Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lust & Love (Update Part 16)

Cuma penasaran aja. Di cerita ini yang paling suhu tunggu-tunggu siapa?

  • Kalala

    Votes: 84 24,6%
  • Kak Ay

    Votes: 40 11,7%
  • Tepini

    Votes: 37 10,9%
  • Meme

    Votes: 36 10,6%
  • Chikuy (coming soon)

    Votes: 144 42,2%

  • Total voters
    341
Msih ada halangan
 
Part 9 - Perangkap Duniawi

"Anjing!" Aku mengutuk diriku sendiri yang harus jatuh disaat yang tidak tepat

Rasanya kakiku sakit sekali, aku juga jadi kesulitan bangkit. Aku hanya bisa duduk.

Viny pun berhasil sampai di hadapanku.

"Egi. Kamu gak kenapa-napa?" Tanya Viny tampak khawatir.

"Mau lu apa sih?! Gue udah ngubur semua hal tentang lu, Vin."

"Aku cuma mau bicara sama kamu, Gi. Aku cuma mau kamu denger aku." Sorot mata Viny begitu tajam. Dia begitu bersungguh-sungguh.

Aku sudah tidak bisa lari lagi. Mungkin ini memang saatnya untuk aku mendengarkan penjelasan dari dia.

Perlahan aku bangkit dengan kakiku yang sakit "Ayok. Ikut gue." lalu berjalan dengan sedikit terpincang-pincang menuju ke mobilku.

"Masuk!" Viny menuruti perintahku, ia langsung masuk ke dalam mobil disusul oleh aku.

Aku terus menyetir sambil sesekali memijit kakiku yang keseleo menuju ke sebuah tempat dimana pertama kali aku mengobrol dengan Viny. Sebuah cafe kecil yang tidak berubah dari 3 tahun lalu.

Aku dan Viny duduk di cafe tersebut. Tepat di kursi dahulu kami pertama kali berkenalan. Entah apa yang kupikirkan hingga membawanya kesini. Viny tampak tersenyum melihat sekitar. Ia tampak sedang mengingat hari itu.

"3 tahun yang lalu, ya. Dan kamu menghilang begitu aja sampai akhirnya hari ini kamu bawa aku kesini lagi." Viny tersenyum namun matanya berkaca-kaca.

Entah aku bingung menanggapinya. Aku hanya akan diam dan mendengar dia.

"Aku sayang kamu, Gi. Aku benar-benar sayang sama kamu. Bahkan sampai sekarang. Aku terus mencari kamu, aku terus memanggil kamu, aku terus memikirkan kamu. Maaf, waktu itu aku udah brengsek. Enggak. Aku emang perempuan brengsek, Gi."

Viny menarik nafas panjang.

"Aku perempuan brengsek. Aku punya libido yang tinggi, tak terkendali. Dari dulu aku udah sering berhubungan seks buat ngelampiasin itu. Atau bahkan ngelampiasin dengan diri sendiri. Nafsuku bener-bener gak terkendali, Gi. Saat kita pacaran, aku selalu nahan itu. Karena aku gak mau diliat oleh kamu sebagai orang yang kotor. Aku gak siap cerita ke kamu bahwa aku cewek seperti itu. Setiap kita jalan, kamu tau sendiri kan, aku sering ke WC. Disitu kadang aku muasin nafsu aku dulu, Gi. Kamu terus bikin aku nafsu, tapi aku juga gak pernah mau tunjukin itu di depan kamu karena aku tau kamu cowok baik-baik. Kamu gak pernah berani macem-macem sama aku bahkan ketika aku sedikit goda kamu. Kamu cowok baik-baik, aku cewek brengsek."

Tangis Viny mulai keluar.

"Enam bulan kita pacaran, aku berani sumpah, aku gak pernah berhubungan seks sama cowok lain. Kecuali hari itu, hari dimana kamu mungkin liat aku lagi sama cowok lain di kamar kamu sendiri. Iya, aku tau itu pasti sakit buat kamu. Waktu itu nafsuku bener-bener ada di puncaknya. Aku terus ngebayangin untuk berhubungan seks sama kamu di kasur itu, kasur yang setiap hari kamu tidurin, di ruangan itu, di bangunan itu. Aku gak tahan ngebayangin semua itu. Aku mau ngeseks sama kamu disana. Dalam nafsu aku yang udah gak tertahankan itu, aku inget ada seorang fans yang deket sama aku juga yang tinggal di gedung itu, cuma beda beberapa lantai. Dia sebelumnya udah pernah gitu juga sama aku. Aku langsung telpon dia, minta dia untuk dateng kesitu dan ya...aku bersetubuh sama dia sambil ngebayangin bahwa itu kamu. Dan bahkan sekarang, aku bisa ngerasain aku udah kembali terangsang karena liat kamu, aku udah basah. Aku emang cewek kotor, kan?"

Tangis Viny makin pecah. Kepalanya menunduk di meja.

"Maaf... Maaf... Maaf... Aku masih sayang kamu, Egi. Maafin aku.... Maafin aku"

Pikiranku sebenarnya sudah tak karuan. Entah aku harus bagaimana. Aku tentunya juga kaget ternyata Viny seorang yang seperti itu, aku kecewa. Tapi ketika aku memikirkan perbuatanku dengan Ayana, bukankah aku juga sama saja. Aku juga sudah mengecewakan Lala sebenarnya. ARRRGGHHH.

"Udah, Vin. Gue maafin lo."

Viny seketika diam, ia mengangkat kepalanya dari meja. Meja itu sudah benar-benar basah oleh air matanya. Sebenarnya aku sangat merasa kasian pada Viny. Dia benar-benar terlihat menyesal. Tapi aku juga bingung harus berbuat apa.

"Serius, Gi?" Mata Viny tampak berbinar.

"Ya. Tapi bukan berarti gue mau balik sama lo lagi. Kejadian yang dulu udah sekedar masa lalu. Gak ada keterkaitannya sama hari ini. Dan mulai sekarang gue minta lo jangan ganggu gue lagi." Aku berdiri, hendak beranjak pergi

"Tapi, Gi." Viny menarik tanganku "Gue masih sayang sama lo. Gue masih bener-bener sayang sama lo"

"Udah gue bilang lupain." Aku menghempaskan tangan Viny kemudian pergi begitu saja dengan mobilku. Meninggalkannya.

Pikiranku tak tenang sepanjang perjalanan. Aku nyalakan radio dengan volume tinggi. Kenapa Viny harus datang disaat seperti ini. Aku merasa jadi orang paling munafik. Ah. Anjing!

Aku hanya ingin dengan tenang menjalani hubungan dengan Lala. Tapi Viny datang, mengacak-acak itu semua. Aku tak bisa memungkiri tiba-tiba ada rasa sayang yang terpercik kembali. Perasaan yang tidak pernah hilang, hanya kukubur kini malah digali oleh Viny. Bajingan!

***

Aku membuka mataku, mengedarkankannya ke jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam.

Sehabis pertemuan dengan Viny tadi aku memilih untuk pulang ke apartemen dan tidur. Mengistirahatkan pikiran. Aku tidak sangka akan sampai jam segini.

Aku meraih HP-ku. Sudah ada banyak notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab disana. Beberapa pesan kubuka dan kubaca.

Yang pertama dari Gibran, Dia mengucapkan Terima kasih sudah dikenalkan pada Ayana. Dia bilang Ayana juga tampaknya Ayana juga tertarik dengan dirinya, memang belum jadian tapi Ayana masih butuh masa PDKT katanya.

Aku ikut bahagia mendapat kabar itu dari Gibran namun sekaligus merasa lucu. Aku dalam beberapa jam langsung bisa berhubungan badan dengannya.

Lalu aku membuka pesan dari Brielle. Dia kurang lebih curhat tentang kesedihannya karena tidak mendapatkan peringkat di pemilihan kali ini. Aku tidak begitu mengerti tapi tampaknya ia cukup sedih. Aku balas pesan itu dengan kata-kata penghiburan biasa

Lalu aku membaca pesan dari Lala, dia cukup banyak mengirim pesan.

"Kak Egi dimana? Gak nonton lagi"
"Kak.... Oy... Dimana?"
"Kak peringkat aku rendah banget tau😭"
"Kak ihhhhhhh... Kemana sih?"
"Kak gak ngejemput?
"Ih kemana sih?"
"Yaudah aku sama Biyel naik gojek aja"
"Kak aku di depan apartemen"
"Kaaakkkk"
"Yaudah aku pulang ke rumah Biyel"
"Bay"

Aku tersenyum melihat chat dari Lala itu. Segera aku mengetikkan pesan untuk dirinya

Maaf ya La, ketiduran

Tak lama setelah aku menekan tombol kirim, panggilan masuk dari Lala langsung muncul di layar HP-ku.

"Kaaak Egiiiiiiii"

"Apa Tinki winkie Dipsi Lala Po?"

"Ih aku khawatir tau. Dikira kenapa-napa gak ngabarin tuh"

"Buset deh, La. Baru aja bentar"

"Bentar apaan. Udah enam jam lebih ngilang. Kan aku khawatir."

"Iye-iye. Maaf."

"Aku mau nginep di tempat Kakak ah"

"Yeeee... Kan udah nginep di Brielle."

"Tapi aku maunya sama Kakak"

"Ah ngaco aja kamu mah. Udah nanti lagi aja. Istirahat sekarang, besok kan masih ada kegiatan kamu."

"Ish. Yaudah deh. Bye."

Telpon langsung ditutup.

Kenapa sih dengan Lala, tiba-tiba ngambek seperti itu. Rumit memang cewek. Aku coba telepon dia lagi tapi tak kunjung diangkat.
Aku mengirim pesan padanya berkali-kali hanya dibaca. Hmmmm.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu apartemenku. Siapa yang malam-malam begini berkunjung? Aku penasaran. Tidak mungkin Lala karena dia bilang ada di rumah Brielle. Apa Ayana? Ah sepertinya tidak. Daripada terus menebak-nebak tidak pasti aku langsung saja menuju ke pintu dan membukanya, melihat siapa yang ada di sana.

Di balik pintu terlihat seorang perempuan tersenyum kearahku. Aku sepertinya pernah melihat dia entah dimana.



"Kak Egi, kan?" Dia langsung bertanya

"Eee... Iya." Jawabku sambil melayangkan tatapan curiga kepadanya.

"Nah bener berarti." Gadis itu langsung saja hendak nyelonong masuk ke dalam.

"Eh... Tar dulu, tar dulu. Kok main masuk aja?! Lu siapa?" Aku menghalangi perempuan itu. Gak ada akhlak main nyelonong aja ni cewek.

"Yaelah, Kak. Gue Meme."

Meme? Siapa Meme?

"Meme Comic Indonesia?" Tanyaku ngelantur, entah kenapa pengen aja.

"Melati, Kak. Melati elah"

"Ah gue gak tau lu Melati siapa. Kenalnya juga Mawar. Mawar de Jongh" Hmmm jam malam membuat omonganku makin melantur. "Lagian ada apa lu kesini? Tau gue dari mana juga?"

"Ah lu gimana sih, Kak. Becanda aje. Buru masuk ah pegel gue berdiri mulu."

Cewek itu kembali hendak masuk namun aku kembali menghalanginya. Dia ke sisi lainnya mencari celah, aku bergerak mengikuti gerakannya. Tapi dia bergerak lagi ke arah lain, kanan, kiri, atas, bawah. Kami jadi seolah sedang bermain gobak sodor.

"Lah malah mainan jadinya."

"Ya elu sih, Kak. Rebet."

"Udah sekarang mending lu jelasin dulu ada apa gerangan anda mengunjungi saya pada kala malam telah menyelimuti bumi seperti ini?"

"Tuan, hamba telah melewati kejamnya samudra dan ganasnya gurun sahara. Lalu kenapa tuan pura-pura lupa udah booking saya."

Hah? Booking?

"Booking? Booking apaan?" Aku mengernyitkan dahi. Makin tak jelas alur hidupku ini.

"Tadi sore Ayana udah bilang ke gue. Katanya lu yang booking lewat dia. Udah langsung lunasin juga. Ah buruan ah gue capek ini berdiri mulu. Suruh duduk dulu kek."

Dia kembali nyelonong masuk. Kali ini entah kenapa aku tidak menghalanginya. Aku masih bingung dengan ini.



Cewek yang menyebut dirinya Melati ini langsung duduk di sofa. Aku mengecek HP-ku untuk langsung bertanya pada Ayana. Tapi ternyata sudah ada pesan dari Ayana yang dikirimkannya tadi sore.

Aku membuka pesan itu.

Makasih gi udah kenalin gw sma Gibran.
Asik jga prangnya. Sbg tnda terima kasih gw sama itung2 traktiran perayaan kelukusan gue, gue bkl kasih hadih.

Hadiahnya ntar mlm. Lu jangan tdr dlu.

Hmmmm... Apa yang dimaksud hadiah dari Ayana itu si Melati ini? Terus maksudnya booking booking. Jangan-jangan?

"Eh, Kak. Masa gak ditawarin minum dulu gitu kek."

Ngelunjak juga ni cewe

"Yaudah, lu mau minum apa?"

"Apaan kek gitu yang seger-seger. Sirop"

Dengan terpaksa aku membuatkan segelas sirup untuknya dan sekalian segelas untukku. Aku kembali ke sofa, duduk di samping Meme sambil menaruh dua gelas sirup di meja. Meme langsung meminum sirup itu beberapa tegukan.

"Ah seger." Melati menaruh kembali gelas itu.

"Nama lu Melati, kan ya?"

Meme mengangguk sambil, matanya berfokus pada HP yang sedang ia genggam.

"Lu member JKT48 juga?"

Dia kembali mengangguk

"Terus yang tadi lu bilang udah booking itu maksudnya gimana, bisa diperjelas gak booking apaan?"

"Ah elah, Kak. Harus banget ya gue ngakuin gue lonte."

Oke berarti dugaanku benar.

"Fetish lu emang sama yang teriak-teriak "Aku lonte kamu, Mas" Gitu ya, Kak?"

"Errr... Bukan gitu maksud gue. Gue sebenernya gak tahu menahu soal bookang booking ini. Ini kerjaannya si Ayana."

"Lah. Kak Ay bilangnya lu yang booking."

"Kagak. Jadi mending lu abis ngabisin minumannya langsung pulang aja."

"Ah mager gue, Kak. Udah bilang ke orang rumah juga mau nginep di temen. Jadi repot nanti Mama Papa udah pada tidur. Lagian apa gak sayang, udah dilunasin loh ini buat semaleman."

"Ya tapi kan gue gak booking."

"Yaelah tinggal maen aja susah bener, Kak. Kenapa? Takut ketauan sama Lala?"

Aku terkejut

"Hah? Kok lu tau sih?"

"Udah banyak kali kak yang tau. Apalagi member tim T. Udah semuanya tau kali."

Waduh, ternyata memang pergosipan perempuan cepet bener ngerembet.

"Tenang, rahasia terjamin kok, Kak. Rahasia Kakak sama Kak Ayana juga gak akan bocor."

Aku kembali terkejut.

"Ayana gimana maksudnya?"

"Ah udah, Kak. Gausah pura-pura bego. Kak Ay sering cerita kok ke gue."

Memang bahaya sih ini.

"Jangan-jangan member tim T juga udah pada tau soal ini."

"Kagak lah kalau yang ini mah. Yakale."

Syukurlah.

"Jadi, gimana? Kapan mau mulai?"

Hah. Aku tidak boleh melakukan ini. Bisa repot nanti urusannya kalau semakin panjang.

"Kagak. Udah lah gapapa lu kalau mau tidur di tempat gua. Pake aja itu kamar. Gue tidur di sini aja." Yah lebih baik aku tidur di sofa untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

"Ah elah, Kak. Masa gak mau main sih. Gue udah lama nih gak terima order karena lagi sibuk latian. Udah pengen juga guenya."

"Kagak. Udah sono tidur aja."

"Yakin, Kak?" Melati tiba-tiba meraih tanganku dan langsung ditempelkan di dadanya. "Tete gue gede loh, Kak."

Aku bisa merasakan keempukan payudara Meme. Bentuknya juga besar dan bulat melebihi Ayana dan Lala. Hah. Kenapa pikiranku jadi begini. Buku-buku aku menarik tanganku.

"Buset deh lu! Udah sana buru tidur ke kamar."

"Galak amat pacarnya Lala, ah. Yaudah gue tidur aja dah."

Melati langsung beranjak ke kamar. Untung dia nurut. Saat menyentuh payudaranya tadi penisku sudah menerima rangsangan yang lumayan kuat. Aku harus ingat, aku punya Lala dan harus menjaga perasaanya.

Aku berbaring di sofa. Sulit untuk tidur kalau baru bangun seperti ini. Aku memilih memainkan HP, membuka twit**ter melihat kebodohan orang-orang disana.

Sedang asyik-asyiknya tiba-tiba ada yang merangkulku dari belakang. Aku kaget dan langsung melepaskan diri.

Mataku langsung tertuju pada Melati yang tubuhnya dibalut dengan lingerie berwarna merah yang begitu menggoda.

Aku menelan ludah. Sialan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
 
Terakhir diubah:
Si Stephen belom bangun huu.. Kok udah bersambung.. Hehehe..🤣🤣
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd