Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

Bimabet
terima kasih gan



terima kasih gan
hmmmm, kayanya index cerita yang ane buat sebelomnya jadi kacau deh
kenapa ya?
yang mulia momod @Elle mouille , apakah mungkin sekiranya ada perubahan struktur di thread ane ini sehingga index nya jadi kacau?
iya om soalnya ada id yg dibanned jd postingannya di delete jg nah no postingan om jg berubah sementara yg di index no postingan yg lama
 
EPISODE 53 : Wedding Day’s Planning

“1 Desember 2013. Bagus banget tuh pas tanggal 1.” Kata ayahnya Martha.

“Setuju.” Kata ayahnya Valensia.

“Kita sih tanggal berapapun nggak masalah. Yang penting jelas.” Kata ibunya Senja.

“Sama. Saya ngikut aja.” Kata ayahnya Villy.

“Okeee!!! Berarti tanggal sudah jelas. Mari kita bersulaanngg!!!!” Kata ibuku.

“Bersulang apa ma? Minumannya emang udah dateng?” Tanyaku.

“Eh... Oh iya... Ehem...” Kata ibuku sambil duduk dengan sok cool.

“Ibu sama anak bener-bener mirip deh kelakuannya. Hehehe.” Kata ibunya Valensia.

“Iya dong, Ri. Si Jay kan anak gw.” Kata ibuku.

“Iya sih bener, Yun. Tapi dia pinter, lho. Pinter nya sih nggak mirip ama lu, Yun. Lu mah slebor.” Kata ibunya Valensia.

“Kalo itu, gw nggak bisa ngomong apa-apa deh, Ri.” Kata ibuku sambil tertawa malu.

“Pinternya sih dari gua, Ri. Ga salah lah pasti.” Kata ayahku.

“Tapi, kita tau pasti deh sekarang kalo Jay ini anak kalian berdua. Over percaya diri, nekat, dan gila. Persis deh.” Kata ibunya Martha sambil tertawa.

“Aduuhh!! Ini semua gara-gara papa sama mama. Belom jadi menantu aja, aku udah dicap gila sama calon-calon mertua aku. Gimana ini?” Kataku.

Mereka semua yang ada disana pun langsung menertawakanku dengan kencang. Akan tetapi, sebetulnya aku sangat menyukai kondisi ini. Ya, agak santai, tapi tetap respek. Bukan kondisi yang betul-betul kaku atau gimana. Tidak lama kemudian, makanan yang kami pesan pun akhirnya datang. Kelima calon istriku pun langsung menyiapkan segala sesuatunya bagiku. Aku tinggal diam saja, tahu-tahu semua sudah tersedia di depanku.

“Enak bener kamu, Jay. Cuma diem doang, beberapa menit kemudian udah tersedia semuanya.” Kata ayahku.

“Iya dong, pa. Istriku kan lima. Otomatis ya lebih cepet.” Kataku.

“Ben. Harusnya kita waktu itu cari istri banyakan ya.” Kata ayahku.

“Betul itu! Kenapa kita cuma dapet satu ya?” Kata ayahnya Valensia.

“Setuju itu. Coba istri kita banyak ya.” Kata ayahnya Martha.

“Heee heee heee!” Kata ibuku, ibunya Valensia, dan ibunya Martha sambil menjewer suaminya masing-masing.

“Deritamu, pa. Ternyata aku jauh lebih beruntung dari papa.” Kataku.

“Heee, Jay. Artinya kamu juga ngatain dua dari lima calon mertua kamu ya?” Tanya ibuku.

“Ngatain apa, ma? Jelas-jelas nggak terkandung makna ledekan dalam perkataanku.” Kataku.

“Ngatain ga beruntung berarti. Hayoo lhoo, Jay!” Kata ayahku.

“Ooohh itu sih ga apa-apa. Soalnya kan aku walaupun mereka ga beruntung, tapi tetep masih lebih beruntung dari papa. Berarti kalaupun ada yang menjadi fokus ledekan dalam perkataanku, ya itu berarti papa.” Kataku.

“Sialan.” Kata ayahku.

“Yah, Rob. Biasanya lu nggak pernah kalah kalo ngomong ngalor ngidul. Sekarang ama anak lu aja langsung kelemer-kelemer lu.” Kata ibunya Valensia.

“Iya nih. Sial. Kok dia bisa lebih jago sih ngomongnya dari gua.” Kata ayahku.

“Kalo menurut ilmu kedokteran, DNA seorang ayah itu bisa diwariskan ke anaknya. Akan tetapi, DNA itu bisa lebih kuat, karena adanya DNA-DNA yang bersifat intermedier dari leluhurnya. Mungkin karena itu.” Kata ayahnya Villy.

“Naaahhh!!! Bukti tidak terbantahkan itu. Jelas aku lebih superior nih dari papa.” Kataku.

“Haaahh!!! Udah-udah. Makaaann... Mari makan semuanyaa...” Kata ayahku.

“Hahahahaha. Enggak bapak, ibu, anaknya. Sama persis dah.” Kata ibunya Valensia.

“Jangan sama persis dong, tante. Nanti aku jadi lebih ga superior.” Kataku.

“Eehhh... Tante-tante...” Kata ibunya Valensia.

“Oh, sorry kepeleset. Mama.” Kataku.

“Naahh.” Kata ibunya Valensia sambil tersenyum.

“Mampus, emang enak lo, Jay.” Kata ayahku.

“Biarin. Yang penting aku lebih superior.” Kataku.

“Haahh! Itu melulu! Makan-makaaann...” Kata ayahku.

Kita semua pun tertawa, kemudian makan bersama.

“Oh iya, ngomong-ngomong, saya jadi kepikiran.” Kata ayahnya Martha.

“Kenapa, pa?” Tanya Martha.

“1 Desember itu sebentar lagi, lho. Emangnya bisa nyiapin segala sesuatunya? Misal pesen tempat resepsi aja, pasti udah pada full-booked semua.” Kata ayahnya Martha.

“Tenang, pa. Udah diurus sama Devina semuanya.” Kataku.

“Oh. Betul begitu, Devina?” Tanya ayahnya Martha.

“Iya, pa.” Kata Devina.

“Kalau boleh tau, gimana caranya?” Tanya ayahnya Martha.

“Oh. Devina itu anaknya Gandar Siantana, pa.” Kata Martha.

Mendengar hal itu, semua yang ada disitu, kecuali aku dan lima calon istriku, langsung terkaget-kaget.

“Gandar Siantana??! Yang gosipnya adalah kepala dari Naga Emas Hijau?” Tanya ayahku.

“Bukan gosip, pa. Emang beneran kok.” Kataku.

“Sebentar. Aku denger dia meninggal karena kebakaran dalam markasnya.” Kata ayahnya Valensia.

“Bener itu, pa.” Kataku.

“Terus... sekarang...” Kata ayahnya Valensia.

“Papaku udah ngewarisin jabatannya ke Ko Jay. Jadi yah secara teknis, dia sih sekarang pemimpinnya.” Kata Devina.

Mendengar hal itu, semua orang menjadi lebih kaget lagi.

“Jay... Berarti sekarang kamu... ketua mafia?” Tanya ayahku.

“Hmmm, harusnya sih gitu ya, pa.” Kataku.

“Ah, syukurlah.” Kata ayahnya Martha.

“Hah? Syukurlah? Maksud kamu apa Dy?” Tanya ayahku.

“Yah, dari dulu aku itu pengen banget loh punya menantu itu orang besar. Terkabul kan sekarang.” Kata ayahnya Martha, yang juga diikuti senyum oleh ibunya Martha.

“Benar juga. Kalau dipikir-pikir menarik sih ya.” Kata ayahnya Senja, yang juga diikuti oleh senyum ibunya Senja.

“Nggak usah khawatir, Pak Roby. Dulu saya dokter. Pasien-pasien saya itu banyak kok yang dari mafia, dari kalangan peneliti gila. Justru orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang bertanggung jawab. Jay cocok kok jadi pemimpin grup mafia besar seperti itu.” Kata ayahnya Villy.

“Naah... Dengerin tuh, pa.” Kataku.

“Iya-iya, Jay. Kalo kamu sih, papa percaya... Cuma...” Kata ayahku.

“Cuma apa?” Tanyaku.

“Kayaknya nggak kebayang ya itu nanti grup mafia bakal jadi apa dipimpin orang segila kamu.” Kata ibuku.

“Eits, ga usah khawatir. Ada ibu permaisuri.” Kataku sambil merangkul Devina.

“Devina, tolong kamu nasihati dia ya kalo dia nanti gila dalam memimpin.” Kata ibuku.

“Susah nih, ma. Kalo dia nggak gila, aku nggak cinta.” Kata Devina sambil tersenyum malu.

“Tiga kosong...” Kataku.

“Aahh, kalo ngumpul gini mah mama kalah. Kamu maennya keroyokan.” Kata ibuku.

“Ya sudah. Kita sih lega deh kalo semuanya diurus oleh grup mafia sebesar itu.” Kata ayahnya Martha.

“Iya, pa. Pokoknya papa-mama semua, ga usah khawatir dan tinggal duduk santai. Masalah baju, masalah semuanya, biar kita berenam yang urus.” Kataku.

“Kita juga pasti bantu kok, Jay. Jangan sungkan kalo ada apa-apa ngomong aja.” Kata ibunya Senja.

“Iya, ma. Pasti.” Kataku.

Setelah selesai makan, aku pun membayar semua bill makanannya. Kemudian, kami saling berpamitan untuk pulang. Haah, masih ada dua minggu lagi menjelang pernikahanku. Bukan berarti bisa bersantai sih, karena banyak sekali persiapan-persiapan pernikahan yang harus kuurus. Akan tetapi, aku sudah memutuskan untuk tidak membawa stress permasalahan ini. Kata orang-orang, mengurus pernikahan adalah hal yang harus dibawa senang. Ya, aku setuju.

Keesokan harinya, aku datang ke kantor seperti biasa. Akan tetapi, sebelum mencapai ruanganku, Ci Diana sudah menghadangku di lorong.

“Pagi, ci.” Kataku.

Ci Diana hanya tersenyum kepadaku.

“Apa lo senyum-senyum sendiri, ci? Udah gila?” Tanyaku.

“Ya elaah. Gw udah denger, Jay. Gile lu ya, lima-limanya diembat.” Kata Ci Diana.

“Iyalah. Kalo bisa ngembat lima, ngapain ngembat satu?” Kataku.

“Dasar lu. Oh iya, Jay. Hmmm...” Kata Ci Diana.

“Kenape? Oh iya ci, mao jadi bridesmaid istri-istri gua ga nanti pas resepsi?” Tanyaku.

“Ogah!” Kata Ci Diana.

“Hahaha. Udah gua duga lu bakalan jawab gitu. Oke. Tadi kenapa, ci? Kayanya lu pengen ngomong sesuatu.” Kataku.

“Sehari sebelom lu married, boleh gw dateng ke tempat lu? Ada yang pengen gw omongin.” Kata Ci Diana.

“Hmmm, boleh aja sih, ci. Eh bentar! Jangan-jangan lu mao nyulik gua biar gua nggak jadi nikah.” Kataku.

“Jah, ngapain gw nyulik lu? Kurang kerjaan bener.” Kata Ci Diana.

“Yah kali gitu. Oke, ci. Dateng aja.” Kataku.

“Sip. Thank you ya, Jay.” Kata Ci Diana.

“Sama-sama.” Kataku sambil melangkah melewati Ci Diana untuk ke ruanganku.

Sampai di ruanganku, anggota timku sudah lengkap. Kami pun bekerja seperti biasa. Meskipun kadang-kadang aku peluk-pelukan dengan salah satu. Aku tidak menyangka. Aku bertemu dengan mereka di ruangan ini pada hari itu. Aku betul-betul tidak menyangka bahwa lima orang yang aku temui di ruangan ini akan menjadi istriku semuanya. Tidak, bahkan menikah dengan lima orang pun adalah sesuatu yang tidak bisa kubayangkan dalam hidupku.

Hari-hariku sebelum menikah dipenuhi dengan kesibukan yang betul-betul gila. Hal itu disebabkan karena tanggung jawabku mencakup pekerjaanku di kantor, manajemen grup mafia Naga Emas Hijau, dan juga persiapan pernikahanku. Meskipun banyak orang yang membantu persiapan pernikahanku, tetapi tetap saja load-ku sangat banyak. Bahkan di hari weekend, mengurus persiapan pernikahan itu menjadi intens, sampai-sampai aku tidak punya waktu untuk pacaran bahkan dengan salah satu saja dari lima calon istriku. Ya tidak apa-apa deh. Momen pacarannya kusimpan saja untuk setelah proses pernikahan ini selesai. Gila, aku pun sampai kurang tidur setiap hari.

Hari-hari pun berlalu dengan sangat cepat. Hingga akhirnya satu hari menjelang pernikahanku. Aku sedang di rumahku, menghabiskan sisa-sisa waktuku untuk tinggal di rumah yang sangat membuatku nyaman ini. Mulai besok, aku tidak akan tinggal disini lagi. Tapi, entah kenapa aku tidak sabar untuk hari esok. Aku ingin cepat-cepat mengakhiri prosesi pernikahan, dan segera berpacaran dengan kelima istriku.

Saudara-saudara beserta paman dan bibiku pun datang ke rumah semuanya. Mereka datang untuk memberiku selamat. Aku pun juga bertukar pikiran dengan mereka. Banyak dari mereka yang memberiku nasihat, karena harus diakui bahwa pernikahan poligami itu tidaklah mudah. Ya, aku mengakui hal itu. Meskipun mereka berlima sangat kompak, tetapi pastilah ada masalah yang akan timbul akibat poligami ini nantinya. Kami semua makan bersama-sama di rumahku ini.

“Jay, ada yang nyari kamu tuh.” Kata asisten rumah tanggaku.

“Oh, siapa bi?” Tanyaku.

“Cewek dua orang. Katanya sih namanya Diana.” Kataku.

Ci Diana? Oh iya, dia bilang katanya sehari sebelum pernikahanku, dia mau datang kesini.

“Oke, suruh masuk aja bi.” Kataku.

“Udah. Tapi katanya mereka mao ngobrol diluar aja sama kamu.” Katanya.

Hmmm? Oke. Aku pun segera berdiri dan minta izin kepada orang tuaku serta semuanya, kemudian aku pun keluar. Diluar, Ci Diana dan Mbak Fera sudah menungguku. Mereka berdua pun langsung memberiku selamat dan menyemangatiku.

“Ah lu mah ci, repot-repot segala dateng kesini. Besok kan juga bisa.” Kataku.

“Iya, kalo memberi selamat doang mah, besok bisa Jay.” Kata Ci Diana.

“Oh. Ada lagi ya, ci?” Tanyaku.

Ci Diana hanya mengangguk. Senyumnya pun hilang dari wajahnya. Mbak Fera pun hanya menunduk tanpa ekspresi. Hmmm, ada apa ya?

“Jay, coba Jay gw pengen tanya ama lu. Pernahkah lu jatuh cinta sama orang yang udah punya pasangan?” Tanya Ci Diana.

“Hmmmm. Cinta monyet pernah kali ya.” Kataku.

“Sorry, Jay. Gw ubah pertanyaan gw. Misalkan nih, lu lagi sial dan jatuh cinta sama orang yang ternyata udah punya suami. Dan let’s say, lu dihadapkan pada situasi pas Valensia kerja sama mafia Naga Emas Hijau, dengan disini statusnya Valensia itu udah punya suami. Apakah keputusan lu akan berubah untuk nolong dia?” Tanya Ci Diana.

“Yah, yang namanya cinta itu kan kompleks ya ci. Variabel nya banyak. Tapi, kemungkinan besar gua ga akan mengubah keputusan gua untuk nolong Val.” Kataku.

“I see. Tapi bukankah lu akan terlihat bego? Memperjuangkan cinta yang nggak akan ngebales lu karena udah punya suami?” Tanya Ci Diana.

“Menurut gua sih ya ci, yang gua perjuangkan adalah bukan untuk mendapatkan cinta dia, tapi rasa cinta gua, dan juga gua sendiri.” Kataku.

“Maksud lu, Jay?” Tanya Ci Diana.

“Sekarang gini aja. Gua jelas akan nolongin Valensia, karena gua tau dia dalam bahaya. Kalo gua ga nolong dia karena gua tau cinta gua ga bakal dibales, itu namanya bukan cinta, tapi ngarep pamrih. Masalah dia akan ngebales cinta gua ato ga, yah itu biar urusan takdir deh. Tapi satu hal yang gua yakin, kalo gua ga nolong dia dan terjadi sesuatu sama dia, pastinya gua akan menyesal seumur hidup gua. Dan masalah terlihat bego atau ga, itu sih tergantung pemikiran orang ya. Tapi sorry to say nih ci, gua sih menjalani hidup gua dengan basis apa yang menurut gua benar dan patut diperjuangkan, bukan berdasarkan pandangan orang.” Kataku.

Mendengar perkataanku, mereka berdua sepertinya tersentak. Aku bisa melihat ada senyum yang tersungging dalam bibir Mbak Fera.

“I see, Jay. Makasih buat jawaban lu. Udah kok, gw kesini cuma buat nanya itu doang.” Kata Ci Diana.

“Hah, kenapa begitu ci?” Tanyaku.

“Yaudah, Jay. Gw ama Fera pamit pulang dulu. Makasih banget buat jawaban lu, Jay.” Kata Ci Diana.

“Bentar ci, yang gua ga ngerti, kenapa lu spesial kesini buat nanyain pertanyaan itu. Kan bisa kapan gitu...” Kataku.

“Lu sih honeymoon kelamaan. Ke Taiwan ya?” Tanya Ci Diana.

“Iya, ci.” Kataku.

“Nah karena itu, begitu lu masuk kantor, kemungkinan gw udah nggak ketemu lu lagi.” Kata Ci Diana.

“Maksud lu ci?” Tanyaku dengan heran.

“Jay. Ini janji gw sama lu. Seandainya, ingat ya seandainya... Seandainya nanti tahun baru 2014 gw ketemu sama lu, gw pasti cerita. Tapi kalo nggak, gw jamin lu tau kenapa gw nggak bisa ngasihtau lu.” Kata Ci Diana sambil memunggungiku dan menuju mobilnya.

Kemudian, Ci Diana pun menyalakan mobilnya, kemudian pergi sesudah melambaikan tangan kepadaku. Aneh, ada apa ya? Kok seolah-olah perkataannya mengisyaratkan bahwa ia akan pergi ke tempat yang sangat jauh? Ah sudahlah, wanita memang suka tidak jelas dan membingungkan. Aku pun kembali masuk ke rumah. Tinggal beberapa jam lagi menuju hari esok.

-----

“Yah, gimana Din?” Tanyaku.

“Gw sih bener-bener kaget Fer sama jawaban si Jay.” Kata Diana.

“Kaget? Gw rasa nggak deh. Lu nggak sadar ya, kalo lu tuh ngasih jawaban yang sama persis kaya si Jay waktu gw tanya gitu ke lu?” Tanyaku.

“Hahahaha. Iya sih, sebetulnya gw cuma ngetes dia doang.” Kata Diana.

“Lu tuh emang deh, kaya kakak ama adek beneran. Mirip bener pola pikirnya.” Kataku.

“Really?” Kata Diana.

Sepertinya, Diana sedang memikirkan sesuatu. Ya, tepatnya aku tahu apa yang sedang ia pikirkan, karena aku pun juga memikirkan hal yang sama.

“So, Fer. Lu nggak berubah pikiran kan?” Tanya Diana.

“Nggak, Din. Sampe kapan pun, gw akan tetep setia ama dia, karena yah lu tau lah. Gw punya perasaan yang sama kaya lu terhadap orang itu.” Kataku.

“Heh. Walaupun itu berarti mati?” Tanya Diana.

“Yap. Entah kenapa, setelah ngeliat perjuangan si Jay, gw ngerasa seolah-olah mati tuh kaya harga yang murah untuk dibayar, asalkan bisa mempertinggi kemungkinan hidup orang itu.” Kataku.

“Jay. Tuh orang bener-bener ya...” Kata Diana.

“Yap. Bisa gw bilang dia itu eksepsional.” Kataku.

“So, dimana panggungnya?” Tanya Diana.

“Shanghai.” Kataku.

“Gimana menurut lo tentang Abby? Ada di pihak siapa dia?” Tanya Diana.

“Gw nggak tau pasti. Gw sih lebih mikirin sekretaris baru itu. Gw takutnya dia instrumen kematian yang udah disiapin sama Bu Novi.” Kataku.

“Yuna ya? Betul juga, ya. Gw baru mikir hal itu.” Kata Diana.

“Pokoknya, apapun yang terjadi, mari kita doakan yang terbaik untuk semuanya.” Kataku.

“Iya, Fer.” Kata Diana.

Diana pun terus menginjak gas melajukan mobilnya menelusuri jalan di ibukota. Besok pernikahan Jay ya? Sepertinya akan meriah.

BERSAMBUNG KE EPISODE-54
 
Diakibatkan RL yang menggila, sorry ane belum bisa fix untuk index nya yang kacau karena hal yang belum diketahui kenapa

kl ada yang mao bantu ane copy-in link untuk episode2 yang ngaco, ane sangat appreciate it
kl ga, nanti setelah RL ane fixed, index pun pasti akan ane fix

maaf untuk ketidaknyamanannya
 
Nah nyambung sekarang mah...bukan clue lg ama story agan yg dah tamat TRUE LOVE AND TRUE LUST. LOYALTY AND BETRAYAL

dlu awal2 baca cerita itu kesannya buru2 soalnya awal kisah diana ma fera jatuh hati ma si jent ga di ceritain detail.
Keren lah hu nyatuin seluruh cerita suhu yg udah kelar duluan ke cerita ini..berarti dri sudut pandang gw flash back nya kiprah si jent..salut2 hu :ampun:
 
Diakibatkan RL yang menggila, sorry ane belum bisa fix untuk index nya yang kacau karena hal yang belum diketahui kenapa

kl ada yang mao bantu ane copy-in link untuk episode2 yang ngaco, ane sangat appreciate it
kl ga, nanti setelah RL ane fixed, index pun pasti akan ane fix

maaf untuk ketidaknyamanannya
ndapapa suhu, selesaikan saja RL nya dlo
yg penting jadwal update terkendali

hahaha
#maaflancang

itu scene trahir diana dan fera ternyata hari dimana bos zein pergi ke shanghai sama yuna togh,,,, ceritanya mantap dah
terimakasih banyak karyanya suhu

keep update suhu
:ampun: :semangat:
 
Bentar dech... Nich cerita sebelom everyone destiny? Kok... Rasanya nyambung banget ama itu..... Beneran kah?
 
mantap om...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd