Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 2

Gak sabar nunggu update. Ilustrasi nya dapet banget. Seakan akan si pembaca juga masuk dalam cerita yang suhu tulis. Saya tunggu update nya suhu. Nggak sabar ini.
 
Asik banget nih... Kayak baca novel-novel detektif profesional....

Terimakasih telah berbagi, Suhu. Ditunggu kelanjutannya
 
Mulustrasi...


Neng Dea










Lanjut lagi suhu...



*Chapter sembilan belas, hari ke ke tujuh dan delapan



"Makasih ya a, udah terima Neng. Neng sangat bahagia. Neng gak bisa ngomong a."

"Tapi, kita seperti ini, aki.... dimana yah?"

"Tadi aki sudah masuk kamar nya. Tadi biasa aki jaga kandang ayam, saat ini sedang tidak ada musim buah, musang dan tikus sering menyasar kandang ayam. Biasa nya aki keluar ke kandang, lewat jam 2, baru isturahat."

"Saat ini sudah jam berapa memang nya?"

"Hampir jam 4 pagi a."

"Kasihan kamu, terjaga terus sepanjang malam ya sayang. Eh, pintu kenapa di tutup?"

"Neng tidak tau a, tidak lihat kapan ditutup nya, mungkin tadi aki yang tutup."

"Ya biar lah, sekarang kamu yang istirahat, biar aku yang jaga yah. Siapa tau ada nyamuk nakal mau gigit Neng"

"Aaa... Neng malu.. Neng tidak bisa tidur di jagain."

"Kamu nanti nya akan biasa lho."

"Gak tau a... aa mah godain terus."
neng malu dan masuk ke dadaku

"Sini, aa peluk. Yayang aa mau tidur."

"aaaahhh... ini sih malah gak tidur a. Malah seger ini. Aa nakal ah." aku peluk leher nya dan ku cium lehernya. Bau keringat nya aku hirup, harum ku rasakan. Nafas ku naik, tiba-tiba memburu, aku merasa terangsang. Ah, bahaya, aku harus segera menetralisir ini. Segera aku atur nafas dari pada menjadi liar. Neng tiba-tiba...

"Makasih a, udah mau tahan. Bukan Neng tidak mau, Neng pasrah a, tapi tidak enak ada aki."

"Iya sayang, aku hampir kelepasan."

Lalu aku hanya memeluk nya dengan sayang, tanpa ada nafsu. Tak lama kami sama tertidur.

Aku terbangun, Neng masih meringkuk di pelukan ku. Aku lihat ke jendela, tampak sinar matahari menyelinap masuk dari sela gordeng jendela. Aku kecup kening nya lembut, aku merasa bahagia dan damai.

Aku bangun pelan-pelan, tidak ingin membangun kan nya. Aku mau ke kamar mandi, rasa ingin buang hajat kecil. Aku keluar kamar, sudah terang ternyata. Aku bergegas ke belakang. Setelah selesai, aku langsung mencari aki. Aki sedang di kandang ayam.

"Pagi aki, maaf Anto bangun kesiangan.."

"Cucu gimana perasaan nya pagi ini?"
ini pertanyaan yang bisa berarti luas.

"Anto sudah pulih aki, sudah terasa sangat plong."

"Syukurlah, aki ikut senang. Aki percaya cucu tau yang harus cucu lakukan, yang terbaik buat cucu dan neng."

Aku melihat aki yang sibuk mengurus kadang ayam. Ternyata ada bagian yang bolong seperti di gigit sesuatu. Pasti itu musang atau tikus. Aku ragu ingin bicara atau menunda.

"Ada apa cu? Ada yang ingin cucu katakan. Jangan ragu, bicara saja. Jangan anggap bicara dengan orang lain, aki ini kakek mu juga kan?"

Aku tersentak, lalu sambil menarik nafas..

"Aki, Anto juga mau bilang sama aki..... (diam sejenak)... Anto minta izin ingin menjalin hubungan dengan Neng, Anto sudah katakan semua tentang Anto sama Neng, dan Neng menyerahkan pada Anto."


"Aki hanya berpesan, jangan permainkan Neng, dia lah satu-satu nya penerus keluarga kami, dan ia sudah merasakan kepedihan dalam waktu yang lama. Aki merestui kalian."

"Terima kasih aki, terima kasih." aku salim aki.

"Anto tidak akan mempermainkan Neng, Anto mau membuat nya bahagia bersama Anto. Anto akan memperjuangkan Neng dalam keluarga Anto. Pasti itu aki..."

Aki melihat mata ku lama, mata itu sudah berubah, tidak seperti kemarin. Mata itu saat ini sendu dan lembut.

"Aki lega sekarang. Kalau pun besok aki sudah tidak ada umur, aki rela. Aki sudah merasa bebas."

"Aki jangan bicara gitu aki. Anto dan Neng masih sangat butuh aki."

"Iya, aki tau. Tapi inilah pernyataan kelegaan aki. Aki sudah rela."

"Anto janji, akan menjaga Neng dan aki sekuat tenaga Anto, Anto siap bertaruh nyawa untuk orang yang Anto cintai."

Aki tersenyum pada ku. Aki menyelesaikan pekerjaan nya, dan beberes alat-alat kerja nya.

Hening beberapa saat.

"Cucu tidak ke kantor?"

"Seperti nya tidak aki, Anto masih ada yang akan Anto kerjakan. Mungkin Anto mau menjelaskan sesuatu pada aki dan Neng."

"Ya sudah, lebih baik cucu mandi saja dulu. Aki ada baju, nanti cucu bisa pakai."


Aku melangkah ke dalam, ternyata Neng sudah bangun dan menyiapkan sarapan.

"A, mandi dulu. Neng sudah siapkan baju dan celana buat aa. Tapi... tanpa daleman a.."

Aku hampiri Neng..

"Neng, aku sudah bilang ama aki. Aku sudah meminta izin kamu untuk aku. Aki merestui, dan berpesan agar aku serius dan tidak main-main sama kamu dek. Aku sanggupi, aku mau dirimu dengan serius."

Neng terdiam, melihat mata ku, dan tersenyum. Sangaaat manis.. aku rasanya ingin memeluknya, dan melarikannya masuk kamar. Ah... sudah... nanti ada yang penting... aku kembali mengingat hal itu.

"Nanti setelah sarapan, aku mau menjelaskan sesuatu pada kamu dan aki. Kamu harus tau ya sayang."

"Iya a. Aku ikut kata calon suamiku."

Aku mandi, disusul Neng, dan aki. Lalu kami sarapan bersama dengan hangat. Setelah selesai, Neng merapikan piring dan aku membereskan meja. Aku mau menjelaskan sesuatu yang penting tentang kondisi yang terjadi di desa ini.

Kami duduk ber tiga di meja makan. Pintu depan aku tutup dan kunci. Aku mulai menjelaskan.

"Kenapa a harus dikunci pintu nya?"

"Nanti juga Neng akan tau kenapa nya."

Setelah kami duduk bertiga. Aku menguatkan diri untuk cerita.

"Aki, Neng, Anto ingin bilang sesuatu yang penting. Ini mengenai kondisi yang akan terjadi di desa ini beberapa hari ke depan." aku diam sejenak, memandang mereka satu persatu.

"Anto minta maaf melibatkan aki dan Neng, sebab Anto merasa Aki dan Neng sudah jadi bagian dari hidup Anto."

"Anto datang ke desa ini diajak sama Ridwan untuk membantu nya mengejar dan mengerjakan skripsi tugas akhir nya. Dia ingin bersama dengan Anto nanti lulus dan wisuda nya. Anto sudah selesai skripsi dan tinggal sidang tanggal 19 April yang akan datang."

"Ini dimulai dari kecurigaan Anto atas tindakan pengeroyokan Yudha terhadap Anto. Anto merasa ada sesuatu yang salah, mereka memukuli setiap orang asing yang datang ke desa ini, seperti ada yang di sembunyikan dan mengusir setiap orang baru yang datang."


Aku diam sejenak, mencoba merangkai kata pada kejadian yang telah terjadi.

"Lalu, Anto dapat informasi dari Ridwan bahwa setiap 2x dalam seminggu, ada mobil box datang dan di kawal beberapa mobil pribadi. Anto makin bertanya-tanya. Apalagi saat Anto ditahan di polsek saat Anto memukuli Yudha dan anak buah nya, ibu Hajjah Dedeh bilang, suami nya mantan direktur P2, Bea dan Cukai pusat. Buat aki dan neng ketahui, P2 adalah semacam polisi nya BC. Mereka yang mengamankan setiap barang masuk ke Indonesia. Anto pikir, pejabat penting dan kaya, kenapa menghabiskan masa pensiun di desa terpencil ini dengan segala fasilitas mewahnya, tetapi, mereka hidup tidak membaur dan bermasyarakat seperti para pensiunan umumnya yang menikmati hari tua nya. Malah tetap eksklusif dan terpisah? alasan nya pasti ada yang di sembunyikan dalam bangunan itu."

"Lalu, secara tidak sengaja, Anto mendapat informasi tambahan dari teh Yeti, orang nya yang kemarin kita makan itu, kalau di rumah itu terdapat banyak barang-barang selundupan. Bagaimana Yeti bisa tau, karena Yeti pernah masuk ke rumah itu. Yeti dan teman-teman nya di paksa untuk menjadi budak sex mereka. Yeti dulu di jebak dan disekap oleh Yudha, kira-kira satu tahun lebih yang lalu, di cekoki obat dan minuman dan diperkosa disana selama 3 hari. Kemudian ia di kembalikan ke keluarga nya dengan ancaman akan di sebar kelakuan nya itu pada suami, mertua dan ibu Hajjah Pratiwi yang Yeti sangat hormati, tetapi jika menurut, sebagai imbalan nya, Yeti di manjakan dengan fasilitas mewah dan uang yang melimpah, dengan syarat mereka harus siap jika di perlukan sebagai penghibur dan pemuas keluarga Sanjoyo."


Neng melongo, aki terdiam mematung.

"Dari teh Yeti, Anto dapat informasi jenis barang apa yang di sana, kapan saja datang dan perginya. Ternyata setelah Anto cek langsung, Anto pastikan itu adalah barang-barang yang di import dari pesaing pemasok perusahaan Anto yang di Jepang. Iya barang itu dari Jepang. Dari perusahaan kurzawa corp, yang merupakan pesaing langsung dari nakazawa corp. Nakazawa adalah nama perusahaan kepunyaan Aiko. Dan tadi malam kemarin baru jelas bagaimana duduk perkara nya, ayah memberitahukan, bahwa barang kurzawa di masukkan oleh anak ke dua pak Harris yang di Jakarta, dengan menggunakan izin import perusahaan Anto. Izin perusahaan Anto sejak Desember di bekukan oleh Bea dan Cukai dengan alasan di ragukan ke aslian nya. Tapi disisi lain, izin itu dipakai untuk memasukkan barang secara resmi tetapi tidak resmi. Secara prosedur resmi, tetapi jelas itu mencuri izin Anto."

"Aki dan Neng tau kenapa barang itu sampai mereka bela-belain untuk dimasukkan? karena harga nya di jual mahal sekali."

"Barang itu ingin dijual pada gerombolan pemberontak separatis dari mindanao, Filipina Selatan."

"Memang barang apa itu a?"

"Barang yang bersifat rahasia dan terbatas. Itu.... alat komunikasi dan bahan senjata api, untuk keperluan militer."

"Ahh.." Neng dan aki sama terkejut


Aku pandangi mereka, ada raut ketakutan dan kecemasan yang jelas terlihat.

"Dan transaksi barang itu, akan dilaksanakan hari kamis depan. Itulah puncak nya. Mereka buat kamuflase dengan acara sunatan cucu nya pak Harris. Seolah-olah mengundang orang penting, tapi dasar nya adalah transaksi itu. Mereka membuat tanggap wayang golek dan dangdut, semata-mata mengalihkan perhatian masyarakat atas tamu-tamu mereka. Dan panggung nya mereka buat di halaman kantor desa, tidak jauh dari rumah kades."

Neng terlihat bergidik, ia menyilangkan tangan nya di tengkuk dan memejamkan mata.

"Jadi apa yang akan cucu lakukan?"

"Anto belum mendapat instruksi, masih memantau dan mengamankan rakyat sipil. Anto masih menunggu perintah."

"Ya, aki sudah duga. Cucu hanya bergerak setelah mendapat perintah. Siapapun engkau cu, aki ada di belakang mu, mendukung dan mendoakan mu."

"Karena itu, Anto sangat hati-hati akan hal ini. Hanya aki dan Neng yang Anto jelaskan secara detil nya. Yeti tau, tapi ia tidak tau kegunaan barang itu, jadi ia hanya berpikir ini hanya persaingan dagang. Tapi andai alat ini jatuh ke tangan yang salah, akan sangat berbahaya. Maka dari itu, Anto ingin melindungi Neng dan Aki. Apalagi, kemarin Neng ingin di culik oleh orang BC itu, Anto punya firasat, Yudha punya maksud tidak baik sama Neng, sejak ia lihat Neng di cibadak itu. Pikiran kotor nya langsung keluar, tentu dengan dalih ingin di bawa ke polsek, padahal kemungkinan besar Neng akan di sekap di rumah itu dan di jadikan seperti Yeti. Yeti juga sudah Anto ceritakan masalah ini, dia berpesan agar Anto melindungi Neng agar tidak ada lagi yang seperti dia."

"aa tidak perlu khawatirin Neng, masalah aa sudah sangat berat. Tapi tanggung jawab ini tidak harus di tanggung aa sendiri kan? kenapa tidak melibatkan polisi?"

"Untuk barang selundupan dan para orang BC, ia itu tanggung jawab polisi. Tapi untuk masalah persaingan dagang polisi tidak bisa ikut. Juga untuk para militan separatis, polisi pun tidak bisa ikut, mereka termasuk golongan tentara penyusup yang masuk wilayah kedaulatan negara kita, yang bertugas menangani nya adalah tentu TNI. Jadi ini ada beberapa pihak yang pasti terlibat menangani, polisi Indonesia, Kurzawa dan Nakazawa plus perusahaan ku, dan TNI."

"aa sudah lapor polisi mengenai hal ini?"

"Belum, sebelum aa dapat perintah jelas, aku tidak akan bergerak. Saat ini yang bisa aku lakukan adalah mengawasi dan mengamankan masyarakat sipil yang tidak tahu apa-apa, tapi tetap menebar rasa aman agar semua tampak normal."

"Panti asuhan juga a?"

"Iya termasuk panti asuhan, koperasi, dan semua sarana yang mungkin akan terkait pada saat nanti itu."

"Kapan aa akan mendapat perintah?"

"Dua hari lagi."

"Baik aa, Neng harap, karena aa sudah memberi tahu Neng, aa juga bisa memberitahu neng untuk perintah itu."

"Maaf sayang, untuk hal itu, aku belum bisa janji apapun. Mohon kamu bisa mengerti. Karena akupun belum tau perintah nya dengan pasti."


"Aa... Neng takut.. neng tidak sangka sama sekali akan seperti ini kerjadiannya. Neng hanya berpikir hanya kenakalan preman kampung biasa, ternyata ada maksud busuk dibalik itu semua. Kasian teh Yeti. Dia pasti sangat tersiksa."

"Iya neng, Yeti sudah minta tolong aa untuk menyelamatkan dia dari cengkraman keluarga Sanjoyo. Dan sudah aku sanggupi permintaan nya, dan sebagai pembuka jalan nya, aku minta teh Yeti menyerap informasi mengenai yang ada disana. Dan dari dia lah aku tau jenis barang, siapa-siapa yang ada disana dan terlibat, dan waktu transaksi nya. Dan Yeti mempertaruhkan keselamatan diri nya demi menjadi mata-mataku, asal aku bisa membawa nya lepas dari jerat Yudha dan keluarga nya. Dia tidak rakus harta, dan siap kehilangan semua fasilitas yang dia dapat, asal nama nya tetap baik pada suami, mertua dan ibu Pratiwi. Hanya itu saja permohonan nya."

"Kasihan teh Yeti. Padahal masih muda."

"Iya, dan waktu dia di culik, status nya sudah menjadi ibu 2 anak. Satu balita dan satu nya baru 3 bulan. Tidak ada perasaan iba sama sekali keluarga Sanjoyo itu."

"A, aa harus jagain teh Yeti. Jangan sampai ia kenapa-napa hanya karena menyerap informasi untuk aa. Neng tidak mau, anak-anak teh Yeti juga jadi penghuni panti asuhan. Amit amit. Dan Neng juga mau punya teteh, Neng hanya sendiri, tidak ada kakak atau adik. Neng mau Teh Yeti jadi teteh untuk Neng. Boleh ya a?"

"Boo leh lah... Aku kenal Yeti, dia baik, hanya keadaan yang menyeret dia pada posisi sekarang. Tapi Neng, jangan dulu menyinggung soal dia menjadi simpanan nya keluarga Sanjoyo, dia belum tentu siap jika aib nya di ketahui kamu." andai Neng tau janjiku dengan Yeti. Ah, aku sudah terlanjur janji, tidak mungkin aku tarik lagi. Biar sementara ini jadi rahasia ku dulu.

"Iya a, Neng paham"

Hening beberapa saat. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku akan tetap menjalankan rutinitas ku, seperti biasa. Agar tidak ada yang curiga sama sekali. Aku juga masih harus bertemu dengan Surya, dan menjelaskan kondisi terakhir sesuai porsi untuk polisi tentunya. Untuk porsi urusan dagang dan urusan separatis, aku tidak akan bahas dengan nya.

Untuk soal Neng dan aki, jika iya tanya mengenai aku dan neng, aku akan bilang, neng sudah jadi milik ku. Mohon dia mundur, jika ia ada niat ingin mendekati Neng. Maaf saat ini sudah tidak bisa. Aku yang salah dengan mencoba membawa ia masuk ke Neng, untung aku segera sadar dan merebut Neng ku dengan cepat. Maaf, Neng sekarang milik Anto saja.

"Neng..."

"Iya aki."

"Aki sudah tidak bisa jaga Neng lagi. Aki bukan seperti aki yang kemarin. Tapi aki harap, apa yang sudah aki ajarkan mengenai kekuatan hati dan ketegaran dalam menjalankan hidup, itu berguna untuk mu. Saat nya ujian itu kamu dapatkan cucuku. Kalau selama ini kamu menghindar dan lari, sudah saat nya kamu harus hadapi dan lawan kelemahan mu.'

"Aki mungkin memang harus seperti ini kondisi nya, agar kamu mau tidak mau, harus berani mengalahkan kelemahan hati mu. Jangan takut kalau kita di jalan yang benar. Inilah waktu nya kamu berbakti pada calon suami mu, pada desamu, pada negara mu, dan pada kebenaran yang sesungguhnya."


Neng tertunduk, menutup mata dengan kedua telapak kanan nya. Terdengar sedikit isak dari mulutnya. Kenapa Neng menangis?

Aku termenung mendengar pembicaraan kakek dan cucu nya ini, apa maksudnya?

"Maaf aki, boleh Anto tau, maksudnya apa ya aki yang barusan aki omong ke Neng?"

"Hmmmhhh... Neng tau persis apa yang aki maksud. Karena sejujurnya... (aki melihat ke Neng, Neng menunduk)... Neng tidak selemah yang kita lihat selama ini.







Bersambung lagi ya suhu....

Mohon sambit dan lempar plus tendang kritik dan saran nya ya suhu...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd