Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jay poligaminya 4 aja, biar senja buat aku aja haaahaaaa, jadibpenasaran ada konflik apa lagi nih
 
Keren suhu... ceritanya happy ending... walaupun masih ada lanjutan.. ditunggu update nya.. Thanks a lot
 
gilan jonnnnnnnnnnnnnnnnn sixsome
yg bkin kaga tahannya pasti val yg masih prewi dan devina yg d bungkus aja udah bkin pusing s koko
apalagi d tambah 3 lainnya yg sudah menjajal si koko lebih dlo
saya puas saya lemas "ko jay's said"

kwkwkwk

mantap updatenya suhu
:semangat: :ampun:
Kereen suhu top ko jay
Wadow... wadow... mantep nih....
Sayaaaaa sukaaaa ideeenya suhuuu....saya sukaaa:mantap:
Keren suhu... ceritanya happy ending... walaupun masih ada lanjutan.. ditunggu update nya.. Thanks a lot

terima kasih gan atas comment nya


Tuh kan si jay emang rakus. Kalo KO sixsome, ane siap jadi pemain pengganti
Jay poligaminya 4 aja, biar senja buat aku aja haaahaaaa, jadibpenasaran ada konflik apa lagi nih

waduh, masalah ini coba ngomong langsung ya ama Jay hahaha

Halo suhu megu, ane baru nih di semprot. Ada kiriman buat suhu megu, minta alamat lengkapnya ya hu. Nuhun.

:pandajahat:

mencurigakan...

Hidup poligami....

hidup!!!

Hmm...ternyata...ko Jay....
:3some::4some:.....:pandaketawa:

:asyik: :asyik: :asyik: :asyik: :asyik: :asyik:

ternyata...

Akjirnya....... Team poligami bisa tersenyum puaaaaaaaaaas.......tjx suhu..dan thx jay....
To all the girls .....kalian memang istimewa

sama2 gan

gw sih berharap ada scene dimana Jay ngentot sama Ci Diana
Etdah....semua diembat....bagi2 jay....diana ga skalian jay?
mantap, tp kalo bisa sblm nikah, ada scene dgn ci diana

udah dijawab oleh subes hanz agan2
Hahahahah spt kata mbah @meguriaufutari ci diana out of the box...
 
Good choice jay
Tapi enggak enak amat si devina ama val nanti proses pecah perawannya ditontonin
 
Terakhir diubah:
senin selasa rebo kemis jumat diatur jadwal hari sebtu minggu bebas mo party atau nyari yg baru :p
 
EPISODE 51 : Lamaran

“Waah, cantik-cantik. Anakku memang hebat, seleranya mantap.” Kata ibuku.

“Jadi, yang mana Jay?” Tanya ayahku.

“Hmmm, perjanjiannya kan siapa yang aku pilih, aku bawa kesini kan?” Tanyaku.

“Iya, betul. Kenapa kamu malah bawa lima-limanya?” Tanya ayahku.

“Intinya sih, yang kupilih aku bawa kesini. Yang aku pilih ga aku bawa kesini. Gitu aja kok.” Kataku.

“Bentar, bentar... Maksud kamu, lima-limanya kamu embat semua?” Tanya ayahku dengan heran.

Aku hanya mengangguk datar. Mendengar hal itu, ibuku langsung pingsan. Akan tetapi, tidak lama kemudian ia terbangun dengan cepat.

“Papaa... Mama abis mimpi. Si Jay bawa lima orang calon istri kesini. Waduh, itu artinya apa ya?” Tanya ibuku.

“Maksud kamu, lima orang itu mereka?” Tanya ayahku sambil menunjuk kearah kami.

Ibuku pun melihat kearah kami.

“Iya betul. Mereka... Loh, bukan mimpi toh ini?” Tanya ibuku.

Haduuh, kami serasa menonton pertunjukkan komedi disini. Aku lihat Martha, Villy, Senja, dan Devina sangat kesulitan menahan tawa. Kalau Valensia sih, sudah biasa dengan kelakuan gila ibuku.

“Tante... Masih belom berubah sedikit pun.” Kata Valensia sambil tersenyum.

“Iya dong, Val. Masa tante berubah. Kalo tante berubah, nanti bukan jadi Yunia Yaeslim lagi.” Kata ibuku.

“Jay, kamu yakin dengan keputusan kamu?” Tanya ayahku.

“Yakin, pa.” Kataku.

“Kalian berlima.” Kata ayahku.

Aura nya begitu tajam menatap mereka berlima. Sebagian dari mereka pun langsung tegang.

“Dibohongin apa sama Jay, bisa kalian terima begitu aja?” Tanya ayahku.

“Astaghfirullah paaa. Emang aku keliatan tukang bohong apa, pa?” Tanyaku.

“Iya nih, om. Kita dibohongin. Saking kuatnya bohongnya, hati kita semua sampe meleleh. Nggak tanggung-tanggung, berlima juga diembat.” Kata Valensia.

“Yah kamu juga sih, Val. Udah jelas dia suka bikin perangkap lobang di tanah, tapi kamu jatoh melulu ke lobang perangkap yang dia buat.” Kata ayahku.

“Susah sih, om. Jebakannya itu terlalu menggiurkan.” Kata Valensia.

“Jebakannya emang apa?” Tanya ayahku.

“Dia pasang dirinya sendiri om buat jebakan.” Kata Villy.

“Waah, pantes. Dia emang pinter pasang jebakan sih, hati-hati makanya. Tapi kalo udah kejebak, susah juga ya keluarnya. Oh iya, om belom kenal nih. Nama kamu siapa?” Tanya ayahku.

Kemudian, Villy berdiri dan melangkah ke hadapan ayahku.

“Villy, om.” Kata Villy sambil menyalami ayahku dan membungkuk.

Kemudian, mereka semua selain Valensia pun memperkenalkan diri pada ayah dan ibuku. Lalu, kami saling mengobrol dan becanda bersama-sama.

“Yah, pada intinya sih, kalian semua udah dewasa ya. Apapun jalan hidup kalian yang kalian pilih, papa ga bisa ngelarang. Yang paling penting apa? Paling penting adalah, kalian betul-betul yakin dengan jalan hidup kalian sendiri. Kalian sudah tahu apa resikonya, dan syukur-syukur sudah buat rencana untuk mengatasi hal itu. Dari papa, papa sih setuju. Papa sudah tahu, kalian semua udah yakin dengan keputusan kalian. Ga satu pun dari kalian memancarkan keraguan atau kebingungan sama sekali. Papa optimis, kalian bisa sangat bahagia nanti.” Kata ayahku.

“Iya, makasih om.” Kata mereka berlima serempak.

“Jangan panggil om lagi. Panggil papa aja. Dari dulu, papa emang pengen punya anak perempuan, cuma ya sepertinya ga dikasih. Malah punya anak kaya dia.” Kata ayahku.

“Intinya, apakah hubungan kalian nanti berjalan lancar ato ga, kalian berlima itu udah papa anggep anak papa sendiri.” Kata ayahku.

“Iya, pa. Makasih, pa.” Kata mereka berlima.

“Dari mama, mama juga setuju. Kalian semua kelihatannya juga yakin-yakin, nggak ragu sama sekali. Dari kecil, mama selalu ngasih Jay kebebasan dalam segala hal, selama dia bisa mempertanggungjawabkan kebebasannya itu. Dan puji Tuhan, dia selalu bisa.” Kata ibuku.

“Pesan mama sih... Hmmm, dimaklumin aja ya misalkan dia nggak tahan lama di ranjang. Nurun dari papanya soalnya.” Kata ibuku sambil senyum nakal.

“Kalo papa nggak tahan lama di ranjang, berarti mama juga dong?” Tanya ayahku.

“Enak aja. Mama mah tahan lama di ranjang, buktinya mama selalu bisa muasin papa tuh. Yeeee...” Kata ibuku.

“Tapi kan mama selalu kejang-kejang dua sampe tiga kali duluan...” Kata ayahku.

“Aduuh, papa mama. Ga usah ngomongin begituan lah!!! Ga malu apa didepan calon-calon mantu kalian?” Tanyaku.

“Ah, ngapain malu? Udah pada dewasa gini. Iya nggak?” Tanya ibuku kepada mereka.

Mereka berlima pun mengangguk dengan senyum.

“Oke, ini clear nih yah. Kalo ada siapapun dari kalian yang nganggep aku tuh gila, ya sumbernya mah ga jauh-jauh dari mereka berdua nih.” Kataku.

Kita semua pun langsung tertawa terbahak-bahak.

“Oke, Jay. Planning kamu setelah ini, apa?” Tanya ayahku.

“Kita pingin ke kuburan ortunya Devina dulu. Sekedar pemberitahuan aja ke mereka, dan sekalian mohon doa restu. Abis itu ya satu-satu ke rumah mereka, minta izin untuk nikahin anak mereka.” Kataku.

“Jay, bukan apa-apa. Dan kalian, mohon maaf kalau ada yang tersinggung. Ga semua orang ngizinin anaknya itu poligami. Apalagi wanita. Dan inget, Jay. Siapapun salah satu dari ortu mereka yang ga ngizinin kamu, mereka itu tetep ortu mereka, dan mereka itu tetap anak mereka. Kamu mesti inget itu.” Kata ayahku.

“Iya, pa.” Kataku.

“Kalau ada yang nggak ngizinin, ngomong ama mama.” Kata ibuku.

“Eh? Abis ngomong ama mama, terus mama mao ngapain?” Tanyaku.

“Nggak ngapa-ngapain sih...” Kata ibuku dengan datar.

“Ah elah, mama mah. Udah serius-serius, taunya ga serius...” Kataku.

“Mama tuh persis banget deh ama Ko Jay.” Kata Senja sambil tersenyum.

“Ga, Sen. Mamaku lebih gila, itu aja...” Kataku.

“Waaahh... Makasih, Senja. Mama seneng banget dibilang persis sama anak mama yang paling ganteng sedunia ini. Hehehehehe.” Kata ibuku.

“Haduh mama nih, kayanya lagi bikin malu aku di depan calon-calon istriku ya.” Kataku.

“Ko Jay, nggak boleh ngomong gitu. Kemiripan dengan seorang ibu kan adalah hal yang baik, nggak boleh dijadiin sesuatu yang bikin malu, ko.” Kata Villy.

“Denger tuh, denger! Sukuuurrr!” Kata ibuku.

“Yah, dua lawan satu. Curang.” Kataku.

“Jay, ntar malem kita harus ngomong, berdua.” Kata ayahku.

Glek. Memang apa yang sudah kukatakan itu betul-betul parah ya? Jujur saja, aku hanya becanda kok. Aku dan ayah ibuku memang selalu becanda, jadi harusnya hal-hal seperti ini sudah biasa. Ada apa ya kali ini?

“Tentang apa, pa?” Tanyaku.

“Kiat-kiat dan cara-cara untuk mendapatkan banyak istri.” Kata ayahku sambil tersenyum licik.

Ya elaaaahhh. Kirain ada apa... Ayah dan ibuku memang sama bocornya. Hahaha.

“Sama mama aja gimana? Nanti mama kasihtau resepnya.” Kata ibuku sambil tersenyum penuh aura jahat.

“Wah, ga jadi deh. Satu istri aja cukup, Jay.” Kata ayahku.

“Oke, Jay. Nanti kamu terlambat. Gih, kamu pergi.” Kata ibuku.

“Oh, betul juga. Iya deh, ma. Kita pergi dulu ya, ma.” Kataku.

“Iyaa... Hati-hati, Jay. Hati-hati ya, calon-calon mantu mama yang cantik-cantik.” Kata ibuku sambil tersenyum riang.

Kemudian, mereka satu-satu berdiri dan berpamitan dengan ayah dan ibuku. Kemudian, kami naik mobil dan langsung tancap gas. Di tengah perjalanan, kami sempat ngobrol.

“Kayanya papa mamanya Ko Jay supel banget yah.” Kata Senja.

“Yah gitu deh, Sen. Aku ama Valensia sih udah biasa ngadepin kegilaan mereka.” Kataku.

“Yang aku salut sih, ko... Mereka betul-betul memberi kebebasan kepada anaknya, dan bukan asal kebebasan. Cara berpikir mereka pun juga begitu terbuka. Pantesan aja koko pun juga gitu.” Kata Villy.

“Gitu juga gimana? Gila ya maksudnya?” Tanyaku.

“Iya. Bocornya sih sama deh kalian tuh.” Kata Devina.

“Yah gitu deh. Punya orang tua tuh udah kaya sahabat aja. Mereka tuh aku ajak ngomong apa aja juga ngerti, seolah-olah tuh mereka tau segalanya. Tapi kalo lagi marah sih, mereka bener-bener kaya orang tua banget. Aura nya tuh neken banget. Aku aja ga berani selengekan kalo mereka lagi marah sama aku.” Kataku.

“Tapi jujur, ko. Aku pengen jadi orang tua kaya mereka. Kayanya rumah tuh begitu ramai dan hangat kaya tadi tuh suasananya.” Kata Martha.

“Yah, semoga aja kita bisa jadi orang tua yang seperti itu ya, Tha.” Kataku.

“Iya. Hehehe.” Kata Martha.

Sekarang, kami sudah sampai di makam ayah dan ibu Devina. Kami pun turun dari mobil, dan langsung menuju ke depan makam ayah dan ibu Devina. Aku dan Devina langsung berlutut dihadapan kedua makam itu.

“Martha, Villy, Senja, Val. Aku tahu mereka berdua bukan orang tua kandung kalian. Tapi, aku tetep mohon, mereka sekarang juga orang tua kalian. Jadi, perkenalkan diri kalian, beritahu apa intensi kalian, dan minta agar mereka mendoakan kita.” Kataku.

“Iya.” Kata mereka berempat.

Kemudian, aku langsung menutup mataku.

“Pak Gandar, Ibu Irvina. Pak Gandar mungkin sudah kenal. Ibu Irvina, nama saya Jay. Saya orang yang akan menikahi putri anda berdua, Devina. Tidak hanya Devina, aku juga akan menikahi keempat perempuan lainnya yang ikut juga bersamaku kesini. Saya mohon agar kalian bersedia untuk mendoakan kami kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk kelancaran kehidupan masa depan kami. Saya berjanji, saya akan berusaha semaksimal mungkin, untuk membuat mereka berlima bahagia, dan untuk menemani mereka dalam susah dan senang. Semoga, kalian pun beristirahat dengan tenang di Surga, bersama Tuhan Yang Maha Kuasa.”

Itulah yang kuucapkan dalam hatiku. Kemudian, aku segera membuka mataku dan berdiri. Aku lihat Devina masih berlutut dan sepertinya masih berkata-kata dalam hatinya dengan begitu khusyuk. Sesekali, aku melihat air matanya keluar dari matanya. Aku pun langsung merangkul dan memeluk Devina. Devina merebahkan tubuhnya kedalam tubuhku, tapi ia masih terus berkata-kata dalam hatinya. Aku lihat, Martha, Villy, Senja, dan Valensia pun ikut menopang Devina dengan meletakkan tangan mereka di pundaknya. Aku paham betul, pastilah Devina ingin mendengar restu langsung dari orang tuanya.

Setelah itu, Devina pun membuka matanya. Kemudian, ia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

“Oke, aku udah selesai. Sekarang kita mao ke rumah siapa?” Tanya Devina.

“Sebetulnya sih gw pengen jadi yang terakhir. Tapi kalo ngeliat rute, rumah gw paling deket yah dari sini. So, kita ke rumah gw aja. Yuk!” Kata Valensia.

Kemudian, kamipun segera berangkat menuju rumah Valensia yang letaknya tidak jauh dari pemakaman ini.

“Ko, koko nggak takut yah keliling-keliling ke rumah ortu-ortu kita dan minta restu?” Tanya Devina.

“Hmmmm. Deg-deg an sih pasti ada. Cuma aku pengen ngadepin hal ini, dan ga pengen lari.” Kataku.

“Kenapa gitu, ko?” Tanya Devina.

“Kalo aku ada niatan untuk lari, mending dari awal kalian aku ajak kawin lari aja. Tapi ga lah, aku ga pengen gitu. Aku pengen memperistri kalian, bukan pengen ngajak kalian untuk durhaka ama orang tua. Aku nikahin kalian dengan tujuan membahagiakan kalian, dan juga membuat hubungan kalian lebih baik, baik akhirat maupun dunia. Kalo mao begitu sih, sayangnya jalannya cuma satu. Aku harus ngadepin masalah ini.” Kataku.

“Koko emang berani.” Kata Devina.

“Yah, tapi berkat kalian juga. Tanpa kalian, aku ga akan sampe disini.” Kataku.

“Kita pun juga bisa ada disini berkat koko. Koko yang nolongin kita semua.” Kata Villy.

“Ah, itu sih asal lewat doang.” Kataku.

“Halaah, sok cool lu, ko. Paling dalem hati udah ngomong,”Weesss. Siapa duluu, gw gitu!! Villy aja kelepek-kelepek.”.” Kata Valensia.

“Lo emang paling mengerti gua, sayang.” Kataku.

“Tuh kan.” Kata Valensia.

“Tapi gw yakin nih. Val sedang berbunga-bunga dalam hati. Dipanggil sayang sama Koko Jay, pasti Val seneng banget.” Kata Senja sambil mencolek Valensia.

“Jih, apa sih?” Tanya Valensia.

“Mukanya Val merah loh.” Kata Martha.

“Ah, lu pada mah! Iye-iye! Gw ngaku! Gw emang lagi seneng banget gara-gara dipanggil sayang. Puas??” Kata Valensia.

“Belom puas, Val. Selama gua belom dapet ciuman dari lo.” Kataku.

Tanpa kuduga, Valensia pun mencium pipiku dari belakang.

“Hehehehe. Makasih, sayang.” Kataku.

“Iya. Sama-sama, sayang.” Kata Valensia.

“Aku juga mao nyium koko. Koko mao nggak?” Tanya Senja.

“Mao doongg... Sini-sini...” Kata Jay.

“Eh, udah-udah. Nanti aja ya, nanti Ko Jay nggak fokus nyetirnya.” Kata Valensia.

“Bener-bener. Gw juga pengen nyium, tapi ditahan dulu deh. Bisa berabe kalo Ko Jay nggak fokus.” Kata Martha.

“Iya, sih. Nanti ya, ko.” Kata Senja.

Grrrrr! Setir mobil sialan! Gara-gara benda ini, aku batal dapat ciuman dari Senja dan Martha deh!!

Akhirnya, kami pun sampai di rumah Valensia. Aku sudah berkali-kali dulu main ke rumahnya, jadi aku sudah kenal dekat dengan seluruh anggota keluarganya. Akan tetapi, untuk urusan begini, tetap saja deg-deg-annya terasa sekali. Aku pun membunyikan bel. Tidak lama kemudian, ayahnya Valensia keluar.

“Wah, Jay! Lama ga ketemu nih. Ayo masuk-masuk! Weh, ada Martha, Senja, Devina, sama Villy juga. Ayo semua masuk! Kebetulan si tante lagi bikin makanan enak.” Kata ayahnya Valensia sambil membukakan pintu dan mempersilakan kami masuk.

“Ada siapa, pah?” Suara ibunya Valensia dari dapur.

“Ada aku, tante.” Kataku.

“Hmmm? Itu kan suaranya Jay ya? Jay ya?” Tanya ibunya Valensia.

“Iya, tante.” Kataku.

“Waah apa kabar kamu? Ayo masuk. Tante lagi bikin kue nih.” Kata ibunya Valensia.

“Oke tante. Aku tunggu yah kuenya.” Kataku.

“Iya, Jay. Duduk manis aja dan tunggu.” Kata ibunya Valensia.

Kemudian, kami berenam langsung masuk ke ruang tamu dan duduk. Ayahnya Valensia pun ikut duduk di seberang kami. Tidak lama kemudian, ibunya Valensia keluar dari dapur dan membawa banyak kue kepada kami.

“Waah, kuenya tante udah lama nih kita nggak nyicip.” Kata Villy.

“Ayo, mesti dimakan semua ya. Awas kalo ada sisa!” Kata ibunya Valensia dengan ramah.

Kemudian, kami berenam pun langsung makan kue. Enak sekali kue bikinan ibunya Valensia. Kemampuan cita-rasa dalam dunia per-kue-an miliknya memang tidak main-main. Setelah selesai makan kue dan berbasa-basi, aku pun memulai pembicaraan.

“Om, tante, sebetulnya kedatangan aku kesini, itu karena ada hal yang harus aku bicarain sama om dan tante.” Kataku.

“Iya, gimana Jay?” Tanya ibunya Valensia.

“Kamu mao nikahin Valensia?” Tanya ayahnya Valensia.

Deg! Memang itu sih maksud dan tujuanku. Kami semua langsung terdiam. Betul-betul terdiam saking tidak menyangka perkataan itu akan keluar dengan begitu cepatnya.

“Pa, yah benernya sih...” Kata Valensia.

“Om, tante. Betul. Kedatangan aku kesini, ingin meminta doa restu dari om dan tante buat aku untuk menikahi Valensia.” Kataku.

Mendengar hal itu, ayah dan ibu Valensia langsung sumringah. Yah tidak mengherankan sih. Aku sudah sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Mereka pun tampaknya sangat senang denganku.

“Wah, kalo gitu sih, kamu tau lah Jay apa jawaban tante. Tante sih setuju banget kalo kamu sama Valensia. Punya mantu kaya kamu sih, tante tenang banget.” Kata ibunya Valensia.

“Dari om sih, ga banyak yang bisa om bilang. Kita udah kenal lama ya, Jay. Kayanya om juga udah kenal betul sama kamu, dan kita juga udah sering bertukar pikiran. Nasihat dari om sih, yah inget-inget aja nasihat om dulu-dulu ke kamu.” Kata ayahnya Valensia.

“Terima kasih om, terima kasih tante.” Kataku sambil membungkuk.

“Tapi, ada hal kedua nih yang harus aku omongin.” Kataku.

“Iya. Gimana Jay? Omongin aja.” Kata ayahnya Valensia.

“Om, tante, selain menikahi Valensia, aku juga akan menikahi Martha, Villy, Senja, dan Devina.” Kataku.

Mendengar perkataanku, suasana langsung mendadak hening. Sangat terlihat bahwa ayah dan ibunya Valensia begitu terkejut mendengar perkataanku.

“Waduh, Jay. Om ga salah denger nih?” Tanya ayahnya Valensia.

“Ga, om. Aku berniat untuk menikahi mereka berlima.” Kataku.

Terjadi perang tatap-tatapan mata antara aku dan kedua orang tua Valensia. Begitu lama, suasana begitu hening.

“Ngg, Jay... Maaf nih, kalo untuk itu, kayanya kita...” Kata ibunya Valensia.

Akan tetapi, kemudian ayahnya Valensia langsung menepuk istrinya. Ia pun melemparkan senyuman tipis kepadanya. Setelah itu, ayahnya Valensia langsung menatap diriku.

“Kamu sudah beritahu orang tuamu masalah ini?” Tanya ayahnya Valensia.

“Sudah, om.” Kataku.

“Mereka setuju?” Tanya ayahnya Valensia.

“Iya, om.” Kataku.

“Oke. Ini baru seandainya ya, baru seandainya lho ya, Jay. Seandainya om sama tante ngasih kamu restu, apa rencana kamu untuk membangun rumah tangga bersama lima orang istri? Maksud om, kalau masalah ekonomi, itu semuanya bisa dicari. Bahkan om pun juga bersedia bantu, apa sih yang tidak buat anak om dan suaminya? Betul toh? Tapi, yang om disini tanya itu masalah gimana cara kamu membagi perhatian dan kasih sayang kamu untuk kelima orang istri kamu?” Tanya ayahnya Valensia.

“Ga, om. Aku ga berencana untuk membagi perhatian dan kasih sayang aku jadi lima. Intinya, aku tetep akan memberikan mereka perhatian dan kasih sayang layaknya sebagai seorang istri. Tidak ada yang lebih kuistimewakan dibanding yang lain. Mereka saling melengkapi, apa yang tidak aku dapetin dari satu orang, bisa kudapetin dari yang lain. Akan tetapi, kami tetep satu kesatuan. Kepada mereka semua, masing-masing akan aku berikan kasih sayang dan perhatianku yang maksimum.” Kataku.

“Menarik. Kamu nggak akan membaginya dengan sama rata katamu? Tapi diri kamu itu hanya satu. Gimana caranya kamu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada lima orang secara bersamaan?” Tanya ayahnya Valensia.

“Memang hal itu cukup mustahil om untuk dilakukan. Ya, itu kalo mereka adalah orang yang terpisah-pisah dan individualistis. Mereka berlima disini adalah satu kesatuan yang ga bisa dipisahin. Saya kurang ngerti teknisnya, tapi mereka cenderung suka mengalirkan kebahagiaan yang mereka dapat kepada satu sama lain. Kasih sayang dan perhatian yang aku berikan kepada salah satu dari mereka, akan mengalir ke yang lainnya. Awalnya, saya juga tidak paham. Tapi, setelah melihat langsung, saya pun paham, om. Memang jika belum melihat langsung, hal itu agak terkesan mengawang-awang.” Kataku.

“Hahahahaha. Jay, Valensia itu anak om. Tentu saja om tahu hal itu. Om sering kok lihat mereka main bareng disini, dan apa yang kamu katakan itu memang betul, Jay.” Kata ayahnya Valensia.

Oh, sial. Aku kena rupanya.

“Jay, om akan katakan dua hal kepada kamu. Pertama, om sudah lihat, bahwa kamu sudah mengerti betul medan yang akan kamu hadapi. Kamu pun juga mengerti target-target di medan perang kamu. Masalah bisa atau tidak ke depannya, om yakin kamu yang paling tahu strategi-strategi dan cara-caranya. Yang penting, niatan kalian semua sudah ada. Apalagi orang tuamu sudah setuju, Jay. Kedua orang tua kamu itu sudah om anggep sebagai guru om sendiri. Om yakin, kamu, Valensia, Martha, Villy, Senja, dan Devina sudah sepakat untuk menjalani ini. Kalau orang tua kamu setuju, om yakin sih seharusnya tidak ada masalah ke depannya.” Kata ayahnya Valensia.

“Terima kasih, om.” Kataku.

“Lalu, hal kedua. Jujur, om paling benci poligami.” Kata ayahnya Valensia.

Waduh! Deg! Apa artinya ini aku tidak akan mendapat restu?

“Tapi, dengan kamu, dan dengan mereka. Om bisa membuat pengecualian. Dengan orang lain, om tidak akan membuat pengecualian sama sekali. Camkan itu, Jay.” Kata ayahnya Valensia.

“Baik, om. Aku mengerti.” Kataku.

“Baik. Dengan demikian, om memberi kamu izin untuk menikahi putri om, dan juga keempat sahabatnya yang sangat berarti bagi putri om ini. Semoga, semuanya ke depan lancar, Jay.” Kataku.

“Terima kasih, om.” Kataku sambil berlutut dan menyalami ayahnya Valensia.

Kelima calon istriku pun juga melakukan hal yang sama. Kemudian, aku pun juga menyalami ibunya Valensia.

“Asiiikkk!! Kita menantu-mertua ya Jay! Tante seneng banget nih!” Kata ibunya Valensia.

“Tante, aku direstuin nih?” Tanyaku.

“Kalau om sama Valensia udah setuju, tante mah ikut aja. Apalagi kamu menantunya Jay hehehe.” Kata ibunya Valensia.

“Terima kasih, tante.” Kataku sambil berlutut dan menyalaminya.

“Selamat ya, Jay. Habis ini kamu mau kemana?” Tanya ayahnya Valensia.

“Masih ada tiga rumah lagi om yang harus aku kunjungin.” Kataku.

“Semangat.” Kata ayahnya Valensia.

“Terima kasih, pa.” Kataku.

“Ja elah, udah maen papa papa-an aja lu, ko.” Kata Valensia.

“Eh, sorry keceplosan, om.” Kataku.

“Nggak apa-apa. Panggil papa aja mulai dari sekarang. Kalian berempat juga, panggil papa aja, jangan panggil om. Papa masih muda, ketuaan kalau dipanggil om.” Kata ayahnya Valensia sambil tersenyum.

“Yeee, sok muda nih papa.” Kata ibunya Valensia.

Kami pun tertawa bersama-sama. Setelah mengobrol sebentar, aku pun pamit kepada ayah dan ibunya Valensia, yang juga sekarang adalah ayah dan ibuku. Kemudian, kami kembali naik mobil dan menuju rumah selanjutnya. Rumah selanjutnya adalah rumahnya Senja. Entah, apa yang menanti kami di rumahnya Senja.

BERSAMBUNG KE EPISODE-52
 
Update
:mantap:

Si jay ntar kalo udah nikah harus beli bis
 
Terakhir diubah:
Uceeeettrt....menang banyak lu koh...

Bagi² napah siih...ngincip secelup dua celup doangan mah kaga ngaruh kali....anggep aje nolongin elu kali² aje kaga sanggup...

Bhaahahahahahaahaha....:ha: :lol:




Semangat om megu...:beer:




Salam kemphit..:semangat:
 
Bimabet
Semangaaad Jay ... Masih tiga lagi musti didatengin
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd