Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT LELAWAH (racebannon)

lelawa10.jpg



LELAWAH – PART 3

------------------------------

jalan-10.jpg

“Gue gak sabar....” bisik Asrul ke dirinya sendiri, sambil membaca tumpukan kertas di tangannya yang berisi data-data risetnya tentang desa itu.

“Sebentar lagi sampe..” jawab orang yang ada di posisi supir mobil ini. Komang, begitu namanya. Asrul sudah agak lama mengenalnya, lewat media sosial, di sebuah grup diskusi tentang misteri dan mitos-mitos dari seluruh Indonesia.

Dan dari Komang jugalah, Asrul mengetahui soal Desa yang akan dituju sekarang. Desa bisu dan tuli. Alias Kolok, istilahnya dalam bahasa Bali. Di desa tersebut, ada puluhan orang yang bisu dan tuli dari lahir. Sebuah penelitian pernah diadakan di sana. Memang diketahui, faktor utama penyebab banyaknya orang bisu tuli di sana adalah karena genetik.

Tapi, tentu saja, ada mitos yang menyertai kondisi unik itu. Alkisah, zaman dahulu ada sebuah kelompok yang berseteru tentang penyembahan terhadap dewa tertentu. Ada sekelompok yang ingin menyembah dan ada sekelompok yang tidak. Kelompok yang tidak mau menyembah, memisahkan diri, sambil membawa simpanan emas mereka. Ketika mereka ditegur dan dipanggil oleh kelompok yang satunya, mereka diam saja, tidak menjawab. Gara-gara itu, kelompok yang ditinggalkan mengutuk mereka dan keturunannya supaya mereka bisu dan tuli.

Dan kutukan itu terjadilah. Kemudian kelompok yang memisahkan diri itu tinggal di Desa yang akan mereka datangi sekarang.

Salah satu tujuan utama mereka berlima datang ke Bali adalah untuk meliput desa itu. Mereka bosan dengan objek rumah hantu atau tempat angker lagi. Menurut Asrul, misteri seperti ini juga layak untuk disajikan di channel yutub mereka. Dan positifnya, karena episode Bali ini khusus untuk membahas desa bisu tuli dan masyarakatnya, mereka tidak perlu syuting malam hari.

Karena toh, mereka tidak harus menangkap kengerian. Mereka cukup meliput di siang hari, berbicara kepada penduduk setempat, bahkan mencoba berkomunikasi dengan orang bisu tuli di sana yang punya sistem bahasa isyarat sendiri. Bahasa isyarat mereka berbeda dengan bahasa isyarat yang dikenal oleh orang banyak.

Dengan penuh optimisme, mereka berlima pergi ke sana dengan ditemani oleh Komang. Dan karena kru yang berangkat bertambah satu orang, di jok belakang ada empat orang yang duduk berdempet-dempetan. Bahkan Katy setengah dipangku oleh Sandi. Intinya, keempat orang yang ada di kursi belakang, semua merasa tidak nyaman sempit-sempitan.

“Geser dikit dek” bisik Sandi ke Shenny.
“Berisik ah, aku mual tau, posisi dudukku gak enak gini” sungut Shenny.

“Sini rada nempel gue… Gue bisa agak maju dikit” potong Razi, mencoba jadi pahlawan.
“Tetep gak enak sih, mual gue” keluh Shenny sekenanya. “Terus hari ini kok silau banget ya” sambungnya sambil membetulkan letak kacamata hitam di wajahnya.

“Silau dari mana, biasa aja kok” balas Sandi.
“Orang kan boleh dong babe, silau-silau kena matahari” Katy, dengan omongan tanpa maknanya, mencoba untuk ikut dalam percakapan.

Sandi hanya tersenyum kecil ke arah pacarnya, sambil berpikir, oh, kosong sekali otak perempuan ini.

“Tumben ndak syuting-syuting tempat seram, tadinya ke Bali saya pikir mau ke tempat angker gitu…”
“Kagak lah, ini aja, unik” Asrul menjawab pertanyaan Komang, sambil menepuk-nepuk kertas yang ada di tangannya itu.

“Padahal ada itu, seram tempatnya.. Pure belum sempat jadi, orang bilang angker itu…” sambung Komang dengan logat Bali yang kental.

“Ntar deh, kapan-kapan, lagian ini di luar pulau, dan gue tau kok, betapa kental Bali dengan dunia mistis, kalo tanpa persiapan yang matang, ntar konyol” Asrul tampak cranky. Dia tampaknya sudah tidak tahan ingin merokok, padahal jarak antara Ubud ke Buleleng tak selama itu. Hanya sekitar dua jam lebih.

“Emang sebaiknya main aman sih kalo di sini”
“Beda ya, aura mistisnya, kalo dibanding sama Singapur dan Malaysia”
“Iya, kita syuting di sana santai-santai aja, paling bawa orang pinter setempat kan waktu itu”
“Hahaha bener”

Razi dan Shenny tampak akrab berdua, membicarakan kenangan tim mereka syuting di Singapura dan Malaysia.

“Jujur aja, ya, walau gue gak percaya gitu-gituan, tapi gue gak mau kalo di antara kita ada yang gak nyaman” Asrul menimpali Shenny dan Razi. Memang, bahaya di sebuah pulau yang dikenal mistis, untuk syuting di tempat angker yang jarang dijamah manusia.

“Anggota kru nya Mistery Explorer kok gak percaya gitu-gituan” tawa Sandi, mencoba memancing Asrul berceramah lagi.
“Buktinya, dari sekian banyak tempat, gak ada satupun tuh, yang gitu-gituan keluar” jawab Asrul santai.
“Kalo suatu saat muncul gimana?”

“Gak bakal”
“Yakin amat”

“Yakin dong, karena emang gak ada… Sampe sekarang gak ada bukti kalo makhluk halus itu ada, gak ada yang pernah nongol di publik, bahkan jurnal ilmiah satupun gak ada yang ngebahas itu…. Fenomena tanpa pembuktian empiris, sama juga dengan isu… Gak guna dan belum tentu nyata”

“Ya.. Ya… Mudah-mudahan lo bener” sambung Sandi dengan nada malas. Razi tersenyum saja melihat sahabatnya itu memancing Asrul untuk bicara panjang lebar.

Ah, lagipula, meliput sebuah fenomena bisu tuli di sebuah desa karena faktor genetik dan keturunan, tentu tidak akan berbahaya sama sekali. Di sana mereka hanya akan mewawancarai tokoh desa tersebut, dan mencoba untuk berkomunikasi dengan orang Kolok yang senior, sekaligus membahas soal bahasa isyarat yang khas itu.

Tidak menyerempet bahaya dan tidak akan membahayakan.

------------------------------

ilustr10.jpg

Di tengah matahari Bali yang cerah, Razi sedang mengarahkan kameranya ke arah Shenny yang sedang mengobrol dengan salah satu tokoh desa di sana. Bapak tua dengan raut mata teduh itu, sedang menjelaskan mitos yang melatar belakangi terbentuknya Desa ini. Cerita tentang perseteruan dua kelompok, dan kutukan yang akhirnya diucapkan, serta imbasnya ke masa sekarang.

Di balik kamera, mata Razi terus-terusan menatap ke arah Shenny. Dia melihat lekuk wajah Shenny yang manis, yang terlihat agak lelah, mungkin karena kurang tidur semalam, tapi tetap terlihat ceria. Matanya yang teduh itu dihiasi dengan kacamata hitam.

Sementara itu, Asrul dan Komang sedang duduk dan mengobrol di salah satu warung milik warga, sambil merokok tak henti-hentinya. Sedangkan secara paralel, Sandi sedang mengambil video juga. Katy sedang berkeliling dan menjelaskan brief singkat yang teksnya sudah ditulis oleh Asrul.

Razi terus memperhatikan bahasa tubuh Shenny yang benar-benar menarik. Buat Razi, perempuan yang paling cantik di dunia saat ini cuma Shenny. Dia beruntung, kedekatannya dengan Sandi membuatnya mengenal perempuan ini. Sejak kali pertama mereka bertemu, Razi sudah tertambat hatinya pada Shenny. Perempuan ini berbeda. Sebelum bertemu Shenny, betapa mudahnya bagi Razi untuk mendekati perempuan, bergaul dengan mereka dan memacari mereka. Tapi setelah bertemu dengan Shenny, semuanya hilang. Dia lebih banyak terpesona, menikmati hal-hal kecil yang terjadi di antara mereka berdua.

Dan sampai sekarang, Razi belum berani untuk menyatakan perasaannya ke Shenny.

“Oke guys, kita sudah selesai ngobrolnya, dan sekarang kita balik lagi ke Razi dan Asrul….”

“Sip, beres” senyum Razi, dia berhenti merekam.
“Terima kasih banyak ya Pak”

“Oh iya, sama-sama lho….. Saya sih seneng kalo ada orang yang mau nyeritain soal desa ini, apalagi kalau dibikin video terus ditaro di yutub, nanti kalau sudah jadi, ya… Videonya saya dikasih lihat ya…” balas si tokoh desa itu dengan muka ceria dan logat yang kental.

“Pasti Pak, nanti saya kirim aja ya ke nomer bapak yang tadi saya catat itu?” senyum Shenny dengan manisnya.
“Boleh… Oh iya, tadi saya sudah minta tolong orang buat panggil Men Bagus, harusnya sebentar lagi datang”

Men Bagus, adalah ibu-ibu tua tuli bisu, yang termasuk dihormati di desa ini. Usianya sudah sangat sepuh. Dalam bahasa Bali, Men artinya ibu, dan Bagus artinya ganteng. Berarti, Men Bagus punya anak laki-laki yang ganteng. Entah siapa nama aslinya. Dan benar, seorang pemuda sedang menuntun ibu-ibu tua jalan kemari. Mereka berdua sedang bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Kolok, alias bahasa isyarat yang digunakan orang di desa ini.

“Hehehe, katanya Men Bagus senang mau direkam di video” tawa bapak yang baru saja diwawancara Shenny itu. Si bapak pasti sedang membaca isyarat tangan yang dilakukan oleh Men Bagus ke arah pemuda yang menuntunnya berjalan.

Razi dan Shenny tersenyum melihatnya. Hari ini semuanya berjalan lancar. Dari kejauhan bisa dilihat Katy dan Sandi sudah selesai merekam footage yang diperlukan dan mereka sedang berjalan ke arah Asrul dan Komang. Setelah merekam footage dengan Men Bagus ini, mereka bisa pulang dan bersantai-santai di hotel sebelum pulang esok hari.

Si Bapak memberi bahasa isyarat ke Men Bagus, sambil menunjuk ke arah Shenny. Shenny tersenyum dan menundukkan kepalanya ke arah Men Bagus.

“Halo Ibu, Men Bagus tadi katanya pengen direkam” sapa pemuda itu ke Shenny. Shenny yang tampaknya terlalu muda untuk dipanggil ibu, hanya tersenyum saja.

“Haha ibu” tawa Razi kecil, tak terdengar oleh siapapun. Tapi mendadak tawa Razi pun menghilang. Men Bagus yang dari tadi terlihat kalem, tampak memandang Shenny dengan nanar.

“Eh.. Pak?” Shenny bingung, karena Men Bagus tampak ketakutan melihat Shenny.
“?” si Bapak bingung juga, dan dia langsung bercakap-cakap dengan Men Bagus, menggunakan bahasa Kolok. Dengan panik dan ketakutan, Men Bagus menarik tangannya dari si pemuda itu dan dia membalas bahasa isyarat itu dengan blingsatan. Karena keseimbangan di usianya sudah buruk, Men Bagus mendadak jatuh terduduk.

“Ibu kenapa?” Shenny secara otomatis maju, mendekat ke Men Bagus dan berusaha membantunya berdiri. Dan dalam teriakan yang tak terdengar, Men Bagus menepis tangan Shenny sekuat tenaga. Dia merayap mundur dengan tergesa-gesa, menghindar dari Shenny. Dia menunjuk-nunjuk ke arah Shenny dengan sekuat tenaga, sambil berusaha lari dari jangkauan Shenny.

“Shen!” Razi maju dan meraih tangan Shenny yang masih berusaha menolong Men Bagus. Shenny pun berhenti berusaha menolong Men Bagus. Men Bagus dengan paniknya berusaha berdiri, dan ketika dia mampu berdiri, sambil ketakutan dia berlari blingsatan, menjauh dari kami.

Entah dari mana tenaga itu muncul. Si bapak dan pemuda itu hanya bisa melongo, melihat tingkah Men Bagus yang tak masuk akal. Tapi Razi dan Shenny bisa melihat, tatapan mereka ke Shenny berubah. Mereka melihat Shenny dengan tatapan penuh curiga, seperti malam kemarin. Tatapan mereka persis seperti penduduk yang menolong ibu-ibu warteg yang mengusir Razi dan Shenny tiba-tiba itu.

Tatapan menghakimi. Tatapan curiga. Tatapan penuh prasangka.

“Pak… Tadi itu…”
“Adek pulang saja ke hotel, itu lebih baik” jawab si Bapak, yang mendadak berubah, menjadi tidak ramah.
“Pak?”

“Adek pulang saja. Maaf” Bapak tetua desa itu mendadak memalingkan punggungnya dari Shenny, dan berjalan masuk ke dalam sebuah rumah, tanpa bilang permisi. Mendadak tatapan orang-orang di sana menjadi penuh curiga pada rombongan ini.

Shenny dan Razi berpandangan, dalam situasi membingungkan. Ada apa kira-kira?

Apakah ada hubungannya dengan kejadian semalam?

------------------------------

infini10.jpg

“So fucking weird” Katy melempar badannya ke kasur. Dia menatap langit-langit.
“Emang aneh banget”

Di sebelahnya Katy, Sandi sedang berbaring. Mereka sedang tiduran berdua di kasur Sandi. Sandi sebenarnya sekamar dengan Razi, tapi Razi sedang keluar makan. Situasi ini dimanfaatkan oleh Sandi dan Katy untuk berdua-duaan.

“Kamu perhatiin gak sih, kenapa semua orang dari semalem, dua kali kejadian, pada kayak gitu sama kita?”
“Entah” Sandi berguling ke arah Katy, memeluk tubuh ramping pacarnya yang seperti model itu.
“Apa kita kesambet atau gimana babe? Aku takut” bisik Katy, sambil masuk ke dalam pelukan pacarnya.
“Aku gak akan biarin kamu kesambet yang aneh-aneh” Sandi menciumi leher Katy perlahan, mencoba memberikan rangsangan untuk pacarnya ini.

“Babe… Jangan dong, kalo ntar Razi balik gimana?”
“Enggak, anaknya kalo makan lama” balas Sandi.
“Tangan kamu gatel banget sih….”

Tangan Sandi meraba-raba badan Katy, merayap mulai dari paha, pinggang, sampai ke buah dadanya. Dia meremas buah dada Katy perlahan, sambil menghirup bau harum dari rambut panjang Katy.

“Babe… Udah dong, dari semalem banyak kejadian aneh, kok kamu bisa sesantai ini sih?”
“Kenapa emang?” Sandi mencium leher Katy, sambil meremas-remas organ seks sekunder Katy.
“Tadi malem, ibu-ibu itu histeris, dan tadi juga yang histeris ibu-ibu, dan yang kena Shenny sama Razi lagi”

“Babe?” Katy bangkit, menghindar dari Sandi.

“Sori, gak mood”
“Gakpapa kok…”

“Serius kamu gak kepikiran apa-apa soal semalem dan tadi?” Katy berjalan ke arah kursi, untuk duduk dan kemudian menatap dengan aneh ke arah Sandi. “Dan yang kena Shenny sama Razi…. Aku khawatir mereka kenapa-napa” Katy mengulang pernyataannya yang tadi.

“Hmmm….”
“Aneh kan babe?” tanya Katy dengan muka khawatir.
“Iya aneh, cuman….”
“Cuman kenapa?”

“Kalo emang ada apa-apa, kenapa bisa gitu? Kita kan gak sompral, gak dateng ke tempat-tempat yang angker, apa ada yang gak sengaja nginjek sajen-sajen yang bertebaran di seantero Bali? Sumpah aku sebenernya bingung….” Jawab Sandi panjang lebar.

“Iya tapi aku takut, liat orang histeris kayak semalem dan tadi siang…… Dan kalo Shenny yang kenapa-napa, kamu juga ntar pasti kena!” kesal Katy.

“Loh kok ngomong gitu?”
“Kan kalo di film-film, sekeluarga pasti kena semua, ngeri, aku gak mau kamu kenapa kenapa….” sambung Katy.

“Jangan ngomong gitu…. Tapi kalo emang Razi dan Shenny ada kenapa-napa, ya pasti aku bakal tolongin mereka…. Gara-gara channel yutub kita, kan kita jadi banyak kenalan ustad, orang pinter, dan lain sebagainya… Jadi…”

“Tetep aja aku takut” bisik Katy sambil memeluk kakinya yang dia angkat ke kursi.

“Iya…” Sandi bangkit, duduk di pinggir kasur, menatap dan tersenyum ke arah Katy, mencoba untuk menenangkan pacarnya. Dia kemudian berdiri, menghampiri Katy dan memeluk kepalanya. “Kamu tenang dulu aja, soalnya kalo emang ada apa-apa, kalo kita panik, bisa kacau…”

“Ho oh” balas Katy, dia memanyunkan bibirnya dan membiarkan pacarnya mengelus-ngelus rambut dan pipinya.

“Mudah-mudahan gak ada apa-apa ya?”
“Amin”

------------------------------

shutte10.jpg

Malam itu, Shenny sendiri di kamar. Katy sedang di kamar sebelah, bersama Sandi. Dia menatap ke arah cermin di kamar mandi. Dia menatap dan terus menatap matanya. Tidak ada yang aneh, tapi tadi kenapa ketika siang rasanya begitu silau? Dia juga merasakan rasa yang aneh dari semalam, terutama ketika ibu-ibu pemilik warteg dan Men Bagus itu histeris melihat dirinya.

Rasanya, seperti ada yang aneh. Mengingat kedua perempuan tua itu histeris dan panik, bulu kuduk Shenny merinding. Dia menggelengkan kepalanya, dan mulai melucuti bajunya. Celana pendek dan t-shirt yang dia pakai, dia lempar sekenanya ke luar kamar mandi. Dia menarik napas, melihat tubuhnya yang hanya berbalut pakaian dalam yang berwarna senada.

Kulitnya yang cerah, cocok sekali dengan pakaian dalam yang berwarna gelap tersebut.

Dia kemudian secara perlahan membuka pakaian dalamnya, dimulai dari bra-nya. Buah dadanya yang proporsional menyembul, menunjukkan dirinya. Dia lantas memeluk dirinya sendiri, sambil berpikir penyebab-penyebab histerisnya dua orang tadi. Dan semakin dipikirkan, semakin menakutkan rasanya. Shenny menelan ludahnya sendiri, lalu dia menurunkan celana dalamnya. Kini dia telanjang bulat, dan dia ingin membersihkan diri, sebelum tidur, mencoba melupakan rangkaian kejadian aneh dari semalam.

Dia masuk ke dalam shower booth, menyalakan keran, dan mulai membasahi dirinya dengan air panas. Untuk sejenak, dia menikmati detik itu, dan dia mulai menerawang, ke dalam otaknya. Dia membayangkan semua kejadian yang dia alami sejak menginjakkan kaki di Bali. Ngurah Rai, lalu Ubud, lalu berjalan-jalan berlima, lalu dia membayangkan Hantaman yang manggung di malam harinya. Lalu dia mulai mencoba mengingat apa yang terjadi setelah kakaknya melewati jalan pintas untuk pulang ke Ubud.

Kakaknya harus melewati jalan yang tak familiar. Lalu warteg. Lalu kejadian di warteg. Kalong. Ya, kalong itu. Apa yang salah? Kenapa melihat seekor kalong yang nangkring di pohon tua membuat seorang Ibu histeris? Aneh sekali. Shenny mematikan shower, dan mulai menggosok seluruh bagian tubuhnya dengan sabun. Kalong, kelelawar besar. Apa yang aneh? Ada kejadian apa yang menyebabkan ibu itu histeris?

Shenny kemudian menyalakan keran lagi, setelah dia membersihkan rambutnya dengan shampoo dan conditioner yang ia butuhkan. Untuk sejenak, dia menikmati air hangat yang membilas busa-busa dari rambut dan badannya.

Setelah dirasa cukup, ia mematikan air dan keluar dari shower booth. Dia meraih handuknya dan mulai mengeringkan tubuh.

“Ah!” Shenny mendadak merasa pusing. Di kepalanya, terdengar suara berdenging-denging, memenuhi rongga kepalanya. Suara itu seperti menggulung di dalam lubang telinga Shenny, merayap dengan ganasnya ke dalam otaknya. Dia berjongkok di lantai kamar mandi, berusaha melawan berisik yang muncul tiba-tiba itu.

Suara-suara tak jelas, percakapan yang aneh, dan bahasa-bahasa yang tidak ia mengerti, memenuhi telinganya. Kepalanya seperti mau pecah. Rasanya seperti sedang berada di tengah ribuan speaker besar yang volumenya disetel maksimal, dan masing-masing speaker itu mengeluarkan suara yang berbeda-beda.

Mata Shenny perih karenanya. Kepalanya pusing tidak karuan.

Sejenak, mata Shenny melotot, dan bola matanya menghitam.

Legam.

indexf10.jpg

Ekspresinya kaku. Dan dia terpaku. Terpaku sendiri, dengan bola mata yang hitam penuh dan mengkilat. Dia tidak bisa melihat apa-apa dengan jelas.

“Nnngggh!!! AHH!” Shenny kaget. penglihatannya kembali normal. Suara-suara itu hilang dari dalam kepalanya. Dia menatap ke sekelilingnya, merasa takut akan apa yang mungkin akan terjadi setelahnya. Dia jadi sensitif terhadap bunyi apapun.

Shenny merinding. Dan untuk pertama kalinya, dia merasakan ketakutan seperti itu. Perasaan takut yang aneh mendadak muncul dari dalam dirinya. Untuk memakannya, memakan keberaniannya, sampai dia terpaku, berharap malam segera berakhir.

Tapi malam baru dimulai. Dan pagi, mungkin tidak akan datang cepat-cepat.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
Bimabet
CAST:

Razi (26) - Seorang Freelance Photographer, Bersama temannya, Sandi, dia membuat channel youtube yang membahas tentang misteri-misteri di Indonesia

Sandi (26) - Motion Graphic Artist, co-founder sebuah channel youtube bersama Razi.

Shenny (23) - Interior Designer, adiknya Sandi. Love Interest Razi.

Katherine / Katy (26) - Pacarnya Sandi

Asrul (30) - Sepupu Razi. Seorang yang skeptis dan cerdas, tetapi terlalu sinis dalam bersosialisasi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd