Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

lebih dari C [2019]

gratisatu

Semprot Baru
Daftar
23 Jun 2015
Post
40
Like diterima
2
Bimabet
Fiuww.. ternyata menulis cerita itu susah pemirsa!!!

Salut buat suhu-suhu yang sudah membagi karya tulisnya nya di forum ini .

Kalian luar biasa. Banyak inspirasi yang saya ambil guna menambal sulam karya tulis saya yang apa adanya ini.

Teristimewa buat panitia LKTCP 2019, yang sedianya menerima kenekatan saya untuk ikut mengikuti ajang ini. Saya menghaturkan banyak terima kasih.

Salam hormat saya buat para pengunjung yang menyempatkan diri untuk singgah di sini. Cerita ringan yang tersaji sedianya murni dari imaginasi sederhana nubie tentang apa itu Fresh Meat. Jadi sekiranya jika melenceng dari tema mohon dimaafkan.

Jika bisa dinikmati silahkan berimajinasi. Kalau tak berarti mohon dikritisi.

Selamat membaca




“Tak selamanya niat yang sama berujung pada tindakan yang sama;
Tak selamanya pula beda niat berujung pada beda tindakan”



-Celah & Curiosity-

“9 menit lebih.. lumayan!!” ucap Arle yang tengah melihat durasi sebuah file video rekaman di ponselnya. Ia ingin memutar video tersebut untuk mengulang sebuah momen. Momen di mana ia tidak berani mengintip seorang perempuan yang sedang mandi selepas petang tadi di belakang rumah Malik sahabatnya; Sebab gairahnya dikalahkan oleh rasa takut akan ketahuan. Malikpun berinisiatif mengabadikannya dalam sebuah rekaman video menggunakan ponsel miliknya. Setelah mematikan lampu kamar, dan memastikan tidak bakal ada yang menganggu kenyamanannya untuk menonton, iapun merebahkan diri di kasur. Ia benar-benar ingin menikmati tontonannya sampai puas, karena rasa penasaran dan berahi yang sudah ia pendam sejak ia dan Malik beraksi beberapa jam sebelumnya. Tak ketinggalan ia menyumpal kedua telinganya dengan earphone. Arlepun mulai mem-play video tersebut. Matanya yang disipitkan seakan menandakan ia ingin lebih jelas melihat sosok topless yang tengah membasahi area leher dan bahunya. Sepasang gunung kembar yang dengan aerola dan kuncup berwarna merah muda agak pucat terpampang di layar HP Arle.
Perlahan tangan kanan Arle menghilang sebagian di balik boxernya. Menggenggam juniornya yang mulai mengeras. Walau yang terlihat olehnya hanya penampakan area bahu sampai sekitar wilayah dada saja, namun bagi pemuda itu sudah cukup untuk menebus rasa penasarannya.

Pada scene video terlihat target mulai menggosok badannya. Payudaranya berguncang seirama dengan gosokan tangannya pada area tengkuk. Semakin ia menambah tekanan gosokan, semakin jelas pula buah dadanya terlihat bergoyang. Aktivitas multitasking yang dilakukan Arle yakni menonton sambil mengocok batang penisnya, membuat berahinya semakin meninggi. Ia mulai mencabuli sang pemilik buah dada ranum tersebut dalam otaknya. Adegan video berikut terlihat si putih mulus sedang menyabuni area dadanya. Busa sabun yang menutup sebagian lekukan buah dada beserta puting menimbulkan sensasi seksual tersendiri bagi Arle. Ingin rasanya ia menyibak kumpulan busa itu dengan tiupan dari bibirnya.
Arle menikmati helaan nafasnya, laksana wangi sabun yang sempat ia cium di balik tembok kamar mandi petang tadi masih melekat di indera penciumannya. Ia menahan nafasnya beberapa saat. Lalu…Wussss…!! bunyi hembusan nafas memburu keluar dari dalam mulutnya.

Objek molek di video terlihat mulai menggosok area bawah tubuhnya lalu berbalik menampakkan pungggungnya. Seolah bagi Arle, perempuan itu ingin memamerkan sisi mulus tubuhnya yang lain. Sejenak ia mengatur nafas dan mengurangi intensitas kocokan pada Mr. P nya. Bodi aduhai itu berbalik kembali dan mulai mengguyur wajah dan sekujur badannya. “Glek!! Arle menelan ludah menikmati apa yang ia lihat. Nafasnya kembali tertahan menyaksikan tubuh putih nan mulus yang telanjang bulat terpampang jelas. Sangat jelas memanjakan matanya. Nafsu syahwat benar-benar sudah menguasai pemuda itu, namun Arle belum ingin menuntaskannya dengan beberapa kali ia menahan senjata 16 cm-nya untuk tidak segera menembak. Ia meng-pause videonya, mengatur nafas lalu berkata cepat.. “Aahh sialan juga nih tontonan!!”

Scene berikut lebih membuat nafsu pemuda itu kian meninggi. Sayup-sayup terdengar lantunan lagu barat yang bagi Arle belum terlalu akrab di telinganya. Sang perempuan ikut bersenandung mengikuti irama lagu yang terdengar. Lalu perempuan itu diam mematung sejenak. Beberapa detik kemudian, Sang objek yang tengah bugil tersebut memutar dan meremas lembut ke dua buah dadanya. Saking pelannya Arle bisa menghitung aktivitas yang terlihat olehnya itu. Iapun juga ikut meremas dadanya. “ li..maaa.. eee..naam.. tuuu…juh.. dela… oohh…” Arle menghentikan hitungannya setelah melihat penampakan puting merah muda yang mengeras. Seiring si perempuan yang melepas remasan pada payudara kanannya. Terlihat tangannya bergerak menyusuri area perut dan terus ke bawah sedangkan tangan kirinya tetap bermain di dada kirinya.
Ssssh.. “ bareng yuk sayang…” ucap Arle yang mengikuti gerakan yang ia lihat seraya mulai menurunkan celananya sampai ke lutut. Seakan mengijikan adik kecilnya untuk menghirup udara bebas dan ikut menonton bersama dengan dia. Batang yang sudah mengeras sempurna serta kepala penis yang memerah menandakan alat kelaminnya sudah mendapatkan stimulus yang luar biasa dari birahi dan aktivitas senam jarinya.

Arle yang sebelumnya mengabaikan akan bagaimanakah paras wajah pemilik tubuh molek yang ia tonton, akhirnya mulai timbul rasa penasarannya. Beberapa kali ia menunggu momen itu. Namun oleh Malik yang merekam video hanya lebih sering meng-zoom dan fokus pada payudara targetnya. Di tengah keinginannya mendapatkan momentum untuk melihat paras wajah sang perempuan. Arle melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia lalu coba memperhatikan adegan demi adegan secara lebih seksama. Pandangannya terpaku pada bercak coklat muda tepat di bawah buah dada sebelah kanan objek telanjang pada video yang ia tonton.

“Mmmm.. tanda lahir, semoga suatu saat saya bisa menjilatinya..” gumamnya seraya membasahi bibirnya.

Sang perempuan tampak sudah selesai dengan aktivitas merangsang area-area sentitifnya sendiri. Namun Arle belum. Ia ingin menuntaskannya. Ia masih terus mengocok batang penisnya.
Terlihat si perempuan sudah mulai mengelap badan lalu akan mengenakan kimono handuk berwarna ungu muda.

”… Seperti apakah wajahmu *******..sssh.. ssssh..”

Arle semakin fokus seakan tidak ingin melewatkan momentum tersebut. Ia juga semakin mengeratkan genggaman tangan pada alat vitalnya. Berusaha menahan agar juniornya jangan sampai muntah sebelum waktu yang ia inginkan. Ia ingin momen ejakulasinya tepat bersamaan dengan ia melihat wajah si pemilik tubuh yang sudah ia cabuli dengan mata dan imaginasi liarnya. Ia yakin dia akan segera melihat paras dari pemilik kemolekan tubuh yang sedang ia tonton.

Sembari mempercepat lalu menahan lalu mempercepat kembali gerakan kocokannnya.
Arle menunggu… dan akhirnya ia menjemput momen itu …

“..ssh..sssh...ssssssh.. YAAK!!”

Bersamaan dengan ia ingin berejakulasi, gambar di video beralih pemandangan lain yakni punggung dan ubun-ubun Arle sendiri yang tengah memegang tangga tepat di bawah Malik. Lalu disusul penampakan gerakan perlahan jari tengah Malik.

“AAANNJEEENGG!!! “

***

3 hari kemudian…

“Sudah saya hapus tikus!!.. Ujar Arle tegas kepada Malik yang datang ke rumahnya untuk meminta file video rekaman yang Arle sudah tonton malam itu.

"Lah!! kok dihapus??" balas Malik yang terlihat kaget plus kecewa.

“Soalnya ada saya di situ!! kamu juga kurang kerjaan pakai ikut merekam saya!!”

“hahahaa… lucu saja melihat gaya kamu kemarin bro, yang seolah mau tapi tak mau”

“Kunyuk kau!! Tidak berpikir kalau sampe videonya tersebar, bisa hancur saya!! kamu yang mengintip, saya yang bonyok!!”

“Hahaa.. maafkan Ar, maaf… “ujar Malik,
"Eh ngomong-ngomong.. videonya sudah kamu tonton kan? gimana menurutmu?" lanjutnya lagi.

Arle sembari mengangkat dua jempolnyaa… “hmmmm…”.

“Naaaah!! Coba kamu berani untuk melihat langsung kemarin! “

"Ini saja sudah lumayan kok Lik, saya lebih mikir resikonya.”celahnya kecil begitu, resikonya yang besar.”

“iya.. iyaa.. saya juga baru dua kali kok mencoba ngintip di situ.”

“Serius…??” tanya Arle.

“Iyaa, yang pertama cuman sebentar dan nampak punggungnya saja. Yang kedua saya lebih berani karena ditemanin kamu!" "hahahaha… piss bro!! "Malik tergelak kembali.

"Huuuuu… kamu benar-benar partner sialan!!” Arle seolah akan menendang kaki Malik yang duduk dihadapannya.

Arle lalu berdiri dan memperhatikan keadaan sekitar rumahnya. Ia lalu duduk kembali. Sambil mengecilkan suaranya ia bertanya..” Eh Lik!! Kemarin kamu sempat lihat wajah perempuan itu ngga??"

Malik mengeryitkan dahi dan mencoba mengingat,.. “tidak sempat bro!!” kenapa?"

“Saya penasaran dengan wajahnya…”

“Kalau bodi mulus dan terawat begitu... sudah pasti tampangnya lumayanlah.” Ujar Malik yakin.

“Itukan tetanggamu Lik??.. walau saling berbelakang rumah!”

“Saya tidak kenal Ar.. soalnya sejak 2 bulan lalu sudah penghuni baru.
”Saya juga malas cari tahu siapa tetangga baru di belakang rumah saya sekarang."

“Hmmmm…” respon Arle.

“Serius…, semenjak sudah kerja, saya jadi malas kemana-kemana kalau sehabis ngantor. Informasi mengenai rumah sebelah, sejauh saya tahu yah itu penghuninya orang baru dan rumah tersebut mulai di renovasi dalam sebulan terakhir ini.” Malik mencoba menjelaskan.

"Jadi gimana yah supaya bisa tahu..??" Arle berkata pelan seakan berbicara dengan dirinya sendiri.

"Kok sepertinya kamu penasaran sekali bro, nanti deh saya bantu cari tahu..” ujar Malik

“Iya bantulah brother,.. seandainya yang perempuan yang mandi itu masih single, mau saya pacarin!! Hahaha…

"Hahahaa... mau pacarin atau mau menetek di toketnya.”

“Yaaahh… kalau bisa lebih dari itu ..hahaha.”

“Bisalah itu bro.. Setidaknya kamu kan punya modal tinggi dan ganteng. Saya saja sebagai laki-laki harus mengakui itu brother.” Malik menyemangati sahabatnya.

“Ah jangan terlalu memuji begitu sob. Nanti saya besar kepala… “ balas Arle.

“Tapi sayang.. kontolnya cuman dipakai buat kencing. Belum pernah dipake ngentot!!"

"Hahahaa.. anjingg kau Lik!! Saya bisa saja ngeseks dengan PSK. Pernah saya coba. Cuman kontol saya tidak mau bangun.”Serius!! Ujar Arle jujur.

“Lantas, kamu mau ngentot dengan siapa?”

“Yaa itu. Saya ingin ngentot dengan dengan cewek yang saya pacarin, sudah kenal, sudah membangun hubungan emosional sebelumnya.”

“Lah dengan Risa kemarin. Kenapa tidak dieksekusi kalau begitu? Malik menyinggung mantan pacar Arle.

“Sudah hampir. Beberapa kali sempat petting dengannya. Cuman dia keburu pindah ikut bapaknya yan pindah tugas”

"Kesian juga saudaraku yang satu ini…"
"Eh tapi serius sob! Saya akui kamu hebat kalau kamu bisa dapatin perempuan berbodi molek itu!" Malik mencoba men-challenge sahabatnya.

"Hmm gitu yah Lik?? Saya coba deh! Saya berangkat dari mau tahu soalnya wajahnya dulu. Kalau soal yang dapatin bodinya itu bonus!!.. hahahaa.."

"Hahahaa.. yah sudah!! Saya pulang dulu Ar… Semoga kamu bisa mendapatkan si molek itu!!"

“Aminnnn.. Info-info yah kalau ada kabar terbaru.”

"Sipppp…"

Malikpun meninggalkan Arle yang masih duduk di teras rumahnya.

Arle hendak beranjak masuk ketika sebuah city car berwarna putih berhenti tepat di depan rumahnya. Terlihat mamanya turun lalu menoleh ke teras rumah.” Arle sini!!” ia melambaikan tangan ke anaknya yang juga tengah mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang.

Arle datang menghampiri mamanya bersamaan dengan kaca jendela samping depan mobil terlihat diturunkan. Tampaklah sesosok wanita berkacamata melayangkan senyum ke arah Arle.

Wanita berusia sekitar 28-30 tahun yang berpenampilan layaknya wanita kantoran.

“Ini Charles anak sulung saya yang saya ceritakan tadi. Dia sudah lulus SMU sejak 3 tahun lalu, kerja masih serabutan dan sekarang menganggur. Sudah disuruh kuliah juga tidak mau!”Si Mama memperkenalkan anaknya sekaligus curhat.

“Hai Charles.. saya Karen, sebentar malam ke rumah yah! maaf saya tidak turun dari mobil soalnya lagi buru-buru.”

“Hi mbak…”, Arle balas menyapa namun tampak terlihat bingung dengan ajakan wanita yang baru ia lihat dan kenal tersebut. Ia menoleh ke mamanya guna mengharapkan penjelasan lebih.

“Iya dek, sebentar saya suruh Arle ke rumah. Pasti dia mau kok!?” mama Arle menyambung.

“Ok, saya jalan dulu tante!”

“Iya dek, makasih yah atas tumpangannya, hati-hati di jalan.” balas mama Arle.

Wanita itu sudah tidak menjawab ia hanya melambaikan tangannya lalu melajukan mobilnya perlahan.

“Siapa Ma?” tanya Arle yang masih diliputi rasa penasaran.

“Kan tadi sudah kenalan. Namanya Karen”. sahut mamanya sembari duduk di kursi teras. “...Sini duduklah dulu”.

Arle terlihat enggan untuk duduk.

“Karen, kerabat jauh ibu Egi. Teman arisan Mama, yang rumahnya di Blok C itu loh”

Arle mencoba mengingat rumah yang dimaksud. “Ooo tante Egi…, terus ada urusan apa yah dia memanggil saya? Memangnya dia tinggal di situ juga??”

“Urusan kerjaan di rumahnya. Pastilah kamu tahu rumah 2 lantai yang pas berhadapan dengan rumah tante Egi. Kalau mama tidak salah ingat, sepertinya rumah itu saling berbelakangan dengan rumah teman kamu si Malik.” Mamanya coba menebak.

HAAAA!!!






-Cantik, Cantik, Cantik & Chat-


"Terima saja sob, tawaran kerjanya!!" Suara Malik dari balik telepon.

"Tapi ini kan terlalu cepat buat saya!" balas Arle

“Astaga Le!!, katanya mau cari tau perihal wajah perempuan itu beserta bonus-bonusnya.”

“Bagaimana yaaa…?”

“Halaaa pakai berpikir segala. Ingat kesempatan itu terkadang datang cuman sekali bro. Kalau yang datangnya berkali-kali saat kamu hindari namanya debt collector!! hahahaa.."

----

“Hmm.. kenapa kesempatan itu cepat sekali datangnya. Saya belum benar-benar siap.” Guman Arle yang tengah berdiri di depan pagar sebuah rumah minimalis dua lantai. Ia sedang mengumpulkan nyali untuk masuk mengetuk pintu dan bertamu ke dalamnya.

Dari sedikit penjelasan mamanya, akhirnya ia tahu maksud dari panggilan Karen. Ia akan diminta mengantikan anak tante Egi menjadi pengawas para pekerja yang sedang merenovasi rumahnya, dikarenakan Rudi anak tante Egi sudah punya kesibukan lain. Dari mamanya pula yang juga sebenarnya masih minim informasi, Arle akhirnya tahu kalau yang tinggal di rumah tersebut adalah Karen bersama sepupunya beserta keponakan perempuannya yang masih kuliah.

Arle yang pada awalnya menolak. Namun karena desakan mamanya, ditambah keinginan kuatnya untuk mencari tahu wajah dari pemilik tubuh di video voyeur-nya serta dukungan dari Malik; Akhirnya ia memberanikan diri untuk datang ke rumah yang dimaksud.

"Silahkan.." Karen yang membuka pintu buat Arle yang akhirnya memutuskan untuk menemui sang pemilik rumah.

Waoo"... Arle sedikit tertegun dengan penampilan casual Karen, hotpants berwarna putih dipadukan dengan atasan offshoulder berwana biru, membuat Karen terlihat lebih muda 5 tahun dari pertemuannya dengan Arle sebelumnya.

“Kenapa? berantakan yah rumahnya? maklumlah masih tahap pembenahan, orang rumah setiap saat sibuk seharian di luar. Belum ada waktu untuk beres-beres.”

“Ooo gitu yah mbak...” Arle menanggapi seadanya sambil berjalan masuk ke ruang tamu. Ia tidak ingin kedapatan lagi mengagumi kemolekan tubuh lawan bicaranya.

“Kalau menurut saya pribadi rumah ini sebenarnya masih layak untuk ditinggali. Cuman yaa.. bagi si Lius dia lebih memilih mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk merenovasi rumah ini.”

“Siapa Lius?” bathin Arle. “Ah nanti juga tahu sendiri!” ia malas bertanya tentang nama yang disinggung oleh Karen barusan. “Mmm.. iya sih mbak?..” Responnya kemudian sembari memandangi interior rumah yang baru dimasukinya.

Eh tidak usah panggil saya mbak!! Panggil nama, atau kakak saja. Santai saja kalau di sini. Walaupun baru sebulan saya tinggal di komplek ini; Saya sudah kenal dan akrab dengan tante Ria mamamu." Ujar Karen seraya menghempaskan pantatnya ke single sofa yang terdapat pada ruang tamu. Lalu menyilangkan pahanya.

“Duduk!” Karen mempersilahkan Arle yang masih berdiri di seberang meja di hadapannya.

“Baik kak." Arle memilih duduk di sofa panjang yang tidak berhadapan langsung dengan Karen.

Telepon genggam Karen berbunyi.

“Tunggu yah Charles!!” ..Loha kakak!!” Terlihat Karen menerima panggilan masuk di HP-nya sambil menyandarkan lehernya ke sandaran sofa lalu meregangkannya ke belakang sembari membusungkan dadanya.

“Duhhh…, guman Arle yang menyaksikannya. Ia segera memalingkan mukanya. Ia mencoba mencari perhatian lain yang bisa mengalihkan pandangannya. Ia tidak ingin menyimak percakapan antara Karen dengan penelponnya. Arlepun lebih memilih memainkan pandangannya matanya ke seluruh penjuru ruangan. Berlagak layaknya tengah mempelajari interior rumah, Arle mengangguk-angguk mengamati ornamen rumah, dinding tembok dan plafonnya, ventilasi, pintu dan jendelanya lalu ke meja ruang tamu di hadapannya. Tanpa sadar Arle mulai melirik ke betis kanan Karen, paha kanannya yang berpangku pada paha kiri, menyusur ke dada Karen, area leher, lalu ke ... mata Karen yang tengah menatapnya.

Njing!!

Wajah Arle memerah menahan malu. Iapun menunduk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ia menunggu respon Karen.

“Kenapa duduk di situ dek. Geserlah ke depan saya. Kita kayak orang lagi musuhan kalau duduknya berjauhan begitu.” Karen yang rupanya sudah selesai menerima telepon meminta Arle berpindah tempat duduk sambil menunjuk sisi sofa di hadapannya.

“1 kamar di lantai atas belum terpakai sepenuhnya, itu kamar buat Lius”. Ujar Karen.

Arle yang terlihat lega karena Karen nampak tidak mempersoalkan tatapanya tadi. Ia lalu menggeser posisi duduknya ke hadapan Karen dan mulai mencoba menyimak apa yang Karen ucapkan. Arle sudah menetralkan konsentrasinya dan menyadari posisinya sebagai tamu.

“Kalau yang di belakang kamu adalah kamar si Heni, kakak sepupu saya. Kamar saya yang di sebelahnya.”
Kalau yang di belakang sana kamar Siska ponakan saya. Setiap kamar di rumah ini punya kamar mandi sendiri.”

“Ooo gitu yah kak.. “Arle menanggapi. Iapun menoleh ke pintu kamar terakhir yang ditunjukkan oleh Karen. Arle mengangguk-angguk menunjukkan tanda paham.

Ah tunggu! seperti ada sesuatu yang mencolek memorinya. Sesuatu yang sebenarnya sudah ia pikirkan sejak mamanya menyebut alamat rumah Karen. Kamar belakang, dapur, belakang rumah Malik, ventilasi kamar mandi, payudara yang basah, puting merah muda yang agak pucat, beserta tanda lahirnya. Kepingan gambar-gambar tersebut seperti saling sikut untuk muncul terdepan dalam ingatan Arle.

“Akhh!! apakah Siska perempuan yang mandi itu!” bathin pemuda itu. Seperti apa yah orangnya??... apa seperti kak Karen??”… Kontol Arle dalam sekejap ingin bangun seiring otaknya memikirkan tubuh bugil yang di video rekaman yang ia tonton malam sebelumnya. Arle menunduk berusaha membuang jauh-jauh pikiran mesumnya terhadap wanita dihadapannya.


Arlepun kembali fokus menyimak arahan Karen mengenai tugas dan tanggung jawabnya seandainya jika Arle mau bekerja di rumahnya. Setelah mendengar pemaparan dari wanita di hadapannya Arle menyanggupi pekerjaan dan tawaran gaji yang diberikan.

“Lumayan.. sambil menyelam minum air” Arle membathin. Senyum nakalnya sudah mewakili isi pikirannya saat itu.

“Kamu sudah mau pulang? kita tunggu Siska dan Heni dulu yaa..” suara Karen mengakhiri lamunan nakal Arle.
“Eh tapi sebelumnya tolong tuliskan no HP kamu di whiteboard itu! Di bawah no HP si Rudi.

“Baik kak”

“Kami memang bertiga di rumah ini. Cuman jarang sekali bertemu satu sama lain. Jadi yang butuh nomor kamu bisa langsung lihat di situ tanpa perlu meminta atau memberinya berulang-ulang." Karen mencoba menjelaskan maksud dari ia meminta Arle menulis nomor HPnya.

Arlepun mengiyakan. Mereka lalu melanjutkan pembicaan perihal rencana renovasi rumah.

Tak lama kemudian.

Tit! Tiiiit!!!

“Nah!! Itu mereka datang!! Karen merespon bunyi klakson mobil di depan rumahnya.
" Ayuk kita temuin mereka dek!!”

Sesampainya di teras rumah, tampaklah dua orang perempuan yang baru turun dari mobil. Keremangan lampu teras tidak bisa menyembunyikan pesona kecantikan mereka.

"Astagaa!!! Ini sih kembar tiga cantiknya!" kagum Arle. Seolah melihat kemiripan 2 perempuan yang baru datang tersebut dengan Karen yang sudah dikenalnya lebih dulu.

"Halooo... kamu Charles yah?? Saya Heni." perempuan berambut coklat terang menyapa dan mengulurkan tangannya ke Arle.


“Selamat malam Charles.” Saya Siska yang paling muda dan cantik di rumah ini… hihihii..." Susul perempuan berhotpants di belakangnya. Ia hanya melambaikan tangan ke arah Arle.


DEG!! Jantung Arle berdegub cepat ketika bertatapan dengan Siska. “Waooo…" Bibirnya bergerak namun tak bersuara.

“Huuuu.. paling centil… iyaa!!” Karen terdengar memprotes ucapan Siska barusan.

“kalau bisa panggil saya Arle saja.” Arlepun kembali memperkenalkan dirinya, Ia nampak kikuk dikelilingi 3 perempuan penghuni rumah yang baru dimasukinya tersebut.

“Ganteng juga yah Mi? Calon mandor di rumah kita." Siska melirik manja ke arah Arle.

“Iya, bodinya juga tinggi berotot. Tumben selera kamu bagus Keii... Hihhiii… .” balas Heni.

Karenpun menimpali..” Yaa maaf begitulah adanya saya, cuman seorang quality control handal..”

“Huuuu….” Sahut Siska dan Heni.

Arle hanya sedikit tersenyum dan menunduk menyaksikan keseruan senda gurau ketiga perempuan serumah di hadapannya. Rasa grogi yang menguasainya seolah tak memberi kesempatan untuk dirinya dapat menikmati suasana yang ada. Setelah merasa keberadaanya tidak diperlukan lagi. Arle berpamit diri.

***

Di kamar Arle …

“Akhh sialan!! Saya yang dari lahir tinggal di komplek, kalah set dengan orang yang baru sebulan jadi penghuni di sini!” Arle tengah mengutuki dirinya yang mati gaya selama di rumah Karen tadi.

“Tapi siapapun juga pasti kayak begitu kalau lagi berhadapan dengan perempuan cantik dan seksi kayak kak Karen. Huh!!! Apalagi kalau mereka sudah kumpul bertiga… Ampunn Dj!!!” Pemuda itu tengah mencari alasan penawar untuk membesarkan hatinya sendiri.

Bayangan wajah Karen, Siska, dan Heni bergantian muncul dalam benaknya. Wajah-wajah yang kemudian berganti dengan bodi molek masing-masing. ”Ah seandainya saya disuruh memilih diantara ke-3 wanita itu untuk melepaskan keperjakaaan, tutup matapun saya pasti tak akan salah pilih. Semuanya tak ada celanya.” gumam Arle dalam lamunannya yang semakin jauh meninggalkan raganya.

“Atau saya gilir saja semuanya!!”

“Atau dengan Siska saja, sepertinya goyangannya mantap dan kayaknya usianya lebih muda dari saya” sambil membayangkan lenggak lenggok bokong Siska.

“Atau Karen saja deh! saya suka genitnya, sepertinya berpengalaman. bisa ngajarin saya ngeseks.”

"Mmm... bagaimana kalau Heni. Saya ingin merasakan sensasi bercinta dengan wanita berambut pirang."

”Aakkhhh.. Arle lalu mencoba menyingkirkan semua lamunan gilanya, di mana ia seolah-olah benar lagi tengah diberi pilihan di antara ketiga wanita serumah yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu.

Dia lalu mengambil ponselnya, membuka galeri tersembunyi di dalamnya, lalu memutar lagi video rekaman sosok wanita yang sedang mandi di belakang rumah Malik. Tepatnya kamar mandi di kamar tidur Siska.

“Ahh tidak!!! jika harus memilih salah satu. Saya ingin bercinta dengan perempuan pemilik tanda lahir yang sedang mandi ini. Tapi siapa orangnya??? soalnya susah untuk memastikan dari ke-3 perempuan itu bodi dan warna kulitnya hampir mirip. Ah!! apakah perempuan ini Siska yaa..??”

Arle mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu segera memutar kembali file video rekamannya. .

Ia menontonnya sekali lagi sembari mengelus kepala dan batang juniornya.

“Ahh Siska!!...apakah kamu wanita yang mandi ini??“

Arle mulai mengelus elus kemaluannya sembari membayangkan wajah Siska. Mata Arle fokus menatap bercak coklat muda yang sangat menarik perhatiannya.

“Siskaaaa.. jagain tanda lahir itu buat saya.. ssshh..”

Tring!!

Bunyi pesan whatsapp di Hape Arle, Iapun menghentikan aktivitas colinya. Ia lalu membaca pesan tersebut.

Hi!

“Nomor baru? Siapa yang menghubungi saya jam begini”.. Arle melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 22.42.

“C..A ?” Arle melafalkan inisial yang menjadi foto profil dari nomor whatsapp tersebut, sembari mencoba mengingat-ingat adakah kenalannya yang cocok inisial itu. Namun ia tidak mendapatkannya. Iapun memutuskan untuk mengabaikan pesan tersebut dan melanjutkan tontonannya.
Tring!!

Kok cuman dibaca 🙁

Arlepun akhirnya membalas pesan ke-2 tersebut
Siapa?

C20

Arle sepertinya akrab dengan kombinasi huruf dan angka tersebut. Ia mencoba mengingat dimana pernah melihatnya.

“Astaga!! Itu nomor rumah...”. Arle menjadi serius untuk meladeni pengirim pesan misterius di whatsappnya. Ia mencoba mengetik nama Karen. Lalu menggantinya dengan nama Siska. Kemudian yang terakhir nama Heni.

Arle tidak berani memastikan salah satu nama. Di tengah kebimbangannya masuk lagi pesan baru dari nomor baru yang sama.

Kok cuman dibaca lagi😔

Arle akhirnya membalas pesan tersebut.
C20 Siapa?

C aja

“C,.. C..” Arle mengulang huruf konsonan tersebut. Ia mencoba berpikir sosok yang pas dengan inisial tersebut. "C.A.. C Aja…, Caren, Ciska, Ceni.. “Akh!! tengah malam disuruh berpikir!!! Malas ah!!

Tring!!

Selamat datang dan semoga betah
Terima Kasih

Sampai ketemu besok 😊

Eh kamu C yang mana?

2 menit, 5 menit, 10 menit berlalu. Tidak ada balasan lagi dari nomor baru tersebut. Arlepun mencoba melakukan panggilan whatsapp dan panggilan biasa.

“Sialan tidak aktif!!”







-Choices or Coincidence –

“Daagggg Arle.. jalan dulu yaa.. “

Arle yang baru saja memarkirkan motornya, balas melambai ke arah Siska yang memasuki mobil Heni.

Duh!! Kapan saya bisa kenal lebih dekat dengan dia yah? bathin Arle, memandangi mobil yang mulai melaju meninggalkan rumah.

Di hari kelima Arle bekerja di rumah tersebut. Ia belum mendapatkan kesempatan lebih untuk dekat dengan Siska. Dikarenakan gadis muda itu sudah berangkat sedari pagi. Pulangnyapun malam hari bersama Heni. Obsesinya terhadap Siska semakin menjadi. Ia meyakinkan dirinya bahwa Siskalah perempuan yang mandi itu. Arle ingin meminta nomor HP Siska, namun belum menemukan alasan yang tepat.

Apa ini yah nomor HPnya? Sembari melihat nomor misterius yang pernah menghubungi whatsappnya. Nomor yang sudah tidak pernah aktif lagi. Namun Arle enggan berspekulasi untuk menebak nama dari salah satu penghuni rumah yang dikenalnya. Iapun enggan mencari tahu siapa pemilik nomor misterius itu.

“Pokoknya saya harus fokus ke Siska dulu, saya akan sabar menunggur sampai kesempatan itu tiba!!”

“…Ahhh kebetulan kamu di sini dek!!” Suara Karen sedikit mengagetkan Arle.

“Eh… kenapa kak!? Arle menoleh ke arah Karen yang mengenakan jubah mandi merah muda.

“…Pak Sukri dan orang-orangnya belum datang yah?”

“Belum kak! Ini baru jam 8 kurang. Paling setengah jam lagi mereka datang.”

“Ooo yah sudah.. Ayuk ikut saya dulu ke dalam!!”

Arle mengikuti Karen namun ia berhenti sampai di ruang tamu.

“Ayuk kemari! ada yang saya mau tunjukkan dan ingin mendengar pendapat kamu.” Sahut Karen sambil membuka pintu kamar Siska. Ia pun masuk dan terus ke kamar mandi yang terdapat di ruangan itu.

“Itu dek! Rencananya bak mandi itu saya mau suruh bongkar. Saya berencana mau pakai shower, sepertinya lebih hemat air.
,.. mmm.. Menurut kamu posisinya pas ngga kalau di situ?”

Arle yang sudah menyusul Karen hanya terdiam. Ia ingin berpendapat setelah melihat kamar mandi. Namun posisi Karen yang tepat berada di depan pintu kamar mandi membuatnya ragu untuk masuk. “Eem.. boleh saya masuk dulu untuk melihatnya kak?”

“Eh iya sorry.. sorry!! “ Karenpun memundurkan sedikit badannya. Memberi jalan buat Arle masuk ke kamar mandi. ” Yang itu! “ sembari menunjuk ke bak mandi.

Arle memiringkan sedikit bahunya. Ia mengira Karen sudah tidak ada di belakangnya, DEG! lengannya menyentuh gundukan dada Karen.. "eh maaf!! maaf kak!!”

“tidak apa apa, santai mas bro?” balas Karen cuek.

Arle terlihat grogi setelah lengannya merasakan kekenyalan dada wanita yang tengah bersamanya itu.

“Gimana menurutmu Ar? “Karen kembali bertanya.

“Gimana apanya kakaaak!! toketmu atau bak mandinya?”... bathin Arle tengah mencoba mengatasi kekikukannya. Sehingga ia sulit mencerna arah pertanyaan Karen yang begitu santai menghadapi dirinya. Seolah mereka sudah akrab sejak lama. Lalu Arle mencoba untuk berkonsentrasi dan tidak menunjukkan rasa groginya, dengan menghindari bertatap langsung dengan Karen.

“Mmm.. kalau menurut saya sepertinya kurang cocok kak, kurang luas areanya. Bagaimana kalo di sebelah sini saja. nanti sekalian pasang tirai kamar mandi dari tembok sini sampai sisi tembok yang sebelah. Arle menempelkan telapak tangan kanannya ke tembok yang tepat di bawah ventilasi kamar mandi. Menepuk-nepuk tembok tersebut sembari melirik ke atas.

Duh!! ingatan Arle kembali menyapa. Bagaimana ia dan Malik beraksi dari balik tembok yang sementara ia sentuh.

“Mmm...masuk akal. Nanti saya diskusikan dengan Lius. Kalau si Siska tinggal terima beres soal kamar mandinya. Benar kata mamamu dek, sepertinya kamu jago soal interior. Mamamu bilang bahwa kamu sering ya dimintai tolong tetangga yang ingin merenovasi rumahnya.”

“Sialan juga si mama! promosinya ketinggian. Padahal saya cuman asisten tukang alias kenek..” Gerutu Arle dalam hatinya.“Eeeh..tidak begitu juga kak, saya cuman helper saja.“

Aroma wangi dari tubuh Karen semakin terasa menggoda indera penciuman Arle. Ditambah kimono mandi yang dikenakan perempuan itu; Membuat Arle yang mulai merasa gelisah dengan keberadaan mereka yang cuman berdua di ruangan ukuran 1,5 x 2 m persegi tersebut.

"Ahhh.. apa kak Karen yang mandi di sini tempo hari?? Tapi kok bisa?? mereka kan punya kamar mandi masing-masing? Dan sejauh yang saya tahu. Kalau kamar mandinya belum pernah direnovasi."

Arle hanyut dalam pikirannya. Ia menunggu respon dari Karen yang tampaknya tengah serius berpikir sembari memperhatikan ventilasi kamar mandi.

“Setelah saya perhatikan,mmm… sepertinya saya mau mengganti ventilasi itu. Kurang aman menurut saya. Orang lain bisa mengintip dari luar.” Ujar Karen sambil berpaling ke Arle.

Arle hanya mengangguk dan tetap berusaha untuk tidak menatap lawan bicaranya.

“ Kamu biasa mengintip ngga dek?” Lanjut Karen sambil mencolek pinggul Arle.

“Aduh!!” Cuman itu jawaban Arle. Entah kaget karena colekan atau karena kata-kata Karen yang seolah menyinggung perbuatannya tempo hari.

Mmm... Arle mencoba mengatur nafasnya.. “iya sih kak, ventilasi seperti itu masih model yang lama.”

“Iya itu juga alasannya. Makanya sebaiknya diganti yang lebih modern saja. Eh!”… Tapi sejujurnya saya tidak takut diintip kalau lagi mandi." lanjut Karen.

“Maksudnya kak…!?” tanya Arle yang bingung dan sedikit terkejut dengan pernyataan Karen barusan.

“Saya tidak takut kalau ada yang melihat bodi telanjang saya. Karena saya pikir tidak ada yang hilang dari anggota tubuh saya kalau ada yang melihatnya. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Paling yang melihat yang akan sakit kepala karena konak!!
"Betul ngga hai kamu laki-laki!? mhihihi.." Karen tertawa kecil sambil menutup mulutnya.

“Adehhh!!! Arle kehabisan akal menghadapi ceplas ceplosnya Karen. Ia merasa tidak perlu menjawabnya. Ia hanya menyengir kuda..” hehee..”

“Eh Arle tunggu di luar dulu! Saya mau pipis dulu. Kebelet nih..”

Arle bergegas keluar dari kamar mandi. Ia tidak menutup pintu karena berpikir Karen yang akan menutupnya. Belum sepenuhnya kakinya meninggalkan kamar mandi, terdengar bunyi desiran air wanita yang tengah pipis. " Njiing!!" gumam Arle. Ia hendak beranjak keluar kamar.

Arleeee!! Jangan pergi dulu yaa..” suara Karen yang diiringi bunyi siraman air menghentikan langkah kakinya. Iapun menyahut “Ya kak!!”

“Airnyaa hangat. Bikin anuku terasa gimanaaa gituu…”

"Apaaa lagi itu!!" Arle tak tahu mau merespon bagaimana. Ia lebih memilih diam sampai Karen muncul lagi di depan pintu kamar mandi.

“Eh kirain kamu sudah kembali ke teras. Begini saya juga mau ngetes keburaman pintu kacanya. Coba yah saya tutup pintunya, dan kamu lihat. “

Karenpun menutup pintu kamar mandi. "Gimana??" Sahut Karen yang bersandar di tembok kamar mandi.

“Hmmmm… Lumayan tidak kelihatan sih kak.”

“Kalau saya maju selangkah”ujar Karen lagi.

“Samar-samar kak!!” respon Arle..

Selang beberapa detik. Karen berkata “Coba kita gantian, kamu yang di dalam”.

Mereka lalu bertukar posisi.

"Oke!! Sekarang kamu coba buka bajumu. Saya mau tahu lekuk badan terlihat ngga?? kalau posisi lagi telanjang.” nada suara Karen terdengar serius.

Tak ada respon dari Arle..

“Yaelah… Jadi cowok pemalu amat!!

Arle yang di dalam kamar mandi merasa kesal dengan ledekan yang ia dengar. Iapun dengan segera membuka t-shirtnya. Sudah kak!! Arle yang sedikit emosi, balik menantang “Coba kak buka kimono mandinya!!”

Ok Ar… Karen menanggapi dengan santai. Wanita itu melepas jubah mandinya. Menyisakan bra dan celana dalam putih yang masih menutup tubuhnya. “Sudah dek, Kelihatan ngga? “

Arle yang melihat samar-samar tubuh Karen terbalut kain dalaman putih.
Glek!! Keliha.. taaan.. kaaak.“ suaranya mulai agak berbeda. Menahan gairah yang muncul seketika ia berbalas ajakan dengan Karen serta apa yang ia lihat di balik pintu kamar mandi.

Karen lalu merapatkan tubuhnya di tembok kamar mandi. Ia melepas bra disusul dengan celana dalamnya. Kalau begini Ar..?

Arle yang tidak bisa memastikan apa yang tengah Karen lakukan di balik tembok. Ia cuman bisa menjawab “..tidak kelihatan kak!!"

“Mhihihihi… ya sudah.. berarti keburamannya bagus…” Karen cekikikan. Kemudian ia berkata lagi “Coba kamu telanjang dek?? kayak saya yang di luar yang sekarang lagi telanjang.

Duhh!! Apa ini…!!!? Arle bertanya dalam diamnya. Ia melihat samar-samar tangan Karen serta bra putihnya yang berayun-ayun di balik pintu.

Hahaha… sudah-sudah!! Karen sudah tidak bisa menahan tawanya.

Pakai lagi bajumu, sebelum terjadi hal-hal yang diinginkan. Saya mau mandi dan berangkat ke kantor!" Ujarnya lagi sembari mengenakan jubah mandinya kembali.


***

Sepanjang hari itu Arle tidak bisa konsentrasi. Bayangan Karen berserta aksinya tadi pagi menghiasi pikirannya. Ia jadi ragu memastikan kalau Siska lah yang diintip dan divideokan oleh Malik pada saat mandi.

Oiii melamun teruss!!.. Kami pulang dulu Arle !! Suara pak Sukri membuyarkan lamunan Arle.

“Ooh iyaa pak!! Makasih yaa.. Sampai ketemu besok!! Sahut Arle.

Arle tengah bersiap-siap hendak pulang. Setelah ia memastikan semua aman dan beres, i pun segera menutup pintu gerbang pagar, memasang gemboknya, lalu beranjak ke rumah tante Egi guna menitipkan kunci rumah dan pagar yang di mana ia diserahi tanggung jawab.

Triitt.. Titttt!!

Arle yang sudah berada di depan pintu pagar rumah tante Egi menoleh ke arah mobil yang mengklaksonnya. Ia menyangka Karen yang datang. Ternyata Heni.

"Eh sore kak Heni, tumben cepat pulang?" Ia menyapa sekaligus melirik ke dalam mobil namun tidak mendapati Siska di dalamnya.

“Iya, hari ini saya kurang enak badan. Tolong bukain pintu pagarnya! mobil mau saya parkir di dalam.” Ujar Heni sambil menunjuk garasi rumah.

“Oh iya bisa, …tunggu yaa kak!”. Arle bergegas membuka pintu pagar.

Setelah memarkir kendaraannya, Henipun turun. Arle sejenak memandangi lekuk tubuh Heni yang sore itu mengenakan dress pendek sepaha.

“Bisa tunjukin lebih lagi ngga kak? Ujar Arle dalam hatinya.

“Arle bisa bantu angkat travel bag di bagasi belakang ke kamar saya? Sini kunci rumahnya! dan saya tunggu kamu di kamar.”

Oh siap kak! Bisa!!”

Arle melakukan apa yang diminta oleh Heni. Setelah meletakkan tas di depan kamar, Arlepun berpamitan… “Saya pulang dulu kak?”

“Eh tunggu Arle!!” Heni beranjak menuju ke kamar mandi di dalam kamarnya.

“Yaah!! Airnya macet lagi yaa?” Terdengar nada kecewa dari suara Heni yang sedikit mengeraskan volume suaranya.

"Ooh!! Masa sih kak!!" Sahut Arle.

"Iya dari pagi kurang lancar airnya. Tetapi lupa saya kasih tahu kamu. Besok tolong info pak Sukri yaa!"

Oh iya baik kak!!

Tak ada lagi respon dari Heni.

Arle berinisiatif masuk ke kamar untuk mendekati kamar mandi. Ia berpikir masih akan diajak berbicara perihal progress pekerjaan yang ia awasi. Ia yang sudah berdiri dekat pintu kamar mandi tanpa sengaja menoleh ke arah cermin kamar mandi. Arle melihat pantulan sosok Heni yang mengenakan jubah mandi putih, namun belum sepenuhnya menutup badannya. Arle sempat melihat belahan payudara yang tersembul dari bra putih yang dikenakan Heni.

GLEK!!. Arle mencoba melirik ke arah mata perempuan itu. Siapa tahu ia mengetahui keberadaannya di balik pintu. Namun Heni sepertinya tengah serius mematut diri di depan cermin. Arle ingin berlama-lama menikmati apa yang ia lihat namun akal sehatnya memerintahkannya untuk segera keluar kamar.

Arlepun mundur perlahan ke arah pintu.

Kak Heni.!! saya pamit pulang dulu yaaa??

Eh!! sorry Arle.. tunggu !! Heni bergegas keluar menemui Arle.

Arle memandangi tubuh Heni”,.. Duh!! Saya terkam juga ni orang!! Ia tak kuasa melihat keseksian wanita yang mengenakan kimono mandi di hadapannya.

“Maaf tadi saya mencoba jubah mandi baru saya. Bagaimana menurutmu dek?” ujar Heni.

Arle tidak merespon. Ia sepertinya sibuk dengan pikirannya.

Heiii!!!... gimana menurutmu dek? ulang Heni sekali lagi.

“Eh.. Apanya kak?”

“Pakaian mandi saya ini? memangnya kamu berpikir apa?”

"Heheee.. maaf kak! Bagus.. Serasi dengan badan kakak."

"Makasih yah. Kalau badan saya bagaimana? Ini bodi wanita usia 30-an loh?"

Duh!!! Arle sedikit kaget mendapat pertanyaan seperti itu. Ia bingung hendak menjawab dengan apa. Iapun berkata..”mmm… ngga kelihatan kalo kakak sudah berusia 30-an?”

“Ah serius kamu?!?”

"Iya kak masih kencangg.. eh!! Arle kaget sendiri dengan kejujurannya.

Aahh!!!… Kencang darimananya?" balas Heni.

DUH !! Arle terdiam.

“Kalau kamu bisa mijat?" tanya Heni.

“Eeegg… Maaf saya tidak bisa mijat kak..” jawab Arle yang mulai kehilangan nyali.

“Masa sih! Cuman begini loh.” Ujar Heni sembari meraih lengan Arle lalu memijatnya..

Ehh kak!! Arle terlihat risih.

“Hihihihi. Yah sudah kamu belajar pijat dulu. Kalau sudah bisa, kasih tahu saya yah.”

“Iii.. yaa kak..”

Bersamaan dengan itu muncullah Siska dari arah teras rumah.

“Sore Mamiiiiiiii!!! eh ada Arleee.. Wah ada apa ini saling berduaan depan pintu kamar?”

"Soreee anak cantiknya mami… Itu si Arle. Badannya saja yang tinggi berotot. Tapi tidak bisa mijat.” Ujar mami Siska.

Arle hanya tersenyum dan menjauh dari pintu kamar Heni.

“Masa sih Ar… sayang loh, padahal saya juga ingin merasakan pijatan kamu” tanya Siska.

Arle masih belum bisa mengeluarkan sepatah kata. Ia hanya memamerkan deretan giginya sembari menggaruk kepalanya. "Sialan!" Bathinnya.

Lalu Siska berkata, “Eh Arle.. kamu sudah mau pulang? tolong gantiin lampu kamar saya dong? Bisa kan yaah?”

“Mmm,.. bisa kok Sis..” Akhirnya Arle bisa bersuara.

“Ayuuk ke kamar!! Pinjam Arle dulu yah Mi…”

“Iyaaa ngga apa-apa cantik. Asal jangan dihabiskan. Sisain sedikit buat Mami... mhihihi…” balas Heni.

Arle hanya mengelus kepalanya ketika mendengar ucapan Heni. Ia lalu mengikuti Siska ke kamarnya.

“Lampu yang itu Ar!! Ganti dengan lampu yang baru saya beli ini.” tunjuk Siska sembari mengeluarkan bohlam lampu dari tasnya.

“Ooh yang itu.. mmm… naik pakai apa yaa..?? Arle mencoba mencari sesuatu yang bisa dia pakai untuk dapat meraih lampu di plafon kamar tersebut.
"Tunggu saya ambil tangga di luar!!" Ujarnya kemudian.

“Ah tidak usah Ar.. tangganya kotor! Pakai kursi itu saja. Bisa kan?? Kamu kan tinggi?”

“Mmmm….” Arle terlihat ragu dengan kekuatan kursi untuk dapat menahan beban tubuhnya.

“Ayolah Arle pake kursi itu saja ih! Tidak usah pakai tangga! Saya lihat tadi tangga di luar sangat kotor sehabis dipakai oleh tukang.” ujar Siska sembari membuka jaket jeans yang ia kenakan.

Oops!! Arle sedikir terkesiap dengan tanktop putih yang di kenakan Siska.

“Nanti saya bantu pegang kursinya.” lanjut gadis itu menawarkan.

“Mmmm.. baiklah." Arlepun memindahkan kursi tepat di bawah lampu yang akan ia ganti. Lalu ia naik.

“Tunggu!! Ini lampunya..” ujar Siska sembari menghampiri Arle guna memegang sandaran kursi yang Arle sedang naiki.

Arlepun mencoba meraih lampu di plafon. Namun ia sedikit kesulitan karena jangkauan tanganya sangat pas menyentuh langit-langit kamar. Ia lalu mencoba menjinjitkan ke dua kakinya.

Akkhh!! aahhh…" Ia belum bisa memutar bohlam lampu yang terpasang di fittingnya. Arle menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangannya. Ia lalu menunduk untuk merenggangkan lehernya.

DUH!! Degub jantung Arle seketika memacu menyaksikan pemandangan dilihatnya. Belahan dada Siska yang membantu memegang kursi tersaji di bawahnya. Arle menyeka keringatnya dan Eeeh!! Ehh!!.. Arle kaget melihat 3 tetes keringatnya jatuh perlahan ke arah dada Siska.

Siska seketika mendongak kan kepalanya.

“Ma..affff…” Arle menyengir.

“Ngga apa-apa.. Lanjut saja!! ujar Siska tersenyum.

Entah karena ucapan Siska atau karena rasa bersalah Arle segera menyelesaikan tugasnya.

“Sudah Sis!!”

Siskapun mengetes nyala lampu.

"Sudah yah! Saya pamit pulang dulu.." ujar Arke kemudian.

“Ihh belum.. Ini loh kamu belum bersihin!!” balas Siska sambil menunjuk ke dadanya.

“Sudah kering juga ah! sahut Arle seadanya.

“Belum kakak! Bersihin dong!!” respon Siska yang tampak menahan tawanya.

Ahh jangan begitu becandanya Sis!!, Bersihin sendiri saja!! Sahut Arle sambil bergegas meninggalkan Siska yang cekikikan melihat tingkah Arle.

Ia pamit untuk pulang.


***


Di kamar Arle…

SIALAN!!! TIKUSSS!! KUNYUKK!!! BIKIN MALU!! Kembali Arle memarahi dirinya sendiri.

“Ada apa dengan saya ini!! Bisa-bisanya saya kehilangan mental menghadapi perempuan-perempuan itu. Kalau Malik sampai tahu. Bisa habis saya diledeknya dan dia pasti menawarkan diri untuk menggantikan saya… NJINGG!!”

Satu lawan satu saja saya grogi menghadapi. Apalagi kalau sudah main keroyokan. HUH!!!

Bisa rusak rencana awal saya kalau begini. AKH!!!! BODOH!! BODOH!!!

Tapi tampaknya bukan cuman Siska tersangkanya kalau kondisinya seperti sekarang. LALU SIAPA???

Arle lalu memutar lagi rekaman video di ponselnya. Kali ini bukan untuk menikmatinya namun untuk mempelajarinya serta ingin mendapatkan petunjuk yang bisa mengarah kepada target yang ia incar dari penghuni rumah tersebut.

“Hmmm… ini lagu dari music player atau bisa jadi sebuah nada dering. Arle menyimak lantunan lagu yang sayup-sayup ia dengar dari video tersebut..

“Hmmm… Tanda lahir ok…”

“Ahhh… Kimono mandi ungu… saya harus tahu siapa pemilik kimono mandi ini!!!

“Ahhh yaaa… yaaa.. saya akan mencari tahu besok!!!

Arle me-rewind lagi kejadian demi kejadian yang ia alami hari itu sedari pagi.

“Karen pake dalaman putih. Heni pakai kimono mandi warna putih. Siska juga pakai kaos berwarna putih..HUH!! apa itu warna favorit mereka. Kok bisa-bisanya saya mengalami aksi memalukan itu di saat mereka bersamaan pakai nuansa putih hari ini.
Dan kenapa ke-3 perempuan itu begitu genit yah kepada saya. Apakah karena mereka merasa aman di rumah mereka dan menganggap saya cuman salah satu pekerjanya!"
Hmmm.. Mereka lupa kalau saya orang lama di komplek sini. Dan saya punya misi lain menerima pekerjaan itu. Tunggu saja kalian !!!”

Tring!

“Hmmm… nomor itu lagi!! Siapa sih ini orang! Arle gusar namun penasaran ingin membuka pesan yang baru masuk tersebut.

Hi Arle

Gimana pendapatmu dengan putih yang kamu lihat


Astaga!! Kok sama dengan saya pikirkan sekarang??” Wah jangan-jangan orang ini dukun??
Tuh kan cumah dibaca lagi😔
Hi C, sorry putih yang mana?

5 menit kemudian

Foto bra putih disertai teks yang ini

HAAAA!! Arle seketika memperbaiki posisi duduknya.
Arle mencoba mengamati foto tersebut, “BH siapa…?” gumamnya. Iapun membalas pesan tersebut.
C20?

4 menit kemudian masuk lagi sebuah pesan foto .

Glekk!! Kembali foto bra yang sama namun sedikit berlatar belakang whiteboard yang bertuliskan no HP Arle. Nomor yang ia tulis tempo hari disertai teks masih kurang yakin?

“Akkkhh siapa kamu!!! Ringis Arle yang merasa serba salah dengan kondisinya sekarang. Penisnya yang mulai mengeras namun otaknya masih penuh dengan pertanyaan siapa wanita yang sedang berkirim pesannya dengannya itu.

Gimana?

Kamu suka?


Suka

Punyamu jadi keras?
Iya


Coba lihat

Duhh!!! Arle yang tidak pernah memfoto kelaminnya sendiri seketika merasa malu plus risih. Arle pun membalas.
Nanti saja lihat aslinya,

kamu curang 🙁

Colon Asterisk

Apa itu?
Cari tahu dengan jarimu.​

Arle menunggu balasan sampai ia tertidur.

4 jam kemudian, Arle dikagetkan oleh panggilan dan getaran ponselnya.

"Arggg!! Siapa yang menganggu tengah malam begini!"

Arle mengambil ponselnya. Ia melihat notifikasi 2 panggilan tak terjawab dari C beserta beberapa pesan whatsapp dari teman, grup, dan dari sosok C.

“Hmmm… kalau di rumahmu boleh saya mati gaya. Tapi kali ini saya akan mencoba meladenimu. Seliar apa dia?" Guman Arle yang tidak ingin jadi objek penderita lagi.
Sudah tidur

Colon Asterisk

Sudah tahu artinya?

Iya C suka
kok belum tidur?​

Mau diboboin sama Asterix
Wah nama baru buat saya

Iya C for Colon
A for Asterix gitu yah?
Kamu Asterix saja, my warrior
wah saya tersanjung
Asterix

Yaa
Lagi apa?
Lagi liatin foto yang kamu kirim tadi
Suka?
Sangat Suka

Masih mau?
Kalau bisa foto isinya


5 menit Arle menunggu


Tring!

Foto close-up buah dada yang area putingnya tertutup stiker love disertai teks

Ini maksudmu
WAH, seketika detakan jantung Arle bertambah cepat. Ia merasakan libidonya mulai naik.

“Sialann!!! Benar-benar perempuan ini"… Ia mengatur nafasnya

Arle bingung mau mengetik apa. Di tengah lamunannya masuklah sebuah pesan suara dari C.

Voice Note C: “Kok lama jawabnya, kamu lagi apa Asterix?”

Arle mencoba mengenali suara bisikan wanita tersebut. Namun ia tidak bisa.”Akh sialaan!! Itu suara Siapa!! Arle sempat mencoba membalas dengan voice note nya juga, namun ia batal mengirimkannya karena malu mendengar suaranya sendiri.

Voice Note C: Arle Asterixku aahh….

Suara desahan wanita yang memanggil namanya membuat penis Arlesemakin mengeras.. DUH!! Apa ini..
saya lagi menikmati foto dan suara kamu, C lagi apa?

Voice Note C : Lagi mainin puting kiri … geliiii.. eeh..ssshh…

Birahi Arle bangkit, sensasi suara wanita misterius itu telah membuat badannya serasa meriang. Dia lalu mengetik lagi..

Saya bisa bantu apa C?

Voice Note C: foto kontol kamu..Oushh..

Voice Note C : ouushh.. saya sudah basah..

Arle terdiam, dia lalu mencoba memfoto kelaminnya yang sudah keras, 3 foto dia hasilkan, namun dia masih ragu untuk mengirimnya..
Voice Note C: Arle manaaaa…
apanya yang basah ?

Tring!

Pesan gambar dari C, foto closeup memek yang merekah basah disertai teks, ini

Foto Ms. V ditambah lagi dengan desahan bisikan manja dari wanita tersebut serta merta membuat gairah Arle semakin meningkat dan menghilangkan segala kebimbangannya. iapun mengirim ketiga foto kontolnya, 1 foto tampak dari atas, 1 dari samping, dan satunya tampak dia memegang batang kemaluannya. “Aah.. terserah nanti.. entah siapa perempuan ini, semuanya sama saja,” bathinnya.Gejolak nafsu sudah menguasai Arle.

Voice Note C: panjang juga punyamu saya sukaaa.. “

Voice Note C: Jariku sudah masuk.. ssshh..

Voice Note C: saya lagi membayangkan kontol kamu yang masuk sayang… Ousshh..

Arle yang sudah kerepotan untuk mengetik dan membalas dengan apa, mulai memberanikan merekam dan mengirim pesan suaranya juga.
..Kocok C, puaskan dirimu.. saya suka.. saya menikmatinya.. oooh..

Voice Note C: kamu mau dengar?
Voice Note Arle: mau

Voice Note C: cekk..ceeekkk... ceekk.. (bunyikan kecipak Ms. V yang dikocok)

sshhh.. enak sayang

Voice Note Arle: Oussh C, itu berapa jari yang masuk?

Voice Note C: satuuu.. oohhh...

Voice Note C: mauu kontoll.. mau kontol…. Aahhh…
Voice Note Arle: ini kontol aku sayang sudah mengeras dan memerah.. oooh..sss

Sambil menunggu balasan, Arlepun memutar ulang semua pesan suara dari sosok wanita misterius itu sembari terus memainkan juniornya. Dia akan mencapai puncak kenikmatannya namun berusaha menahannya. Dia masih ingin mendengar desahan suara C yang terbaru. Sebagai pamungkas dari sensasi bercinta dengan cara seperti yang mereka tengah lakukan sekarang. Pesan suara yang ditunggupun datang.

Voice Note C: ..Saya mau keluar sayang.. ah!! Ah!! aaahhh!!!

Lenguhan panjang dari C dengan suara yang tertahan menerima gejolak orgasmenya bagaikan perintah langsung kepada senjata Arle untuk segera menyemprotkan spermanya.

OOOOH!!! AHHHHHHHHHH!!!!!!!
 
Terakhir diubah:
-C*amilla Cabell*-


Sampai ketemu besok pagi my Asterix…


Arle membaca pesan terakhir yang menutup aktivitas sexting dan dirty talk antara dirinya dengan C. Sosok perempuan yang masih misterius baginya.

Ia yang lagi menikmati rokok dan kopi di teras rumahnya. Ia tengah membayangkan sensasi bercinta secara online-nya semalam.

“Siapa yah perempuan itu?” Apa dia dan pemilik tanda lahir yang saya cari adalah orang yang sama?”

Huffft…!!! Kok jadi susah begini. Belum lagi Karen, Heni dan Siska yang menawarkan hal yang berbeda.

Pusing juga saya kalau kebanyakan. Tampaknya saya harus fokus kepada C. Sosok itu lebih menantang dan pasti. Toh dia juga salah satu dari ketiga perempuan di rumah itu.”

Arlepun mencoba untuk mengirim pesan kepada misterius contact person-nya .

Selamat Pagi C
Ingin ngga kita bercakap dengan mulut dan menyimak dengan telinga?


Pesan whatsapp Arle nampak sudah terbaca namun belum ada balasan.

Pemuda itu akhirnya berangkat menuju ke rumah tempat ia menjalani rutinitasnya dalam beberapa hari terakhir. Di sana ia tidak menemukan siapa-siapa karena tampaknya semua sudah pergi beraktifitas.

----

Menjelang sore

Tring!

muncul pesan whatsapp dari nomor baru yang lain.

Arle…

Ia melihat foto profil dari nomor baru tersebut. “Foto Siska”.. Gumannya.

Hai Siska

hehe dia langsung tahu..

kamu sudah pulang?


Belum, sedikit lagi

Bisa jemput saya ngga?
Dmn?

Di mall Tiara
Sekarang

Iya
Ok bisa

tunggu yaa


“Hmm.. akhirnya ada kesempatan untuk dekat dengan Siska. “Ah sorry C, saya tampaknya ingin kembali fokus ke Siska! “ .

Arle sudah membayangkan bagaimana ia akan mencari cara supaya bisa lebih akrab dengan sosok yang memang sudah menjadi incarannya.

Di Mall Tiara

Arlee Sini!!!

Pemuda itu menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

“Eh Siska! Ayuk!! motor saya parkir di luar.”

“Temanin saya makan dulu Ar..”

Arle terlihat ragu untuk mengiyakan.

"Tenang, saya yang bayar!! ujar Siska sambil meraih lengan Arle untuk berjalan bersama menuju sebuah food court.

Merekapun makan bersama sambil mengobrol berbagai hal. Dari perbincangan mereka, akhirnya Arle sedikit banyak mulai tahu tentang hubungan antara ke-3 penghuni rumah. Heni dan Karen adalah adik-adik almarhum mama Siska. Rumah yang mereka tinggali adalah rumah Lius, Julius Arana yang merupakan ayah kandung Siska. Seorang kontraktor yang lebih banyak menghabiskan waktu di lokasi proyek daripada di rumah. Saat ini ayah Siska lagi berada di Papua untuk mengerjakan proyek pengerjaan jalan.

“Jadi ini foto almarhum mama kamu? ujar Arle. Ia mengomentari sebuah foto yang ditunjukkan oleh Siska kepadanya.

“Iya. Kalau yang ini foto berempat kami yang terakhir. Sebelum mama mengalami kecelakaan sekitar 3 tahun yang lalu."

Arle mengamati 4 sosok yang ada di foto tersebut. Siska yang tengah dipeluk mamanya diapit oleh Karen & Heni. “Cantik-cantik... Wah! Kalau warna rambutnya sama kayak begini, kak Heni dan mamamu kelihatan mirip yah? “

"Mungkin karena kebetulan mereka merintis usaha yang sama. Jualan perlengkapan bayi dan anak. Jadinya mereka lebih sering berhubungan satu sama lain. Sehingga kemana-mana mereka sering bersama. Kayak shopping, ke salon, dan nge-gym. Saat ini saya lah yang menggantikan posisi mama untuk menemani mami Heni kalau dia lagi pingin hang-out.

“Cuman mama kamu kelihatan lebih keibuan” komentar Arle kemudian.

"Iya mama itu sosok sempurna bagi saya. Dia bisa jadi apa saja. Sebagai ibu, dia sangat penyayang. Sebagai sosok kakak, dia sangat perhatian. Dia juga bisa sebagai teman yang jahilnya minta ampun."
"Saya sangat sayang sama mama. Cuman rupanya Tuhan lebih sayang. Siska terlihat sedih.

“Ups sorry Sis, bikin kamu teringat dengan mamamu”. ujar Arle.
"Eh dari kedua adik mama kamu, kak Heni dan kak Karen. Mana yang menurutmu paling mirip?”

"Mmm… Kalau karakter ibu dan teman, saya temukan di Mami Heni. Sedangkan pada tante Karen saya temukan karakter kakak yang sangat perhatian sampai kadang over protektif kepada saya.

Coba deh kamu nilai sendiri. Saya akan telepon mereka satu-satu. Dengar yah! telponnya saya speaker.”

Siska menelpon Heni

Heni : Yaaa cantik ada apa, kamu dimana?
Siska: Mamiiiii.. saya lagi di Tiara Mall bersama Arle
Heni : Wah, ngapain kalian berdua di situ?
Siska : Tadi saya minta Arle untuk menjemput. Terus sekarang saya minta untuk menemani saya makan.
Heni : Ooo.. Yah sudah. Mami titip nasi goreng yah.
Siska : okd Mi, sebentar lagi kami pulang, byee Mi.
Heni : bye cantik. Eh jangan pulang kalau belum hamil!!

UHUKK!! Arle yang tengah minum tersedak ketika mendengar ucapan Heni.

Siska hanya tertawa lalu melanjutkan menelpon Karen.

Karen: Yaa Halo…
Siska : Tante ijin pulang agak telat yah
Karen : Hmm… Kamu dimana dan sama siapa? dan mau pulang jam berapa?
Siska: Lagi makan di Tiara Mall dengan Arle, kalau makanannnya sudah habis, langsung pulang kok
Karen: Yah sudah. Kalau bisa sekarang
Siska : Iya tante

“Huuu.. Begitulah tante Saya Ar. Kalau saya di luar rumah, maunya selalu disuruh pulang cepat. Makanya saya susah dapat teman akrab. Keluh Siska.

“Wah kak Karen tegas juga yah ternyata. Tapi kalau saya perhatikan selama ini kak Karen tidak begitu orangnya.” Arle tidak menyangka sosok Karen yang ceplas ceplos bisa setegas itu kepada keponakannya.

“Iyaa. Kalau di rumah sikapnya biasa saja dan kadang juga jahil. Coba kalau saya tidak ada kabar atau pergi ke suatu tempat bersama orang yang ia tidak kenal. Sikapnya antara khawatir atau gimana yaaa… “

“Yah tapi intinya mereka berdua sayang kan sama kamu.”

“Yah begitulah, saya juga sayang sekali dengan mereka. Pun dengan keberadaan mereka saya tidak kesepian di rumah. Terkadang saya bersyukur loh. Sampai sekarang mereka pada belum mau menikah. Padahal Mama dulu menikah muda. Entah kenapa adik-adiknya pada telat nikah. Jahat yah saya Ar..!! ujar Siska.

“Mungkin mereka belum ketemu jodohnya. Tapi benar juga sih kalau mereka sudah menikah. Pasti kamu bakal sendiri di rumah besarmu.” Respon Arle.

“Iya.. soalnya saya sedari kecil sering ditinggal pergi oleh Papi. Jadi semenjak kepergian mama. Saya seperti anak yatim piatu…" Miris yah hidup saya Ar.. " mata Siska berkaca-kaca.

“Duh!! Arle bingung mau merespon pernyataan Siska.

“Ahhh sudah ah! Ganti topik!!” lanjut Siska kemudian. “Eh Arle!!! saya loh lagi suka dengar lagu ini!”

Diapun memainkan sebuah lagu di ponselnya.

Ada ekspresi sedikit terkejut dari Arle ketika mendengar lagu yang diputar oleh Siska.

DEG!! “Ini kan irama lagu di video itu. Ahh Siska!! 99,9% kamu orangnya?"

Siska sedikit bergoyang dan bernyanyi mengikuti tempo dan irama lagu tersebut.

I wish I could pretend… I didn't need yaaa; But every touch is ooh la la la; It's true, la la laaa…

“Yukk Arle. Kamu nyanyi juga dong! Giliran suara cowok tuh!” Siska mengajak Arle turut bernyanyi bersamanya. Tidak nampak lagi raut kesedihan di wajahnya,

“Hehee.. Maaf tidak hafal lagunyaa” ujar Arle. Ia lalu memperhatikan sekilingnya. Ternyata beberapa pengunjung food court sudah menoleh dan memperhatikan aksi Siska..

“Eh Siskaa! sttt!! Siska pulang yuk!! Itu orang-orang sudah pada melihat ke arah kita.”

“Tunggu lagunya selesai dulu Ar. Baru kita pulang!” respon Siska cuek dan terus bernyanyi dan bergoyang.
"Temanin goyang sih Ar!"

Arle pun menemani aksi Siska dengan ikut menggerak-gerakkan kepalanya mengikuti irama musik. Mereka sudah tidak peduli dengan orang-orang sekitar yang memperhatikan.

Mereka berdua mulai menikmati keseruan suasana yang mereka ciptakan. Tak lama setelah itu. Mereka beranjak pulang. Siska terus memainkan lagu tersebut. Mengiringi perjalanan mereka dari Mall menuju ke rumahnya. Arle hanya mengikuti sepenggal bagian reffrainnya nya saja. Berbarengan dengan gadis yang diboncengnya.

“Oohh La la la.. it’s true La la laaaa!!!”

---

Arle merebahkan dirinya di Kasur kamarnya. Ia menatap langit-langit kamar sembari membayangkan kembali momen keseruannya bersama Siska.

“Ahhh Siska! Saya jadi tidak tega untuk melanjutkan niat saya setelah mendengar ceritamu…”
"Saya sepertinya harus menghapus video rekaman itu daripada nanti saya semakin terobsesi dengan kamu.
”Biarlah kalau memang ke depannya kita bisa lebih dekat, itu karena memang ada perasaan sayang bukan karena perasaan yang lain."

Arlepun berniat memainkan video rekaman untuk terakhir kalinya. Sayup-sayup kembali terdengar lagu yang ia dan Siska nyanyikan di Mall dan sepanjang perjalanan pulang tadi.

“Ahh!!!... kenapa disaat semua petunjuk semakin mengarah ke kamu, saya justru lebih memilih mundur.”

Tring!!

Balasan pesan whatsapp dari C

Selamat Malam Asterix
Ingin ngga kita berciuman dengan mulut dan bercinta dengan kemaluan?








-Complicated-


Arleeeee sebentar malam kita jalan lagi yah?

Boleh, pake nyanyi2 lg gk?

Yaa itu harus

Hahaha saya ikut saja

Setelah merasa tidak ada lagi pesan dari gadis itu, Arle memasukkan ponselnya ke saku celananya. Iapun bersiap menuju rumah C20. Rumah Siska, Heni, dan Karen.

Tampak Mobil Karen berhenti di depan rumah Arle.

“Selamat pagi Kak, tumben datang kemari? Saya baru saja mau jalan ke rumah kakak.” Arle menemui Karen yang berada di belakang kemudi.
”Hei! Rambut baru yah kak !? “ Arle mengomentari warna rambut Karen yang berwarna coklat terang.”

“Pagi Arle. Saya mau ganti suasana dulu.” ujar Karen sembari menyentuh sedikit rambutnya.

“Hari ini kerjaan di rumah saya liburkan. Soalnya saya lagi minta bantuan ke pak Sukri dan yang lain untuk membantu angkut barang-barang di kantor yang mau pindah.”

“Ooo… Jadi saya gimana kak?”

“Hmmm.. Hari ini kamu ikut saya. Saya lagi ada tugas kantor untuk mengecek outlet di Mall Kirana.”

Karen menyebut mall yang letaknya lumayan jauh dari komplek tempat tinggal mereka.

“Ok kak! Cuman mallnya itu jauh kak, sudah di luar kota.”

“Iyaa. Makanya saya butuh supir cadangan. Mungkin saja saya nanti kecapean.
“Hmmm.. Kamu bisa menyetir ngga?”

“Bisa kak! Cuman jarang-jarang itupun kalau oom saya yang memanggil”

“Syukurlah kalau bisa. Jadi bagaimana? Kalau kamu mau ikut, ayuk silahkan naik”.

“hmmm… Boleh deh kak”

Arlepun setelah berpamitan ke mamanya, naik ke mobil Karen.

Karenpun menjalankan kendaraannya.

“Kita balik ke rumah dulu yaa? Mau mengambil tas saya, tadi lupa!”

Arle hanya mengangguk.

Sesekali Arle melirik ke arah Karen yang sedang menyetir. Awalnya ia ingin mempelajari cara Karen menyetir mobil, namun perlahan fokus Arle beralih kepada bodi Karen dan penampilan baru perempuan itu dengan perubahan pada warna rambutnya.

“Kenapa lirik-lirik?” tegur Karen.

“Ah ngga kak. Saya cuman mau merefresh ingatan menyetir. Soalnya sudah lama saya tidak bawa mobil. Ada kira-kira setahun.” jawab Arle seadanya.

“Wah lumayan lama itu! ntar kalau sudah sampai di sana, kamu boleh pakai mobilnya buat keliling-keliling sambil menunggu saya kerja.”

“Baik kak.”

“Yah sudah silahkan perhatikan saya saja dulu. Tidak apa-apa kok kalau mau lihat bagian yang lain."
"Saya kan sudah pernah bilang. Tidak bakal hilang kalau cuman diliatin.
" Cuman yah itu, Kesian kamunya nanti kalau adik kecilmu bangun..mhihii.."

Glekk!! Arle tak menjawab. Ia lalu mengalihkan perhatiannya ke jalan.

“Eh gimana semalam dengan Siska? Kalian ngapain aja?”

Arle pun menceritakan secara garis besar apa yang ia dan Siska lakukan di Mall Kirana semalam.

Obrolan mereka terus berlanjut sampai mereka tiba di tujuan.

---

6 Jam kemudian menjelang malam

“Haaaa… capeknyaa…” Karen yang sudah berganti pakaian menjadi dress selutut, duduk di jok penumpang.
“Gimana, bisakan bawa mobilnya? Sudah kursus kilat hampir 3 jam loh.”

“Heheee.. lumayanlah kak..” ujar Arle sambil sedikit memperhatikan penampilan Karen yang terlihat lebih feminim.

“Yuk Arle…”

“Kita langsung pulang yah kak?”

“Iya, mau kemana lagi. Saya sudah capek plus ngantuk!”

“Ok kak!”

“Saya coba tidur yah! Kamu harus konsen bawa mobilnya. Kalau saya bisa tidur nyenyak sampai di rumah ….”
Karen sengaja tidak meneruskan ucapannya. Ia lalu tiba-tiba mendekatkan bibirnya ke telinga Arle. Sambil berbisik pelan “… Ada sesuatu buat kamu…”

“Apa ini!!” bathin Arle seketika bergejolak ia seperti tidak asing dengan suara bisikan itu. Namun ia tidak bisa memastikan. Arle tidak menjawab. Ia hanya merespon dengan mengangguk pelan. Ia menghela nafas panjang mencoba berkonsentrasi lalu menjalankan mobil itu perlahan.

Karen yang cuman tersenyum, menyandarkan kepalanya di jok kursi sambil menoleh ke Arle. Ia membuka pahanya sedikit lalu menaikkan dressnya. Tampaklah gundukan yang berbalut celana dalam putih di pangkal paha Karen.

Arle mencoba untuk tidak menoleh, walau ekor matanya sempat melihat aksi Karen tersebut.

“Konsen yaa…,” ujar Karen sekali lagi sembari memejamkan matanya.

Arle menoleh ke Karen yang mulai tertidur, sekelebat ia melihat tumpukan kartu nama yang diletakkan Karen di atas dashboard mobilnya. Arle membacanya perlahan ...

Carenina S.
Marketing Manager

"Carenina?? Inisial C!" seketika dia mengingat pengirim pesan yang mengaku bernama C.

“Kak Karen apakah kamu adalah C?”

Ia mencari benang merah dari semua yang ia alami secara langsung dengan Karen. Dari pertama kali ia bertamu, kejadian di kamar mandi, dan menghubungkannya dengan semua pesan dari C.

… “Apa iya kak??" Gumannya.
“Kalau benar itu kamu. Apa semua ini berhubungan dengan pesan dari C semalam.” Ia melirik ke arah Karen yang tampaknya benar-benar sudah tertidur.

Hari yang mulai gelap membuat Arle tidak bisa menikmati pemandangan yang disajikan oleh Karen.
Hal itu sedikit membantu Arle untuk lebih berkonsentrasi mengendarai mobil. Ia mencoba tidak terpengaruh dengan apa yang barusan dia alami oleh aksi wanita yang sedang tertidur di sampingnya. Namun ia meyakinkan diri, dalam kurun waktu dekat ia akan bisa menikmati tubuh Karen. Salah satu sosok yang menghiasi fantasi seksualnya selama beberapa hari terakhir. Ia lalu teringat dengan tanda lahir yang menjadi obsesinya,

“Apa dia juga yang memliki tanda lahir itu” Arlepun menoleh ke dada Karen.
Ah!! nanti juga saya akan tahu…” Arle mengembalikan konsentrasinya.

Sejam kemudian mobil yang dikemudikan Arle sudah memasuki gerbang kompleknya. Pak Rondo, security yang bertugas jaga di portal sekelebat memperhatikan Arle yang di belakang kemudi. Ia menghampiri city car itu.

Arle menurunkan kaca jendela mobil, “Malam pak, ini saya kok, boleh lewat kan? Hehehe…

“Ooh kamu Arle, kirain siapa laki-laki yang nyetir mobil mbak Karen”. Ia melirik ke Karen yang tertidur di jok samping Arle.

Ssstt.. darimana sama dia?? pak Rondo mengecilkan suaranya. “Seksi yaa.. “ sambil memainkan alisnya.

“Ahh bapak! Dia kecapean habis dari Mall Kirana tadi. Saya jalan dulu pak!!

Arle lalu menghidupkan mesin mobil yang sempat ia matikan. Bersamaan dengan itu Karen terbangun.

“Eh sudah sampai yah Ar..?“ Ia mencoba melihat dan mengenali situasi di luar mobilnya.

“Sedikit lagi kak!! Ini masih di pos security. Tadi pak Rondo mau mengecek siapa yang datang.”

“Ooo.. biasanya dia sudah hafal mobil saya.”
"Ayuk jalan saya mau mandi nih..” Ujar Karen sembari mengambil HP dari dalam tasnya.
”Jam 07.10! Wah!! cepat juga kamu bawa mobilnya Ar.. Beda tipislah dengan saya”.

“Hehee.. saya masih agak ragu untuk mengebut” ujar Arle

Mobil mulai bergerak meninggalkan pos security .

“Ini sudah lumayan kok dek. Eh! kamu mau ambil hadiahnya sekarang ngga?” Tanya Karen sambil menyentuh paha Arle dengan tangan kanannya.

Arle yak sedikit tersentak.. “Maksudnya kak?”

“Janji saya yang tadi loh. Sebelum kita jalan pulang!!” tangan Karen tetap di paha Arle.
Kali ini dia memainkan jemarinya mengetuk-ngetuk paha Arle. Lalu telapak tangannya menyusuri paha kiri dalam pemuda itu. Penis di balik celana cargo pendek Arle mulai menggeliat bangun.

“Kak…”Arle menikmati namun dia terlihat bingung.

“Sstt.. ssstt.. Pelankan saja mobilnya Ar...
terus saja ke Blok P dulu…” ujar Karen. Menyebut blok terakhir di komplek perumahan itu.

Arle yang sekiranya akan membelokkan mobilnya ke jalan blok rumah Karen " Mau kemana kak?"

“Tidak kemana-mana, saya mau menikmati kebersamaan dengan kamu."
Tangan Karen mengelus lutut telanjang Arle sembari mengeluarkan bunyi sushing laksana paha Arle adalah seorang bayi.. "Ssshhh.. Shhh.. Ssssshhh…"
“ boleh yaaa??” Izin Karen.

Arle hanya melirik ke tangan Karen, lalu mengangguk pelan. Ia mulai menyadari wanita yang duduk di sampingnya tersebut sedang ingin “bermain-main” dengannya. Namun Arle pura-pura masih merasa lugu.

“Belum bangun yaa Ar..?" Tangan Karen yang sudah menyentuh batang penis Arle.

“Pikiran saya terbagi kak. Soalnya lagi nyetir. Susah fokus yang mana.”

“Ooo..” lalu Karen mulai membuka resleting celana Arle.
.. Ssshh. Sssh… boleh??” Izin Karen sekali lagi.

“Arle mengangguk. Ia merasakan jemari hangat Karen sudah masuk ke dalam celana dalamnya.

Arle ingin merapatkan pahanya karena menahan rasa geli yang mulai menjalar di area selangkangannya.

Ibu jari Karen mengelus kepala kontol pemuda itu. Selanjutnya merayap pelan menyusuri batang kemaluannya.

Arle menggeliatkan dudukannya agar ia lebih merasa nyaman dengan aksi Karen. Celananya mulai melorot dengan bantuan tarikan dari Karen.

Karen lalu mengeluarkan batang kemaluan dari balik celana dalam Arle. “panjaangg Ar..” Karen mendesis sembari mulai mengocok kontol Arle pelan.

“Aahh kak Karen!! L1anjut di tempat lain saja gimana kak..?" Arle menawarkan.

Karen sambil mendesah “Iya itu pasti sayang. Nikmati saja yang ini dulu”

“Ok Kak! Enak kocokanmu…”

Kamu suka? panggil Karen saja sayang“

“Iy.. iyaaa Karen.. saya suka sekaliii… mmm..”

“Arle sayang ngga sama Karen?” Ujar perempuan itu sembari mulai menambah gerakan kocokan pada batang kontol yang digenggamnya.

“Saaa.. sayangg dongg…OOH!!.. ”Arle menahan sensasi geli di area kemaluannya.

“Mau dibantu pake mulut sayang” Karen kembali menawarkan.

“GLEK!! Kalau kamu suka kak?“

“Eitts!! Karen saja!!" sembari menggenggam batang kelamin Arle lebih erat.
Belok kanan di depan Ar!!” lanjutnya.

“Lah itu jalan depan rumah saya.” Guman Arle sembari menoleh ke Karen.

Karen cuman berucap pelan.. “pleaseee…”

Arlepun membelokkan mobilnya ke gang rumahnya. Jalanan terlihat sepi karena orang-orang sepertinya sudah menyibukkan diri dengan urusan masing-masing di dalam rumah mereka masing-masing.

HP Arle bergetar di sakunya. Sekali… Dua Kali,..

Arle mengabaikannya. Ia ingin menikmati momen kegilaan dengan Karen.

“Ntar ya”.. Karen melepaskan aktivitas tangannya di kontol Arle. “Stop dulu di depan rumah kamu! “

"Duhh! Mau apa wanita ini !?” Arle terlihat bingung.

“Tunggu yah sayang! “Saya mau ketemu dengan mama kamu, sebentar saja kok. Kamu tidak usah turun.”

"Karen tunggu!!" Arle memegang tangan Karen yang sudah membuka pintu mobilnya kemudian menutupnya kembali.

“Yaa sayang…”

Ucapan Karen direspon oleh Arle yang sudah memajukan bibirnya ke bibir Karen.

Arle melumat wanita itu dengan segala nafsu yang sudah ditahannya. Lidahnya menjelajah ke rongga mulut Karen. Bunyi decapan bibir dan lidah yang beradu memenuhi ruangan kabin mobil.

Karen merespon lebih liar lagi. Ia menggigit bibir bawah Arle lalu menghisapnya. Tangannya kembali mencari kontol Arle, lalu mengocoknya.

Arle tampak tak mau kalah. Ia mulai mengelus pinggul Karen. Lalu berpindah ke dada kenyal milik perempuan itu.

"Aaaah..ssssh.." Desahan Karen seketika terdengar ketikan bibir mereka terlepas. Namun Arle mendaratkan bibirnya lagi. Ciuman penuh nafsu itu kembali dilanjutkan. Tangan kanan Arle lalu turun ke paha Karen dan mengelus sisi dalamnya. Jemarinya menyentuh gundukan basah di selangkangan wanita itu.

Arle melepaskan pagutannya, lalu berbisik.. “boleh??”

“mmm.. iyaa terserah kamu saaa…”
“…AAAH!!!” Karen yang belum menyelesaikan ucapannya sudah menerima rangsangan dari jemari Arle yang sudah menyibak sisi celana dalamnya dan langsung menyentuh liang senggamanya.
Karen lalu mengangkat sedikit pantatnya, lalu berbisik... “turunin saja!!”

Arlepun meloloskan celana dalam Karen dari balik dressnya.

Sekelebat ada cahaya motor dari ujung jalan.

Mereka seketika melepas ciumannya. Karen lalu berkata “pegangin saja dulu itu.. dan tunggu saya di sini!”

Setelah mengecup bibir Arle, Karenpun turun dari mobilnya lalu masuk ke halaman dan rumah Arle.

Arle yang memperhatikan dari dalam mobil tampak adiknya yang membuka pintu rumah, menyusul mamanya yang menghampiri Karen. Sepertinya mamanya mempersilahkan tamunya untuk masuk. Karen terlihat menolak seraya menunjuk ke arah mobilnya.

SSSS!! HAH!! Arle menggeleng-geleng kepalanya sambil tersenyum sendiri.

APA INI!! Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia alami barusan. Ia mengatur nafasnya.

Drrttttt!!! Kembali ponsel Arle bergetar.

Arle melirik sejenak ke arah dalam rumahnya, nampak Karen masih bercakap dengan mamanya.

Diapun mengeluarkan ponsel dari sakunya.

HAAA!!! ASTAGAAA!! Sorry Siska!!!

Melihat nama kontak yang tengah memanggil di layar HPnya, membuat Arle seketika menyadari janjinya dengan Siska. Namun Arle sudah ragu untuk menerima panggilan dari Siska tersebut.

Notifikasi di layar HPnya menunjukkan 3 Panggilan tak terjawab, dan beberapa pesan whatsapp baru.

Arle lalu mengecek whatsappnya. Ada pesan dari temannya, dan grup alumni sekolahnya, serta dari pesan foto dari Siska.

DEG!!! Arle terkejut dengan foto Siska yang tengah mengenakan kimono mandi yang ia kenal.
Beserta teks.. Cika sudah mandi, kamu gmn?

Arle memperhatikan foto yang terkirim kepadanya 1 jam yang lalu.

Duhh.. jadi Siska? Cika.. insial C.. kenapa saya tidak menyadari kemungkinan itu… akh kenapa jadi begini!”
“Trus kak Karen.. Carenina.. inisial C. Bisa jadi dia juga orangnya kan??”

Gairah bercinta Arle seketika lenyap, berganti dengan kebingungan.

Berbagai pertanyaan muncul dikepalanya.. “Saya harus bagaimana sekarang?”

Arle menoleh ke arah Karen yang sudah akan membuka pintu mobilnya. Ia segera memasukkan ponselnya ke saku celananya. lalu mencoba bersikap seadanya.

“Sayaaang.. sudah aman sekarang? lama yah nunggunya?” Ujar Karen sembari menutup pintu mobilnya.

“Aman gimana Kak?”

LOH!! kok panggil kak lagi? dan kenapa celanamu sudah dipakai lagi?”

“Hehehe.. maaf.. saya belum terbiasa Karen.”

“Wah itumu sudah tidur lagi ya? Apa ngga ingin masuk di sini…” ujar Karen seraya melebarkan bukaan pahanya.

Arle yang sudah terbagi pikirannya ke Siska cuman merespon,” eee.. nanti cari tempat yang lebih nyaman, gimana?”

“Iya itu memang rencana saya sayang. Makanya saya tadi minta ijin ke mamamu.”
Kalau kamu mau nginap di rumah, beralasan saya takut sendiri.
mhihihihi… Yuk jalan sayang…”

Duuh!! Apa Karen tidak tahu kalau Siska sedang menunggu di rumahnya sekarang..

Arle diliputi kebingungan..

“Sayaaang..” …. Arleee!!!

Tepukan Karen menyadarkan Arle yang hatinya mulai tidak tenang.

“Eh kenapa Karen!! Sorry.. Saya tadi mikir gimana kalau saya pulang ganti baju dulu?”

“Aaah!! tidak usah dipikirkan. Tadi saya sudah beliin kamu pakaian kok. Itu ada di dalam tas!”

“Wah.. saya jadi ngga enak Kak”

“Tuh kan kak lagi…Semoga kamu suka pilihan saya. Lengkap loh dengan dalamannya.”

“Arlee.. Saya sayang loh sama kamu. Entah kenapa sejak melihat kamu pertama kali, saya langsung suka dan nyaman. Kamu gimana dengan wanita yang sedikit lebih tua dari kamu ini?”

“Ehh.. gimana apanya kak?”

“Kamu mau ngga kita menjalin hubungan yang lebih dekat? Usia berapa kamu sih?”

“Eeh saya sudah jalan 21 tahun.”

“Yaa selisih 7 tahun lah dengan saya.. gimana?”

“Gimana apanya? Eee.. Kalau kak Heni umurnya berapa kak? Siska juga berapa?”

“Yee.. malah nanya yang lain. Heni 3 tahun lebih tua dari saya. Kalau Siska kalau ngga salah sudah 20 tahun deh!”
“Kenapa? kamu mau dengan Siska atau Heni. Saya cemburu loh?”

"Ehh.. tidak kak!! Bingung mau jawab apa soalnya"

“Jawab saja. Kamu mau ngga pacaran dengan saya?” ujar Karen mencoba mencari kontol Arle.

“mmm… “

Mereka sudah hampir sampai di depan rumah C20.

“Loh!! Kok ada mobil Heni sih!! Katanya tadi mau nginap di rumah lama!!” Karen terlihat kaget bercampur kesal.
“Parkir di depan saja dulu mobilnya. Kita pastikan Heni menginap atau ngga? Kalau dia nginap kita keluar cari hotel. Ok sayang!”

“Ok Kak!”

Setelah mobil terparkir. Karen mendekatkan kepalanya ke bahu Arle..

“Arle.. kamu belum jawab pertanyaan saya.. jawab saya dengan ciuman. Bisa !?”
"Kalau di kening berarti kamu menolak, kalau di bibir kita sebentar lanjut ke hotel."

Karen memejamkan matanya.

Arle yang di tengah kebimbangannya, antara mengiyakan atau tidak. Namun karena tawaran kegairahan yang diberikan oleh Karen, iapun mengecup bibir wanita itu.

Slrpppp.. Karen segera balas memagut bibir Arle,
“makasih sayang..” ucapnya, bunyi nafas Karen terdengar memburu. Pagutan bibirnya ke bibir Arle lebih liar dari sebelumnya.

BRAKKKKK!!!

Bunyi hantaman pada dinding mobil mengagetkan sontak mengagetkan kedua orang di dalamnya.

Terlihat sosok Siska yang seperti menangis dan berlari menjauh meninggalkan mereka.

Karen segera keluar dari mobilnya dan berteriak memanggil manggil sosok yang tengah berlari itu.

Siska tunggu!!! SISKA!!! Iapun mengejar gadis keponakannya itu.

Arle yang masih di dalam mobil pun beranjak keluar. Ia hendak menyusul Siska dan Karen, namun bahunya tertahan oleh tangan Heni yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

“Biarkan saja, sebaiknya kamu pulang Arle, ini urusan keluarga”

"Tapi kak..”

“Silahkan pulang, saya mohon…”

Melihat keseriusan di wajah Heni, Arlepun akhirnya pulang.

Di kejauhan Ia sempat melihat Karen sudah memeluk Siska yang masih meronta.






-Copy Cat-


“Kenapa jadi begini.. ???“

Ia ingin menghubungi Siska namun mengingat apa yang Heni katakan, iapun mengurungkannya.

Arle menggenggam ponselnya. Ia berharap segera mendapat kabar. Entah dari Siska, Heni, maupun Karen.

Tring..

Arle segera membaca pesan tersebut.

dari C …

Aku menyimpan CINTA untuk sebuah hati
Hati yang sudah membuatku menangis
Apakah aku yang tak punya otak
Ataukah dia yang tak punya hati


Arlepun mengusap wajahnya, lalu meremas-remas kepalanya

Tring..

I have a million feelings but you already made all CRIED

Maafkan saya Cika

🙂
Bisa ketemu besok
Sekarang Saja
Dimana?

Kamu sudah tahu dimana
C20

🙂



"23.05." Arle melihat jam di handphonenya.


Yakin sekarang

Yah! atau tidak akan pernah lagi
Ok tunggu

🙂


Hufffftt!! Arle mecoba meyakinkan dirinya untuk pergi ke rumah yang seminggu terakhir telah menyita perhatiannya. Tempat ia banyak menghabiskan waktu dan menguras pikirannya.

Arle telah sampai di depan pintu pagar rumah C20. Ia masih ragu untuk melangkah masuk. Tak tampak mobil Karen atau Heni yang terparkir di garasi.

Saya sudah di luar

Masuk saja pintu tidak terkunci



Huffftt!! Arlepun masuk ke halaman dan menuju teras rumah. Ia akan mengetuk pintu; Namun oleh tangan kanannya yang menempel di daun pintu sudah membuat pintu itu terdorong perlahan.

Tampaklah sosok wanita yang dikenalnya sedang duduk di sofa tamu. Menghadap dan tersenyum kepadanya.

“Kak Heni!!”

“Iya ini saya”

“C”

“Iya saya”

Cika?

“Dia keluar menenangkan diri menggunakan mobil saya”

“Kak Karen?”

“Sama.. diapun begitu. Sini duduklah di samping saya.”

Arle masih ragu untuk menghampiri. Ia berdiam berdiri beberapa meter di hadapan Karen.

“Ayolah Asterix sini, duduklah di dekatku.”

Mendapat panggilan itu, sedikit menenangkan Arle. Ia pun mendekati Heni lalu duduk di sampingnya.

“Saya masih belum percaya kalau C itu kakak.” Ujarnya sembari menunduk.

“Eittss.. Mana semangat petarung dari Asterixku ini”

“Kak saya ijin pulang boleh.. Kepala saya mendadak pusing…”

Heni tidak menjawab.

“Kak Heni…..”
" C!", Arle menggenggam kedua tangan Heni.
" C... lihat saya.. “

Heni belum bergeming.

Arle lalu bersimpuh di depan Heni

“C kenapa??”

“Kamu sudah menyakiti hati saya dan sekarang kamu ingin pergi begitu saja.” ketus Heni.

“Saya tidak tahu kenapa bisa begitu kejadiannya. Semuanya terjadi secara tiba-tiba!” Arle mencoba menjelaskan.

“Ok! kamu bisa ceritakan sekarang kalau begitu.” Ujar Heni.

Arlepun mengulang semua yang dia ingat selama perjalanannya dengan Karen siang tadi.

“Ok, ceritamu masuk akal. Saya tahu bagaimana Karen.
Kamu boleh pulang sekarang. Besok kita bicarakan bersama mereka.”

“Jadi kamu sudah memaafkan saya kak Heni?”

Heni terdiam.

“Apakah kamu memaafkan saya C?”

“Bisa kamu ke teras dulu sebentar” ujar Heni tanpa ekspresi.

“Sekarang?”

“Iya sekarang!!”

Arle lalu beranjak keluar.

5 menit kemudian.
Arle yang masih terlihat resah dan bingung menerima panggilan whatsapp dari C.

“Ssshh.. Asterixku… sayaaang...” suara wanita yang mendesah.

DEG!! Benar itu suara Heni. Arle belum memberi respon ia tengah mengatasi kebingungan yang melanda dirinya.

“Sayangg, kamu mana.. oushhh…”

“C… kamu lagi apa?” Ujar Arle setelah bisa menguasai keadaan dirinya.

“Lagi menunggu kamu sayang, masuklah kembali” suara Heni mengundangnya untuk masuk menemuinya.

Suasana Hati Arle mendadak berubah. Dari yang sebelumnya dipenuhi kebingungan, berganti menjadi birahi yang mulai naik. Seakan desahan Heni bisa menyulapnya.

Arle membuka pintu, dan tampaklah Heni masih di posisi duduk yang masih sama. Namun kali ini ia hanya mengenakan kimono mandi. Tangannya memegang handphone yang didekatkan ke telinganya. Wanita itu tersenyum ke arah Arle.

“…Masuklah, dan tutup pintunya,. Teleponnya tidak usah kamu matikan.”

Arle mengikuti apa yang Heni minta. Iapun berdiri di dekat pintu menghadap Heni. Ia sudah siap menghadapi “kegilaan” yang bakal terjadi.

Terdengar suara Heni mendesah sembari meremas remas buah dada kanannya dari luar jubah mandinya “Arlee… ooushh..”

“Terus sayang..” respon Arle…”Saya akan menyaksikanmu dari sini…”

Ssshhh.. Shhhh.. geli. Aahhh.. kamu mau saya melakukan apa sayang” tanya Heni.

Arle: “Buka pahamu C..”

Heni: “Beginii…”

Arle: “Lebih lebar lagi

Heni:“Beginiiiii.. “

Arle: “yaaa…Elus pahamu C… “

Heni: “Sshh.. sshh.. beginiii….”

Arle: “Iyaaa sayangg…”

Heni: “Turunkan celanamu Asterixku..”

Arle menurunkan celana cargonya “Beginii… “

Heni: “Celana dalam juga…”

Terpampanglah penis Arle yang sudah berdiri dan mengeras sempurna.

Heni :“Aahhh.. saya suka Arle… saya sukaa”

Arle: “Kamu juga C…Buka saja celana dalam putihmu itu”

Heni: “Kamu yang bukain sayang… “

Arle: “Kamu saja saya masih mau menyaksikan dari sini”

Henipun melepas celana dalamnya, terpampanglah vagina merah merekah yang tampak habis dicukur .

Heni: “Sayaaangg…. Mainkan juga kontolmu”

Arle mengocok batang kelaminnya.

Arle: “Masukin jari kamu C… ooshh”

Heni: “Berapa jari?”

Arle: Satu saja sayang.

Heni: “Beginii…?”

Satu ruas jari tengah Heni masuk ke dalam celah Vaginanya.

Arle: “Lagi sayang… lebih dalam”

Dua ruas jari tengah Heni sudah tenggelam di liang senggamanya.

Heni:“ooohhh… geli Arle”

Arle: “Masukin sampaikan mentok C!!”

Heni : OOoouhh.. masuk Asterixx… masukkk… sayang.

Arle: “Kocok C… mainkan jarimu.. puaskan dirimu…!!”

Henipun mulai mengocok lubang kenikmatannya. Arle merespon dengan mengocok batang penisnya.

Hawa dingin di ruang tamu terkalahkan oleh hawa panas birahi dua anak manusia yang sudah mulai telanjang dan merangsang alat kelamin mereka masing-masing. Arle masih berdiri di balik pintu sembari tangan kirinya dalam posisi menelpon dan tangan kanannya tampak mengocok batang kemaluannya. Saling menatap dengan Heni yang sedang duduk mengangkang sambil menstimulus liang senggamanya. Tangan kirinya juga masih dalam posisi menelpon. Area dadanya masih tertutup oleh kimono mandinya.

Heni meletakkan ponselnya di meja.
“Ahh sayang saya mau keluar.. mari sini mendekatlah..

Arlepun mendekat ke arah Heni, ikut meletakkan ponselnya. Ia lalu berlutut di hadapan Heni
“Saya mau melihat lebih dekat sayang” ucapnya.

"Lakukan yang kamu suka Asterixku"
Ahh!!… "Sayang saya mau tambah 1 jari lagi. Boleh yah? Ssshh.. "pinta Heni kemudian.

"Silahkan C. Lakukan jika kamu bisa menikmatinya."

Henipun mengeluarkan jari tengahnya. Memasukkannya ke dalam mulutnya lalu menjilatinya.
“Arlee mauuu..," Iapun menyodorkan jarinya itu bersama dengan jari manisnya ke dalam mulut Arle.

Arle menyambut dan mengulum jemari Heni.

Heni mengeluarkannya. Ia lalu memasukkan kedua jarinya ke dalam vaginanya lagi.

"Ahkkhh!! Ouuhhh.. Enakkkk… Geli!" Perlahan jemari Heni tenggelam ke dalam celah kenikmatannya.

"Terus sayang!!" respon Arle.

Prtt... Prttt.. prtttt… Bunyi kecipak becek terdengar sangat jelas di ruangan itu. Utamanya pada pendengaran Arle yang mendekatkan wajahnya di area selangkangan Heni.

"Ahhh.. Ahh.. Ahh… sekarang sayang … kelu… kelu..arr.."
Tangan kanan Heni meraih-raih mencari pegangan lalu mendapati kepala Arle, Ia menjambak rambut pemuda itu.Mengempit kepala Arle dengan kedua pahanya. Seiring dengan jeritan nikmatnya AH!!.. AH!! AOOHHH!!
Heni menggelinjang nikmat di tempat duduknyaa.

Sedang Arle berhasil menahan lonjakan spermanya dengan meremas batang kontolnya erat. Seiring ia mendengar jeritan nikmat wanita 31 tahun di hadapannya.

Arle belum ingin selesai. Ia ingin menikmati lebih lama.

“Huffttt.. capekk.. “ujar Heni dan dia masih bergidik kegelian.”Saya bersihkan dulu yaa sayang”

“Mau saya bersihin C “Arle menawarkan.

Diapun lalu mendekatkan mulutnya ke celah basah senggama Heni, Aroma khas vagina sangat terasa pada indera penciumannya, Arle menikmati lalu mulai menjilatinya,,

"Sllrppp.. Slrrppp.."

“Heiii!! Heii!!” Bukan begitu caranya sayang.. Heni tampak tidak nyaman dengan jilatan Arle.
“Begini, kemarikan lenganmu… “ ucap Heni kemudian.

Arle menyodorkan lenganya kanannya ke arah Heni.

Heni mengecup ngecup kecil sisi dalam lengan pemuda itu, lalu mengitik-ngitik dengan lidahnya. Arle kegelian. Punggung lidah Heni kemudian merayap sepanjang lengan Arle. Ia memutar ujung lidah dari putaran kecil menjadi besar kemudian sebaliknya.

"Ssshh.. begitu sayang, kalau kamu ingin menjilati vaginaku.” Ujar Heni.

"Maafkan C, jujur saya belum pernah melakukan seks. Ini pengalaman pertama dan terdahsyat yang saya alami.

"Saya tahu, saya akan membimbingmu.." Heni tersenyum.
"Heiii!!! Punyamu masih berdiri keras begitu. Tidak mau dikeluarin?” tanya Heni kemudian.
“Mau kamu keluarin dimana sayang?”

“Disini!! jawab Arle sambil menyentuh Ms. V Hen. "Bisa?"

Heni cuman terdiam…

“C”

“Yaa bisalah Asterixku. Saya milikmu seutuhnya malam ini.” Ia pun melebarkan bukaan pahanya.

“Masukin sayang.. saya siap..”

Arle dengan perasaan yang tidak menentu.Ia memegang batang penisnya dan bersiap memasukkannya ke dalam vagina perempuan yang sudah pasrah di hadapannya itu.

"Ahh.. akhirnya saya bisa bercinta!!" gumannya.
"Buka saja jubah mandimu sayang…" ucap Arle kepada wanita itu. Ia ingin melihat tubuh polos Heni.
Seiring kepala kontol yang sudah menempel di mulut vagina Heni.

Heni membuka jubah mandinya. Tubuh putih mulus tanpa sehelai benang tersaji sudah di hadapan Arle.

Arle terkesiap dengan apa yang ia lihat. Buah dada, dan TANDA LAHIR!!! yang selama ini ia impikan!!!
KAMU!!

Keterkejutan Arle membuat ia tidak mampu menahan lonjakan air maninya yang seketika juga ingin keluar. Ia memcoba menahan namun terlambat. Reaksi tersebut membuat libidonya otomatis menurun.

Sshh. Kenapa sayang!!
Heni pun kaget, melihat reaksi Arle.
“Kamu takut!! atau kenapa sayang??”

“Ahh tidak apa-apa C”

Arle masih berusaha mengatur nafasnya.

“Ayuk masukkan sayang.. Loh kok sudah loyo??” tanya Heni heran.

"Hehehe… Ngga tahu kak." Arle terlihat malu.

“Yah sudah. Saya maklumi. Kita masih ada waktu kok." ujar Heni kemudian.
“Saya bersih-bersih dulu yah sayang. atau mungkin kamu masih ragu kalau saya ini C mu?

“Tidak C, saya sudah yakin” elak Arle.

Heni mengambil ponselnya yang lain lalu menyerahkan kepada Arle, “coba kamu liat-liat dulu Instagram saya ini buat menambah keyakinan kamu”.” Saya mau bersih-bersih dulu”

Ok C! balas Arle sembari menerima ponsel dari Heni.

“Tunggu yah Asterixku” iapun mengecup bibir Arle. Arle membalasnya. Mereka kembali berpagutan.

“Sudah, nanti kita lanjut” kamu lihat-lihat Instagram saya saja dulu. Heni melepaskan pagutannya, ia lalu meraih kimono mandinya, lalu berjalan menuju kamar Siska.

“Kalau sudah selesai dan semakin yakin. Saya tunggu kamu di kamar itu!" ujar Heni seraya menunjuk kamar Siska.

Arle memandangi tubuh bugil yang berjalan meninggalkannya sendiri di ruang tamu.

***

Arle membuka akun instagram Heni. Ia menemukan banyak foto-foto Heni di dalamnya. Ia belum menemukan maksud dari Heni menyuruhnya demikian. Kebanyakan foto yang ia lihat hanya foto Heni berpose sendiri dengan background beberapa objek wisata, dan public space. Ia lalu melihat foto yang mirip dengan foto yang pernah ditunjukkan oleh Siska. Arle membaca kolom komentarnya karena Arle melihat foto tersebut banyak yang mengomentari.

Ada komentar dari teman dan kerabatnya, serta komentar dari akun Siska dan akun Karen. Arle membaca komentar Karen yang menarik perhatiannya. “with Cika, Mama Cika, Cnya aku. Arlepun beralih ke akun instagram Karen. Di akun tersebut ia lebih banyak menemukan foto Karen yang berpose bersama Heni.

“With CC”, “dengan C tersayang”, “sudah kembar ngga dengan CCnya aku”, semalam bersama C”

Arle membaca caption setiap foto-foto Karen yang berpose bersama Heni.

“Ahhh C. Cece… Cece Heni…”Kebetulan yang sangat indah” “C pemilik tanda lahir itu. Arle tersenyum, Penisnya mengeras.

“Sayangg!! Mau ikut mandi tengah malam denganku” Suara lembut Heni memanggil Arle.

Arle berpaling ke arah pintu kamar. Tampak Heni yang mengenakan kimono mandi ungu.

“Ahh C saya mengerti sekarang. Kamu sering memakai kamar mandi Siska karena kamar mandi mu airnya sering mampet. Entah itu jubah mandi itu milik kamu atau Siska. Yang pasti kamulah yang terekam pada saat mandi itu. Arle menyimpulkan semua pertanyaannya selama ini di dalam hatinya.

Ia tersenyum dan bernafas lega seakan semua beban pikirannya sudah menghilang.

“Duluan Ceceku sayang. Sebentar lagi saya menyusul!” balasnya kepada Heni mantap. Sudah tidak ada lagi keraguan di hati Arle.

“Saya tunggu yah Asterixku, jangan lama. Kamu tidak mau kan saya kedinginan menunggu.”

Arle mengangguk, Heni tersenyum manis kemudian berbalik masuk ke kamar.

3 menit berlalu. Arle yang sudah dalam keadaan bugil melangkah mantap masuk ke kamar Siska.

Terdengar bunyi guyuran air shower.

“Cece sayang.. saya sudah di luar” Arle mengetuk pintu kaca kamar mandi.

Guyuran air terdengar berhenti. Tampak sosok tubuh telanjang yang setengah berpose di balik pintu kaca buram, “Asterix mau ikut” suara Heni menggoda.

“Kalau boleh C?”

Pintu kamar mandi terbuka. Tampaklah sosok Heni yang sudah basah sekujur tubuhnya. Arle menikmati sejenak apa yang terpampang di hadapannya. Rambut coklat Heni yang basah, butiran air pada wajah, leher, buah dada bulat berputing merah muda pucat, perut ramping, Area V dan bongkahan paha Heni, lalu terus ke betis dan ujung jemari kakinya.

“Waoo sayang.. sempurna bentuk tubuhmu..” ucap Arle.

Heni merespon dengan menjulurkan tangan kanannya Arle menyambut uluran itu, Heni pun menarik Arle masuk.

Mereka kembali berciuman. Lidah saling bertukar tindih seakan tidak ada yang mau di bawah. Bibir saling bergantian memagut. Bunyi decapan pertemuan bibir mereka, sangat jelas di kamar sempit itu. Tangan Arle sudah menggerayangi dan meremas buah dada kanan Heni. Sedang tangan Heni sudah melingkar di bahu Arle. Arle mendorong Heni bersandar pada tembok kamar mandi. Ia lalu menciumi leher perempuan itu, kemudian memainkan lidahnya di telinga kiri Heni..

“ Oushh sayang…” Heni Kegelian.

Lidah Arle turun menyusuri dada kenyal bulat heni. Ia mencari kuncup payudaranya. Begitu menemukannya ia segera menjilat lalu menghisap puting kiri yang tampak sudah mengeras.

Heni memutar kran shower. Bunyi guyuran airpun mengiringi pertukaran nafsu antara ke dua sosok beda usia itu.

Jilatan Arle sudah berpindah ke buah dada kanan Heni. Ia yang serta merta melihat tanda lahir di bawah payudara itu, segera turun menjilatinya.

“Ahhh Sayang…. Kamu cepat sekali belajarnyaa… saya sukaaaa.. aahhh!”
Respon Heni yang semakin menikmati sensasi jilatan dan remasan Arle pada ke dua gunung kembarnya.
“Sayang pindah ihh… jangan disitu teruusss!!” Pinta Heni yang merasakan lidah Arle hanya menjilati area tanda lahirnya

“Saya suka ini Cece, sejak pertama kali melihatnya”

“Iyaa masih banyak waktu kok, pindah ke yang lain dulu.

Lidah area kemudian menyusuri pinggul dan pusar Heni. Ia kemudian berlutut dan setengah membungkuk lalu menaikkan kaki kanan Heni ke bahunya. Arle lalu mengecup ngecup kecil sisi dalam paha dalam tersebut. Heni hanya merespon dengan meremas kepala pemuda itu. Arle memainkan lidahnya seperti yang diajarkan oleh Heni sebelumnya. Setelah mendapati klitoris Heni. Arle mengelitik dengan ujung lidahnyaa

“Heni menggelinjang kegelian. Tubuhnya merontah. Namun gerakannya tertahan oleh tangan Arle yang memegangi pinggulnya.

“Suka sayang?” tanya Arle

“Sukaaa,, jangan berhentiii!!,, teruss!!” Heni membenamkan kepala Arle yang mencoba melihat ekspresinya.

Lidah dan bibir Arle bergantian menstimulus area kewanitaan Heni.

Tangan Heni memegang kepala Arle. Tangannya yang lain meremas-remas buah dadanya sendiri.

Sekali lagi tubuh Heni merontah, ia menahan lenguhannya, sepertinya Heni sudah mendapatkan orgasme pertamanya.

“Arle.. Arle.. stop dulu sayang”

Ucapan Heni menghentikan aksi Arle di selangkangan perempuan itu.

“Gantian” ucap Heni terseyum sembari mengatur nafasnya.

"Ok, sebaiknya saya matiin saja dulu kran showernya." Respon Arle sembari berdiri sambil memutar kran shower sampai airnya tidak mengguyur mereka lagi.

Arle bersandar ke sisi tembok yang sebelah. Heni kemudian menghampiri dan mencari bibir Arle. Pemuda itu menyambut kecupan Heni. Kemudian mereka saling mengecup.

“Diam dan nikmati saja yah” tangan kamu tidak boleh nakal dulu” bisik Heni.

Hehhee.. saya coba sayang. “ Ucap Arle sambil memejamkan matanya. Ia menunggu sensasi apa yang akan diberikan oleh Heni.

Heni mengecup pipi kiri dan kanan Arle. Dilanjutkan dengan kecupan pada bibir dan dagu, turun ke sisi lehernya, lalu ke area dada bidang pemuda itu. Ujung lidah Heni berputar-putar di puting susu Arle. Sedangkan tanganya sudah bergerilya mengitari area bawah seakan mencari batang penis yang sudah sangat siap untuk masuk ke liang vaginanya.

Arle mulai bergumam geli. Setelah puas meng-explore area dada Arle. Lidah Heni perlahan turun menyusuri perut,dan terus ke area kemaluan pemuda itu. Setelah mendapati kantung zakar di sela paha Arle, Heni mulai menjilati dan mengulumnya, sesekali menjepit dengar bibirnya. Arle membuka matanya.. ia merasa sudah tak tahan dengan sensasi geli yang diterima tubuhnya.

Sekilas ia memandang ventilasi kamar mandi. Ventilasi di mana Malik pernah mengintip. Arle tersenyum seakan ia melihat sahabatnya itu sedang merekam aktivitas seksnya bersama Heni.

Arlepun berkata pelan “ saya sayang kamu Cece. Saya sudah jatuh cinta sejak pertama kali melihatmu.”

Ucapan Arle direspon Heni dengan membenamkan batang kontol Arle ke dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya pelan dari mulutnya lalu berhenti dsaat kepala penis Arle sudah di ujung bibirnya. Heni memainkan lidahnya, lalu mengulumnya kembali. Berulang dan berulang sampai Arle menyuruh Heni untuk berhenti.

Arle meminta Heni untuk berdiri, lalu berkata’’ saya sudah ingin C”

"Sayapun begitu. Mari kita lanjutkan di kamar, kamu keringkan dulu badannmu pakai jubah yang putih itu. Heni lalu beranjak memakai jubah mandi yang ungu.

Mereka lalu keluar menuju pembaringan. Tempat tidur Siska lebih tepatnya.

Di sisi tempat tidur Arle dan Heni kembali berpagutan sembari berdiri. Heni kemudian duduk, Arle mengikuti gerakan kepala Heni, seakan tidak ingin melepaskan ciumannya. Mereka terus bertukar liur. Heni pun sudah berbaring. Diikuti Arle yang sudah mengangkanginya. Tangan Arle menyibak kimono wanita itu dan kembali merayap mencari gundukan di dada Heni. Mendapatkan lalu meremasnya sejenak,memainkan putingnya. Tangannya kemudian mengelus pinggul dan paha Heni. Jemari Arle kemudian merayap mendekati liang kenikmatan yang sudah basah. Iapun memasukkan jari tengahnya.

Ougghhh… Heni sedikit mengangkat pantatnya merespon jari Arle yang memasukinya.

Arle mulai mengocok celah basah milik Heni. Bibirnya juga sudah mengisap puting kanan wanita itu. Sesekali Arle turun menjilati tanda lahir di bawahnya.

“Masukin sayang.. sekarang..” ucap Heni.

Arle mengambil posisi di antara paha Heni sambil memegangi batang kemaluannya. Ia perlahan memasukkan kepala kontolnya membuka celah kenikmatan Heni.. aahh!!!

“Terus sayang..” bisik Heni sekali lagi.

Kepala kontol Arle sudah tenggelam, ia sudah merasakan kehangatan vagina.

“Ooohh.. dorong lagi sayang…” bisik Heni lagi.

“Akkhh.. akkhh.. masuk C.. masukkk!!” Arle mendorong pantatnya mencoba membenamkan seluruh batang kontolnyaa…

Hookkhh ... ooh Arle… respon Heni yang merasakan batang kejantanan Arle yang memenuhi lubang vaginanya.

“Diamkan dulu sayang, biasakan dulu penismu di dalam sana.” Ucap Heni sambil menahan desahannya.

Arle merasakan kedutan pada batang penisnya.

“Keluarkan perlahan sayang.. “ bisik Heni.

Arlepun memundurkan pantatnya guna mencabut senjatanya itu. Ia merasakan jepitan dinding vagina Heni seiring gerakan batang kontolnya yang akan dikeluarkan.

"Stoppp!! Ucap Heni ketika kepala kontol Arle sudah mau keluar dari lubang vaginanya. "Masukin lagi sayang pelan.."

Gerakan itu Arle ulang sampe beberapa kali..

“Sekarang percepat sodokanmu sayang… semakin cepat yang kamu bisa.”

Arlepun mulai menggenjot Heni dengan semakin cepat. Heni sudah tidak membimbingnya.

Berganti desahan kenikmatan wanita itu. Ada sesekali momen Arle meyodok vagina Heni dengan sangat cepat sehingga wanita itu mengeluarkan erangan yang sangat keras. Arlepun menghentikan sodokan kontolnya.

“Sakit Ce? “

“Tidak, teruskan saja.. saya suka sayang.” Nanti saya minta kamu untuk pelan atau cepat."
“Kamu baring sayang saya mau di atas kamu… lanjut Heni kemudian.

Heni perlahan naik mengangkangi Arle. Memegangi batang penis dan kemudian BLESS!!.. penis itu kembali memasuki tubuh molek Heni. Lalu ia memaju mundurkan pinggulnya sembari meremas-remas sendiri payudaranya. Heni kemudian menyodorkan buah dadanya ke mulut Arle. Arle menyambut dengan bibirnya, lalu mengulum dan mengisap kedua puting secara Heni bergantian.

Heni menaruh kedua tangannya ke belakang sebagai tumpuan. Ia meminta Arle untuk menyodoknya dari bawah. Arle pun menaik turunnya pantatnya menyodok vagina Heni. Buah dada Heni berguncang naik turun setelah mendapat dorongan dari bawah tubuhnya. Namun tidak lama karena Arle merasa kewalahan. Heni mengambil alih gerakan. Ia menumpukan tangannya ke dada bidang Arle. Kembali ia memaju mundurkan pinggulnya. Heni yang akhirnya merasa lelah, membenamkan dadanya ke dada bidang pemuda di bawahnya. Arle kembali mengambil inisiatif untuk menyodok Ms. V Heni. Heni mencari bibir Arle, kemudian melumatnya.

Cairan putih terlihat keluar dari vagina Heni di sela-sela batang penis Arle yang keluar masuk menyodoknya.

Arle merasa sudah tidak mampu lagi menahan dorongan untuk ejakulasi pada kemaluannya.

“C.. C.. saya sudah mau keluar…”

“Tunggu sayang saya juga sudah mau sampai…”
“Isap puting kiri saya Arlee… isappp.. “ Heni menyodorkan buah dada kirinya.

"Slruuppp.. slurrppp…" Arle menyedot puting Heni dengan penuh nafsu.

Heni menambah gerakan pinggulnya. "Ahhh ahhh ahhh.."

Arlepun mengimbangi dengan sesekali ikut menyodokan kontolnya dari bawah.

Sekarang sayang!! Saya mau sampaiii… ahhh.. ahhh..

Arle meraih tubuh Heni, kemudian membantingnya ke kasur. Ia mengambil alih gerakan dengan segera kembali memasukkan kontolnya ke liang vagina Heni. Lalu mulai menggenjot dengan sangat cepat.

Ayoo Cece.. ayoo sekarang… Ahhh… Ahh.. AARRGGHHHHH!!!

ARLEEEEEE… OOOOHHH!!!… Heni mencengkram bahu pemuda itu.. serta sedikit membenamkan giginya di pundak Arle.
Hiiiiii..... Geliiiiiiinyaaa… ucap Heni kemudian sambil bergidik.

Sejenak kedua anak manusia itu mengatur nafas menikmati sisa sisa orgasme yang baru saja mereka alami bersama.

“Makasih Cece” ucap Arle sambil mengecup lembut bibir wanita yang berbaring di sampingnya.

Heni hanya tersenyum, lalu berkata “kamu puas sayang?”

“Puas sekali C”

“Kamu hebat untuk pengalaman pertamamu ini”

“Kamu yang hebat Ce bisa membimbing saya, semoga bisa terulang lagi”

"Untuk malam ini pasti sayang."

"Maksud kamu C?" Arle terlihat bingung

“Hehee.. ngga apa-apa sayang, Saya bersih-bersih dulu yaa” eh bisa kamu ambilin Handphone yang saya pakai tadi menelpon kamu.

“Ok tunggu sayang”

Heni meninggalkan Arle di pembaringan lalu masuk ke kamar mandi.

Arlepun mengambil ponsel yang dimaksud. Ia lalu menaruhnya di tempat tidur. Iapun keluar kembali menuju ruang tamu

Di ruang tamu

Arle duduk memandangi galeri video di ponselnya.
“Sepertinya saya tidak butuh video ini lagi, saya sudah menemukan yang saya cari”
Video rekaman itupun terhapus.

Di kamar Siska

Heni tengah melakukan sesuatu pada ponselnya.
“Terima kasih dek” ucapnya pelan.

Di dalam mobil Karen

Karen tampak sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya.
Seketika menerima pesan whatsapp di ponselnya.
Karen membacanya.

Selamat malam Kei adikku, terima kasih untuk handphone yang saya ambil tadi tanpa persetujuanmu.
Maafkan atas kelancangan saya.
Saya terpaksa karena saya ingin mencari tahu apa sebenarnya yang kamu inginkan dengan mencoba terus meniru saya.
Gaya berpakaian saya, warna kamar saya, mobil saya, semuanya kamu mau samakan.
Saya tahu kamu adikku satu-satunya, tapi jujur saya tidak nyaman dengan keadaan seperti itu.
Saya bertambah tidak terima setelah menemukan kenyataan lain di handphone ini.
Bagaimana kamu menyamar menjadi saya untuk mengoda anak muda bernama Arle.
CA, itu inisial panggilanmu kepada saya kan? Cecenya Aku.
Kamu yang memberi panggilan itu kepada saya, dengan alasan di antara kita bersaudara, Cleora, Henny, dan Carenina, hanya saya yang tidak berinisial C.
Saya suka panggilan itu sayang. Sangat suka.
Tapi menjadi tidak suka ketika kamu menjadikannya sebagai sosok C sebagai kamuflase itu mendekati orang lain. Jujur saya tidak terima.
Efeknya kamu sudah lihat kan. Bagaimana Siska sangat tersakiti hatinya dengan kelakuanmu itu.
Dia menyukai pemuda itu. Tetapi kamu merenggutnya dengan cara menyamar seperti saya.
Kenapa kamu tidak membiarkan saja Siska menikmati perasaannya bersama Arle. Kenapa harus tantenya sendiri yang merebut boneka kesayangannya.
Kamu kan tahu, Siska butuh sosok laki-laki sebagai pengganti papanya yang sering meninggalkan dia. Dan saya melihat pancaran kebahagiaan dari mata Siska setiap bertemu dengan Arle.
Kenapa Kei, kenapa?
Maaf saya harus mengatakan ini.. malam ini saya sudah tidur dengan Asterixmu. Saya menjadi wanita pertama yang ia tiduri dengan penuh rasa cinta.

Maaf saya meminjam laki-lakimu, hanya untuk malam ini saja. itupun karena dia mencari sosok C.

Dan sayalah Real C.


Karen menangis

Diapun berucap dalam kesedihannya.

“Ce.. kamu salah…"
Saya tidak pernah ingin mengikuti kamu. Saya mengagumi sosok Cleora kakak kita yang sudah tiada.
Saya yakin kamu juga sedang mencoba menjadi seperti dia.
Mengenai Arle.. Saya hanya menjaga Siska... Cinderellaku.
Saya merasa ada maksud tidak baik dari pemuda itu setiap menatap dan memperhatikan Siska. Akhirnya Saya memilih mengorbankan diri untuk menjadi santapannya. Saya mencoba untuk mengalihkan perhatiannya. Saya ingin mencegah sebelum terjadi sesuatu terhadap Siska yang belum tahu apa-apa.
"Saya hanya mau melindungi anak CA, Cleora Arana!!" Kakak kita! sebagaimana janjiku kepada dia dalam setiap ucap doaku.

"Hanya itu C.. Hanya itu…."


-tamat-​
 
Terakhir diubah:
Ini cerita wajib lanjut...salah satu treath calon juara...mantab semoga sukses :beer:
 
Bimabet
Hmmm.......misteri apalagi ini......puyeng puyeng deh kalau dapat wa begituan...
Yang baca juga penasaran......hahaha.
Ditunggu kelanjutannya...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd