Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 2

cerita nya semakin menarik dan sayang banget untuk di lewatkan. semoga bisa sampai end suhu.. #penuhharap
 
Selamat pagi, selamat hari minggu. Untuk momod, king, pertapa, pendekar, guru besar, senpai, maha guru, suhu guru, dan para suhu semua. Semoga sukses dan bahagia...
 
Mulustrasi....


Teh Yeti






Neng Dea






Lanjut lagi ya suhu....



*Chapter dua puluh empat, hari ke sembilan.




~~~©©©~~~


Saat sarapan, masuk sms dari ayah..

"Agen terbaik dari Nakazawa, malam ini berangkat dari Tokyo menuju Jakarta dan akan langsung bergabung ke sana. Segera lakukan tindakan yang seharusnya."

Aku tercenung membaca sms itu. Terlihat oleh Ridwan...

"Woi.. pagi-pagi dah bengong, kaya ayam kesiram air cucian. Udah gak usah dipikirin, patung pancoran emang dah bengkok dari dulu.."

"Kampret... kurang kerjaan amat gue mikirin patung pancoran. Ini dapat sms dari bokap. Orang nya Nakazawa mau datang, jalan ntar malam dari tokyo..."

"Ngapain?"

"Mau nanem padi... Ya jelas mau ikut beresin masalah ini lah. Ini masalah persaingan tidak sehat dan harga diri.."

"Kalo yang datang Aiko gimana?"

"Ah mana mungkin. Dia mana mungkin mau ke kampung gini, mau tidur di hotel mana? mau makan apa? sushi? yakiniku? shabu shabu? nyari dimana? gue kasih lalapan, sayur asem ama tempe bacem mana mau, mencret iye. Perut nya pasti nolak, anak borju mana mungkin lah."

"Iya juga sih. Paling orang kepercayaan nya perusahaan nya."

"Iya sih, masalah nya bokap bilang lakukan yang seharusnya. Kalo di bisnis, kolega datang harus di jamu dong. Gue mau nge jamu gimana? malah lagi situasi gini lagi. Ampun deh, tambah beban gue aja."

"Kita inep in aje di sukabumi. Disono banyak hotel bintang. Suruh dia tinggal tenang-tenang aja disono. Ntar kalo udah beres baru kalo mau kesini kita bawa, setengah jam baru kita balikin lagi."

"Siapa yang mau nemenin? siapa yang urusin? lo mau?"

"Jangan lah, gue harus jagain banyak ini. Rumah kakek gue, yayang gue, lo juga. Sibuk gue..."

"Laga lo nyuk.. lo jagain yayang lo aja lah dan jangan ribetin gue, udah cukup deh."

"Ngehe, gue dari dulu kaga lo ajak kalo yang seru-seru yah.. Giliran dah beres, baru lo kasih ke gue.."

"Udah yang penting kan dah beres pas udah di lo, jadi tetap itu kerjaan beres sama lo boss."

"Halah, lo gitu mulu.. ayo jalan ah, ntar aja di pikirin. Mau ketemu Yayang ku nih."

"Woi.. bahan lo lengkapin yang penjabaran akhir nya, gue mau beresin hari ini semua. Besok gue dah mikirin ntu orang Nippon sama buat operasi buat kamis. "

"Iye, udah di meja lo. Udah gak ada utang gue. Tinggal lo nih."

"Sip.. thanks bro..."

"Gue yang thanks nyet, kok lo sih?"

"Iya thanks udah mempermudah tugas gue buat bantu lo kunyuk."

"Sue.. iya dah, gue mah ikut aja dah..."

Aku dan Ridwan berangkat ke koperasi setelah pamit sama kakek dan nenek.



Kami tiba jam 8.00, aku langsung siapkan semua peralatan kerja. Juga aku aktifkan aplikasi pelacak. Surya juga saat ini sudah aku masukkan. Aku cek posisi semua nomor yang ku data.

Neng masih dirumah, Surya di cibadak, pak Harris masih di rumah nya. Yudha, ibu Haji juga di cibadak..??? ... teh Yeti ternyata juga masih di rumah nya di cibadak. Ada apa ini? aku segera melompat ke ruangan teh Yeti, ternyata memang belum datang. Aku mau sms takut kesalahan nanti ketahuan. Aku tidak tahu kondisi disana. Gimana ini? Kalau aku beritahu Ridwan, tidak mungkin aku bocorkan aplikasi ini, walau padanya. Ada informasi yang tidak perlu dibagi. Aku segera kembali ke ruangan ku, aku kunci. Aku pantau terus. Hatiku rasa kurang enak. Hadeh.. tapi sambil menunggu, aku kerjakan skripsi Ridwan. Satu jam aku lihat, masih di posisi itu. Ini tidak benar.... lebih baik... ah aku coba aja lah...aku sms..

"Mas, lagi sibuk?

"Enggak lae, sudah tidak ini baru mau sarapan, ada apa?"

"Izin telp yah."

"Oke."

Aku hubungi mas Surya... sambung..

"Hallo mas.. maaf ganggu."

"Siap, buat si lae nggak lah."

"Iki mas, gimana ya omong nya... jadi teman kantor disini bagian keuangan kan sedang tidak masuk sepertinya dan ini tidak kaya biasa nya. Jujur dia ini dalam cengkeraman Yudha dan Sanjoyo selama ini. Aku khawatir dia kenapa-kenapa mas. Aku kalau kesana akan ketahuan kalo aku sudah bebas dari tahanan mas, selama ini mereka tau nya aku masih di tahan. Maksud aku, kira-kira bisa gak mas menyamar ke sana pura-pura jadi tamu, atau sales, atau apalah untuk memastikan keadaan teh Yeti. Teh Yeti itu sudah dianggap teteh sama Neng kemarin. Dan kalo Neng tahu ini, dia bisa nekat datangi tempat itu. Karena dia udah bilang tidak ada yang boleh sentuh teteh barunya."

"Oo gitu, aku baru tau lae. Iya-iya oke aku kesana. Masalah menyamar, itu tugas ku sebagai reserse. Alamat nya dimana biar aku kesana sekarang."

"Mudah kok mas.. Ruko yang di sisi kiri nya warung sate dan sop kambing dekat pasar"

"Ooo... warung yang besar itu?"

"Betul mas. Ruko nya yang sebelah kiri kalo dari jalan yang cat krem."

"Oke lae ku.. aku kesana. Nanti aku info lagi si lae yah"

"Matur suwon ya mas."

"Sama-sama lae."

Aku agak lega. Setelah meminta bantuan mas Surya. Aku lanjut mengerjakan skripsi Ridwan. Tak terasa sudah jam 11 siang, lebih 2 jam aku asyik kerja dan belum ada kabar dari mas Surya. Aku cek aplikasi, Yudha dan Bu Haji sudah tidak disana, tapi sudah di rumah nya. Mas Surya dan teh Yeti masih di cibadak. Aku beranikan telpon.

"Hallo mas.. maaf ganggu."

"Eh lae. Aku sudah sama teh Yeti ini. Kamu benar lae, untung kau kasih kabar. Tapi bagaimana bisa pas yah? ah.. iya aku lupa.. kau kan ag..." aku terkejut

"ag..ak kagetin aku tadi...." untung lah tidak kelepasan dia.

"Makasih yo mas, untung jenengan tidak kelepasan."

"Iya, maaf yah lae. Terlalu nervous aku."

"Kenapa nervous mas? ada masalah?"

"Nggak juga sih.. tapi eee... gimana yah. Ada deh.. nanti aja yah cerita nya.. pasti aku cerita ke lae Anto pasti."

"Siapa pak"
terdengar suara teh Yeti disana

"Anto, katanya teman se kantor teteh.."

"Eee.. bisa bilang Anto untuk telpon aku pak?"

"Teteh mau bicara, ini langsung aja.."
hape mas Surya di berikan ke teh Yeti.

"Mas Anto, ini teh Yeti mas."

"Iya saya teh. Gimana kabar nya? hari ini gak masuk yah?"

"Iya mas, eee... itu Yudha ama bu Haji... (suara nya tersendat) mereka.."

"Sudah teh.. sudah... tapi teteh gak apa-apa kan?"

"Iya, untung ada pak Surya.. hik.. hik.. "

"Teteh aman ama mas Surya, dia polisi teh.. teteh seperti nya lelah sekali, udah makan belum teh, makan yah... biar teteh gak sakit."

"Iya makasih mas... kamu memang selalu baik buat teteh."

"Sekarang jangan panggil mas lagi, teh Yeti kan udah teteh nya Neng. Dan, Anto lupa kasih tau, mas Surya itu ternyata kakak nya Neng, beda ibu. Baru kemarin tahu nya."

"Bener mas? eh..."

"Iya bener, tanya aja. Orang nya disitu kan. Tadi juga Anto bilang ke mas Surya, kalo teteh itu juga udah jadi teteh angkat nya Neng. Eh, pas dibilang gitu mas Surya langsung lompat jalan ke tempat teteh. Dia sangat sayang sama Neng."

"Hik hik hik... syukurlah... teteh senang.. "

"Kenapa teh, ini seperti nya teteh ada masalah lain. Apa teh, bicara aja. Mas Surya juga sudah bukan orang lain kok."

"Teteh di cerai suami, dia telpon teteh dari Malaysia, dia bilang mau tinggal disana saja, dia.... (diam... terisak) sudah punya anak istri disana... hik.. hik.. hik.."

"Ya Tuhan, berat sekali cobaan kamu teteh. Sayang aku lagi di koperasi. Anto kesana yah teh."

"Gak usah mas, gak usah.. Teteh perlu merenung... teteh perlu sendiri..."

"Baik lah... bisa bicara dengan mas Surya lagi teh.."

Hape di kasih ke Surya..

"Mas, maaf merepotkan jenengan. Teteh Yeti saat ini sedang dapat cobaan berat mas dan bertubi, katanya dia perlu sendiri. Tapi aku khawatir jika membiarkan nya sendiri, dia bisa saja melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan. Mas, bisa tungguin mas, walaupun tidak mengganggu dia? Sebentar lagi saya kesana gantikan mas, kalau mas ada tugas lain."

"Tidak perlu lae, (Surya seperti menjauh dari teh Yeti), kami ini baru selesai makan di warung, memang teh Yeti seperti banyak merenung dan menangis sejak aku ajak keluar setelah Yudha dan bu Haji keluar ketakutan. Aku pura-pura dari dinas sosial kabupaten sukabumi mau men cek rumah dan ruko. Aku dapati mereka sedang berpesta dengan beberapa pria dan wanita. Setelah aku datangi, mereka bubar melarikan diri pontang-panting. Yeti tidak bisa apa-apa dia terlibat juga, tapi segera aku amankan dia dan aku jelaskan. Baru dia agak tenang. Iya terlihat sangat terpukul... aku tebak, dia itu di jebak dan di jerat keluarga Sanjoyo."

"Betul mas, betul sekali. Dan dia sudah mau berubah mas dan mau lepas, tapi belum ketemu caranya. Dan, dia bilang, dia baru di cerai suaminya lewat telepon, karena suami nya sudah menikah dan punya anak di malaysia. Pukulan nya sangat berat. Dia tadi minta waktu mau sendiri dulu, tapi aku khawatir kalau meninggalkan dia mas sendiri mas."

"Oke aku paham lae. Aku akan bawa dia ke rumah nya, aku suruh istirahat, tapi aku tunggui di luar atau dibawah. Ini pun tugas polisi, mengamankan warga nya. Lae tenang saja lah sudah, lanjutkan lah pekerjaan lae.."

"Matur nuwun saget nggih mas..."

"Waduh... sami-sami lae. Mau aneh, aneh deh.."

Telepon terputus. Aku bernafas lega..


Aku lanjutkan pekerjaan ku yang tertunda. Hampir setengah jam lewat. Aku harus kebut lah...
Aku putuskan tidak makan siang sekarang, aku mau konsentrasi mengejar ketikan ku.

Ketika sudah jam 3 siang, hape ku berbunyi.. Neng... ada apa ini...

"Hallo, ya sayang..."

"aa, Neng dari pagi telpon teteh gak diangkat. Teteh ada a?"

"Teh Yeti tidak masuk hari ini sayang. Sepertinya kurang enak badan."

"Ah, kok perasaan Neng gak enak a? Teteh gimana ini a?"

"Teteh udah gak apa-apa kok. Tenang aja."

"Berarti tadi ada apa-apa dong. Kok gak kasih tau Neng?"

"Aa juga gak tau persis nya, coba Neng tanya mas Surya." wah, aku salah nih gak kasih tau dia. Tapi kalo aku kasih tau, dia nekat, kacau juga ntar. Ini cewek gak mainan.

"Memang teteh ama mas Surya?"

"Iya, tadi ama mas Surya yang aa tau.. jangan salahin aa dong sayang, aa lagi kerjain skripsi nya Ridwan biar selesai hari ini dan aa bisa konsentrasi menyelesaikan masalah dengan Sanjoyo."

"Iya udah Neng telp mas Surya deh."

Tiba-tiba aku ingat sesuatu....

"Neng, eh.. jangan telpon mas deh, mas Surya mungkin sedang sibuk atau tugas." aku takut mas Surya menceritakan apa adanya tentang teh Yeti, bisa kapiran.

"Iiihh... aa kumaha teh. Tadi suruh telpon mas sendiri, sekarang bilang jangan.. aya naon a?"

"Gak ada apa-apa kok, baik semua sudah."

"Ya sudah, Neng mau telpon mas Surya deh, kan gak ada apa-apa kan a?"

"Hmmm, iya lah... " mudah-mudahan mas Surya tidak salah omong.


Aku kebut pengetikan skripsi Ridwan. Waktu tinggal sedikit. Aku konsentrasikan dengan pekerjaan ini.

Tidak terasa waktu sudah jam 5 sore, waktunya bubaran kantor. Pengetikan ku pun selesai. Aku save di flask disc dan aku save juga di email. Supaya ada cadangan back up. Aku segera ingin menyusul ke cibadak melihat teh Yeti. Aku mau tanya Neng dia dimana..

Tiba-tiba, Neng sudah berdiri di lobby kantor.

"A... udah bubaran yah.."

"Iya, kan sudah jam 5 sore."

"aa mau ke teh Yeti?"

"Iya, baru mau telpon Neng."

"Samaan aja a.. Neng mau liat teteh."

"Tapi tadi teteh bilang mau sendiri dulu, tapi aa khawatir."

"Khawatir apa sih a? tadi mas Surya juga gak mau cerita. Katanya udah gak apa-apa, udah gak apa-apa melulu jawabnya. Kesel pisan."

"Ya sudah, ayo kesana biar kamu gak penasaran, mungkin kalo sesama wanita bisa bicara dengan enak beda kalo ama lelaki."

"Ya jelas beda lah a..."

Akhirnya aku dan Neng pergi, tapi terlebih dulu pamit sama Ridwan dan Winda. Aku sudah serahkan flask disc padanya agar dia edit dan print. Aku bilang aku mau ke cibadak ke rumah teh Yeti. Tapi mereka titip salam sebab ada acara lain. Ya sudah aku dan neng berangkat dengan angkudes.


Setengah jam kemudian kami sampai di cibadak, dan langsung ke tempat teh Yeti. Pintu di bukakan mas Surya. Lalu kami bertiga langsung masuk dan naik ke lantai 2. Ruangan yang sama tiga hari lalu aku datangi.

"Teh Yeti ada di kamar nya, ruangan ini sudah lumayan aku bersihkan lae, tadi berantakan sekali. Piring, gelas, sampah, bertebaran, belum lagi abu rokok dan makanan yang tertumpah. Tapi itu piring dan gelas baru dikumpulin aja masih di wastafel belum tercuci."

"Biar Neng lihat teteh dulu.."
Neng langsung ke kamar teh Yeti. Ternyata tidak di kunci.

Tampak Yeti duduk termemung di pinggir ranjang. Pandangan kosong. Neng langsung masuk, tapi terdiam juga melihat kondisi teh Yeti. Dia sentuh tangan teh Yeti. Teh Yeti seperti tersadar, dan melihat Neng, seketika tangis nya pecah...

"Teh, ada apa? Cerita ama Neng.."

"Huuu... huuu... huuu... teteh.. su..dah.. tak berguna lagi... tidak... ada... harapan la.. giii... (diam sejenak)... teteh di cerai suami... padahal.. teteh sudah mau perbaiki semua... juga.. teteh... su... dah.. tertangkap basah.. ikut i.. pesta... tadi... pa.. gi.. disini ka..re..na.. teteh terpaksa.. teteh malu... teteh hancur.. teteh sudah tidak berguna lagi... untuk.. apa.. teteh hidup..."

"Astaghfirullah.... teh.. jangan omong gitu.. teteh gak sendiri teh... Neng tidak akan ninggal teteh sendiri... siapa yang tangkap teteh?"

"Tadi pagi teteh di paksa minum, mereka disini dari subuh entah dari mana, datang kesini. Mau main juga disini, tapi teteh tidak bisa karena sedang ada tamu bulanan. Jadi teteh, dipaksa temani mereka pesta minum dan sex tadi nya. Teteh hanya membantu, karena teteh tidak bisa main. Saat lagi mau mulai, pak Surya datang, mereka ketakutan dan bubar semua. Tinggal teteh sendiri, tidak bisa apa-apa. Teteh malu... lalu teteh dapat telpon, suami teteh bilang... teteh di cerai... karena... dia sudah tidak mau lagi... pulang ke sini... dia sudah... punya.. anak dan istri... disana... hik... hik... gimana nasib anak teteh... gimana nasib teteh.."

"Siapa yang teteh maksud dengan mereka? Yang maksa teteh itu?"
ini pertanyaan yang paling aku takuti...

"Yudha dan ibu nya, dan teman-temannya."

Neng diam, tapi wajah nya kelam membesi.. senyap sesaat... kemudian dia mulai tarik nafas dan mukanya mengendur...

"Teh Yeti harus kuat... teteh aku harus tegar... ingat... teteh ada anak... 2 orang masih kecil-kecil.. teteh harus bisa membuktikan.. bahwa.. tanpa suami teteh itu... teteh masih kuat. Teteh bisa.. menjadikan anak teteh.. besar dan berhasil.., adik teteh ini tidak akan meninggalkan teteh sendirian...Neng tau.. artinya kehilangan dan kepedihan.. Neng tau artinya putus harapan.. Neng tau apa artinya disingkirkan.. Neng sudah sering merasakan semua sejak kecil.."

"Kalo mas Surya, teteh gak usah malu.. itu mas nya Neng kandung beda ibu. Kemarin baru ketemu nya. Neng anak istri ke dua dan siri. Ayah meninggal saat Neng satu tahun lebih.."

"Ibu Neng sadar hanya istri siri, tidak mau menuntut apa-apa dan dibawa aki pulang kesini dari bandung tadi nya teh. Selama disini, ibu Neng berjuang sendiri dan dengan aki merawat Neng tanpa menikah lagi. Tapi saat beliau mau mendapat penghargaan atas kerja keras nya, saat mau mendapat pengakuan yang sepantas nya oleh pemerintah, nasib bicara lain, ibu di dalam pesawat, yang tidak pernah sampai di tujuan, karena jatuh dan terbakar.. Neng kembali hancur, hilang harapan, hilang pegangan, hilang semua yang bisa di banggakan.. Neng mencoba meniti lagi harapan itu sedikit demi sedikit.. Neng bisa selesai sampai hanya D2 karena biaya. Tapi Neng terus bersyukur masih diizinkan melalui itu dibanding banyak yang lain yang masih dibawah Neng. Neng juga bahagia, saat aa Anto mau menerima Neng yang seperti ini, Neng mulai bersemangat melewati takdir. Tetapi saat kemarin mas Surya, menyatakan diri nya juga.. anak ayah dari istri pertama yang syah, Neng kembali dibayangi... hinaan... cercaan, dan tuduhan yang menyeramkan... tetapi, ternyata dugaan Neng salah.. mas Surya mau menerima Neng sebagai adik nya, yang justru dia cari selama hampir 20 tahun. Neng, sangaaat bahagia teh.. ternyata ketakutan kita... tidak selalu terjadi.. kita sering takut lebih dulu.. sehingga kita putus asa.. Neng belajar dari sana. Ini lah Neng yang sebenarnya, inilah adik mu teh... plisss... teteh aku haruuuusss kuat... harusss... kita bikin yang membuat kita sedih dan terhina itu... menangis meraung-raung menyesali tindakan nya. Neng pastikan mereka segera mendapatkannya..."


Teh Yeti tercenung, dia terdiam.. lalu pelan melihat ke Neng.. dan... tiba-tiba... memeluk Neng dengan erat sekali.. menangis terisak, tapi sudah bisa sedikit senyum... iya... ada sedikit senyum... secercah kekuatan baru, secercah harapan dan semangat baru, atas kata penguatan dari Neng, adik nya ini.

Aku mundur dan duduk di sofa tengah. Mas Surya juga ikuti.

"Lae, kasihan sekali teh Yeti. Sudah hilang semua yang dia banggakan. Harga diri, suami, pengakuan.. padahal masih muda, ayu, dan jika mau bertobat, aku kira masih ada pria yang mau mendampingi dia ke depan nya... "

Aku diam, memandang mas Surya... aku senyum..

"Tapi setidak nya, teteh masih belum kehilangan integritas, anak, dan harapan. Manusia kalau sudah tidak punya harapan, sama saja mayat hidup. Mudah-mudahan harapan nya kali ini yang terbaik untuk dia seterusnya."

"Iya betul.. tapi...tadi kenapa si lae ada bilang jangan bilang ke Neng keadaan teh Yeti yang sebenarnya?"

"Biar dia denger sendiri saja maksudku mas dan di depan ku. Jadi aku bisa kontrol. Perasaan nya sangat halus mas, mudah terbawa perasaan, mungkin karena jalan hidup yang selama ini ia alami. Tapi yang paling aku khawatir, kalau ia nekat dan bertindak sendiri, sedang aku sedang susun strategi nya dan menunggu perintah. Bisa berantakan semua."

"Memang Neng sanggup apa lae?"

"Aku dewe juga ora ngerti mas, tapi sing jelas, dia.. tidak hanya seperti apa yang kita lihat... sekarang.."



Bersambung lagi ya suhu....

Mohon kritik dan saran nya suhu... selamat weekend...
 
Terakhir diubah:
Makin deket hari H jd ga pokus nih...dah baper kisah yeti...trim up na om, lanjut.
 
Bimabet
Mantap Hu.............

Gimana kalau Surya yang jadi suaminya Teh Yety Hu...............
makin senang tuh neng Dea..........Hehehe......:Peace::semangat::semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd