Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 2

Sebenernya cerita nya bagus banget om cuma masih ada yg kurang ;)



Kurang panjang apdetanya :ngacir:
 
Pantengin ah.....
 
Mulustrasi...


Neng Dea








Aiko Nakazawa







Teh Yeti






Berlanjut lagi ya suhu...



*Chapter tujuh belas, hari ke lima dan enam



Aku tertidur, saking lelah nya. Aku pun tidak tau Ridwan, pulang jam berapa. Mungkin karena tau kondisi ku, Ridwan pun tidak mengganggu tidur ku.

Jam 1 dini hari, aku terbangun. Aku periksa hp ku ada sms dari ayah. Segera aku membalas, dan membawa laptop dan hape ku keluar kamar dan pindah ke kamar belakang.

Setelah di kamar belakang, segera aku aktifkan laptop untuk menerima video call ayah. Aku pakai head set agar tidak berisik. Satu menit kemudian, muncul wajah yang sangat kukenal, ayah..

"Hallo nak, apa kabar mu?"

"Baik pak. Bapak, mama dan adek?"


"Baik semua. Jadi tadi pagi bapak dapat telepon, ternyata dari penyidik intel P2 Bea Cukai pusat di Rawamangun. Namanya Suryadi, minta bapak selaku pimpinan dan pemilik PT. Garuda Inti Nusantara menghadap kesana untuk dimintai keterangan. Bapak sanggupi, langsung bapak jalan sama supir. Jam 10.17 bapak sudah di Rawamangun, dibawa ke ruang pemeriksaan."

"Suryadi hanya menanyakan pada bapak, Apakah bapak selaku pemilik PT. Garuda Inti Nusantara, pernah dan sudah melakukan tindakan importasi atau memasukkan produk kedalam wilayah RI berupa alat komunikasi dan bahan persenjataan melalui Pelabuhan Laut Belawan, Medan?"

"Tentu bapak bantah, sebab bapak tidak ada dan tidak pernah. Tapi pertanyaan yang sama di ulanginya lagi, bapak yakin? apakah PT. Garuda Inti Nusantara pernah dan sudah melakukan kegiatan importasi produk alat komunikasi dan bahan persenjataan periode Januari sampai Minggu ke dua maret yang baru saja, melalui Pelabuhan Laut Belawan Medan?"


"Bapak jadi terpancing emosi. Bapak bilang, hati-hati, kamu dapat data dari mana?"

"Suryadi mengatakan bahwa
Data kami mencatat bapak sudah melakukan 14 kegiatan importasi selama periode Surat Persetujuan Import (PI) yang PT. Garuda Inti Nusantara miliki. Dan 9 kegiatan importasi diantaranya di lakukan melalui pelabuhan Belawan, Medan. Data kami tidak mungkin bohong pak. Bapak dicurigai memasukkan barang tidak melalui pelabuhan pemasukan yang di izinkan sesuai Surat Persetujuan Import. Pada Surat PI yang bapak miliki, pelabuhan tujuan nya adalah Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Tapi ternyata data kami bilang, perusahaan bapak memasukkan barang melalui pelabuhan Belawan, Medan."

"Bapak bilang lagi, Data bapak mengatakan kami melakukan importasi sebanyak 9 kali yang melalui medan? Satu kali pun tidak pernah. Dan kami selama peride PI kami yaitu selama 6 bulan yaitu dari September lalu sampai dengan Maret ini, kami baru melakukan 5 kali kegiatan importasi. Dan kesemuanya melalui pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Dan perlu anda tahu, bahwa Surat Persetujuan Import kami, tidak bisa kami gunakan lagi sejak pertengahan Desember yang lalu, alasan nya PI kami diragukan keaslian nya. Setiap kami mau upload ke Indonesia National Single Window (INSW) sebagai Portal online perizinan di Indonesia, selalu di tolak. Dan anda tahu, departemen apa yang menolak izin kami itu? Direktorat Bea dan Cukai Republik Indonesia dibawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Apa-apaan ini? Malah saat ini anda sebagai pegawai dan staff di sana, tidak mengetahui nya? Aneh.. sedang Departemen lain yang bersangkutan dengan PI itu yaitu Departemen Pertahanan Republik Indonesia dan Departemen Perdagangan Republik Indonesia, semua nya menerima upload dari kami. Kenapa departemen tempat anda malah menolak?"

"Suryadi diam lalu dia bilang apa bapak sudah menyelidiki kenapa izin bapak bisa di ragukan pak?"

"Bapak jawab Sudah, dari bulan Desember lalu saat izin PI kami di tolak, saya sudah menanyakan pada Kepala Kantor Kantor Pelayanan Umum Tipe A Bea dan Cukai Tanjung Priok, Fajri Dono Cahyawan. Dia mengeluarkan statement bahwa PI kami di ragukan keasliannya, karena alasan tanda tangan yang tidak sama. Padahal Departemen lain tidak ada yang mempermasalah kan, sebab rekomendasi import memang dikeluarkan Departemen Pertahanan dan di setujui Departemen Perdagangan. Apakah anda sebagai Intel P2 tidak menyelidiki itu? Saya bolak balik menanyakan, tetapi jawaban tetap sama. Dan tiga bulan lebih berlalu, saat ini saya tiba-tiba anda panggil untuk menanyakan pemasukan barang? Padahal izin import saya di bekukan? How come?"

"Akhir nya solusi dari Suryadi, Begini saja pak, saya minta bapak bersedia membuat:
1. Surat penyataan di atas materai 6000 rupiah, bapak tanda tangani dan cap perusahaan. Isi nya adalah menyatakan bahwa tidak pernah melakukan tindakan importasi melalui pelabuhan internasional Belawan, Medan periode Desember 201a sampai dengan Maret 201b.
2. Surat permohonan perubahan kode Akses Kepabeanan untuk Perusahaan bapak. Dulu nama nya Nomor Induk Kepabeanan. Seperti bapak tau, kode akses kepabeanan ini bersifat rahasia, seperti PIN kita untuk memasukkan akses pada Bea dan Cukai, di pakai saat akan bayar pajak, Ppn, Pph, Ppnbm jika ada, bayar PIB dan transfer dokumen import pada bagian manifest. Untuk melengkapi data import barang yang akan di periksa dan di setujui pelepasan nya oleh PFPD (Petugas Fungsional Pemeriksa Dokumen) yang mengeluarkan SPPB (Surat Persetujuan Pengeluaran Barang).


"Tambah si Suryadi lagi, jika sampai Akses Kepabeanan perusahaan bapak di ketahui oleh pihak lain dan di pergunakan untuk tujuan tidak baik, maka dia bisa masuk pada sistem INSW atas nama perusahaan bapak dan melakukan kegiatan pengurusan importasi atas nama perusahaan bapak. Apa bapak juga pernah memberikan kop surat kosong, stempel perusahaan pada pihak lain pak?
Mungkin data dan kelengkapan yang masih dipihak luar itu telah jatuh dan dimanfaat kan oleh pihak lain dalam hal ini pesaing perusahaan bapak."

"Bapak jawab, EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) kami yang lama ada pernah pak, mereka yang mengurusi kegiatan kepabeanan kami, dan kerjasama saya putus sebab mereka cacat janji dan banyak melakukan ke curangan, melalui mark up biaya atau memainkan tarif di commercial invoice untuk pembayaran PIB (Pemberitahuan Import Barang), jelas ini merugikan. Saat nilai kami jadi rendah, tentu PFPD mendenda kami sampai 300% dengan NOTUL (Nota Pembetulan) dan ini menjadikan extra cost pada barang tersebut. Kalau itu beberapa kali terjadi Notul, tentu mempengaruhi level perusaan kami. Yang dari jalur hijau, bisa mendapat jalur kuning. Dan bila tetap terjadi notul, bisa kami terkena atensi pak jadi jalur merah. Tentu lebih sulit lagi nanti kegiatan import kami."

"Suryadi bilang, Iya itu mungkin pak. Jadi kalau bapak bisa usahakan ke dua surat itu, kami akan langsung kerjakan dan selidiki."

"Bapak tanya lagi, Kalau saya ingin tau data dan siapa consignee nya penerima barang di pelabuhan Belawan itu dan berapa banyak bisa?"

"Si Suryadi bilang, Itu hanya di berikan pada pihak-pihak yang berkepentingan pak, sebab bersifat rahasia."

"Bapak marah, Memang anda pikir saya tidak berkepentingan, ini yang di curangi perusahaan saya pak, kurang berkepentingan dimana nya? saya mau tau dan hajar orang itu."

"Kaya takut dia, dia bilang Itu salah satu alasan kami tidak membuka data itu pada korban, menghindari adanya perbuatan melanggar hukum. Sedang hukum di tegakkan oleh polisi. Silahkan bapak lapor polisi jika bapak merasa dirugikan kasus ini, kami siap membuka data ini pada polisi dan pada persidangan."

"Bapak tegaskan lah, Baik, saya pastikan saya akan panjangkan kasus ini. Ini menyangkut harga diri. Siapapun petinggi Bea dan Cukai yang tersangkut masalah ini, dia akan menyesal yang teramat dalam. Mereka sudah menantang saya, kami rekanan dari TNI, dan izin kami atas rekomendasi langsung dari DepHan. Kami akan selesaikan dengan cara kami. Tolong catat atau rekam omongan saya ini."

"Lalu bapak pulang ke kantor dan menyiapkan surat itu. Tadi siang jam 3 kurang, bapak sudah tiba lagi di Rawamangun. Bapak langsung masukkan dan serahkan surat nya ke dua nya ke pak Suryadi. Ternyata, izin import kita di pakai perusahaan lain."


"Aku paham sekarang pak, ini perusahaan anak ke dua nya pak Harris, Rudi, yang mengimport, tapi melalui Medan. Kerjasama dengan Kanwil Bea dan Cukai Medan, Agus Mercon. Kemudian memakai penampungan sementara nya dan juga pengiriman nya ke sini melalui fasilitas menantu pak Harris yang tinggal di Medan. Sudah lengkap rantai nya, kenapa si Fajri Dono dan Agus Mercon sekarang ada disini. Semua terlibat secara langsung."

"Mereka harus mendapatkan hadiahnya. Kamu paham?"

"Paham pak."

"Ada hal yang ingin di sampaikan?"

"Ada pak. Kapan aku bisa bergerak? Saat ini aku sedang kritis pak, saya terkena pukulan anak buahnya Agus Mercon. Kami benturan pukulan tadi siang. Dia juga mempunyai energi itu. Aku gak tau kondisi dia saat ini. Karena langsung di bawa ke RS dalam kondisi pingsan."

"Bagaimana perasaan mu?"

"Sesak pak, nafas pendek dan lemas pak"

"Apa yang bermasalah?"

"Aliran darah ku terhambat pak, energiku tidak bisa keluar, buntu sampai dada saja dan berbalik menghantam pak. Tadi aku sudah usahakan tembus sendiri tapi gagal pak, malah membalik seperti membakar jantung, hati dan paru ku."

"Iya, saat ini kamu kritis nak. Kau juga harus ditembus dari luar. Dan tenaga nya harus kuat."

"Apa bapak kesana nak? kamu bisa kah dalam 3 hari ini pulih? Karena hari kamis itulah puncak nya kita memberikan mereka ganjaran atas perbuatan mereka."
kata bapak lagi

"Untuk para separatis dari Mindanao itu pak?"

"Bapak sudah koordinasi dengan Ka BAIS yang sekarang, Mayjend Alfarizy Pratomo, se letting bapak dulu, dan akan mengirim 2 agen untuk menangani nya. Nanti akan koordinasi dengan mu disana."

"Baik pak, saya minta waktu 3 hari untuk penyembuhan. Setelah itu saya siap menjalankan perintah."

"Baik, tiga hari lagi, diwaktu seperti ini kita berhubungan lagi. Bapak harap saat itu kamu sudah siap."

"Iya pak, saya juga akan tetap memberi informasi pada bapak."

"Oke, hati-hati kau yah.. kau sekarang jadi ujung tombak penyelamatan perusahaan kita dan juga dengan perusahaan calon mertua mu, Nakazawa corp. Harga diri dipertaruhkan disini."

"Iya pak, aku paham."

"Sudah, istirahat lah kau.. supaya kembali sehat kau. Kalau ada yang bantu kau sehat lagi, bapak akan sangat berterima kasih pada nya. Bapak bisa saja kesana, tapi identitas kita akan bocor dan berbahaya bagi masyarakat sana. Harris Sanjoyo itu kenal sama bapak. Kalau kau yang kesini pun, tidak bisa, kau harus amankan disana."

"Iya pak, biar aku usahakan sendiri dulu."

Lalu sambungan video putus. Aku kembali ke kamar Ridwan. Aku renungkan semua hasil pembicaraan dengan ayah tadi.

Ada persengkongkolan besar ternyata, BC, keluarga besar Sanjoyo dan Kurzawa corp.
Dan ini melibatkan para pemberontak seperatis dari Filipina Selatan, dan mereka mau membeli dengan harga mahal peralatan ini.

Ini sungguh bahaya jika jatuh pada mereka. Karena ini alat pengendali satelite, penyadap komunikasi antar benua dan bahan rangka untuk senapan tembak jarak jauh, yang akan di kirim ke PINDAD harus nya.

Kurzawa dan Nakazawa adalah perusahaan pesaing yang bersaing head to head langsung. Yang memproduksi alat-alat komunikasi dan persenjataan sesuai pesanan perusahaan ku. Tapi ternyata, izin ku diselewengkan dan dialihkan untuk memasukkan dari Kurzawa.

Kurzawa bukan nya tidak pernah berusaha menghubungi ayah dan menawarkan kerja sama, pernah beberapa kali. Tapi ayah menolak, karena sejarah bisnis dan tindak tanduk mereka yang juga mensupply untuk gerakan teroris dan gank narkoba. Bagaimana mungkin, speck yang akan di beri pada Kurzawa akan aman? bisa jadi dan hampir pasti tekhnologi itu akan bocor pada para gank narkoba atau teroris dan separatis seperti saat ini. Ini yang membuat ayah tidak mau berhubungan dengan Kurzawa.

Aku lambat laun mulai mengantuk, aku rebahkan badan, tak lama aku tidur.





•••©©©•••


Jam 5 pagi aku terbangun. Ridwan juga sudah bangun. Kami mulai aktivitas rutin kami, membersihkan rumah. Lalu aku mau olahraga, aku mau test nafas ku setelah kejadian kemarin.

Ku lari mengelilingi desa. Rumah kades Harris sepi, ditutup. Dari jauh, aku melihat sudah di pasang cctv di depan gerbang. Aku menghindari nya, agar tidak terpantau. Terus aku berlari selama 45 menit non stop dan konstan. Kemudian aku berhenti, aku rasakan nafas ku sesak dan berat. Tanda jelas tidak baik.

Aku akhiri olahraga dan mandi. Ridwan hari ini seperti nya tidak banyak bicara. Entah dia sedang memikirkan apa.

Satu jam kemudian kami meluncur ke koperasi. Setelah sarapan dan basa basi sebentar. Pikiran ku masih dipenuhi pembicaraan tadi malam. Bagaimana ini, jika tiba-tiba anak buah Yudha menyerang, dan sampai mengetahui kondisi ku, akan sangat mudah mereka mencelakai bahkan membunuh ku.

Kami meluncur ke koperasi. Aku yang banyak berpikir, seperti nya juga diperhatikan Ridwan.

"Man, jaga kondisi lo. Gue kaya nya liat lo gak sehat. Nenek juga omong ke gue gitu. Lo ke Rumah Sakit yah, lo kaya nya ada yang salah di badan lo ini. Gak kaya biasanya lo seger, ini pucat man."


Memang dia gak salah, bener banget. Tapi ah..

"Ya udah, liat sampe besok yah. Kalo besok sembuh ya gak usah kan?"

"Sembuh dari hongkong, lo minum obat aja kaga mau kata nenek."

"Tenang aja, sembuh gue, sembuh pasti."

"Lo lagi urusin apa sih nyuk? pliss... jangan lo urus sendiri, ada gue disini. Lo gak anggap gue lagi? walau gue bukan kabid lo lagi, gue masih mau lo suruh-suruh. Ayo lah... gue khawatir liat lo gini. Berantem udah tiga kali, di tahan polisi dua kali. Baru lima hari disini."

"Iya Wan, tapi sorry gue belom bisa cerita. Mungkin tiga hari kedepan akan terbuka semua nya. Sabar yah."

"Ngehe, gue disuruh nunggu kaya nunggu jawaban si Winda. Ahh.. emang lo mah.."

Aku tersenyum geli mendengar jawaban nya, dia jadi sensi kalo di suruh nunggu jawaban sekarang ini.

Akhirnya kami sampai di koperasi. Aku langsung masuk ruangan ku. Aktifkan semua pelacak melalui aplikasi di laptop. Terlihat Neng sedang bergerak menuju panti, aki Tama di rumah nya. Yudha ada di rumah, Harris Sanjoyo juga. Eh, Fahri dan Agus Mercon ternyata masih di rumah itu. Wah kenapa mereka tidak pulang. Mungkin mereka akan bertahan sampai hari transaksi itu. Memang orang-orang yang serakah. Bu Haji sudah juga ada di sana. Aku akhiri pantauan ku. Aku mulai menggarap skripsi Ridwan. Setiap jam sekarang aku memantau. Aku gak mau terlambat. Aku sibuk mengurusi ketikan, makan siang pun aku titip Ridwan untuk dibungkuskan, aku makan di mejaku. Tidak terasa hari sudah menjelang sore, hari ini kejar ketinggalan ku.

Saat sedikit santai, aku periksa hp ada sms dari teh Yeti di ruang sebelah.

"Ganteng, kesini dong, ada berita nih."

Aku langsung tutup hape dan datang ke ruangan teh Yeti.

"Aya naon teteh geulis?"

"Ah, beraninya di mulut doang, buktikan dong kalau memang jantan."

"Tenang teh, ada waktu nya. Dan sabar ya teteh, jangan sekarang, lagi mumet euy."

"Iya, kasihan kamu. Mau di hibur biar relax, gak mau.. padahal teteh ikhlas dan gratis buat si ganteng."

"Ih, bikin pikiran bimbang aja. Ada apa nih teteh?"

"Ini, tadi pagi waktu teteh naik angkudes mau ke koperasi, barengan sama orang-orang serem mas, kaya preman gitu. Gelap kulitnya, bulu nya banyak, rambut nya keriting. Ih, malah banyak lagi, diangkudes tadi full mereka dan teteh aja sendiri yang beda. Dengar nya mereka mau ke rumah nya pak Kades. Teteh malah di colek-colek lagi. Ih serem... kalo kamu yang colek sih, teteh langsung terkam. Hehehe.."

"Hadeh, masih aja si teteh usaha."

"Siapa tau kamu nya khilaf, teteh pasrah deh, bener..."

"Tapi terima kasih info nya ya teh. Ini pasti preman bayaran yang buat jagain rumah pak Harris dan teman-teman BC nya. Tadi malam juga udah ada yang datang kaya nya, mungkin ini dari grup yang lain."

"Teteh jadi takut, ini gimana ini. Makin gak aman rasanya."

"Teteh tenang aja yah, seperti kemarin Anto bilang, tenang biasa aja dan jangan bocorin info yang kemarin yah teh. Itu bahaya buat banyak orang."

"Iya teteh paham, teteh mau kasih kabar itu aja."

"Kan bisa di sms teh, jadi nggak repotin teteh."

"Nggak, teteh sengaja suruh mas datang. Teteh mau liat muka mas Anto."

"Ini udah kan?"

"Iya mas, makasih. Kamu baik banget. Ah.. saya jadi mellow gini. Ah, gak tau lah. Perasaan saya jadi aneh."

"Teh, saya janji, kalo masalah ini sudah selesai semua, aku mau sediain 1 hari khusus untuk teteh. Terserah kapan nya. Liat situasi nya nanti. Ini janji Anto, yang sudah di bantu teh Yeti. Terserah teh Yeti anggap Anto apa, Anto siap satu hari itu. Tapi tetap rahasia ya cantik"

"Kamu sungguhan mas?"

"Iya sungguhan, sangat sungguhan."

"Ah, aku malah bingung, mau anggap kamu apa?"

"Ya sudah nanti di pikirkan saja. Sudah sore ini, yuk pulang. Anto mau ke rumah Aki Tama, kemarin gak jadi.."

Tampak senyum yang lebar di wajah Teteh. Ah, aku baru bisa balas seperti itu teh. Mudah-mudahan kamu senang.

Aku, dan semua staff koperasi pulang bersamaan. Aku izin berpisah karena ada urusan yang harus aku kerjakan.

Tak lama kami berpisah, aku mau ketempat aki Tama bicarain kejadian kemarin siang.




•••©©©•••



Aku jalan ke tempat aki, saat masuk halaman, terlihat sebuah vario hitam terparkir. Hmmm... Surya.. lagi.

Pintu rumah tertutup rapat, tidak ada siapapun diluar. Aku masih diam mematung, menimbang masuk atau tidak nya. Aku putuskan menunggu saja. Berdiri tenang dan tersembunyi di bawah pohon mangga. Aku biarkan Surya bertamu dulu. Tak lama kemudian aku putuskan untuk pulang, besok saja kembali lagi. Aku mau putar badan ku.. Pintu rumah terbuka..

"Cu, ayo masuk. Kenapa diam saja dari tadi di halaman? apa sudah mau pulang?"

Aku mendekat, dan lalu menyalim aki.

"Ee.. malam aki. Assalamualaikum.. Anto bukan mau pulang.. baru tiba."

"Aki tau, cucu sudah di situ hampir 10 menit. Ayo masuk."

Aku masuk, tampak Surya dan Neng duduk di kursi mengelilingi sebuah meja kotak. Kedua nya tampak melihat kepada ku.

"Malam bang.. apa kabar?" Surya bangkit dan menyalam ku

"Apik mas.. wes suwe koe?"

"Belum kok bang."

"Neng, kamu gak apa-apa?"

"Alhamdulilah, baik a."

Tampak sedikit kekakuan diantara mereka. Entah apa yang sedang mereka bicara kan. Aku diam, mereka diam, seperti menunggu aku bicara. Tapi kalo aku bicara sekarang aku belum mau Surya tau, walaupun aku percaya pada nya, tapi ini bisa konfliks kepentingan dengan kesatuannya. Sedang tujuan ku kesini memang ingin bicara kan soal info yang aku dapat. Ah, bingung...

"Duduk cu, masa berdiri begitu? Neng, Anto gak disuruh duduk? Atau kamu memang gak ingin Anto datang?" tanya aki yang sangat tajam dan langsung

"Eh.. iya aki. Makasih aki." kata ku

"Aaa.. bukan aki. Bukan gitu.. a ayo duduk. Gak ada apa-apa kok." Neng mukanya merah atas omongan aki Tama. Walau di omongkan dengan senyum, tapi terasa sangat menusuk.

"Apa kedatangan ku menggangu? Atau ada hal penting yang sedang dibicarakan? kalo saya memang mau ada yang diomongkan dengan aki, tapi setelah aku pikir, mungkin besok saja. Karena yang akan aku omongin, salah perkiraan. Jadi aku urungkan dulu." kata ku mengarang. Karena tidak mungkin aku datang kesini jika tidak ada tujuan, dan aku sudah bilang ke Neng waktu kemarin siang aku akan datang dan bicara. Tapi tidak jadi datang karena ada Surya. Jadi hanya itu yang timbul di pikiranku untuk menghindari pertanyaan yang mungkin ditanyakan mereka walau hanya di pikiran.

"Bang..."

"Ya mas?"

"Ada sesuatu yang aku belum bisa tau?" tanya Surya menebak

"Kok bisa mikir gitu jenengan mas?"

"Karena ya gitu, seperti nya abang menghindar bicara sesuatu yang saya belum boleh atau tidak boleh saya tau. Kalau memang hal itu saya boleh tau, abang pasti sudah masuk dari tadi, kata aki abang sudah 10 menitan di luar, aku aja gak tau abang ada" seorang penyidik yang pintar. Pandai membaca situasi dan keadaan.

"Bukan, jadi sebenarnya aki, neng,.. Anto tadi kesini memang tujuan nya ingin melihat kondisi Neng setelah kejadian kemarin siang, Neng berturut-turut mengalami kejadian yang menakutkan. Itu yang membuat Anto kesini sekaligus ingin menceritakan ke aki. Tapi ternyata saat tiba, sudah ada Surya. Anto pikir, Surya lebih kompeten menjelaskan karena dia polisi, dan memang Anto sudah minta tolong pada Surya di depan aki juga, agar menjaga dan memberi perhatian lebih pada Neng dan aki Tama."

"Hah, kok? Kenapa Neng gak diberi tau aki? kok aki diam saja?" tanya Neng

"Waktu itu Anto datang dengan Surya saat jam istirahat, Neng masih di panti asuhan jadi Neng mungkin tidak tau." jelas ku

"Kenapa Anto minta tolong Surya, karena Surya polisi yang Anto percaya penuh. Tugas nya adalah melindungi masyarakat, diminta atau tidak diminta Dan kedua, adalah, Anto hanya dua minggu disini. Selama waktu itu jika masalah ini belum selesai dan Anto harus kembali ke Jakarta, Anto khawatir sama aki dan Neng. Bagaimana pun, aki dan Neng telah berjasa pada Anto malam itu. Bagaimana mungkin Anto tega untuk membiarkan Neng dan aki dalam bahaya?"

"Tapikan.... aaahhh.... pada gak ngerti.." Neng menunduk dan menutup wajah nya dengan kedua tangan nya.




Bersambung lagi ya suhu...
 
Terakhir diubah:
jeng jeng....ambil tmpat duduk...siapin kopi...bakar rkok...pantengin update
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd