Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Living Your Fantasy [NEW UPDATE Act 11]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Mantap Anin seandainya km disini hihihi
jangan hu, malu kalo beneran dibaca Anin.....:fmalu:

Rico Rico Rico, kering kering dah

Anin pro sekali
iya hu kering tuh ampe nyeri pasti gegara dikuras Anin yang berpengalaman :pandaketawa:

abin yang kaya gini yang ditunggu tungguu
pasti pikiran situ liar juga ya soal Anin :cup:

Thanks hu update nya!!
Makasih updatenya suhu... Payah nih, dikasih boleh crot di dalem kok gak dimanfaatkan

sama2 hu.... maklum Riconya parnoan hu semoga dia belajar dari pengalaman ya :baca:

kenapa gue juga ikutan shock.. walaupun ga kaget ternyata..
jadi intinya shock atau gak kaget ni? bertolak belakang soalnya :bingung:

Mantap sekali ceritanya,
Kalo udah ngadepin Anin, fantasi penulis rata rata liar banget yah.

Ini berarti cerita ketiga yang aku baca, Anin nya kena anal.
(Meski di 55 days baru intro doang)

Ada satu yang kurang, kurang lama, kak.

Ehehe'

Keep up the good work, kak.
Min makaciiii tapiii kurang panjan aninnya..mau lgi di part selanjutnya plizzzz biar crottttt

Makasih banyak sarannya hu. Nanti pasti dibikin panjangan. Pantengin terus ya thread ini :beer:

yang aku tau,

ineffable
story of the wind
when worlds down
my captain
lorem ipsum dolor sing amet
menyelesaikan apa yang sudah dimulai
living your fantasy
indahnya berbagi ya. Anin kayaknya emang membre yang paling laku sih di forum ini. Kenapa ya kira2? Gw sendiri juga spontan aja kepikiran pengen nulis Anin :goyang:
 
indahnya berbagi ya. Anin kayaknya emang membre yang paling laku sih di forum ini. Kenapa ya kira2? Gw sendiri juga spontan aja kepikiran pengen nulis Anin :goyang:
Coba cek akun tiktok nya anin hu, harusnya kejawab itu pertanyaannya hehe
 
Baru selesai maraton baca ini, keren hu, moga2 segera apdet Abin lagi
 
Act 11: Be Mine?

Lega sekali rasanya sudah menyelesaikan kuliah. Hari ini aku resmi dinyatakan lulus S1 meski dengan berbagai catatan harus merevisi beberapa bagian dalam skripsiku yang menurutku gak terlalu penting, yang penting status kelulusan sudah ditangan.

Tidak banyak hadiah atau kiriman bunga yang datang, ya memang aku gak expect bakal merayakan kelulusanku dengan banyak orang. Bagiku, kehadiran teman-temanku saja sudah cukup. Mario, Anin, Chika, dan Dey ada disana setia menungguku keluar ruangan sidang. Tidak ada kiriman bunga, tidak masalah. Lagipula, belum banyak mahasiswa yang sudah melakukan sidang, jadi gegap gempita kelulusan belum terasa di kampusku ini. Kami hanya berfoto-foto menggunakan hiasan balon dan selempang yang bertulisan “Sarjana Administrasi Bisnis”.

“Selamat Ric! Mau ngapain lo abis lulus?” Tanya Mario setelah ku keluar dari ruangan sidang.

“Standar lah, cari kerja kayak orang-orang kebanyakan. Tapi gue bakal nunggu kalian lulus dulu baru nanti kita kerja bareng-bareng.”

“Ye mentang-mentang lulus duluan. Emang selama nunggu kita, lo mau kemana emang? Nganggur di rumah doang bikinin kopi buat nyokap? Lagian nyari kerja mah nyari aja ngapain harus nungguin kita dulu.” sela Anin.

“Bener tu kata Anin, ya masa lo mau nyusahin nyokap lo terus-terusan. Kasian lah nyokap lo mulu. Ya ga Nin?” Balas Mario.

“Ah engga juga lah. Nyokapnya Rico kan udah tajir. Mau Rico gak kerja sampe mati juga, duit nyokapnya gak bakal abis.”

“Nganggur doang juga gak salah sih toh kalian juga ga bakal lama lagi kan lulusnya. Gue sih sebenernya mau liburan dulu aja sebelum nyari kerja. Nyari kerja pasti bakal bikin gue stress jadi gue mau tenangin pikiran dulu.”

“Selamat ya Ricoooo. Semoga……” Chika merentangkan tangannya hendak memelukku memberikan selamat. Seperti biasa kelakuan satu temanku yang sangat touchy ini.

“Eitsss… Rico udah jadi punya Dey ya Chika, jadi Chika udah ga boleh peluk-peluk lagi.” Dey dengan cepat menghalangi Chika untuk memelukku.

“Ih kalian pacaran? Kok gak bilang-bilang sih.”

“Engga mereka gak pacaran.” Cegah Anin mengklarifikasi.

Anin dan Dey masing-masing mengeluarkan sorot mata permusuhan. Untuk bagian seperti ini, aku kurang memahami karakter cewek. Diantara dua orang cewek, percik-percik permusuhan dapat tiba-tiba muncul tanpa sebab. Seperti sekarang yang terjadi, aku tidak tau apa yang memotivasi Anin untuk mengklarifikasi. Apakah Anin mencegahku berhubungan dengan Dey? Apakah Anin lebih suka jika aku bersama Gracia? Mungkin aku harus mendengar perjelasan langsung dari sahabatku yang satu ini.

“Udah lah. Yuk kita makan-makan yang penting.” Kataku melerai. “Kalian mau makan apa aja terserah, nanti gue yang traktir.”

Ditengah kami menentukan akan makan kemana, datang seorang seorang perempuan membawa sebuah rangkaian bunga.

“Atas nama Mas Rico?” kata wanita tersebut dengan nada seperti tukang ojek online mengantar makanan.

“Iya Mba saya sendiri”

“Ini mas dapat kiriman bunga. Selamat ya Mas atas kelulusannya.”

“Terima kasih Mba. Dari siapa Mba?”

“Iya Mas buat Mas Rico. Disitu ada suratnya Mas semuanya dan ada nama pengirimnya.”

“Iya Mba makasih ya”

“Baik Mas Rico saya permisi dulu. Mari.”

“Cieeee Rico buka dong.”

“Eh kok lu yang ga sabar sih Nin.”

“Gue tau nih kayaknya dari siapa.” Kata Anin sambil melirik ke arah Dey, memberikan sinyal kepada Dey jika Dey seharusnya cemburu.

“Loh jadinya Rico tu sama Dey atau sama siapa sih? Aku jadi bingung” tanya Chika dengan polosnya.

Rangkaian bunga berisi 10 tangkai mawar berwarna ungu dengan daun daun hijau berada di antaranya, dan dibalut oleh plastik dove berwarna merah juga. Di sela-sela bunga, terdapat sebuah amplop berwarna ungu, dan didalamnya terdapat kartu ucapan berwarna putih namun tulisan di dalamnya juga ditulis menggunakan tinta berwarna ungu juga.



Hi Rico,

First of all, congratulations on your graduation. Setiap tetes keringatmu tidak sia-sia dan ternyata telah membuahkan hasil yang kamu inginkan. Selamat menempuh hidup baru yang tentunya tidak akan mudah, namun aku harap aku yang akan mendampingimu melewati semuanya.

Sorry I couldn’t make it into one of your important day due to my work. Balik kertas ini dan kamu akan menemukan sesuatu yang akan menjadi pengganti kehadiranku di sidangmu.

With love.

Grendut




Aku tersenyum membaca pesan yang ditulis oleh Gracia. Dia sudah lebih dulu hidup mandiri dan aku pasti akan membutuhkan petuah-petuah hidup. Terlebih lagi, sebagai seorang pria, pasti akan lebih lengkap untuk menyongsong kehidupan bersama wanita yang tepat. Dengan pesan-pesan dalam surat ini, keyakinanku semakin bertambah terhadap Gracia.

Ada satu masalah yang saat ini cukup menghambatku, yaitu wanita yang saat ini sedang menatapku dengan matanya yang menyipit dan bibir yang membentuk lekukan kemarahan. Dia sangat sadar apa yang aku baca dan dia juga curiga ada sesosok wanita lain yang mengisi hidupku, diluar sepengetahuannya.

“Dey kenapa kayak orang marah gitu?” Tanya Chika dengan wajah yang polos.

“Engga, gue engga marah.” Dey menjawab sambil menyilangkan kedua tangannya.

Sementara Mario dari kejauhan melihat kearahku dan bergumam “Kacau”.

Sangat jelas terlihat ketika sekarang apa yang keluar dari mulut Dey sangat kontradiktif dengan raut wajahnya yang sedang marah, raut wajah yang membutuhkan penjelasan tentang sosok yang memberiku bunga dan membuatku tersenyum ketika membaca pesannya.

“Udah-udah. Tuh Riconya aja mau traktir kok ngapain kita masih disini? Gue udah laper.” Kata Mario menengahi. Dia seperti sadar dengan keadaan yang terjadi saat ini dan juga dia yang paling aware dengan kondisi Dey saat ini.

“Mau makan dimana nih kita?”

“Jelas lah diantara kita kan ada yang mamanya pinter masak dan punya restoran. Kenapa harus bingung deh mau makan apa.”

“Yaudah yuk buru. Mendung nih takut ujan gue”

“Sikat.. Bagi dua mobil ya. Nin lo ikut sama gue. Yang lain naik mobil Dey ya.”

“Gak, gue ikut sama lo Ric.” Kata Dey sambil melemparkan kunci mobilnya ke Mario. “Lu yg setir mobil gw ya Mar.”

Pikiranku pun menebak-nebak sebab Dey ingin semobil denganku. Aku berpikir kalu dia akan meminta penjelasan tentang siapa sosok dibalik pengirim bunga itu. Selain itu aku pun juga berpikir bagaimana menjelaskan kepadanya. Tekadku sudah kuat. Aku semakin mantap dengan Gracia. Namun bagaimana caranya menjelaskan hal ini ke Dey, tanpa menimbulkan banyak drama? Ah sepertinya drama tak bisa dihindari. Aku sebagai lelaki akan menghadapi ini semua.

Kami berjalan menuju tempat parkir melewati lorong kampus yang sepi dan gelap walaupun masih siang bolong. Mungkin di dalam mobil aku akan mengatakan semuanya ke Dey.

“Ric, temenin gue ke toilet dong” Dey memegang tanganku dan menyeretku ke toilet yang berada di ujung lorong tempatku berjalan.

Toilet ini letaknya memang agak tersembunyi dan cukup sepi. Hari biasa saja sepi apalagi di hari ketika momen-momen kelulusan, yang banyak mahasiswa udah pada libur.

“Baju lo rapi banget Dey hari ini tumben. Baru sadar gue. Lo udah mulai interview buat cari kerja?”

“Abis presentasi ke klien.” Jawabnya singkat.

289249254ac8387ad42663d804e65f42e40aacdc.jpg


Sesampainya di depan toilet, Dey menarikku ke dalam dan langsung mencumbuiku. Dey menjinjitkan kakinya supaya kedua bibir kami berada di level ketinggian yang sama. Tangannya mendekapku erat. Kekuatan dekapannya kali ini bukan seperti biasa. Aku seperti tidak mampu melawan untuk mencegahnya mencumbuiku.

Aku lemah. Aku larut dalam hasrat birahiku dan ingin segera melanjutkan ke tahap berikutnya.

“Stop… ini kan toilet cewe? Kalo ada orang masuk gimana?”

Dey melihat kanan kiri seperti mencari sesuatu lalu dia mendapatkannya. Dey mendekati sebuah tanda berbentuk segitiga berwarna kuning bertuliskan “Toilet sedang dalam Perbaikan” yang tergeletak didekat pintu masuk toilet. Dey mengambilnya lalu meletakkannya di depan pintu masuk. Aku sekarang mengerti kenapa Dey membujukku untuk menemaninya ke toilet, khususnya masuk ke dalam toilet ini. Toilet ini cukup sepi dan Dey sudah sangat mengerti seluk beluk toilet ini dan itulah mengapa dia mantap mengajakku untuk melakukan kegiatan seksual disini.

Dey berjalan mendekati westafel tempat dimana aku berdiri kemudian dia duduk di sela-sela antara dua wastafel. Dia kemudian menarik dasi yang masih aku kenakan supaya posisiku menjadi lebih dekat dengannya. Kemudian kedua tangannya menggenggam kedua tanganku lalu mengarahkannya ke kedua payudaranya. Kuremas kedua gundukan yang masih tertutup kemeja berwarna putih itu dengan pelan. Dey mulai memejamkan matanya dan menikmati remasan di sekujur area kedua payudaranya.

Kurenggangkan dasi yang dikenakannya lalu kulepaskan kancing bajunya satu per satu. Kulepaskan baju luarnya yang berwarna putih, dan bra warna hitamnya. Dari pinggang keatas, hanya tersisa dasi yg membalut lehernya dan tergontai diatara kedua buah dadanya.

Pinggul Dey mulai bergoyang-goyang dengan sendirinya yang menjadi kode bahwa bagian bawah tubuhnya juga gatal ingin segera ditelanjangi dan dieksploitasi. Aku berlutut diatas lantai yang kering lalu melepaskan kedua sepatu bootnya, diiringi dengan celana hitamnya. Kujilati celana dalam bagian luarnya dan terasa mulai lembab dengan cairan alami vaginanya yang mulai membasahi. Aroma daun sirih yang berasal dari vaginanya, menyesaki seluruh bagian hidungku. Aku tambah yakin jika Dey sudah merencanakan ini semua.

Aku kembali ke bagian atas tubuh Dey. Kuhentikan permainan kedua tangan Dey pada buah dadanya, kemudian kuremas dan kuseruput kedua puting cokelat tua itu secara bergantian

“Ahhhh sssshhhhh Ric……. ahhhhhh…… ooohhhhh………”

Suasana menjadi semakin panas. Pinggang Dey kembali bergoyang-goyang meminta untuk dijelajahi kembali. Sayangnya tanganku hanya dua dan mereka sedang asyik bermain dengan gundukan daging di di dada Dey. Dey menyusupkan tangan kanannya kedalam celana dalamnya kemudian menusukkan jari telunjuknya bertubi-tubi. Nafas Dey terengah-engah oleh permainan kami.

Aku menghentikan permainanku pada tubuh Dey kemudian berdiri besandar pada dinding di samping alat pengering tangan.

“Si Dhedi juga gatel ya minta dimainin?” tanyanya.

“Iya nih Dhedi udah gatel tapi masih tidur. Buru gih bangunin.”

Dey berlutut melepaskan ikat pinggangku, kemudian melepaskan kaitan celanaku dan menurunkannya. Dey meremas-remas penisku dari luar celana untuk beberapa saat sebelum menurunkannya. Mata Dey tampak senang melihat penis kesayangannya ini bergerak memanjang dan membesar tepat di hadapannya. Tangan kanannya memegang batang penisku hingga hanya tersisa kepala Dhedi yang terlihat. Dey mengulumnya secara perlahan dan menjilati lubang tersensitif dalam tubuhku ini.

“Ahhhh terus Dey ahhh enakkk ahhh sssshhhh ahhhhhhh”

Kemudian tiba-tiba ia menghisap kepala Dhedi dengan kuat hingga seluruh syaraf sensitif tubuhku ini menegang dan bulu kudukku berdiri.

“AHHHHHHHHHHHH” desahku kencang menggaung seisi toilet yang kosong. Hal ini juga yang dilakukan oleh Gracia beberapa waktu lalu saat aku menerima telepon.

Dey tersenyum sambil kembali menjilati area kejantananku ini dengan pelan. Terlihat senyumnya yang puas sudah memberikan sensasi yang berbeda pada kemampuan mulutnya bermain.

“Gila kaget gue. Enak banget sih tapi Dey. Udah yuk lanjut udah pengen masuk ke yang beneran.”

“Ayo boleh. Apapun buat Dhediku.”

Dey duduk kembali ke wastafel seperti posisi semula lalu melepaskan celana dalamnya, walaupun akhirnya nyangkut dan bergelantungan di ujung kaki kanannya. Kemudian Dey mengalungkan tangannya ke leherku untuk meminta french kiss. Bibir dan lidah kami saling bertemu dan menjelajahi masing-masing rongga mulut kami. Dalam hal ini aku tidak terlalu menikmati karena tubuhku membungkuk dan semakin lama tulang belakangku semakin sakit. Kutahan keegoisanku untuk mempercepat posisi ciuman yang kurang nyaman ini hingga Dey selesai.

Dey membuka lebar-lebar kedua kakinya hingga lubang kenikmatannya yang telah sedikit memerah itu terlihat jelas. Dey membasahi tangannya menggunakan air liurnya kemudian mengoleskannya ke seluruh bagian luar vaginanya. Kukocok sesaat penisku kemudian kutempelkan pada pintu masuk vaginanya. Kubelah bagian luar vaginanya naik turun kemudian kutempelkan ujung penisku ke klitorisnya. Pertemuan dua bagian sensitif manusia ini berhasil membuat desahan kami saling bersahutan.

“Ahhh Rico ahhhh Ric enaakkkk ahhhhhhhhhhh”

“Sssshhh ahhhh Dey ahhhhh ahhhhhh”

Lalu kubenamkan seluruh penisku kedalam vaginanya. Kugenggamkan kedua paha Dey supaya stabil. Matanya terpejam. Kedua tangannya mencari-cari benda yang dapat dipegangnya hingga akhirnya tangannya meraih kran-kran air yang berada di sebelah kiri dan kanannya sebagai pegangan. Tubuhnya bersandar pada kaca besar yang berada dilakangnya.

“Eh lo nyaman gak di posisi kayak gini? Kayaknya posisi duduk lo kurang enak.”

“Gak apa2 kan gue dapet enak dibagian yang lain.”

Kukeluar-masukan penisku secara perlahan. Mulut Dey menganga menikmati desakan penisku yang memenuhi seluruh rongga vaginanya yang sempit. Sesekali kuhisap putingnya yang sedang ‘dianggurin’ bergelantungan. Putingnya terasa lebih keras dibandingkan sebelumnya. Tangan Dey beralih memeluk kepalaku ketika aku menghisap puting-putingnya.

“Ahhhh sshhhh ahhhhhh Ricoooo ahhhhhhh sshhhhhh ahhhhhh”

Dey mendongakkan kepalaku untuk menghadap wajahnya lalu dia mencumbui bibirku. Kenikmatan peraduan saliva ini membuatku lupa kalau kita sebenarnya sedang melakukan hubungan sex. Kucabut lidahku dari mulutnya kemudian bergerak mundur dan berdiri. Kuraih tangan Dey agar dia mudah untuk berdiri dari posisi setengah duduknya.

“Silakan balik badan nyonya!”

Dey menuruti saja perkataanku dan langsung membalikkan badannya. Tangan Dey bertumpu pada ujung wastafel. Dey merapikan rambutnya kesamping hingga tidak ada yang tersisa lagi diatas punggunnya membuat seluruh punggungnya terlihat, begitu juga dengan tato ularnya disamping. Dey merenggangkan kedua kakinya untuk memberikan ruang untukku menikmati vaginanya lagi. Penisku langsung menyelinap masuk ke dalam liang kewanitaannya itu.

“Ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah”

“PLAKKK PLAKKK PLAKKK PLAKKK PLAKKK PLAKKK PLAKKK PLAKKK”

Suara pinggangku dan pantat Dey yang bertubrukan kali ini mengiringi permainan kami. Mata kami saling berpandangan melalui cermin yang berada di depan kami. Dey memberikan sebuah kiss nakal melalui cermin dan aku pun cekikikan meresponnya.

“Riccc gw mau keluar nih” ungkap Dey beberapa menit kemudian.

“Emang lu bisa keluar di posisi kayak gini?” kataku sambil terus menggenjot vaginanya.

“Iya bis….. ahhhhhhhhh”

Dey meraih orgasme pertamanya. Dey membungkuk menyandarkan tubuhnya pada sela-sela westafel sambil mengatur kembali nafasnya. Namun aneh, aku tidak merasakan cairan apapun keluar dari dari dalam vaginanya ketika dia orgasme.

“Lu gak fake orgasm kan Dey?”

Dey berbalik badan menghadap kearahku dan memegang kedua pipiku.

“Mana mungkin aku gak puas ‘main’ sama kamu Ric.” Kemudian ia mengecup bibirku sekali lagi. “Eh si Dhedi masih tegang ya. Maaf ya aku capek duluan. Sini sini….”

Kini giliranku yang duduk diatas sela-sela wastafel lalu Dey membungkuk untuk menghisap penisku.

“Jangan ujungnya doang dong Dey, gue gak mau cepet keluar.” Kataku sambil merasakan ngilu yang luar biasa karena hisapan Dey.

CROTTT CROTTT CROTT CROTTT CROTTT CROTTT CROOOTTT

Beberapa tembakan spermaku memenuhi mulut Dey kemudian Dey langsung menelannya.

“From now on, a part of you will always be welcome inside of me, Ric”

Aku hanya tersenyum merespon apa yang dia baru saja katakan. Ku berhenti sejenak dengan menyandarkan tubuhku pada cermin. Dey dengan cepat berpakaian kembali dan mulai merapikan make-upnya.

“Ayo Ric kita kan ditungguin temen-temen” kata Dey “Kalo kelamaan mereka bisa curiga”.

“Bentar dong. Masih lemes nih…”

“Mentang-mentang abis keluar banyak, jangan lemah gitu dong.” Kata Dey menghadap cermin sambil mengoleskan lipstick ke bibirnya.

Suasana hati Dey langsung berubah setelah kami bercinta. Raut mukanya yang kaku karena marah kini sudah lebih lepas. Aku pun beranjak untuk memakai kembali bajuku. Benar dugaanku kalau toilet ini sepi sekali dan selama kami bercinta, tidak ada orang yang ‘mengganggu’.

“Tau darimana Dey ada toilet diujung sini? Gua juga bertahun-tahun disini gak pernah nyadar disini ada toilet.” Tanyaku sambil bercermin memebenarkan rambutku yang berantakan.

“Hmmm anu Ric….”

“Lo sengaja ya nyari tempat buat ewean sama gue?”

“Ih engga ya GR banget sih lo. Lagian emang ini toilet favorit gue.”

“Tempat favorit kok toilet. Emang lo ngapain aja kalo di toilet sampai-sampai lo punya toilet favorit?”

“Udah ih jijik banget bahas-bahas toilet.” Kata Dey tidak ingin membahasnya lagi.

“Btw Ric, gue mau ngomong sama lo!”

“Apa? Gue juga nih pengen ngomong sama lo. Gue takut gak ada kesempatan lagi nanti.”

“Oh yaudah Ric kalo begitu lo duluan yang ngomong.”

“Ih lo duluan aja kali. Tadi kan yang pengen ngomong duluan kan elu.”

“Oh yaudah, bareng-bareng aja gimana?”

1… 2… 3…

“Be mine?” “This is the last”

Aku terkejut dengan dua kata yang keluar dari mulut Dey. Perlu sebuah tekad yang kuat untuk seorang wanita mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu. Sementara apa yang aku katakan, bertolak belakang dengan apa yang ingin dia dengar.

Air mata mengalir ke pipi Dey seketika. Dia tersenyum berusaha menguatkan dirinya sendiri. Dadaku pun sesak menahan gejolak yang yang sedang terjadi.

“Gue paham Ric. Pasti gara-gara cewek yang kirim bunga ke lo ya?”

“Iya Dey…”

“Harusnya lo bilang dari dulu Ric, jadi gue gak berharap. Gue sedih karena usaha gue selama ini sia-sia.”

“Maaf Dey. Gue juga yang keterlaluan memanfaatkan lo selama ini. Gue akan lakukan apapun buat bayar kesalahan gue.”

“Cukup Ric, apa yang gue minta gak bisa lo kasih. Lo ga usah janji-janji. Sekarang anterin gue pulang aja.”

“Tapi mobil lo?”

“Biar Mario yang urus. Sekarang biarin gue disini sendirian Ric.”

Bahkan Dey membiarkan air matanya jatuh dan tak berniat mengusapnya. Aku berjalan menuju mobilku menuruti permintaan Dey. Sekarang aku paham mengapa toilet tadi merupakan tempat ‘favorit’nya. Sepertinya hal ini berkaitan dengan depresi yang dialaminya selama ini. Toilet itu merupakan tempatnya menyendiri untuk menjauh dari kehidupan. Di tempat itu, dia bisa menangis dengan sepuasnya ditempat yang sepi itu. Aku semakin merasa bersalah dengan apa yang telah aku lakukan ke Dey. Namun untuk kembali ke toilet dan menenangkannya kali ini akan memperkeruh suasana saja.

Kringgg… Kringggg… Kringggg…

“Iya Halo kenapa Nin?”

“Lo dimana deh kok lama banget? Dey juga gak ngangkat teleponnya.”

“Ini Dey tiba-tiba sakit perut jadi gue anterin dia pulang.”

“Ih dasar elu Ric. Padahal Mama sama adeknya Chika udah nungguin lo nih, mereka mau ucapin selamat buat kelulusan lo.”

“Oh sampein salam gue buat tante Aya sama Christy.”

“Sampein sendiri lah sini. Si Christy juga minta diajarin matematika sama lo. Mau ujian dia.”

Let’s see ya gimana keadaan Dey. Nanti gue kabarin lagi.”
 
Ric lo lebih baik jaga jarak apapun itu lebih baik karena lo belum bisa tegas atas pilihan hatimu
 
Ric lo lebih baik jaga jarak apapun itu lebih baik karena lo belum bisa tegas atas pilihan hatimu
 
Makasih hu uodatenya, makin berkonflik nih
iya hu biar gak cuma fokus di ss buat cerita ini

Ric lo lebih baik jaga jarak apapun itu lebih baik karena lo belum bisa tegas atas pilihan hatimu
lebih baik tidak tegas hu, kalo tegas yang dieksekusi cuman satu hehehehe

Lanjutin lagi gan ceritanya kami menunggumu 😁
siap gan, pasti di lanjut terus sampai tamat


Next sama abin lg hahaa
sabar hu, berikan kesempatan dulu untuk cast2 baru nanti (tebak siapa ya)

Waduh sama tante aya bisa ni hehe
apakah lebih baik tante aya dieksekusi atau sebagai figuran saja??????
 
Tante aya? Mana cocok dijadikan target menurut ane sih bisa2 nih jalan ceritanya melenceng
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd