Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
5 jam dri sekaarang menanti update...

1 Desember 2016.... Ayo huu cemungutt:dansa:
 
telat baca apdet nih :baca:
btw, ini kan cerita harem yak, yah bisa lah dibikin poligami 5 gitu, ibarat raja ada satu permaisuri dan 4 selir :pandajahat:
 
EPISODE 16 : I’m Really Proud of You

Pagi itu, aku terbangun. Aku melihat jam, dan jam sudah menunjukkan pukul 5.30. Aku berusaha membangunkan tubuhku, dan mendapati tubuh telanjang Martha masih terbaring dalam pelukanku. Ah, aku ingat semalam kita sempat bersetubuh. Luar biasa, aku betul-betul mendapatkan sensasi yang sama seperti dulu waktu di Grand Hyatt. Martha pun semalam sepertinya lebih bersemangat melakukannya. Mungkin karena hubungannya dengan Arvin sudah kandas. Kemudian, aku mencium bibir Martha dan membangunkannya. Martha pun membuka matanya, dan kemudian ia tersenyum kepadaku.

“Pagi koko sayang.” Kata Martha.

“Pagi, Martha sayang. Eh buruan yuk kita bebersih terus pake baju. Bisa berabe kalo ada orang dateng hahaha.” Kataku.

“Eh iya, ko. Yuk.” Kata Martha.

Kemudian, kami segera bangun dari tempat tidur. Aku segera mandi di kamar ruang tunggu pasien, sedangkan Martha kembali ke kamar pasien untuk mandi juga. Setelah selesai, kami berdua sudah berpakaian lengkap, dan jam sudah menunjukkan pukul 6.30.

Tidak lama kemudian, Ayah dan Ibu Martha datang menjenguk. Huff, untunglah, terlambat sedikit saja bisa-bisa aku dibunuh oleh mereka.

“Pagi om, pagi tante.” Sapaku.

“Halo, Jay. Semalam bisa tidur?” Tanya Ibu Martha.

“Bisa, tante. Kamarnya bagus begini soalnya sih hehehe.” Kataku.

“Jay, kamu ngantor hari ini?” Tanya Ayah Martha.

“Iya, om. Tapi mungkin agak siang.” Kataku.

“Jangan siang-siang. Nanti kamu dimarahin sama kantor kamu. Lin, kamu jagain Martha kan jadinya?” Tanya Ayah Martha.

“Iya kok.” Kata Ibu Martha.

“Oke. Kamu berangkat sama om aja ya Jay.” Kata Ayah Martha.

“Ah, jangan ngerepotin om lah. Aku berangkat sendiri aja.” Kataku.

“Gak apa-apa kok. Lagian om lagi kepengen jalan-jalan, sekalian juga pengen ngobrol sama kamu.” Kata Ayah Martha.

Deg. Ngobrol apa ya? Kok aku jadi serem sendiri gini?

“Oke om.” Kataku.

“Udah siap belum? Nanti kamu terlambat loh ke kantor.” Kata Ayah Martha.

“Udah sih om. Ayo deh kita berangkat om.” Kataku.

“Oke, yuk. Tha, kamu gimana kondisinya?” Tanya Ayah Martha.

“Udah sembuh pa. Pokoknya, hari ini aku harus pulang.” Kata Martha.

“Sip. Itu baru anak papa. Papa berangkat kerja ya, sekalian nganter Jay juga.” Kata Ayah Martha.

“Iya, hati-hati ya pa.” Kata Martha.

“Martha, aku berangkat dulu ke kantor ya. Kerjaan kamu tenang aja, nanti aku minta tolong Villy untuk backup.” Kataku.

“Iya, ko. Hati-hati ya. Muaahh.” Kata Martha.

“Muaahh.” Kataku.

“Tante, aku permisi dulu ya tante.” Kataku.

“Iya, Jay. Hati-hati ya di jalan. Selamat kerja.” Kata Ibu Martha.

Kemudian, aku dan Ayah Martha keluar dari ruangan ini, kemudian kami bersama-sama menuju parkiran mobil. Mobil Ayah Martha diparkir tidak jauh dari tempat kami berdiri. Setelah membuka kunci pintu mobil dengan remote nya, aku langsung menaiki mobil Camry milik Ayah Martha. Setelah menyalakan mesin mobil, Ayah Martha langsung menginjak gas, dan dalam waktu yang tidak lama, kami sudah keluar dari rumah sakit.

Karena waktu sudah menunjukkan pukul 7.00, maka kemacetan pun mulai melanda ibukota. Karena itulah aku sangat suka berangkat pagi-pagi betul dari rumah. Kalau sudah jam begini, macetnya itu tidak tahan.

“Gimana hubungan kamu sama Martha, Jay?” Tanya Ayah Martha tiba-tiba.

“Eeh? Hmmm. Mungkin aku dan Martha sangat cocok sebagai teman, om.” Kataku.

“Sesama teman itu tidak saling muah-muah an.” Kata Ayah Martha sambil tersenyum kepadaku.

Hah? Eeehhh? Ohhh, iya. Tadi aku sebelum berangkat sempat muah-muah an bersama Martha. Dan yang lebih parahnya, aku baru menyadarinya sekarang. Kurasa Martha pun juga tadi tidak menyadari. Gawat. Aku kena skak mat ini.

“Yah, om ngerti Jay kalau kamu itu masih galau dengan Martha. Martha kemarin cerita semuanya sama om. Kalau Martha sih sudah yakin tentang perasaannya sama kamu.” Kata Ayah Martha.

“Oh, begitu.” Kataku.

“Memang sulit Jay memutuskan hal macam begitu. Cobalah berpikir dulu untuk sejenak, dan jangan memaksakan semuanya.” Kata Ayah Martha.

“Om, aku sejujurnya ga tahu apakah aku bisa bikin Martha seneng ato ga.” Kataku.

“Wah, jujur amat kamu ya. Biasanya sih mantan-mantannya Martha selalu memberikan janji manis didepan om.” Kata Ayah Martha.

Aduh, salah langkah kah aku?

“Intinya, apakah kamu bisa bikin seneng Martha ato gak, sejauh yang om tahu, kalau Martha sudah membicarakan kamu, itu wajahnya selalu berseri-seri.” Kata Ayah Martha.

Begitukah? Wah, aku jadi senang sendiri ini sih.

“Dan juga, om gak tahu apa yang terjadi semalam, dan tenang saja karena om juga gak akan cari tahu untuk kali ini. Tapi, hari ini kondisi Martha itu sudah jauh lebih baik dari kemarin. Seolah-olah, seluruh trauma dan sakit yang ia alami kemarin itu betul-betul sudah hilang hari ini.” Kata Ayah Martha.

“juga gak akan cari tahu untuk kali ini”? “kali ini”? Apakah itu artinya Ayah Martha sudah memiliki premonisi tentang apa yang sudah kami berdua lakukan semalam? Kalau itu yang terjadi, bisa dibunuh aku sekarang.

“Intinya, om really proud of you, Jay. Makasih banyak, Jay.” Kata Ayah Martha.

“Ah, ga kok om. Itu bukan hal besar.” Kataku sambil takut-takut.

“Oke, Jay. Nih kita udah sampai di kantor kamu. Kapan-kapan main lagi Jay ke rumah. Om pingin ngobrol lagi sama kamu.” Kata Ayah Martha.

“Iya om. Makasih om udah repot-repot nganterin aku.” Kataku.

“Dibandingkan dengan hal yang udah kamu lakuin buat Martha, yang om lakuin kali ini itu jauh lebih kecil dari hal tidak besar yang kamu lakuin.” Kata Ayah Martha sambil tersenyum.

Aku hanya tersenyum kepada Ayah Martha, kemudian menutup pintu mobilnya. Ayah Martha ini bisa saja hahaha.

Aku segera memasuki kantorku. Sampai di lorong pertama kantorku, ternyata Valensia sudah menungguku. Ia menatapku dengan sangat serius.

“Oi, kenapa Val?” Tanyaku.

Kemudian Valensia berjalan kearahku, kemudian ia tersenyum, dan mencium bibirku.

Thanks for saving Martha. I’m really proud of you. I’m saying this sincerely for the first time. (Makasih udah nyelamatin Martha. Aku sangat bangga sama koko. Aku ngucapin ini dengan tulus untuk pertama kalinya.)” Kata Valensia.

Yeah, the first time I heard good words coming from your foul mouth. (Iya, kata-kata bagus pertama kalinya yang kudengar dari mulutmu yang tajam itu.)” Kataku.

Shall we go? (Mau lanjut jalan?)” Tanya Valensia.

“Yuk.” Kataku.

Kemudian, kami berdua berjalan terus menyusuri lorong dan ruangan, hingga akhirnya kami sampai di ruang kerja kami. Disitu, tim five angels ku tanpa Martha sudah lengkap. Aku segera menyalakan komputerku, dan bersiap untuk fokus pada pekerjaanku. Tiba-tiba, ada chat conversation yang masuk ke komputerku.

“Ko.” Chat Villy.

“Iya, Vil? Oh iya Vil, kamu tolong backup kerjaan Martha ya. Kayanya dia besok atau lusa baru bisa masuk.” Chatku.

“Oke ko.” Chat Villy.

“Terus, ada apa, Vil?” Chatku.

“Makasih ya ko, udah nolongin Martha.” Chat Villy.

“Ah, santai aja lah. Gitu doang.” Chatku.

“Bukan gitu doang ko. Martha itu temen yang berharga banget buat aku, dan juga buat kita-kita yang lain.” Chat Villy.

“Hahaha. Kebetulan doang kok Vil aku ada disana, jadinya bisa nolongin dia.” Chatku.

“Nggak ko, maksudnya udah nolongin dia dari cowoknya. Sekarang kan dia akhirnya bisa lepas dari cowoknya.” Chat Villy.

“Ehem. Mantan.” Chatku.

“Hahahaha. Cieee koko cemburu yaaaa.” Chat Villy.

“Hmmm, ga tau sih Vil. Sensi aja.” Chatku.

“Ko.” Chat Villy.

“Yo, Vil.” Chatku.

I’m really proud of you.” Chat Villy.

“Walah. Makasih deh Vil.” Chatku.

“Dan aku semakin sayang sama koko.” Chat Villy.

“Hmmmm. Makasih Vil. Oh iya, Vil. Aku mao tanya sama kamu.” Chatku.

“Apa ko?” Chat Villy.

“Seberapa sayang kamu sama aku?” Chatku.

“Sayang banget ko.” Chat Villy.

“Sampai rela ngorbanin perasaan kamu ke orang lain yang bisa bikin aku bahagia?” Chatku.

“Kalau aku bilang iya, berarti aku ada bohong juga ko.” Chat Villy.

“Bagaimana kalau untuk Martha?” Chatku.

“Kalau untuk Martha, Senja, Valensia, atau Devina, aku akan lebih tenang ko, dan mungkin ke merekalah aku bakalan paling rela nyerahin koko.” Chat Villy.

“Yang berarti, ada sebagian rasa ga rela?” Chatku.

“Kalau rela sepenuhnya, itu artinya aku nggak cinta ko.” Chat Villy.

“Hmmm, masuk diakal.” Chatku.

Selalu mendahulukan kepentingan yang lainnya dibandingkan dirinya sendiri, itulah Villy yang kukenal dari dulu. Bohong namanya kalau aku tidak mengaguminya dan tidak ada rasa sayang sama sekali kepadanya.

Tiba-tiba, ada chat conversation lagi masuk ke komputerku.

“Ko.” Chat Senja.

“Oi, Sen. Kenapa?” Chatku.

“Ko, kira-kira kalo aku ada di posisi Martha, apakah koko tetep akan nolongin?” Chat Senja.

Haaah? Sepertinya ini akan menjadi jawaban yang cukup menyulitkan.

BERSAMBUNG KE EPISODE-17
 
PERTAMAX....
Villy, mendahulukan kepentingan yg laen dari pada diri sendiri. Catet buat pertimbangan.

Thank updetnya gan Megu. Muah.... Hahaha
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd