Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 3 - I Promise

mantaf suhu, di tunggu epilog 2 nya. btw mau nanya neh suhu, ada yg tau tdk kelanjutan thread Ibuku Cintaku dan Dukaku, Karya suhu Rezzo kalau gak salah. soalnya saya habis baca, tp ga tamat, threadnya malah dah terkunci, kalau ada yg tau tolong share ya.
 
Thank suhu akhirnya tuntas tas tas tas cerita ini ditunggu epilog ke 2 dan cerita lainnya. Tetap semangat maju terus pantang mundur. MERDEKA ....
 
Mulustrasi...


NOVIA TAMARA



JESSICA



DEBBY




Lanjutannya ya gannn...


"Selamat malam semua nya... buat abang dan kakak semua. Oh iya lupa.. buat bapak, mama, juga om Takeshi yang sudah ada di sini. Kita udah makan semua kan? gimana adik-adik sudah kenyang? oke kalau gitu, kita masuk ke acara puncak. Kita mau peniupan lilin, dan potong kue. Oke???" ucap sang wanita cantik ini, ya umur nya kaya 27 an mungkin. Tapi siapa yah dia. Kok ada manggil bapak dan mama segala. Trus abang trus kakak. Pasti bukan orang lain di keluarga ini sepertinya.

Acara peniupan lilin di mulai, gue masih di pinggir terus habisin makanan gue. Setelah bernyanyi Selamat Ulang Tahun, lalu di lanjutkan si adik nya Stevan maju sejenak berdoa meminta harapan, dan langsung meniup lilin angka 13 itu hingga api nya padam. Tepuk tangan bergema. Lalu di lanjut potong tart nya, dan di berikan pada orang yang paling berharga.


•••©©©•••

Setelah acara simbolis itu lewat, dilanjutkan acara pesan dan kesan. Para orang tua maju memberi nasihat pada adik Stevan, nama nya Jessica ternyata. Kakek, nenek, papa dan mama nya. Ada dua mama nya. Juga tiga kakak nya. Gak ketinggalan yang bawa acara, ternyata tante nya Stevan, tante Debby, adik papa nya. Pantes an kaya dekat sekali. Semua ditujukan ke Jessica. Jessica anak terakhir sih soalnya..

Kemudian disambung dengan kesan dan pesan dari tamu. Lalu teman-teman nya. Aku maju menemui tante Debby, aku utarakan kalau kami ber empat ingin meminta waktu sejenak buat sekedar mengucapkan terima kasih dan ucapan perpisahan dengan Stevan dan Novi. Tante Debby mengizinkan setelah acara buat Jessica selesai.

Selang 15 menit kemudian, acara ke Jessica sudah selesai.

"Baik lah, sekarang ada permintaan kesempatan dari adik, teman kalian juga. Kepada Putra, tante persilahkan.." tante Debby membuka kesempatan untuk kami.

Gue, Roni, Joko dan Andi maju. Kami mengeluarkan masing-masing secarik kertas tulisan kami masing-masing

"Terima kasih atas kesempatan nya tante. Maaf kami mengganggu acara ini. Kami berempat ingin membaca sebuah narasi sebagai bentuk dari curahan hati kami. Assalamualaikum.. saya Satria Raja Putra.."

"Saya Roni Setiawan."

"Joko Mulyadi."

"Andi Abdullah"

"Kami bersekolah di sekolah yang sama SMPN **. Kami menemukan 2 buah permata. Permata merah muda dan permata biru. Saya Satria Raja Putra. Saya berasal dari keluarga yang tertinggal. Ayah tidak ada sejak lahir, hanya ibu yang berusaha untuk kami. Bisa sekolah adalah suatu anugrah yang sangat besar buat saya. Saya semester ganjil kemarin pernah tidak bayar SPP 3 bulan dan diancam di keluarkan... (aku diam mengatur nafas).. permata merah turun, dia membayar uang SPP ku, sampai... akhir semester... (aku menunduk tak berani melihat ke sekeliling).. bahkan uang Lembar kerja pun di lunasi..."

"Saya sakit DBD, dan tidak ada dana buat membayar RS selama saya opname 5 hari. Kami sungguh bingung memikirkan dana buat membayar biaya nya. Karena orang tua ku ke dua nya hanya pedagang keliling nasi goreng. Saat akan pulang, ternyata haahhh... sudah terbayar ... dan lunas.. saya sembuh.. orang tua kami... termasuk saya tidak percaya, lalu kami setelah di cari tau, permata merah biru yang menyelesaikan." kata Joko

"Saya waktu itu, akan pergi ke pasar, iya pasar sawah.. saya mau membeli barang dagangan untuk warung ibu. Sampai di pasar sudah menjelang sore dan toko banyak yang tutup. Tapi kemudian datang tiga orang yang menyergap saya. Dia mencoba ambil paksa uang belanja itu. Saya mempertahan kan karena tau adalah sumber pendapatan keluarga kami. Ayah ku sudah meninggalkan aku dan ibu. Lalu aku di pukuli oleh tiga orang preman itu. Dan diinjak-injak. Tubuh ku sakit, memar dan berdarah. Tapi lebih sakit rasa hati ini, karena satu-satunya harapan keluarga kami habis. Tapi..... permata merah entah bagaimana ada di dekat sana saat itu. Dan.... hik hik... ia mengganti semua yang hilang dari aku. Semua nya... dan bahkan memberikan.... ongkos buat pulang... saya.. saya sangat mengingat hal itu." kata Roni

"Saya yang paling dibantu. Saya Andi Abdullah. Ayah ku seorang supir bis lintas propinsi. Hari itu kamis, aku sampai rumah, aku lihat kosong. Kemana ibu? aku cari ke dapur, ternyata ibu.. sudah.. tergeletak, nafas nya sesekali dan makin lemah. Aku panik, aku takut, aku gak mau ibu ku kenapa-kenapa. Akhir nya oleh tetangga di bawa ke klinik umum. Setelah ditangani dokter, di bilang ibu stroke ringan. Tapi tetap harus segera di rujuk ke rumah sakit. Pikiran ku buntu. Aku coba menggunakan jaminan kesehatan yang dari pemerintah. Tapi tidak bisa langsung jadi. Otak ku buntu, aku segera pulang. Berharap ada muzizat. Dan Allah sangat baik, saat aku jalan di trotoar, sebuah mobil Rush putih berhenti... dan turun lah... sang per... ma.. ta.. bi.. ru... (Andi tersendat) Dia segera menolong ibu saya. Ibu saya dicarikan kamar oleh nya. Ternyata Si permata, menelpon tante nya, dan.. ada tersedia kamar. Langsung ibu ku bawa ke rumah sakit. Biaya pun di tutupi. Dan sekarang ibu sudah sembuh, sudah sehat seperti semula."

Suasana sepi terdiam, senyap..

"Saya dan teman-teman, sepakat saat ini.. mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besar nya atas jasa dan bantuan dari teman kami, sahabat kami, Stevan Hitoshi dan Novia Tamara. Semoga segala kebaikan dan kesuksesan selalu menyertai pada ke dua sahabat kami ini." kata gue

Kami berempat menundukkan badan sedalam-dalam nya pada mereka.

"Hei.. hei.. ada apa ini. Kok begitu kalian? Gak.. gak mau gini. Gue gak mau gini ah.." Stevan langsung menahan badan kami..

"Aahh.. kok gini sih kalian.. Put.. ini kan gak ada sama sekali di niat kami. Kami bantu sepenuh hati kann.. ??" Novi menambahkan

"Izin kan kali ini kami mengucapkan terima kasih. Mungkin akan tidak ada waktu lagi, kita kan udah pisah sekolah, pasti akan pisah juga kehidupan nya ke depan. Maaf kan kami.." aku mengutarakan maksud yang sebenarnya.

Semua saling berbisik, Doni dan gank nya makin dongkol, terkadang senyum sinis muncul.

"Ehem... boleh om bicara?" papa nya Stevan maju

Gue mundur, dan mengangguk halus.

"Om bangga ama kalian berempat. Dan juga sama ke dua anak om. Kalian tau dan bisa mengerti berterima kasih. Walau om tau, Stevan dan Novi itu ikhlas bantu kalian. Om minta, jangan karena pisah sekolah pisah juga persahabatan nya. Sahabat itu murni tanpa imbalan, selalu bersama susah dan senang. Om iri dengan persahabatan kalian sejak muda ini. Om minta kalian berempat tetap bisa menjadi sahabat anak om, ingat seperti om bilang tadi, susah senang di lalui bersama. Jadi, jika kalian kesusahan, bicara dengan sahabat mu. Om akan dukung kalian. Paham kan kalian?"

Gue sangat terkejut sekaligus haru.. gue gak tau musti omong apa lagi. Gue, orang miskin dan hina ini, masih di pandang sama seorang yang kaya raya gini... oh Tuhan.. tolonngg... kalau ini hanya cuma mimpi jangan bangunin gue ya Tuhan..

Mata gue basah, iya gue nangis.. gue.... sesugukan.. tiba-tiba..

"Om... terima kasih.. ter.." Andi maju berlari dan sujud di kaki papa Stevan. Tapi papa Stevan menahan bahu nya, mengangkat kepala nya.

"Heii.. jangan nak.. jangan.. lihat om.. kamu anak muda dan lelaki. Jangan cengeng. Buktikan kamu bisa menjadi lelaki sejati, buktikan kamu berhasil. Bahagiakan ibu mu, dan kamu akan berhasil dan sukses hidup mu. Om akan terus membimbing kalian."

Andi lalu mengambil tangan kanan papa Stevan dan Novi, lalu memcium buku tangan nya. Lalu gue mengikut, Roni dan Joko. Lalu gue datangi ke mama nya Stevan dan mama nya Novi. Juga ke kakek nya dan nenek nya, lalu tante nya juga. Mencium tangan mereka. Ketiga teman ku yang lain juga melakukan hal yang sama. Lalu ke ke dua adik nya gue salam dengan hormat. Terakhir gue berhadapan dengan Stevan dan Novi yang berdiri berdampingan. Gue maju dan peluk mereka berdua sekaligus. Lalu Stevan ajak tiga teman gue yang lain Roni, Joko dan Andi... iya kita rangkulan ber enam. Kita menangis tapi tersenyum lebar. Kami bahagia.

Ada tepuk tangan disana, tante Debby tepuk tangan, diikuti ke dua adik nya Stevan dan Novi dan teman-temannya lalu semua nya. Kecuali kami berenam dan Doni cs bertiga. Lalu semua kembali tertawa bersama. Gue sungguh kaget juga liat respon dari keluarga ini. Tapi Doni mendatangi Stevan..

"Van, gue pulang duluan yah. Sorry gak bisa lama, bokap gue nyariin, doi lagi di Indo sekarang. Gue duluan ya bray, Nov, Gue ama Riki dan Robi." Doni menyela tiba-tiba

"Memang ayah kamu dari mana Don?"

"Bokap gue dari Malaysia, bokap kan emang orang Serawak, kalo gue orang Indo ikut nyokap. Gue lahir sini kok. Bokap lagi di rumah. Sorry ya Nov. Lain kali deh gue kesini lagi. Males juga gabung ama anak kampung gini. Kaya nya gue gak level. Bye.."

Mereka keluar tanpa pamitan dengan yang lain. Keluar gerbang. Gak lama terdengar suara mobil nya berbunyi dan bergerak menjauh.

"Udah, kita lanjut nih acara nya yah.. " mama nya Jessica bicara, dan teman nya Jessica kembali bernyanyi, di iringi music yang berdentum malam ini.

Gue berempat berencana ingin pulang, sebab tujuan nya udah tercapai.

"Van, Nov.. gue ama teman-teman mau izin pamit yah. Kita udah selesai juga bray. Udah malam juga bray, makasih atas semua nya yah." kata gue pamit

"Yah.. cepet banget sih Put. Gue mau hubungin lo gimana? Lo gak pernah kasih no hape lo.." Stevan bertanya

"Gue gak ada hape seumur hidup gue. Rumah gue di kampung sebelah kok. Rt 08, Rw 02. Deket sih, seberang pasar sawah. Cari aja tukang sayur keliling , teh Wati. Itu nama ibu gue." gue jelasin

"Put, bisa ngomong sebentar saja?" Novi menyela..

"Iya bisa.. apa nih.. "

Novi berjalan ke teras samping. Tapi gue izin dulu ama tiga temen gue ini.

"Bray, bentar yah. Gue di ajak Novi bentar.."

"Cie.. cie.. wah hokki banget lo Put. Mimpi apa lo semalem?" celetuk Roni

"Wah, gue jadi kepo nih. Udah cepetan sono, jangan bikin cewek cantik nunggu.." si Black dorong bahu gue. Si Cacing batuk kecil. Kampret emang nih. Pikiran nya kemana-mana.

Gue mengikuti Novi. Setelah sampai di teras samping.. sekarang kami berdua duduk di kursi rotan di teras itu saling berhadapan.

Gue duduk diam, Novi juga diam. Tapi kepala nya nunduk. Senyap.. diam..

"Nov, ada apa nih.. ada yang bisa gue bantu?"

"Putra, aku.. akan rindu kamu Put. Kamu selalu baik buat aku. Selalu mencoba membantu juga nyenengin aku. Selama kita kenal, tiga tahun, kamu ingat gak berapa kali kamu bantu aku ?" ujar Novi

"Nggak Nov.. gue gak ingat. Yang gue ingat lo ama abang lo yang bantu gue. Banyak kalo itu. Sampe gue hampir putus sekolah, dibantu ama lo berdua. Lo sering jajanin gue di kantin karena lo tau gue gak sempat makan lagi habis pulang sekolah karena gue harus ke pabrik. Ah, banyak lagi.."

"Kamu itu yahh... aku tau akhir nya.. siapa yang balikin hp aku yang di rampas anak smp bintang. Hp ku ternyata udah ada di laci meja aku. Aku tau siapa yang minta izin pak Dodi guru olah raga saat aku gak bisa ikut ujian praktek basket karena jatuh dari motor. Padahal dia orang yang paling galak dan aku paling takut ama dia. Aku tau sekarang siapa yang tiba-tiba mengumpulkan kertas kerja tugas paper pelajaran PKN padahal aku lagi ke Jepang dan lupa ngerjain. Aku tau kok."


"
Kok lo bisa tau Nov? dari siapa? Gue gak pernah cerita ama siapapun termasuk ke tiga temen deket gue itu.." kata gue ke gep

"Ada deh.. tau nya juga gak sengaja."

"
Udah lama lo tau nye?"

"Gau usah tau... pokok nya aku tau itu karena kamu.. aku... aku... ahhh... "
Novi tertunduk, ke dua tangan nya menutup mata nya.

Haduhh.. dasar cewek, selalu penuh misteri dan ingin dimengerti.. gue gimana bisa tau, dia nya gak ngomong.. sekarang cuma tutup muka gak jelas.. gimana sih?

"Aku pasti kangen sama kamu Putra.. aku gak mau kehilangan kamu.. "

DUENGGGG...

Gue melongoo.. gue cengo... gue diem.. gue bingung..

tik tok tik tok .......

tik tok tik tok .......

"Ihh.. diem aja.. udah pulang sana.. dasar gak peka... aku sebel sama kamu.."
Novi langsung bangkit dan pergi masuk ke rumah meninggalkan Putra melalui pintu samping.

DUENGGGG...

Gue salah apa sih? Kok tuan putri cantik ini bisa tiba-tiba aneh.. wah, kacau.. dia marah ama gue.. gue udah banyak di bantu ama dia dan Stevan abang nya. Aduh, gimana nih ? Dia masuk rumah lagi. Gue... ah bingung.. balik... aja lah..

Gue bangun dan ke depan rumah tempat pesta itu dilaksanakan. Masih ada Stevan dan pastinya ke tiga temen gue tadi.

"Udeh ketemuannye? cerita dongg... "
bisik Roni saat gue datangin

"Eh.. udah bray? eh.. kok muka lo aneh gitu, murem? si Novi ngapain die?"
tanya Stevan

"
Van.. gue minta maaf yah. Asli gue bingung. Novi tiba-tiba marah trus ninggalin gue. Gue gak tau kenapa dan salah apa. Tadi dia bilang dia tau semua yang gue lakuin ke dia. Emang gue ngaku aja sekarang bray, iya gue emang yang ambil hp Novi dari anak smp bintang yang saat itu baru mereka rampas dari Novi waktu di parkiran mall biru. Langsung gue kejar ke dua orang yang rampas itu, dapet gue hajar dia berdua. Hp nya gue ambil, gue balik lagi ke parkiran mall, ternyata Novi dah gak ada. Gue bawa pulang dulu. Besok pagi sekali gue pergi ke sekolah, hp nya gw bawa. Pagi itu baru 2 orang yang datang. Trus hp nya gue masukin ke laci dia. Juga waktu test praktek basket dia gak bisa masuk gegara kecelakaan trus gue minta izin ke pak Dodi biar dia di kasih kesempatan test susulan, juga tugas paper PKN nya gue kerjain waktu dia ke Jepang. Asli gue gak pernah cerita kok, sama siapa pun, kok dia bisa tau? Terakhir dia bilang gak mau pisah ama gue, gue bengong, gue diem karena gue gak tau musti ngapain? trus dia marah Van, trus masuk.. gue asli gak enak kalo akhir nya jadi gini.. lo bray ama adek lo dah banyak banget bantu gue. Gue nyesek bro.." gue jelasin.

"Ooh.. iya udah.. gue ntar coba cari tau deh.."
jelas Stevan

"Elo ye Put.. main belakang juga lo bantuin Novi. Anjrit, gue kaga ngeh.. tau gitu gue yang nolong dul.. "
celetuk Roni

"Iya neh.. kata nye setia kawan, ada yang di umpetin juga. Nah kalo dah gini, runyam kan lo.."
Joko Black nimpalin

"
Gue nolong ikhlas nyuk.. kaga mau gue ekspose. Selagi gue sanggup pasti gue tolong kan? buktinya gak ada yang tau. Tapi kenapa Novi jadi tau yah? pasti ada yang tau nih.."

"Ya udah lah, entar gue tanyain pasti nya. Tapi kalo dari keterangan lo tadi, kayanye...... saudara gue ada perasaan sesuatu ke elo bray.. gue kan kenal adek gue."
Stevan menimpali lagi

"
Ah.. jangan macem-macem ah.. asli gue gak mikir ksono.." gue menjelaskan.

"Lo emang gak mikir nyet, si Novi yang baper. Ngarti kaga lo?"
Andi cacing jawab

Gue terdiam.. gak bisa ngomong lagi. Masasih Novi, primadona sekolahan baper ke gue. Anak kampung, miskin, kere, yatim ini?

"Kenapa lo diem? lo baper juga nih?" tanya
Joko Black

"
Bodo ah.. balik yuk.. pusing gue.." gue mumet..

"Cie.. ciee.. ada yang kepikiran. Ada yang baper."
si Ron ron bully gue

"Eh, sadar lo. Kita ini siape dibandingin Novi ama keluarga nye.. mikir Put.. mikir.."
kata Joko Black pelan

Gue nunduk. Gak ngerti musti apa.

"Van, kita balik yak.. udah malem. Salam deh ama bonyok dan keluarga yak. Minta maaf juga ama Novi atas kelakuan si Putra."
pamit Roni

"Iya Ron. Asal lo orang tau, gue seneng banget bisa temenan ama lo orang. Alamat lo masih sama kan belom pindah. Pliss gue minta, kabarin gue kabar lo orang yah. Gue juga janji, kalo gue senggang, gue akan maen ke rumah lo pade. No hape gue lo masih pada pegang kan?"
jawab Stevan

"Masih lah Van.. gue akan simpan baik."
jawab Roni lagi

"Yo man, kita balik yak. Assalamualaikum.."
Joko kali ini yang pamit penutup

"Wa'alaikumsalam."
jawab Stevan

Kita berempat berjalan menuju gerbang..

"Tungguuuu......"

Seseorang terlihat berlari menghampiri.

"Pliss... kamu semua jangan pernah lupain aku yah.. aku mohon.. aku akan kehilangan kalian, terutama kamu Putra, rumah ini selalu terbuka buat kamu. Kamu harus main kesini. Aku sangat berharap.." Novi datang dan ucapkan keinginan nya.

"Iya Nov.. kami pasti main kok. Kita permisi dulu yah.. "
kata Joko Black dan menyalami Novi

"Iya Nov, lo tetep temen gue kok seterusnya"
Andi Cacing menegaskan lagi juga menyalami Novi

"Lo jangan lupain gue ya Nov, ntar lo yang lupain gue.. "
kata Roni, Novi menggeleng cepat sambil melihat Roni yang menyalaminya

"Gue gak akan lupain lo Nov, bidadari yang mengisi hari gue selama di SMP. Nggak mungkin bisa gue lupain seumur hidup gue. Gue janji.. akan terus ada di hidup lo walau sekedar kenangan." gue datangi Novi dan menjulurkan tangan. Novi tidak menerima juluran tangan gue. Dia liat gue tajam. Ia langsung..

Bruugghhh....

"Novi sayang sama kamu. Dari dua tahun lalu. Ini sangat menyakitkan buat aku gak bisa liat kamu lagi kaya dulu. Pliss.. kalau ada cara lain biar Novi bisa ketemu kamu terus, Novi mau ambil cara itu.." Novi menghambur ke pelukan gue dan mengungkapkan perasaan nya.

"Nov.. gue ngerasa gak pantes banget terima ini. Gue siapa Nov, gue tau kok. Udah yah.. kaga enak ama yang lain. Langkah kita masih panjang dan jauh, kita musti memandang dan mengatasi semua masalah di depan kita. Dan gue ngerasa ini masih diluar jangkauan gue Nov. Gue belom sanggup." kata gue nyadar diri

"Jadi apa dong yang bisa bikin aku ketemu kamu lagi dan lagi? Ini yang bikin Novi suka sama kamu, kamu gak mau mementingkan diri sendiri. Pokoknya kamu harus sering datang kesini, paling nggak seminggu sekali." Novi masih memeluk ku.

Gue grogi tingkat dewa. Stevan ama yang lain ngeliatin gue. Masih untung temen nya Jessica gak ada yang nimbrung..

"I i iya Nov.. iya.. gue main ke sini kok, kalau gue senggang. Gue main kok. Tapi gue juga yakin, kalo lo ketemu teman baru, lo lupa ama gue juga, gue paham kok. Gue ikut seneng asal lo seneng.." jelas gue nyadar diri..

"Nggak mau.. pokok nya Novi tunggu.. kalau gak datang, Novi akan datang ke rumah kamu.." Novi jelasin sambil melepas gue. Gue langsung mundur selangkah.

"Ya.. iya.. gue balik dulu yah..
assalamualaikum.." gue buru-buru pamit. Gue gak mau jadi ikutan baper. Ah.. kok jadi gini sih??

"Wa'alaikumsalam." jawab Stevan dan Novi bersamaan.

Dua menit kemudian gue berempat dah jalan dari rumah Stevan.



Pov 3rd

"Nov, tunggu.. aku mau ngomong dong.." kata Stevan

Novi yang mau masuk ke rumah, berhenti melangkah dan menunduk.

"Maafin Novi kak, Novi gak bisa kontrol emosi Novi, perasaan Novi.. tapi memang itu kenyataan nya. Kalau kakak marah, Novi terima kak. Tapi Novi mohon jangan beritahu papa dan mama. Novi takut kak.."

"Aku kaget dan gak nyangka kamu bisa sampai tidak bisa mengendalikan perasaan kamu. Perempuan yang duluan omong itu masih di rasa kurang umum. Tapi kamu memang orang nya ekspresif, aku tau. Dan untung nya yang kamu tuju itu yang aku juga kenal baik watak dan kepribadiannya. Aku sih gak ngelarang Nov, tapi jangan kelewatan dan jadi murahan. Walau Putra tidak menganggap kamu kaya gitu, tapi kalo ada orang lain yang liat bisa timbul persepsi yang bisa macam-macam. Paham kan?" terang Stevan sambil memegang ke dua lengan Novi di hadapannya.

"Maaf kak.. Novi paham. Sebab tadi kan perpisahan, Novi tadi di teras samping juga secara gak langsung udah pancing biar Putra keluarin perasaan nya biar Novi tau jelas, tapi Putra nya malah diem bengong. Novi sebel, Novi tinggal masuk. Tadi pas liat Putra mau pulang, Novi takut gak bisa ketemu Putra lagi. Makanya Novi tahan."

"Ya udah, ayo masuk. Aku mau minum air dingin. Haus liat kamu tadi.." ujar Stevan. Novi menunduk dan ikut di belakang Stevan.

Acara nya Jessica pun sudah selesai. Teman nya sudah kembali satu persatu. Tidak lama tinggal sisa pesta yang tersisa. Para ART membersihkan semua.

10 menit kemudian, semua keluarga inti sudah masuk ke dalam. Terlihat di satu sofa ruang tengah, Debby, tante nya Stevan dan Novi sedang sibuk menelpon seseorang. Jessica yang memang dekat dengan tante nya mendekati Debby, tapi tertahan setelah mendengar tantenya sedang asyik menelpon. Tante nya seperti kadang tertawa sendiri, bicara sambil senyum. Jessica pelan-pelan menghampiri dari belakang Debby, berniat ingin menggoda tante nya yang memang sampai sekarang masih single ini. Beberapa kali gagal urusan asmara, padahal karir kedokteran nya melesat cepat.

"Ya sayang, take care yah.. love you.."
Debby menutup telpon nya

"Cie.. cie.. udah move on nih.. ciapa tuuuhh calon om ku? ganteng gak?"

"Ih.. anak kecil. Curi dengar yah orang gede bicara. Gak sopan tau.."

"Maaf tante, nngak ceng aja.."

"Husshh.. saruu.. iiihhh.. kamu nih anak abege belom boleh gitu.. papa kamu tau kamu dimarahin lho..."

"Iihhh... tante gak gaul. Itu bahasa abege jaman now. Makanya jangan pacaran mulu. Eh, kalau gak pacaran, gak nikah-nikah yah.. hehehe.."

"Heh, dasar generasi micin. Awas kalo kamu ikut-ikutan apa tuh nama nya? cabe cabean, terong terongan? tante yang akan duluan marahin kamu.."

"Hehehe, terong di cabe in tante.. tambah micin, enak deh di emut.." gurau Jessica

"Iihhh.. kamu tuh yah. Tante lapor papa kamu baru tau.." Debby pasang tampang galak

"Ampun, jangan tante. Tante mah galak banget sih. Iya iya nggak ikut an aku tante.."

"Awas kamu kalau tante tau.."

"Ih galak. Yayang nya tau gak tuh kalau tante tuh galak? kenalin dong tan? anak mana?"

"Sembarangan anak, emang tante jalan ama berondong?"

"Eh salah, orang mana maksud nya tante Debby yang cantik?"

"Udah gak usah rayu tante. Orang semarang. Udah gitu aja.. "

"Ih, tante aneh udah ah, mau nonton tv."
Jessica duduk di sebelah Debby.

"Tante mau air es dulu. Hauss.. tumben gerah nih.."
sambil bangkit menuju dapur

"Terlalu semangat tante bokinan nya. Jadi pada panas deh.. hihihi..."

"Hush.. "
Debby melengos sambil jalan.

"Tante aku juga mau tante yah.. "
teriak Jessica

"Boleh, nih banyak, ambil sendireeee..."

"iiihhh... bete.. "

"Hahahaha.. "
tawa Debby dari kejauhan

Tiba-tiba hape Debby yang di tinggal di atas meja bunyi. Tampak foto seseorang muncul disitu menandakan ada telpon masuk. Jessica segera bangkit dan memperhatikan gambar dan nama yang tertera.

"Tanteee... yayang nya telpon.. yayang Surya. Angkat gak nih..?"

"Heeiii... jangaaann.. awas jangan sentuh.."
Debby berlari ke hape nya sambil membawa botol air es..

"Wuiihhh... ganteng bo.. polisi ternyata... seyeeemmm.."
Jessica mundur selangkah. Debby segera mengambil hape nya

"Eh.. ini botol kamu pulangin dulu gih.. hush.. hush.. sana jauh jauh.. jangan pengen tau urusan orang gede.. Sana.."

Debby yang menyadari membawa botol, menyerah kan botol nya ke Jessica

"Hiiii... gak ngapa-ngapain dapat botol aer. Ciee.. asyik neh... hahahaha.. gak jomblo lagi.. gak jomblo lagi.. "
Jessica menerima botol itu dan mundur ke arah belakang.

Dari kamar keluar papanya dan mama nya Aiko.

"
Ada apa Jess.. kok rame amat papa denger dari tadi.." Anto tanya anak bungsunya

"Itu tuh pah, si tante lagi jatuh cinta lagi. Dari tadi pacaran di telpon. Jessi di usir deh pah.."

"
Syukur deh, tante kamu udah bisa lepas dari sedih nya. Dari pada kaya beberapa bulan lalu, ih.. marah marah ama cemberut terus.. kasian kakek dan nenek kamu di jutekin ama dia.." kata Anto lagi

"Iya pah.. eh, pacar nya gagah pah, polisi.. nama nya tadi di hape, Surya.. photo pake baju seragam lagi berdua ama tante.."

Debby yang sadar sedang di omongin ponakan dan abang nya, memasang muka galak yang lucu ke Jessica. Lalu beranjak pergi ke kamar nya.

"
Hmmhh.. photo berdua.. apa mereka udah dekat yah? kok dia gak ada omong? dari tingkah laku nya juga kaya udah gak malu-malu. Mudah-mudahan di beri yang terbaik lah.. amin.."

"Pah, pacar tante pangkat nya dah lumayan pah. Udah menengah. Tapi apa masih bujangan? tadi Jessi tanya anak mana, tante marah katanya emang berondong? berarti diatas umur tante pah. Orang semarang tadi tante sempat ngomong.."
Jessica menjelaskan

"
Hmmm.. nanti papa tanyain lah. Tante kamu itu udah waktunya nikah. Udah hampir 33 tahun ini dia.."

"Iya pah, tinggal Debby yang belom dan masih jadi tanggungan bapak sama mama. Kita coba deketin aja Debby nya, tanya keseriusannya. Soal materi dia sih udah gak ada pusing nya.. lelaki sih mau nikah telat juga gak masalah, kalo perempuan kan kasihan pah.."
sela Aiko.

"
iya pasti. Cuma kaya ada yang ngeganjal di pikiran papa. Tapi apa nya, papa juga belum tau. Biar waktu aja yang bisa menjawab." kata ku mengutarakan

Tiba-tiba, dari luar ada seseorang teman Jessica masuk setelah di bukakan oleh ART.

"Jessica... Jessica.. gawat Jess.. "

"Eh, Ronald. Kenapa Nald? kok lo kaya ketakutan gitu?"

"Itu Jess.. teman kakak lo yang tadi di pukulin orang di taman sana. Dikeroyok.."

"Haaahh..??? bang Stevaaaann.. kesini bang..."




Bersambung lagi ya gann..

Mohon kritik dan saran nya suhu..
Update berikut nya paling cepat 2 hari ke depan ya hu...


ke hal. 12
Air mataku meleleh sampai netes 3 kali waktu putra dan 3 temennya ngasih ucapan.

Ntap
 
K
Mulustrasi...


AIKO HATORANGAN




NOVIA TAMARA

b0b75a666626173.jpg




Lanjutan nya ya gan...


"Pah, pacar tante pangkat nya dah lumayan pah. Udah menengah. Tapi apa masih bujangan? tadi Jessi tanya anak mana, tante marah katanya emang berondong? berarti diatas umur tante pah. Orang semarang tadi tante sempat ngomong.." Jessica menjelaskan

"Hmmm.. nanti papa tanyain lah. Tante kamu itu udah waktunya nikah. Udah hampir 33 tahun ini dia.."

"Iya pah, tinggal Debby yang belom dan masih jadi tanggungan bapak sama mama. Kita coba deketin aja Debby nya, tanya keseriusannya. Soal materi dia sih udah gak ada pusing nya.. lelaki sih mau nikah telat juga gak masalah, kalo perempuan kan kasihan pah.."sela Aiko.

"iya pasti. Cuma kaya ada yang ngeganjal di pikiran papa. Tapi apa nya, papa juga belum tau. Biar waktu aja yang bisa menjawab."

Tiba-tiba, dari luar ada seseorang teman Jessica masuk setelah di bukakan oleh ART.

"Jessica... Jessica.. gawat Jess.. "

"Eh, Ronald. Kenapa Nald? kok lo kaya ketakutan gitu?" tanya Jessica

"Itu Jess.. teman kakak lo yang tadi di pukulin orang di taman sana. Dikeroyok.."

"Haaahh..??? bang Stevaaaann.. kesini bang..."



•••©©©•••


Bab. IV - The Teenegers

20 menit sebelumnya


Pov 3rd


Putra, Roni, Joko dan Andi bergerak dengan menggunakan dua motor menuju gerbang utama kompleks. Joko membonceng Andi, Roni membonceng Putra. Mereka ingin pulang. Mereka tiba di depan gerbang Cluster. Tampak security yang lebih tua berjaga sendiri..

"Malam pak, kami berempat sudah pak. Mau keluar mau pulang." kata Putra

"Oh iya, udahan belom acara nye disono?" pak Security senior bertanya

"Tadi waktu kita tinggal sih belum pak. Paling sebentar lagi kali pak." jawab Putra

"Sendiri aja beh? nyang atu lagi kemane?" tanya Roni

"Tau tuh, paling ke warung bentaran kali
Tadi bilang nya mah gitu. Tapi udah 15 menit blom balik juga tuh. Emang rada bandel orang nya, babeh juga kaga begitu kenal ma die. Anak baru..
"

"Kenalan beh, ane Putra, ini Roni, itu Joko ama Andi. Babeh maaf siapa nama beh?"
tanya Putra

"Hasan.. kalo yang satunya tadi Udin.." jelas security beh Hasan.

"Beh, besok-besok kalo ane mau maen lagi ke rumah Stevan atau Novi boleh masuk kan beh, kan babeh dah kenal kite kan beh.." tanya Putra ikuti logat si babeh

"Babeh mah gak masalah sebenernya. Apalagi lo orang baik, sopan. Tapi yang songong tuh si Udin. Dia kaya nya gak seneng di repotin, juga suka cari muka."

"Makasih banyak ya beh.. kita jalan dulu ya beh.. assalamualaikum.." pamit Putra

"ya tong.. wa'alaikumsalam.. set.. baek bener lo.. sehat-sehat deh yeh.."

Putra melambai ke beh Hasan. Gate dibuka mereka keluar, langsung belok kiri ke arah keluar. Dua motor itu jalan beriringan. Kira-kira 300m, Sampai pada satu perempatan, mereka harus nya lurus, tetapi saat tiba di simpang empat itu, sebuah mobil memepet motor Roni dari arah kanan menuju kiri. Hendak menabrak, Roni refleks membelokkan motor ke kiri mengikuti arah mobil. Tapi mobil itu tidak mengelak dan melewati motor Roni, malah makin mendesak motor Roni terus. Roni mencoba memperlambat, malah di seruduk walau tidak keras sempat membuat motor terdorong ke depan, Roni berusaha mengibangi motor nya. Roni paham, mobil ini ingin menggiring motor ini sesuai mau nya..

Mobil terus mendorong motor Roni dan Putra. Ini sudah menyimpang dari jalur utama. 200 m kemudian ada tampak ada lapangan terbuka seperti area bermain dari rumput disisi jalan itu. Motor sudah sampai di sisi lapangan itu. Tiba-tiba mobil melewati motor dan berhenti mendadak di depan motor menutupi jalan nya. Roni otomatis berhenti. Mereka berdua nampak heran sekaligus khawatir.
Tiga orang turun dari mobil pajero hitam itu. Dan langsung menghampiri Roni dan Putra.

"Turunn loo.. bangsat lo.."

Ternyata itu adalah Doni, Riki dan Robi. Kelompok anak borju yang selalu jadi biang onar.

Riki menarik tangan Roni, Doni menarik leher baju Putra. Datang sebuah motor lagi, ternyata Joko dan Andi menyusul. Joko langsung melompat dari motor nya membantu Putra. Tapi di hadang Robi.

"Diem lo, jangan ikut campur. Atau lo bonyok.." kata Robi

"Ngehe... apa an ini. Temen gue salah apa? lo yang minggir atau gue hajar lo.." desak Joko

Didepan tampak Roni tertarik dari motor. Motor terjatuh, Putra pun tersandung tapi tidak jatuh. Doni mengambil kerah kemeja Putra. Menjinjing nya di depan wajahnya.

"Heh anak bangsat. Lo udah berani-berani yah tebar pesona ke Novi? dari kemaren kemaren lo gue liat jadi penolong yah buat Novi? emang lo siapa anjingg? Novi itu buat gue.. jangan belaga begoo..."

"Lo salah paham Don.. gue gak ada apa apa ama Novi. Dia temen kok sama ama yang lain. Juga sama kaya elo.."

"Cuiiihhh... gak sudi gue temenan ama lo.. jangan bikin gue enek trus muntah. Lo anak kere melarat, jangan sok deket ama gue. Dan tadi maksud lo apa bilang gak mau ikut acara ulang tahun? Udah jelas jelas itu pesta ulang tahun. Dan lo diundang di acara ulang tahun, lo gak ngakuin lagi... Malah mau bikin acara perpisahan, sok care.. taiikkk... sampe gue malu di depan si Stevan ama yayang Novi. Lo memang harus gue singkirin biar gak jadi kotoran bau yang ganggu usaha gue ke Novi."

"Woi.. lepasin temen gue.. " Joko mulai merangsek maju

buugghh...

Sebuah pukulan telak menghantam rahang Joko dari samping. Robi menghantam keras. Joko terpanting ke aspal. Diam.. Andi yang melihat Joko di pukul pingsan langsung menyerang Robi. Tapi memang karena tidak seimbang, Andi yang kurus sehingga di panggil Cacing ini, dengan mudah di tekuk Robi yang tinggi besar atletis. Pukulan Andi di tangkis dan dibalas hajaran lutut kanan ke uluhati.

beegghh...

Andi tersungkur dan mengerang kesakitan lalu pingsan. Roni melihat dua temannya pingsan, segera siaga. Kaki kanan Riki menendang, Roni melompat ke belakang, luput. Riki menyerang susulan, memukul melingkar ke rahang, di susul tendangan kaki kiri ke pinggang Roni. Serangan pertama susah payah di hindari, tapi serangan ke dua mendarat telak di rusuk kiri Roni. Roni tersungkur, nafas nya sesak, lalu di susul jatuhan siku di punggung nya, Roni pingsan. Semua sungguh cepat. Putra yang melihat itu segera maju tapi di hadang Doni dan Robi. Seperti nya memang sengaja Putra disisakan sendiri.

Putra saat ini di kepung tiga orang. Dia di tengah. Tiga pengepung nya mempunyai fisik yang relatif lebih besar dari Putra.
Ketiga tanpa ampun mulai menyerang Putra. Putra yang tidak mempunyai dasar beladiri itu, menjadi bulan-bulanan ke tiga orang itu. Terutama Doni, yang sangat bernafsu menghabisi Putra. Pukulan, tendangan, coba di tahan sebisa nya. Putra berteriak menjelaskan, tapi ketiga orang ini sudah seperti orang kesurupan. Tapi apa pun yang di lakukan Putra, semua sia-sia. Tubuh berlumuran darah, dari kepala, hidung, mulut, muka lebam dan ada pelipis bawah alis robek. Baju sudah compang-camping. Putra jatuh tersungkur, tapi di tarik berdiri lagi.


Pov Putra


Gue udah mencoba menjelaskan. Tapi mereka tidak mau dengar. Gue sungguh takut. Gue panik, dia orang kalap banget. Pukulan ke muka dan perut gue bersama mereka lontar in. Ibu... ibu... maafin Putra bu... Putra gak bisa bahagia in ibu. Putra belum mau mati bu.. aaahhh... gue jatuh nyusruk. Doni tarik kerah leher gue bangun, lalu dia pukul tulang pipi. Sakit banget bu.. ah.. punggung gue di hajar lutut, gue terjerembab lagi. Mata gue gelap. Nafas sesak karena hidung gue penuh darah. Gue coba nafas dari mulut, tapi berat banget, gue sesak.. sesak... sesssaakkk... ya Allah, mungkin ini lah azal gue. Gue diam di aspal. Mata gue merem. Gak kuat lagi gue buat sekedar buka mata. Gue coba nafas sekuat gue. Gue ngerasa ada yang dingin naik dari bawah pusar, trus bersama tarikan nafas dia naik ke perut, perut gue terasa plong, sakit pukulan tadi hilang, trus gue tarik nafas, yang dingin tadi naik ke dada. Sesak gue langsung plong, plong banget. Trus merembet ke leher, tangan, kaki, muka dan kepala. Sekarang semua badan gue terasa dingin. Ya gue kedinginan, menggigil. Tapi sakit dan sesak gue hilang. Darah di luka gue rasa berhenti. Walau luka nya dan memar masih ada.

Lalu gue ngerasa punggung leher baju gue di tarik lagi, gue di berdiri in lagi. Gue mau berontak, tapi gue tau sia-sia. Saat gue berdiri lemah seakan mau jatuh, muka gue udah gak berbentuk. Robek di sana sini. Gue coba buka mata gue, eh bisa.. tadi nggak sekarang kok bisa. Dan mata gue terang banget kaya baru mandi pagi trus ketemu matahari pagi cerah. Gue bisa ngelihat jelas apa yang di bikin oleh Doni dan temannya padahal itu malam gelap. Gue ngerasa semua gerakan mereka sangat lambat.

Badan gue bisa berdiri tegak. Walau terasa dingin. Pikiran gue kosong, gue cengo, otak dan akal sehat sungguh tidak jalan. Tapi gue liat Doni deketin gue, dia jambak rambut gue, dia tarik ke arah dia, gue diem, gak sadar gue tahan. Dia keliatan kaget, dia tarik lebih kenceng, normal nya sih dengan kondisi gitu, rambur gue pasti ke cabut, tapi ini nggak lho. Doni marah, dia tonjok muka gue, gue liat gerakan dia pelan kaya slow motion, gue bingung, si Doni becanda kali ini. Gue mundur selangkah, pukulan pelan Doni luput lah. Dia nggereng marah...

"Bangsaattt... lo ternyata ada simpenan juga. Bagus, biar gue hajar adat lo."

Doni menendang lurus ke depan dengan kaki kanan, gue tangkap kaki nya trus gue dorong balik, dia kedorong ke belakang dan kejerembab.

Robi yang liat itu, segera lompat sambil pukul kan tangan kanan nya ke muka gue, gue bingung musti apa, gue gak bisa berantem sama sekali. Tapi pukulan nya gue liat pelan gerakannya, refleks gue gerakin ke dua tangan gue ke depan, gue tangkap tinju Robi kaya gerakan anak kecil tangkep bola kasti dengan dua tangan. Aneh emang... karena emang gue kaga ngerti berantem sama sekali. Gue pake insting aja. Pas tinju nya gue tangkep, tangan nya gue dorong gue lempar ke kanan.. eh, badan Robi ikut kelempar juga. Dia hajar tiang listrik yang gak bersalah yang dari tadi udah ada di pinggir jalan itu. Badan nya hajar tiang, kepala nya bentur. Dan dia pingsan. Tiang listrik nya mah tetep berdiri gagah. Kok bisa? Gue bengong, tapi gue jadi pede.

Riki ngeliat kaya gitu, maju.. dia langsung loncat sambil lontar kan tendangan ke dada gue. Walau dia lompat, semua gerakannya kelihat jelas ama gue, lambat.. gue gak tau musti apa. Gue cuma julurin ke dua tangan gue ke depan, mencoba menangkis, tapi dengan jurus apa ini gue gak tau. Kaki Riki benturan ama tangan gue. Tangan gue kesemutan dikit kaya habis ketindihan badan sendiri. Tapi di sisi lain, Riki teriak kesakitan sambil pegangin kaki nya. Keliatan kaki nya patah. Dan waktu dia jatuh mendarat nya kepala duluan, dan ngebentur trotoar. Dia juga pingsan. Sisa Doni, yang udah bangun lagi. Nyali nya langsung ciut.

"Put.. put... eh.. sorry.. sorry.. gue.. gak maksud bikin lo gini.. damai.. piss.. piss.. (Doni datangin gue pelan sambil acungin dua jari nya)"

Tanpa gue sadarin..

Mampuss luhh...

Doni tiba-tiba udah memegang pisau sejengkal panjang nya, langsung nusuk ke perut gue..

cleebbb....

Gue kena.. gue ke tikam... bangsaaat... lo musti mampus di tangan gue....

Gue tetep berdiri.. sedikit pun gue gak rasa sakit, cuma gue merasa marah. Gue datangin Doni, dia gemetar, takut. Gue renggut baju nya, langsung gue lempar
ke tiang listrik lagi.. ya tiang listrik mumpung itu tiang masih kuat, dan memang masih kuat. Doni tergeletak, gue angkat rambut nya, gue lempar lagi ke tumpukan batu kali yang mau di bikin pundasi saluran. Mukanya menghantam batu tajam, darah langsung bercucuran. Doni diam gak bergerak.
Baru gue merasa lemas, lemas banget.. badan terasa sakit, perih sekali. Mata berat..... gelap...... gelap semua..


30 menit sebelum nya.

Saat bersamaan dimana Novi mengajak Putra untuk bicara.


Pov Anto


Aku masuk ke ruang keluarga. Aku duduk di kursi besar yang memang di sediakan untuk ku. Yah.. tidak terasa.. Hari ini Jessica genap 13 tahun. Suatu umur remaja yang mulai mencari jati diri. Tapi tadi ada temen-temen nya Stevan dan Novi datang, yang juga bersama aku masuk dari gerbang cluster. Anak-anak yang baik. Mereka mempunyai jiwa persahabatan yang tulus. Aku respect ama mereka. Bisa menghargai jasa dan kebaikan orang lain.

Memang Stevan dan Novi sejak kecil sudah aku biasakan untuk mandiri, tidak cengeng, dan harus menghargai orang lain. Kalau kita tidak bisa menolong orang lain, setidak nya jangan membuat susah. Mereka aku ajar untuk bergaul tidak pilih status dan golongan. Semua yang baik dan patut di temani, harus di temani. Tetapi jika tidak patut di temani, harus di jauhi tanpa memusuhi.

Sesibuk apa pun aku di pekerjaan ku, jika untuk urusan anak dan keluarga aku wajib memberikan waktu yang baik, kalau perlu yang terbaik. Tapi aku sadari, aku kadang tidak bisa memberi waktu yang terbaik, maka dari itu aku bekerja sama dengan istriku, mamah nya anak-anak.

Melihat aksi dan tindakan dari teman nya Stevan tadi, Putra, Roni, Joko dan Andi, aku tergerak akan ke seriusan mereka menjalin sahabat. Aku baru tau, ternyata mereka datang dari golongan masyarakat sangat sederhana. Aku bangga, anak-anak ku juga ternyata bergaul dengan mereka yang nyata-nyata lebih menghargai apa arti pertemanan dan rasa terima kasih. Aku yakin, jika mereka dari golongan mampu, tidak mungkin mau merendahkan harga diri mereka di depan umum hanya untuk sekedar mengungkapkan rasa terima kasih.

Tapi aku tertarik dengan Putra. Ini anak seperti nya menyimpan sesuatu yang terpendam dalam dirinya. Sesuatu yang besar, dan kuat. Aku juga tidak dapat menyimpulkan. Semacam energi yang terbentuk dari kumpulan energi yang didasari amarah, cinta, kepasrahan, dan rasa melindungi. Dan ia seperti nya belum menyadari nya, terlihat jelas dari tarikan nafas dan ekspresi nya yang kadang suka berubah tanpa dia sadari berubah sendiri. Orang awam tidak akan menyadari, tapi aku tau. Aki Tama pernah mengajari aku tentang hal ini, saat anak ku masih dua orang. Ini juga bakat alam, bisa karena diturunkan dari orang tua, bisa juga karena bawaan lahir. Cukup menarik tentang anak ini. Jangan sampai jatuh ke tangan yang salah, akan sangat berbahaya. Itu salah satu faktor yang mendorong aku untuk agar persahabatan Stevan-Novi dengan mereka jangan terputus. Aku akan sulit memantau anak ini.

Aku akan coba selidiki dia diam-diam. Dan sepertinya, Novi lebih dekat dengan Putra. Apakah putri ku ada menaruh hati pada anak itu? Kalau aku perhatikan, sepertinya begitu. Novi tidak pintar menyembunyikan perasaan nya memang, dia ekspresif. Apakah aku biarkan saja atau bagaimana? Hmmm.. seperti nya mungkin hanya cinta monyet, tidak serius. Eh, itu kenapa si Novi, masuk rumah sambil tutup pintu keras? Apa ada sesuatu dengan Putra? hehehe.. dasar abg jaman now.. suka kelebihan..

Aku cek hape ku, emmhh.. belum ada kabar dari si Diki, Wahyu dan Sandi. Sudah 10 hari lebih besok hari ke 12. Apa yang membuat kenapa teh Yeti sulit di cari? Dia masih di kota ini atau sudah pindah? atau... ahhh.. pikiran ku ngaco gini..?

Ah, aku istirahat lah ke kamar.

Hmm, ternyata sudah ada istriku, Aiko..

"Mah, kamu sudah disini ternyata. Sudah siap mau tidur nih? atau mau itu??"

"Mau tidur lah pah, tapi yah.. itu dulu dong..."

"Oke, ayoo.."

"Sabar dong, anak-anak masih pada bangun gitu kok.."

"Yah, masih lama deh.. eh, papa lupa, mengenai rancangan alat kita J03L1411 yang di curi itu mah, si papah udah dapat kabar belom ya mah? Papa masih khawatir dengan tindak-tanduk nya Mr. Ibrahim Daud itu."

"Tanya si papa aja langsung pah. Mama gak tau lagi tuh.."

"Ya lah, papa datangi si papa sebentar. Eh, itu kenapa si Debby ama si Jessi? seru amat?"

"Biasa dia berdua pah, kalau ketemu ya begitu tuh tante ama ponakan.."

Iya memang, rancangan master alat terbaru Nakazawa yang masih rahasia, di curi oleh seorang pegawai ku 10 hari lalu. Papa Takeshi memprotek produk nya, yang hilang master plan nya. Pegawai ini yang belum terlalu lama sebenarnya. Tapi di iming-imingi imbalan besar, dia mencuri master rancangan nya dari brangkas file kami. Sekarang masih buron, sepertinya di sembunyikan oleh si Ibrahim. Si Ibrahim setelah mendapatkan master plan benda itu, dia langsung menghilang juga kabar nya. Pasti dia mau menciptakan alat itu. Hah.. kacau... makin berat beban ku sekarang..

"Pah, yuk keluar. Kita lihat si Debby ama Jessi yuk. Seru amat sih?" ajak Aiko

Aku keluar dan bertemu ke dua orang yang sama aku cintai. Satu adik ku satu nya putri ku..

Hingga tak lama kemudian...

Seorang teman nya Jessi melaporkan, kalau terjadi pengeroyokan pada teman nya Stevan dan Novi, Putra dan teman-temannya..



Bersambung ya suhu...

Mohon kritik dan saran nya di sambit ke nubie..

ke hal. 13
Kekuatan apakah itu yang dingin dingin..
Tunggu anto ketemu putra yang babak belur sampe kena tusuk
 
"Oooohh.. alhamdulillah ya bu.. Putra juga mau segera pulang. Putra harus kerja bu.. boss pasti sudah cari-cari Putra. Putra bisa dipecat bu.. siapa nanti yang bantu ibu cari uang? kita harus bayar sewa rumah kan? Putra juga 5 hari lagi harus test SMU dan bayar uang masuk dan uang gedung." jelas Putra

Kampret... Netes lagi kan
Maaf nih telat ngikuti ceritanya. Salam dari nubie
 
Tiap baca kata-katanya putra kok mesti terharu... Bikin bergetar.

Jadi ini istri istrnya semuanya agen..
 
Sabar ya semua para suhu..

Nubie masih jalan kan progress epilog II. Ini untuk menentukan cerita ini mau selesai saja atau di lanjut kan lagi di lain waktu.

Selamat siang all... sukses buat semua...

Lanjut om... biar ada seru2 nya dikir
 
Sabar ya semua para suhu..

Nubie masih jalan kan progress epilog II. Ini untuk menentukan cerita ini mau selesai saja atau di lanjut kan lagi di lain waktu.

Selamat siang all... sukses buat semua...
Lanjutkan suhu...
Sayang ide bagus berhenti...
Bisa Dari tokoh laen hu..
Tp tetep berhubungan dg BIN Dan kluarga balak6
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd