Part 2
BRIAN
SATU
"Kamu kenapa ngeliatin Teteh kayak gitu terus?" Tanya Hariani. Dia merasa jengah ditatapi sedemikian rupa oleh brondong keren itu.
"Enggak, Teh." Kata Brian. "Cuma..."
"Cuma apa?"
"Tapi saya enggak yakin." Kata Brian.
"Kamu bilang aja blak-blakan, Teteh enggak kan napa-napa koq."
"Mmm... jawab yang jujur ya Teh... Teteh bukan pemeran utama sinetron "Melinda Gadis Kota" kan?"
Hariani menatap Brian dengan mata belo keheranan.
"Bukan. Memang kenapa?"
"Enggak napa-napa. Cuma Teteh lebih cantik dari pemeran utama sinetron itu." Kata Brian. Berkata demikian Brian memamerkan senyum lebar menyeringai.
Sepasang pipi Hariani memerah. Sanjungan itu membuat hidungnya melambung. Siapa coba cewek yang tak suka dipuji dan disanjung?
"Ganteng-ganteng gombal, ih." Kata Hariani, pipinya masih memerah.
"Salah Teteh sendiri kenapa cantik dan seksi."
Hariani menjebikan mulutnya. Mulut bawahnya juga ikut menjebi.
"Wew ah." Katanya. Hariani mengeluh dalam hatinya. Mulut bawahnya terasa gatal sekali.
DUA
Brian beberapa kali menggoda Hairani dengan kata-kata nakal yang membuat Hairani merasa gemas. Tapi juga gelisah. Dia bergonta-ganti menumpangkan kaki dan menunggu Brian berinisiatif pergi dari kafe itu.
Waktu berlalu dengan cepat. Tidak terasa mereka sudah bercengkrama selama hampir 2 jam. Mereka telah cukup saling menakar perasaan. Hairani tahu, brondong itu adalah seorang mahasiswa yang orangtuanya kaya. Dia tak perlu khawatir soal tuntutan ongkos dan lain-lain. Sementara itu, Brian juga tahu kalau Hairani adalah seorang wanita yang bersuami, pengusaha, usia 35 dan tidak akan menuntut yang aneh-aneh kepadanya. Seperti komitmen misalnya.
"Sudah jam delapan lebih, nih." Kata Brian. "Kayaknya aku mau pulang."
"Tunggu sebentar." Wajah Hairani terlihat sedikit kecewa. "Mas To mau jemput jam setengah sembilan. Temenin dulu."
"Udah Teteh saya anter pulang aja sekarang." Kata Brian.
"Brian bawa motor? Enggak ah nanti masuk angin."
"Saya bawa mobil."
"Mobil? Kenapa enggak bilang dari tadi?"
"Kenapa juga Teteh enggak nanya."
"Entar, saya telpon Mas To dulu ya." Hairani berkata sambil menggeser-geser touchscreen HPnya.
Tuuuttttt.... tuuutttttt.....
"Hallo, Mas To..."
"Aku agat telat, Sayang. Ini baru nyampe Sumedang."
"Ya, sudah aku pulang dulu ya pake taksi."
"Kan tadi siang juga dibilangin mending duluan pulang, pake nunggu segala."
"Ya, udah. Hati-hati di jalan ya... mas, jangan lupa makan. Nanti maagnya kambuh lagi."
"I ya i ya."
Klik. Telpon ditutup.
Hairani tersenyum senang. "Hm, dapat brondong nih." Katanya dalam hati.