Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mari saya perkenalkan apa itu: PKI

Sebenarnya g 30 s dapat dipahami dengan baik jika melihat lembaran supersemar asli kok.. dan beberapa hari sebelum lubang di temukan. Santer2nya yang pertamai menemukan adalah alm. Soeharto, sebagian org mengaanggap ini sebagai indikasi beliau otaknya dr PKI..

Bagi saya setelah melihat banyak referensi PKI dan Soeharto sama2 berdosa untuk tragedi pembersihan selajutnya, Soeharto mengkambing hitamkan PRo Soekarno dan menuduh PKI tanpa pengadilan.. jadi intinya soharto menjadikan PKI alat juga bukan hanya membasmi PKI tetapi Pro Pak karno juga..

Dan seharusnya pengganti soekarno Pak A.H. nasution tapi di smarkan oleh soeharto, tentunya di tumpangi oleh pihak barat (karena ingat dominasai kapitalisme, dan sosialisme saat itu sedang perang dingin) lihat lagi lebih jauh setelah irian barat lepas dr barat.. jadi masih segaris titik temunya itu.. ketika karno jatuh ga lama dari itu Freeport di kuasi asing kembali..jadi tujuan barat memangku Soeharto ialah mengambil semua harta bumi Indonesia.. karena kalau lewat pak karno tidak mungkin karrna beliau berat ke timur..jadi satu2nya cara dengan memberangis idoilogi yang berkaitan dengan NASAKOM.. baca di madilognya punya tan malaka, semuanya berentet..

Kalau saya pribadi g/30/s memang kelam, banyaj yang memanfaatkan moment tersebut untuk menunggangi Indonesia..tapi bagi saya paling gagal itu REFORMASI! Hanya bullshit, lihat porak poranda Reformasi yang ditinngalkan setelah hampir 20 tahun terjadi..dimana Pribumi mulai di gerus oleh kepentingan2.. saya tifak mengajak sara tapi begitulah adanya..tariklah seluruhnya secara segari pasti ketemu semua..

KALAU dengung PKI bergelora lagi wajar saja, seperti ibarat ayah di bunuh temannya lalu anaknya balas dendam begitulah kira2..

Sepeeti saat ini sudah terlihat perlahan bhwa partai2 orba di berangus dan du pecah2, itu mngkin berwujud dendam masa lalu..

Yang saya sayangkan dari TS awal TS seakan menggiring opini bahwa PKI tidak bersalah, dengan mengambarkan SI sebagai sosok yang arogan..terlalu subjektif seakan di cerita itu SI anti PKI amatlah emosinal dan tak beradab..sedanhkan yang pro komunis di buat seelegan dan superior.. bagaimanapun juga PKI bersalah tetapi Hebatnya Soeharto menjadikan moment itu seakan hanya PKI tumbalnya padahal Ke2:- sama2 tersangka....

Jalan satu2nya bagaimana? Sederhana Revolusi Total bukan mental Tapi total dari A - Z.. seperti masa taiwan dahulu kala ketika melakukan pembersihan di negara mereka..revolusi total mebersihkan segala hama yg ada, bahkan pada saat itu hampir pengadil dan aparat di pecat dan di hukum atau di usir keluar negara, sampai2 aparat dan pengadil di import dari luar..hasilnya? Negara stabil korupsi teratasi dan propaganda di stabilkan..

Lah kok kamu OOT? Kata siapa OOT semua saling tarik menarik, karena satu alasan NEGERI KITA NEGEGERI TERKAYA.. ah berlebihan? Iyakah? Silakan kaji sendiri baru paham Tanah kita ini tanah terkaya di seluruh penjuri dunia..indikasinya? Sederhana dari semenjak tahu bahwa Indonesia ada kita SELALU DI JAJAH BAIK SECARA FISIK MAUPUN MENTAL..DARI DULU HINGGA SAAT INI.. lah alibinya ga masuk akal? Lah iyakah, somalia yang kosong pemerintaanya knp skrg ga direbutkan lagi?? Lah wong ga ada kekayaannya.. lalu kan eropa juga kaya? Ah coba blajar lagi benua eropa itu termasuk daratan termiskin.. kok miskin silakan di kaji sendiri..terlalu panjang.. cuma sederhananya begini PENJAHAT PENJAJAH DARI ZAMAN MODERN INI SIAPA? CuMa satu jawabnnya BANGSA2 EROPA.. itu indikasi bahwa eropa daratan misikin karena mengandalkan dunia ketiga.. sampe skrg itu masih terpakai..dunia ketiga seakan bergantung kepada dunia pertama padahal TERBALIK! Tidak percaya monggo buka buku kembali..dan ini ingat satu hal yang jelas "sejarah ditulis oleh para pemenang"..
 
Merahnya fajar menggelinding lantas memayungi sebuah dusun bernama Sibodat. Dari jauh terlihat satu keluarga besar Sipanggarap yang beranggotakan satu ayah, satu ibu, tujuh anak, dan seekor monyet putih mulai bergandengan tangan menuju salah satu lahan pertanian yang telah mereka tandai di kaki bukit Sicadas. “Milik kita tanah ini Amang?” tanya Sipitu—anak yang ke tujuh—saat pertama ia ‘dipaksa’ untuk ikut menggarap lahan. “Bukan anakku, Pitu. Ini punya Tuhan di atas sana. Dititipkan kepada kita, lalu kita rawat baik-baik,” jawab ayahnya sambil memandangi Bukit Barisan yang berjejer rapi nan anggun di atas sana. “Di atas? Kata Amangtua, Tuhan ada di urat leherku, Amang. Berdenyut-denyut saat kupegang, bohongkah dia, Amang?” Ayah tergagap. Tak cepat ia jawab pertanyaan Sipitu, hingga Sipitu menarik-narik ujung bajunya menuntut jawaban. Ayah sebenarnya mengerti maksud Amangtua—saudara lelakinya yang pernah belajar ilmu agama di Bukit Tinggi, namun ia tak pandai menjabarkannya kepada Sipitu, hingga ia cukup menjawab, “Sudahlah, Pitu. Yang kau tanya tadi tanah ini milik siapa ‘kan? Sudah dijawab! Jangan banyak kali pertanyaanmu itu! Husy! Sana ikut menggali dekat Sipapat. Husy!"

* Di salah satu siang yang teduh, ketika riak-riak awan yang tanpa alasan enggan meninggalkan keluarga bahagia itu dari atas lahan mereka, datanglah anak pertama—yang telah cukup lama merantau ke kota kecamatan untuk menjadi buruh angkut—sambil berlari-lari girang. Setelah bertukar bau dan keringat dengan adik-adiknya, Sisada berjalan menghampiri ayah-ibunya yang sedang beristirahat di bale bambu buatan tangan mereka yang perkasa. Secepat kilat Sisada mengeluarkan sebentuk senjata yang ujungnya melengkung dari dalam tas karung goni miliknya. “Lihat ini, Amang! Ini namanya arit, di Pulau Jawa di sebut celurit. Lambang dari keperkasaan kaum tani yang meruntuhkan feodalisme Tsar di Rusia!”ucapnya jumawa sambil mengangkat tinggi benda yang menyerupai bulan sabit itu. Keenam saudaranya lantas berlari mengerubungi Sisada. Plengak-plengok memperhatikan barang itu. Berbisik-bisik, bergumam-gumam, malah ada yang terkikik. “Tak jauh bedanya dengan sabit. Macamnya kau ini Sada! Apapula tadi itu, peodasar… apa itu?!” bentak si ayah yang terlihat kesulitan menahan senyum. “Berbeda Amangku! Jelas berbeda. Lihat bentuknya, lebih mudah digunakan untuk membabat rumput, lihat!” Sisada berjongkok, memeluk segumpal rumput lalu menjumputnya dengan alat itu. Maka, terpotonglah dengan cepat rumput tadi. Kembali terdengar gumaman, kali ini ditambah dengan cekikikan yang tak lagi bisa ditahan. “Dengarkan, hey adik-adikku. ini diberikan oleh Partai Pembela Rakyat di kota Siantar sana. Untuk ayahku dan adik-adikku! Lain kali akan kubawa lebih banyak!” Hening....

* “Amangku, Amangku yang kusayang. Apa artinya itu?” tanya Sipitu kepada ayahnya saat mereka bersantai di bale rumah sambil menunjuk sebuah bendera kecil bergambar Palu-Arit yang ditempel Sisada tadi siang di dinding rumah yang terbuat dari tepas. “Itu godam dan sabit, anakku. Artinya? Ya godam dan sabit disatukan.” “Tapi, kata Bang Sada itu artinya rakyat berlawan, Amang. Apa itu rakyat berlawan?” “Husy! Yang kau tanyakan tadi artinya itu godam dan sabit. Kalau abangmu bilang yang lain, ya tanyakan pada dia. Yang kau tanyakan sudah ku jawab. Husy! Tidur sana!” Ayah merasa jengkel. Baru kali ini ia tak bisa menjawab dengan sesuai apa yang ditanyakan oleh anaknya yang cerewet itu. Ia terkenang masa-masa ketika Sipitu belum lagi lahir. Ketika Sisada belum aneh-aneh seperti sekarang. Ia merasa sempurna sebagai seorang ayah. Ayah yang tahu segalanya, yang bisa memuaskan dahaga pengetahuan anak-anaknya. Namun sekarang? Ia mulai kelabakan menjawab pertanyaan dari mereka. Ia teringat percakapannya tadi sore dengan Sipitu dan Sisada. Malu benar ia rasanya. “Listrik sudah mulai masuk ke kota, kata Bang Sada. Kehidupan jadi sempurna! Apa itu listrik Amang?” tanya Sipitu. “Benar-benar aku tak tahu apa itu lis.. itu tadi. Apa mesti aku jawab?’ Ayah membatin. Namun dengan serampangan ia menjawab juga: “Kesempurnaan hanya milik Tuhan, jangan macam-macam kau, Pitu!” tuduhnya sambil tak sadar menghindari tatapan mata Sipitu dan Sisada. “Tuhan itu listrik, Amang! Tuhan sudah turun ke dunia, walau masih menetap di perkotaan. Dia mewujud menjadi listrik! Sekali jentik, dunia jadi terang benderang! Sekali pijit, dunia bisa berputar!” jawab Sada sambil tersenyum. Ayah linglung. Dunia serasa berputar. Tuhan turun ke dunia? Mungkinkah itu? Bagaimana rupa si Tuhan? Sebesar apa bentuk tubuhnya? Mau apa dia turun ke dunia? Dan berjuta pertanyaan lain menubruk dan menghantam tepat di tengah pusaran otak kecilnya. Ia benar-benar sakit menahan rasa ingin tahu. Ya, sakit. Karena ia malu untuk menanyakannya pada Sisada, anak tertua. Yang ia bisa hanya mengangguk. Lalu berpura-pura masuk ke kamar untuk bersembahyang.

* Setahun, dua tahun, tiga tahun hingga lima tahun setelah kepulangan terakhir Sisada. Kehidupan keluarga Sipanggarap tetap tak berubah; masih setia dengan bertani dan berkebun di tanah milik 'Tuhan lama'. Bedanya hanya pertanian mereka semakin makmur setelah datangnya beberapa orang kota yang tersenyum senang saat memasuki rumah mereka dan melihat bendera mini berwarna merah bergambar Palu-Arit yang tertempel lusuh di dinding. Itu sekitar pertengahan tahun yang lalu. Pemuda-pemuda itu lantas memberinya banyak bibit unggul—menyusul beberapa bulan kemudian mereka mengirimkan cangkul dan pestisida—sambil menyalami dan memeluk tubuh ayah yang tetap terlihat perkasa di usia senja. “Kalian dari kota? Utusan Tuhan listrik?” tanyanya sambil berlinang air mata. Ia terharu. “Tuhan listrik?” jawab pemuda-pemuda itu sambil melongo. “Ya! Tuhan yang turun ke dunia dan menjelma menjadi listrik itu!” Tawa pun pecah! Gerombolan pemuda itu terbahak-bahak. Hampir saja mereka terkencing di celana mendengar guyonan ayah. Berpikir itu hanya guyonan satire, mereka pun membalas dengan guyonan pula. “Ya! Kamerad Lenin pernah menyatakan itu. Anda ini orang Rusia yang menyamar menjadi orang Indonesia yah?” Kembali mereka terkikik. Tak tahu mesti bersikap bagaimana kepada orang-orang pemurah ini, ayah malah ikut tertawa. Tawa yang kering…

* “Amang tetap menyuruh kami bersembahyang, tapi waktu pemuda-pemuda itu datang, Amang menyebut-nyebut Tuhan listrik. Bagaimana itu ceritanya Amang?” tanya Sipitu setelah mereka sekeluarga selesai bersembahyang di bagian belakang rumah. “Ah, ‘kan baru utusannya saja yang datang. Dengar, kalau mereka datang lagi, Amang akan meminta agar mereka membawa Amang ke rumah si Tuhan listrik itu. Sekalian biar bawa pulang abangmu Sisada itu. Sudah lima tahun dia tak pulang-pulang!” jawabnya sambil berdiri, berjalan ke meja, lalu menenggak segelas air tebu yang sudah terlalu aneh rasanya. “Buat apa Amang menemui Tuhan listrik?” lanjut Sipitu. Sementara saudara yang lain beserta ibu telah bubar dan mulai bergelempangan di bale besar di ruangan itu. “Buat…” Ayah kebingungan mencari jawaban yang tepat. Namun ia sadar akan posisinya selama ini. Harus dijawab, apapun jawabannya. “Ya, buat mengucapkan terima kasih! Bagaimanapun Amang tak akan meninggalkan Tuhan lama. Tuhannya leluhur kita! Tak perlu alasan. Husy! Tidur sana!” ucapnya ketus. Ia sudah puas dengan Tuhan yang lama. Walau tak terlihat, namun ia selalu merasa damai ketika ia menyembahnya. Hanya kedamaian dan ketenangan hidup yang ia cari, lain tidak. Menekur sambil mengunyah Sirumatabulung adalah kebiasaan leluhur yang selalu dilakukan Ayah saat seisi rumah telah terlelap. Kedamaian itu akan mendatanginya di saat-saat seperti ini. Bagaikan berdiri di hadapan kemegahan air terjun Sigura Gura, tak akan mampu ia melukiskan ini lebih jauh. Namun malam ini perasaannya mendadak abstrak. Semakin tak terlukiskan, namun bukan keindahan, ada sesuatu yang lain yang seumur-umur belum pernah ia rasakan. Ia bergidik tiba-tiba. Dari jarak sekitar seratusan meter terdengar gemuruh suara-suara yang semakin lama semakin memekakkan telinga. Bagai gerombolan macan yang hendak mencari makanan, makanan yang telah disajikan oleh setan-setan dari neraka yang memutuskan untuk turun ke dunia. Ayah berjongkok mengendap ke balik pintu kayu reot yang berfungsi sekedar penghalang agar babi hutan atau hewan buas lain tak masuk ke rumahnya. Ia berusaha mendengar apa yang orang-orang itu teriakkan. Namun nihil, terlalu banyak mulut yang terbuka dengan kata-kata yang berbeda pula. Tiba-tiba pintu didobrak dengan paksa, entah oleh apa. Ayah berdiri dan menggigil mendapati seorang lelaki berbadan besar dengan kumis melintang yang melotot di depan mukanya. Ia membawa sebuah kelewang panjang yang ia hentak-hentakkan di atas tanah. Saking kagetnya karena melihat senjata, ayah jatuh terduduk. Kakinya lemas tak mampu berdiri. “Kau Pekai?!” bentak si kumis sambil mengalungkan kelewang di leher ayah. “A..a… apa itu? Pe… Pe ... kai?” jawab ayah tergagap. Air kencing mulai mengalir di sela-sela kakinya yang terkangkang. “Apa agamamu?” “A... a… Is..., itu Islam!” “Bangsat! Jawab yang benar!” Orang-orang yang berdiri di luar mulai menjengukkan kepalanya ke dalam sambil ikut mengolok-olok si ayah. Teriakan “Bakar! Bakar!” memenuhi udara. Sementara Sipitu dan keluarga—termasuk si monyet—mulai meraung-raung beberapa meter di belakangnya. “Siapa Tuhanmu! Pukileknya ini!” Sebuah seruan kasar terlontar dari belakang tubuh si kumis. “Tuhanku…“ Ayah berpikir sepersekian detik. Tiba-tiba ia teringat kepada anaknya Sisada dan pemuda-pemuda kota yang selama ini banyak membantunya. Ia lalu menghembuskan nafas kuat penuh harapan sambil menjawab: “TUHANKU LISTRIK!”
Sirih
 
salam hormat nubi untuk maha suhu rastaman dan suhu thombol, wacana yg suhu2 berikan setidaknya membuka mata bathin tentang pergolakan sejarah bangsa kita masa orla, pintu sejarah selayaknya perlu dikaji, lewat sejarah kita bisa membenahi aspek2 kehidupan berbangsa menuju masadpn bangsa yg jauh lbh baik, mengutip syair lagu "Seperti Matahari" karya sang maestro Iwan Fals yg liriknya " Keinginan adalah Sumber Penderitaan. Tempatnya dialam fikiran,,," apapun bentuk keinginan pastilah ada pengorbanan darah dan nyawa jika kaitannya dgn keinginan revolusi negri, politik adalah kendaraan propaganda..Setidaknya disini para suhu2 yg udah sudi turun gunung telah membuka sedikit tabir sejarah yg terselimuti kabut tebal hingga kini, salam hormat nubi dari Bumi Rafflesia Bengkoelen
 
PKI 1965 ya?maaf ya klu kita tidak sepaham,kejadian itu masih banyak kok saksi hidupnya,,jadi kalau ente2 mau nyebarin neo komunisme gak bakal ngaruh ke ane,kesalahan suharto menurut ane cuma satu,dia gak ngebasmi sampai habis,jadi masih ada keturunan PKI yg udh mulai menggalang kekuatan lagi,,
 
Sedap bgtss dah numpang demprok ya encang encing nyak babeh lancrootsss kan juragan
 
Sesepuh2 serta dewan suhu disini,, ada nggak yang pernah baca buku "ANAK DESA" biografi presiden soeharto ???
Jika iya,, bagaimana tanggapan para dewan suhu mengenai buku tersebut...

Kalo ane pribadi,, ada kejanggalan didalamnya..
 
Ane mau ngakak klo baca faktual dari suhu liana_s...ahahahahahahahahahahhhhhaaaaaa...istri tommy?? Atau gendik bambang??
 
Wah, idup lagi ni forumnya, nubi mau nanya ada yg punya info hasil simposium g 30 s tggl 18-19 kmaren gak,? menarik untuk dibahas tu hasilny :)
 
mohon maaf utk para suhu & agan2 klo ane jadi ikutan nglantur coz ane ketarik judul TS yg katany mau ngenalin PKI,,
sebagai bocah yg bru mulai belajar sejarah bangsa ini di jaman yg katany udh masuk periode reformasi, ane nemuin bbrp fakta menarik untuk membandingkan antara PKI diera 50an - 60an dengan GOLKAR diera 70an -90an sebagai mesin politik :

1. ternyata PKI dan GOLKAR sama2 punya banyak organisasi underbouw yg "menggarap" berbagai sektor massa. Kalo PKI punya Gerwani, BTI, Lekra dll maka GolKar punya Kosgoro, FKKPI, KNIP, PGRI dll.

2. kalo PKI menjadi salah satu mesin politik yg ikt aktif menyokong serta mendukung manuver politik presiden sukarno, maka GolKar juga berperan dominan sbg satu2ny mesin politik presiden suharto dlm mendominasi percaturan politik di Indonesia.

3. diduga PKI berusaha menyusup dan menginfiltrasi kekuatan militer Indonesia (melalui peran biro khusus yg dimainkan oleh bung Syam), GolKar justru diisi oleh banyak jendral militer baik melalui konsep dwi fungsi ABRI maupun para pensiunan militir (terakhir sejarah mencatat jend. Wiranto dan jend. Prabowo pernah menjadi kader GolKar bahkan pernah bersaing menjadi ketua umum GolKar).

4. PKI maupun GolKar sama2 mempunyai ribuan kader yg trsebar dari sabang mpe merauke, juga mempunyai jutaan massa simpatisan (massa yg tidak peduli/tidak paham dgn ideologi partai tapi tertarik dan diuntungkn dgn berbagai kegiatan yg digalang oleh kader partai).

5. sebagai mesin politik baik PKI maupun GolKar sama2 mempunyai kader yg duduk dalam kabinet menteri. Bedanya kader GolKar lebih mendominasi kabinet menteri di masanya sesuai arahan suharto sedangkan PKI walau dekat dgn sukarno tapi PKI tidak mampu mendominasi karena terus bergesekan berhadapan dgn kekuatan "koalisi militer/AD - PNI - partai agamis" .

6. kalo GolKar tercatat berkali2 menjuarai pemilu maka PKI hanya mampu finis di posisi ke empat saat pemilu tahun 50an.

7. kalo PKI mampu tampil menjadi salah satu mesin politik yg sangat disegani lawan2 di jamannya serta mampu mendekat ke lingkaran kepresidenan karena faktor kecerdasan kolektif pemimpin partai dalam membangun partainy, maka GolKar mendominasi percaturan politik karena dibidani langsung oleh suharto sebagai penguasa.
 
artinya, PKI sbg sebuah mesin politik di era orde lama tak berbeda dgn GolKar di era orde baru yaitu sama2 berorientasi pada kekuasaan. dan hal seperti itu sangat wajar mengingat fitrah semua partai polilik di seluruh penjuru dunia adalah menguasai pemerintahan.
namun ada satu hal mendasar yg membedakan PKI dengan GolKar sbg sebuah mesin politik yaitu kepemilikan ideologi politik yg tampak jelas dimiliki dan tercermin dalam strategi partai, PKI berjenis kelamin yg sangat jelas sbg partai komunis sedangkan GolKar tampak ambigu dan abu2 kelaminnya tanpa landasan ideologi sama sekali..
 
Catat baik baik para agan. Krena ane sejarawan, walaupun sejarawan brsfat objektif atau tdk mmihak. Mreka tdk bs lpas dr subjetifitasnya. Nah sekrg tergntung ente ente mmhami G 30 S bgmn.

Nih ad yg nmanya Sejarawan Kiri itu yg biasa pro komunis ad juga yg knan yg kontra kmunis. Jd, agan agan cukup mmilih aja. G usah bngung. Demokratis kok.

Eits jgn dikira yg kontra PKI g ada sejarawan asing. Ada lohh.. it knp smpe skrg G30S ssah djwb. Mngkin smpai akhr hayat krn tokoh tokoh utama yg bs ksh jwbn udah g ada, sdangkn dkumen yg trsedia itu itu aja. Mski dmikian, bnyyk yg berburu data k Tiongkok konon ada data tntg G30S dsana krn d akhr presiden sorkarno dkt dgn pkinya tiongkok.

Masalah simposium 1965.. ane 1000% ykin pmerintah g bkal mnta maaf k PKI. Itu karena slama TNI kokoh dan tgak... PKI ssah resmi brgerak. G resmi aj diawasin....
 
artinya, PKI sbg sebuah mesin politik di era orde lama tak berbeda dgn GolKar di era orde baru yaitu sama2 berorientasi pada kekuasaan. dan hal seperti itu sangat wajar mengingat fitrah semua partai polilik di seluruh penjuru dunia adalah menguasai pemerintahan.
namun ada satu hal mendasar yg membedakan PKI dengan GolKar sbg sebuah mesin politik yaitu kepemilikan ideologi politik yg tampak jelas dimiliki dan tercermin dalam strategi partai, PKI berjenis kelamin yg sangat jelas sbg partai komunis sedangkan GolKar tampak ambigu dan abu2 kelaminnya tanpa landasan ideologi sama sekali..

Golkar sm PKI itu sngat berbeda. Cek di bukunya David Reeve gan tntg Sej golkar. Itu buku tebel bngt. Ane mw jlasin tp g mngkin d thread ini.
 
Sesepuh2 serta dewan suhu disini,, ada nggak yang pernah baca buku "ANAK DESA" biografi presiden soeharto ???
Jika iya,, bagaimana tanggapan para dewan suhu mengenai buku tersebut...

Kalo ane pribadi,, ada kejanggalan didalamnya..

Biografi it kbnykn subjektif gan. Aplg yg nulis pribadi atau pmujanya..
 
Golkar sm PKI itu sngat berbeda. Cek di bukunya David Reeve gan tntg Sej golkar. Itu buku tebel bngt. Ane mw jlasin tp g mngkin d thread ini.

iya hu,, ane kan bilang bahwa PKI dgn GolKar emang beda dgn perbedaan yg cukup prinsip yaitu ideologi partainy dimana PKI jelas berideologi komunis dan GolKar berideologi abu2 krn tak mau disebut GolKar fasis militerisme..
 
Bagaimana jika saya bilang, reformasi adalah bagian dari rencana pki. Megawati adalah boneka gagal pki. Dan jokowi adalah boneka kedua yang berhasil setelah mempelajari kemenangan sby dengan pencitraan? Setiap perebutan kekuasaan dan penggulingan membutuhkan sebuah pergerakan yang terkesan heroik dan orang2 yg haus. Saya rasa amien rais sudah menyadari itu. Bahwa beliau sudah dimanfaatkan. Pki sdh hampir berhasil saat ini. Isu dunia tentang islamophobia menjadi pelumas untuk memanfaatkan non muslim anti islam menjadi pion2 mereka. Mereka telah berhasil menggabungkan segala teori siasat sesuai dengan karakter anak bangsa dan isu yang ada. Rencana hebat ini tak mungkin disusun dalam waktu singkat. Ideologi tak kan pernah mati, pki bangkit, itu bukan omong kosong. Silahkan cari sendiri, fakta2 pasca reformasi, pemilu 99, proses voting mpr untuk pemilihan presiden saat itu, pelengseran gusdur, amandemen, kebijakan2 rezim mega, trik jokowi dari kemunculan hingga jadi presiden. Langkah2 setelah berkuasa, pecah belah partai memanfaatkan figur2 haus kuasa, dsb. Benar2 sebuah rencana hebat yg selalu mengalami perbaikan dan penyesuaian sesuai kondisi dan memanfaatkan karakter anak bangsa. Jika anda bukan keturunan pki, jangan sok2an ikut2an membela.
 
Lalu jika pki bangkit, apa yg perlu kita lakukan?? Senang kah?? Takut kah?? Ah, gak penting!

Biar saja mereka elit elit brsaing, asal jgn triak sana sini, ntar bisa bisa di bersihkan lg yg berbau bauan.. Hehehe :D
 
Bimabet
Sayangnya rakyat kita masih terlalu mudah percaya sesuatu yg blum tentu benar adanya/dengan bukti yg jelas..:mantap: threadnya suhu,membuka mata beberapa rakyat kita yg masih percaya insiden tsb ulah pki
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd