Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Mohon maaf suhu..
karena kesibukan dan kemalasan saya,saya blm bisa update:matabelo:
Saya usahakan besok malming update lanjutannya.

Terimakasih untuk semua suhu yang sudah meluangkan waktu hanya untuk absen, khususnya suhu @Byey

:klove:
Ahhsiiaaappp... menanti hu..
 




Part 6



POV Pak Sumarto (bagian 4)




Mulustrasi pak Sumarto



Pagi hari disebuah rumah yang terletak di tepi jalan raya di kota Prasmanan, ada 4 warga desa Margo Mulyo yang berkunjung tanpa memberi kabar terlebih dahulu kepada sang penjaga rumah. Yaitu Sumarto, Kadir, ketua RT desa Margo Mulyo dan Sujono selaku sang pemilik rumah dengan Sulastri sebagai wanita penjaga sekaligus perawat rumah yang berdiri belum lama ini.

Sang pemilik rumah tersebut berencana mengasingkan Sumarto dari desa Margo Mulyo setelah kejadian sebelumnya, yang diduga Sumarto memperkosa cucunya sendiri. Bertujuan agar para warga lain mengira Sumarto telah dibawa ke pihak berwenang.

Dan dibalik rencananya sendiri, Sujono ingin mengetahui kebenarannya dari mulut pelaku. karena dia curiga dengan leher Sumarto yang terlihat ada bekas cupangan disisi kanan dan kiri.





Setelah berjalan sekitar 15 meter dari gerbang depan rumah Jono, akhirnya kami berhenti didepan teras rumah ber-undak 4 anak tangga membundar dengan pak RT yang memilih tetap berada dibelakangku untuk melihat dan mengamati bongkahan pantat wanita yang berada disisi kananku.


Mulustrasi Lastri

Wanita yang memapahku sejak didepan gerbang ini pun melepaskan tanganku yang berada dipundaknya,ia singkirkan tangan kananku agar jatuh dari belakang badannya. Dengan sengaja untuk menggoda orang yang berada dibelakangku. ketika tangan kananku mendarat tepat di pantat semok wanita yang bernama Sulastri ini,dengan sengaja aku remas pantatnya yang ternyata sangat kencang walau terlihat seperti timbunan lemak.
Membuat pak RT menelan ludahnya sendiri.


"eh!
bapak ini nakal yaa"
sahut Sulastri yang kaget dengan aksi isengku,menampar tanganku agar melepaskan remasan dipantatnya


aku pun memberi kode ke Sulastri dengan lirikan mataku yang mengarah ke pak RT agar dia menengok ke arah pak RT.


"ah, temennya pak boss mesum semua ih
jadi ngeri
hiii.."
ujar Sulastri sambil berlari kecil dengan kemayu lalu membuka kan pintu

Jono yang melihat aksi mesumku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum

"Hahahahaa
ya mau gimana lagi mbak, pagi-pagi lihat pemandangan beginian masak cuma diliatin aja.
iya nggak pak RT?"
ujarku menanggapi omongan Sulastri

"eh,
ah, iya pak Marto.
bener!

eh,apa to?"
jawab pak RT yang lamunannya dibuyarkan dengan pertanyaanku

"Ahahahahahaaa"
kami bertiga pun tertawa bersama kecuali pak RT yang celingukan dan mencuri-curi pandang ke arah Sulastri

"dah yok masuk,pak RT tolong gantiin posisi mbak Lastri ya.
Mbak Lastri tolong siapin piring buat sarapan kita berlima ya.
mbak Lastri belum sarapan juga kan?"
sahut Jono yang menghentikan tawa kita

"Oke pak boss..
Belum sarapan aku,kebetulan juga Lastri belum masak
hehehe"
jawab Sulastri lalu berlari kecil masuk duluan kedalam rumah tanpa mempersilahkan masuk tamunya


Saat memasuki rumah ini aku dikejutkan dengan ruang tamu dan juga ruang utama dirumah ini yang sangat luas, luasnya saja hampir seluas bangunan rumahku dengan Sofa besar di tengah-tengahnya.
Terdapat 1 lorong dimana Lastri berlari kecil menuju kesana dan 1 pintu menuju samping kanan dari tempatku berdiri. Sedangkan disebelah kiriku terdapat almari kaca untuk memajang piring dan gelas antik, ada aquarium besar berisi ikan arwana dengan hiasan pohon bonsai yang tingginya sekitar 1 meter lalu ditambah pernak-pernik disekitarnya yang membuat ruangan besar ini berasa ada sebuah taman minimalis.


"Yang makan diruang keluarga aja ya Mbah,biar bisa makan lesehan sambil nonton TV..
nggak apa-apa kan pak RT?"
Ajak Jono yang berada dikiri ku

"iya Jon,ngikut aja aku.."
jawabku

"iya pak Jono, dimana pun nggak masalah..
asal ada yang dimakan
hehehe" jawab pak RT

"Kirain mau jawab 'asal ada Lastri yang ikut makan' gitu pak
hahaha"
sahutku menanggapi jawaban pak RT

"hehehe
itu kan buat cuci mata nya pak,biar makin lahap yang makan"


Sesampainya diruang keluarga aku didudukkan di tengah-tengah sofa hitam nan empuk yang bisa diduduki 3 orang,disisi kiri dan kanan ada kursi single yang satu set dengan kursi ini. Aku duduk tepat di depan TV tabung berwarna ukuran 21 inchi,salah satu alat elektronik yang ingin ku beli demi cucuku. karena dirumah hanya ada TV hitam putih 14 inchi,terkadang Eli menyempatkan nonton acara TV favoritnya dirumah Suyanti agar lebih puas menonton.


"Eli sudah bangun atau belum ya Jon?
Pasti bangun-bangun dia kaget karena tidur dirumah Yanti"
ujarku yang mengkhawatirkan eli



Mulustrasi Eli Astuti


Terdengar suara berisik dikamarku, sepertinya suara ini tak asing dan sangat familiar. Setelah kubuka kedua mata ini,aku makin bingung dengan keadaan kamarku. Dan sepertinya ini bukan kamarku,lalu ini dimana?!

Aku pun terbangun dari tidurku,duduk diatas ranjang yang terasa asing bagiku.
Kulihat ada dua sosok ibu-ibu sedang berdebat dan satu pria menengah-nengahi perdebatan kedua ibu-ibu ini.


"Mbak Yanti, mbak Jum sama mas Jono kenapa ada disini?
kenapa eli bisa tidur disini?"
Tanyaku kepada mereka,karena aku memang merasa bingung dengan keadaan ini

"ya ampun eliii....
hiks
yang sabar ya nduk, cah ayuuu
hiks hiks"
kata mbak Yanti membuatku makin bingung

"haiissshhhh
Yanti ini lho,ditanya apa malah ngomong apa. Nggak jelas banget!

Kita disini jagain kamu el, karena tadi pagi ada orang ****** yang lapor ke pak RT kalau Mbah Marto memperkosa kamu..."
Ujar mbak Juminten membuatku syok


aku pun menjatuhkan tubuhku dikasur,badanku terasa lemas karena mendengar penjelasan mbak Juminten.
Dengan tuduhan seperti itu, pasti simbah bakal dibawa ke kantor polisi. Dan jika dibawa ke kantor polisi,mau tidak mau aku akan mengatakan yang sebenarnya terjadi dan itu bakal makin panjang urusannya.
menyelamatkan simbah dari tuduhan dan mencari pelaku pemerkosa yang sebenarnya.


"aduuuhhhhhh
simbaaahhh....
eli bingung mbaahh
hiks"
ujarku dalam hati,disusul tetesan air mata yang mengalir disela kelopak mataku.

"yang sabar ya nduk,masalah Mbah Marto udah ditangani sama suamiku..

kamu nggak usah mikirin simbahmu,besok atau kapan-kapan bisa kok kamu ketemu sama dia..

Tapi tak anter ya, soalnya tempatnya jauh..
Terserah kamu,mau nemenin Mbah Marto disana atau balek lagi kerumah.."

"huuuuu
simbaahhhhhh
hu hu huuuuuuu
Eli mau ketemu simbaaahhh
huuuuu"
tangisku yang tanpa malu

"udah nduk,udaaahhh
kita keluar aja yuk,cari makan sekalian refreshing"
ajak mbak Juminten lalu membangunkan ku dari tempat tidur.


Seperti terhipnotis,aku turuti ajakan mbak Jum lalu beranjak dari tempat tidur. ia gandeng tangan kananku lalu berjalan keluar rumah mbak Yanti. Tak lupa aku berpamitan dengan mbak Yanti,ia peluk tubuhku yang masih lemas ini sambil menahan tangis. ia lambaikan tangannya saat kulangkahkan kaki meninggalkan pekarangan rumahnya.


"Mas,tolong kami urus sapinya Mbah Marto ya. Eli biar sama aku...
ya?"
pinta mbak Jum kepada mas Jono,suaminya

"iya dek...
Habis ini aku mau cariin pakan sekalian buat stok ya,biar sewaktu-waktu pas nggak ada orang Eli bisa langsung ngasih makan sapinya.."

"iya mas,ide bagus itu.
Nanti kalau berangkat hati-hati dijalan,aku pamit dulu mau cari makan"
sahut mbak Jum,lalu mencium tangan mas Jono

"Eli pamit ya mas Jono,makasih udah mau bantuin eli..
hiks"
Ujarku sambil menangis, tidak bisa membendung rasa sedih dan haru.


"yaaahhhh...
nanti habis makan tak pulang aja lah Mbah,ngasih kabar eli sama keluarga mbak Yanti..
Lagian ada istriku juga disana,jadi nggak usah khawatir...
Nanti simbah kutinggali tas sama dompet juga buat pegangan..

O iya,
kenapa aku nggak mau simbah dibawa ke polres pun karena aku tahu kalo ada kesalahpahaman diantara kita lho Mbah.
bener nggak?"
Ucap Sujono yang kubalas dengan lenguhan panjangku

"Salah paham bagaimana to pak Jono?
Jelas-jelas pak Marto tertangkap basah habis menggauli cucunya sendiri lho.
dan aku lihat tadi di paha eli ada garis-garis biru seperti bekas cambukan!

Pasti pak Marto melakukan kekerasan agar bisa menggauli eli!!
Benar kan pak Marto?!"
Sahut pak RT yang sudah panas kembali namun hanya kubalas dengan senyum simpul ku

"ehhhh
bapak-bapak ngomongin apa to..
Kok sampe teriak-teriak segala...

ayo pak,bangun..
Lastri pengennya duduk disini biar bisa sambil liat TV"
ujar Sulastri yang datang menaruh piring dan sendok,lalu menarik tangan pak RT agar pindah kursi

"naaahhh...
kalo gini kan enak..

Pak boss..
Lha sarapannya mana?
ini bapak juga ada darah dimukanya tuh nggak diobatin dulu nih?
kasihan tahuu"
ujar Sulastri lagi sambil menyalakan TV yang menayangkan berita

"itu memang pantas dia dapatkan mbak,
Jangan dikasihani"
sahut pak RT

"Astaghfirullah..
emang bapak habis ngapain?
maling mangga terus digebukin?
iya?"
tanya Lastri yang sedikit meredam amarahku

"o iya mbak,tolong kamu obatin secukupnya dulu Mbah Marto..
Aku tak nyusul temenku yang beli nasi Padang ya.."
Sahut Jono, berdiri sambil menyalakan rokoknya lalu meninggalkan kita bertiga

"Siap boss..
Minumnya gimana, Lastri buatin minuman atau boss yang beli?
beli aja ya,kan Lastri mau jadi suster dulu ini
Hehehehe"
sahut Lastri cengengesan

"Ok, semuanya esteh aja kalo gitu
Biar samaan..

Mbah Marto rokokmu apa?
Biar tak beliin sekalian"
Ujar Jono yang tidak menawari rokok pak RT karena memang dia bukan perokok

"iya boss"
jawab Lastri ikut berdiri lalu berjalan mendekati almari kecil disamping meja TV

"Gudang garam filter Jon...
Gak usah banyak-banyak yang beli,satu aja.."
ujarku lalu dijawab dengan acungan jempol tangan kanan Jono


Kulihat Sulastri jongkok didepan almari kecil samping meja TV, memperlihatkan belahan pantat yang begitu menggoda iman kaum Adam. Kulitnya yang kuning langsat terlihat kontras karena ia memakai celana sport ketat berwarna hitam. Sayang sekali,pak RT sedang fokus melihat berita di TV. Menyia-nyiakan pemandangan yang pasti membuat ia makin betah berada dirumah ini.

Tak lama Sulastri kembali duduk disebelah kananku, kaki kirinya ia taruh diatas kursi dan kaki kirinya menapak lantai agar bisa menghadap kearahku.
sekilas tercium wangi parfum dari tubuhnya yang membuatku menelan ludahku sendiri, karena sekarang aku berhadapan dengan wanita asing dengan pakaian yang menurutku sangat terbuka.

ia taruh beberapa perlengkapan p3k dipangkuan paha kanannya, lalu mengambil kapas dan dituangkannya air berwarna kuning dikapas tersebut.
Paham akan maksud Sulastri yang menatapku sambil mengangguk,kumiringkan juga tubuhku agar bisa berhadapan dengannya. terasa dingin kapas yang dibasahi air kuning tadi, berbanding terbalik dengan pak RT yang kepanasan melihat aku dan Sulastri sedang duduk berhadapan dikursi yang sama.

Cukup lembut dan hati-hati Sulastri membersihkan darah yang mengering diwajah dan bibirku,tak lupa ia beri obat merah beserta perban dan plester luka dipelipisku. ia beri obat merah juga luka-luka lain diwajahku hingga leher yang setahuku tidak ada luka disana.
Tanpa bertanya atau meminta izin ia menarik keatas kaos yang kukenakan, memperlihatkan tubuh atletisku diusia senja. Kuikuti kemauan Sulastri yang berwajah serius untuk mencopot kaosku lalu menaruhnya di pangkuanku.


"nah loh...
pada biru-biru begini pak badanmu,kasih salep aja ya..
kalau masalah kaki nanti aja habis sarapan,tak urut siapa tahu bisa sembuh"
Ujar Sulastri yang iba akan keadaan tubuhku

"iya mbak,terseraaahhh
Terimakasih sudah mau ngobatin luka ku.."

"iya pak..
ini Lastri bingung sebenarnya mau diobati pake apa itu muka bapak yang bengkak.."
ujar Sulastri sambil membuka penutup salep ditangannya

"diemin aja mbak,nanti kempes sendiri"
Ujarku sekenanya


Sulastri yang mendengarnya memelototiku sambil cemberut, seperti tersinggung dengan perkataanku. namun tangannya tetap bergerak mengolesi salep disetiap bagian tubuhku yang membiru dengan lembut dan hati-hati.
kulihat ia begitu serius mengecek tubuhku, memastikan tubuhku yang terluka sudah diolesi salep dengan merata.


"ada yang kurang atau perlu dikasih salep lagi nggak pak?
biar sekalian kuolesi"
tanya Sulastri


kujawab dengan gerakan tanganku yang menepuk kontol sambil menggerakkan alisku dan memberi senyuman mesum kepada Sulastri.


"isshhh...."
jawab Sulastri lalu beranjak dari duduknya, mengembalikan peralatan p3k ditempat semula


Tak lama kudengar suara Jono dan kadir yang ngobrol dan tertawa bersama berjalan mendekati kami bertiga.
Kadir membawa plastik berisi nasi Padang dan es teh, ia letakkan dimeja depan kursi yang aku duduki. sedangkan Jono membawa 1 kardus mie instan dan satu plastik berisi rokok gudang garam satu slop juga jarum super 3 bungkus,lalu ia letakkan di depan meja TV


"Hehehehe
maaf nih rada lama,Kadir habis beli nasi kuajak belanja dulu buat Mbah Marto.
Nggak apa-apa kan Mbah misal kamu disini dulu sampai bener-bener sembuh lukamu?"
Ujar Jono yang membuatku kaget

"edan kamu jooonn...
terserah kamu lah,asal tolong jagain Eli selama aku nggak dirumah"

"itu mah gampang Mbah,ada istriku sama anak-anak juga kan..

Tapi kenalin dulu nih cewek yang ngerawat rumahku ini, namanya mbak Sulastri asli orang gunung selatan..
Dulu dia pemijat handal lho Mbah,bisa tuh kalo cuma ngurut kaki Mbah Marto.
apalagi ngurut yang lain, beuuuhhhh....
Jempolan!!
Hahahahahahaaa"
Jawab Jono lalu memperkenalkan Sulastri

"Si boss ini ngawur kalo ngomong,
huuu..!"
sahut Sulastri sambil cemberut


Pak RT yang mendengar omongan jono terlihat kaget antara tak percaya dan senang,segera ia menyodorkan tangan untuk memperkenalkan diri namun kalah cepat dengan Kadir yang cekatan. Kadir langsung beranjak dari tempat duduknya, bersimpuh didepan Sulastri dan memegang tangan kanan Sulastri dengan kedua tangannya


"Wahai mbak Sulastri dari gunung selatan..
perkenalkan,
namaku Kadir saja tanpa imbuhan.
Walau aku kurang tampan,
aku siap meminangmu dengan keadaanku yang sudah mapan"
Ucap Kadir sok puitis merayu Sulastri, mengecup tangan Sulastri lalu kembali ketempat duduknya dengan ekspresi sok cool nya

"Bwaaaahahahahaaa
Hahahahaaa"
aku, Sulastri dan Jono dibuat tertawa terbahak-bahak dengan ulah Kadir

"Perkenalkan mbak, namaku Suyanto..
aku sarjana UI Depok lho.."
ucap pak RT yang memperkenalkan diri, membuat Sulastri berhenti tertawa lalu mengernyitkan dahinya

"Sulastri pak,biasa dipanggil Lastri..
Lulusan SMP gunung selatan"
jawab Sulastri yang segera mencabut tangannya saat digenggam pak RT,merasa risih dengan senyuman RT ku ini.

"Kalau ini Mbah Marto mbak..
khusus buat mbak Lastri,panggil aja dia om Marto
Hahahahaaa"
Sahut Jono,lalu aku dan Sulastri saling berjabat tangan

"hahahahaa
Ohh...
Om Om yaa....??
Makanya kok nakal
wlee.."
jawab Sulastri lalu menjulurkan lidahnya

"baik-baik kamu sama om Marto mbak, dia juga jago mijat lho..
beberapa hari kedepan tolong jagain dia ya mbak,jangan sampai kabur..."
ujar Jono kepada Sulastri

"iya pak boss..
asal ditambahin gajiku aja siihh
hihihi"
Jawab Lastri asal ceplos

"nanti bisa minta tolong pijetin punggung Lastri nggak om? Barusan kata pak boss si om jago pijit lho.."
tantang Lastri yang meragukan ku

"Bisa diatur kalau cuma pijit mbak..
asal tolong olesin dulu salep yang tadi..
masih kurang 1 tempat lho"
jawabku menantang balik Sulastri

"widiihhh..
siapa takut hehe"
jawab Lastri sambil tertawa simpul

"Malah pada ngapain ini,ayo buruan makan!
ayo pak RT, ayo dir!
Mbak Lastri sama Mbah Marto juga,buruan makan.."
ajak Sujono agar segera menyantap nasi Padang yang telah ia belikan

Kadir dan pak RT yang mengamati lekuk tubuh dan balon air yang berada didada Lastri pun langsung ber, menerima nasi yang dilempar Jono ke arah pangkuan mereka.


Selama kita makan,kita ngobrol-ngobrol ringan. Kadir pun aktif menggoda Sulastri sambil mengulik identitasnya. Yang ternyata dia adalah janda tanpa anak, sebelum dan setelah menikah dia berprofesi sebagai pemijat disalah satu tempat pijat didaerahnya.
Bisa bekerja di rumah jono pun tidak jauh kaitannya dengan pijat memijat, Juminten istri Jono yang berteman baik dengan mantan bossnya Sulastri meminta tolong untuk mencarikan tukang pijat wanita yang bisa merawat rumah barunya. Dengan iming-iming gaji sama dengan tempat pijat tersebut,dan jika Juminten atau keluarga minta dipijat akan ada upah sendiri.
Akhirnya mantan bossnya Sulastri memutuskan agar Sulastri yang bekerja dirumah Juminten.

Setelah makan,pak RT pun mengawali perbincangan tentang hukuman yang pantas ku terima. Dia tetap bersikukuh agar menjebloskanku didalam bui,namun ditolak oleh Jono dan Kadir. Ditambah Sulastri yang ikut menolak usulan pak RT karena iba melihat keadaanku tanpa tahu apa penyebabnya.


"Seperti yang saya katakan sebelumnya pak, masalah ini bisa diselesaikan tanpa melibatkan pihak kepolisian..
kenapa saya bisa bilang demikian,karena saya mencurigai bekas merah dikedua sisi leher Mbah Marto dan bau Pesing dikamar eli..
artinya apa pak?
bapak tahu?"
tanya Jono kepada pak RT


dilihat dari gerak-gerik pak RT,dia seperti tidak menggubris pertanyaan Jono untuknya.
Seperti anak kecil yang sedang diintrogasi orang tuanya,dia memilih memalingkan pandangan kearah TV yang masih menyiarkan acara kesukaannya.
Jono hanya bisa mengelus dada menghadapi ketua RT di desanya, menjelaskan alasan kenapa dia meminta agar tak melibatkan pihak berwenang.


"Karena ada mbak Lastri,coba mbak Lastri cek leher Mbah Marto.
ada bekas merah itu menurut mbak Lastri apa?"
Ujar Jono ke Sulastri


Sulastri pun segera mengecek leherku atas perintah bossnya,lalu tiba-tiba dia tertawa dan tanpa sadar ia menepuk-nepuk pundakku yang memar.


"hahahahahahaaa
kalo ini mah bekas cipokan...
tadi kukira bekas luka, makanya ku olesi Betadine.."
ujar Sulastri yang menutup mulutnya menahan tawa

"1 udah terjawab,lalu mbak..
kamu sudah pernah melakukan persetubuhan dengan mantan suamimu kan?

mbak Lastri pernah tidak orgasme sampai terkencing-kencing karena keenakan?"
imbuh Jono memberikan Sulastri pertanyaan

"hehehee
udah pak boss...
tapi bukan sama suami..
suami cuma tahan sebentar soalnya"
jawab Sulastri yang sekarang menutup wajahnya karena malu akan kejujurannya

"enak nggak mbak?
kata istriku sih berasa melayang gitu pas terkencing-kencing"
sahut Jono membuat Sulastri melepaskan tangan yang menutupi mukanya

"Bu boss juga bisa begitu ya pak boss?
enak buaanget itu tuuhhhh
Badan terasa enteng, sendi-sendi ditubuh kayak mau lepas sendiri
Hihihii"
ujar Sulastri,nampak seperti sedang membayangkan apa yang ia ucapkan

"Lalu kenapa di kedua paha eli ada garis biru seperti bekas cambukan?!
saya sudah curiga dengan pak Marto, pasti dia memaksa dan menganiaya cucunya agar mau bersetubuh dengannya!!
jawab pak!

Pasti pak Marto pengen ngentot kan, karena sudah lama tidak ngentot?!
Karena sudah ditinggal mati istrimu?!
Makanya kamu memaksa Eli agar bisa melayani!!
Iya kan?!"
Tanya pak RT dengan tuduhannya terhadapku


kulihat Sulastri yang mendengar ucapan pak RT hanya bisa terdiam menutup mulutnya dengan kedua tangan dan menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.
Jono pun langsung berdiri setelah mendengar tuduhan pak RT kepadaku,ia sudah bersiap melancarkan pukulan namun Kadir yang melihatnya langsung menarik tubuh Jono agar menjauh dari pak RT lalu ia dudukkan Jono dikursi single yang sedari tadi dipakai Kadir.


"Udah mas, udah woe!
jangan asal mukul ******!!

udahlah Mbah, ceritain aja yang sebenarnya..
aku tadi udah denger sendiri alasan mas Jono belain kamu,tapi aku tetep pengen denger dari mulutmu langsung sekalian jelasin ke pak RT..
Kalau Mbah Marto nggak bisa ngomong,biar kujemput Eli agar bisa menjelaskan semuanya.

Dan pak RT,tolong dijaga mulut busukmu itu!
misalkan mulutmu masih tidak bisa dijaga,bukan cuma mas Jono tapi aku juga akan ikut menghajar mulut busukmu!!"
Ujar kadir yang sekarang pindah tempat duduk disamping kiriku menggantikan Jono.


Sulastri yang terpaksa berada disituasi ini hanya bisa mematung dan menundukkan kepala karena merasa canggung.
Jono yang tadi marah, sekarang memilih untuk menenggak es teh yang ada dimeja.
Sedangkan Pak RT yang tadinya terlihat beringas mempersenjatai dirinya dengan pertanyaan dan jari telunjuknya,kini menyandarkan tubuh disofa namun masih menatapku dengan sinis.

Karena keadaan yang makin canggung,aku pun mulai menceritakan semua kejadian dari menemukan Eli yang telah diperkosa hingga saat aku ditangkap basah oleh mereka.
Tapi aku tidak menceritakan ungkapan perasaan cucuku,aku mengubah cerita bahwa "aku menemukan Eli yang terikat dimeja belakang rumah setelah diperkosa pacarnya. Membawa ia masuk untuk menenangkan lalu memandikannya. Karena nafsu melihat tubuh bugilnya, saat memakaikan baju dikamarnya tanpa sadar kita berdua sudah melakukan persetubuhan antara cucu dan kakeknya."
Dan dengan bukti dua bekas merah dileherku beserta bau Pesing dikamar eli sebagai tempat perzinahan kami berdua, membuktikan bahwa tindakan kita berdua tidak ada unsur paksaan.

Mendengar ceritaku langsung,ketiga tetanggaku tercengang. Sekarang mereka ingin membahas tentang tragedi yang dialami Eli,cucuku satu-satunya.
Dari menanyakan siapa pelakunya hingga balasan untuk mereka,namun tidak kujawab dan meminta ketiga tetanggaku agar tidak usah mengurusi hal tersebut. Karena aku tidak ingin melibatkan tetanggaku,cukup aku saja yang menyelesaikan masalah ini.
Jono yang faham dengan maksud perkataanku,dia lalu merayu Kadir dan pak RT agar tidak ikut mengurusi lagi hingga akhirnya mereka meng-iyakan walau terlihat diwajah pak RT yang masih kurang puas dengan apa yang ku katakan.

Tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 09.00, Jono sang pemilik rumah ini pun mengajak kedua tetangganya pulang dan meninggalkanku. Diawali oleh Jono,dia meminta maaf atas aksi "main hakim sendiri" yang mereka lakukan kepadaku,lalu diikuti oleh Kadir. Aku yang mengerti dengan sudut pandang mereka hanya bisa sabar dan memaafkan mereka,walau sekujur tubuhku masih terasa sakit akibat kesalahpahaman mereka. Namun apa yang mereka lakukan adalah hal yang wajar.
Tak lupa pak RT juga ikut minta maaf kepadaku atas apa yang ia katakan dengan alasan "melindungi warga".
Dan aku hanya bisa menerima permintaan maafnya, menganggap wajar agar tak menambah beban difikiranku.

Mereka bertiga pun berpamitan dan menggoda Sulastri,lalu berjalan keluar diikuti Sulastri yang terlihat lemas karena kekenyangan. Sedangkan aku hanya bisa duduk menikmati rokok dan es teh manis yang dibelikan Jono. Kulihat Jono berlari kecil menghampiriku,menyerahkan tas yang ia janjikan lalu berlari keluar.
Jam 9.20 terdengar suara mobil Kadir menyala, diikuti suara gerbang depan yang dibuka lalu lama kelamaan suara mobilnya menghilang. Tak lama kemudian Sulastri sudah berada di sampingku duduk sambil membawa toples berisi kacang bawang dipangkuannya,memakan kacang tersebut sambil melihat tv yang menayangkan acara gosip.


"Om mau kacang bawang nggak?"
Tanya Sulastri sambil menyodorkan toples yang ia bawa

"Enggak ah,habis ngerokok mau tidur aja aku mbak"

"O iya om,tadi kata si boss om disuruh tidur di kamar sama aku. nggak apa-apa kan?"
tanya Sulastri yang membuatku kaget


"eh,nggak salah denger kamu mbak?
aku disuruh tidur sama kamu?
nggak bahaya tuh?"
tanyaku karena masih tidak percaya

"yeee...
Ditanya malah balik nanya si om ini.
ya mau gimana lagi,dilantai satu cuma ada satu kamar om khusus pembantu..
Sebenarnya Lastri disuruh tidur dilantai atas,tapi Lastri taaakuu..."
jawab Lastri yang terpotong,lalu menutup mulutnya dengan tangan kanannya
Terlihat wajahnya yang memerah menahan malu

"oohhh...
Jadi gituuu
Karena takuuttt...
yaudah nggak apa-apa, lumayan bisa grepein kamu pas tidur
Hahahahaa"
Candaku lalu dibalas dengan cubitan manja di lengan kiriku

"iihhh...
tua-tua nyebelin ya si om ini
Awas aja kalau nanti pas aku tidur tanganmu jahil. Tak potong burungnya si om nyisain kantongnya!"
Jawab Lastri dengan ancaman sambil tersenyum, membuat tawaku makin kencang

"yaudah,tolong anterin ke kamarmu mbak.
udah mulai ngantuk ini.
Yang ngurut kaki kunanti sorean aja,ato malemnya ya"
Pintaku ke Sulastri

"Yaudah,yuk tidur
Lastri juga ngantuk, kekenyangan tadi
Hihihii"
ujar Lastri, meletakkan toples kacang bawangnya di meja lalu mengambil remote tv dan mematikannya.


Aku pun berdiri perlahan dengan kaki kiriku,agak kesusahan namun ku usahakan berdiri sendiri tanpa bantuan. Melihat aku yang kesusahan berdiri,dengan cekatan Sulastri mengangkat tangan kiriku agar merangkulnya sebagai tumpuanku saat berjalan hingga ke kamarnya.
Sesampai didalam kamar,aku didudukkan di sisi kanan kasur spring yang ukurannya sama seperti milik cucuku namun kasur ini lebih empuk.
Aku pun memposisikan tubuhku telentang dan berusaha berada di pinggir kasur agar tak terjadi penggrepean yang tidak kuinginkan, penggrepean tanpa tanpa sadar maupun dengan sadar. Karena jujur,aku tidak tahan dengan belahan payudara yang diperlihatkan Sulastri.
Sulastri pun ikut tidur disisi kiri,menaruh guling satu-satunya dikamar ini ditengah-tengah sebagai sekat.

~~~~~

Tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 16.15,aku meresponnya dengan senyum simpul, Sebab baru kali ini aku tidur siang hingga 6 jam lebih. Mataku melihat area kamar Sulastri yang ternyata cukup besar jika hanya digunakan untuk pembantu, ukurannya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan ruang tamu rumah ku. Disisi kanan tempatku berbaring terdapat almari dua pintu dengan kaca di kedua pintunya, disebalahnya terdapat meja rias yang diatasnya hanya ada sedikit alat kecantikan. Didepan kasur tempatku berbaring terdapat meja dan TV 21 inchi diatasnya. Disisi kiriku terdapat satu meja kosong dan satu kursi kayu, disampingnya terdapat pintu yang sepertinya pintu kamar mandi karena aku mendengar suara guyuran air didalam sana.

Karena tak tahu mau ngapain,aku pun memejamkan mata lagi. Mengumpulkan sisa-sisa nyawa yang belum terkumpul sempurna didalam ragaku. Tak berselang lama,dengan mata masih terpejam aku mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka disusul langkah kaki menuju sisi kanan tempatku berbaring.
Saat aku mendengar suara almari yang dibuka,wajahku sedikit menoleh ke kanan dan membuka mataku perlahan.

Kulihat Sulastri membuka kedua pintu almari dan memilih pakaian yang akan ia kenakan,dengan posisi badan membelakangi ku dan berbalut handuk biru tua dari dada hingga atas lututnya. Lalu ia lepas handuk yang ia kenakan,memindah handuk yang awalnya menutupi badannya sekarang ia gunakan untuk menggosok rambutnya agar tidak se-basah sebelumnya. saat menggosok rambut dengan handuk,pantat besarnya bergoyang kanan kiri mengikuti gerakan tangannya. aku yang melihatnya hanya bisa melotot dan mematung, karena aku tidak berani untuk bertindak lebih jauh.
Selesai menggosok rambutnya ia lempar handuk dikasur sisi kanan bawahku, membuat posisi Lastri yang awalnya membelakangiku sekarang menjadi menyamping. Kini mataku disuguhkan balon air yang menggantung dari samping,namun sayangnya ia kembali ke posisi semula yang membelakangiku. aku pun hanya bisa meneguk ludahku sendiri dan bersabar, berharap akan ada pameran yang lebih menggairahkan lagi. Tak kuduga ia ambil dalaman, dan daster lalu menutup pintu almari. Karena aku teringat dengan kaca dipintu almari yang menghadap kearahku,akupun memejamkan mata dan memposisikan kepalaku ke posisi sebelumnya. Jantungku berdegup kencang takut ketahuan, dan betapa terkejutnya aku yang baru sadar jika aku hanya memakai sarung tanpa celana dalam. Dan sekarang,kontolku kondisinya setengah tegang. Kuberanikan diri untuk sedikit membuka mataku, melihat kontolku yang berada dibawah sana. Yang ternyata membuat gundukan berbentuk seperti lontong diatas pangkal paha kananku.

"Waduh,gobloookkk....
ngaceng kok nggak bilang-bilang to kamu ini..
malu akuuu"
gumamku dalam hati lalu sedikit melirik kearah Sulastri,yang ternyata ia mematung dengan mata mengarah ke kontolku.
sengaja ku gerakkan kontolku untuk memberinya sedikit kejutan,dan tak kusangka ia memekik karena kaget lalu tersenyum. ia ambil celana dalam hitam berenda lalu memakainya,sekilas aku melihat gundukan indah yang ditumbuhi sedikit bulu. Karena tidak ingin ketahuan,aku memilih untuk melanjutkan pura-pura tidurku.
Tak lama terdengar suara hair dryer. karena merasa ini adalah kesempatanku untuk bangun,aku pun pura-pura meregangkan badan sambil menyapa Sulastri.


"Selamat pagi sayaaaangg...
wah,kok nggak pakai baju sih..??
dipakai dong,nanti aku bisa khilaf lhoo"
godaku yang sebenarnya terkejut melihat Sulastri hanya memakai dalaman saja

"Sore oom....
lihat tuh jam berapaa..?

kalau mau,sini aja. Lastri ikhlas om,tp nanti burungmu kumasukkan ke lubang hairdryer
Hahahaaa"
Ujar Sulastri menjawab candaan ku

"Hahaaa
Udah sore ternyataa...

yaudah,om mandi dulu ya sayaang...
mau mandiin burung dulu sebelum dimasukin ke hairdryer
hehehe"
Sahutku

Tak kusangka,Sulastri menghentikan aktifitasnya lalu berjalan menghampiriku sambil membawa handuk dipundaknya.
ia hampiri diriku yang haus akan belaian wanita,namun sepertinya dia tidak tahu akan hal itu. ia hanya menganggap ku seperti orang tua yang babak belur dan pincang.



"yuk"
kata Sulastri ambigu

"Ngapain?
mau mandiin om?"
Tanyaku pura-pura tak tahu maksudnya

"kalau om mau juga nggak apa-apa..
selesai mandi,terus Lastri bungkus pakai kain kafan...
yuk"
Jawaban dan ajakan Sulastri disusul senyuman dibibirnya

"Astaga mbak,kejam betul kamuu
Hiks"
rengekku dengan memasang wajah sok sedih. Aku pun perlahan berdiri dengan kaki kiri dan tangan kanan sebagai tumpuan,dibantu dengan tangan Lastri yang menarik tangan kiriku. Dilingkarkan tanganku diatas pundaknya,dengan sabar ia menungguku melangkah dengan satu kaki ku.


Walaupun hanya 5 langkah yang kutempuh hingga depan pintu kamar mandi,mataku tak lepas dari balon air yang berada di dada Sulastri.
Ingin sekali tanganku meraba, meremas dan memainkan bagian-bagian vital yang ada ditubuh Sulastri. Sambil meraba,mulut dan lidahku akan kugunakan untuk memanjakan Lastri. Memainkan puting susunya yang berada dibalik bra hitamnya, dan akan kulumat gundukan yang berada diantara kedua pahanya.
Aahhh...
Kurasa itu akan nikmat sekali...
Tapi itu semua hanya imajinasi ku saja,tak mungkin ia rela jika tubuhnya dikotori oleh orang tua sepertiku.

Kupalingkan pandanganku dari dadanya,tanganku kini berpegangan di kusen pintu kamar mandi yang terbuka.
Kubuang jauh-jauh fikiran kotor yang seolah-olah mengelilingi kepalaku,karena bagaimanapun Sulastri adalah perawatku saat ini. Hanya dialah orang yang bisa kumintai tolong untuk saat ini,dan aku tidak mau hubungan ini menjadi buruk hanya karena nafsuku. Lagian sekarang aku sudah mempunyai dua wanita cantik yang dengan suka rela menjadi tempat pelampiasan nafsuku.


"ini om handuknya,itu didalam udah Lastri sediain sikat baru buat om. yang warna merah ya..
sisanya dipake bareng-bareng aja yaa
hehehe"
Ujar Lastri dengan lembut,melepaskan tangan kiriku dari pundaknya lalu berjalan mundur dan meninggalkanku.

"Eh mbak Lastri...
sekalian tolong ambilin rokokku dong,dimeja tadi. Mau berak sekalian aja aku...
ya,tolong yaa"
pintaku kepada Sulastri

"iya,bentar ya om.."
jawab Lastri lalu berjalan keluar kamar.


Kuamati sejenak kamar mandi ini,yang ternyata terdapat wastafel disisi kanan dari mulut pintu tempatku berdiri dan ada cantelan disebelahnya berisi pakaian yang dikenakan Sulastri tadi pagi. didepan pojok terdapat bak air dengan lubang pembuangan dibawahnya,sebelah kanannya terdapat WC duduk yang lubangnya ada penutupnya dan pojok kanan ada bathub yang sepertinya tadi habis dipakai berendam Sulastri. Terlihat masih ada air dan busa yang belum tersedot sepenuhnya.
kulihat ditembok sisi kiri atas terdapat jendela ventilasi yang ukurannya sekitar setengah meter terbuka, membentuk sudut 45°.
aku pun berjalan masuk kedalam WC dengan kedua tangan berpegangan tembok disisi kiriku, dengan perlahan akhirnya aku sudah berada didepan bak mandi lalu aku duduk diatas WC duduk dan menaruh handuk diatas penampung air dibelakangku.
Kutapakkan kaki kananku yang terkilir,berasa sekali nyeri dibagian engkelnya. kuangkat kaki kananku agar bisa terpangku dipaha kiriku,lalu kupencet-pencet bagian-bagian yang berasa ngilu sambil kuurut pelan.


"Nih om rokoknya,sekalian tak buatin kopi item mau kan?"
Tanya Sulastri mengagetkanku.

ia sodorkan rokok dan korek dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya membawa secangkir kopi panas.

"Wah,mantap tuh mbak.
makasih yaa..
sini,aku minta sesruput dulu biar mulutku nggak kecut"
jawabku menerima rokok yang Lastri ambilkan dan meminta secangkir kopi yang ia bawa.

"Slruuuuupp
Ahhhhh....
slruuuuupp
aahhhhh....

Mantap mbak!!
mbak Lastri doyan kopi kapal selam juga to?
kok bisa punya kopinya.."
Tanyaku basa-basi

"Enggak om,Lastri lebih suka teh atau susu daripada kopi..
itu stok yang beliin Bu boss,buat jaga-jaga kalau ada tamu kok om...

udah ya om,sini cangkirnya.
Malu aku,didepan om belum pake baju"
Sahut Lastri. Tangan kanannya mencoba merebut cangkir kopi yang kupegang dengan tangan kiri menutupi dadanya yang tak tertutupi bra.

"Ohh...
Kapan-kapan om minta susumu dong mbak..
kopinya udah to,besok pagi gantian susu yaa

Ngapain malu,ini kan kamarnya mbak Lastri.
Nggak usah malu kalau dikamar sendiri maahh
Hehehe"
Godaku ke Lastri, sambil melepaskan cangkir kopi buatannya namun mataku tak bisa melepaskan pandangan ke arah payudaranya

"ya besok tak buatin om"
jawab Lastri singkat,namun ia sadar akan tatapan mesumku kearah payudaranya

"iihhh....
om genit!! Matanya liatin tetekku terus!!
tak aduin ke pak boss lho biar dimarahin.
Wlee"
sahut Lastri lalu keluar dan menutup pintu kamar mandi dengar keras

"hahahaa
Tolong siapin baju buat aku ya mbak"
Teriakku meminta tolong kepada Sulastri.

"Yaaaa..."
jawabnya singkat

kunyalakan sebatang rokok kesukaanku pemberian Jono,kubuka penutup WC duduk lalu dengan khusyuk menikmati kesendirianku disini.
Setelah bab,kutanggalkan semua kain yang menempel di tubuhku dan menaruhnya diatas wastafel. Kusiram seluruh tubuhku dengan air dan sungguh perih sekali yang kurasakan.
Selesai mandi,kukeringkan tubuhku dengan handuk lalu kubalutkan handuk dipinggangku,kubuka pintu kamar mandi. Masih dengan satu kaki untuk berjalan dan kedua tangan yang berpegangan dinding,perlahan langkahku memasuki lantai kamar Sulastri.
Kulihat Sulastri yang sedang mengeringkan rambut didepan meja rias tidak melihatku,baju untukku pun sudah ia taruh di tempatku tadi tidur. aku pun berinisiatif untuk berjalan sendiri agar terbiasa dan tidak merepotkan Sulastri. Karena bagiku, bergantung kepada wanita itu sangat memalukan.

Namun sungguh sial bagiku. karena tidak ada keset didepan pintu kamar mandi,saat aku melangkah menuju meja samping tempat tidur Sulastri kakiku terpeleset karena keramik dikamar ini licin dan kaki ku yang masih basah.

"Bug!!"

aku terjatuh menyamping. dengan reflek badanku memposisikan punggung kananku sebagai tumpuan,dan konyolnya tanganku seperti berusaha meraih tembok

"aduuu..uhhh"
rengekku mengekspresikan rasa sakit dipunggung kananku sambil memejamkan mata karena dadaku seperti sesak.
Kuatur perlahan nafasku hingga sedikit demi sedikit bisa bernafas.

"Astaga om!
kok nggak minta tolong Lastri aja to?!"
sahut Lastri yang melihatku telentang dilantai

Lastri yang sudah menutupi auratnya dengan daster sebetis motif bunga menghampiriku,ia coba bangunkan badanku dahulu agar terduduk. ia tampar pelan pipiku,agar aku membuka mata.

"Om!!
oomm...!!
Duh,siapa tadi namanya
Oommm!!"
Teriak Sulastri didepan telingaku

aku pun terpaksa membuka mata agar ia lega, namun tak menanggapi ocehan Sulastri setelah melihatku membuka mata.
Merasa nafasku sedikit lancar,aku berusaha berdiri perlahan dan dibantu Sulastri disamping kiriku lalu ia tuntun langkahku menuju tempat tidur. ia ambilkan baju yang ia taruh dimeja lalu memberikannya kepadaku.

"Oom...
Tolong anggep aja Lastri pembantunya si om,nggak usah malu atau gak enak hati kalau mau minta tolong...
ya?"
ujar Lastri dengan lemah lembut dan kujawab dengan anggukan kepalaku.

"Eh bentar om,diolesi salep sama dikasih Betadine sekalian itu badan sama mukanya ya..
tak ambilin dulu p3k nya,bentar yaa"
Sahut Lastri yang sepertinya sangat antusias untuk merawatku.

aku hanya terdiam dan berusaha menarik nafas dalam-dalam. kurasakan sesak di paru-paruku hingga terasa nyeri,seperti tertusuk jika aku mengambil nafas panjang. Kuulangi berkali-kali hingga rasa nyeri di paru-paruku berkurang perlahan.
Lastri pun muncul dari arah ruang keluarga,masuk kekamar lalu duduk di sampingku. dengan telaten ia olesi lagi seluruh lukaku dengan Betadine,dan ia olesi salep disetiap kulit yang berwarna kebiru-biruan di wajah dan badanku.
Setelah mengolesi Betadine dan salep ditubuhku,kini ia berdiri dan mengambil kursi riasnya. Diletakkan kursi tersebut didepanku,ia atur tinggi kursi tersebut hingga tingginya setengah dari tinggi kasur yang ku duduki. Sulastri pun menduduki kursi tersebut, menatapku tajam. ia tunjuk selangkanganku

"itu nya si om jadi diolesi salep nggak?"
tanya nya dengan muka memerah

tanpa menjawab pertanyaannya aku pun berdiri dengan kaki kiriku,menarik handuk yang melilit bagian bawah tubuhku kesamping kanan. Terpampang lah kontol kebanggaanku didepan muka Sulastri yang melongo, kulihat matanya melotot dan bisa berkedip saat aku duduk kembali dikasurnya.

"eh,
emm...
anu,mau diolesi apa ini om?"
tanya Sulastri yang nampak gugup

kudekatkan wajahku ditelinganya dan berbisik

"Diolesi ludahmu aja mbak,sekalian diurut pakai mulutmu"
jawabku lalu menjilat leher bawah telinga Sulastri dari bawah hingga atas

Mendapati respon dariku yang begitu nekat,ia terpekik dan terlihat bulu kuduk ditangannya berdiri.

"ee..enak ajaa
kuolesi pakai salep ini aja ya om"
ia ambil salep yang tadinya ia gunakan untuk mengolesi kulitku yang kebiru-biruan.

kutangkap tangannya agar tak melanjutkan aksi pengolesan dikontolku.

"Udah,nggak usah kalau nggak mau..
mbak Lastri beli lauk aja buat kita makan,tadi mbak Lastri belum masak juga kan?
kalau mau,tolong sekalian beliin obat pereda nyeri di apotek...
mau nggak mbak?"
kulihat Sulastri menganggukan kepala dan mencuri-curi pandang kearah kontolku yang lemas

"uangnya pakai punyaku aja, dompetnya kutaruh didalam tas mbak. Dikursi ruang keluarga tadi..
ya?"
Lastri pun beranjak dari duduknya setelah tangan kananku membelai pipi kirinya.

ia pun keluar dari kamar,tak lama ia mengambilkan tas yang kumaksud dan membawakan asbak.
ia taruh asbak tersebut dimeja sebelah kiri kasur yang kududuki berdampingan dengan segelas kopi hitam,tak lupa ia mengambilkan rokok dan korek yang masih tertinggal didalam kamar mandi.

"om aja yang ambilin, Lastri nggak berani buka-buka tas orang.
Kalau mau nonton tv,itu remotenya ada dilaci meja lampu tidur.."
ucap Sulastri

Sempat kaget melihat isi dompet yang Jono tinggalkan untukku,kucabut satu lembar uang 100 ribuan lalu kuserahkan ke Sulastri.

"Nih,buruan beli..
aku nggak usah dibeliin minuman,cukup kopi spesial buatanmu ajaa.."

"iya om..
Lastri minta es jeruk boleh kan?"
Tanya Sulastri lalu membalikkan badan dan berjalan keluar kamar

"boleehh..
hati-hati dijalan yaa"

"iyaa"
Sahut Lastri agak teriak karena sudah meninggalkan kamar


Tak lama setelah Sulastri pergi,aku memakai celana kolor dan kaos oblong yang diambilkan Lastri untukku. Kuletakkan handuk yang tadi kupakai diatas kursi rias yang Lastri pindah didekatku.
Karena bosan menunggu,kuambil remote tv yang berada di laci meja lampu sisi kanan kasur. Kunyalakan tv untuk sekedar pemecah keheningan,lalu duduk dikursi kayu dan menyalakan rokok kesukaanku dan menikmatinya ditemani secangkir kopi buatan Sulastri.
Setengah jam berlalu,aku pun tiduran dikasur sambil menonton tv yang menyiarkan sinetron kesukaan cucuku. Tak lama, Lastri pun datang dengan membawa satu kantong plastik hitam lalu meletakkannya dimeja sebelahku.
Saat ia ingin menyerahkan uang kembalian,kutolak uang tersebut dengan alasan untuk belanja besok. Lastri pun mengangguk tanda setuju,lalu pamit mengambil alat makan untuk kita berdua. agak lama ia mengambil alat makan yang hanya digunakan untuk 2 orang. Muncul lah dia membawa 2 piring ditumpuk dengan sendok diatasnya,dan ia membawa sebotol air putih di tangan kirinya.

"Yuk makan om,tadi Lastri beli ayam bakar disebelah apotek sekalian beli obat.
Om doyan ayam bakar kan?"
Tanya Sulastri dan kujawab dengan anggukan

ia atur tinggi kursi rias yang masih disebelah meja agar tingginya sama dengan kursi kayu disebelahnya. Tak lupa ia pindah handuk yang sudah kupakai ke kamar mandi, setalah dari kamar mandi ia tarik tanganku agar aku segera berdiri dan duduk dikursi. lalu ia pun juga ikut duduk di sebelahku menggunakan kursi riasnya.
ia siapkan nasi dan ayam bakar yang dibelinya. Aku pun segera menyantap makanan didepanku,sambil berbincang-bincang ringan dan bercanda ria tak terasa kita sudah menghabiskan ayam bakar yang dibeli Sulastri.

"Ini obatnya om,ini air putihnya kalau mau minum obat..
Lastri tinggal cuci piring dulu yaa..
kalau butuh apa-apa,panggil ajaa.."

"iya Lastri sayaang..."
ucapku menggodanya

kusruput kopi hitam buatan lastri hingga habis lalu menyerahkan kepada Lastri agar cangkirnya sekalian dicuci.

kunyalakan sebatang rokok lagi sambil menunggu makanan yang kumakan tercerna didalam perutku. Setelah menghabiskan sebatang rokok,ku telan obat pereda nyeri yang dibelikan Sulastri lalu menenggak air mineral agar obat yang kutelan bisa tertelan hingga lambungku. Setelah meminum obat,kurebahkan tubuhku ditempat tidur sambil lanjut melihat tv yang sekarang menayangkan acara komedi.
sedang asik menonton tv, Sulastri pun masuk kekamar. dan entah kenapa, jantung berdebar dan kontolku berdenyut merespon apa yang ku lihat. Karena feelingku mengatakan bahwa kontolku akan ngaceng,kuambil selimut besar nan tebal yang berada di kaki ku.

"Waaahhhh...
kedinginan kah om?
kalau iya,kutambahin suhu AC nya biar nggak dingin.."
Ucap Sulastri lalu berjalan menuju kamar mandi

"enggak kok,cuma buat jaga-jaga aja kalau nanti ketiduran..
takutnya masuk angin,nggak terbiasa pakai AC atau kipas angin soalnya.."
jawabku sekenanya

Kulihat Sulastri membasuh mukanya di wastafel dengan sabun dan menggosok giginya. Lalu kejadian yang tak terduga terjadi,ia melepaskan bra yang ia kenakan tanpa melepaskan dasternya dan meninggalkan bra nya didalam kamar mandi. Jantung dan kontolku merespon penglihatanku lagi.
kali ini disusul rasa panas ditubuhku dan nafas yang terasa berat. Kontolku dibawah sana memberontak,ingin keluar dari dalam celana dan terbebas dari sempitnya celana kolor yang kupakai.
Sulastri yang sudah selesai dengan ritualnya pun keluar dari kamar mandi lalu menutup pintunya, berjalan menuju tempat tidur dan akan tidur bersamaku semalaman ini. Kuatur nafasku agar tak terdengar suaraku yang berat ini,namu jantungku yang berdetak seolah-olah seperti bom yang meledak-ledak. Keringatku pun mulai mengalir dikeningku, melihat keningku yang berkeringat Sulastri pun mengambilkan selembar tisu dimeja riasnya.

ia jatuhkan tubuh semok nya disisi kananku, membuat guncangan dahsyat dikasur dan di kedua bulatan indah di dadanya yang mengakibatkan kontolku makin tegang.
Dengan kurang ajarnya dia, Sulastri mengusap lembut keningku sambil meniup pelan. Tercium aroma segar dari angin yang dihasilkan mulutnya, dan aroma wangi dari wajahnya. Otakku pun bergetar merespon semua ini,namun malaikat yang memihakku seraya berbisik memberi sebuah ide agar terbebas dari siksaan ini.

"Lastri..
kamu punya minyak tawon nggak?
mau ku urut sebentar kaki ku.."
Tanya ku ke sulastri

"Ada om,mau Lastri urutin aja biar om nggak capek?"
Ujar Sulastri menawarkan jasanya sambil beranjak dari tempat tidur lalu mengambil minyak tawon di laci meja riasnya.

"Kalau boleh ngrepotin ya nggak apa-apa,tolong di urutin yaa
Hehehe"
jawabku cengengesan

setelah mengambil minyak yang kumaksud,ia pun duduk disamping kaki kananku. ia sibakkan selimut yang menutupi kaki ku,ia pijit pelan bagian engkel kakiku memastikan bagian mana yang perlu di urut atau yang hanya cukup diolesi minyak.
proses pengurutan pun dimulai. Mula-mula ia urut betis hingga telapak kaki kananku dengan mantap,lalu mengurut pelan bagian engkelku.
Sakit namun nikmat yang kurasakan.
yang tadinya jantungku meledak-ledak, nafasku berat dan kontolku tegang maksimal,kini menjadi lebih relax hingga rasa kantuk pun datang.


-

"Aahhhhh
Aahhhhhhh

terus Mbah,teruuusssss
Eli sukaa...aaahhhh
eemmmhhhh emmmhhhhh
aahhhhhh...."

aku yang berbaring di tempat tidur sedang dihajar habis-habisan oleh cucuku dari atas. goyangan dan jepitan memeknya makin mantap,ingin kesemburkan benih cintaku kedalam memeknya namun kutahan.

"aahhh
ayo Mbah,hamili eliii
Aahhhhhhh Eli sayang simbaaahhh
eenggghhhh aahhhhhhh"

Kepala Eli pun mendekati wajahku,ia kecup sebentar bibirku lalu turun ke leher dan turun lagi ke puting kananku. ia mainkan lidahnya memutai puting susuku,ia sedot kencang putingku dan menggigit gemas membuat pertahanan ku makin diambang batas

-


Tanpa sadar mataku terbuka dan berpisah dengan cucuku tercinta,Mengakhiri cumbuan nikmat bersamanya.
Namun ada hal yang mengejutkan didepan mataku,aku melihat Sulastri sedang mencumbuku disaat aku tertidur.
Beruntung bagiku, posisinya ia membelakangi ku. Memperlihatkan pantatnya yang bergerak naik turun, berputar, hingga maju mundur. Suara kecipak terdengar nyaring dan memantul dikamar ini,membuat nafsuku bertambah dan kontolku yang belum tegang maksimal makin membesar dan memanjang bagaikan tongkat sakti sun go kong.



"eh, eh, ee e e e eemmhhhhh"
Lastri mengangkat pinggulnya karena kaget dengan perkembangan ukuran kontolku,menyisakan palkonku yang masih didalam memek beceknya.

Terlihat jelas kontolku yang berlumuran cairan putih kental dipangkal,dan cairan bening yang menempel di sekujur batang kontolku.

perlahan ia tekan pinggulnya hingga ia mendesis.
baru tertelan setengahnya saja sudah terasa sangat sempit memeknya yang basah ini,terasa meremas-remas kontolku yang berada di dalam memeknya.
Setelah mengatur nafas ia meludahi tangan kanannya, lalu meratakan ludah ditangannya dibatang kontolku yang belum masuk kedalam memeknya.
Kulihat badannya bergetar entah karena sudah klimax atau kakinya sudah tidak sanggup menahan beban tubuhnya.

Tubuh Lastri jatuh kedepan dengan kontol yang masih menancap kokoh dimemeknya,ia genggam kontolku erat-erat dengan memeknya. seperti tidak rela melepaskan kontolku. perlahan ia putar-putar pinggulnya,memberi sentuhan didinding memek bagian luar. terasa rembesan air yang keluar dari dinding memeknya membasahi palkonku,lalu dengan cepat ia tumbuk gerakkan pinggulnya keatas dan kebawah.

"Aahhh
ahhhh aaaahhhhhhh
ennn..naaaakkk
aahhhhh...
teruuu....uuusssss
oommm... eee eeennaaaakkkk aahhh
ahhh aahhhh"

desah dan teriak sulastri,lalu kembali berusaha menduduki kontolku. memaksa agar masuk seutuhnya

"bless.."



ia diamkan kontolku didalam memeknya dan sedikit memberi goyangan agar otot memeknya terbiasa dengan benda yang akan keluar masuk diwilayahnya.
dengan liar ia putar pinggulnya, mengangkat dan menjatuhkan pinggul hingga menimbulkan bunyi benturan kulit.
ia ulang gerakan tersebut hingga suara kecipak dan benturan kulit terdengar nyaring disertai racauannya.

"eennggghhhh aaahhhhhhh
eemmmhhhh emmmhhhhh emmmhhhhh
aahhhhh
aaaahhhhhhh
eessssshhhhhh
Ooo...oommmmmm
aaahhhhhhh teeerrrrr..rruuuussssssss

aahhhhh
aaaahhhhhhh
eenggghhhhhhhhh uhhhhhh
dikit lagiii....iihhhhh"

tangan kanan Sulastri mengambil daster disampingnya lalu ia letakkan tepat dibawah memeknya.

"Ssorrrrrr
serrrr seeerrrrr serrr..."

ia lap memeknya yang terkena cipratan air kencingnya,lalu dilanjutkan lagi goyangan dahsyat diatas selangkanganku.

"uuuhhhhhh
enaaakkkkk
uuuhhhhh aahhhhhh eemppphhhhhh"

ia berhentikan goyangannya,lalu memutarkan tubuhnya menghadap ku.
aku pun pura-pura tidur seperti yang kulakukan tadi sore. ia raba dada bidangku dan ia kecup puting susuku,ia jilat-jilat dan sedot hingga digigit gemas putingku. diraihnya kedua tanganku dan memajukan badannya agar telapak tanganku menjangkau payudaranya,lalu diremasnya telapak tanganku agar tanganku bisa seperti meremas susunya.
tak hanya sampai disitu,ia kulum jari telunjuk tangan kananku lalu mengarahkannya diklitorisnya. ia gesek-gesek klitorisnya dengan jariku

"eemppphhhhhh
emmppppphhh emmppppphhh
aaaa....aaaaaahhhhhhhhhh"

ia gerakkan lagi pinggulnya dengan beringas,yang sepertinya menjadi pertanda bahwa ia akan mencapai klimaksnya yang entah sudah ke berapa. ia jatuhkan tubuhnya kedepan dengan lengannya sebagai penyangga badannya,memainkan puting susuku dengan lidahnya sambil tetap menumbuk memeknya sendiri.
tak tahan dengan perlakuannya, pertahananku terasa akan jebol, begitu pula dengan Sulastri. Kini ia fokus mengatur nafas dan menikmati setiap gesekan kontol jumbo dimemeknya

"uuu...uuuuuhhhhhhhhh
emmppppphhh emmppppphhh
aaahhhhhhh aaaahhhhhhhhhh
ayo oommm...

aaahhhhhhh aaaaaahhhhhhhhhhhh
Lastri ennn..naaakkkk aaaahhhhhhhhhh
eenggghhhhhhhhh

uuuuuhhhhhhhhh uuhhhhhhhhh
uuuu......uuuuuuhhhhhhhhhhh"

"serrr
serrrrr serrr"
terasa palkonku disiram oleh cairan hangat dari dalam memek sulastri,disusul kedut-kedutan nikmat yang memberi sensasi seperti diremas-remas.
dan karena badan Sulastri bergetar, tanpa ia sadari ia sedikit menaik turunkan memeknya. menambah sensasi seperti diurut-urut.

"Croooootttttt
crroottt crot
Croooooootttttt..ttttt"

"ennn..nnnaaaaaakkkkkkkk"
Seperti serigala mengaum,tubuhnya meliuk keatas dengan mata terbelalak namun hanya memperlihatkan warna putihnya saja.

pinggulnya bergetar hebat untuk sesaat,lalu ia ambruk diatas tubuhku.
Kurasakan memeknya yang masih berkedut hingga tak terasa kontolku mulai mengecil, namun masih saja terasa dinding memek sulastri melekat dibatang kontolku.

sedang menikmati kedutan otot memeknya,dadaku merasakan ada sesuatu yang menetesinya. kutengok wajah Sulastri yang berada tepat di dadaku, yang ternyata ia telah tertidur pulas hingga air liurnya keluar.

Karena sudah terlanjur berakting "pura-pura tidur" aku hanya bisa menerima keadaan. tidur ditindihi wanita yang baru ku kenal.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd