Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 2

Ceritanya jadi seru begini.... Kmrn yg part 1 cmn love story... Yg ini ada actionnya.. :mantap:
Aduh... nubie juga bingung bisa nyasar ke action.. padahal mau bikin humor... pikiran dan hayalan terkontaminasi apa ini kemarin yak??? betewe.. makasih dah mampir suhu...
 
Misteri sedikit terkuak nih, sebagai apa si abang aiko...eh jd ga berobat ama aki..malah ngobrol..ayo lanjut.
 
Mulustrasi...



Neng Dea








*Chapter delapan belas, hari ke enam



"Bang, kita perlu bicara berdua."

"Ya aku tau mas, setelah dari sini."

"Cu, nafas mu berat, aliran darah mu tersendat dan tidak normal. Ada apa?"

"Apa ini karena kejadian kemarin siang di panti?"


Aku mengangguk "Iya aki."

"Kenapa cucu tidak perbaiki? itu bahaya kalo didiamkan."

"Anto tau aki, rencana setelah dari sini nanti dirumah kakek Ridwan kek."
kataku mengelak

Aki masuk ke dalam, tak lama sudah keluar lagi menbawa segelas, bukan ini besar seperti mug dari plastik. Berisi teh yang seperti malam itu aku minum.

"Minum habis kan, setelah itu ikut aki kedalam."

Aku segera meminum teh itu.. rasa sepat dan pedas tetap sama di lidah ku. Tapi saat ini, aku rasakan agak sesak setelah meminum nya, dan mataku jadi perih. Aku tahan, dan aku habiskan semua tanpa sisa. Nafasku terasa sesak. Segera aku atur nafas.

"Nak Surya, minta maaf aki harus obati Anto di dalam. Dan ini seperti nya bisa makan waktu sampai 3 jam. Kami berdua mau izin ke dalam."

"Aki, kalau gitu Surya izin pulang ki. Biar bang Anto pulih dulu baru bisa bicara lagi. Bang, kita bicara besok aja ya bang, kalau abang sudah sehat."


"Iya mas, besok aku perlu bicara khusus sama kamu."

"Aki, Neng, Bang, aku pamit yah. Assalamuakaikum."

"Wa'alaikumsalam."
jawab kami hampir serentak

"Ayo kedalam cu.."

Akhirnya aku diobati oleh aki. Aku diminta melepas baju atas ku, duduk bersila dan mengatur nafas. Aku alirkan energi dari bawah perut, naik ke perut, dan ke dada. Saat didada, energi ku seperti menghadapi tembok tebal sehingga berbalik ke perut, dan ini terasa menyakitkan. Ku coba terobos, tetap seperti buntu. Tiba-tiba aku rasakan dua tangan aku menempel di tulang belikat ku kiri dan kanan. Dan aku rasakan saluran energi yang sangat besar masuk tubuh ku. Dan mencoba menembus aliran darah yang tersumbat itu. Aku menekan, aki juga menekan. Keringat membasahi wajah dan dahi kami. Tubuhku bergetar menahan energi aki sekaligus mengerahkan energi ku. Aliran darah ku pelan-pelan aku rasakan panas, dan mulai dipaksa untuk lurus. Satu jam lebih kami sama-sama mengerahkan tenaga dan konsentrasi terus menerus. Aku sudah banjir keringat, entah bagaimana kondisi aki, aku tidak bisa melihat karena di belakang ku. Hingga suatu titik, aku merasa penghalang itu sudah bisa..... tembus.... Energi aki dengan deras bergabung dengan energi ku. Aku yang menyadari nya, segera menekan balik energi aki, aku gak mau menerima energi itu. Tetapi tiba-tiba aku rasakan energi aki padam tiba-tiba dan melepas kedua tangan nya dipunggung ku.

Aki kenapa? kenapa energi aki, aki berikan pada ku?.. aku jatuh tersungkur, aki seperti nya juga demikian. Selama lebih dua jam proses ini, dan sangat melelahkan. Memang tidak ada yang nama nya berobat itu enak.

Aku sangat lemas, bahkan seperti setengah sadar. Aku masih tergeletak di atas tikar di kamar itu. Aku tidak tau persis kamar siapa, karena aku tidak sempat perhatikan.

Entah berapa lama aku tergeletak. Mungkin satu atau dua jam aku rasa. Saat kesadaran ku pulih, aku mencoba duduk. Melihat sekeliling kamar. Ini kamar Neng kelihatannya. Tak aku lihat aki... dan.. di atas ranjang, sesosok gadis cantik tertidur dengan nyenyak. Menggunakan kain selimut dan tidur miring ke arah ku. Nafas nya yang teratur, menunjukkan tidur nya yang sangat pulas. Mungkin kejadian kemarin siang masih menguras tenaga dan emosinya.

Aku pandangi wajah cantik nya. Sangat alami tanpa riasan apapun. Aku tau isi hatinya kepadaku, dan ia sudah mengungkapkannya. Oh Tuhan, kenapa aku makin berat menjauh dari nya. Aku tidak tega mengungkapkan kebenaran nya. Aku dimandatkan aki untuk menjaga nya. Malah aki sudah memberikan energinya dan mengobati aku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Tugas ku juga masih menunggu.

Aku masih termenung memandangi Neng yang tertidur. Sungguh manis, dan imut. Ah.. Aiko... ah... aku gak boleh membandingkan, tidak.. mereka berbeda, sangat berbeda. Dan keduanya jujur membuat hatiku tertarik dan... menyukai nya. Aku ambil baju ku yang terlipat rapih di tikar, aku pakai. Lalu aku keluar kamar. Diruang tengah, aku lihat aki duduk diam seperti merenung.

"Aki.. aki tidak apa-apa?"

Aki menoleh padaku dan tersenyum.

"Aki, Anto mau bilang terima kasih sudah menyelamat kan Anto tadi. Dan aki juga memberika tenaga aki pada Anto, kenapa aki?"

"Aki yang berterima kasih karena cucu sudah menyelamatkan Neng dari tangan Yudha. Aki hanya bisa membalas itu."

"Anto pikir bukan hanya itu, kalau hanya karena menyelamatkan Neng, aki cukup hanya menyembuhkan Anto. Tapi ini energi aki yang aki latih dan kembangkan puluhan tahun, kenapa aki?"

"Apakah yang mengganggu pikiran mu saat ini cu? Cucu memandangi Neng lama tadi?" aki malah bertanya pada ku balik.

Aku menarik nafas panjang, dadaku sangat plong sekarang.

"Bisa kita bicara di luar aki?"

"Baik lah, kalau cucu belum mau hal ini di ketahui Neng."

Aki membaca pikiran ku. Lalu kami berpindah ke depan rumah.

Kami masih diam beberapa saat.

"Aki, Anto sebenarnya saat ini mengalami hal-hal yang tidak Anto duga sama sekali. Anto yang awal nya datang kesini hanya ingin liburan dan membantu teman mengerjakan tugas akhir kuliahnya, ternyata harus terseret pada arus yang sangat kencang. Anto harus mengawasi keluarga Harris Sanjoyo karena... (aku diam sebentar) mereka ternyata melakukan kejahatan aki. Tapi seperti apa penyelesaiannya, Anto masih menunggu. Dan tindak tanduk anak nya,Yudha, yang ternyata sangat bejat dan membuat banyak orang susah. Termasuk tindakannya pada Neng, dan... Anto tidak rela Neng dalam bahaya."

"Apa cucu sudah tau bagaimana perasaan Neng pada cucu?"

"Iya aki, neng sudah bilang juga sama Anto. (diam sesaat) itu juga yang membuat Anto berat setelah mengetahui nya."


"Apa cucu ada hambatan karena hal itu? apa cucu sudah menjadi suami wanita lain?"

"Belum aki, belum... tapi.......
Anto sudah ada calon istri...."


"Aki sudah duga... (aki merubah duduk nya menjadi agak rebah) tapi perasaan cucu sama Neng bagaimana?"

"Itu juga aki, jadi dilema buat Anto. Sepertinya sekarang Anto juga... sayang sama Neng."

Aku tarik nafas dalam-dalam. Ini adalah pengakuan ku yang ke dua dalam dua hari ini. Aku dan aki terdiam lama. Aku sibuk dengan pikiran ku.


"Cu, apa calon cucu itu juga sama kondisi nya dengan mu?"

"Iya aki, dia sama. Dan memang sudah dipersiapkan oleh orang tua kami masing-masing jika nanti memang berjodoh, kami sudah siap. Memang orang tua kami tidak menjodohkan kami, tapi jalan nasib yang ternyata telah mempertemukan kami dan kami saling cocok. Kami sudah berhubungan selama 7 bulan walau jarak jauh. Karena ia orang Jepang, dan masih kuliah disana."

"Dan, selama itu cucu masih menjaga kepercayaan nya?"

"Iya aki, masih. Dan akan Anto jaga betul."


"Aki pasrahkan pilihan pada cucu. Aki tidak akan ikut campur. Cucu anak baik, pasti calon cucu juga baik."

"Anto dan Aiko saling melengkapi aki. Energi nya adalah peredam energi Anto. Anto penghancur, Aiko peredam dan pengarah nya. Kami saling melengkapi. Kalau Neng seperti apa aki?"

Aki memandang ku, seperti ingin menyelidik sampai ke dalam hati dan otakku.

"Neng mempunyai energi pemantul dan penghalang. Dia membalikkan energi yang mencoba menyerang masuk padanya, seperti cermin. Kalau kalian berseberangan, tentu akan sangat bertolak belakang, tapi jika searah, akan menjaga mu cu."

"Oh.. begitu ya aki. Anto memang belum sempat bicara hal itu ama Neng."


"Dan, cucu harus tau, energi cucu saat ini sudah menjadi dua kali lipat dari sebelumnya."




Aku terperangah... diam tak percaya..




"Aki... kenapa aki?? kenapa aki lakukan ke Anto?? Neng lebih membutuhkan nya aki kalau pun aki ingin memberikannya."

"Tidak cu, kamu lebih membutuhkan nya. Karena tugas dan tanggung jawab mu berat. Cucu harus melindungi banyak pihak. Dan aki merasa, cucu yang akan menyelesaikan masalah yang sedang ditimbulkan Harris Sanjoyo."

"Aki tau sesuatu dengan mereka?"

"Perasaan aki mengatakan ada sesuatu yang akan terjadi di rumah megah itu. Sesuatu yang mengerikan."

"Aki sendiri kondisi nya gimana sekarang? tentu aki jadi lemah aki. Anto sungguh tidak enak hati aki."

"Sudah lah, aki tau cucu bukan seperti yang terlihat sekarang. Ada sesuatu yang cucu punya, yang orang biasa tidak bisa karena cucu memang khusus untuk itu."

"Iya aki, memang itu benar. Anto janji tidak akan menyia-nyiakan pemberian aki. Entah Anto bagaimana membalas nya."


"Aki hanya berharap, bukan meminta, cucu bisa menyayangi Neng, walau mungkin tidak memilikinya. Sebagai adik atau sebagai pendamping, aki serahkan pada cucu."

"Aki, ini sudah tengah malam, Anto bisa pamit aki? Baju Anto masih bekas tadi siang. Anto yakin juga orang rumah kakek pasti mencari Anto."

"Apakah tidak lebih baik cucu tidur disini malam ini? Kerena dampak dari penggabungan energi baru akan terjadi satu atau dua jam lagi. Dampak nya ada dua, kepanasan atau kedinginan yang akan cucu rasakan. Berikan saja berita bahwa cucu baik saja. Besok pagi cucu bisa pulang."

Aku terdiam, dan menimbang-nimbang.

"Baik lah aki, Anto akan telepon ke Ridwan."

Aku ambil hape ku, aku lihat ada banyak misscall, lebih dari 20. Juga videocall, sepertinya dari Aiko. Aku tidak mengabari nya kondisi ku, dia pasti khawatir
Ah, aku terlalu sibuk urusan disini. Segera aku balas chat di medsos Aiko, walau aku tau mungkin ia sudah tidur. Aku jelaskan kejadian hari ini. Dan mengenai aku yang luka dalam dan diobati aki Tama malah aku di salurkan energi nya aki ke aku. Setelah selesai, aku sms Ridwan. Aku katakan kalo aku baru selesai melakukan pengobatan dengan aki Tama. Dan aku berencana tinggal dirumah aki, besok baru aku pulang.

Aku kemudian ke air mencuci muka ku, dingin nya air tidak terlalu berpengaruh pada ku. Ku buka baju ku, lalu aku di beri kaos oleh Aki dan sarung. Aku tidur dengan berkudung sarung badan atas ku, sedang bawah tetap bercelana panjang. Lalu aku mencari tempat tidur, tempat tidur di kamar aki hanya cukup 1 orang. Aku tidak mungkin meminta aki tidur diluar, jadi aku yang tidur di kursi ruang tamu. Aki yang baru dari luar, tiba-tiba masuk..


"Cu, cucu jangan tidur di sini. Tidak ada yang melihat cucu nanti nya. Lebih baik cucu tidur di tempat tadi. Di tikar di kamar Neng. Cucu harus tidur baru proses itu terjadi. Kalau tetap bangun dan terjaga, proses tidak terjadi. Harus dalam kondisi badan rilex seutuhnya. Kalau cucu tidur nya di rumah sana, tidak ada yang merawat cucu kalo terjadi dampak itu. Cucu paham kan?"

"Iya aki, Anto paham.Tapi aki, saya sekamar dengan Neng, saya gak enak dan takut aki."

"Takut apa? Cucu juga nanti tidak bisa apa-apa. Malahan nanti cucu yang pasti mungkin perlu di bantu."

"Maksud Anto takut Neng marah dan jadi gunjingan orang." aku jadi beralasan yang aneh ini.

"Tidak akan ada yang menggunjingkan cucu. Asal niat kita baik, dan memang ingin mencari penyembuhan, jangan pikirkan omongan orang. Lagi pula, cucu dan Neng sudah dewasa, dan bisa bertanggung jawab atas apa yang di perbuat. Aki percaya saja."

"Maksud aki, aki tidak ikut bantu?"

"Tidak cu, aki sudah tidak bisa menolong cucu pada titik ini sebab kondisi aki yang sudah habis dan kondisi yang sudah lemah cu. Yang bisa mengalihkan dampak itu menjadi tidak membahayakan saat ini, adalah Neng."

Aku pikir, kenapa harus atau memang aku harus ada yang mendampingi melewati proses ini? kalo memang begitu, aki pasti ingin Neng yang melakukan itu buat ku. Karena memang kekuatan aki jelas sudah jauh berkurang. Dan stamina aki yang pasti habis terkuras karena sekitar 2 jam mengerahkan energi terus-menerus.
Ah, aku turuti saja, karena aku juga belum tau akan seperti apa.

Aku masuk kamar Neng, dia tidur menghadap dinding dan memunggungi pintu masuk. Pintu tetap aku buka, aki kudengar keluar lagi melalui pintu depan yang ditutup dan dikunci dari luar. Ah, gimana ini. Aku harus positif thinking, harus..

Ku coba rebahkan badan di tikar, bantal kapuk di kepalaku. Sarung ku pakai menutupi badan ku. Aku coba rilex. Dan tak lama terlelap.

Beberapa saat, antara sadar dan tidak, aku merasa badan ku menggigil kedinginan, seperti tidur diatas bongkahan es dan dalam ruangan pendingin. Aku tidak pernah ke kutub jadi tidak tau menggambarkannya, hanya kalau ruang pendingin dengan suhu dibawah titik beku sudah pernah. Aku sampai sangat gemetar, gigi terasa bergelutuk beradu. Rintihan keluar dari mulutku. Aku meringkuk menekuk seperti udang rebus. Mata ingin ku buka, tetapi terasa berat sekali dan enggan dibuka. Aku menggeliat, bersujud, menyimpan tangan dibawah tubuh. Terus mengerang. Tak satupun bagian tubuh aku rasakan tidak membeku.

Tiba-tiba aku rasakan sebuah tangan memegang lengan dan dahi ku. Sebuah handuk yang dicelup air hangat tiba tiba mengusap tangan dan dada, perut dan punggung. Secarik kain basah hangat juga menempel di dahiku, diusap ke muka, lalu kepala dan leher depan lalu kebelakang. Sangat membantu menetralisir hawa dingin yang diakibatkan energi itu. Aku yang telah melepas sepatu, merasakan usapan pada telapak laki, punggung kaki, merayap ke betis dan lutut. Sepertinya celana panjang ku di gulung oleh nya.

"A.. tahan ya a, memang sakit. Aa kuat pasti.." suara Neng di telinga ku

Aku sudah agak tenang, hawa beku yang menyerang sudah tidak seperti 20 menit lalu. Tapi tetap aku sangat kedinginan. Lalu sebuah selimut tebal menutupi badan ku yang meringkuk. Aku rasakan kehangatan dan kedamaian. Tak lama aku tertidur.

Sekitar 3 jam aku tertidur, aku terbangun setelah aku merasa gerah. Rupanya dingin beku yang aku rasakan sudah hilang, menyisakan panas akibat selimut tebal. Aku mengerjap kan mata mengenali posisi ku. Aku tidur terlentang, dan di dadaku ada seonggok tubuh tertidur dengan lelap nya. Ini Dea atau Neng. Dia memeluk tubuhku dari atas. Aku perhatikan, mata nya seperti kelelahan, mungkin ia menjaga ku dan karena keletihan dan mengantuk dia tertidur. Apa dia juga mengalihkan kedinginan ku tadi? sekarang aku mana tega membangunkan nya.

Tanpa aku sadari, tangan ku sudah mengelus kepalanya dengan lembut. Menyentuh pipinya yang mulus dan hidung nya yang sangat serasi. Kulit nya putih, rambut panjang lebat. Aku sungguh sudah tertarik pada gadis desa ini. Pikiran ku menari-nari. Dimana gadis ini telah mengungkapkan perasaan nya pada ku. Ah... kenapa aku di hadapkan situasi ini?

Aku memandangi wajah teduh nya, pelan wajah ku naik, ku cium kepala nya, wangi rambut nya. Turun ke mata nya, lalu hidung nya..

"Aa.. sembuh ya a.." bisik Neng, tapi mata nya masih tertutup.


"Neng, aku udah sembuh Neng. Sudah tidak dingin lagi."

"Eh.." lalu Neng bangkit dan membuka selimut. Keringat membasahi seluruh kaos ku.

"Neng lelah sekali, Neng yang merawat Anto semalaman?"

"Neng tau aa akan seperti ini kalau sudah mengalami pengobatan. Makanya Neng rawat aa."

"Terima kasih ya Neng, Anto... sekarang sudah pulih. Nafas sudah lega, aliran darah sudah normal. Neng... Anto janji, akan akan jaga Neng juga Aki sekuat Anto, Anto pertaruhkan nyawa Anto untuk Neng dan Aki. Karena saat ini, di tubuh Anto sudah mengalir energi tenaga dari aki. Dan aki berpesan pada Anto untuk menjaga Neng. Itu amanat yang Anto terima dari aki. Terlepas Neng mau atau tidak, Anto tetap akan laksanakan amanat itu."

"aa.... dari kemarin dulu, Neng sudah bilang perasaan Neng ke aa, dan sampai saat ini pun perasaan itu tetap a. Walau aa mau mencoba agar Surya masuk, itu tidak bisa merubah perasaan Neng ke aa.
Tidak bisa a, Neng sudah pilih aa. Aa itu yang pertama di hati Neng, sejak pertama liat aa. Apalagi aki, kakek dan keluarga satu-satu nya Neng juga, bisa terima aa. Andai Neng suka, aki tidak setuju, Neng juga tidak akan pilih, Neng hanya ikut pilihan aki."


"Tapi Neng, Neng belum kenal Anto kan. Belum tau latar belakang, dan siapa Anto ini. Anto ini bukan seperti pemuda yang lain umumnya, Anto ini terikat pekerjaan di Jakarta dan juga punya tugas khusus yang sewaktu-waktu mengharuskan Anto meninggalkan semua nya dalam waktu yang tidak menentu, bahkan mungkin tidak akan bertemu lagi selama nya."

"Neng, walau berat, asal diizinkan sekali saja mencintai aa dan mendapat cinta aa, sudah cukup buat Neng, karena Neng percaya, aa orang yang bertanggung jawab atas tindakan dan tugas. Aa tau harus bagaimana mengurus diri dan keluarga aa, andai hal terburuk itu terjadi."

"Anto tidak menyangka, Neng ternyata berpikiran lebih dewasa dari yang Anto kira. Kamu lebih tegar dari yang aku kira."

"Neng sejak sangat kecil sudah di tempa kesedihan dan kesusahan."

"Jadi Neng hanya mengharap kan sedikit saja kebahagiaan buat Neng nikmati, itu sudah cukup buat Neng. Neng kenyang yang nama nya sulit dan susah. Neng sudah biasa kesepian dan sendiri. Neng biasa mengurus segala sesuatu nya sendiri. Jadi Neng tidak berani bermimpi yang aneh-aneh dan muluk-muluk. Hanya mengharap sedikit saja kebahagiaan itu, cukup."

"Neng, tadi aku juga sudah cerita sama aki, bagaimana posisi ku saat ini. Sekarang waktunya aku harus jujur sama kamu Neng. Terus terang, aku saat ini bingung dan bimbang.. aku saat ini juga... suka sama Neng, sayang sama Neng... tapi aku sudah ada yang punya Neng... dan aku juga sayang dan cinta dia... aku harus jujur hal ini, aku gak mau hal ini di tutup-tutupi apalagi bermain belakang. Itu bukan jiwa ku. Dan kami memang serius dan akan melangkah lebih untuk hubungan ini.... dan aku berniat untuk tetap menjaga kepercayaan nya pada ku. Kedua orang tua kami sudah setuju karena memang mereka sahabat sejak muda. Saat ini masih kuliah di Jepang, karena ia memang orang Jepang."
aku diam, aku lirik ke Neng yang tetap tertelungkup di dadaku. Mata nya basah, ya sangat basah. Ia menangis. Aku tau perasaannya saat ini. Aku merasakannya.

Aku usap kepala nya, aku elus rambutnya.


"Tapi Neng juga harus tau, saat ini perasaan sayang dan cinta aku juga ada buat kamu. Aku juga menginginkan kamu Neng, sejujur nya, aku juga menginginkan kamu."

"Kenapa a, kenapa hal yang pahit harus terus datang pada Neng. Tidak boleh kah Neng berhak bahagia?"

"Kamu berhak Neng, kamu harus bahagia. Kalau Neng mau menerima keadaan ku, aku akan perjuangkan kamu sayang. Aku akan mencoba membuat kamu bahagia. Aku janji."

"Jadi Neng akan jadi yang ke dua a?"

"Aku belum tau, aku mengharap kan kalian ber dua."

"Aa janji akan memperjuangkan Neng?"

"Asal kamu mau aku perjuangkan. Apapun resiko nya, aku siap hadapi. Karena hati tidak bisa di bohongi, kamu lah saat ini yang paling penting buat ku. Aku bisa merasakan kasih sayang dan cinta mu buat ku. Dan aku sangat amat nyaman saat ini."

"Aa.. Neng tidak menuntut apa-apa, Neng sadar siapa Neng ini, Neng tau kok a. Hanya Neng ingin sedikit saja cinta dan sayang dari orang yang Neng cintai. Itu sudah cukup. Karena sejak kecil, Neng sangat kering akan cinta, akan sayang. Semuanya Neng hadapi sendiri. Neng tidak bisa jawab a, itu terserah aa, apa Neng memang pantas mau aa perjuangkan pada keluarga aa, pada kolega aa, terlebih pada calon aa dan keluarganya. Neng pasrahkan pada aa."

"Baiklah, kalau memang kamu pasrahkan padaku, besok pagi aku akan memintamu pada aki. Tapi untuk keluarga ku, aku minta kamu sabar yah, sampai kamis besok, dan mudah-mudahan kejadian ini bisa selesai."



Bersambung lagi ya suhu...

Mohon kripik dan sarang nya di lempar ke nubie...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd