Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 2

Hmmmmnnnn nunggu lanjutan nya,, buat anak kembar suhu,, masing” punya anak kembar Kekekekekke....
 
Mulustrasi...


Aiko Nakazawa





Deandra



Winda

a14ba7623843583.jpg



Teh Yeti




Ce Ismi

117f99623843663.jpg



Rahmi

164a99623843703.jpg



Natmi

bea74d623843893.jpg




Berlanjut lagi ya suhu



*Chapter tiga puluh empat, hari ke sebelas



•••©©©•••


"Lalu melihat Denny tidak bisa kalian redam dan ajak kerja sama. Satu-satu nya jalan adalah melenyapkannya. Aku sudah bicara dengan eksekutornya, dan masih bebas berkeliaran sampai saat ini.
Kalian bingung kenapa saya tau semua? karena saya adalah ....... agen intelligent negara. Dan saya mencari tau itu semua. Dan, .... kenapa saya buka saat ini tentang Denny Suryadi?
Karena disini... saat ini... ada putra dari Denny Suryadi, yang kamu bunuh itu..."(Mas Surya maju ke depan mereka)

"Disini... juga ada putri Denny Suryadi... dan akan membunuh sendiri kalian.."

Seorang bergabung di samping mas Surya.. sambil.... membuka topeng biru lautnya..

"Aku tau, kamu pasti akan muncul lagi sayang.." kataku

Semua tecengang, tak ada yang percaya. Teh Yeti melongo sambil menangis, mas Surya terkejut sambil melotot, Aiko menutup mulut dan membuka lebar matanya yang sudah sipit itu.

"Makasih aa sayang, udah membuka semua nya. Aku bisa bertemu dengan sumber penderitaan ibu dan aku, Deandra Handayani Suryadi."


"Neng, kamu... "
teh Yeti menegur

"Maaf ya teh, Neng terpaksa melalukan ini. Neng gak bisa biarin orang yang Neng cintai bertaruh nyawa, padahal Neng tau kalau Neng juga bisa berbuat sesuatu."

"Sekarang sudah lengkap putra dan putri bapak almarhum. Saya serahkan pada kalian ber dua. Dan, tugas nya adalah memusnahkan mereka."

"Baik, biar saya yang pertama. Saya akan selesaikan juga amanat."

Mas Surya maju, menghunus pistol nya dan tanpa perasaan mengeksekusi Harris Sanjoyo.

Kemudian Neng maju, dia tikam Fajri Dono dengan belati ku.

Mas Surya sekali lagi mengeksekusi Agus Mercon dengan 3 tembakan.

Terakhir, Neng maju ke Yudha, tapi dia berhenti. Tiba-tiba dia mendatangi teh Yeti dan memberikan pisau itu pada teh Yeti. Teh Yeti maju, dengan muka dingin tanpa ekspresi, dia tikam Yudha tiga kali. Yudha mati.

"Oke tugas Clear.. hanya untuk anak Harris Sanjoyo yang di medan, saat ini agen sedang menjalan kan tugas nya disana. Sebentar lagi akan kita dapatkan kabar nya." kata Bang Manik.

"Anak nya yang keempat sudah clear di dalam bersama suami nya, yang di
medan ini anak pertama. Semua Dinasti Harris Sanjoyo habis..."
ujar bang Manik lagi.

"Okeh, gue lapor dulu ama komendan deh, kalo tugas kite di sini dah selesai yah.."

Mas Surya dan Dea menangis saling berpelukan. Mereka menumpahkan emosi nya setelah berhasil membalaskan dendam ayah mereka. Aku biarkan saja sampai mereka puas.

Setelah puas, mas Surya mendatangi ku. Menyalami ku, dan memelukku dengan erat.

"Terima kasih bang, aku bisa selesai menjalankan amanat dan bisa selesai menuntaskan dendamku selama ini yang memaksa aku masuk kepolisian. Aku tenang. Aku akan kembali bertugas. Andai tindakan ku hari ini membuat aku di sangsi dan di pecat, aku terima. Bahkan di penjara pun aku ikhlas."

"Nggak ada yang akan memenjarakan dan memberi mu sangsi mas. Andai mas nggak eksekusi, aku yang akan eksekusi. Ini perintah."

"Dek, mas lega sekarang. Mas malu, nggak akan bisa jaga kamu, padahal kamu baru mas temukan. Mas tadi melihat semua sepak terjang mu walau dari luar pagar. Kamu hebat dek, memang... hanya Anto yang bisa menjaga mu saat ini."

"Ah, mas Surya sangat memuji. Mas tetap menjadi panutan buat aku kok mas. A Anto cerita, hanya mas yang dia percaya dan punya integritas se polsek cibadak. Itu membuat Neng lega mas."


Tiba-tiba Aiko datang dan mencubit pipi Neng gemas.

"Neng cantik, kenapa sih tadi gak ngomong ama aku. Kamu... sudah menyelamatkan hi....."

Neng langsung menutup mulut Aiko dengan jarinya..

"Sudah kakak... jangan dibahas lagi.. aku wajib melakukannya karena aku tau dan aku sanggup. Aku akan sangat berdosa besar jika aku tak sempat melakukannya, ngerti kan kakak Aiko?"

"Heh, kok panggil kakak?"

"Jadi panggil apa? kamu kan yang pertama, aku teh yang ke dua, kan?"


Mareka saling berangkulan erat. Sungguh erat.

"Aku janji, mulai sekarang, apapun yang aku punya, kamu pun wajib punya. Jangan menolak, adek nurut ama kakak yah."

Neng mengangguk, wajah sumringah.

"Mampus lo Lak, tugas lo doble ngempanin anak orang... ha ha ha.." canda bang Saiful

"Hah, abang tau?"

"Sorry berat bro.. gue gak sengaja denger omongan lo waktu kemaren siang di rumah kakek. Gile lo Lak, bawa oleh-oleh lo buat komandan nih.." kata Bang Saiful menepuk bahuku

"Kok aku gak tau abang ada yah di samping?"

"Jiaahh.. otak lo kan dah di calon bini lo. Mana lo rasain ada kita?"

"Ini lagi si abang, pake istilah aneh. Emang kambing di empanin, ah si abang ada-ada ajah."
timpal bang Manik

Semua tertawa..

"Bang, polres sukabumi sudah tiba bang, dia mau masuk bisa?" kata mas Surya ke bang Saiful

"Kita atur dulu. Kita bilang ini ada teroris yang di gerebek polsek cibadak. Jangan bilang ada barang selundupan atau transaksi senjata. Buang identitas nya Kurzawa. Pakaikan pakaian biasa, biar dianggap bagian dari teroris."

"Barang bukti adalah alat-alat senjata untuk teroris. Dan semua mati di tusuk dan tertembak polisi, uang bakar habis sekarang, gitu yah, oke?"

"Siap bang."
kata Mas Surya

"Sebentar, ayo semua tinggalkan tempat ini lewat pintu kecil. Biar aku aja di sini." kata mas Surya


Kami semua percaya penuh dengan mas Surya. Kami mulai bergerak ke rumah kakek Ridwan. Terlihat memang polisi polres sukabumi dan Densus 88 dari polda jabar sudah tiba. Tapi, masih di tahan petugas polisi yang ada di depan. Pers belum ada. Kami hanya menghindari pers. Kalau tidak ada atau belum ada kami bebas melangkah biasa, walau kami sempat bertegur sapa dengan Densus 88. Pada dasar nya, mereka tau kok ini bukan seperti yang diberitakan, pasti ada campur tangan pihak lain yang tidak ingin di ekspos pada kejadian ini. Dan seperti ini sering terjadi di negara ini. Ada kejadian teroris di tembak mati oleh Densus 88 katanya, padahal Densus 88 datang semua sudah clear dan bersih. Yang di tonjolkan ya Densus nya lah jelas. Anggaran negara sudah keluar, masa gak ada hasil?. Biasa gitu sih...

Kami sungguhan lewat di belakang Densus 88, mereka memandang kami, polres sukabumi juga. Komandan nya Densus 88 mendekat..

"Bang, maaf. Abang dan ibu semua dari dalam? Abang udah beresin?"

"Iya ndan, tenang aja. Kerja nya udah beres kok. Tinggal ngumpulin dan hadapin tuh para wartawan, hehehe.."

"Abang dari?"

"BAIS"

"Oooo... wah udah beres kalo gitu.. ya oke Dan, silahkan dilanjut..."

"Makasih ya bang.."


Kami jalan terus, mereka memperhatikan. Dan satu demi satu, mengosongkan senjata nya masing-masing. Emang mau nembak apa lagi? Nembak burung emprit?



~~~©©©~~~


Kami sampai di rumah kakek Ridwan yang kami gunakan sebagai markas. Kami ber sembilan masih bersama. Aku, Aiko, Neng, dua abang TNI dan empat wanita muda ini. Sampai di halaman, Ridwan langsung menghambur lari pada ku, Winda juga. Ini mungkin sudah jam 8 an. Wah lama juga operasi ini.

"Alhadulillah.. alhamdulillah ya Allah.. gue masih ketemu lo anjing jelek. Gue mau nangis nungguin lo.." Ridwan menghambur memeluk ku erat sekali. Heh.. iya.. dia nangis juga..

"Udah beres Wan, Win. Udah kok. Ini semua kerja tim. Bukan gue doang. Gue sih apalah. Eh, lo antarin abang-abang ini ke RS, mereka luka tertembak. Biar cepet di ambil peluru nya."

"Eh, ayo-ayo. Ini tugas gue dah. Gue gak ikut di dalam sono tadi kan."

"Iya Nyuk, tetep ini juga tugas dan peran penting lah. Obatin atau bantuin yang luka kan."

"Bentar, gue keluarin mobil."

"Bentar dulu, bentar dulu, gue masih nungguin kabar dari komandan. Perintah nya gitu. Tunggu ampe ada instruksi katanya."


"Tapi abang dah kelamaan bang, kasian abang, berdarah terus."

"Ah, biasa ini mah. Kalo gue ada alat mah, gue ambil sendiri nih peluru.."

"Iiihhh..."
jawab para wanita ngeri

"Assalamualaikum kek.."

"Wa'alaikumsalam. Eh, Alhamdulillah... Anto dan Aiko selamat, bapak juga?"


"Neng juga kek, juga para teteh ini."

"Terima kasih ya cu. Kakek bahagia luar biasa. Kalian lah pahlawan desa ini yang sejati. Ambu... ke dieui.. "

Nenek keluar, tergopoh..

"Aduh, si geulis.. hik..hik.. semua sehat kan?"

"Alhamdulillah nek, hanya abang-abang ini luka nek. Tapi sebentar lagi mau di bawa ke sukabumi. Mau di operasi pengeluaran peluru. Tapi nunggu kabar dari komandan dulu."

"Aih... ayo masuk dulu.. eh, bentar nenek ambil minum"

"Gak usah Nek, nenek duduk aja..Winda aja kalebet."

"Eh, teh Winda.. Neng.."

"Disitu aja, gak usah ikut. Awas kalo ikut.."
ancam Winda becanda. Neng terpaksa diam sambil manyun.

Tak lama kemudian hape ku bergetar.. memang aku silent suara tapi bisa getar. Aku ambil, ada video call..

"Aku pamit sebentar semua, ada masuk panggilan dari komandan."

Aku segera ke luar ke teras

"Hallo, Balak 6 disini, perintah..."

"Perintah nya, panggil saya bapak."

"Hadeh.. kirain.. kenapa nih pak?"

"Selamat ya nak, sukses operasi kau. Ada siaran langsung nya ini di tv. Kau acak-acak semua yah? Sehat kau kan?"

"Sehat pak. Terima kasih pak. Bukan hanya kerja aku sendiri pak. Kerja tim kan pak."

"Kalian empat kan yang habisi semua kan?"

"Awal nya empat pak, aku, Aiko, bang Saiful dan bang Manik, lalu Aiko dibantu lagi sama seseorang, sama Neng."

"Siapa dia nak?"

"Cucu dari Aki Pratama. Aki Tama yang mengobati aku dan memberikan energi nya padaku, dan Neng cucunya yang merawat aku saat aku melewati masa kritis pak."

"Oh, jadi mereka yang menolong mu? juga merawat mu? Lalu, bagaimana perasaan mu?"

Hmm.. pertanyaan aneh. Luas sekali artinya ini.. ada-aja nanya nya...

"Aku saat ini, harus jujur sama bapak, kalau aku juga jatuh cinta sama Neng pak. Deandra nama nya. Aku saat ini mencintainya sama seperti aku cinta sama Aiko. Aku tidak bisa pungkiri hal itu."

"Hah, ai amang. Betul nya? bukan karena balas budi nya kau kan?"

"Bukan pak, sama sekali bukan. Justru aku dapat merasakan cinta tulus Neng pada aku, saat aku melewati saat kritis itu, aku kuat karena dia pak."

"Eh, gimana sama si Aiko, disana nya dia juga kan?"

"Ada pak, bapak mau ngomong sama dia? Bapak pastikan saja omongan saya tadi kebenarannya."

"Mana-mana dia, panggil kan dulu calon mantu ku itu."

Saat aku bangkit, ternyata Neng berdiri tidak jauh di belakang ku dan ..............
memperhatikan pembicaraan ku dari tadi.


Neng menunduk saat aku lihat dia. Sepertinya dia mengerti apa yang aku bicarakan dengan ayah.

"Dek, ini bapak mau bicara sama kamu." aku menyerahkan hape ku ke Aiko

"Ah, aku bang. Ya.. ya.."

Aiko bangkit dan mengambil hape ku dan bicara di luar.

"Hallo pak, ini Aiko. Apa kabar bapak?"

"Baik nak, kamu gimana operasi bersama abang mu?"

"Hebat pak, pengalaman sangat menegangkan pak. Ternyata Aiko masih harus banyak belajar pak. Aiko pikir sudah siap, ternyata Aiko masih harus mendapat pertolongan agar bisa menyelesaikan misi Aiko."

"Abang mu membantu kau? Itu kan rencana nya yah?"

"Iya pak, tapi tadi abang memang sedang sibuk dan berjuang sangat keras. Sehingga tidak menolong Aiko. Aiko diselamatkan seorang, yang Aiko sudah anggap menjadi saudara Aiko. Karena... dia juga.... ehh.. orang yang di cintai abang sama seperti Aiko."

"Hmm... jadi kau tau kalau abang kau ada lagi perempuannya selain kau kah?"

"Iya pak, tau."
jawab Aiko pelan

"Jadi kau setuju nya? gak keberatan kau rupanya?"

"Tidak sama sekali pak. Aiko malah senang. Dan abang juga terus terang ama Aiko, tanpa ada yang di tutupi."

"Hebat kalian anak muda ini. Bapak saja susah nya mencari pasangan ku, eh.. ini baru saja 7 bulan sudah bertambah. Tapi, kalau kau tidak keberatan dan senang juga, bapak bisa apa lah?"

"Jadi bapak.... setujui?"

"Tapi bingung nya aku nanti bicara sama papa mu, ah... bingung aku."

"Nanti Aiko akan bilang papa."

"Apa? Jangan, sekali lagi jangan kau, si Julian itu tugas nya. Dia harus bisa yakin kan papa mu."

"Papa harus setuju, Aiko sudah merasa nyaman sama Neng. Pokok nya nanti Aiko akan bantu abang."

"Eh... baru kali ini aku ketemu yang kaya kelian ini. Ada juga istri tua memaksa buat meyakinkan orang tua nya sendiri menerima madu nya. Hebat... tapi .............. terserah kelian pun itu."

"Makasih ya bapak mertua."

"Bisa aku kenalan sama calon menantu baru ku itu? ada nya dia disitu?"

"Ada pak, dari tadi juga ada pak, melihat kita bicara. Tapi dia malu dan takut pak."

"Panggilkan lah, bapak mau kenalan."


Aiko melambaikan tangan pada Neng, dan mengajak mendekat. Neng tampak merah wajah nya, dan sangat nervous..
Tapi dia mendekat juga, dan berdiri disamping Aiko. Aiko segera memeluk Neng.

"Hallo, siapa namanya?"

"Eh, saya Deandra om.. biasa di panggil Neng."

"Panggil saja bapak, lebih dekat ku rasa. Nggak masalah sama kau kan?"

"Eeehh.. tidak o..eh bapak. Tidak masalah sama sekali."

"Dea yang merawat Julian kan yah?"

"Julian?"

"Itu nama asli abang..."

"Oh.. maaf pak, ... maaf... Dea sama sekali belum tau... aduh..."

"Ha ha ha.. grogi sekali kau ku tengok. Biasa saja lah.. tapi, ku nilai, hebat juga si Julian memilih perempuan yah. Cantik semua."

"Ah, bapak... bisa aja. Jadi kalau jelek bapak gak setuju yah?"
canda Aiko.

"Bukan gitu, yang penting ini yang utama (sambil memegang dada nya).. Dea, kau tau kalau si Julian sebetul nya sudah ada calon nya?"

"Tau pak, abang sudah bilang sejak awal, tapi... Dea memang cinta aa eh ... Dea panggil nya aa.. pak. Boleh nggak ya pak?"

"Ya, senyaman kau saja. Karena dia orang Medan, tapi supaya ada juga beda nya sama si Aiko, bisa juga.."

"Tapi, secara jujur, bapak mau ucapin terima kasih sama kau dan kakek kau. Sudah menolong si Julian. Bapak tau nya, kritis dia itu hari, bapak pun nggak bisa kesana bantu dia. Ternyata ada kelian bantu dia. Hormat bapak untuk kau dan kakek yah."

"Sudah pak, gak berani Dea pak. Jangan begitu pak, sudah kewajiban Dea tolong aa, karena Dea tau hal itu. Kalau Dea tau tapi Dea gak tolong, itu Dea sungguh keterlaluan. Kakek mengajar Dea, harus menolong sesama pak."

"Ah, bapak bangga nak. Bapak bangga.. mana abang mu, bapak mau ngomong lagi.."

"Sebentar ya pak, Dea panggilin.."


Dea masuk rumah, wajah nya sumringah. Hah, sudah ketemu calon mertua walau melalui telepon, tapi sudah lancar.

"Aa.. ini bapak mau ngomong lagi ama aa.."

"Ya pak, saya.."

"Kapan kau pulang? selesai tugas mu disana kan?"

"Hari minggu pak. Sama Ridwan. Aku memang jadwal nya hari minggu ini pulang pak."

"Ya sudah, hari sabtu bapak ke sana. Sama mama mu. Mau kenal bapak sama kakek nya Dea. Juga sama kakek nya Ridwan."

"Hah, beneran pak?"

"Pernah rupanya kau tau bapak mu bohong?"

"Nggak sih pak."

"Istirahat-istirahat lah kelian di sana dua hari ini. Sudah lelah pun. Jaga diri kelian yah."

"Ya pak, baik.."

"Sekarang mau omong bapak sama si Saiful juga si Manik. Kasihkan lah dulu."

Lalu hape ku berikan pada bang Saiful. Aku tau ini masalah tentara, aku minggir, karena aku tidak diajak. Ya sadar juga, pangkat ku masih jauh dari abang-abang ini.

Abang Saiful dan Bang Manik keluar dan bicara di bale bawah pohon, sambil pincang dan tertatih.

Aku menghampiri Dea, dan Aiko..

"Bapak tadi omong apa dek?" tanya aku sama Aiko

"Mau mastiin aja bang, apa Aiko baik-baik dan soal Neng, apa adek juga gak apa-apa, adek jawab adek malah senang kok gitu bang." aku senyum

"Kalau sama kamu dik, bapak omong apa?"

"Eehh.. bapak baik aa.. bapak bilang terima kasih sama Neng dan aki juga udah tolong aa. Tapi Neng bilang, itu udah kewajiban Neng, karena Neng tau akan begitu jadi nya ke aa, kalau Neng tau tapi Neng nggak bantu, itu Neng orang yang jahat, keterlaluan. Bapak bisa ngerti sih a."

"Aku senang sekali. Suatu hadiah yang luar biasa buat aku, kamu berdua di terima di keluarga ku. Tugas ku tinggal satu, menghadapi papa Takeshi. Papanya Aiko. Dan aku sendiri yang harus maju."

"Abang gak usah khawatir, adek pasti dukung abang. Adek akan yakinkan papa, tenang aja bang."

"Satu lagi... tadi bapak bilang, sabtu besok mau kesini sama mama. Mau kenalan sama Neng dan aki Tama."

"Hah... aduh.. aa... kumaha iyeu? Neng gak pede euy.. aduh.. cepet pisan.. Neng pake apa yah? haduh..." Neng tampak bingung

"Sudah, jangan dipikirin sekarang. Nanti aja, masih dua hari. Nanti kita siapin sama-sama yah." kata ku

Aku yang sejak tadi bicara di teras, masuk ke dalam dan menemui kakek dan nenek, Ridwan, Winda dan empat wanita muda itu.

"Kakek, nenek, tadi ada salam dari ayah ku.."

"Wa'alaikumsalam" jawab kakek dan nenek.

"Kek, hari sabtu ayah dan ibu mau mampir ke sini kek. Minta izin sama kakek dan nenek saya ini."

"Silahkan cu.. rumah ini terbuka kok. Tapi ya seperti ini ada nya yah..'"

"Makasih banyak ya kek."

"Iya cu.. ayo kita sarapan dulu, nenek ternyata sudah siapkan. Ada bubur kacang hijau buatan nenek." ajak kakek.

"Hahai, aku suka kek. Ridwan dan aku kalo nongkrong ya di warung bubur kacang kek.."

Bang Saiful dan bang Manik sudah kembali, dan memberikan balik hape ku.

"Udah bang bicara sama komandan?

"Sudah Lak, sip."

"Berarti gak ada halangan abang ke rumah sakit kan?"

"Sarapan lah dulu.. baru jalan..." kata kakek.

"Oke lah, kita sarapan aja dulu dulu.."

Akhir nya kami sarapan bersama, dengan sukacita. Sekali lagi, nenek memenuhi kami dengan kebaikannya, yaitu memberi kami makan.



Bersambung lagi ya suhu...
Mohon kritik dan saran nya ya suhu.
 
Terakhir diubah:
Akhirnya perang selasai juga
Hidup poligami ( apa hubungannya )
Makasih hu tuk selalu update
 
Wuih udah dapetin rertu Cameron udah kompak juga, tinggal di ranjang kompak juga ga tuh.. Semangat pagi suhu
Akhirnya perang selasai juga
Hidup poligami ( apa hubungannya )
Makasih hu tuk selalu update
Tinggal nungguvundangan kawinan anto sama 2 bidadari .... :semangat:
Kawiiiiiiiiiiiiiiin............ Asek asek ena ena
Hehehe... iya suhu.. udah oke nih.. tapi... janji ke teh yeti kumaha yah? pusing lagi deh... sebelum ada yang punya apa perlu di kasih tanda dulu kali yah... ngarep.com
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd