Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

Bimabet
EPISODE 38 : Rescue

BUUMMM!

Eh, aku terbangun dengan kaget. Rasanya sebelumnya seperti suara ledakan dan getaran. Apa aku hanya bermimpi? Villy dan Martha pun yang tadinya tertidur disampingku langsung terbangun.

“Kenapa ko?” Tanya Martha.

“Iya, kayanya kaget banget.” Kata Villy.

“Hmmm, kalian denger suara ledakan dan ngerasa gedung ini bergetar ga tadi?” Tanyaku.

“Hmmm? Nggak, ko.” Kata Martha.

Hmmm, perasaanku tidak enak. Sial, haruskah aku kembali tidur dan bermimpi enak? Haah, rasanya sih begitu saja... Valensia!!! Tidak. Aku tidak boleh sampai melewatkan kesempatan secepat apapun. Untuk amannya, sebaiknya aku memeriksa kamar Pak Budi saja deh. Aku segera beranjak dari tempat tidurku dan mengambil pakaianku.

“Aku mao ke kamar Pak Budi. Kalian disini aja.” Kataku.

“Enggak, ko. Kita ikut.” Kata Villy sambil juga beranjak dari tempat tidurnya dan langsung berpakaian dengan cepat.

Martha tidak berkata apapun, melainkan juga beranjak dari tempat tidurnya dan berpakaian dengan cepat. Setelah kami bertiga selesai berpakaian, kami pun langsung keluar kamar dengan tergesa-gesa. Kami bertiga langsung lari menuju elevator. Saat aku akan menekan tombol untuk memanggil elevator, entah kenapa perasaanku langsung tidak enak. Rasanya sesuatu seolah-olah memberitahuku dengan kuat untuk tidak menggunakan elevator ini. Sepertinya ini adalah perasaan yang tidak bisa kuabaikan.

“Kita lewat tangga darurat saja!” Kataku sambil berlari menuju tangga darurat.

Sial! Perasaan apa ini? Perasaanku sungguh tidak enak. Seolah-olah, aku harus segera sampai di kamar Pak Budi. Sial, apakah Valensia sudah datang kesana? Aku langsung membuka pintu darurat dan langsung menuruni tangga darurat. Ah sial, biasanya tangga darurat hotel kan pintu masuk ke tiap lantainya ditutup! Sial, saat aku menyadarinya, kita sudah sampai di lantai dua belas. Aku mendapati pintu tangga tersebut terbuka. Lho? Kok terbuka? Eh? Suara apa itu? Samar-samar aku mendengar suara yang teratur. Suara orang menuruni tangga. Letaknya jauh dibawah. Aku segera melongok kebawah, tetapi tidak melihat siapapun. Sepertinya mereka sudah sampai di lantai paling bawah dan sudah keluar dari area darurat ini. Ah masa bodoh! Aku harus mengabaikan hal itu untuk sementara waktu. Aku segera masuk ke pintu yang terbuka menuju lantai dua belas.

Aku langsung tidak bisa berkata apa-apa, saat melihat pintu kamar nomor 1201 terbuka lebar, dan aku melihat kobaran api dan asap dari dalam. Gawat! Aku segera berlari menuju kamar nomor 1201 itu. Aku ingat, kamar itu terbagi menjadi dua bagian, yang pertama hanyalah sekat tempat bodyguard Pak Budi yang bernama Aryo dan Ando berjaga, dan yang kedua adalah kamar Pak Budi. Saat sampai di kamar 1201, aku tidak melihat siapapun. Kemana Aryo dan Ando? Apakah mereka ada di dalam kamar Pak Budi? Kamar Pak Budi sudah ditutupi oleh luapan api. Sial! Rupanya aku terlambat! Gawat.

“Waduh, gawat. Gimana nih, ko?” Tanya Martha.

Hmmm, itulah yang sedang kutanyakan pada diriku sendiri. Aku melihat Villy masuk dan berusaha membuka pintu kamar Pak Budi. Akan tetapi, saat ia sudah didalam, tiba-tiba atap sekat ruangan itu roboh, sehingga memisahkan aku dan Martha dari Villy.

“Villyyy!!!!” Teriakku.

“Viiillll!!!!” Teriak Martha.

“Aku nggak apa-apaa. Atapnya nggak kena ke aku!!” Kata Villy dari balik reruntuhan atap yang memisahkan kami.

“Kooo!!! Api yang nutupin pintu kamar udah padam sedikit!! Pak Budi masih ada kooo!!!” Kata Villy.

“Gimana kondisinya, Vil?” Tanyaku dengan keras.

“Dia diiket ko!! Ini aku lagi ngelepasin iketannya!!” Kata Villy.

Hmmm, berita yang cukup bagus. Akan tetapi, kalau begini terus, Villy dan Pak Budi juga tidak akan selamat didalam. Ayo Jay!! Pikir!! Pikir!!!!!

“Maaf, pak. Area ini berbahaya, mohon pergi dari sini.” Kata seseorang dibelakangku.

Oh, rupanya petugas evakuasi hotel.

“Tidak bisa, pak! Teman saya masih ada di dalam!!” Kataku.

“Kami akan berusaha menolong teman bapak. Tapi tolong, pergilah dulu dari sini.” Kata petugas evakuasi hotel itu.

“Gimana kalau kalian gagal? Dia itu orang yang sangat penting dalam hidup saya!!” Kataku.

“Saya mengerti, pak. Tapi kalau begini terus...” Kata petugas hotel itu.

“Pak, apakah petugas pemadam kebakaran udah dateng?” Tanya Martha.

“Sudah, bu. Sekarang, mereka sedang menyiapkan peralatannya dulu untuk memadamkan api.” Kata petugas hotel itu.

“Oke, ko. Ayo kita cepet-cepet keluar dari hotel ini.” Kata Martha.

“Lah, Villy gimana??” Tanyaku.

“Koo... Aku ngerti, ko. Aku ngerti. Aku punya ide. Kita nggak mungkin bisa nolongin Villy dari sini. Kita minta tolong aja ama petugas pemadam kebakaran, mereka kan pasti punya tangga yang panjang.” Kata Martha.

Ah, betul. Ide yang cemerlang. Sepertinya aku terlalu panik dan tidak bisa berpikir dengan tenang. Disaat begini, malah Martha yang sepertinya begitu tenang. Memang untunglah aku tidak sendirian datang kesini.

“Yuk!” Kataku sambil menggandeng tangan Martha dan berlari.

Aku dan Martha langsung berlari sekencang-kencangnya menuju lantai paling bawah dengan tangga darurat. Capek dan sakit rasanya sudah kulupakan rasanya. Aku begitu berusaha sekuat tenaga, karena jika terjadi sesuatu pada Villy, pastilah aku menyesal seumur hidupku.

Dalam beberapa saat, aku dan Martha sudah sampai di lantai bawah. Aku melihat petugas pemadam kebakaran sedang menyiapkan tangga untuk memadamkan api di lantai 1201. Aku lihat dari bawah, memang kebakarannya sepertinya cukup parah. Gawat, kalau begini aku rasa Villy tidak akan bertahan lama. Pikiranku betul-betul dipenuhi dengan rasa panik. Ketenanganku yang biasanya betul-betul hilang akibat nyawa Villy ada dalam bahaya. Aku segera mendatangi petugas pemadam kebakaran itu.

“Pak, tolong siapkan alatnya secepatnya, dan siapkan juga prosedur untuk evakuasi. Ada dua orang yang masih hidup dalam kamar itu. Tolong secepatnya, pak!!” Kataku dengan begitu panik.

“Du... Dua orang?? Wooiii!! Buruan!!! Ada orang di dalamm!!” Kata petugas itu sambil berbicara kepada rekan kerjanya.

Mendengar hal itu, semua petugas pun mempercepat laju kerjanya. Aahh, siall!! Aku merasa pekerjaan mereka begitu lambat, padahal sebetulnya mungkin mereka bekerja dengan cepat. Rasa panik betul-betul sudah membutakan pikiranku. Dalam hal itu, aku merasakan ada yang menggenggam tanganku dengan erat.

“Tenang ya, ko... tenaangg...” Kata Martha.

Suaranya terdengar bergetar. Tangannya pun begitu dingin, dan juga gemetaran. Ah, dasar Jay! Kamu begitu paniknya sampai-sampai harus ditenangkan oleh seorang wanita yang notabenenya juga panik. Betul kata Martha, Jay. Tenang... Tenang... Saat ini, yang bisa kulakukan hanyalah percaya pada petugas pemadam kebakaran itu. Disamping itu, aku juga harus menenangkan Martha. Dia sepertinya begitu takut dan khawatir. Aku pun langsung menguatkan diriku, dan langsung memeluk Martha dengan erat.

“Ga usah khawatir, Tha. Itu petugas juga lagi pada kerja. Aku pengen banget bantuin mereka, tapi takutnya malah memperlambat kerja mereka karena aku ga paham mengenai prosedur evakuasi dalam kebakaran. Kita percayain aja sepenuhnya sama mereka, dan kita bantu dengan doa ya.” Kataku.

“I... iya, ko...” Kata Martha masih dengan suara yang bergetar.

Baru setelah tenang begini, aku bisa memperhatikan bahwa petugas-petugas itu bekerja dengan sangat cekatan dan terampil. Huff, hampir saja aku marah kepada mereka tadi. Mereka pun juga menyiapkan tangga untuk memadamkan api, dan juga menyediakan alat yang aku tidak tahu apa namanya, yang bentuknya seperti perosotan tertutup berwarna putih itu. Aku pernah lihat di film-film, itu adalah alat yang digunakan untuk mengamankan korban dari lokasi kebakaran yang berada di tempat yang tinggi.

Dalam sekejap saja, alat-alat itu pun sudah siap. Aku melihat salah satu petugas yang sepertinya paling senior diantara mereka langsung menaiki tangga dengan cepat, kemudian langsung meloncat kedalam kobaran api di kamar. Hrrrmmm... Villy, semoga kamu masih selamat...

Kemudian, samar-samar aku melihat petugas yang tadi melompat ke dalam kobaran api itu telah kembali membawa seseorang, tetapi aku tidak yakin siapa orang yang dibawanya itu. Kemudian, petugas itu segera memasukkan orang itu ke dalam alat perosotan itu. Salah satu petugas pemadam kebakaran yang ada dibawah pun bersiap-siap di mulut perosotan itu untuk menangkap orang yang tadi diperosotkan dari atas.

Beberapa detik kemudian, orang yang diperosotkan itu pun sudah sampai dibawah. Ternyata Villy! Aku segera mendatanginya untuk memeriksa kondisinya. Detak jantungnya masih ada, tapi sangat lemah. Napasnya pun sangat lemah. Gawat!

Tidak lama kemudian, Pak Budi Antasari pun juga sampai dibawah. Setelah itu, sebagian besar dari petugas pemadam kebakaran itu langsung bersiaga untuk memadamkan api di kamar hotel. Sementara itu, petugas medis pun membawa Villy dan Pak Budi ke dalam ambulans. Aku pun ikut ke dalam ambulans yang membawa Villy.

“Tu... tungguuu!!!” Terdengar suara laki-laki dari luar.

Suara itu sangat kencang. Aku sampai menoleh keluar. Ternyata Pak Budi yang sedang melambaikan tangannya kepadaku. Sial! Sebetulnya aku tidak ada waktu, tapi entah kenapa aku merasa bahwa aku tidak bisa mengabaikannya. Aku segera membuka pintu ambulans dan keluar dari ambulans.

“Jay... tunggu!! Petugas medis, jalan saja!! Wanita itu berada dalam bahaya!! Jay, kamu tinggal disini! Biar Martha yang menemani Villy ke rumah sakit!!” Kata Pak Budi.

Mendengar hal itu, aku segera memberi kode kepada Martha agar mereka jalan duluan. Kemudian, Martha pun menutup pintu belakang ambulans, dan tidak lama kemudian, ambulans yang membawa Villy pun melaju dengan cepat.

“Ada apa, Pak Budi?” Tanyaku.

“Maaf, Jay. Aku tahu kamu sangat ingin menemani temanmu itu... Tapi, aku sendiri tidak tahu bagaimana nasibku setelah ini... Aku berusaha sekuat mungkin untuk tetap sadar, karena hanya aku yang mengetahui apa yang terjadi dibalik kebakaran itu....” Kata Pak Budi.

“Wah, sebaiknya bapak ke rumah sakit dul-“ Kataku.

“Tolong, jangan berdebat denganku... Dengarkan aku sampai tuntas, baru setelah itu... mati pun aku tidak menyesal...” Kata Pak Budi.

Gila, Pak Budi sepertinya sedang berusaha untuk tetap sadar dengan kekuatan mentalnya secara mati-matian. Sepertinya informasi yang dimilikinya sangat penting.

“Ada tiga hal yang ingin kusampaikan...” Kata Pak Budi.

Aku hanya diam dan mengangguk saja.

“Pertama, Jay... Villy itu betul-betul wanita yang hebat... Dialah yang melindungiku dengan membasahi jaketnya, dan menutupi wajahku... Padahal dia bisa menggunakannya untuk dirinya sendiri... Tapi dia malah mengutamakanku... Karena dia tahu bahwa aku memegang informasi yang penting... Dia pasti sungguh-sungguh mencintaimu...” Kata Pak Budi.

Ah, aku hanya terdiam mendengarkan itu. Villy... Melakukan hal itu... Oh, Villy...

“Maaf, aku tidak punya banyak waktu... Tolong jangan berkomentar dulu...” Kata Pak Budi.

“Iya, pak.” Kataku.

“Kedua, Jay... Temanmu yang bernama Valensia itu... adalah termasuk dalang yang menyebabkan kebakaran itu...” Kata Pak Budi.

Valensia... Gara-gara tingkahnya, Villy hampir celaka dan nasibnya sekarang belum jelas. Valensia, betulkah kamu sekarang sudah berubah menjadi jahat?

“Aku sudah meletakkan transmitter di tubuh mereka secara diam-diam... Tidak lama lagi, Jent akan menghubungimu untuk memberitahu lokasi markas mereka...” Kata Pak Budi.

Saat sudah terdesak begitu, masih sempat meletakkan transmitter pada mereka? Gila, seorang petinggi negara memang selalu berpikir ke depan. Aku betul-betul kagum.

“Ketiga, Jay... Akan kuceritakan apa yang Valensia katakan kepadaku...” Kata Pak Budi.

Aku mendengarkan penjelasan Pak Budi dengan panjang lebar. Penjelasannya membuatku begitu terkaget-kaget. Aku betul-betul mendapatkan suatu fakta yang betul-betul tidak kusangka. Setelah menyampaikan informasi itu, Pak Budi pun langsung menghembuskan napas terakhirnya. Aku hanya terdiam di tempat akibat penjelasan Pak Budi. Bahkan ketika petugas medis membawa Pak Budi, aku hanya terdiam saja. Aku pun ikut dengan ambulans yang membawa Pak Budi. Sepanjang perjalanan, aku hanya termenung saja. Valensia... itukah yang kamu pikirkan? Sejauh itukah kamu tega berbuat semua hal ini? Hanya untuk itu? Aku tidak menyadarinya, sungguh. Ternyata, kamu adalah orang yang seperti itu, Valensia.

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menanyakan dimana tempat Villy dirawat. Setelah mendapatkan informasi yang cukup, aku segera mendatangi ruang ICU tempat Villy dirawat. Sesampainya di ruang ICU, aku melihat Martha sedang duduk diluar.

“Kooo!!” Kata Martha.

“Martha. Gimana kondisi Villy?” Tanyaku.

“Kata dokter, memang kondisinya parah. Tapi, nyawanya masih bisa selamat, ko. Dokter sedang mengusahakan yang terbaik.” Kata Martha.

“Oke, Tha. Kamu tolong disini ya, jagain Villy.” Kataku.

“Lho, emang koko mao kemana?” Tanya Martha.

“Aku pengen datengin markas mereka, dan buat perhitungan ama Valensia.” Kataku.

“Ko, aku ikut...” Kata Martha.

“Martha. Aku pengen banget kamu ikut, karena kamu juga perlu tau tentang Valensia, apa yang udah dia lakuin. Tapi, sekarang ini Villy sangat butuh banget support dari kita. Dan aku bener-bener minta tolong sama kamu, untuk jagain Villy disini, dan temenin dia kalo udah sadar.” Kataku.

Mendengar hal itu, Martha langsung terdiam untuk beberapa waktu.

“Iya, ko. Koko bener. Villy butuh support dari kita juga.” Kata Martha.

“Aku percayain kamu untuk gantiin support-ku ke dia, Tha.” Kataku.

“Oke, ko. Koko hati-hati ya.” Kata Martha.

“Iya.” Kataku sambil mencium bibir Martha.

“Satu lagi, ko. Tolong bawa Valensia balik kesini.” Kata Martha.

“Tenang. Aku pasti bawa dia balik kesini, tapi mungkin pipinya akan bengkak-bengkak karena tinju dariku.” Kataku.

“Iya. Apapun yang terjadi, aku percaya koko pasti bisa bawa Valensia balik kesini.” Kata Martha.

“Makasih, Tha. Yaudah, aku pergi dulu ya.” Kataku.

Martha pun melambaikan tangannya kepadaku. Kemudian aku segera berbalik badan dan pergi dari rumah sakit ini. Pada saat itu juga, smartphone yang diberikan Pak Jent kepadaku berbunyi. Setelah aku membukanya, aku mendapatkan pesan yang isinya sebuah koordinat. Setelah aku mengeceknya di aplikasi peta di smartphone milikku, rupanya letaknya ada di tempat yang tidak jauh dari kota Surabaya ini. Baiklah. Valensia, here I come!!

--- Beberapa menit setelah kebakaran itu terjadi ---

Aku melihat empat orang keluar dari hotel. Mereka baru saja melepaskan jubah mereka yang berwarna hijau, dan topeng naga mereka. Ada seorang pria besar, seorang wanita yang sangat tidak asing bagiku, dan juga dua orang berperawakan kecil. Aku tidak mengenal pria besar itu. Dua orang berperawakan kecil itu... Sepertinya aku pernah melihat mereka. Dimana ya? Sepertinya waktu di... OOHH!! Mereka kan...? Kenapa mereka berdua bisa ada dalam kelompok mereka?

Mereka menuju stasiun kereta api dengan sangat cepat. Aku pun sampai kesulitan membuntuti mereka. Untung aku tidak ketinggalan dari mereka. Sesampainya di stasiun kereta api, mereka langsung menuju tempat menunggu gerbong kereta api. Sepertinya kereta yang mereka tunggu masih lama, karena mereka terlihat duduk-duduk santai menunggu kereta api.

Tiba-tiba, salah seorang dari mereka yang wanita, pergi menjauhi mereka. Sepertinya ia hendak ke toilet. Aku segera mengikutinya. Sesampainya di toilet, rupanya dia sedang mencuci tangan. Aku langsung berdiri di belakangnya, sampai dia melihatku dari cermin yang ada di hadapannya.

“Sebenernya, apa yang lu rencanain, Val?” Tanyaku.

“Ngapain lu ngikutin gw sampe sini?” Tanya Valensia.

“Val, gw-“ Kataku.

“Cukup.” Kata Valensia.

Gerakannya begitu cepat. Dalam sekejap, ia sudah ada dihadapanku. Tangan kanannya sudah mencekik leherku dengan begitu kuat. Aku betul-betul sulit bernapas dibuatnya.

“Ngikutin gw adalah kesalahan lu yang paling besar dalam hidup lu. Dan bayarannya adalah nyawa lu, Senja!” Kata Valensia.

BERSAMBUNG KE EPISODE-39
 
Komen dulu
Baca kemudian

Waduh.. waduh.. senja mau diapain itu.... :aduh:
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Banyak yg panik liat senja kaya gitu wkkwwkwk tenang aja kali kan suhu pernah ngmng kgk bakal ada yg di matiin di antara ber5 jdi kgk bakal sampe mati tuh senja;);):haha:
 
Ahai ternyata akan terjadi pertarungan antara valencia vs SevillaJay
 
Tidaaaaak....!!!!!!! :kbocor:

Hantam mereka Jay! :army: karna gue bukan salah satu tokoh dimari, jadi gk bisa nyelametin Senja :sendirian:


Taik lu TS :sendirian: *emaap*
Komen dulu
Baca kemudian

Waduh.. waduh.. senja mau diapain itu.... :aduh:
Senjaaa oh noo jangan bunuh senja, baru sekali pake,,,
Duh senja kenapa tuh?

tenang aja, lihat quote berikut :
Banyak yg panik liat senja kaya gitu wkkwwkwk tenang aja kali kan suhu pernah ngmng kgk bakal ada yg di matiin di antara ber5 jdi kgk bakal sampe mati tuh senja;);):haha:

dan emang bener, di cerita ini, diantara mereka berlima ga akan ada yang mati, I guarantee it

Ahai ternyata akan terjadi pertarungan antara valencia vs SevillaJay

hmmm, kelihatannya begitu

Thanks up date nya om Megu

sama2 gan
 
Senjaaaaaa........ Be strong ......owh....villy smoga cpwt sehat lg ya.......
Jay......cpet jay....cpet

Thx updatenya suhu......
 
cerita keren banget Om Megu,, baru tau ada cerita di lapak sebelah yg tokoh utamanya Pak Jent,,
btw, brati dilihat klo sampe Bu Novi di cerita sebelah mati, artinya kisah ini alurnya sebelum cerita sebelah ya???
 
Ga sabar nih nunggu updatenya... Dari awal ikutin nih cerita smpe pusing sendiri dibuat sma suhu satu nih... :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd