Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Living Your Fantasy [NEW UPDATE Act 11]

Status
Please reply by conversation.
Spoiler buat cast yang paling laku di forum ini

“Terus lo maunya apa dong Ric? Ini gak mau itu gak mau”

Anin memeluk leherku dari samping namun mataku masih focus dengan tayangan film yang ada di depan mata. Aku tau saat ini dia sedang memperhatikan wajahku beberapa saat dan aku membiarkannya.

“Kalo diliat-liat lo ganteng juga ya Ric.”

“Kemana aja lo? Selama ini emang gue jelek?”

“Iya deh mentang-mentang banyak yang mau. Gue sih pasti ga masuk radar lo Ric.”

“Iyalah kan kita temenan sejak lama. Mana bisa gue tiba-tiba muncul perasaan ke lo.”

Anin menyandarkan dagunya ke bahu kiriku. Anin lalu meniupkan mulutnya ke lubang telinga kiriku. Tubuhku tak bergerak merespon kejutan yan diberikan Anin. Anin pandai sekali memanfaatkan area sensitif ini untuk menaikkan libidoku. Syaraf-syaraf tubuhku menegang dalam sekali tiupan.

“Kalo tiba-tiba bikin lo sange, gue jago Ric.”

Anin memegang daguku dengan jari-jari tangannya kemudian menolehkan kepalaku untuk menghadapnya. Lalu ia pun langsung mencium bibirku. Ada perasaan yang berbeda dalam ciumanku kali ini. Aku sangat nyaman melakukan pergumulan mulut ini. Ciuman menjadi hal aku tambahkan dalam daftar aktifitas yang aku sangat nyaman lakukan dengan Anin.
 
DombaDombaCrispy said:
Spoiler buat cast yang paling laku di forum ini

“Terus lo maunya apa dong Ric? Ini gak mau itu gak mau”

Anin memeluk leherku dari samping namun mataku masih focus dengan tayangan film yang ada di depan mata. Aku tau saat ini dia sedang memperhatikan wajahku beberapa saat dan aku membiarkannya.

“Kalo diliat-liat lo ganteng juga ya Ric.”

“Kemana aja lo? Selama ini emang gue jelek?”

“Iya deh mentang-mentang banyak yang mau. Gue sih pasti ga masuk radar lo Ric.”

“Iyalah kan kita temenan sejak lama. Mana bisa gue tiba-tiba muncul perasaan ke lo.”

Anin menyandarkan dagunya ke bahu kiriku. Anin lalu meniupkan mulutnya ke lubang telinga kiriku. Tubuhku tak bergerak merespon kejutan yan diberikan Anin. Anin pandai sekali memanfaatkan area sensitif ini untuk menaikkan libidoku. Syaraf-syaraf tubuhku menegang dalam sekali tiupan.

“Kalo tiba-tiba bikin lo sange, gue jago Ric.”

Anin memegang daguku dengan jari-jari tangannya kemudian menolehkan kepalaku untuk menghadapnya. Lalu ia pun langsung mencium bibirku. Ada perasaan yang berbeda dalam ciumanku kali ini. Aku sangat nyaman melakukan pergumulan mulut ini. Ciuman menjadi hal aku tambahkan dalam daftar aktifitas yang aku sangat nyaman lakukan dengan Anin.
Click to expand...
Langsung gaskeun hu
 
DombaDombaCrispy said:
Spoiler buat cast yang paling laku di forum ini

“Terus lo maunya apa dong Ric? Ini gak mau itu gak mau”

Anin memeluk leherku dari samping namun mataku masih focus dengan tayangan film yang ada di depan mata. Aku tau saat ini dia sedang memperhatikan wajahku beberapa saat dan aku membiarkannya.

“Kalo diliat-liat lo ganteng juga ya Ric.”

“Kemana aja lo? Selama ini emang gue jelek?”

“Iya deh mentang-mentang banyak yang mau. Gue sih pasti ga masuk radar lo Ric.”

“Iyalah kan kita temenan sejak lama. Mana bisa gue tiba-tiba muncul perasaan ke lo.”

Anin menyandarkan dagunya ke bahu kiriku. Anin lalu meniupkan mulutnya ke lubang telinga kiriku. Tubuhku tak bergerak merespon kejutan yan diberikan Anin. Anin pandai sekali memanfaatkan area sensitif ini untuk menaikkan libidoku. Syaraf-syaraf tubuhku menegang dalam sekali tiupan.

“Kalo tiba-tiba bikin lo sange, gue jago Ric.”

Anin memegang daguku dengan jari-jari tangannya kemudian menolehkan kepalaku untuk menghadapnya. Lalu ia pun langsung mencium bibirku. Ada perasaan yang berbeda dalam ciumanku kali ini. Aku sangat nyaman melakukan pergumulan mulut ini. Ciuman menjadi hal aku tambahkan dalam daftar aktifitas yang aku sangat nyaman lakukan dengan Anin.
Click to expand...
Memang abin jagonya bikin sange hu.. alias gasskeeeuuunn !!!
 
Act 10: Sort of Gratitude​

“Kalo ngewe, gue gak mau”

“Why?”

“Pertama, lu temen baek gue jadi aneh kalo kita ngewe.”

“Terus?”

“Kedua, gue dua hari terakhir udah ngewe”

Capek? Tentu saja setelah dua hari berturut-turut berhubungan sex. Aku kurang tau standar kekuatan para pria dalam berapa hari berturut-turut mereka dapat kuat dalam berhubungan badan. Aku sih sedang merasakan capek kali ini dan tidak ada mood untuk ‘nambah’ lagi hari ini.

Anin terus membujukku untuk datang ke rumahnya. Katanya dia ingin berterima kasih kepadaku terhadap bantuan-bantuan yang telah kuberikan padanya, padahal aku sendiri merasa biasa saja ketika sudah membantu temanku yang kesulitan.

“Bantuan yang mana ya?”

“Ya banyak. Lo inget gak dua taun lalu, lo pernah selametin gue pas di bar daerah Cik*ni? Waktu itu gue mabok banget, gak nyadar dan hampir dibawa pulang bule dan bisa jadi gue diperkosa waktu itu. Lo hajar bulenya sampe lo dilaporin polisi dan semaleman dipenjara.”

“Oh iya gue inget.”

“Atau pas awal-awal kita kuliah, lo sabar banget ngajarin statistika. Gue dateng ke rumah lo melulu buat belajar dan karena nyokap lo kasian sama gue, jadi gue dikasih kunci rumah lo biar gue leluasa belajar dan tinggal di rumah lo. Dan yang gue sebutin tadi masih sebagian kecil ya. Lo masih banyak bantuin gue selain itu juga. Lo itu udah kayak tombol emergency Ric buat gue, pas gue butuh lo, lo selalu dateng saat gue butuh.”

“Santai sih namanya juga temen. Gue gak pamrih.”

“Iya gue tau lu gak pamrih, tapi ini lebih tentang gue yang mau kasih sesuatu ke lo. Pikirin lah perasaan sahabat lo ini J”

“Engga deh. Gue malas, capek.”

“Yaudah sih lu ke rumah gue dulu aja. Gue udah belajar masak buat lo. Masa lo gak mau ngehargain gue sedikit pun. Bokap nyokap juga pengen ketemu Ric lama ga liat lo katanya udah jarang silaturahmi kesini.”

“Hmmmm….. Yaudah gue siap-siap ya. Gue dateng ke rumah lo karena bonyok lo ya bukan yang lain.”

“Iye bawel”

“Iya deh gue bentar lagi mandi terus cabut ke rumah lo.”

“Sip, gue pemanasan dulu.”

“Pemanasan?”

“Eh… maksud gue panasin kompor mau masak buat lo.”

Karena hari ini aku akan bertemu dengan orang tua Anin juga, aku memakai pakaian yang agak rapi. Kemeja kotak-kotak lengan panjang, dan celana jeans sepertinya cukup.

…..

Pintu gerbang sudah terbuka dan garasi rumahnya kosong. Aku dengan leluasa parkir di garasi rumah Anin. Aneh sekali, garasi mobil rumahnya kosong seperti tidak ada orang di rumah. Aku lebih suka mengetuk pintu ketika bertamu di rumah seseorang, apalagi ketika di rumah tersebut ada orang tua.

“Sini Ric masuk.” Anin sendiri yang menyambutku masuk ke rumahnya.



“Lu potong rambut? Nice, leher lu jadi keliatan.”

“Emang kalo kalo leher gue keliatan kenapa?”

“Gpp lupain. Bonyok mana?”

“Ga ada. Gue boongin lo. Bonyok lagi otewe bandara dianterin pak Supri. Mau jenguk keluarga sama rumah yang di Palembang.”

“Dih paan sih pake boong.”

“Abis lu susah kesini kalo gak diboongin. Sana lu duduk di kursi makan. Gue udah masakin lo beberapa makanan. Semoga sih enak ya. Gue mau balik ke dapur.”

Kesel juga diboongin. Tapi karena aku gak mau meributkan hal yang sebenernya sepele, jadi aku tetap diam saja dan menuju meja makan. Di meja makan ini sudah tersaji berbagai macam makanan seperti ayam goreng satu ekor, daging bakar yang aku yakin beratnya sampai satu kilo, mash potato, nasi, sup, perkedel, dll. Jumlah yang melimpah untuk makan berdua. Anin kembali dari dapur dengan membawa dua mangkuk besar yang berisi pudding susu dan es krim, lalu ia duduk disampingku.

“Nin, these are too much!”

“Gpp dong buat temen baek gue. Segini mah ga ada apa-apanya dibandingkan sama semua bantuan yang lo kasih ke gue.”

“Udahlah gak usah dibahas mulu itu bantuan.”

“Haha yaudah cobain gih. Jujur ya enak atau engga.”

Aku pun mengambil sesendok besar sup ke dalam mangkok lalu kucicipi rasanya……. hambar. Lalu aku mencoba memotong paha ayam gorengnya dan kumakan…….. terlalu asin.

“Gak enak ya?” Tanya Anin kepadaku.

“Enak kok… kata siapa gak enak…”

“Ric, lo tu anaknya emang pinter dalam segala hal kecuali satu, lu gak pinter boong. Dari eksepresi lo aja udah keliatan.”

“Iya deh, jangan sedih ya. Sup sama ayamnya emang kurang enak.”

“Tuhh kannn lu boong…”

“Dasar cewek, dibilangin jujur malah marah-marah.”

“Engga gue gak marah.”

“Tuh sekarang lu yang boong. Lu gak pinter nyimpen ekspresi muka lo Nin.”

“Percuma ya gue kemarin seharian ke rumah Chika seharian buat belajar masak sama maminya”

“Gak ada yang percuma, semua ada prosesnya.”

Untung saja masih ada daging yang tersedia yang bisa menyelamatkan selera makanku kali ini. Untuk urusan daging, aku anaknya tidak kaku. Siapapun yang masak, mau terlalu asin, hambar, atau level kematangan apapun aku suka. Jika aku binatang, aku akan sangat memenuhi kriteria sebagai karnivora.

“Eh cerita dong katanya dua hari terakhir udah ena-ena? Sama siapa aja”

“Gak mau cerita ah.”

“Napa lo malu? Masih perlu gue ingetin kalo kita ini temenan udah lama dan gak pelu ada yang ditutupi? Lo juga masih utang gue cerita tentang cewek yang lo gandeng waktu di apartemen.”

Aku pun diam sibuk memakan daging dan pura-pura tidak mendengar apa yang Anin bicarakan.

“Oke kalo lu gak mau ngomong, gue duluan. Jadi gue mau ngaku sesuatu sama lo. Apa yang lo tuduhkan ke gue tu bener Ric.”

“Tuduhan gue yang mana? Gue lupa.” jawabku

“Gue ayam.”

Keadaan menjadi hening. Mulutku yang saat banyak makanan didalamnya, speechless mendengar pengakuan Anin barusan.

“Shit kenapa gue harus tau sih.”

“Jangan marah Ric, lo paham kan kenapa gue gak cerita.”

“Iya gue paham. Gue cuman marah sama diri sendiri kenapa gue gak peka dan cegah lo. Lo kalo butuh apa-apa kan bisa ke gue.”

“Gak semua yang ada di dunia ini lo harus tau Ric. Emang ada saatnya lo gak tau dan lo harus terima. Sorry kalo gue udah kecewain lo sebagai temen. Tapi kali ini gue udah bertekad buat gak kayak gitu lagi. Gue udah mau menata ulang hidup gue lagi. Langkah pertamanya ya dengan cara gue terima kasih ke lo.”

“Menata ulang hidup tapi kok masih ngajak ngewe.”

“Ya kan jadi ayam bukan tentang ngewe doang. Gue butuh duit sama kemewahan. Sekarang gue gak butuh duit sama kemewahan, cuman gue masih suka ngewe hehehe” Kata Anin sambil menggigit jari telunjuknya.

“Ya ngewe emang kebutuhan, cuma kalo dikomersilkan juga gak baek……… menurut gue.”

“Iya gue setuju kok sama lo, makanya gue berenti.” Kata Anin. “Gantian lo dong Ric yang cerita, gue udah cerita rahasia gue.”

“Gue lagi deket sama dokter Nin. Cewek yang gue gandeng di apartemen itu orangnya.”

“Wow serius? Good for you lah. Namanya siapa?”

“Gracia.”

“Hmm kok kayaknya gue lumayan familiar ya sama Dokter Gracia. Dia selebgram itu juga gak sih?”

“Nah bener itu orangnya.”

“Bagus dong. Udah sejauh mana hubungan lo?”

“Baru deket doang. Ya jadi semacam HTS sih.”

“Kenapa gak lo seriusin?

“Gue kan masih kuliah dan baru mau sidang kan minggu depan lo tau. Gue belum kerja, belum settle sementara dia udah jadi dokter dan gue belum bisa membuktikan apa-apa.”

“Pun lo sekarang udah bisa deket Ric, berarti dia gak menilai lo dari duit atau siapa lo sekarang. Dia bakal nerima lo apa adanya.”

“Gitu ya? Bijak juga lo.”

“Iyalah…. Gue kan udah pengalaman jadi matre jadi gue tau rasanya. Bagus deh Ric akhirnya lo udah move on dari mantan lo. Buru gih sikat.”

“Udah gue sikat sih…”

“Bukan ngewe tolol.” Kata Anin sambil menoyor kepalaku dari samping. “Maksudnya buru diseriusin biar gak lepas lagi. Belajar dari pengalaman dong.”

“Tapi ada masalah lain.”

“Apaan?”

“Si Dey.”

“Kenapa si Dey?”

“Lah lo gak di kasih tau Mario?”

Lalu aku pun menceritakan kondisi Dey saat ini kalo ia sedang depresi dan butuh teman hidup. Anin tertawa pada awalnya karena menganggapku lebay dengan mengira bahwa Dey tidak benar-benar depresi. Namun aku menceritakan beberapa hal yang bisa menjadikan bukti seperti diary dan catatan psikolog yang ada di dalam laptopnya. Barulah Anin percaya. Lalu aku pun menceritakan dengan detail apa yang aku lakukan dengan kedua wanita itu dalam dua hari terakhir.

“Iya juga ya, gue bingung kalo jadi lo. Yang sabar ya bos menghadapi kebingungan yang sangat enak. Memilih 2 orang yang sama-sama cakep. Nikmati keduanya dulu aja Ric mumpung masih bisa.”

“Saran yang bagus. Nah gitu dong. Lu emang temen gue Nin.”

“Ye dasar buaya. Padahal Dey temen juga, sama gue gak mau. Cih….” Kata Anin mengeluarkan muka nyinyirnya. “Buat merayakan, gue ambilin beer yak. Kita tos dulu dong buat Rico yang udah mau lulus dan enak punya 2 cewek. Lu kan suka banget minum.”

“Gak minum dulu deh gw. Udah kebanyakan minum semalem.”

“Oiya gue punya hadiah satu lagi buat lo.”

Anin berjalan menuju kamarnya dan mengambil sebuah kotak kecil kemudian memberikannya kepadaku. Setelah aku buka kotak tersebut, aku kaget melihatnya:

“Nin, gue gak berhak nerima ini.”

“Apa ih cuman jam tangan kok. Gue belinya juga pake duit halal kok bukan hasil dari…. You know lah gue baru cerita. Lo bakal nyakitin gue kalo gak mau nerima.”

“Iya tapi gue gak nyaman pakenya karena lo keluar duit banyak banget buat ini.”

“Terus lo maunya apa dong Ric? Ini gak mau itu gak mau”

“Gue mau chill nonton film aja abis kekenyangan daging. Gue ke ruang tengah ya.”

Anin beberes tempat makan dan menyusulku ke ruang tengah setelah selesai. Situasi lumayan krik krik karena terlalu fokus menonton film hingga tiba-tiba Anin memeluk leherku dari samping namun mataku masih fokus dengan tayangan film yang ada di depan mata. Aku tau saat ini dia sedang memperhatikan wajahku beberapa saat dan aku membiarkannya.



“Kalo diliat-liat lo ganteng juga ya Ric.”

“Kemana aja lo? Selama ini emang gue jelek?”

“Iya deh mentang-mentang banyak yang mau. Gue sih pasti ga masuk radar lo Ric.”

“Iyalah kan kita temenan sejak lama. Mana bisa gue tiba-tiba muncul perasaan ke lo.”

Anin menyandarkan dagunya ke bahu kiriku. Anin lalu meniupkan mulutnya ke lubang telinga kiriku. Tubuhku tak bergerak merespon kejutan yan diberikan Anin. Anin pandai sekali memanfaatkan area sensitif ini untuk menaikkan libidoku. Syaraf-syaraf tubuhku menegang dalam sekali tiupan.

“Kalo tiba-tiba bikin lo sange, gue jago Ric.”

Anin memegang daguku dengan jari-jari tangannya kemudian menolehkan kepalaku untuk menghadapnya. Lalu ia pun langsung mencium bibirku. Ada perasaan yang berbeda dalam ciumanku kali ini. Aku sangat nyaman melakukan pergumulan mulut ini. Mungkin persahabatan menjadi faktornya. Ciuman menjadi hal yang aku tambahkan dalam daftar aktivitas yang sangat nyaman kulakukan dengan Anin.

Saking nikmatnya, aku tak sanggup aku membuka mata untuk melihat ekspresi wajah Anin saat ini. Pergulatan bibir, lidah, dan nafas ini sangat nikmat dan aku ingin berlama-lama melakukannya dan tidak ingin terburu-buru ke tahap selanjutnya. Kurangkul lehernya untuk menahannya supaya tidak terburu-buru menuju ke tahap selanjutnya.

Namun niatku gagal. Anin dengan beringas sudah memindahkan mulutnya menuju ke leherku. Anin memutari leherku dengan jilatan dan gigitan kecil yang membuatku sangat terangsang. Yang pasti ketika ini semua selesai, aku akan mendapatkan beberapa bekas gigitan di leher. Namun, kali ini aku sudah sangat pasrah. Anin sangat professional melakukan foreplay dan tubuhku sudah pasrah menerima dominasi Anin. Celanaku sudah terasa menyempit. Penisku lupa jika dua hari terakhir ia sudah ke liang vagina Gracia dan Dey, dan sekarang ia seperti meronta-ronta meminta kenikmatan lagi.

Melihat gundukan di celanaku, Anin langsung turun dari sofa dan turun berlutut didepanku. Dia melepaskan celana dan celana dalamku dengan lancar seperti biasa melakukannya pada lelaki lain.

“Gedhe juga kontol lo Ric. Pantesan si Dey mau ngentot sama lo.”

Anin memegang penisku dengan tangan kanannya lalu ia mulai mengemut kedua bolaku secara bergantian. Aku merasakan nafasnya berhembus kepenisku dan membuat penisku makin keras. Lalu Anin menjilati pahaku. Pahaku bagaikan kanvas, air liurnya bagaikan cat, dan lidahnya seperti kuas. Anin seperti melukis sesuatu di pahaku. This girl is really good at turning someone up.

SREK SREK SREK SREK SREK SREK SREK SREK SREK

Anin mengocok penisku dengan keras. Sepertinya dia tidak peduli kalo aku merasakan perih pada penisku.

“Pelan-pelan napa kalo ngocok. Perih woy”

“Oh lu kalo coli pelan ya Ric.”

“Enak aja. Gw ga pernah coli.”

“Karena punya cewek buat ngewe terus ya? Oke fine.”

Penisku terlihat merah karena kocokannya dan Anin tersenyum. Lalu ia berdiri di depanku dan mulai melucuti pakaiannya satu persatu. Sementara aku tetap mengocok penisku agar tetap berdiri sempurna menjelang permainan sesungguhnya.

Setelah melucuti seluruh pakaiannya, kini Anin telanjang bulat dihadapanku. Ia meletakkan kedua tangannya di pinggang dan berpose bak model majalah porno. Ya, majalah porno karena dia saat ini berpose dalam keadaan telanjang. Body Anin ini cukup bagus. Tidak seseksi Dey, namun bagiku tubuhnya pun tidak buruk dan masih akan sangat enak untuk dinikmati.

“Gimana? Seksi gak gue” Tanyanya

“Ya lumayan lah…” Jawabku masih dalam keadaan mengocok penisku didepannya.

“Lumayan doang? Kalo sama Dey masih seksian mana?”

Aku pun terdiam menelan ludah dan mengeluarkan eskpresi muka seperti orang bodoh. Aku tidak mau mengeluarkan jawaban yang terlalu jujur.

“Oke gue tau lo mau jawab apa Ric. Fine. Gue bakal kasih lo lebih apa yang udah Dey kasih ke lo.”

Anin menaiki sofa tempatku duduk dan ia mengambil posisi berlutut hingga posisi dadanya tepat berada di wajahku. Aku tidak ada pilihan lain selain menenggelamkan kepalaku dipayudaranya. Anin memeluk kepalaku dan aku menggigiti daun telinga kiriku. Kulingkarkan kedua tanganku ke tubuh Anin hingga jarak antara tubuh kami semakin menyempit. Kujelajahi seluruh bagian dada Anin menggunakan lidahku.

Masih berlutut diatasku, Anin mengambil alih kendali penisku lagi. Ia meremasnya dan hendak memasukkan ke vaginanya.

“Eits… gue mau pake kondom dulu…” kataku menghentikannya.

“Ga usah… percaya ama gue. Ntar lo keluar di dalem pun gue gak bakal hamil. Gue tau caranya.”

“Serius gak lu?”

“Serius lah. Gue gak perlu jadi dokter kayak cewek lu buat tau masalah ginian. Dan gue gak bakal ngejebak lo kayak si Dey.”

Lalu Anin lanjut menggesekkan penisku di bibir vaginanya. Walaupun aku baru memainkan dadanya, vaginanya sudah basah dengan lendirnya sehingga gesekkan penisku menjadi cukup licin.

“Sangean lu Nin ternyata. Pantes…..”

“Pantes apa?”

“Nggak deh, lanjutin aja…”

Anin sudah merem melek dengan gesekkan penisku hingga ia sudah tidak peduli dengan apa yang aku katakan.

Tanpa basa basi ia langsung memasukkan penisku kedalam vaginanya dan bergerak baik turun dengan cepat. Posisi yang cukup sempit untuk berhubungan seks, tapi Anin masih dengan gesit menggerakkan badannya naik turun. Kedua dada dan puting Anin menjadi pemandanganku sambil dengan menikmati pegesekan alat kelamin kami. Vaginanya terasa agak longgar dan ini merupakan vagina terlonggar dari semua yang pernah kucicipi selama ini. Karena Anin sudah cukup jago, hal itu tidak mengurangi kenikmatan rasanya. Hal ini cukup terbantu juga dengan ukuran penisku yang lumayan besar sehingga masih sanggup memenuhi lubang kenikmatannya.

“Auhhh… ahhhh…. Ahhhhhh…. Ric kontol lo gedhe juga ahhhhhh sshhhhh ahhhhhh tau gini shhhh ahhhh gue minta ahhhhh ngentot ahhhh sama lu dari dulu……”

Aku tidak terlalu menghiraukan kata-kata Anin barusan. Saat ini aku hanya terfokus pada nikmatnya pergumulan kami.

Anin menghentikan goyangan naik turunnya. Lalu ia mengembang kempiskan vaginanya ketika penisku masih didalamnya. Pijatan vagina ini membuat tubuhku mengejang. Kalo penisku tidak dalam keadaan setelah orgasme dalam dua hari terakhir, maka sekarang pasti penisku sudah dengan cepat memuncratkan spermanya.

“Eh kok enak… ahhhh…. Ahhhhh…..”

“Udah gue bilang, gue jago bikin sange orang…”

Anin mencabut vaginanya lalu berlutut menungging memeluk sandaran sofa. Aku pun merespon dengan berdiri dan sudah siap menancapkan kembali penisku. Kini didepanku terlihat kembali lubang lain yang aku penasaran ingin nikmati. Terakhir ketika aku dalam posisi seperti ini, Gre tidak mengijinkanku untuk melakukannya. Keinginanku yang sudah tidak bisa kukendalikan hingga tidak terasa sudah kutempatkan penisku di bibir analnya. Aku dengan cepat menghentikan penisku sebelum masuk ke analnya.

“Kenapa berhenti Ric? Gapapa kok” kata Anin memberi isyarat.

“Beneran gak papa? Lo udah pernah sebelumnya…”

“Iya udah… masukin aja gpp”

Dengan izin Anin, aku perlahan memasukkan penisku ke dalam lubang analnya. Anin meringis seperti kesakitan dan aku menjadi ragu lagi untuk melanjutkannya.

“Beneran gpp Nin? Katanya lo udah pernah?”

“Iya gue udah pernah tapi gak segedhe ini juga bebannya. Udah lanjutin aja gpp lama-lama juga nanti enak.”

Aku justru tertawa cekikikan mendengar pernyataan Anin barusan. Lalu aku dengan tega menusukkan penisku dengan keras efek dari rasa penasaranku.

“AHHHHHHH……..” Anin berteriak kencang kesakitan.

“Hey, beneran gpp gak?”

“Udah sih lanjut aja nanggung”

Aku melanjutkan penetrasiku ke dalam analnya. Rasanya tak kalah nikmat dengan vagina. Lubang ini yang secara ilmiah tidak memberikan ‘pelumas’ alami membuatkan gesekan penisku agak seret……. tapi justru sensasinya luar biasa. Aku langsung nyaman melakukan ini dalam sekali coba. Concern-ku saat ini hanyalah bagaimana Anin merasakan hal ini. Apakah dia masih merasakan sakit atau tidak. Berulangkali kali kugoyangkan pinggangku, berulangkali pula aku menengok ke depan melihat eskpresi wajah Anin. Matanya terpejam dan wajahnya meringis kesakitan.

“Gue balik ke memek lo aja ya Nin. Gue kasian sama lo kesakitan.”

“Oke Ric ntar sewaktu-waktu lo pengen, bilang aja barangkali gue lebih siap. Tapi kita ganti posisi ya, gue kayaknya mau keluar gak enak kalo sambil nungging.”

“Iya bisa diatur itu mah.”

Anin turun dari sofa dan sekarang berada dalam posisi terlentang diatas karpet lantainya. Kubuka kedua kakinya dan sekarang untuk pertama kalinya aku dalam posisi yang sangat jelas untuk memandangi vagina sahabatku ini. Aku yang juga sudah berada diujung, langsung gas menancapkan penisku ini dan mulai mengoyangkan lagi penisku di dalam vaginanya.

PLAK… PLAKKK… PLAKK… PLAKKK… PLAKKK…. PLAKKKK…..

“Ahhh… Ric ahhhhh sssshhhh ahhhhhh….. enakkkk… ya Tuhan….”

Badan Anin bergoyang dengan hebat termasuk kedua bola susunya. Kugenggam kedua bola payudaranya yang sedang bergerak maju mundur dan kuremas-remas. Kedua tangannya menggenggam erat bagian karpet yang ada disampingnya tanda dia akan orgasme.

“Ric ahhhhh gue keluar ya ahhhhhh…..”

Anin meraih orgasmenya sementara aku juga mulai mendekati ujung ketahananku. Dalam beberapa detik terakhir ini, aku kebingungan apakah aku harus mengeluarkannya di dalam sesuai saran Anin diawal ataukah diluar saja karena aku belum yakin tidak ada resiko hamil dikemudian hari. Aku cabut penisku dan mengeluarkannya diatas perut Anin.

CROT….. CROT…. CROT… CROT… CROT…

Bercinta tiga hari berturut-turut ternyata tidak mengurangi volume spermaku yang keluar. Aku bangga dengan kemampuan adik kecilku ini.

“Ih udah dibilangin keluarin di dalem aja sih. Lo gak perlu takut. Tuh kan jadi belepotan pada netes di karpet.”

“Gak banyak waktu mikir tadi gue. Gue masih takut aja ada apa-apa. Tapi thanks ya buat hari ini enak banget Nin. Gue juga nyesel ya kenapa baru hari ini kita ngewe padahal sama lo enak juga ternyata. Lu sih baru ajak FwB-an sekarang.”

“Ya lu juga sih awalnya sok-sokan gak mau ngentot ama temen. Enak kan tapi?

“Iya enak.”

“Dasar lemah gak tahan godaan. Mulut lo gak konsisten kayak….”

“Kayak siapa?”

“Kayak customer-customer gue. Ntar lu kalo lagi bosen sama cewek-cewek lu panggil gue aja. Gue siap lo pake kapan aja.”

Aku pun menurunkan badanku untuk menikmati bibir Anin sekali lagi. Lalu kutindih badanku diatas badannya. Aku lemas sekali hari ini. Anin tampak keberatan badannya kutindihi tapi who cares. Aku lanjut memejamkan mataku.
 
kenapa gue juga ikutan shock.. walaupun ga kaget ternyata..
 
Makasih updatenya suhu... Payah nih, dikasih boleh crot di dalem kok gak dimanfaatkan
 
Mantap sekali ceritanya,
Kalo udah ngadepin Anin, fantasi penulis rata rata liar banget yah.

Ini berarti cerita ketiga yang aku baca, Anin nya kena anal.
(Meski di 55 days baru intro doang)

Ada satu yang kurang, kurang lama, kak.

Ehehe'

Keep up the good work, kak.
 
alshawn said:
Mantap sekali ceritanya,
Kalo udah ngadepin Anin, fantasi penulis rata rata liar banget yah.

Ini berarti cerita ketiga yang aku baca, Anin nya kena anal.
(Meski di 55 days baru intro doang)

Ada satu yang kurang, kurang lama, kak.

Ehehe'

Keep up the good work, kak.
Click to expand...
Bro link cerita anin apa aj ya??? Oper bro.. mkasihhh
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

DombaDombaCrispy
  • Locked
FANTASY Four out of Five [Update Act 15]
11 12 13
Balasan
244
Dilihat
114.522
Blacksaber456
Blacksaber456
pacificdeer
  • Locked
FANTASY Story Of Wind [Latest Update : Part 15 - END]
22 23 24
Balasan
473
Dilihat
198.524
Danipra
Danipra
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd