalam kamar mbak Andini sambil menikmati siaran TV tapi ngak focus juga ngelihatnya

Bersambung
Part 50
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd