Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

malam 1 suro (hapus om momod kalo repost)

Reza347

Semprot Lover
Daftar
15 Jan 2011
Post
247
Like diterima
5
Lokasi
Jawa barat
Bimabet
Sorry kalo repost ya. :p
Lain halnya dengan pergantian tahun baru Jawa yang jatuh tiap
malam 1 Suro (1 Muharram) yang tidak disambut dengan
kemeriahan, namun dengan berbagai ritual sebagai bentuk
introspeksi diri.
Saat malam 1 Suro tiba, masyarakat Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa). Bahkan sebagian orang memilih menyepi untuk bersemedi di tempat sakaral seperti puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di makam keramat. Ritual 1 Suro telah dikenal masyarakat Jawa sejak masa
pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 Masehi). Saat itu masyarakat Jawa masih mengikuti sistem penanggalan Tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu.
Sementara itu umat Islam pada masa Sultan Agung menggunakan sistem kalender Hijriah. Sebagai upaya memperluas ajaran Islam di tanah Jawa, kemudian Sultan Agung memadukan antara tradisi Jawa dan Islam dengan menetapkan 1 Muharram sebagai tahun baru Jawa.
Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai awal tahun Jawa juga
dianggap sebagai bulan yang sakral atau suci, bulan yang tepat
untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk
mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa.
Cara yang biasa digunakan masyarakat Jawa untuk berinstrospeksi* adalah dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa
nafsu. Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul 24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan secara serempak di Kraton Ngayogyakarta dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat kebudayaan Jawa.
Di Kraton Surakarta Hadiningrat kirab malam 1 Suro dipimpin oleh Kebo Bule Kyai Slamet sebagai Cucuking Lampah.
Kebo Bule merupakan hewan kesayangan Susuhunan yang dianggap keramat. Di belakang Kebo Bule barisan berikutnya
adalah para putra Sentana Dalem (kerabat keraton) yang membawa pusaka, kemudian diikuti masyarakat Solo dan sekitarnya seperti Karanganyar, Boyolali, Sragen dan Wonogiri. Sementara itu di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
memperingati Malam 1 Suro dengan cara mengarak benda
pusaka mengelilingi benteng kraton yang diikuti oleh ribuan
warga Yogyakarta dan sekitarnya.
Selama melakukan ritual mubeng beteng tidak diperkenankan untuk berbicara seperti halnya orang sedang bertapa. Inilah yang dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng beteng. Selain di Kraton, ritual 1 Suro juga diadakan oleh kelompok-kelomp*ok penganut aliran kepercayaan Kejawen yang masih banyak dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan atau selamatan.
Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus
bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling artinya manusia
harus tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai
ciptaan Tuhan. Sedangkan waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan. Karenanya dapat dipahami jika kemudian masyarakat Jawa pantang melakukan hajatan pernikahan selama bulan Suro.
Pesta pernikahan yang biasanya berlangsung dengan penuh gemerlap dianggap tidak selaras dengan lelaku yang harus dijalani
selama bulan Suro. Terlepas dari mitos yang beredar dalam masyarakat Jawa berkaitan dengan bulan Suro, namun harus
diakui bersama bahwa introspeksi menjelang pergantian tahun
memang diperlukan agar lebih mawas diri.
Dan bukankah introspeksi tak cukup dilakukan semalam saat pergantian tahun saja? Makin panjang waktu yang digunakan
untuk introspeksi, niscaya makin bijak kita menyikapi hidup ini.
Inilah esensi lelaku yang diyakini masyakarat Jawa sepanjang bulan Suro.
 
pertamax suhu.. nice info buat nubi yg kayak ane gini :D
 
Bimabet
Kata temen yg indigo....hati2 kalau mau melakukan tirakat untuk yg masih awam dikarenakan hal ghaib akan msuk dgn mudah jika tdak diwaspadai
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd