Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Lanjutannya masih terketik 1k kata. Aku rilis sesuai jadwal tanggal 19-20 bulan ini. :p
 
BAGIAN 12


Fahmi merasa kasihan terhadap kondisi istrinya. Organ-organ di dalam abdominal cavity istrinya sudah keluar. Pankreas, lambung, usus besar, usus kecil, ginjal, uterus, serta mesentery sedang dibersihkan oleh pak Darma. Aku lihat sekarang semua isi di dalam usus dan lambungnya sudah dikeluarkan. Dia sedang membersihkan tahap akhir. Pak Agil kemudian mengecilkan api pada kompor gas, kemudian menyingkirkan wajan penggorengan persegi empat tersebut dari bawah tubuh Ayun yang tergantung secara telungkup. Kira-kira penggorengan serta tabung gas di singkirkan sejauh 3 meter dari tubuh Ayun.

“Silahkan kamu akhiri penderitaannya” ucap pak Agil.

“Di lepas nggak nih talinya?” tanya pak Emon.

“Lepasin saja. Tenang, Ada aku disini” ucap pak Agil.

“Sini biar aku saja yang lepasin” ucap pak Choirul.

Dengan cekatan pak Choirul mendekat ke kursi tempat Fahmi duduk dengan sepasang pergelangan tangan dan pergelangan kaki terikat. Tangan kanannya sudah memegang pisau bekas memotong kulit perut Ayun dari atas tulang pubis sampai ulu hati. Di pisau itu masih terdapat bekas darah yang menempel. Ia gunakan pisau tersebut untuk memotong tali yang mengikat Fahmi.

“Nih pegang. Awas kalau kamu macam-macam, kami akan bunuh kamu pelan-pelan. Hahahahaha” ucap pak Choirul menaruh pisau yang telah digunakan untuk memotong tali yang mengikat Fahmi.

Pak Agil, pak Emon, dan pak Bima bersiaga dengan mengacungkan pistol revolver ke arah Fahmi. Jarak mereka bertiga cukup jauh. Mungkin agar tidak dapat dijangkau oleh pisau Fahmi.

“Dik Siska jangan dekat-dekat. Di sini saja” ucap pak Darma yang sedang membersihkan organ dalam Ayun.

“Eh iya. Siska takut kalau terbunuh sama pak Polisi. Lebih baik Siska dibunuh sama penjagalnya pak Borgan. Hihihihi” ucapku sambil tersenyum.

“Kalau saya yang jadi penjagalnya gimana dik?” tanya pak Darma.

“Boleh, asalkan dapat persetujuan dari pak Borgan” ucapku.

“Kalau saya tidak berani bilang dik” ucapnya

“Ya sudah, berarti Siska akan mati di tangan orang lain” ucapku.

“Sayang, padahal saya ingin menyembelih dik Siska terus memotong toket montok adik itu” ucapnya.

“Emang toket Siska mau diapakan pak? Ini kan untuk dilelang. Bukan buat bapak. Hati-hati lho, kalau korupsi dan menggelapkan bagian tubuh Siska yang sudah terjual, bapak bisa dihukum sama pak Borgan” ucapku.

“Hehehe iya ya. Aku masih sayang nyawa saya. Hehehe” ucap pak Darma.

“Nah gitu. Siskanya aja yang gak sayang sama nyawa. Karena tubuh Siska akan dipersembahkan ke orang-orang yang mau makan seluruh tubuh Siska. Mungkin bapak bisa dapat sisa-sisa tulang belulang Siska. Lumayan lho pak bisa dibikin penambah rempah-rempah kaldu” ucapku.

“Apa kata nanti deh dik. Itu dik lihat. Suami Ayun lagi mendekati istrinya” ucapnya.

“Eh iya” ucapku kemudian melihat Fahmi yang sedang berjalan tertatih-tatih menuju Ayun.

Berselang beberapa detik, Fahmi sudah didepan tubuh Ayun. Wajah Ayun berada di Selatan menghadapnya, sedangkan Fahmi menghadap ke Utara. Mereka berdua saling bertatapan.

“Yang.. ma..maafkan aku. I… I.. love.. You…” ucap Ayun.

“I love you too” ucap Fahmi kemudian mencium mulut Ayun.

JRRREEBBBB

“Aaaaggggg……” jerit Ayun saat tangan kanan Fahmi menghunuskan pisau ke rongga di dalam ulu hati bagian atas. Tubuh Ayun bergetar sesaat lalu diam. Kemungkinan yang tertusuk adalah jantung Ayun. Pisau mengacung tegak vertikal melalui lubang sayatan di ulu hati diiringi cairan kental berwarna merah merambati bagan pisau tersebut.

Seketika itu, Fahmi langsung bersimpuh lemah dan meneteskan air matanya diiringi darah yang merambat turun melalui pisau yang masih menancap di ulu hati Ayun dan jatuh ke lantai. Darah yang mengalir dari bilah besi stainless ke gagang pisau, kemudian menetes jatuh dengan deras. Aku yakin bukan hanya darah dari jantung. Bisa juga dari darah paru-paru Ayun atau sebagian hati Ayun.

Pak Agil, pak Bima, dan pak Emon mendekati Fahmi dengan tetap mengacungkan pistol. Pak Agil memberikan isyarat ke pak Choirul, lalu pak Choirul mendekat ke Fahmi, memukul tengkuk lehernya. Seketika Fahmi pingsan. Dengan kondisi demikian, pak Choirul mengikat tangan dan kakinya terbentang saling berjauhan hingga membentuk huruf X di lantai. Ujung ujung talinya dikaitkan pada baut berukuran besar yang tertanam di lantai. Jarak pergelangan tangan dengan baut tersebut sekitar sejengkal. Begitu juga dengan sepasang pergelangan kakinya. Fahmi tidur telentang sambil telanjang bulat.

Pak Agil kemudian menyerahkan pistol ke pak Choirul, lalu mendekat ke tubuh Ayun. Kedua matanya masih terbuka dan mulutnya sedikit menganga. Wajahnya masih menghadap ke arah Selatan. Itu dikarenakan rambutnya yang masih terikat pada balok yang memasung dua pergelangan kaki dan dua pergelangan tangannya. Tangan kanan pak Agil menggapai gagang pisau yang tertancap di dada bawah dekat dengan tulang pedang-pedangan di ulu hati Ayun.

"Udah belum bersihinnya Darma?" Ucap pak Agil.

"Bentar, dikit lagi beres" jawab pak Darma.

"Dasar lelet" ucap pak Agil.

"Sabar. Korban kita ternyata memiliki kualitas usus yang bagus. Makanya lama" ucap Darma.

"Baguslah. Rul, ambilin wadah yang agak besar" ucap pak Agil.

Pal Choirul mengangguk dan dengan cekatan mengambil ember plastik. Ia serahkan ember tersebut ke pak Agil. Oleh pak Agil, ember tersebut ditaruh dibawah tubuh Ayun. Ia kemudian mengarahkan pisau yang tadi digunakan Fahmi untuk mengakhiri nyawa Ayun ke payudara kanan Ayun. Payudara itu adalah satu-satunya yang masih tersisa dan masih utuh. Sedangkan payudara kirinya sudah tidak menempel di dadanya dan sudah matang dan masih berada di penggorengan. Ayun dan Fahmi juga merasakan daging dari payudara kiri Ayun, yaitu aerola dan puting. Sayangnya Ayun hanya merasakan dari mulut sampai tenggorokan saja, tidak sampai ke lambung. Karena lambungnya sudah tidak berada di tempatnya. Lalu Fahmi memakan puting dan aerola Ayun dari sisa kunyahan Ayun yang dimakan lalu keluar dari potongan esofagus. Makannya dipaksa pula. Hihihi

Sepasang tangan pak Agil kemudian masuk ke rongga uluh hati Ayun. Tangan kanannya bergerak memotong sesuatu diikuti oleh darah yang keluar dan membasahi sepasang tangan pak Agil. Beberapa detik kemudian, organ hati terlihat keluar dari sayatan ulu hati Ayun. Awalnya terlihat kecil, lama-kelamaan turun dan terlihat wujudnya yang besar tergenggam pada tangan kiri dan dibantu tangan kanan.

BLEGGGGG…

Hati Ayun jatuh ke lantai.

“Ah Sialan!! Licin banget” teriak pak Agil.

“Pelan-pelan dong pak” ucapku.

“Kamu gimana sih Gil, pegang aja gak becus” ledek pak Bima.

“Coba kamu ambil Bim terus taruh ke ember” ucap pak Agil

Pak Bima berjalan mendekat lalu meraih hati Ayun. Dengan kedua tangannya ia memegang Hati yang ukurannya lebih besar dari organ Ayun yang sebelumnya telah dikeluarkan. Baru mengangkat, beberapa 2 detik kemudian jatuh ke lantai.

“Tuh apa kubilang. Hehehe” Ucap pak Agil.

“Jangan ngomong aja, sini bantuin dong” ucap pak Bima.

Mereka berdua kemudian mengangkat hati Ayun lalu menaruhnya di ember. Padahal jarak titik jatuh dari Ember sekitar 2 jengkal. >,<

Pak Agil kemudian memasukkan sepasang tangannya ke dalam abdominal cavity di ulu hati Ayun. Ia kembali mengiris dan mengeluarkan sisa-sisa organ Ayun. Terlihat organ kedua yang dikeluarkan pak Agil adalah jantung. Bentuknya lebih kecil dari milik Vivi dan chef Jessica. Mungkin karena tubuhnya mungil, jadi ukurannya juga kecil. Di sekitar jantungnya juga diselimuti oleh lemak berwarna kuning serta lapisan-lapisan berwarna putih. Terlihat bekas tusukan bergaris yang dihunuskan Fahmi. Jantung Ayun masih dalam genggaman tangan kiri pak Agil. Saat meremas, keluar darah dari bekas luka tusukan Fahmi. Pak Agil melemparkan jantung Ayun ke ember, lalu ia kembali mengeluarkan sisa organ Ayun yang ada di dalam. Kemungkinan paru-paru. Hanya itu saja yang masih bersemayam di dalam cangkang tulang rusuknya. Pak Agil mengiris dan dalam beberapa detik, terlihat ujung paru-paru Ayun. Mungkin itu paru-paru kiri bagian bawah. Pak Agil cukup cekatan. Mungkin dia sudah terbiasa mengeluarkan organ-organ hewan lalu mengaplikasikan pada manusia.

Gerakan tangan kanan pak Agil yang memotong dan memisahkan paru-paru dengan jaringan yang mengikatnya membuat tubuh Ayun ikut bergerak-gerak. Wajah Ayun yang sudah mati pun terlihat imut dan gemesin. Mungkin kepalanya bakal direbus dengan sebelumnya rambutnya dicabut dulu.

“Hehehe, akhirnya sudah selesai” ucap pak Agil dengan tangan kiri menggenggam sepasang paru-paru Ayun.

“Yeeeeeyyyy” ucapku bersorak.

Pak Agil melemparkan paru-paru Ayun ke ember, lalu mengangkat ember tersebut ke pak Darma.

“Nih bersihin juga. Makanya jangan lelet, jadi numpuk dan tambah lama pekerjaan kamu. Hehehehe” ucap pak Agil.

“Tenang, kalau cepet-cepet entar ada kotoran gimana? Emang kamu mau makan feses Ayun?” tanya pak Darma.

“Eh bener juga ya. Hehehehe” ucap pak Agil.

“Serahkan sama aku deh” ucap pak Darma.

Pak Agil mengangkat ibu jari tangan kanannya lalu pak Darma kembali bekerja membersihkan organ-organ Ayun. Pak Agil meninggalkan pak Darma lalu berjalan ke tempat perkakas yang ada di ujung ruangan ini. Ia kembali berjalan ke tubuh Ayun sambil membawa sebilah parang.

Hmmmm… apa yang akan ia rencanakan ya?

“Sebentar lagi tolong siapkan kompor dan wajannya” ucap pak Agil.

“Beres” ucap pak Emon.

Pak Agil kemudian menatap tajam ke balok kayu yang memasung pergelangan tangan dan kaki Ayun.

JLEEGGG JLEEEGG

Tangan kanan yang memegang parang lalu ia sabetkan dua kali ke pergelangan tangan Ayun. Bukan hanya itu saja, parangnya mengenai rambut panjang Ayun yang terikat di balok kayu. Seketika tubuh Ayun jatuh dengan posisi seperti huruf Y. Sepasang kakinya berada di atas dan sepasang tangan tanpa telapak tangan menggantung berada di bawah. Rambutnya jatuh menjuntai dan menyentuh lantai. Terlihat di bagian Atas sepasang kaki Ayun yang masih terpasung di balok kayu, juga sepasang telapak tangannya yang juga masih terjepit pada pasungan tersebut. Dengan parang, pak Agil menyukit telapak tangan Ayun tersebut, hingga akhirnya sepasang telapak tangan Ayun lepas dari balok kayu.

“Nih, ada yang mau makan? Kalau tidak ada aku berikan ke tuan Borgan lho” ucap pak Agil.

“Berikan saja ke boss kita”

“Iya berikan, anggap ini sumbangan dari kita”

“Benar, ceker manusia itu kan kesukaan boss”

Mereka tidak ada yang mau makan. Akhirnya mereka sisihkan telapak tangan Ayun dan memberikan ke pak Darma untuk dibersihkan.

Pak Agil memutar tubuh Ayun dan mengarahkan ujung golok ke bagian-bagian tubuh Ayun tersebut. Terlihat dari atas, yaitu daerah tulang pubis sampai ke bawah yaitu ulu hatinya terdapat sayatan vertikal yang terbuka lebar. Bagian dadanya hanya ada payudara kanan, sedangkan sebelah kirinya hanya terdapat bekas potongan berbentuk lingkaran dengan beberapa ruas tulang rusuk kiri yang terlihat. Tubuh depan Ayun kini mengarah kepadaku, yaitu ke arah Timur. Dari arah Barat, atau belakang tubuh Ayun,tangan kiri pak Agil meraih tangan kiri Ayun yang bergelantungan. Pak Agil memegang bagian pergelangan tangan yang sudah putus tersebut ke arah Utara hingga tangan ayun yang lurus dengan tubuh Ayun berbentuk sudut siku-siku.

JLEEEGGGGG

Dengan sekali Ayun, pak Agil menebas lengan Ayun tepat di dekat ketiak kiri Ayun.

“Nih bersihin juga” Ucap pak Agil melemparkan potongan tangan kiri Ayun tersebut ke pak Darma yang ada di sebelahku.

“Aduuuhhh.. Brengsek si Agil. Aku dilempar tangan”

“Hahahahaha”

Kami berlima tertawa bersama.

“Boleh Siska bantu?” ucapku menawarkan diri ke pak Darma.

“Tidak perlu dik” ucapnya.

“Cieee cieee” ucap pak Emon.

“Diam. Sudah kepala 4 masih cie ciee” ucap pak Darma.

“Sabar sabar bro” ucap pak Bima ke pak Darma sambil menepuk pundaknya.

Aku lihat Pak Agil meraih pergelangan tangan kanan Ayun. Sama seperti yang ia lakukan pada tangan kiri. Dengan sekali tebas, tangan kanan Ayun lepas. Ia juga melempar potongan tangan kanan Ayun ke pak Darma. Tapi kali ini lemparannya meleset tidak mengenai pak Darma, melainkan langsung jatuh ke wastafel.

Tubuh Ayun yang tergantung terbalik dengan tanpa sepasang tangan masih tampak seksi. Entah mengapa aku jadi horny. Mungkinkah aku bakal seperti dia saat pelelangan ya? Apalagi dilakukan di panggung dan disaksikan oleh ratusan pasang mata yang sudah mendaftarkan diri sebagai pembeli bagian-bagian tubuhku. Membayangkannya, aku jadi semakin horny. >,<

“Dik Siska kenapa?” ucap pak Darma. Duh, aku ketahuan kalau aku lagi horny. Mungkin memek aku sekarang lagi basah.

“Eh nggak pak.. Siska merasa gimana gitu” ucapku

“Gimana apa” ucap pak Darma.

“Siska horny melihat Ayun yang sekarang. Gimana ya nanti Siska kalau digituin juga ya.. Hihihi” ucapku.

“Dik Siska mau digituin?” tanya pak Darma.

“Mau sih, Tapi gak tau deh. Mungkin eksekutor Siska mau seperti apa” ucapku.

“Sepertinya bukan eksekutor, tapi kemauan pembeli tubuh adik maunya bagaimana. Mungkin juga saat terbeli, adik akan dipenggal” ucapnya.

“Eh benar juga. Pak Borgan sudah bilang sih katanya aku akan di penggal pakai guillotine” ucapku.

“Woooww.. Bagus tuh. Setahuku saat di penggal, korbannya masih bisa hidup sesaat. Bahkan mata korban saat sudah terpenggal masih bisa berputas-putar dan melirik kesana kemari” ucapnya.

“Wuiihh.. Jadi Siska bisa lihat tubuh Siska sendiri yang sudah terpotong dong?” ucapku.

“Bisa jadi” ucapnya.

“Heeeiii ngomongin apa kalian?” ucap pak Agil.

“Ngomongin Siska saat di pelelangan pak hihihi” ucapku.

“Ooohh…. Dik Siska sepertinya sangat antusias” ucap pak Agil.

“I.. iyaa” ucapku.

“Kemari dik” ucap pak Agil dengan isyarat tangan memanggilku untuk mendekat. Aku pun beranjak mendekatinya.

“Nih pegang. Sekarang, dik Siska coba penggal kepala Ayun sampai putus” ucap pak Agil dengan menyerahkan parang kepadaku.

Aku tidak menyangka, parang ini cukup berat. Atau akunya aja yang kalah tenaga. Mungkin beratnya sekitar 3,7 Kilogram.

“Pak berat bangettt, mana bisa Siska memenggal” ucap pak Agil.

“Nih dik pakai ini saja” ucap pak Choirul menyerahkan pisau yang digunakan untuk menyayat kulit perut serta yang digunakan oleh Fahmi untuk membunuh Ayun.

Aku menerima pisau tersebut. Duh gimana caranya ya?.

“Gini saja dik, sembelih aja batang lehernya sampai putus” ucap pak Agil.

“Eh.. i.. Iya” ucapku.

Aku tempelkan bilah tajam pisau di tangan kananku tersebut ke leher Ayun secara horizontal. Tepatnya pada leher depan. Aku beri tekanan pisau tersebut lalu menggerakkan maju mundur ke arah Utara dan Selatan. Dari gesekan tersebut, pisauku ini sudah masuk ke leher Ayun sedalam 2,5 centimeter diiringi oleh aliran darah yang keluar dari sayatanku. Darah tersebut mengalir turun ke dagu, telinga, serta rambut Ayun. Tangan kiriku kemudian menjambak rambut belakang Ayun agar tidak ikut bergerak saat aku menggorok lehernya. Tangan kananku kemudian memberi sedikit tekanan dan mempercepat gerakan menyembelihnya. Kini aku dapat melihat kerongkongan serta tenggorokan Ayun. Saluran makanan dan saluran pernafasannya yang terpisah tapi tetap berdekatan terlihat jelas. Hingga lama kelamaan ujung pisauku membentur sesuatu yang keras. Aku tarik ke atas tangan kiriku yang menjambak punggung kelapa Ayun hingga wajah Ayun tidak menghadap ke Timur, melainkan mendongak ke arah lantai. Benar dugaanku!! Ujung pisauku membentur tulang lehernya. Aku iris-iris sekuat tenaga, tapi sepertinya tidak putus-putus.

“Biar saya bantu dik” ucap pak Bima. yang ikut membungkuk bersamaku.

“Aaaaaahhh… iiiihh apa-apaan sih. Belum puas ya grepe-grepe Siska” ucapku saat tangan kanan pak Bima memegang tangan kiriku dan tangan kanannya mencolek payudara kananku yang menggantung.

“Dikit aja dik” Ucapnya

“Iiiishhh ogah. Ntar aku laporin lho.” ucapku.

“Dasar kamu Bim gak ikhlas bantunya. Sini biar saya saja” ucap pak Agil.

Pak Bima menyingkir lalu pak Agil berada di sebelah kananku. Ia ikut membungkuk lalu memegang tangan kananku.

“Dik turunin dikit tangan kiri adik. Nanti agar saat memotong, tangan kiri adik tidak sampai terluka” ucapnya.

Benar juga. Nanti saat mengiris leher Ayun, tangan kiriku yang memegang punggung kepalanya jadi ikutan kesabet gimana. Uuuhhhh jangan sampai deh.

“I. iya” ucapku.

Pak Agil kemudian menekan tanganku lalu menggerakkan pisau mengiris tulang leher Ayun. Woow tenaganya kuat banget. Tangan kananku juga merasa sedikit sakit karena dipegang kuat oleh tangan kanan pak Agil.

KREEEGGGG

Terdengar suara dari leher Ayun. Beberapa detik kemudian pak Agil melepaskan tangan kananku.

“Sudah, silahkan sisanya dik Siska potong” ucap pak Agil.

Benar, tulang lehernya sudah terpotong. Sisa kulit bagian punggung leher saja yang harus kupotong. Tentu ini mudah sekali. Dengan sekali iris, kulit pada punggung leher Ayun akhirnya putus dan kepalanya kini menggantung pada tangan kiriku.

“Oouffff… cukup berat juga ya kepala Ayun” ucapku.

“Selamat ya dik. Dik Siska cocok deh kalau jadi penjagal. Hehehehee” ucap pak Agil.

“Iya cocok banget. Apalagi dik Siska bugil” ucap pak Emon.

“Huuh dasar kalian ini mesum. Nih mau diapakan?” ucapku.

“Sini dik, biar saya bersihkan” ucap pak Darma. Ia menghampiriku lalu mengambil kepala Ayun.

Woow, tubuh Ayun yang tanpa kepala dan tanpa lengan seperti bukan manusia lagi. Tapi sebuah onggokan daging yang siap untuk kami makan.

Pak Emon kemudian mendekatkan kompor dan wajan di dekat tubuh Ayun.

“Ayo kita santap sama-sama menu makan kita. Kita langsung iris bagian tubuh dia dan langsung kalian masak sendiri” ucap pak Choirul.

“Tunggu woooyyy.. Aku masih belum selesai bersihin ini” ucap pak Darma protes.

“Gimana?” ucap pak Choirul.

“Lebih baik ditunggu saja. Kita kan juga ingin makan organ-organ dalam itu juga” ucap pak Bima.

“Bener bener. Yau dah, selagi nunggu Darma, kita biarkan dulu tubuh Ayun tergantung seperti itu agar sebagian darahnya keluar” ucap pak Agil.

Benar yang diucapkan pak Agil. Darah Ayun masih keluar dari batang lehernya. Mungkin sebentar lagi, tubuh Ayun akan seperti kebab mentah segar yang dipotong dan langsung dimasak. Jadi seolah-olah kami berada di restoran jepang yang menyediakan daging segar dan konsumen memasaknya sendiri. Perbedaannya tentu disini tidak disertai bumbu. Hanya daging dan alat memasak. Apalagi dimasak dengan cara di goreng. Coba di panggang, kan lebih enak. Hihihihi

Diarah Selatan, Tubuh Fahmi yang pingsan telentang dengan pergelangan kaki dan tangannya terikat. Penisnya yang masih loyo terlihat menggemaskan. Ingin deh memotongnya lalu memasaknya seperti bersama daging Ayun. Eh, tapi aku kan sudah punya 2 penis. Penis Vino dan penis jongos yang mau memperkosaku. Aku serahkan semuanya ke chef Yongki deh. Tapi aku kan maunya sekarang. Gimana niihhh… uuuhhhgg >,<

Atau aku potong sekarang aja ya? Mumpung penggorengannya sekarang masih panas dan siap untuk untuk memasak apapun yang masuk ke genangan minyak tersebut. Hihihi.

“Eh, pak kok aku mencium aroma gosong ya?” ucapku dengan menoleh ke kiri dan kanan mencari sumber aroma tersebut.

“Siaaaaaaaal!!!!! Toket Ayun.. toket Ayuun” teriak pak Agil mendekat ke penggorengan martabak.

“Pak Emon sih tadi gak dimatikan apinya” ucapku.

“Waaaahh iyaa. Duh gimana nih” ucap pak Emon

Itu potongan payudara kiri Ayun yang ditiriskan di pinggir wajan ternyata sumber dari aroma gosong. Duh sayang sekali. Padahal enak banget kalau masuk ke perut. Kalau gini gimana? Pak Agil sih tadi emosi karena Fahmi tidak mau ngenyot payudara itu lalu melemparkannya ke penggorengan.

“Hanya bagian bawah saja yang gosong” ucap pak Emon.

Aku lihat bagian bawah atau bekas irisan pisau pada pangkal payudara yang gosong. Sisanya masih baik. Ya mudah-mudahan bagian dalamnya tidak gosong. Payudaranya sekarang bukan seperti payudara, seperti bongkahan daging berbentuk bakpau raksasa tanpa puting dan aerola diatasnya. Karena puting dan aerolanya dimakan Fahmi. Hihihihi

“Ya udah, yuk kita sama-sama makan toket ini. Kita bagi 6” ucap pak Emon.

Setelah memotong jadi enam bagian, jadi kami semua mendapat jatah bagian yang gosong. Ternyata bagian dalamnya tidak banyak yang gosong. Mungkin karena apinya dikecilkan sama pak Emon. Rasa gosongnya mirip arang. Krispi dan juga gurih. Pahit-pahit gimana gitu rasanya. Beda sama kopi sih. Walaupun begitu, biarpun gosong, ini tetap toket. Sebelumnya aku makan toket Vivi yang dimasak chef Yongki secara profesional. Gak ada salahnya sih makan toket separuh gosong. Hihihi.


Bersambung ke halaman 16
 
Terakhir diubah:
Uuugh.... Dan akhirnya ane kelar juga nge bacanya.




Maturnuwun suhu.

:beer: :beer:
Okay. Sama-sama. Cepet juga bacanya. Hihihi

Yakin di baca nih??

Jangan2 cuma numpang baca aja.
Wkwkwkwk..

Btw makasih updatenya suhu @RoroLilith
Bisa jadi. Atau banyaknya paragraf yg di skip. Pusing sih baca tumpukan font. 😅

Sama-sama.
 
Jgn masang patok aja om black.. di baca atuh. Wkwkwkwk..
Entar Om nunggu waktu senggang 😁
Di tandai dulu biar entar nyarinya gampang..

Wah ini pasti ada sesuatu karena Om @Mundu89 dan Om @qthi semangat banget nyuruh aku baca 🤔
Baca oey baca...




Wk k k k


:ngacir: :ngacir:
Iya Om sek nyari waktu senggang
Entar malem tak bacanya 😬
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd