Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 3 - I Promise

Bimabet
Mulustrasi...


IBU PUTRA




NOVI




JESSICA

2f733a663767753.jpg



DEBBY

8d9dfe663767783.jpg




~~~©©©~~~


BAB. III - Next Generation


Gue Satria Raja Putra, panggilan Putra ajah. Umur belum genap lima belas tahun. Anak Jakarta keturunan. Gue baru lulus SMP, baru mau cari tempat sekolah. Tapi emang gak gampang. Gue dari keluarga sangat sederhana. Bapak udah gak ada, ibu hanya penjual sayuran di pasar kecil di salah satu sudut kota batas Jakarta. Gue gak mau muluk-muluk buat hidup. Yang penting gue gak rugikan orang lain, dan gue juga gak kelaparan dan kekurangan, cukup lah.

Siang ini gue mau daftar sekolah di SMA swasta di batas DKI dan Banten. Sekolah masuk siang, karena gue mau kerja kalau pagi. Iya, pagi hari gue masih menjadi bagian produksi pada sebuah pabrik bakso tradisional. Mulai subuh gue dah sibuk dengan giling daging sapi, mengolah dan tambah sana sini, lalu mencetak pada mesin cetakan sehingga keluar lah pentol bakso yang bulat dan gepeng. Lalu mengeringkan dan memasukkan pada kemasan. Gue sudah kerja di pabrik ini sejak naik kelas 2 SMP di ajak oleh tetangga, yang merasa prihatin dengan keadaan keluarga gue. Tapi waktu SMP gue masuk pagi.

Akhirnya gue sampai di halaman sekolah yang gue tuju. Gue segera menuju bagian pendaftaran..

"Selamat siang bu. Saya mau membeli formulir pendaftaran siswa baru bu, bisa bu?"

"Oh, bisa dek. Ini kamu isi buku tamu dan data diri dulu.. harga formulir nya 50 ribu."

"Baik bu.. ini uang nya. Syarat-syarat umum saya bawa bu, seperti KK dan copy akte lahir dan pas photo ada juga bu."

"Ya, cukup dek. Kamu belum ada KTP yah?"

"Belum punya bu, saya baru 15 tahun. "

"Tapi badan kamu sudah tinggi dan besar. Kelihatan sudah dewasa. Ternyata masih muda yah.. Ya, tidak apa-apa. Hmmmhh... ini cukup kok. Kamu isi yah, kalau sudah, kasih ke saya lagi yah.."

"Iya bu, sebentar bu.."

Gak perlu makan waktu lama, formulir dah gue isi dan gue balikin ke si ibu petugas formulir nya.

"Nama kamu, Satria Raja Putra, betul?"

"Iya bu.. saya masih 15 tahun kurang."

"Kamu tinggal ama siapa? Kenapa mau daftar sekolah sini. Aku lihat nilai kamu bagus hasil UN nya, dan lulus juga nilai baik. Kenapa harus ke sekolah swasta. Sayang, kamu pinter, cakep kok malah gak milih sekolah bagus?"

"Saya dari subuh sampai siang harus kerja bu. Membantu ibu. Ibu hanya tunggal, dan saya sudah tidak ada ayah. Jadi saya harus kerja bantu ibu kalau pagi bu."

"Oh begitu.. kamu kerja dimana?"

"Di pabrik bakso bu. Di perbatasan kota bu. Sudah 2 tahun lebih saya kerja disana."

"Wah, hebat kamu yah.. mudah-mudahan kamu bisa membagi waktu dan tenaga kamu karena saat ini kamu sudah masuk SMU, tentu makin sulit pelajarannya. Oh iya, nasihat ibu, nanti kalau kamu sudah masuk dan jadi siswa sini, jangan ikuti pergaulan yang salah yah. Pilih-pilih kalau mau bergaul. Di sekolah ini ada juga kelompok siswa yang nakal. Kamu anak baik, jangan jadi rusak yah."

"Terima kasih nasehat nya ya bu. Bisa saya tau, nama ibu?"

"Susanti.. saya staff TU disini. Minggu depan datang jam 2 siang, ada test masuk. Jangan terlambat yah. Kalau lulus, baru kamu bayar biaya lain nya.."

"Baik bu, saya permisi dulu ya bu.. assalamualaikum.."

"Wa'alaikumsalam" jawab bu Susanti.

Gue balik ke rumah. Jarak sekolah ke rumah pake bis kota sekitar 30 menit. Gue jalan ke halte. Tampak beberapa anak juga seumuran gue, pake baju bebas, yang mengambil dan mendaftar di sekolah ini. Ada yang di antar orang tua nya, ada juga diantar kakak nya sepertinya. Yang sendiri kaya gue cuma kaya nya ber dua, gue ama seorang cewek. Yah berperawakan biasa aja, rambut seleher. Kulit sawo matang, badan cenderung kurus. Lalu gue perhatiin anak-anak lain..

Lima menit kemudian bis hijau yang gue tunggu dateng, gue langsung datangi dan naik. Gue ke depan nya harus mulai membiasakan diri dengan bis ini. Soalnya biar gimana, ini alat transportasi termurah gue ke sekolah.

Kurang setengah jam kemudian, gue udah di depan rumah.

"Assalamualaikum.. bu, Putra pulang..."

"Wa'alaikumsalam.. gimana tadi nak daftar nya?"

"Lancar bu.. Putra sudah isi dan kembalikan lagi formulirnya. Syarat nya sudah lengkap bu, memang sudah Putra siapkan sebelumnya. Minggu depan Putra ada test masuk bu. Jam 2 siang di sekolah."

"Syukurlah nak, mudah-mudahan kamu lulus test nya.. biar kamu sekolah. Cuma sekolah swasta ini ibu sanggup sekolahkan kamu nak. Semoga kita di beri kesehatan buat menjemput rezeki yang di kirim Allah ke kita.."

"Amin.. amin.. Putra bangga sama ibu, tetap menyekolahkan Putra, walau kondisi kita sangat terbatas. Putra janji, ibu akan Putra bahagiakan. Ibu lah pahlawan nya Putra. Biar gimana pun, Putra gak bisa pisah dengan ibu.."

"Kamu memang anak yang baik, ibu tidak pernah kamu buat kecewa sejak dulu, sejak kecil. Kamu menurut, patuh, hormat, rajin tanpa mengeluh. Jujur ibu pun banyak terhibur dan terdorong lebih semangat lagi untuk berusaha mendapat lebih, setelah melihat sikap dan perbuatan kamu yang sungguh menyenangkan hati ibu."

"Ibuuu.. biar gimana pun, Putra anak ibu, Putra hanya punya ibu, bagaimana pun Putra akan jaga i ibu, akan pelihara ibu."

"Jika nanti Putra sukses, ibu harus yang pertama merasakannya. Bukan yang lain.. bukan... ibu yang utama.."


Pov Ibu Putra

Aku peluk kepala anak ku. Aku sayang padanya. Semenjak lahir, dia tidak pernah bertemu ayah nya. Ayah nya pun tidak tau ada dirinya. Ah.. entah sampai kapan rahasia ini terjaga, aku tidak tau. Mungkin seumur hidup ku akan aku simpan. Sudah lebih 15 tahun lalu, rahasia ini aku simpan. Tapi aku bahagia bisa memiliki Putra. Dan aku pun sudah ber janji tidak akan menikah lagi dengan lelaki lain. Aku akan simpan hatiku untuk aku sendiri. Dan perhatian dan sayang ku akan aku tumpah kan pada Putra seorang.

Saat ini putra satu-satu ku sudah mau menginjak sekolah menengah umum. Cita-cita nya ingin menjadi tentara, cita-cita yang sangat luhur nak. Semoga dilancarkan keinginan mu.


Pov Putra

Hari ini aku izin tidak kerja karena mau daftar sekolah. Jadi yah agak sedikit santai. Khusus hari ini lah. Aku masuk, ganti baju ku. Aku mau bantu ibu beberes dagangan. Sudah menjelang sore, setelah nya aku mau mandi. Aku mau main ke tempat teman ku dulu. Kangen juga sudah 3 minggu sejak lulus belum ketemuan lagi. Mereka positif mendaftar di sekolah Negri yang cukup terkenal di seantero jakarta bagian selatan barat ini. Yah, aku tinggal di perbatasan jakarta barat dan tangerang. Sekolahku yang aku daftar ini sudah masuk wilayah Banten. Rumahku masih DKI.

Jam 7 malam aku sudah di rumah Roni, teman SMP ku. Ada Joko dan Andi juga. Ini gank ku sewaktu SMP. Walau aku harus kerja kalau siang sampai malam di pabrik bakso, teman ku tetap selalu mengunjungi ku. Kami sama-sama menyempatkan sekedar belajar kelompok selepas pulang aku kerja. Walau sangat lelah, tapi kalau sudah kumpul dengan mereka, aku sangat terhibur. SMP aku juga sekolah pagi. Tapi sekolah negri.

"Sett.. telat lo Put? lo balik gawe?"

"Assalamualaikum.. "

"Wa'alikumsalam... masuk sini. Tutup lagi gerbang nya yah.." ajak Roni

"Iya.. sorry mai pren.. Gue telat. Tapi dikit kok. Maklum bantu nyokap dulu masukin sayuran."

"Sip, yang penting si ganteng dah dateng. Tuh si Black (Joko), Cacing (Andi), udah nungguin lo. Jadi kan rencana kita?"

"Yup jadi lah. Udah kita siapin kok, masa batal." jawab ku

Iya kami berempat memang berencana ingin membuat suatu acara semacam perpisahan pada dua orang teman karib kami. Malam ini ulang tahun adik dari teman gue. Teman gue itu Kakak adik yang sangat baik. Mereka dari dua ibu tapi satu ayah. Novi dan Stevan, teman SMP ku yang sangat baik pada semua siswa. Mereka banyak sekali menolong kami. Terutama ke gue. Saat gue mengalami kesulitan keuangan, tidak bisa bayar SPP on time, Novi menalangi dulu. Saat gue tidak bisa beli buku pelajaran, dan tidak sanggup mengganti sepatu yang sudah jebol, Stevan membeliin gue dengan menyisihkan uang saku nya. Mereka sangat banyak membantu ke gue dan teman yang lain. Si Black kemarin kena DBD, dan tidak bisa bayar DP perawatan, Stevan yang membayarkan melalui CC nya. Si Cacing juga ibu nya kena stroke ringan, tidak ada waktu urus Jaminan Kesehatan yang dari Pemerintah, si Cacing sudah panik dan stress, Stevan turun tangan, dia telepon tante nya, tante dokternya langsung menyuruh ibu si cacing di bawa ke RS tante nya kerja itu, pakai mobil Stevan juga, ibu si Cacing langsung di tolong dan selamat saat ini sudah pulih total. Si Ron Ron di palak preman pasar sawah, barang nya habis di sikat, muka juga dijotos sampe bonyok, mau pulang pun gak ada apa-apa, ketemu si Novi, di belikan semua yang hilang, di gantikan dengan yang baru komplit. Ah.. gue pasti merindukan mereka. Mereka pindah ke SMU favorit di kawasan Blok M. Wajarlah, dia dari keluarga berada sih. Ayah nya pengusaha kaya, tapi tetap rendah hati. Gagah, dan berwibawa. Ibu mereka ke duanya cantik. Satu kata nya orang Jepang, satu orang jawa barat. Tepat nya gue gak tau. Jujur, banyak temen lelaki atau perempuan pasti menaruh hati pada mereka. Tapi semua sungkan, dan segan. Jadi semua di pendam masing-masing. Siapa yang tidak suka pada Novia Tamara dan Stevan Hitoshi ? Brand mark untuk anak-anak cerdas, baik dan sempurna.

Gue.. ya jujur hati kecil gue juga bilang, gue sayang dan suka dengan Novi. Tapi, ah.. bodohh.. memang lo siapa Put? Dan hati gue merasa seperti dekat dengan mereka ber dua. Entah lah.. tapi mungkin cowok lain juga ngerasakan hal sama.

Kami meluncur dengan menggunakan 2 motor. Motor si Ron ron dan motor si Black. Aku di bonceng si Ron ron, Black membonceng si cacing. Sebenarnya rumah yang kami tuju tidak terlalu jauh dari rumah ku, sekitar 1 KM kira-kira. Terdapat dalam sebuah kompleks perumahan elit, dan masuk ke sebuah Cluster eksklusive lagi. Dua rumah dijadikan satu. Aku belum pernah sampai masuk. Masuk Cluster nya saja susah, harus tinggal identitas dulu, atau harus menghubungi yang empunya rumah kalo kita belum ada atau tidak bawa identitas. Si empunya rumah yang putusin bisa masuk atau nggak. Itu juga tetap di kawal security sampai bertemu yang punya rumah, tamu nya memang dikenal dan tuan rumah bersedia menerima nya.

Tidak lama kami sampai di gerbang cluster. Roni melapor security. Kami diminta meninggalkan kartu identitas. Kami satu pun belum ada yang punya KTP atau SIM, apalagi passport. Lagian ngapain bawa passport sih.

"Pak, kami itu teman nya Novi dan Stevan pak, teman sekolah SMP nya. Masa gak percaya. Liat nih tampang kami, unyu unyu dan polos. Gak ada tampang maling deh.."

"Ja ilah lo tong.. gue dah bilang pan, kaga bisa ntong ganteng. Enih udeh prodesur nyah.."


"Prosedur ncing.. " seorang Security satu nya meluruskan..

"Iii yee.. ntu.. prodesur.. "

"Prosedur pak sekuriti.. " jawab Cacing

"Alah ribet gue.. noh.. ada ceceteve, ngeliat semua orang, terutama pak erte nye. Kalo lo masuk kaga ada ktp, ntar gue di tanya trus gue jawab kaga bisa nunjukin, gue yang di tegor keras tong.. ngarti kaga lu?"

"Haaahhh.. Jadi gimana dong pak? masa udah disini musti balik lagi?" tanya gue

"Gini deh.. lo telponin temen lo itu. Den Stevan atau non Novi. Idupin speker nye, biar gue denger.." jawab security yang lebih muda

Si Roni yang bawa hape diantara kami berempat, dia yang telpon. Dia yang agak lumayan keadaan ortu nya. Tapi di banding Novi ama Stevan ya jauh lah.

tuutt.. tuuuuttt... tuuuuttt... ttuuuuuutt..

Wah kacau gak diangkat.

tuuutt... tuuuuttt.... tuuuuuttt... tuuuttt...
tuuuttt... tuuuuttt... tuuuuuutt.. tuuuutt...


Wadauh kacau.. muka kami terasa panas, keringat mulai keluar. Seringai senyum keluar di wajah security muda. Senyum yang aneh..

"Mana? lo pada tuh modus doang.. gue dah tebak. Tampang kampung gini ngaku temen nya orang kaya. Nggak ngaca lo pada? gue kaya nya tau lo deh (security muda nunjuk muka gue), lo kerja di pabrik bakso Gizi Utama kan? Gue pernah liat lo waktu bungkusin bakso.."

"Bener pak, gue emang kerja di pabrik bakso bulak pak.." gue jawab

"Hah, kuli bakso mau ngaku jadi temen nya non Novi. Mimpi lo.. kalau menghayal jangan ketinggian lo pada. Nyungsep nya sakit, bonyok.. ngarti kaga?"

"Udah bang, jangan hina kami terus. Emang kita orang nggak punya, masa kita gak bisa temenan ama orang ada bang? Novi orang nya gak milih orang kok bang.." gue jawab rada kesel

"Justru karena gue tau die orang baek, jadi banyak yang ngaku-ngaku in. Tadi udah ada yang dateng kaya lo pada gini, kaga bawa ID. Tapi kalo dia orang anak borju. Telpon sekali langsung diangkat, dan memang temen nya non Novi. Pake mobil sedan, mengkilap, keren. Gak kaya lo pada pake motor butut. Punya baba lo lagi kan? jangan-jangan lo bawa nya nyolong-nyolong lagih.."

Security muda ini menghina banget. Kuping gue asli pedes denger nya. Tiga temen yang lain juga mukanya di tekuk masam. Terbayang sudah rencana yang berantakan, musnah semua yang udah di latih.

Tiba-tiba datang sebuah mobil sedan hitam buatan eropa. Dengan empat gelang bundar yang saling berjejer bertautan. Gue juga bingung nama nya. Tapi asli keren.. si security muda bangkit dan memberi hormat. Si empunya mobil buka kaca, dan saat melihat ada 4 remaja tanggung di gerbang, si empunya mobil bertanya ke security.

"Pak, ada apa? adik-adik ini mau kemana?"

"Maaf pak Julian. Sudah tidak perlu di urus pak. Bapak gak level urus ginian. Mereka biasa mabok aibon kali, sekarang anak tanggung kere kan sukanya mabok aibon pak. Gak ada apa-apa pak. Silahkan pak.." si security minggir. Gerbang itu otomatis terbuka jika di tempel kartu identitas pengenal warga. Hanya warga pemegang kartu yang bisa buka. Jika tidak punya kartu ID, security yang akan bukakan.

Gue yang melihat hal itu sungguh geram melihat kelakuan security ini. Sungguh penjilat. Gue langsung datangi ke arah mobil.

"Pak, kami ini teman nya Novi dan Stevan pak. Apa bapak kenal teman kami? Kami mau datang di acara ulang tahun adik nya. Kami di undang, lisan sih pak." gue selak

"Woi anak gembel. Bandel di bilangin lo yah. Gue hajar lo.. "

"Udah.. udah.. pak Udin, sabar. Gak baik gitu. Kalian dari mana?" tanya si bapak ke kami walau dia masih di dalam mobil, hanya kaca yang terbuka. Tapi aku bisa melihat sesosok yang gagah, muda, dan bersahaja.

"Kami teman nya Novi dan Stevan waktu SMP om. Dari SMPN **, kita temen seangkatan om walau kita emang nggak semua nya sekelas."

"Novi dan Stevan memang anak om. Dia juga lulusan SMP itu sih. Pak Udin, biarin mereka masuk. Saya percaya mereka. Kalau mereka bohong, ya saya akan lapor kalian saja. Biar jelas, kalau gini gak akan selesai."

"Siap pak. Izin pak mendampingi sampai tempat bapak untuk menjaga saja."

"Ya sudah, saya setuju. Itu paling bijaksana. Ayo kalian ikut..."

"Makasih banyak omm... makasiiih ya om.." gue dan teman-teman ucapin terima kasih sama si om ini.

Akhirnya kami bisa masuk juga. Tak lama kami bisa joint juga. Acara pesta sudah berlangsung. Musik mengalun keras, pantas tidak kedengaran telpon si Roni. Tampak si tuan rumah dan yang ulang tahun sudah sibuk. Mereka sangat cantik dan gagah. Novi terlihat sangat anggun. Gaun warna pink nya, sangat mencolok di banding orang lain disana. Stevan memakai stelan jas biru langit lengkap dengan dasi senada nya, sungguh gagah teman gue ini.

Adik mereka yang ulang tahun juga memakai baju yang ikuti gaya-gaya abegeh zaman now. Celana jeans 3/4 ketat, baju ketat dengan memakai rambut palsu dan topi gaul. Dandanan sangat kekinian. Khas anak mulai gede.

Kami berempat setelah memarkir motor di depan gerbang dan mengucapkan terima kasih pada security, masuk dan disambut oleh Stevan.

Kami yang menyadari sesuatu, saling bisik. Dan tampak wajah khawatir dan malu menghampiri kami berempat.

"Waahhh... akhir nya lo orang datang juga. Gue pikir lupa undangan gue. Makasih ya bray.. udah sempatin ke sini." Stevan menyambut kami

"Tapi Van, eee... kita berempat jujur gak bisa bawa apa-apa buat kado adik lo. Selain ada acara ini, sebenarnya kita kesini juga mau sekalian perpisahan. Sekarang kita udah nggak bareng lagi satu sekolah, jadi kita berani in dateng ke sini di moment ini. Biar kami juga sekalian mau ucapin terima kasih." kata gue ngejelasin kesusahan hati kami tadi.

"Udah gak usah di pikirin kali Put. Kamu datang aja, udah senang banget aku sama Stevan." Novi ikut menyela

"Bukan cuma gue, kita berempat kok. Yah, mungkin kita juga gak berani lama, takut ganggu acara hebat ini." kata gue lagi..

"Siapa yang datang Nov? ooo.. gerombolan orang kismin dan susah.. ngapain lo pada ke sini. Gak liat apa ini pesta khusus? bisa lewat security emang lo pada? jangan-jangan lo pada nyelinap yah?" Doni ikut bicara.

Doni, si anak borju, anak orang kaya, sama gank nya Riki dan Robi. Memang kelompok anak orang berada di SMP kami. Mereka selalu merasa paling hebat, dan paling penting. Semua sifat nya bertolak belakang dengan Novi dan Stevan. Padahal jika di lihat secara materi, orang tua Novi dan Stevan tidak di bawah dari orang tua mereka.

"Apa si lo Don? dia orang tamu gue.. bukan tamu adek gue. Kalo lo datang ke pesta adek gue kan? dia orang nggak, tadi kan lo denger sendiri. Udah, lo kesana aja gak usah urusin mereka. Biar gue yang urusin.." suatu jawaban dari Stevan yang telak buat Doni dan kawan-kawan nya. Gue makin salut ama teman gue ini.

Doni, Riki dan Robi yang ada bertiga di samping Novi, langsung diam. Mukanya merah, dan terlihat kegeraman. Aku gak ambil pusing. Kelihatannya teman ku lainnya si Roni, Joko dan Andi juga sama. Novi cuma diam, tapi juga kelihatan raut kurang nyaman di muka nya.

"Putra, Roni, Joko dan Andi, ayo kesini. Kalian makan dulu. Jangan malu-malu. Gue tau lo orang belom pada makan kan? ayoo.. gue yang ajak nih.. " Stevan menjamu gue ama temen-temen

"Iya Put, juga kamu semua.. itu meja nya disana. Ambil sendiri yah.. Novi mohon jangan malu-malu. Novi tuan rumah lho ini, kalau kamu nggak mau makan, gak hormatin tuan rumah sih.."

Akhir nya kami bergeser ke arah meja yang isi makanan semua. Apa nama istilah nya? ah tau lah..

Novi maju di depan, dia ambil piring, sendok, garpu dan tissue lalu mulai menyodorkan pada kami. Gue yang pertama, si Black, si Cacing terakhir si Ron ron. Asli, gue bingung nih. Norak nih gue ngeliatin makanan nya. Seumur-umur banyak makanan yang belum pernah gue liat. Nama nya juga kali gue belom pernah denger. Emang makanan orang kaya, kalo sekelas gue cuma bisa mimpi deh. Boleh gak yah gue ngerasain semua? banyak banget jenis nya, ada kali 10 jenis. Ah, gue cobain aja ah dikit-dikit, yang penting gue pernah nyobain.. tiba-tiba ada yang menyenggol bahuku dengan keras. Refleks aku mencekal piring ku, agar tidak tumpah.

"Heh orang gembel, awas lo. Gara-gara lo gue jadi malu. Pulang ntar, habis lo.."

"Lo kenapa sih jahat amat ama gue Don?. Gue salah apa ama lo? Gue dari dulu ngalah kok, tau diri gue siapa. Gue gak mau ada urusan ama lo, gue sadar gue miskin, gak punya apa-apa. Maka gue gak mau nyusahin diri gue buat bikin urusan ama lo Don."

"Banyak bacot lo.. awas lo ntar. Jangan lari lo.."

Gue narik nafas. Gue bukan nya takut ancaman nya, tapi gue gak enak ama teman yang lain apa lagi ini di acara nya Stevan ama Novi. Dua orang yang sangat gue hormati. Si Black, cacing dan Ron ron yang ngeliat kejadian itu, ikut terperangah, dan muncul raut khawatir di muka mereka. Aku menunduk halus ke mereka, dan aku lanjut kan makan.

Pesta nya di lakukan di teras rumah. Ada meja besar yang berisi kue tart besar di situ. Lalu muncul seorang wanita cantik dengan mic di tangan nya.

"Selamat malam semua nya... buat abang dan kakak semua. Oh iya lupa.. buat bapak, mama, juga om Takeshi yang sudah ada di sini. Kita udah makan semua kan? gimana adik-adik sudah kenyang? oke kalau gitu, kita masuk ke acara puncak. Kita mau peniupan lilin, dan potong kue. Oke???" ucap sang wanita cantik ini, ya umur nya kaya 27 an mungkin... Tapi siapa yah dia. Kok ada manggil bapak dan mama segala. Trus abang trus kakak. Pasti bukan orang lain di keluarga ini sepertinya.

Acara peniupan lilin di mulai, gue masih di pinggir terus habisin makanan gue. Setelah bernyanyi Selamat Ulang Tahun, lalu di lanjutkan si adik nya Stevan maju sejenak berdoa meminta harapan, dan langsung meniup lilin angka 13 itu hingga api nya padam. Tepuk tangan bergema. Lalu di lanjut potong tart nya, dan di berikan pada orang yang paling berharga untuk dia..



Bersambung ya gannn...

Mohon kritik dan saran ya suhu.. sangat sesuatu buat nubie.. update kali ini segini dulu, baru sempat edit segini..
Salam..

ke hal. 10

 
Terakhir diubah:
Update yang ini..
Side Story kah..?

(Mungkin) Cocoknya di jadiin cerita
Pada Season berikutnya.....

Ato ini mungkin Jalan ceritanya
Julian ketemu anaknya dengan Teh Yetti..

Betulkan Satria Raja Putra anaknya Teh Yetti dengan Julian...?;)
 
Ternyata anaknya dah pada kenal cuma belum pada tau aja ya.......
Mantap hu......
 
Pertamax di amankan hu
makasih gan updatenya ..



wah ini akan jadi waktu yang istimewa buat bahan cerita si Putra, Stevan, Novi dan juga si Balak.

tanpa mereka sadari di waktu perpisahan di rumahnya si Balak, pas acara ulang tahun Stevan juga Novi dengan temennya yang sesungguhnya adalah masih saudara si Putra, di saat itu juga mereka bertemu denga anggota keluarga yang sedang di cari-cari oleh si Balak.
Makasih suhu... udah mampir suhu..
Kalau ketemu, kaya nya sih.. iya.. tapi kalau buru-buru ketemu.. yah finish deh.. hehehe.. twist deh...
 
apakah kemampuan bertarung atau beladirina si Putra menyamai dengan kemampuan si Balak dalam menghadapi si Doni, Riki dan juga Robi.
karena di dalam tubuh si Putra mengalir juga darah ayah kandungnya yang tak lain adalah si Balak.














Ditunggu kelanjutannya om @Balak 6,
semakin menarik nih update selanjutnya.
:semangat:
Kalau beladiri? kya nya nggak hu.. dia sadar juga nggak mungkin..
 
Update yang ini..
Side Story kah..?

(Mungkin) Cocoknya di jadiin cerita
Pada Season berikutnya.....

Ato ini mungkin Jalan ceritanya
Julian ketemu anaknya dengan Teh Yetti..

Betulkan Satria Raja Putra anaknya Teh Yetti dengan Julian...?;)
Makasih gubes koment nya..
Sebenarnya masuk inti cerita gubes suhu.. penokohan baru, jadi ada alur baru suhu.. dan peran nya juga penting dalam cerita.. hatur nuhun suhu...
 
Sempit nih dunia., ane kira anaknya pada kagak kenal, eh udah ada sinyal- sinyal sayang sebagai saudara.,:jempol:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kayanya putra anaknya Yulian Dan cwe yg ditonton Yulian adalah the yeti IBU putra
 
Wah emang suhu satu ini luar biasa ganti alurnya.... mulus dan gak bikin bingung.
 
Makasih gubes koment nya..
Sebenarnya masuk inti cerita gubes suhu.. penokohan baru, jadi ada alur baru suhu.. dan peran nya juga penting dalam cerita.. hatur nuhun suhu...

Ataw dalam cerita ini
Bakal dibikin masalahnya jadi sangat besar...

Musuhnya ternyata mempunyai jejaring yang sangat banyak...
Sehingga Julian membutuhkan personil yang sangat banyak..

Sehingga dirturunkan 3 generasi..
Bapak + Mertua
Julian + Aiko + Dea (+ Yetti mungkin)
Beserta 4 orang anak + Satria...

Hahaha seruuuu....
 
Aarrggghhhh ketinggalan keretaaa:capek: ups.. Cerita:bata:

Makin keren aja nih suhu balak bikin seson 3 alurnya rada ser ser-an + tambah multi pov keren :mantap:
Kripik nya kayanya judul harus diganti hu soalnya udah ga lonely :mindik::mindik::bata:
 
Bimabet
Putra .. anak Yeti-Julian

Kalo Putra merasakan Hal yg beda ketika berada dekat dengan Stevan juga Novi .. apa mungkin Julian merasakan Hal Yang sama terhadap Putra ..

Terbayang sebuah momen dimana Putra Di kerjain Doni Cs yg Secara ngga sadar ngaktifin kekuatannya yg selama ini tidur karena ngga dilatih, Dan itu disaksikan Julian ... Hahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd