Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

EPISODE 18 : Date... Again?

Senja Harmoni



“Mas Jay, silakan diminum ya teh manisnya. Tunggu sebentar ya, Mbak Senja nya lagi mandi.” Kata asisten rumah tangga di rumah Senja.

“Wah, makasih ya, mbak. Sampe repot-repot begini.” Kataku.

“Ah, nggak lah, nggak repot sama sekali. Kalo untuk temennya Mbak Senja, nggak bakal ngerepotin sama sekali.” Kata asisten rumah tangga di rumah Senja.

“Maaf, mbak. Mbak namanya siapa?” Tanyaku.

“Nama saya Rachel.” Kata asisten rumah tangga di rumah Senja, yang ternyata bernama Rachel.

Haah? Rachel? Kok namanya bagus sekali ya? Jarang-jarang tuh aku dengar asisten rumah tangga yang namanya bagus gitu. Yah, tapi mungkin zaman sudah berkembang tanpa sepengetahuanku.

“Oke, Mbak Rachel. Mbak Rachel sudah lama ya bekerja disini?” Tanyaku.

“Sudah lama banget, Mas. Sudah sejak sebelum Mbak Senja lahir, saya sudah kerja disini.” Kata Mbak Rachel.

“Ooo, pantesan. Soalnya kelihatannya Mbak Rachel sayang banget sama Senja.” Kataku.

“Oh iya. Mbak Senja itu dari kecil orangnya baik, baik banget. Tapi ya sedikit nggak mau kalah dan kekanak-kanakan sih.” Kata Mbak Rachel.

“Oh, begitu ya, Mbak...” Kataku.

Kemudian, aku mendengar suara pintu kamar yang terbuka, dan keluarlah seorang putri cantik yang memakai kaos berwarna pink dan celana pendek berwarna putih. Waah, siapa dia, cantik sekali.

“Ko, kok melamun?” Kata putri cantik itu yang ternyata... Senja!!!

“Eh... Senja??” Tanyaku.

“Kenapaaa? Aku dipikir hantu yang menyamar lagi ya?” Tanya Senja sambil memanyunkan mulutnya.

“Hmmm. Ga kok.” Kataku sambil senyum-senyum.

“Oke. Mas, Mbak, saya tinggal dulu ya.” Kata Mbak Rachel.

“Iya, makasih mbak teh nya.” Kataku.

“Sama-sama.” Kata Mbak Rachel.

Kemudian, Senja pun duduk disebelahku.

“Udah dateng lama, ko?” Tanya Senja.

“Ah, baru bentar kok, Sen. Udah mao cabut?” Tanyaku.

Senja hanya mengangguk sambil tersenyum. Memang, kalau dilihat-lihat, Senja memiliki tampang yang jutek. Akan tetapi, sekalinya sudah tersenyum, dia seolah-olah menjadi wanita paling cantik di dunia. Kalau dari wajah saja, kuakui bahwa Senja itu yang paling imut diantara five angels timku itu. Kemudian, aku pun berdiri, diikuti oleh Senja.

“Mbak, aku pergi dulu ya.” Kata Senja.

“Iya, Mbak. Hati-hati ya.” Suara Mbak Rachel terdengar.

Kemudian, aku dan Senja sama-sama naik ke mobilku. Tidak pakai lama, aku segera menyalakan mesin mobilku dan menginjak gas menuju Ancol.

“Papa mama kamu kemana, Sen?” Tanyaku.

“Oh, mereka lagi tugas dinas keluar kota, ko. Besok malam baru pulang.” Kata Senja.

“Hooo. Ga kesepian kamu di rumah?” Tanyaku.

“Nggak sih.” Kata Senja.

“Iya sih, ada Mbak Rachel yang kelihatannya begitu baik sama kamu sih.” Kataku.

“Hah?? Siapa tuh Mbak Rachel??” Tanya Senja dengan bingung.

“Lho, itu asisten rumah tangga yang kerja di rumah kamu. Bukannya namanya Rachel?” Tanyaku.

Senja tampak bingung dengan ucapanku. Kemudian ia tertawa terbahak-bahak. Eh, ada apa nih? Kok dia tertawa sampai senang begitu? Hmmm, cara dia tertawa terbahak-bahak ternyata lucu juga ya.

“Aduuhh, koo... Nama Mbak-ku bukan Rachel, tapi Ratih.” Kata Senja.

“Lho? Kok bisa?” Tanyaku.

“Lah, kok koko bisa sotoy namanya Rachel?” Tanya Senja masih sambil tertawa.

“Tadi aku tanya dia, dia bilang namanya Rachel.” Kataku.

“Aduuhh, koko mah cuma pinter coding doang. Ketipu mah gampang banget si koko.” Kata Senja sambil melanjutkan tertawanya.

Aish, kurang ajar si Senja. Berani-raninya dia mengatakan hal itu padaku. Akan tetapi, jujur aku lagi kena skak mat sih sama Senja. Haduuh, kalo mulutnya Senja ember dan five angels yang lain dikasihtau, pasti aku jadi bahan tertawaan. Apalagi si Valensia.

Yah, tapi ternyata Senja ini orangnya menyenangkan. Sepanjang perjalanan, kami terus tertawa-tawa, sambil terus becanda. Kupikir dia orangnya super jutek, ternyata menyenangkan juga.

Tidak lama kemudian, kami pun telah sampai di Ancol. Setelah masuk gerbang Ancol, kami langsung menuju Dufan. Untungnya, masih agak pagi, jadi masih agak gampang mencari parkir. Aku mendapat tempat parkir yang cukup dekat dari pintu masuk Dufan. Kemudian, kami pun turun dari mobil, dan langsung menuju loket di pintu masuk Dufan untuk membayar tiket. Setelah mendapatkan tiketnya, kami langsung masuk ke area utama Dufan.

“Mao main apa nih, Sen?” Tanyaku.

“Halilintar!” Kata Senja.

“Yok.” Kataku.

Kemudian, kita pun berjalan menuju area Halilintar. Aku berjalan dengan kecepatan biasa, dan Senja pun cenderung berjalan cepat. Lalu, Senja menarik tanganku.

“Ayo, ko! Cepet!” Kata Senja.

“Ah, iya iya.” Kataku.

Kemudian, ia pun berlari sambil tetap memegang tanganku. Eh buset, ngebet banget kayanya kepingin main. Singkat kata, akhirnya kami sampai di area Halilintar. Dan seperti biasa, antriannya panjaang sekali. Aku dan Senja pun mengantri selama dua jam, dan akhirnya kami mendapat kesempatan main juga. Aku dan Senja duduk di barisan tengah. Tidak lama kemudian, roller coaster Halilintar pun mulai jalan menaiki jalur menanjak.

“Eehh... Kooo... Gimana niihh?? Aku takuutt!!” Kata Senja.

Lah? Kok takut? Pura-pura palingan. Tapi, kemudian ia memegang tanganku dengan sangat erat. Eh, tangannya dingin. Jangan-jangan dia ketakutan beneran.

“Sen, kamu ketakutan beneran?” Tanyaku.

“Iyaaa kooo!! Aku takuuttt!” Kata Senja sambil gemetaran.

Loh? Kalo takut main halilintar, kenapa tadi ngajak ya? Kemudian, setelah halilintar menyelesaikan jalan menanjaknya, kemudian berbelok dan siap untuk... turunan awal yang curaam!!

“HUAAAA!!! KOKOOO TOLOOONNGGG!!!! BISAA MATIII AKUUU!!!” Teriak Senja.

“Lah? Kenapa kamu tadi ngajakiin naiiiikkk?” Tanyaku dengan suara yang panjang karena sedang keseruan main halilintar.

Setelah turunan curam awal itu, halilintar pun mulai berputar-putar.

“KOKOOOO!!!!! TOLOONNGGG!!!!” Teriak Senja.

Astagaaaa... Bukannya menikmati halilintar, aku malah khawatir dengan Senja. Hingga pada akhirnya, halilintar pun sudah selesai.

“Huff... Huff... Huff...” Senja berusaha mengatur napas.

“Kalo takut halilintar, kenapa tadi ngajakin naik, Sen?” Tanyaku selagi turun dari halilintar.

“Ya kan ada koko. Kupikir nggak serem.” Kata Senja.

“Laaahhh.. Apa bedanya?” Tanyaku.

“Tapi emang bener nggak seserem biasanya kok. Hehehe.” Kata Senja sambil tersenyum.

Jiah, anak aneh. Tadi ketakutan, terus sekarang senyum seperti biasa. Haah, wanita emang sulit dimengerti.

“Oke, terus mau main apa kita?” Tanyaku.

“Kora-kora!” Kata Senja sambil tersenyum.

“Hmmm? Yakin?” Tanyaku.

“Iyaaaa!” Kata Senja.

“Oke, yuk.” Kataku.

(Setelah mengantri selama kurang lebih satu jam)

“KOKOOO!!!! TOLOOONNGGGG!!!! GIMANAAA KALO KORA-KORANYA PUTUUSSS!!!!” Teriak Senja.

Ahhh, lagi-lagi begini.

(Setelah naik kora-kora)

“Udah, main yang ringan aja yuk.” Kataku.

“Oke. Istana boneka aja ko.” Kata Senja.

“Nah, itu ringan. Ayo.” Kataku.

(Setelah mengantri selama dua jam)

“KOKOOO!!!! ITU BONEKANYA SEREEEMMM!!! HUAAAA!!!!” Teriak Senja.

Whaaatt? Sampai istana boneka pun begini?

(Setelah selesai istana boneka)

“Udah sore nih. Mao main apa lagi?” Tanyaku.

“Udah, ini kan terakhir. Arung jeram yuk ko!” Kata Senja.

Hmmm, arung jeram ga terlalu seram sih. Harusnya aman.

“Yuk.” Kataku.

(Setelah mengantri selama sejam)

“KOKOOOO!!!! AKU TAKUT AIIIRRR!!! TOLOONNGGG!!!!” Teriak Senja.

Haah, aku tidak bisa berkata apa-apa. Main ini takut main itu takut, kok ngajakin ke Dufan ya?? Haah, betul-betul deh, wanita itu sulit dipahami.

Setelah main arung jeram, kami pun keluar dari Dufan. Setelah itu, kami naik ke mobilku, dan aku mengemudikan mobilku menuju rumah Senja untuk mengantarnya pulang.

“Haaah, serem banget ya ko! Kayanya tadi aku hampir mati deh.” Kata Senja.

“Lebay dasar kamu.” Kataku.

“Ih beneran, ko. Serem banget.” Kata Senja.

“Lagian kamu aneh deh. Kamu main ini takut, main itu takut. Kok ngajakin ke dufan sih?” Tanyaku dengan heran.

“Hmmm, abisnya...” Kata Senja.

“Abisnya kenapa?” Tanyaku.

“Itu, ko. Kata Valensia, koko katanya lagi pengen ke Dufan. Main halilintar, istana boneka, arung jeram, sama kora-kora.” Kata Senja.

Aahh, memang betul sih aku pernah berkata demikian ke Valensia. Ya ampun. Senja memang anaknya seperti anak kecil dan egois, tapi dia ternyata bisa memikirkan kepentingan orang lain seperti itu walaupun dirinya takut setengah mati. Melihat tingkahnya, aku jadi senyum-senyum sendiri.

“Makasih ya, Sen.” Kataku sambil mengelus-elus kepalanya.

Senja hanya menangguk-angguk sambil tersenyum. Aduuh, mukanya itu memang tidak tahan, imutnya itu lho. Dia betul-betul imut sekali. Kemudian, kita pun sampai di rumah Senja. Waktu sudah menunjukkan pukul 19:17.

“Ko, mampir dulu yuk makan.” Kata Senja.

“Hmmm, ga usah lah, Sen. Nanti ngerepotin.” Kataku.

“Iihh, kan udah malem ko. Ayo ko! Pokoknya koko harus makan!” Kata Senja sambil kemudian mematikan mesin mobilku dan mengambil kuncinya dariku.

Yaah, aku punya pilihan apa kalau begini sih. Aku pun turun dan ikut masuk ke rumah Senja. Di meja makan, makanan pun sudah disediakan. Aku dan Senja pun makan malam bersama di rumahnya.

“Wah, enak banget, Sen. Siapa yang masak?” Tanyaku.

“Mbak Ratih, ko.” Kata Senja.

“Waah, beruntung banget ya kamu makan makanan kaya gini tiap hari. Enak loh.” Kataku.

“Hehehe. Nanti aku sampein ke Mbak Ratih, ko.” Kata Senja.

“Ah, ga usah lah.” Kataku.

“Gpp ko.” Kata Senja.

Setelah itu, kami melanjutkan makan malam sampai selesai. Setelah selesai, aku langsung duduk di sofa.

“Ah, abis makan gini emang ngantuk.” Kataku.

“Di kamarku aja ko, tidurnya.” Kata Senja.

“Ah, janganlah. Masa aku masuk ke kamar kamu. Ga sopan.” Kataku.

“Udah, gpp ko. Kan cuma tidur doang. Ayo, ko. Nyetir ngantuk-ngantuk bahaya.” Kata Senja sambil menarik tanganku.

Eits, tenaganya kuat sekali. Aku sampai terseret. Dia menyeretku masuk ke kamarnya, kemudian dia langsung mendorongku ke tempat tidurnya.

“Oh iya, ko. Sebelum tidur, kita gitu-gitu dulu yuk, ko.” Kata Senja.

Haaah? Eh, aku tidak lagi berhalusinasi kan?

Kemudian, Senja langsung berbaring diatas tubuhku, dan mencium bibirku. Ehh? Senja? Ada angin apa sih ini??

BERSAMBUNG KE EPISODE-19
 
:haha:
Pertamax dipej35

Yah... Motongnya sadiiis... Padahal bentar lagi uhuk uhuk hachih.....

Om Bad makin galau... :ha:
 
Terakhir diubah:
Duh senja..
'Gitu gitu gimana? Koko ga ngerti.. kan koko masih kecil....":Peace:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd